PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI SMA NEGERI 1 LIMAPULUH.

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA
PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR
DI SMA NEGERI 1 LIMAPULUH

Oleh:
Latifa Sahara
NIM 4112121010
Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar
Sarjana Pendidkan

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015

DAFTAR ISI


halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
Daftar Gambar
Daftar Tabel

i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x


BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Identifikasi Masalah
1.3.Batasan Masalah
1.4.Rumusan Masalah
1.5.Tujuan Penelitian
1.6.Manfaat Penelitian
1.7.Definisi Operasional

1
1
6
6
7
7
8
8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kerangka Teoritis

2.2.Materi Ajar
2.3.Kerangka Konseptual
2.4.Hipotesis Penelitian

10
10
20
36
37

BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.Variabel dan Instrumen Penelitian
3.4.Jenis dan Desain Penelitian
3.5.Prosedur Penelitian
3.6.Teknik Analisis Data

39
39

39
39
42
43
44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Data Penelitian
4.1.2. Pengujian Analisis Data
4.1.3. Observasi
4.2. Pembahasan

51
51
51
53
61
64


BAB V KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran

75
75
76
vi

vii

DAFTAR PUSTAKA

77

DAFTAR TABEL

halaman
Tabel 2.1. Sintaks Penemuan Terbimbing Arends


16

Tabel 2.2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing

17

Tabel 2.3. Perbandingan Skala

23

Tabel 2.4. Kalor Jenis dari Berbagai Zat

27

Tabel 2.5. Koefisien Muai Panjang dari Beberapa Jenis Zat Padat

30

Tabel 3.1. Spesifikasi Materi Pokok Suhu dan Kalor


40

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar

41

Tabel 3.3. Group Pre-test Post-test Design

43

Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Hasil Belajar Siswa

44

Tabel 3.5. Interpretasi Kategori Aktivitas Siswa

45

Tabel 3.6. Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien Korelasi


50

Tabel 4.1. Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol

54

Tabel 4.2. Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol

56

Tabel 4.3. Uji-t Pretes Kelas Eksperimen dan kontrol

57

Tabel 4.4. Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

58

Tabel 4.5. Uji Homogenitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol


60

Tabel 4.6. Uji-t Postes Kelas Eksperimen dan kontrol

61

Tabel 4.7. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa

62

Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi Hasil Belajar dengan Aktivitas

63

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Observasi Belajar Siswa

66

x


DAFTAR LAMPIRAN

halaman
Lampiran 1 RPP 1

79

Lampiran 2 RPP 2

86

Lampiran 3 RPP 3

94

Lampiran 4 LKS Suhu dan Alat Ukur Suhu

102

Lampiran 5 LKS Pemuaian


105

Lampiran 6 LKS Asas Black

110

Lampiran 7 Penilaian Sikap

113

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa

115

Lampiran 9 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar

117

Lampiran 10 Soal Siswa

135

Lampiran 11 Daftar Nama Siswa

140

Lampiran 12 Tabulasi Jawaban Pretes Kelas Eksperimen

141

Lampiran 13 Tabulasi Jawaban Pretes Kelas Kontrol

142

Lampiran 14Tabulasi Jawaban Postes Kelas Eksperimen

143

Lampiran 15Tabulasi Jawaban Postes Kelas Kontrol

144

Lampiran 16 Data Hasil Belajar Siswa

145

Lampiran 17 Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Standar Deviasi

147

Lampiran 18 Observasi Aktivitas Belajar (I)

150

Lampiran 19 Observasi Aktivits Belajar (II)

152

Lampiran 20 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen

154

Lampiran 21 Rekapitulasi Nilai Pretes, Aktivitas dan Postes Kelas
155

Eksperimen
Lampiran 22 Rekapitulasi Nilai Pretes, Aktivitas dan Postes Kelas
EksperimenBerdasarkan Kelompok

