Peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster yunior Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERANAN HIDUP DOA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN
SPIRITUAL PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER
CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS
WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Paulina Sartipa
NIM: 081124034


PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERANAN HIDUP DOA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN
SPIRITUAL PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER
CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS
WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Paulina Sartipa
NIM: 081124034

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

i


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada
para Suster Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih
Santo Carolus Borromeus
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

MOTTO

“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya,
dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya,
sampai Ia menjadikan hukum itu menang”.
(Mat 12:20)

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Para suster yunior Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus
Borromeus wilayah Daerah Istimewah Yogyakarta adalah generasi penerus
kongregasi yang sedang berproses membina diri semakin masuk dalam tubuh
kongregasi dengan segala keprihatinannya. Sebagai suster yunior yang sedang
berproses membina diri belum memahami kecerdasan spiritual secara lebih
mendalam, sehingga kesulitan dan tantangan yang dialami dalam menghayati hidup
panggilan dan perutusannya, belum disikapi secara cerdas pula. Melihat

keprihatinan ini maka, para suster yunior CB membutuhkan doa sebagai kekuatan
yang menggerakkan dan mendayainya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual
dalam menghayati hidup panggilan dan perutusannya. Berdasarkan keprihatinan
tersebut penulis tergerak memilih judul skripsi: PERANAN HIDUP DOA
DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL PARA SUSTER
YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO
CAROLUS BORROMEUS WILAYAH DIY.
Hidup doa ialah kebiasaan rutin menyediakan waktu untuk menjalin relasi
dengan Tuhan melalui doa-doa harian, yang dilakukan dengan kesadaran dan
kepercayaan yang mendalam akan belas kasih dan cinta Allah yang menjadi dasar,
kekuatan, daya, spirit yang menggerakkan dan mengarahkan manusia pada
kepenuhan hidup dalam Tuhan. Sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
jiwa yang menjadi bagian dari diri manusia yang paling dalam yaitu hati nurani
yang memampukan manusia memaknai seluruh hidupnya dengan lebih baik.
Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif deskritif dengan
wawancara, pengamatan dan pengumpulan data serta studi dokumen dengan
mempelajari hasil pengumpulan data. Para suster yunior khususnya wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta yang diwawancarai berjumlah 10 suster. Dari hasil
wawancara dan pengumpulan data tersebut penulis menemukan bahwa para suster
yunior CB masih mengalami jatuh bangun dalam membangun hidup doanya. Hal

ini berdampak pada perkembangan kecerdasan spiritualnya yang masih
membutuhkan bimbingan dan pendampingan. Dengan demikian hidup doa perlu
diperhatikan kembali sehingga kecerdasan spiritual para suster yunior CB wilayah
DIY semakin baik pula dalam menghayati hidup panggilan dan perutusannya.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

The junior sisters of CB in the region of DIY is the next generation of the
congregation who are in the process of developing themselves into the body of
the congregation with its concerns. As a junior sister who is developing they has
not understood yet about spiritual intelligence deeply, so that the difficulties and

challenges that are experienced in their vocation and mission, has not beer
responded intelligently yet. Furthermore, seeing this concern the CB junior sisters
need prayer as their strength that moves and empower them to improve the
spiritual intelligence in living out their vocation and mission. Based on this
concerns the writter chose the title of this writing: THE ROLE OF PRAYER
LIFE TO INCREASE INTELLIGENCE SPIRITUAL OF THE JUNIOR
SISTERS IN THE CONGREGATION OF SISTERS OF CHARITY OF
SAINT CHARLES BORROMEO
IN THE REGION OF DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA.
Prayer life is a habit to have time to establish a relationship with God
through daily prayers, which is performed with consciousness and a deep trust of
the compassion and love of God which becomes the fundamental, strength,
power, spirit that drives and directs people to the fullness of life in God. While
spiritual intelligence is the intelligence of the soul as part of the inner selfs that is a
human conscience that enables human to make the meaning of his life better.
The method of research applied is descriptive qualitative research with
interviews, observation and data collection, including the documents study by
analyzing results of the data collectied. The writer interview 10 junior sisters
specifically in the region of Daerah Istimewa Yogyakarta. From interviews and

data collection, the writer found that the junior CB sisters still experiences ups and
downs in building their prayer life. This issue brings impact in the development of
spiritual intelligence which still needs guidance and mentoring. Thus a prayer life
must be concerned again so that the CB junior sisters in the region of Daerah
Istimewa Yogyakarta can have better spiritual intelligence in living out their
vocation and mission.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Syukur dan terimakasih kepada Allah yang telah melimpahkan berkat-Nya
yang melimpah dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis juga bersyukur atas

cinta dan perhatian dari berbagai pihak dalam bentuk dukungan, membimbing
dengan penuh kerelaan dan kesabaran, masukan dan kritikan yang membangun
dan dukungan doa-doa sehingga penulis dengan kesabaran dan ketekunan pula
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul PERANAN HIDUP DOA
DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL PARA SUSTER
YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO
CAROLUS

BORROMEUS

WILAYAH

DAERAH

ISTIMEWA

YOGYAKARTA.
Penulis menyadari dan mengakui dengan segala kerendahan hati bahwa
penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, namun berkat dukungan dari berbagai
pihak maka penulis dengan penuh keyakinan mempersembahkan yang terbaik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan
yang tulus kepada:
1.

Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing utama, yang telah
menyediakan diri dan meluangkan waktu untuk mendampingi, membimbing
penulis dengan penuh pengertian, kesabaran dan kesetiaan, memberikan
masukan dan kritikan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan
proses penulisan skripsi ini.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.

Drs. M. Sumarno, Ds., S.J., M.A, selaku dosen penguji II dan sekaligus dosen
wali, yang telah menyediakan diri dan waktu dengan penuh pengertian untuk
membimbing dan memberikan masukan mengenai penulisan skripsi ini.

3.

Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen penguji III, yang telah memberikan
perhatian, bimbingan, dukungan dan semangat dalam mempertanggungjawab
skripsi ini.

4.

Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Unuversitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendukung
dan mendidik penulis selama belajar sampai selesai penulisan skripsi ini.

5.

