EFEK MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) TERHADAP AKTIVITAS TERHADAP DAN GENERIK SAINS FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 MEDAN.
EFEK MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT
INTERACTION) TERHADAP AKTIVITAS DAN GENERIK
SAINS FISIKA SISWA KELAS X SMA
NEGERI 11 MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Master Pedidikan Pada Program Studi Penieikan Fisika
Oleh:
ZULKIPLI DONGORAN NIM: 8116176018
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
i
ABSTRAK
Zulkipli Dongoran, “Efek Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) Terhadap Aktivitas dan Generik Sains Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Medan”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) perbedaan aktivitas siswa antara model pembelajaran langsung model pembelajaran ATI, (2) perbedaan kemampuan generik sains fisika siswa antara model pembelajaran langsung dan model pembelajaran ATI. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 11 Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) lembar observasi aktivitas belajar (2) tes kemampuan generik sains fisika dengan materi pokok listrik dinamis. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah berbentuk essay. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis komparatif dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) aktivitas siswa yang diajar dengan model pembelajaran ATI lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung (2) kemampuan generik sains fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ATI lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran langsung.
Kata Kunci : Kemampuan generik sains fisika, aktivitas belajar, model
pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dan model DI (direct intruction)
(6)
ii
ABSTRACT
Zulkipli Dongoran," Effects of Learning Model ATI (Aptitude Treatment Interaction) Against Generic Activity and Physical Science Class X students of SMA Negeri 11 Medan".
This study aims to analyze: (1) the difference between the model of learning activities of students immediately ATI learning model, (2) differences in physical science students' generic capabilities between direct instructional model and learning model ATI. This study was a quasi-experimental study. The population was SMA Negeri 11 students. The sample selection is done at random to randomize the class. The instrument used consisted of: (1) observation sheet learning activity (2) tests the ability of generic science subject matter physics with dynamic power. The test is used to obtain the data is in the form essays. The data in this study were analyzed using a comparative analysis of two independent samples. The results showed that: (1) activity taught students with learning model ATI better than students who are taught using a direct instructional model (2) the ability of generic science physics students taught using learning model ATI better than students who are taught using direct instructional model.
Keywords: Ability generic science of physics, learning activities, learning model ATI (Aptitude Treatment Interaction) and the model DI (direct intruction)
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis yang berjudul “Efek Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) Terhadap Aktivitas dan Generik Sains Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Medan”, ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Pada kesepatan ini penulis penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini, antara lain Bapak Bapak Prof. Dr. Sahyar, S.Pd, M.S, M.M selaku dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sejak persiapan sampai dengan selesainya penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Mariati P. Simanjuntak, M.si, Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si dan Ibu Dr. Dwi Retno Suyanti, M.S sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis sejak awal seminar proposal sampai dengan selesainya penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur program pascasarjana Universitas Negeri Medan.
demikian juga kepada Bapak Drs. K. Lumbantoruan, M.Pd selaku kepala sekolah dan Ibu Siti Saleha Lubis, M.Si sebagai guru bidang studi fisika di SMA Negeri 11 Medan yang telah membantu penulis selama dalam penelitian.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibunda tercinta Mariani Hasibuan dan Ayahanda Amasuddin Dongoran serta keluarga penulis yang tak henti-hentiya memberikan dorongan yang besar dari segi material, spiritual serta nasehat yang menjadi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UNIMED, juga teristimewa penulis ucapkan kepada Puteri
(8)
Ayu Ismiati yang begitu bayak memberikan semangat, dukungan, nasehat dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan studi di UNIMED.