156

Lampiran 23 Rekapitulasi Rata-Rata Nilai Sikap Siswa

157

Lampiran 24 Dokumentasi Penelitian

158

viii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Muhibbinsyah,
2010: 10). Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
proses kehidupan. Maju mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu
pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak
Sumber Daya Manusia yang berkualitas, begitu pula sebaliknya.
Mengingat pentingnya peranan pendidikan, pemerintah telah melakukan
banyak perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam berbagai jenis dan
jenjang, dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, proses kegiatan
belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting. Proses
belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik. Interaksi atau
hubungan timbal balik disini bukan hanya sekedar hubungan antara guru dengan
siswa saja, tetapi berupa interaksi edukatif. Sementara masalah yang dihadapi
dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.
Lemahnya proses pembelajaran di Indonesia terbukti dari rendahnya
kualitas pendidikan di Indonesia yang hanya menduduki peringkat 64 dari 120
negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education For All
Global Monitoring Report 2012. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga
ditunjukkan oleh Indeks Perkembangan Pendidikan (Education Development
Index, EDI) yang menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari
127 negara pada 2011 (USAID. 5 Desember 2014). Lemahnya proses
pembelajaran ini juga terlihat dari penelitian Candra dkk (2012) yang menyatakan
bahwa ditemukan beberapa kendala pada proses pembelajaran di SMP N 13
Magelang, diantaranya peserta didik kurang optimal saat mengikuti pembelajaran
sehingga pemahaman konsep siswa kurang baik dan berakibat siswa hanya
1

2

menghafal materi. Siswa juga menganggap pembelajaran fisika sebagai hal yang
sulit untuk dipelajari sehingga pada proses pembelajaran siswa kurang antusias.
Beberapa kendala tersebut mengakibatkan banyak siswa yang memperoleh hasil
belajar kurang dari batas ketuntasan dan kemampuan berpikir kritis siswa kurang
baik. Pembelajaran sering kali hanya menekankan pada aktivitas mengingat,
memahami, dan mengaplikasikan (low order of thinking). Tantangan masa depan
menuntut pembelajaran harus lebih mengembangkan keterampilan high order of
thinking.
Kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan adalah
kegiatan belajar dan mengajar. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar
dirancang dan dijalankan secara profesional (Fathurohman, 2007: 8). Lemahnya
proses pembelajaran akan berdampak pada lemahnya penguasaan SAINS dan
teknologi. Agar peserta didik dapat menguasai perkembangan, mereka harus
menguasai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu persyaratan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal penting dalam pencapaian tujuan
pendidikan. Fisika adalah salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam sehingga
para peserta didik diharapkan mempunyai pemahaman pada bidang IPTEK. Fisika
merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu
pengetahuan lain dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang teramat pesat saat ini, telah mempermudah kehidupan manusia. Mengingat
fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting karena ilmu fisika
digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan kemajuan teknologi maka sudah
sewajarnya mata pelajaran fisika dikembangkan dan diperhatikan oleh semua
pelaku pendidikan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar
peserta didik dalam pelajaran fisika masih sangat rendah.
Berdasarkan studi pendahuluan, diketahui bahwa hasil belajar peserta
didik dalam pelajaran fisika di SMA N 1 Limapuluh juga masih rendah. Hal
tersebut dapat dilihat dari rendahnya nilai ujian yang diperoleh peserta didik.
Berdasarkan data yang didapatkan nilai rata-rata ujian siswa adalah 45,7.

3

Sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk pelajaran fisika di
sekolah tersebut adalah 75. Nilai rata-rata siswa masih jauh di bawah KKM.
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar peserta
didik dalam pelajaran fisika di SMA N 1 Limapuluh adalah karena metode dan
teknik pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru tidak membuat peserta didik
aktif belajar. Hal tersebut

dibuktikan dari hasil observasi di SMA Negeri 1

Limapuluh dengan memberikan angket kepada 36 orang siswa pada tanggal 22
November 2014, sebesar 38,8% peserta didik menyatakan bahwa pelajaran fisika
itu sulit dan kurang menarik, hal ini disebabkan karena guru mereka lebih
dominan melakukan pembelajaran satu arah seperti menjelaskan materi, menulis
rumus, memberikan soal dan memberikan tugas rumah, sehingga peserta didik
dalam pembelajaran fisika menjadi penerima informasi yang pasif. Pernyataan
tersebut terlihat dari sekitar 88,8% peserta didik menyatakan bahwa cara guru
mereka mengajar di kelas adalah dengan cara mencatat dan mengerjakan soal.
Siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal pelajaran.
Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar fisika yang diperoleh peserta didik
kurang maksimal. Pada pembelajaran fisika ini suasana pembelajaran mengarah
ke teacher centered atau guru yang menjadi pusat pembelajaran sehingga siswa
terkesan pasif atau tidak aktif.
Faktor lain yang ditemukan peneliti pada saat melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) di SMA Negeri 1 Limapuluh adalah
aktivitas belajar peserta didik dalam belajar fisika masih sangat rendah, sehingga
berpengaruh kepada hasil belajar yang rendah pula. Hal tersebut dikuatkan oleh
pernyataan salah satu guru fisika di sekolah tersebut melalui wawancara, beliau
mengatakan bahwa pernah menerapkan salah satu model pembelajaran kooperatif,
tetapi hasilnya kurang memuaskan karena tidak maksimal dalam menggunakan
model pembelajaran. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran juga
masih kurang. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil angket, yaitu hanya 50%
peserta didik yang kadang-kadang bertanya kepada guru apabila ada materi yang
tidak dimengerti. Sehingga hanya 38,8% peserta didik yang senang mengerjakan
soal di depan kelas. Serta hanya 11,11% peserta didik yang pernah