Sr. Carolina, CB beserta Staf Dewan Pimpinan Provinsi Kongregasi Sustersuster Cintakasih Santo Carolus Borromeus yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan perutusan studi sampai selesai penyusunan
skripsi ini.

6.

Sr. Yesina, CB selaku Kepala Kantor Yayasan Tarakanita Wilayah
Yogyakarta, pendamping suster studi dan pendamping suster yunior yang
dengan kesabaran dan kesetiaan mendukung dan memfasilitasi penulis selama
menjalani perutusan studi sampai selesai penyusunan skripsi ini.

7.

Sr. Elsa Maryudah, CB, selaku Ketua Yayasan Tarakanita Pusat, yang telah
memfasilitasi penulis selama menjalani perutusan studi.

8.

Sr. Surani, CB

selaku pemimpin komunitas Panti Rapih, yang telah

memberikan perhatian, dukungan, motivasi kepada penulis selama menjalani
perutusan studi sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………...

ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………...

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………...

iv

MOTTO……………………………………………………………….

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………...

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...

vii

ABSTRAK ……………………………………………………………

viii

ABSTRACT …………………………………………………………....

ix

KATA PENGANTAR ………………………………………………..

x

DAFTAR ISI ………………………………………………………….

xvi

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………..

xxi

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………

1

A. Latar Belakang ………………………………………………

1

B. Rumusan Masalah …………………………………………...

7

C. Tujuan Penulisan ………………………………………….....

7

D. Manfaat Penulisan …………………………………………...

7

E. Metode Penulisan ……………………………………………

8

F. Sistematika Penulisan ………………………………………..

8

BAB II. HIDUP DOA PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI
SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO CAROLUS
BORROMEUS WILAYAH DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA ………………………………………......

11

A. Hidup Doa ……………………………………………………

11

1. Pengertian Hidup doa …………………………………….

11

2. Spiritualitas Doa ………………………………………….

13

3. Doa ……………………………………………………….

18

a. Pengertian Doa ……………………………………….

18

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

b. Berbagai Bentuk Doa………...……………………....

22

c. Berbagai Cara Berdoa ……………………………......

29

d. Berbagai Isi Doa ……………………………………...

32

B. Spiritualitas Doa dalam Kongregasi …………………………

35

1. Konstitusi CB …………………………………………….

35

2. Kisah Pendiri Kongregasi Elisabet Gruyters (EG) ………

36

3. Senantiasa Hati Kami Mendambakan Allah …………….

39

C. Keadaan Praksis Hidup Doa Para Suster CB Wilayah DIY….

42

D. Keadaan Praksis Hidup Doa Para Suster Yunior Wilayah
DIY …………………………………………………………...

45

1. Aspek Rohani …………………………………………….

46

2. Pembinaan Terus-menerus ……………………………….

55

E. Pentingnya Bimbingan Hidup Doa Masa Yunior ……………

56

BAB III. KECERDASAN SPIRITUAL ……………………………...

63

A. Macam-macam Kecerdasan ………………………………….

63

1. Kecerdasan Spiritual (SQ) ……………………………….

63

2. Kecerdasan Intelektual (IQ) ……………………………..

66

3. Kecerdasan Sosial (SI) …………………………………...

67

4. Kecerdasan Emosional (EQ) ……………………………

69

B. Perkembangan dan Pertumbuhan Kecerdasan Spiritual ……..

72

C. HubunganTimbal Balik Antara Doa dan Kecerdasan
Spiritual ……………………………………………………...

79

D. Perkembangan Hidup Doa dan Kecerdasan
Spiritual Pendiri ……………………………………………..

82

E. Penelitian Peranan Hidup Doa dalam Meningkatkan
Kecerdasan Spiritual para Yuster Yunior CB Wilayah
DIY……………………………………………………………
1. Pendahuluan ……………………………………………...

87
87

a. Latar Belakang ……………………………………….

87

b. Permasalahan Penelitian ……………………………..

88

c. Tujuan Penelitian ……………………………………

89

d. Manfaat Penelitian …………………………………...

90

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Metodologi penelitian ……………………………………

90

a. Pendekatan Penelitian ………………………………..

90

b. Tempat dan Responden Penelitian …………………...

91

c. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan
Data…………………………………………...………
d. Teknik Analisa Data ………………………………….

91
92

e. Keabsahan Data ………………………………………

93

3. Laporan Hasil Penelitian …………………………………

93

4. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………….

101

a. Kekuatan, Hal-hal Baik yang Ada dalam Diri Para
Suster …………………………………………………

101

b. Kelemahan / Kesulitan ……………………………….

104

c. Peluang ……………………………………………….

106

d. Harapan ke depan …………………………………….

108

5. Kesimpulan Umum ………………………………………

110

BAB IV. PENCERMATAN KRITIS TERHADAP PERANAN
HIDUP
DOA
DALAM
MENINGKATKAN
KECERDASAN SPIRITUAL PARA SUSTER YUNIOR
CB
WILAYAH
DAERAH
ISTIMEWA
YOGYAKARTA ………………………………………...

115

A. Pencermatan Kritis …………………………………………

116

1. Hal-hal yang Sudah Baik yang Perlu Dikembangkan….

116

2. Hal-hal yang Masih Kurang dan Perlu Dikritisi
Kembali…………………………………………………

119

B. Dampak Hidup Doa ………………………………………..

122

1. Penghayatan Hidup Sehari-hari ………………………

122

2. Kecerdasan Spiritual …………………………………...

124

C. Berhadapan dengan Warisan Spiritualitas Bunda Pendiri….

126

1. Keprihatinan Allah ….…………………………………

126

2. Salib ……………………………………………………

127

3. Hati Tergerak dan Bergerak ……………………………

129

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

D. Pendampingan Hidup Doa Dalam Meningkatkan
Kecerdasan Spiritual Para Suster Yunior CB Wiayah
DIY………………………………………………………….

133

1. Pendampingan Masa Yuniorat …………………………

133

2. Pendampingan yang Menjadi Kekhasan CB …………...

138

3. Pendampingan Meningkatkan Kecerdasan Spiritual …..

144

a. Kemampuan Discernment – Hati Berpikir …………

144

b. Pertumbuhan Intuisi Rohani – Mata – kekuatan …...

146

c. Pertumbuhan Rasa Rohani – Hukum Kehidupan ….