Ucapan terima kasih juga kepada sahabat penulis yang senasib seperjuanagan ( Bapak Dahris Arifin dan Irwan Susanto) dan buat seluruh sahabat penulis angkatan ke II Program Studi Pendidikan Fisika.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tesis ini. Namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, April 2014
Penulis
(9)
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Identifikasi Masalah 4
1.3.Batasan Masalah 5
1.4.Rumusan Masalah 5
1.5.Tujuan Masalah 5
1.6.Manfaat Penelitian 6
1.7.Definisi Operasional 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1. Kerangka Teoritis 8
2.1.1. Model Pembelajaran 8 2.1.1.1. Model Pembelajaran ATI 8 2.1.1.1.1. Pembelajaran Menggunakan Modul 14 2.1.1.1.2. Teori Belajar yang Mendukung 15 2.1.1.2. Model Pembelajaran Langsung 18
2.1.2. Aktivitas 25
2.1.3. Hakikat Belajar 26
2.1.3.1. Pengertian Hasil Belajar 27 2.1.3.2. Keterampilan Generik Sains 28 2.1.4. Penenlitian Relevan 35
2.2. Kerangka Konseptual 36
2.2.1. Perbedaan Aktivitas Siswa Antara Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran ATI 36
2.2.2. Perbedaan Kemampuan Generik Sains Fisika Siswa Dengan Model Pembelajaran dan Model Pembelajaran ATI
2.3. Hipotesis 38
BAB III METODE PENELITIAN 39
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 39 3.1.1. Tempat Penelitian 39
3.1.2. Waktu Penelitian 39
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 39 3.2.1. Populasi Penelitian 39
3.2.2.Sampel Penelitian 39
3.3. Variabel Penelitian 40
(10)
vi
3.5. Prosedur Penelitian 41
3.6. Alat Pengumpul Data 43
3.6.1. Lembar Aktivitas 44
3.6.2. Tes Hasil Belajar 45
3.7. Uji Coba Instrumen 46
3.7.1. Validitas Tes 46
3.7.1.1. Validitas Isi 46 3.7.1.2. Validitas Butir Soal 47
3.7.2. Indeks Kesukaran 48
3.7.3. Daya Beda 49
3.7.4. Reliabilitas Tes 50
3.8. Hasil Uji Coba Instrumen Tes Penelitian 51 3.8. Uji Coba Instrumen 51 3.8.1. Validitas Tes 51 3.8.2. Reliabilitas Tes 52
3.8.3. Daya Pembeda 52
3.8.4. Tingkat Kesukaran 53
3.9. Teknik Analisa Data 54
3.9.1. Analisis Secara Deskriptif 54 3.9.2. Analisis Secara Inferensial 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 60
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 60 4.2. Uji Persyaratan Analisis 64
4.2.1. Uji Normalitas 65
4.2.1.1. Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 65 4.2.1.2. Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 65 4.2.1.3. Uji Normalitas Aktivitas Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 66 4.2.2. Uji Homogenitas 66 4.2.2.1. Uji Homogenitas Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 67 4.2.2.2. Uji Homogenitas Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 67 4.2.2.3. Uji Homogenitas Aktivitas Kontrol dan Kelas Eksperimen 68
4.3. Uji Beda 69
4.3.1. Uji Beda Pretes 69
4.3.2. Uji Beda Aktivitas 70 4.3.3. Uji Beda Hipotesis Postes 70
4.4. Pembahasan 71
4.4.1. Ada Perbedaan Aktivitas Siswa Antara Model Pembelajaran
Langsung dan Model Pembelajaran ATI 72 4.4.2. Ada Perbedaan Kemampuan Generik Sains Fisika Siswa Dengan Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran ATI 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 76
5.1. Simpulan 76
5.2. Saran 77
(11)
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Model Pembelajaran Langsung 24
Tabel 2.2.Indikator Kemampuan Generik Sains 32
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 40
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar Siswa 44
Tabel 3.3. Lembar Aktivitas Siswa 45
Tabel 3.4. Validitas Butir Soal Instrumen 51
Tabel 3.5. Analisis Daya Pembeda Tes Hasil Belajar 52
Tabel 3.6. Analisis Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar 53
Tabel 4.1. Data Pretes KelasKontrol dan Eksperimen 60
Tabel 4.2. Data Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen 61
Tabel 4.3. Data Aktivitas Kelas Kontrol dan Eksperimen 63
Tabel 4.4. Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 65 Tabel 4.5. Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen 66 Tabel 4.6. Uji Normalitas Aktivitas Kelas Kontrol dan Eksperimen 66 Tabel 4.7. Uji Homogenitas Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen 67 Tabel 4.8. Uji Homogenitas Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen 68
Tabel 4.9. Uji Homogenitas Nilai Berdasarkan Aktivitas 68
Tabel 4.10. Ringkasan Perhitungan Uji t Data Pretes 69
Tabel 4.11. Ringkasan Perhitungan Uji t Data Aktivitas 70
(12)
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Diagram Pelaksanaan Penelitian 43
Gambar 4.1. Grafik Pretes dan Postes Kelas DI dan ATI 62
Gambar 4.2. Analisis pretes untuk tiap indikator KGS 62
Gambar 4.3. Analisis postes untuk tiap indikator KGS 63
(13)
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 80
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 88
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 96
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 104
Lampiran 5. Modul Listrik Dinamis 112
Lampiran 6. Kisi-Kisi Soal Listrik Dinamis 149
Lampiran 7. Penskoran 152
Lampiran 8. Tes Hasil Belajar 156
Lampiran 9. Analisi Perhitungan Instrumen Tes 158
Lampiran 10. Hasil Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 165
Lampiran 11. Hasil Aktivitas Kelas Kontrol dan Eksperimen 167
Lampiran 12. Hasil Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen 175
Lampiran 13. Data SPSS Pretes 177
Lampiran 14. Data SPSS Postes 280
(14)
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan sekolah sebagai suatu lembaga pelaksana kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari prestasi siswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut. Keberhasilan ini dapat dilihat dari hasil belajar dan kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Salah satunya adalah hasil belajar fisika yang diperoleh siswa yang tidak terlepas dari keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas dapat diukur dari keberhasilannya mengantarkan siswa mencapai prestasi yang baik.