4

mengemukakan pendapat di depan kelas pada saat belajar Fisika. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar peserta didik masih tergolong
rendah dan mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar yang baik dapat diakibatkan
dari metode mengajar yang baik dan sebaliknya hasil belajar yang kurang baik
dapat diakibatkan dari metode mengajar yang kurang baik.
W. Gulo (2002: 8-9) menyatakan bahwa mengajar adalah usaha untuk
menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar
secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri atas beberapa komponen. Selain guru
yang saling berinteraksi dalam menciptakan proses belajar yang terarah pada
tujuan tertentu, metode pengajaran juga menjadi salah satu komponen dalam
menciptakan sistem lingkungan tersebut. Ada berbagai metode pengajaran yang
perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Ini perlu, karena
ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi belajar-mengajar.
Salah satu metode yang dapat dijadikan alternatif adalah metode
pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery). Roestiyah (2008: 20)
menyatakan bahwa teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut
Sund dalam Roestiyah (2008: 20), discovery adalah proses mental dimana siswa
mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.yang dimaksudkan dengan
proses mental antara lain adalah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan
sebagainya. Suatu konsep misalnya: segitiga, panas, demokrasi dan sebagainya,
sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan
akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi sehingga situasi belajar-mengajar berpindah dari situasi teacher
dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Penggunaan
teknik ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar-mengajar.
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan implementasi metode
pembelajaran

penemuan

terbimbing.

Peneliti

sebelumnya,

Yudi

(2012)

menyatakan bahwa dengan kata lain pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing merupakan salah satu cara untuk menyampaikan ide/gagasan dengan

5

proses menemukan, dalam proses ini siswa berusaha menemukan konsep dan
rumus dan semacamnya dengan bimbingan guru. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan hasil belajar pada pokok bahasan kubus dan balok melalui
penerapan metode penemuan terbimbing adalah rata-rata 65,625% dan 90,625%.
Akinyemi (2010) juga melakukan penelitian yang berjudul “Constructivist
practices through guided discovery approach: The effect onstudents’ cognitive
achievement in Nigerian senior secondary school physics” dengan kesimpulan
“Guided discovery approaches was the most effective in facilitating students’
achievement in physics after being taught using a pictorial organizer” yang
berarti bahwa “Penemuan terbimbing adalah yang paling efektif dalam
memfasilitasi prestasi siswa dalam fisika setelah diajarkan menggunakan
organizer bergambar”
Pada penelitian Candra dkk (2012) yang meneliti penerapan model
pembelajaran Guided Discovery pada Materi Pemantulan Cahaya untuk
Meningkatkan Berpikir Kritis. Analisis uji gain ternormalisasi memberikan hasil
peningkatan sebesar 0,40 untuk siswa yang diajar menggunakan guided discovery,
dan 0,36 untuk siswa yang diajar menggunakan cooperative learning. Isticharoh
(2011) meneliti peningkatan hasil belajar melalui metode guided discovery
bermuatan karakter berbantuan cd pembelajaran. Dari penelitian ini didapat data
adanya peningkatan hasil belajar dari 6,0 dengan ketuntasan klasikal 59% menjadi
7,6 ketuntasan individual dan 83% ketuntasan klasikal. Dari analisis data
penelitian dapat disimpulkan bahwa metode guided discovery bermuatan Karakter
berbantuan CD Pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar pada Materi
Bangun Datar kelas V. Demikian pula pada penelitian oleh Udo (2010) yang
berjudul “Effect of Guided-Discovery, Student- Centred Demonstration and the
Expository Instructional Strategies on Students’ Performance in Chemistry”
dengan kesimpulan “the results indicated that guided discovery was the most
effective followed by student-centred demonstration” yang artinya “hasil
penelitian menunjukkan bahwa penemuan dipandu adalah yang paling efektif
diikuti oleh demonstrasi yang berpusat pada siswa).