148

d. Keningan .………………………………………...

152

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………...

155

A. Kesimpulan ………………………………………………….

155

B. Saran …………………………………………………………

157

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...

160

LAMPIRAN …………………………………………………………..

163

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian……………………………….

(1)

Lampiran 2: Pertanyaan Wawancara dengan Para Suster
Yunior CB Wilayah DIY………………………..

(8)

Lampiran 3: Data Hasil Wawancara Para Suster Yunior CB
Wilayah DIY ……………………………………..

(9)

Lampiran 4: Data Pelaksanaan Hidup Doa komunitas Para
Suster CB Wilayah DIY …………………………

(39)

Lampiran 5: Data Pelaksanaan Program Para Suster Yunior
CB Wilayah DIY ………………………………

(44)

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama
Republik dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Lain
CB

:

Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus.

Direk

:

Direktorium Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus
dalam Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus (2004),
Konstitusi beserta Direktorium, suatu manuskrip yang diterbitkan
oleh

Dewan

Pimpinan

Umum

Kongregasi

Suster-suster

Cintakasih Santo Carolus Borromeus di Maastricht, Februari
1989, hal. 71 – 111.
DIY

:

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dkk

:

Dan kawan-kawan.

EG

:

Elisabeth Gruyters. Dewan Pimpinan Umum. (1987). Elisabeth
Gruyters: Pendiri Sebuah Tarekat. Yogyakarta: Kanisius.

EQ

:

Emotional Quotient (Kecerdasan Emosional).

IPPAK :

Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

IQ

Intelligence Quotient (Kecerdasan Intelektual).

:

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KGK

:

Katekismus Gereja Katolik.

Konst

:

Konstitusi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus
dalam Suster-suster Cintakasih St. Carolus Borromeus (2004).
Konstitusi beserta Direktorium, suatu manuskrip yang diterbitkan
oleh

Dewan

Pimpinan

Umum

Kongregasi

Suster-suster

Cintakasih Santo Carolus Borromeus di Maastricht, Februari
1989, hal. 7 – 67.
KP

:

Kapitel Provinsi 2011, kumpulan hasil-hasil kapitel dalam
Kapitel Provinsi, suatu manuskrip yang diterbitkan oleh
Pertemuan Kapitel Suster CB yang berlangsung tanggal 28
Februari – 6 Maret 2011 dan 30 September – 9 Oktober 2011 di
Yogyakarta.

KUKP

:

Kapitel Umum dan Kapitel Provinsi 2005, kumpulan hasil-hasil
kapitel dalam Kapitel Umum dan Kapitel Provinsi, suatu
manuskrip yang diterbitkan oleh Pertemuan Kapitel Suster CB
yang berlangsung tanggal 16 Juli – 6 Agustus 2005 di
Yogyakarta.

KWI

:

Konferensi Waligereja Indonesia.

No

:

Nomor.

SI

:

Social Intelligence (Kecerdasan sosial).

SQ

:

Spiritual Quotient (Kecerdasan Spiritual).

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman ini menjalani hidup sebagai seorang religius tidaklah mudah.
Hidup religius adalah hidup yang dibaktikan untuk mengabdikan diri demi
Kerajaan Allah dengan mengikrarkan nasihat-nasihat Injil. Seorang religius
mengarahkan hidupnya pada Tuhan dengan menghayati nilai-nilai Injil dan
disemangati oleh spiritualitas pendiri kongregasi, sehingga mampu memberi
kesaksian hidup tentang Kerajaan Allah itu. Kesaksian hidup ini harus disadari
terus-menerus, terlebih hidup di zaman ini yang sangat mengedepankan
pandangan bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah tujuan utama dalam hidup
(hedonisme). Selain itu pandangan masyarakat modern yang menganggap barangbarang duniawi sebagai ukuran kebahagiaan dan kesenangan (konsumerisme)
yang disertai gaya hidup sekular yang merupakan tawaran yang sangat menarik
(KUKP, 2005: 20).
Gaya hidup dan pandangan-pandangan ini menggerus nilai-nilai moral dan
agama sehingga mempengaruhi pola hidup dan perilaku masyarakat. Ada
kecenderungan manusia untuk mengejar kekuasaan dan kekayaan, bahkan
mempunyai pandangan bahwa keberhasilan hidup seseorang diukur dari tingginya
posisi jabatan dan banyaknya materi yang diperoleh. Hal tersebut tidak menutup
kemungkinan bahwa para religius pun masuk dan terbawa dalam arus zaman

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

seperti yang digambarkan di atas, sehingga

akan kehilangan identitas sebagai

orang yang terpanggil untuk memiliki dan mencintai Tuhan seutuhnya. Para
religius yang terjerumus dalam hidup duniawi akan kehilangan orientasi hidup
yang menuntunnya ke dalam panggilan hidup sebagai religius yang lebih
berkualitas hidupnya. Hal ini dapat menyebabkan melemahnya rasa religius yang
tertanam dalam dirinya. Orang tidak lagi merasa berdosa terhadap Allah sehingga
kesadaran dan usaha untuk pertobatan pun tidak nyata dalam kehidupannya.
Dengan demikian diharapkan bahwa para religius memiliki kecakapan dan
kepekaan hati untuk mengembangkan rasa religiositas sehingga dimampukan
pula menemukan Allah yang menjadi sumber kekuatan dalam mengatasi berbagai
tantangan yang dihadapi dengan kepercayaan dan dengan harapan yang kuat pula
akan Allah yang menyertai, Allah yang menyelamatkan (Darminta, 1981a: 14).
Dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam mewujudkan cita-cita hidup
religius, dibutuhkan ‘rasa religius’ yang kuat sehingga kesadaran dalam usaha
pertobatan terus-menerus sungguh diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertobatan ini akan memampukan para suster
kecakapan hati

dan dengan keberanian

untuk senantiasa memiliki

mau bertumbuh dan berkembang

kecerdasan spiritualnya. Hal ini tampak dalam kecakapan dan keberanian
mengakui dirinya dalam keadaan berdosa di hadapan Allah dan sesama,
kecakapan dan keberanian untuk membawa pengampunan pada dirinya dan
sesama serta kecakapan dan keberanian untuk berdoa terus-menerus. Selain itu
memiliki kecakapan dan keberanian untuk berbuat amal serta kebaikan secara
tulus kepada sesama dan memiliki kecakapan dan keberanian untuk menempatkan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

diri secara benar di hadapan Allah dan sesama, karena manusia menyadari
ketakberdayaan diri maka dengan segala kerendahan hati membutuhkan Tuhan
dan sesama. Sikap hati inilah yang sungguh dibutuhkan untuk melihat mana yang
sesuai atau tidak sesuai dengan hakikat hidup religius, nilai-nilai Injili dan
spiritualitas Kongregasi. Proses penyadaran ini berlangsung terus-menerus dalam
menjalani dan menghayati hidupnya. Para religius juga diharapkan untuk terusmenerus menyadari betapa pentingnya menjalin relasi yang akrab dengan Tuhan,
sehingga pengalaman relasi yang mendalam dengan Tuhan tersebut

menjadi

penggerak seluruh pola pikir, pilihan dan tindakan serta segala konsekuensinya.
Dengan demikian para religius mencapai kepenuhan hidup sehingga hidupnya
menjadi lebih bermakna dan berkualitas (KUKP, 2005: 73-75).
Manusia memiliki tiga dimensi yaitu; akal budi, tubuh dan jiwa. Masingmasing dimensi tersebut memiliki kecerdasan yang bisa membantu manusia untuk
menyelesaikan persoalan di dalam hidupnya. Akal budi merupakan wilayah
kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) yang juga membantu
manusia untuk berpikir secara rasional dan logis. Tubuh atau fisik menjadi basis
kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) yang membantu manusia untuk
lebih menyadari, mengenali, mengelola emosinya sehingga mampu mengolah
emosinya secara lebih cerdas. Sedangkan dimensi jiwa memiliki wilayah
kecerdasan yang disebut kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) yang
membantu manusia untuk memaknai seluruh peristiwa hidup yang dialami untuk
mencapai kepenuhan hidupnya. Dengan demikian kecerdasan spiritual sangat
dibutuhkan karena menjadi pedoman, arah dan tujuan dalam menjalani dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

menjadikan

hidup ini menjadi lebih bermakna. Kecerdasan spiritual

memampukan kita untuk lebih fleksibel dalam mengembangkan hidup karena
mengerti secara mendalam dan luas dan memberikan kebahagiaan. Kecerdasan
spiritual membantu seseorang untuk lebih konsisten dengan pilihan hidup,
menjadi lebih dewasa dan juga menguatkan kemampuan berpikir. Dengan
demikian seorang religius semakin dewasa dan bijak menghadapi tantangan dan
pergumulan dalam mewujudkan nilai-nilai dan cita-cita hidup religius (Suparno,
2013: 25-28).
Kongregasi CB memiliki tahap-tahap pembinaan yang meliputi; masa
Postulat, masa Novisiat,

masa Yunior

dan masa bina lanjut. Penulisan ini,

peneliti lebih fokus pada masa pembinaan Yunior yang diharapkan agar para
suster yunior mampu mengembangkan aspek kecerdasan intelektual atau
Intelligence Quotient (IQ), kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ),
kecerdasan sosial atau Sosial Intelligence (SI) dan kecerdasan spiritual atau
Spiritual Quotient (SQ). Berdasarkan pengalaman sebagai suster CB, programprogram pada tahap Yunior tampak jelas bahwa isi dari program Yunior tidak
hanya mengembangkan intelektual saja tetapi juga mengembangkan kemampuan
emosional dan spiritual. Namun dari pengalaman saya berpendapat bahwa
meskipun ketiga kecerdasan tersebut diberi tempat untuk berkembang, namun
aspek spiritual hendaknya diberi porsi yang lebih besar dalam program
pembinaan. Ketika aspek kecerdasan spiritual diberi porsi yang lebih besar,
diharapkan hal itu akan membawa dampak bagi para suster yunior CB, semakin
mencintai panggilannya dan kongregasi, bersikap dewasa, bijaksana, penuh cinta,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

memiliki hati yang berbelarasa, empati, merasa aman dan bahagia serta mampu
memaknai seluruh pristiwa hidup baik yang menyenangkan maupun kegagalan
yang dialaminya. Memiliki motivasi yang tinggi untuk merealisasikan nilai-nilai
Spiritualitas Bunda Elisabeth sebagai Pendiri Kongregasi.
Kenyataan yang dialami oleh para suster Yunior, tidaklah mudah untuk
mencapai kebahagiaan dan kedalaman hidup dalam hidup panggilannya.
Misalnya pengalaman yang penulis jumpai sebagai suster Yunior yang studi
kurang memberi prioritas waktu untuk berdoa, berefleksi, merenung dan
berkomunikasi dengan diri dan Tuhan karena sudah capek, lelah kuliah sampai
sore, banyak tugas dari dosen dan kegiatan intern kongregasi dan komunitas yang
banyak menyita waktu untuk mengerjakannya. Sebagai suster yunior yang sudah
berkarya merasa “overload” dalam bekerja sehingga merasa capek, banyak tugas,
lelah, ngantuk

sehingga kurang maksimal memberi waktunya untuk berelasi

dengan Tuhan dalam doa.
Dengan melihat realitas ini, sangat penting dikembangkan kecerdasan
spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) bagi perkembangan diri para suster Yunior
CB yang sudah tentu dibangun atas dasar hidup doa yang kuat atau yang
mendalam. Melihat realitas ini pula, para suster Yunior CB wilayah Yogyakarta
sangat membutuhkan hidup doa yang merupakan jiwa serta dasar, faktor yang
utama,

yang menjadi fondasi untuk meningkatkan kecerdasan spiritualnya,

sehingga mampu membuat pilihan mana yang baik, benar dan yang terbaik,
menjadi bijak dalam menghadapi persoalan hidup, mampu memaknai seluruh

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

hidupnya dengan lebih sungguh di hadapan Allah,

baik pengalaman yang

menyenangkan maupun pengalaman kegagalan.
Kesetiaan dan ketekunan menjalin relasi dengan Allah lewat hidup doa
akan membuahkan sikap-sikap; bijaksana, penuh cinta, merasa aman dan bahagia.
Hal ini tampak juga dalam sikap hidupnya yang membawa dan menghidupi nilainilai, kerendahan hati, selalu mempunyai semangat atau tidak lekas putus asa,
mempunyai kemauan untuk maju dan mengembangkan diri, melihat sesama
secara positif, mampu memberi makna pada penderitaan yang dialaminya. Mampu
berkomunikasi dan menjalin relasi dengan baik terhadap sesama baik dalam hidup
bersama maupun dalam dunia kerja, memiliki emosi yang matang dan stabil
sehingga bisa menghadapi konflik dengan bijaksana, mempunyai rasa tanggung
jawab terhadap hal-hal yang dipercayakan kepadanya, memiliki kebebasan dan
kemandirian dalam hidup. Sikap-sikap tersebut menunjukkan bahwa dengan
hidup doa, seseorang dimampukan untuk mendengarkan sapaan Allah sehingga
dimampukan pula untuk

memilih dan

melakukan kehendak Allah dalam

hidupnya. Dengan demikian kecerdasan spiritual akan tumbuh dan berkembang
aktif dalam diri seseorang kalau ia mampu mendengarkan suara dan kehendak
Allah dalam keheningan batinnya.
Setelah melihat dan menjumpai situasi di atas penulis terdorong untuk
meneliti bagaimana peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual
para suster yunior CB wilayah Yogyakarta. Dengan demikian penulis mengambil
judul skripsi: “Peranan Hidup Doa dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

Para Suster Yunior Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus
Borromeus Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas ada beberapa hal yang ingin dicermati lebih lanjut dan
pada akhirnya menjadi titik awal dari penulisan ini. Adapun masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1.

Apa yang dimaksud dengan hidup doa?

2.

Apa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual?

3.

Bagaimana peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual
para suster Yunior CB wilayah DIY?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:
1.

Untuk menguraikan pengertian hidup doa.

2.

Untuk menguraikan pengertian kecerdasan spiritual.

3.

Untuk

mengetahui peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual para suster Yunior CB wilayah DIY.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

D. Manfaat Penulisan

1.

Bagi Kongregasi CB
Memberikan sumbangan pemikiran dan inspirasi bagi para suster Yunior
dalam mengolah diri, agar menjadi pribadi suster CB yang memiliki
kedalaman hidup doa dan kecerdasan spiritual dalam membangun hidup
panggilan dan perutusannya.

2.

Bagi para Formator dan pimpinan komunitas
Memberikan sumbangan pemikiran dan inspirasi bagi para formator dan
pimpinan komunitas, agar dalam pendampingan para suster yunior dapat
dibantu semakin memahami dan memiliki semangat dan spiritualitas Bunda
Pendiri yang menggerakan dan mendayai setiap pribadi dalam menghayati
hidup panggilan yang lebih berkualitas.

3.

Bagi Penulis
Memperdalam pemahaman dan mengolah diri menjadi pribadi yang memiliki
kecerdasan spiritual yang dilandasi oleh hidup doa yang bersumber dari
spiritualitas kongregasi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

E.

Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskriptif
kualitatif melalui wawancara, observasi dan studi dokumen untuk memperoleh
gambaran mengenai peranan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual
para suster yunior CB wilayah DIY.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini maka
penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan sebagai berikut:
Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisanan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
Bab II menguraikan tentang hidup doa yang meliputi: pengertian hidup
doa, spiritualitas doa dan doa. Kedua menguraikan tentang spirtualitas doa dalam
kongregasi yang meliputi: Konstitusi CB, Kisah pendiri kongregasi Elisabeth
Gruyters (EG) dan Senantiasa hati kami mendambakan Allah. Ketiga
menguraikan tentang Keadaan praksis hidup doa para suster CB wilayah DIY.
Keempat menguraikan tentang Keadaan praksis hidup doa para suster yunior CB
wilayah DIY yang meliputi: Aspek rohani dan Pembinaan terus menerus. Kelima
menguraikan tentang pentingnya binbingan hidup doa masa yunior.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

Bab III menguraikan tentang

kecerdasan spiritual yang terdiri dari

pertama, menguraikan tentang macam-macam kecerdasan yang meliputi:
kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial dan kecerdasan
emosi. Kedua menguraikan tentang perkembangan dan pertumbuhan kecerdasan
spiritual, ketiga menguraikan tentang hubungan timbal balik antara doa dan
kecerdasan spiritual, keempat menguraikan tentang perkembangan hidup doa dan
kecerdasan spiritual pendiri. Kelima menguraikan tentang hasil penelitian dan
pembahasan penelitian.
Bab IV menguraikan tentang pencermatan kritis terhadap peranan hidup
doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para suster yunior wilayah DIY
yang terdiri dari: pertama, Pencermatan kritis yang meliputi: hal-hal yang sudah
baik yang perlu dikembangkan dan hal-hal yang masih kurang dan perlu dikritisi
kembali. Kedua, dampak hidup doa yang meliputi: dampak hidup doa terhadap
penghayatan hidup sehari-hari dan dampak hidup doa terhadap kecerdasan
spiritual. Ketiga, menguraikan tentang
berhadapan

hidup doa dan kecerdasan spiritual

dengan warisan spiritualitas

bunda pendiri

yang meliputi:

Keprihatinan Allah, Salib dan Hati tergerak dan bergerak. Keempat menguraikan
tentang pendampingan hidup doa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual para
suster yunior CB wilayah DIY yang meliputi: pendampingan masa yuniorat,
pendampingan yang menjadi kekhasan CB, dan Pendampingan meningkatkan
Kecerdasan Spiritual.
Bab V berisikan kesimpulan dari penulis dan saran bagi para suster yunior
CB wilayah DIY, para formator dan para pimpinan komunitas.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
HIDUP DOA PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI
SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS
WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Bab II ini berupa kajian pustaka, yang akan penulis uraikan dalam empat
bagian. Pertama, mengenai Hidup Doa yang meliputi: Pengertian Hidup Doa,
Spiritualitas Doa dan Doa. Kedua, mengenai Spiritualitas Doa dalam Kongregasi
yang terdapat dalam Konstitusi Kongregasi, Kisah Pendiri Kongregasi dan
beberapa buku sumber lainnya. Ketiga, mengenai gambaran umum Praksis Hidup
Doa Para Suster CB. Keempat, tentang Keadaan Praksis Hidup Doa Para Suster
Yunior CB Wilayah DIY dan kelima, Pentingnya Bimbingan Hidup Doa Masa
Yunior.

A. Hidup Doa

1.

Pengertian Hidup Doa
Konstitusi dan Direktorium Kongregasi CB menguraikan bahwa yang

dimaksud dengan hidup doa ialah waktu yang dikhususkan setiap hari untuk
menjalin relasi dengan Tuhan dalam menjaga keseimbangan hidup dan meneliti
sejauh mana hidup kita telah menanggapi bimbingan Roh Kudus serta menimba
kekuatan dari-Nya (Konst, no. 43, 44).

11

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

Harjawiyata (1977: 15) menegaskan bahwa hidup doa ialah mengupayakan
waktu dan kesempatan untuk terus menerus berdoa setiap hari, supaya hidup
rohani terperhatikan dan terpelihara dengan baik. Jika hidup rohani kita baik, tentu
saja hidup kita sepanjang hari juga baik. Tanpa doa seseorang tak dapat
menemukan jalan menuju Allah, tidak dapat mengerti tentang kebenaran, tidak
dapat menemukan Kristus yang hadir dalam hatinya dan tidak dapat mengalami
persatuan yang membahagiakan bersama Allah.
Philomena Agudo (1988: 177) mengatakan bahwa hidup doa berarti
kebiasaan rutin berdoa yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena percaya
akan cinta dan belas kasih Tuhan.
Sedangkan Darminta (2006a: 92) mengatakan bahwa hidup dan hidup doa
merupakan warna hidup jiwa atau batin seseorang yang akan terungkap dalam
bahasa perbuatan (Yak 2:1-26). Ada hubungan antara hidup doa dan hidup iman,
yang tidak hanya ditentukan oleh kekhusukkan dalam berdoa, tetapi tindakan
konkrit apa yang dilakukan sebagai buah dari hidup doa, sebagaimana terdapat
dalam Mat 25:34-36 apakah kita dengan keberanian mau memberi segelas air
pada mereka yang haus, makanan kepada mereka yang lapar?

Hal ini mau

mengatakan bahwa, doa tidak hanya dalam sebuah rutinitas, formal di ruang doa,
namun doa yang sungguh hidup dalam sikap dan tindakan konkrit. Doa sungguh
berbuah dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, hidup doa adalah waktu yang
dikhususkan setiap hari

untuk menjalin relasi dengan Tuhan dalam menjaga

keseimbangan hidup dan meneliti sejauh mana hidup kita telah menanggapi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

bimbingan Roh Kudus serta menimba kekuatan dari-Nya. Hidup doa yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena percaya akan cinta dan belas kasih
Tuhan merupakan warna hidup jiwa atau batin seseorang yang terungkap dalam
bahasa perbuatan di dalam kehidupan sehari-hari.

2.

Spiritualitas Doa
Hidup doa perlu dibangun secara terus menerus, karena dengan hidup doa

manusia mampu membawa gerak perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Hidup
yang dijiwai oleh doa, tentu saja berdampak pada sikap-sikap yang sesuai dengan
nilai-nilai yang dikehendaki Allah. Dengan demikian hidupnya menjadi bagian
dari doanya dan doa menjadi kekuatan dalam hidupnya, sehingga mampu
melaksanakan kehendak Allah dalam hidup bersama dengan orang lain, maupun
dalam karya atau pekerjaan yang dilakukannya (Darminta, 1997b: 22-28).
Hidup doa atau hidup rohani menjadi pembangkit, penyemangat atau
spirit, serta pemandu hidup manusia di dalam rahasia-rahasia Tuhan. Hidup doa
atau hidup rohani berdampak pada pengangkatan kualitas hidup dari nilai-nilai
dunia ke nilai-nilai surgawi. Dengan hidup doa manusia semakin digerakkan dan
diarahkan pada kepenuhan hidup dalam Tuhan. Doa memiliki tiga ciri utama
yaitu: mendengarkan,

mengalami, mengambil sikap. Tiga ciri utama ini

merupakan kegiatan yang memiliki kekuatan, untuk mengolah hidup di dalam
Tuhan lewat doa (Darminta, 1997a: 31-43). Ketiga ciri tersebut dapat dijadikan
spiritualitas doa seseorang yang meliputi mendengar, mengalami dan mengambil
sikap.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

a.

Mendengarkan
Bila seseorang hendak berdoa, terlebih dahulu mengusahakan dan

membangun keheningan. Keheningan dapat diusahakan dengan cara penyadaran
tubuh, nafas atau lingkungan. Penyadaran ini bertujuan untuk membangun
kepekaan rohani, sehingga orang tidak hanya mampu mendengarkan dan
menemui apa yang terjadi dalam dirinya, namun mampu mendengarkan suara
batin terdalam yang datang dari Allah menyapa manusia. Kemampuan
mendengarkan yang dimiliki manusia, memampukannya melihat arah hidup yang
sebenarnya karena manusia juga memiliki hati mistik. Hal inilah yang menjadi
kekuatan dasyat untuk mengarungi dan bergulat dalam hidup. Dengan demikian
keheningan mempunyai peranan yang sangat penting, supaya hati kita mampu
mendengarkan kehendak Allah, dan dapat melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari (Darminta, 1997a: 31-32).

b.

Mengalami
Dalam doa manusia diajak untuk mengalami kasih Allah yang

menyembuhkan dan memberi kekuatan. Maka manusia yang memiliki daya dalam
jiwa dan batinnya, diajak untuk menghadirkan dan menghidupkan segala
pengalaman serta peristiwa hidup yang tersimpan dalam batinnya. Hal inilah yang
disebut dengan fantasi. Dalam fantasi manusia mampu mengangan-angankan
sesuatu yang akan datang, karena manusia sedang berjalan menuju masa depan.
Fantasi ini sebagai daya kekuatan, untuk mengalami baik yang telah lalu maupun
yang akan datang, untuk menyembuhkan luka-luka batin, menata hidup,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

menghimpun kekuatan hidup, dan menawarkan pilihan-pilihan konkret dalam
hidup. Fantasi berpijak pada kenyataan hidup, baik yang lalu, sekarang dan yang
akan datang, dan dalam fantasi manusia, Allah berkarya (Darminta, 1997a: 3539).
Dengan demikian, fantasi menjadi sarana bagi manusia untuk sungguh
mengalami kasih Allah, yang memberikan kekuatan hidup, memberikan
kesembuhan, mengolah hidup dan menumbuhkan rasa religius sehingga
melahirkan sikap hormat terhadap hidup.

c.

Mengambil sikap
Sikap dasar hidup yang diperlukan ialah kepercayaan terhadap diri sendiri,

lingkungan serta sesama. Dari sikap dasar ini manusia diajak mengadakan
loncatan kepercayaan, yaitu percaya dan masuk untuk menyerahkan kepada
realitas misterinya dalam Tuhan, atau realitas mistiknya yaitu hidup bersatu
dengan Allah. Seperti yang telah kita lihat sebelumnya bahwa,

dengan

keheningan manusia menjadi sadar serta peka mendengarkan suara Tuhan, dan
melalui fantasi menusia mengalami kasih Allah yang memberikan kekuatan.
Kedua hal inilah yang membantu manusia, untuk mengambil serta membangun
sikap yang lebih benar dan kuat dalam hidupnya. Lewat doa manusia diajak untuk
membangun diri dan kepribadian dalam Tuhan.
Dengan demikian maka, hidup doa yang membangkitkan, menumbuhkan
dan mengembangkan sikap kita dalam bertindak, merupakan hal yang tak dapat
diabaikan, karena ciri-ciri doa adalah berdimensi kebaktian. Berdoa mempunyai

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

kekuatan bagi kita untuk membuat sebuah pilihan, serta langkah yang semakin
sesuai dengan kehendak Allah (Darminta, 1997a: 40-43).
Doa menggerakan manusia untuk semakin terbuka akan anugerah Allah
yang mengutuhkan, meningkatkan dan mengangkat hidup manusia. Dengan kata
lain doa menggerakan dan mengarahkan manusia kepada kepenuhan hidup di
dalam Tuhan. Hal ini dapat terjadi jika manusia senantiasa membangun kerinduan
yang terus-menerus dalam relasi atau doanya kepada Allah, sehingga menjadi
pembangkit, mengarahkan hidupnya kearah yang lebih luhur, utuh dan luas dalam
rahasia Tuhan (Darminta, 1997a: 45).
Berdoa dalam kesederhanaan hati juga menjadi inspirasi dalam
membangun hidup doa para suster. Doa yang terlahir dari pengalaman salib hidup
sehari-hari sungguh menjadi kekuatan yang luar biasa. Melalui doa jalan salib
hidup, kita mengungkapkan iman yang sederhana kepada kehadiran kasih Allah
dalam derita-derita manusia. Ada kekuatan yang luar biasa di balik salib yaitu,
kekuatan kasih Allah yang tidak dapat dipadamkan. Maka dengan ketekunan
dalam doa jalan salib, kita mampu meresapkankeagungan Tuhan yang tak
terkatakan sehingga kita dapat mengalami kekuatan kasih salib tersebut. Bunda
Maria juga memberi keteladanan berdoa dalam kesederhanaan hati melalui doa
Rosario. Kesederhanaan hati Bunda Maria juga ditunjukkannya dalam
kesetiaannya menyertai Yesus Putranya mulai dari inkarnasi bahkan sampai pada
kebangkitan-Nya.
Dengan demikian kita diajak untuk menumbuhkan dalam diri kita,
gambaran Bunda Maria yang sungguh menyatu dengan karya keselamatan Allah.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

Belajar dari Maria dan Yoseph sebagai orang Yahudi yang sederhana, rajin
membaca dan mendengarkan firman sehingga mampu pula untuk menyimpan dan
melaksanakan firman tersebut. Kebiasan hidup rohani mereka, juga menjadi
teladan bagi kita yang hidup di zaman ini, karena firman Allah memberi daya
kegembiraan, keteguhan dan kreatifitas di dalam hidup sehari-hari (Darminta,
2012: 18-23).
Doa menjadi kekuatan batin memampukan kita melewati padang gurun
kehidupan. Doa menjadi kekuatan batin Yesus, nampak dalam pancaran hidup
yang berkualitas yang memiliki hati yang sederhana yang ditandai oleh
kerendahan hati-Nya sehingga percaya dan penuh penyerahan diri kepada
kekuatan kasih Allah Bapa. Memiliki sikap yang lepas bebas, sehingga menjadi
terpusat kepada Allah dan tidak dikhawatirkan dengan hal-hal dunia. Memiliki
keheningan batin yang ditandai dengan kesetiaan kepada Bapa, karena Allah Bapa
adalah setia. Dalam ketaatan-Nya Yesus terbuka dan siap sedia melaksanakan apa
yang menjadi kehendak-Nya, dan yang terahkir adalah hati yang baik yang selalu
membawa berkat keselamatan bagi orang-orang yang sederhana hatinya
(Darminta, 2012: 21-23).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, doa yang benar adalah
memiliki tiga ciri utama yang sekaligus menjadi spirit dalam membangun relasi
yang intim dengan Allah, yaitu: mendengarkan suara Tuhan dalam keheningan,
berani masuk untuk mengalami kasih Allah melalui fantasi, yang menghadirkan
dan menghidupkan segala pengalaman serta peristiwa hidup yang tersimpan
dalam batin,

supaya manusia mendapatkan kekuatan dalam hidupnya dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

manusia mampu mengambil sikap hidup yang benar dalam hidup bersama dengan
sesama maupun makhluk ciptaan lainnya serta dalam pekerjaan yang
dilakukannya setiap hari. Doa yang lahir dari pengalaman salib keseharian
seseorang dan menjadi doa yang sungguh dihayati akan sungguh pula mengalami
dan merasakan kekuatan kasih Allah yang luar biasa yang tak dapat dipadamkan.
Selain doa yang lahir dari pengalaman keseharian juga doa dengan segala
kerendahan hati sehingga hidupnya penuh penyerahan diri kepada kekuatan Allah.
Selain itu doa juga menjadikan kita semakin terbuka akan rahmat Allah sehingga
menggerakan dan mengarahkan hidup kita kepada kepenuhan hidup di dalam
Tuhan.