Keberhasilan yang diharapkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adalah pemilihan model pembelajaran, penguasaan materi pelajaran oleh guru, sarana dan prasarana pendukung, serta kesiapan, kemampuan dan motivasi siswa dalam menerima pelajaran. Namun tidak selamanya faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, bahkan tidak jarang hasil belajar siswa menjadi rendah khususnya pelajaran fisika, karena siswa merasa kurang diperhatikan kemampuannya untuk memahami pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 11 Medan juga memiliki permasalahan yang sama yaitu hasil belajar siswa rendah penyebabnya adalah kurangnya perhatian guru terhadap perbedaan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran, dimana pembelajaran lebih
(15)
2
didominasi oleh guru. Salah satu akibat pembelajaran seperti ini banyak berpendapat bahwa belajar fisika itu merupakan pelajaran yang sulit dipahami, kurang menarik, dan pelajaran yang membosankan. Bila hal ini dibiarkan terus berlanjut maka dikhawatirkan tujuan pelajaran nasional tidak tercapai.
Sejalan dengan hal tersebut, faktor yang diidentifikasi penyebab rendahnya hasil belajar siswa maupun proses pembelajaran adalah model pembelajarannya cenderung monoton, maka untuk mengantisipasinya dilakukan suatu inovasi dalam penentuan pembelajaran yang tepat sehingga dapat mencapai hasil belajar siswa yang optimal. Ada sebuah model pembelajaran yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran atau (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa yakni model pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) (Pirayanti, 2012)
Pada model pembelajaran ATI ini siswa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Masing-masing kelompok diberikan perlakuan yang dipandang cocok atau sesuai karakteristiknya. Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi, perlakuan yang diberikan yaitu belajar mandiri (self learning), bagi kelompok siswa berkemampuan sedang dan rendah diberikan pembelajaran reguler dengan metode pemberian tugas, untuk kelompok siswa yang berkemampuan rendah apabila hasil belajar belum mencapai KKM diberikan perlakuan spesial (special treatment).
Fisika merupakan ilmu tentang gejala dan perilaku alam sepanjang dapat diamati oleh manusia. Untuk dapat memahami gejala dan prilaku alam tersebut
(16)
3
diperlukan suatu keterampilan dasar tertentu yang harus dimiliki siswa. Keterampilan dasar ini disebut keterampilan generik sains, yang sangat berguna bagi siswa untuk dapat memecahkan masalah fisika di lingkungan sekitarnya maupun saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut Brotosiswoyo (2001) keterampilan generik sains yang didapat dari proses pembelajaran dimulai dengan pengamatan tentang gejala alam (1) pengamatan (langsung maupun tak langsung), (2) kesadaran akan skala besaran (sense of scale), (3) bahasa simbolik, (4) kerangka logika taat azas (logical self-consistency), (5) inferensi logika, (6) hukum sebab akibat (causality), (7) pemodelan matematik, dan (8) membangun konsep.
Konsep listrik merupakan konsep yang cukup penting dalam kurikulum pembelajaran fisika. Namun kenyataanya, tidak sedikit siswa mengalami kesulitan terutama dalam memahami listrik dinamis. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran di sekolah, siswa kurang mendapat perhatian mengenai kemampuannya. Sehingga dengan diimplementasikan model ATI akan dapat meningkatkan generik sains siswa kelas X SMA Negeri 11 Medan.