6

Metode pembelajaran penemuan terbimbing diterapkan pada proses
pembelajaran dengan memperhatikan materi pembelajaran yang akan disampaikan
oleh guru sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Materi yang sesuai
dengan penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah materi yang
membahas tentang konsep dan generalisasi. Peneliti memilih materi suhu dan
kalor karena banyak menuntut siswa untuk lebih aktif menemukan konsep dari
suhu dan kalor.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul,
“Pengaruh Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar
dan AktivitasSiswa padaMateri Pokok Suhu dan Kalor di SMA Negeri 1
Limapuluh”
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:
1. Peserta didik menganggap fisika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang
menarik.
2. Hasil belajar peserta didik masih belum mencapai KKM.
3. Aktivitas peserta didik didalam pembelajaran fisika masih sangat rendah.
4. Pembelajaran tidak melibatkan peserta didik untuk aktif belajar.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan maka masalah yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana melibatkan peserta didik untuk aktif belajar fisika.
2. Hasil belajar yang akan diteliti hanya pada aspek kognitif yang disertai
pengamatan aktivitas.

7

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar fisika siswa menggunakan metode pembelajaran
penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester
II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015?
2. Bagaimana

hasil

belajar

fisika

siswa

menggunakan

pembelajaran

konvensional pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di
SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015?
3. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran
penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester
II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015?
4. Bagaimana pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing dan
pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P
2014/2015?
5. Bagaimana hubungan aktivitas dan hasil belajar siswa metode pembelajaran
penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Suhu
dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015?
1.5.Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah maka selanjutnya pada penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana hasil belajar fisika siswa menggunakan metode
pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor
dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015.
2. Mengetahui bagaimana hasil belajar fisika siswa menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di
SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015.

8

3. Mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor
dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015.
4. Mengetahui bagaimana pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing
dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi
pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P
2014/2015.
5. Mengetahui bagaimana hubungan aktivitas dan hasil belajar siswa pada
metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada
materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di SMA Negeri 1
Limapuluh T.P 2014/2015.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi guru dan calon guru tentang hasil belajar siswa
pada materi pokok suhu dan kalor menggunakan metode pembelajaran
penemuan terbimbing didalam pembelajaran.
2. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi dalam rangka perbaikan
variasi pembelajaran di tempat pelaksanaan penelitian khususnya dan dunia
pendidikan umumnya.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.
1.7. Defenisi Operasional
Metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran
yang sengaja dirancang dengan menggunakan pendekatan penemuan. Para siswa
diajak atau didorong untuk melakukan kegiatan eksperimental, sedemikian
sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan sesuatu yang diharapkan.
Didalam metode ini siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat
menemukan prinsip umum, berdasarkan bahan yang difasilitasi oleh guru. Sampai
seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan pada materi
yang dipelajari. Hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar,

9

perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati, dan dapat diukur.
Belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku melalui serangkaian kegiatan
atau aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang penting didalam pembelajaran. Pembelajaran
konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini berlangsung di sekolah.
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu
memberi materi melalui ceramah, latihan soal, kemudian pemberian tugas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisa data dan pengujian
hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan metode pembelajaran
penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester
II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015 adalah 79,83. Nilai tersebut
telah melewati batas Kriteria Ketuntasan Minimum dan masuk dalam kriteria
baik.
2. Nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi pokok Suhu dan Kalor dikelas X Semester II di
SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015 adalah 74,89. Nilai tersebut telah
melewati batas Kriteria Ketuntasan Minimum dan masuk dalam kriteria baik.
3. Rata-rata nilai aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran penemuan terbimbing pada materi pokok Suhu dan Kalor
dikelas X Semester II di SMA Negeri 1 Limapuluh T.P 2014/2015 adalah 84
atau berada dalam kategori sangat baik.
4. Pada hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung> ttabel (2,171 > 2,000) pada taraf
signifikan � = 0,05 yang berarti Ha1 di terima yang berarti ada pengaruh

metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar siswa.

5. Pada hasil pengujian korelasi diperoleh signifikansi < 0.001 (0.00 < 0.001)
maka H02 ditolak dan Ha2 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara aktivitas belajar terhadap hasil belajar siswa yang diajarkan
menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing, korelasi juga
menunjukkan hubungan positif yaitu jika aktivitas belajar meningkat maka
hasil belajar juga akan meningkat.