3.

Doa

a.

Pengertian Doa
Doa merupakan kontak dan perjumpaan antara Allah dengan manusia.

Perjumpaan antara Allah dengan manusia diwujudkan dengan kata-kata atau
saling berbicara dan kehadiran keduanya saling mempengaruhi. Oleh karena itu
doa memiliki kekuatan untuk mengubah dan mengolah diri karena perjumpaan
tersebut mengandung tawaran serta tuntutan (Darminta, 1997a: 7).
Doa adalah anugerah Allah, karena doa berarti mengangkat jiwa kepada
Tuhan dan memohonkan hal-hal yang baik dalam kerendahan hati. Kerendahan
hati ialah dasar dari doa (KGK, no. 2559). Selain itu doa juga menuntut usaha dan
membutuhkan jawaban yang tegas dari pihak kita atas tawaran kasih Allah. Kita
telah diberi teladan oleh pendoa-pendoa dari Perjanjian Lama, para Kudus, Bunda

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

Allah dan Yesus bahwa, berdoa berarti berjuang melawan diri sendiri dan tipu
muslihat setan atau penggoda yang melakukan segala cara untuk mencegah
manusia bersatu dengan Allah (KGK, no. 2725).
Bagi Santa Theresia dari kanak-kanak Yesus, doa adalah ayunan hati, satu
pandangan sederhana kearah surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah
percobaan dan di tengah kegembiraan. Dengan demikian doa menjadi kekuatan
manusia dalam menempuh kehidupan di dunia.
Sedangkan Yohanes Indrakusuma (1981: 90-91) menguraikan bahwa doa
ialah memasuki hubungan pribadi dengan Allah dalam iman dan cinta kasih.
Hubungan antara manusia dengan Allah bukan buah pikiran manusia, melainkan
buah karya keselamatan Allah. Allah yang terlebih dahulu mencintai manusia,
menginginkan supaya manusia dapat menjawab cinta-Nya secara bebas. Allah
ingin agar manusia dapat memasuki suatu hubungan yang benar-benar pribadi
dengan Dia. Ia menghendaki supaya manusia dapat mengenal Dia dengan
sungguh-sungguh sehingga hidupnya dipenuhi dengan Roh Allah.
Lukasik (1991: 26) menyatakan bahwa doa dapat dirumuskan sebagai
percakapan jiwa manusia dengan Allah. Namun doa dalam ungkapannya yang
tertinggi atau yang paling masak adalah persatuan jiwa manusia dengan Allah,
bukan hanya percakapan antara manusia dengan Allah saja. Dengan bersatunya
jiwa manusia dengan Allah maka, manusia dalam hidupnya selalu melakukan
kehendak Allah karena Roh Allah tinggal dan memenuhi dirinya.
Dalam buku Iman Katolik (KWI, 1996: 194-197) menjelaskan doa ialah
suatu pernyataan iman di hadapan Allah. Doa tidak dilepaskan dari kehidupan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

sehari-hari yaitu hidup bersama dengan keluarga, hidup bersama dengan
masyarakat maupun hidup karya atau pekerjaan yang dilakukannya. Doa
merupakan kata cinta seorang anak kepada Bapanya, maka doa dapat timbul dari
hati yang susah juga dapat timbul dari jiwa yang gembira. Doa tidak
membutuhkan banyak kata, tidak terikat pada waktu maupun tempat tertentu,
tidak menuntut sikap badan atau gerak-gerik yang khusus, meskipun hal tersebut
dapat menjadi pendukung dalam doa. Dikatakan juga dalam KWI bahwa hidup
kristiani berarti hidup mengikuti Kristus yang hidupnya selalu dibimbing oleh
Roh Kudus dan tekun dalam doa. Bagi orang Kristiani doa tidak mungkin tanpa
Kitab Suci, sebab di dalamnya diwartakan arti yang mendalam dari doa, yaitu
karya komunikasi Allah dengan manusia. Dengan demikian doa sebenarnya ialah
menghayati dan menghidupi sabda Kitab Suci dalam hubungan pribadi dengan
Allah, sehingga yang diwujudkan manusia adalah kehendak Allah.
Sedangkan Martini (1987: 12-14) mengatakan bahwa doa adalah sesuatu
yang sangat pribadi, sangat intim, sangat bersifat milik kita masing-masing
sehingga sukar untuk membicarakannya bersama-sama jika Tuhan tidak
menempatkan kita dalam suasana yang membantu.Doa adalah sesuatu yang
teramat sederhana, sesuatu yang memancar dari mulut dan hati yang penuh
ketulusan dan kepolosan.

Dokumen yang terkait

Makna pengampunan dalam hidup berkomunitas Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus.

0 32 170

Pelayanan di tengah pergolakan : pelayanan kesehatan Suster-Suster Carolus Borromeus Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di Yogyakarta 1945-1955.

0 11 112

Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi.

1 11 224

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN RESILIENSI PADA PARA SUSTER YUNIOR DI KOTA YOGYAKARTA

0 0 9

Makna spiritualitas cinta kasih bagi para suster yunior Kongregasi Suster Cinta Kasih Putri Maria dan Yosef Provinsi Indonesia tahun 2011 - USD Repository

0 0 179

USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PARA SUSTER YUNIOR SUSTER-SUSTER CINTAKASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS RAYON DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM BERKATEKESE UNTUK MENGEMBAN MISI GEREJA DENGAN MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS SKRIPSI

0 0 198

Pembinaan hidup religius para suster yunior kongregasi suster-suster Fransiskanes Sibolga dalam proses pematangan pribadi berdasarkan nilai-nilai spiritualitas Santo Fransiskus Asisi - USD Repository

0 5 142

Penghayatan spiritualitas pelayanan Santo Fransiskus Assisi untuk kesaksian hidup injili masa sekarang, para suster Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) Pematangsiantar - USD Repository

0 1 140

Upaya kontekstualisasi spiritualitas pendiri implikasinya bagi pembinaan suster-suster yunior Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi - USD Repository

0 0 222

PERANAN HIDUP DOA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL PARA SUSTER YUNIOR KONGREGASI SUSTER-SUSTER CINTA KASIH SANTO CAROLUS BORROMEUS WILAYAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidi

0 3 187