Hasil penelitian Pirayanti (2012) memperoleh peningkatan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kesimpulan yang diperoleh adalah (1) terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model pembelajaran ATI. Nilai rata-rata hasil belajar kelompok siswa dengan model pembelajaran konvensional adalah 32,83 dan nilai rata-rata hasil belajar kelompok siswa dengan model pembelajaran ATI adalah 38,36. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa dengan model pembelajaran ATI lebih tinggi dari model
(17)
4
pembelajaran konvensional. (2) Diperoleh respon siswa sebesar 69% yang tergolong pada kategori positif terhadap pengimplementasian model pembelajaran ATI.
Berdasarkan uraian latar belakang yang digambarkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang sejauh mana efek penerapan model pembelajaran ATI terhadap kemampuan generik siswa dalam pembelajaran fisika di kelas X SMA Negeri 11 Medan dengan melaksanakan penelitian yang mengambil judul “Efek Model Pembelajaran ATI (Aptitude Treatment Interaction) dan Aktivitas Terhadap Generik Sains Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Medan”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar fisika siswa rendah.
2. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Siswa mempunyai kemampuan (aptitude) yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah).
4. Model pembelajaran yang digunakan selama ini masih monoton.
5. Proses pembelajaran belum memperhatikan kemampuan generik sains siswa. 6. Salah satu materi pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa adalah materi
(18)
5
1.3. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian ini, maka peneliti membuat batasan masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan selama kegiatan pembelajaran adalah model pembelajaran ATI.
2. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.
3. Hal yang akan diteliti adalah hasil belajar siswa berupa generik sains.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan aktivitas siswa antara model pembelajaran langsung dan model pembelajaran ATI?.
2. Apakah ada perbedaan kemampuan generik sains fisika siswa antara model pembelajaran langsung dan model pembelajaran ATI?.
1.5. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis perbedaan aktivitas siswa antara model pembelajaran langsung dan model pembelajaran ATI.
2. Untuk menganalisis perbedaan kemampuan generik sains fisika siswa antara model pembelajaran langsung dan model pembelajaran ATI.
(19)
6
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, Secara teoritis:
1. Bagi peneliti bidang pendidikan, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian lanjutan dalam melaksanakan pengajaran dengan meggunakan model pembelajaran ATI.
2. Untuk memperkaya pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran ATI. Secara peraktis:
1. Memperbaiki proses pembelajaran dalam kelas agar lebih memperhatikan pememilihan model pembelajaran.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan dalam mengembangkan kemampuan generik sains siswa.
3. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagaimana meningkatkan kemampuan generik sains berdasarkan kemampuan individual.
1.7. Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran ATI adalah sebuah upaya untuk mencari dan menemukan perlakuan-perlakuan yang cocok dengan perbedaan kemampuan siswa, yaitu perlakuan yang secara optimal diterapkan untuk siswa yang berbeda tingkat kemampuannya (Nurdin, 2005).
2. Aktifitas siswa adalah segala kegiatan siswa dalam pembelajaran yang meliputi diskusi kelompok, memecahkan masalah, memberikan tanggapan,
(20)
7
membuat kesimpulan dan sebagainya. Dilakukan untuk mencapai tujuan pembelaran yang telah diukur dan dirumuskan dengan lembar instrument pengamatan aktifitas siswa (Sardiman, 2003).
3. Kemampuan generik sains adalah kemampuan dasar yang dapat ditumbuhkan ketika siswa menjalani proses pembelajaran. kemampuan generik sains dapat ditunjukkan melalui 9 indikator yaitu: (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tidak langsung; (3) kesadaran tentang skala besaran; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika taat-asas; (6) inferensi logika, (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematika; (9) membangun konsep (Brotosiswoyo, 2001).
(21)
76
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data, temuan dan pembahasan selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatmen Iteraction dengan menekankan pada perbedaan kemampuan dan hasil belajar, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Terdapat perbedaan aktivitas siswa antara model pembelajaran Aptitude Treatmen Iteraction dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Direct Instruction. Jika ditinjau dari perindikator aktivitasnya siswa yang diajar menggunakan model ATI lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model DI.
b. Terdapat perbedaan kemempuan generik sains fisika siswa antara model pembelajaran Aptitude Treatmen Iteraction dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Direct Instruction. Jika ditinjau dari perindikator kemampuan generik sainsnya siswa yang diajar menggunakan model ATI lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model DI.