75

76

5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai
beberapa saran, yaitu:
1. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang metode pembelajaran
penemuan terbimbing

dan ingin

melihat aktivitas

siswa sebaiknya

menggunakan di amati oleh 3 atau lebih observer, 2 kelompok diamati oleh 1
observer agar lebih efektif dalam penilaian nya.
2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang metode pembelajaran
penemuan terbimbingagar lebih menggunakan waktu seefektif mungkin.
3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan ketersediaan alat dan
keadaan alat yang akan digunakan dalam praktikum.
Bagi peneliti selanjutnya maupun guru yang ingin menggunakan metode
penemuan terbimbing, dalam pembagian anggota kelompok saat praktikum lebih
baik jangan lebih dari lima siswa agar dapat mengontrol dan membantu siswa
siswa dalam melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
ANTIK (2006), https://antik2006.wordpress.com/metode-penemuan-terbimbing/.
(akses Desember 2014)
Aryani, F., (2011), “Pengembangan Lks Untuk Metode Penemuan Terbimbing
Pada Pembelajaran Matematika Kelas Viii Di Smp Negeri 18 Palembang”.
Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5: 130.
Afandi, F., (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Eksperimen
Terhadap Hasil Belajar Siswa PadaMateri pokok Listrik Dinamis Di Kelas X Sma
Negeri 4 Tebing Tinggi T.P 2012/2013., Skripsi, FMIPA, Unimed,Medan
Akinbobola, A., (2010), “Constructivist Practices Through Guided Discovery
Approach: The Effect Onstudents’ Cognitive Achievement in Nigerian
Senior Secondary School Physics”. Eurasian Journal Of Physics And
Chemistry Education, Volume 2(1): 16.
Candra, dkk., (2012), “Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery pada
Materi Pemantulan Cahaya untuk Meningkatkan Berpikir Kritis”. Unnes
Physics Education Journal, 1: 27.
Dahar, R.W., (2006), Teori-Teori Balajar Dan Pembelajaran, Penerbit Erlangga,
Bandung.
Eggen, Paul., Kauchak, Don., (2012), Strategi dan Model Pembelajaran
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, PT. Indeks.
Fathurohman, P., Sutikno, S., (2007), Strategi Belajar Mengajar, PT. Refika
Aditama, Bandung.
Gulo, W., (2002), Strategi Belajar Mengajar, GRASINDO (Gramedia
Widasarana Indonesia), Jakarta.
Isticharoh., (2011), Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Guided Discovery
Bermuatan Karakter Berbantuan CD Pembelajaran Materi Bangun Datar
Kelas 5, Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, 306.
Muhibbinsyah., (2009), Psikologi Pendidikan, Rosda, Bandung.
Mulyasa., (2013), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum2013, Rosda,
Bandung.
Nurcholis., (2013), Implementasi Metode Penemuan Terbimbing Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Penarikan Kesimpulan Logika

77

78

Matematika,36 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako,
Volume 01: 35.
Udo., (2010), Effect of Guided-Discovery, Student- Centred Demonstration and
the Expository Instructional Strategies on Students’ Performance in
Chemistry,Indexed African Journals Online, Volume 4(4): 389.
Priyatno, D., (2014),
Yogyakarta.

SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis, Penerbit Andi,

PustakaPadani
(2013),
http://pustaka.pandani.web.id/2013/12/metodepembelajaran-penemuan-terbimbing.html (akses Desember 2014)
Rahayu, Eko., (2009), Keefektifan Metode Penemuan Terbimbing Dan Metode
Pemberian Tugas Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari
Motivasi Belajar Siswa Kelas 8 Smp Negeri Dikecamatan Ngawi Kabupaten
Ngawi Tahun Pelajaran 2008/2009, Tesis, Teknologi Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sani, R., (2013), Inovasi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Sudijono, A., (1995), Pengantar Evaluasi Pendidikan, P.T. Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Sugiono., (2013), Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
Sukardi., (2008), Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
USAID (2010), http://www.prestasi-iief.org/index.php/id/feature/68-kilas-balikdunia-pendidikan-di-indonesia/). (akses Desember 2014)

Dokumen yang terkait

Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing (guided discorvery lesson) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

1 9 95

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

2 41 56

PENGARUH PENGGUNAAN LKS BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SUHU DAN KALOR TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA PURNAMA

0 4 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 18 MEDAN T.P. 2015/2016.

2 6 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 RANTAU UTARA T.P. 2014/2015.

0 6 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR DI KELAS X SMA NEGERI 5 MEDAN T.P 2014/2015.

0 1 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 SILIMAKUTA SARIBUDOLOK.

0 11 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR KELAS X SMA NEGERI I PERBAUNGAN.

0 3 18

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR

2 7 176

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR

0 0 17