(22)
77
5.2. Saran
a. Berdasarkan temuan peneliti, model pembelajaran Aptitude Treatmen Iteraction akan semakin meningkat jika siswa dilatih secara berulang-ulang dalam kegiatan pembelajaran berkelompok.
b. Sebelum diberikan tes akhir, siswa terlebih dahulu dilatih dengan berbagai soal yang berbeda tetapi masih dalam konsep yang sama sehingga ketika mengerjakan soal tes akhir, siswa mampu mengerjakan dengan baik. c. Dalam menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatmen Iteraction,
sebaiknya perhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.
d. Pertimbangkan waktu dalam melasanakan pembelajaran Aptitude Treatmen Iteraction sehingga kegiatan pembelajaran bisa terlaksana dengan baik.
(23)
78
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahman (2009). Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta, Bandung Anton, M, M (2000) Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arikunto, S (2009). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta
Brotosiswojo, B.S. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI
Faturrohman, P dan Sutikno, S. (2007), Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama
http://sisnita.blogspot.com/2012/11/kemampuan-generik-sains-pada.html?m=1. Diakses 07/03/2013
Kanginan, M (2007). Fisika Untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga
Kardi. (2001). Pengajaran Langsung. Surarabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press
Liliasari. (2005). The Use Of Interaktive Multimedia To Student’ Generic Science Skills. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Marzuki (2011). Program Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemamapuan Generik Sains Siswa Sekolah Menengah Pertama Sebagai Upaya Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Nur, M dan Kardi, S. (2000) Pengajaran Langsung. Pusat sains dan matematika Sekolah Pasca Sarjana. Unesa
Nurdin, S. (2005). Quantum Teaching. Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Ciputat Press
Oemar, H. (2001) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Pirayanti, N. M. (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Undiksha Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012. Singaraja: KARMAPATI
Purwanto, B. (2009). Theory and Aplicatin of Physics. Solo: Tiga Serangkai Riyanti, P. dan Putro, S,. P Meningkatkan Aktivitas Belajar (Active Learning) Siswa Berkarakter Cerdas Dengan Pendekatan Sains Teknologi (STM). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta
(24)
79
Sardiman. (2003). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja grafindo Persada
Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Slameto, A.S. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta
Sudjana. (2005). Metoda Statiska. Bandung: Tarsito
Supiyanto. (2007). Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Phibeta
Suryani, Darsikin dan Fichrin. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Generik Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinombo. Taduloko: Pascasarjana Jurusan Pendidikan Sains Universitas Tadulako
Suryosubroto. (1983). Sistem Pengajaran Dengan Modul. Yogyakarta: Bina Aksara
Tahir,. W,. M. (2012). Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Menggunakan Media Kartu Bilangan Pada Pembelajaran Matematika. Pontianak: Universitas Tanjungpura
Winataputra, U. dan Tita, R. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud
Wiyono, K dan Taufiq (2009) The Application Of Hypothetical Deductive Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Students’ Science Generic Skills On Rigid Body Equilibrium. Palembang: Departement of Phyiscs Education, Sriwijaya University
(1)
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, Secara teoritis:
1. Bagi peneliti bidang pendidikan, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian lanjutan dalam melaksanakan pengajaran dengan meggunakan model pembelajaran ATI.
2. Untuk memperkaya pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran ATI. Secara peraktis:
1. Memperbaiki proses pembelajaran dalam kelas agar lebih memperhatikan pememilihan model pembelajaran.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan dalam mengembangkan kemampuan generik sains siswa.
3. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagaimana meningkatkan kemampuan generik sains berdasarkan kemampuan individual.
1.7. Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran ATI adalah sebuah upaya untuk mencari dan menemukan perlakuan-perlakuan yang cocok dengan perbedaan kemampuan siswa, yaitu perlakuan yang secara optimal diterapkan untuk siswa yang berbeda tingkat kemampuannya (Nurdin, 2005).
2. Aktifitas siswa adalah segala kegiatan siswa dalam pembelajaran yang meliputi diskusi kelompok, memecahkan masalah, memberikan tanggapan,
(2)
membuat kesimpulan dan sebagainya. Dilakukan untuk mencapai tujuan pembelaran yang telah diukur dan dirumuskan dengan lembar instrument pengamatan aktifitas siswa (Sardiman, 2003).
3. Kemampuan generik sains adalah kemampuan dasar yang dapat ditumbuhkan ketika siswa menjalani proses pembelajaran. kemampuan generik sains dapat ditunjukkan melalui 9 indikator yaitu: (1) pengamatan langsung; (2) pengamatan tidak langsung; (3) kesadaran tentang skala besaran; (4) bahasa simbolik; (5) kerangka logika taat-asas; (6) inferensi logika, (7) hukum sebab akibat; (8) pemodelan matematika; (9) membangun konsep (Brotosiswoyo, 2001).
(3)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data, temuan dan pembahasan selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatmen
Iteraction dengan menekankan pada perbedaan kemampuan dan hasil belajar,
diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Terdapat perbedaan aktivitas siswa antara model pembelajaran Aptitude
Treatmen Iteraction dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model
pembelajaran Direct Instruction. Jika ditinjau dari perindikator aktivitasnya siswa yang diajar menggunakan model ATI lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model DI.
b. Terdapat perbedaan kemempuan generik sains fisika siswa antara model pembelajaran Aptitude Treatmen Iteraction dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Direct Instruction. Jika ditinjau dari perindikator kemampuan generik sainsnya siswa yang diajar menggunakan model ATI lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan model DI.
(4)
5.2. Saran
a. Berdasarkan temuan peneliti, model pembelajaran Aptitude Treatmen
Iteraction akan semakin meningkat jika siswa dilatih secara
berulang-ulang dalam kegiatan pembelajaran berkelompok.
b. Sebelum diberikan tes akhir, siswa terlebih dahulu dilatih dengan berbagai soal yang berbeda tetapi masih dalam konsep yang sama sehingga ketika mengerjakan soal tes akhir, siswa mampu mengerjakan dengan baik. c. Dalam menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatmen Iteraction,
sebaiknya perhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.
d. Pertimbangkan waktu dalam melasanakan pembelajaran Aptitude
Treatmen Iteraction sehingga kegiatan pembelajaran bisa terlaksana
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahman (2009). Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta, Bandung Anton, M, M (2000) Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arikunto, S (2009). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta
Brotosiswojo, B.S. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran
Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI
Faturrohman, P dan Sutikno, S. (2007), Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama
http://sisnita.blogspot.com/2012/11/kemampuan-generik-sains-pada.html?m=1. Diakses 07/03/2013
Kanginan, M (2007). Fisika Untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga
Kardi. (2001). Pengajaran Langsung. Surarabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press
Liliasari. (2005). The Use Of Interaktive Multimedia To Student’ Generic Science
Skills. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Marzuki (2011). Program Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Kemamapuan Generik Sains Siswa Sekolah Menengah Pertama Sebagai Upaya Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Nur, M dan Kardi, S. (2000) Pengajaran Langsung. Pusat sains dan matematika Sekolah Pasca Sarjana. Unesa
Nurdin, S. (2005). Quantum Teaching. Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Ciputat Press
Oemar, H. (2001) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Pirayanti, N. M. (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Aptitude
Treatment Interaction (ATI) Terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas VIII SMP Laboratorium Undiksha Singaraja Tahun Ajaran 2011/2012.
Singaraja: KARMAPATI
Purwanto, B. (2009). Theory and Aplicatin of Physics. Solo: Tiga Serangkai Riyanti, P. dan Putro, S,. P Meningkatkan Aktivitas Belajar (Active
Learning) Siswa Berkarakter Cerdas Dengan Pendekatan Sains Teknologi (STM). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta
(6)
Sardiman. (2003). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja grafindo Persada
Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Slameto, A.S. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta
Sudjana. (2005). Metoda Statiska. Bandung: Tarsito
Supiyanto. (2007). Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Phibeta
Suryani, Darsikin dan Fichrin. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terhadap Keterampilan Generik Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tinombo. Taduloko: Pascasarjana Jurusan Pendidikan
Sains Universitas Tadulako
Suryosubroto. (1983). Sistem Pengajaran Dengan Modul. Yogyakarta: Bina Aksara
Tahir,. W,. M. (2012). Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Menggunakan Media
Kartu Bilangan Pada Pembelajaran Matematika. Pontianak: Universitas
Tanjungpura
Winataputra, U. dan Tita, R. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud
Wiyono, K dan Taufiq (2009) The Application Of Hypothetical Deductive
Learning Cycle Learning Model To Improve Senior High School Students’ Science Generic Skills On Rigid Body Equilibrium. Palembang: