Perancangan Modul Pelatihan Achievement Motivation Training Terhadap Peningkatan Motif Berprestasi Siswa Kelas XI yang Memiliki Prestasi Akademik di Bawah Rata-rata pada SMA 'X' Bandung.

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The Program of Magister Psychology August 2010 Delli A.B. Simangunsong

0632103

Title: The Planning of Achievement Motivation Training Module to Increase of Grade XI Students Achievement Motive with Academic Achievement under the Average at SMA ”X” Bandung.

The aims of the study are to plan, examine a design, and evaluate Achievement Motivation Training module to increase of grade XI students achievement motive with academic achievement under the average at SMA “X” Bandung. Design use in this study is Quasi-experimental Design. The subject of a study is grade XI students with academic achievement under the average at SMA “X” Bandung, of which 15 students will be attending training. The study makes the use of one group by means of pretest-posttes (Graziano & Laurin, 2000).

The measuring instrument used is questionnaire based on Mc. Clelland (1953) theory, as well as the measuring instrument of program evaluation based on Kirkpatrick (2006). The data will be put in statistic processing using Wilcoxon statistics test & different test.

The conclusions of the study is plan of Achievement Motivation Training Module can produce Achievement Motivation Training Module to increase of Grade XI Students Achievement Motive with Academic Achievement under the Average at SMA ”X” Bandung.

Suggestions of a study are period of session considering risk and creative-innovative should be increased. Responsibility session should be end up by written task as other sessions did in order that material presented might be directly applied in relation to set up a real action strategy. Presentation of material in feedback session should be accompanied by more applicative, practical examples of methods of giving and receiving feedback such as presentation of a case study by discussion and role play method, and movies might be presented making a session more attractive. To do so, the increment of a session period needs to be considered for further study. As a training use a lot of games methods, it is necessary to conduct training in room provided with AC facility or practicing in outdoor. For participants of Achievement Motivation Training who aspects of feedback go down, the psychologists/ BP teacher are required to give participants with counseling guidance in such school concerning benefit of feedback for participants. For SMA “X”, the Achievement Motivation Training module might be consideration material to be extended to students with low performance motive. For further study, the training should be made trial to participants in different characteristics.


(2)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Program Magister Psikologi Agustus 2010 Delli A.B. Simangunsong

0632103

Judul: Perancangan Modul Pelatihan Achievement Motivation Training Terhadap Peningkatan Motif Berprestasi Siswa Kelas XI Yang Memiliki Prestasi Akademik Di Bawah Rata-Rata Pada SMA “X” Bandung

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang, menguji perancangan dan mengevaluasi modul pelatihan Achievement Motivation Training terhadap peningkatan motif berprestasi siswa kelas XI yang memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung. Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi-experimental Design. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI yang memiliki prestasi akademis di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung, dengan 15 orang siswa yang akan mengikuti pelatihan ini. Penelitian ini menggunakan metode one group melalui pretest-posttest (Graziano & Laurin, 2000).

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner berdasarkan teori Mc. Clelland (1953). Dan alat ukur evaluasi program berdasarkan Kirkpatrick (2006). Data yang diperoleh akan diolah secara statistik dengan menggunakan statistik Wilcoxon dan uji beda.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah rancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training dapat menghasilkan modul pelatihan Achievement Motivation Training untuk meningkatkan motif berprestasi siswa-siswi kelas XI yang memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung.

Saran pada penelitian ini adalah hendaknya waktu pada sesi mempertimbangkan risiko dan kreatif-inovatif ditambah. Sesi tanggung jawab sebaiknya diakhiri dengan written task seperti sesi yang lain agar materi yang disampaikan dapat langsung diterapkan dalam kaitannya dengan menyusun strategi tindakan nyata. Penyampaian materi pada sesi umpan balik sebaiknya disertai dengan contoh-contoh yang lebih aplikatif dan praktis mengenai cara memberikan dan menerima umpan balik, pemberian case study dengan metode diskusi. Bagi peneltian lebih lanjut, pelatihan ini sebaiknya diujicobakan kepada peserta dengan karakteristik yang berbeda. Bagi peserta pelatihan Achievement Motivation Training yang aspek umpan baliknya menurun, sebaiknya peserta diberi bimbingan konseling dari psikolog/ guru BP di sekolah tersebut mengenai manfaat umpan balik bagi peserta. Agar hasil pembelajaran dari pelatihan Achievement Motivation Training dapat dipertahankan, sebaiknya psikolog/ guru BP di sekolah tersebut tetap memberikan pengarahan dan konseling tentang pentingnya motif berprestasi bagi peserta


(3)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL...i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRACT ...iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ...xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Maksud dan tujuan penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5 Metodologi Penelitian ... 11


(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.1 Motif Berprestasi ... 13

2.1.1 Pengertian Motif ... 13

2.1.2 Proses Motif ... 14

2.1.3 Prinsip Dasar Teori Motif ... 15

2.1.4 Ciri-ciri Motif ... 16

2.1.5 Pengertian Motif Berprestasi ... 17

2.1.6 Proses Motif Berprestasi ... 20

2.1.7 Perkembangan Motif Berprestasi... 25

2.1.8 Mengembangkan Motif Berprestasi Pada Masa Remaja ... 27

2.1.9 Motif Berprestasi dan Tingkah Laku ... 28

2.1.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motif Berprestasi ... 29

2.1.11 Hubungan Motif Berprestasi dan Tindakan Kerja ... 31

2.1.13 Motif Berprestasi Pada Masa Remaja ... 34

2.2 Experiental Learning... 35

2.2.1 Krakteristik dari Experiental Learning ... 37

2.2.2 Metoda dalam Experiental Learning ... 37

2.2.3 Fase dari Experiental Learning... 43

2.2.4 Tahapan Proses Belajar Efektif... 46

2.3 Teori Mengenai Remaja... 49

2.3.1 Batasan dan Ciri-ciri Remaja ... 49

2.3.2 Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Remaja ... 51


(5)

Universitas Kristen Maranatha

2.4.1 Definisi Evaluasi Program ... 54

2.4.2 Alasan Evaluasi Program Dilaksanakan ... 55

2.4.3 Tipe Evaluasi Program... 56

2.4.4 Tahapan Evaluasi Program ... 56

2.4.5 Tujuan Evaluasi Program... 58

2.4.6 Evaluasi Program Pelatihan Menurut Kirkpatrick ... 59

2.4.7 Instruktur ... 64

2.4.8 Outcomes yang Digunakan dalam Evaluasi Perancangan Program Pelatihan ... 65

2.5 KERANGKA PEMIKIRAN ... 67

2.6 ASUMSI ... 81

2.7 HIPOTESIS PENELITIAN ... 82

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 83

3.1 Rancangan Penelitian ... 83

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 84

3.2.1 Definisi Konseptual ... 84

3.2.2 Definisi Operasional ... 85

3.3 Alat Ukur Motif Berprestasi ... 86

3.3.1 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 88

3.3.1.1 Validitas Alat Ukur ... 88

3.3.1.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 89

3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 89


(6)

Universitas Kristen Maranatha

3.5 Langkah-langkah Dalam Penyusunan Modul Pelatihan ... 90

3.6 Rancangan Modul Pelatihan ... 93

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 100

4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 100

4.1.1 Reaksi Peserta Pelatihan Terhadap Penyelenggaraan Program Pelatihan Achievement Motivation Training ... 100

4.1.2 Pembelajaran yang Diperoleh dari Pelatihan Achievement Motivation Training ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

5.1 Kesimpulan ... 125

5.2 Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 129

DAFTAR RUJUKAN ... 131


(7)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan I.1 Skema Rancangan Penelitian ... 12

Bagan II.1 Proses Motif ... 15

Bagan II.2 Bagan Kerangka Pikir ... 80


(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Tipe-tipe Evaluasi ... 46

Tabel II.2 Proses Pengukuran & Pengumpulan Data ... 64

Tabel III.1 Pembagian item-item dalam kuesioner Motif berprestasi ... 87

Tabel III.2 Penilaian jawaban ... 87

Tabel III.3 Tabel Reliabilitas Kriteria Guilford (1956) ... 89

Tabel III.4 Rancangan Modul Pelatihan Achievement Motivation Training ... 94

Tabel IV.1 Tabel Hasil Uji Beda... 110

Tabel IV.2 Tabel Skor Motif Berprestasi Peserta Pelatihan Sebelum (Pretest) dan Sesudah (Posttest) mengikuti Pelatihan Achievement Motivation Training ... 110

Tabel IV.3 Tabel Perubahan Skor Aspek Motif Berprestasi (Pretest- Posttest) dalam Modul Pelatihan Achievement Motivation Training ... 111


(9)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Motif Berprestasi

Lampiran 2 Rancangan Modul Pelatihan Achievement Motivation Training & Hand Out Pelatihan Achievement Motivation Training

Lampiran 3 Kuesioner & Hasil Evaluasi Pelatihan Sesi Mempertimbangkan Risiko

Lampiran 4 Kuesioner & Hasil Evaluasi Pelatihan Sesi Tanggung Jawab Lampiran 5 Kuesioner & Hasil Evaluasi Pelatihan Sesi Kreatif-Inovatif Lampiran 6 Kuesioner & Hasil Evaluasi Pelatihan Sesi Umpan Balik Lampiran 7 Kuesioner & Hasil Evaluasi Pencapaian Tujuan

Lampiran 8 Kuesioner & Hasil Evaluasi Metode Pelatihan Achievement Motivation Training

Lampiran 9 Kuesioner & Hasil Evaluasi Modul Pelatihan Keseluruhan Lampiran 10 Testimonial Peserta

Lampiran 11 Data Penunjang

Lampiran 12 Surat Kesediaan Belajar Lampiran 13 Validitas Item


(10)

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan berbagai macam sumber daya, dan salah satu sumber daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman globalisasi, maka Indonesia diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu pemerintah Indonesia telah mengambil langkah meningkatkan mutu dari pendidikan dengan membentuk kurikulum yang ditentukan oleh Departemen Pendidikan dan Nasional.

Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 ayat 1 yaitu Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari 5 kelompok mata pelajaran, yaitu: kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika; kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan kesehatan. Untuk itu siswa-siswi dituntut dapat melakukan penyesuaian yang baik terhadap pelajaran-pelajaran di sekolah, yaitu dengan memiliki prestasi belajar yang memadai atau tinggi agar dapat naik ke kelas yang lebih tinggi hingga


(11)

Universitas Kristen Maranatha

akhirnya ke jenjang perguruan tinggi. Berdasarkan peraturan tersebut, maka SMA “X” yang merupakan SMA formal membuat kurikulum yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang mencakup standar–standar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan memiliki standar nilai akademis minimal 6. Kurikulum ini telah disesuaikan dengan tujuan pendidikan SMA “X” yaitu meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian; dan meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya.

Siswa-siswi kelas XI SMA ”X” termasuk dalam kategori masa remaja. Menurut Santrock (2003), salah satu tugas pokok remaja adalah belajar. Jika berbicara tentang belajar, maka tidak dapat dipisahkan dengan prestasi akademik di sekolah. Santrock (2003) menyatakan bahwa prestasi adalah permasalahan penting selama masa remaja.

Berikut ini adalah data prestasi kelas XI SMA”X” tahun 2009 - 2010 yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti, menunjukkan dari 32 siswa kelas XI, hanya 3 orang siswa yang meraih nilai prestasi rata-rata di atas 7, sementara 7 orang siswa meraih nilai prestasi antara 6.0-6.9, sementara 17 orang siswa meraih nilai prestasi antara 5.0-5.9, dan sisanya 5 orang siswa meraih nilai prestasi rata-rata di bawah 5. Dari data diatas dapat dilihat sekitar 68.75% orang siswa memiliki nilai prestasi dibawah standar prestasi yang diharapkan yaitu 6, berarti lebih dari setengah dari


(12)

Universitas Kristen Maranatha

keseluruhan jumlah siswa kelas XI (22 orang dari 32 orang siswa kelas XI) memiliki prestasi akademis dibawah rata-rata.

Menurut W.S. Winkel (1983) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi akademik siswa di sekolah. Faktor tersebut antara lain berupa kecerdasan, minat akan jurusan dan juga motif berprestasi. Sementara faktor yang lain adalah keadaan fisik dan sosial ekonomis seperti lingkungan keluarga, tempat tinggal, materi serta sarana penunjang belajar seperti fasilitas belajar. Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMA “X” bahwa siswa-siswi yang mendaftarkan diri masuk SMA “X” ini adalah mereka yang memiliki standar nilai ijasah yang rendah dibandingkan siswa-siswi yang mendaftarkan diri ke SMA favorit di Bandung, namun siswa-siswi yang diterima disini sebelumnya telah mengikuti tes kecerdasan yang dapat dijadikan tolak ukur bagi gambaran potensi kecerdasan siswa. Siswa yang diterima adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan berada pada taraf rata-rata, sehingga mereka diharapkan mampu mengikuti pelajaran sesuai dengan kurikulum yang ada dan mampu memecahkan permasalahan yang ditemui selama proses belajar dengan hasil yang cukup memuaskan.

Hasil wawancara dengan Guru bagian kesiswaan SMA “X” menyatakan bahwa minat akan mempengaruhi siswa sehingga menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuan akademiknya yakni mencapai prestasi akademis yang memadai. Meskipun 5 siswa dari 32 orang siswa mengakui bahwa pada awalnya mereka dipengaruhi oleh orang tuanya agar masuk jurusan yang diharapkan oleh orang


(13)

Universitas Kristen Maranatha

tuanya, namun pada akhirnya mereka berminat terhadap jurusan tersebut sehingga mereka ingin terus bertahan untuk mengikuti pelajaran.

Selain itu, guru bagian kesiswaan juga menambahkan bahwa siswa-siswi SMA “X” berasal dari keadaan sosial ekonomi menengah ke atas sehingga seharusnya tidak ada hambatan dalam mencapai prestasi akademik yang cukup memuaskan karena fasilitas-fasilitas yang menunjang keberhasilan prestasi cukup terpenuhi. Namun pada kenyataannya tidak semua siswa berhasil memperoleh prestasi akademik yang dapat dikatakan memuaskan.

Dari data dan hasil wawancara yang ada di atas dapat diuraikan, keberhasilan dalam akademik tidak hanya membutuhkan potensi kecerdasan yang memadai, minat akan jurusan yang dipilih, ataupun faktor sosial ekonomi yang mendukung saja, keberhasilan dalam bidang akademik juga memerlukan aspek lain yaitu motif berprestasi sebagai faktor penggerak bagi siswa dalam mengarahkan tingkah laku mereka untuk mencapai prestasi yang memuaskan.

Mc. Clelland dan Atkinson (1953) menyatakan bahwa motif yang paling penting di dalam proses belajar adalah motif berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses. Siswa yang mempunyai motif berprestasi tinggi tentunya akan ditampilkan dalam perilaku belajarnya. Aktivitas yang didasari dengan motif berprestasi yang kuat akan membuat remaja lebih bersemangat dalam belajarnya demi mewujudkan prestasinya dan akan berusaha bekerja dengan memfokuskan dirinya pada kegiatan yang ditugaskan.


(14)

Universitas Kristen Maranatha

Menurut Mc. Clelland (1953), siswa dengan motif berprestasi yang tinggi akan menunjukkan ciri-ciri berperilaku tertentu seperti mencari umpan balik atas apa yang telah diperbuatnya, mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang menghambat kesuksesannya dalam belajar, menetapkan target saat belajar yang moderat yang bisa dicapai secara nyata, dan bertanggungjawab atas keputusan yang dibuat. Selain itu berupaya untuk mencapai hasil prestasi belajar yang lebih baik dan bila mungkin melebihi standar yang ada. Mereka cukup mampu menghadapi situasi yang tidak berstruktur dan membuat perencanaan waktu ketika menghadapi banyak tugas yang menumpuk. Selain itu mereka juga tetap yakin untuk dapat berhasil ketika menghadapi situasi yang sulit dan menentukan target yang realistis dapat dicapai.

Sedangkan siswa dengan motivasi yang rendah akan tampak dalam perilaku yang mudah menyerah ketika menghadapi halangan saat belajar, kurang berupaya untuk berbuat yang maksimal, cepat puas dengan hasil yang didapat, dan kurang dapat menentukan prioritas dikarenakan kekaburan dari tujuan atau goal yang akan dicapai dalam menyelesaikan jenjang pendidikan di sekolahnya. Mereka cenderung cemas dan kurang dapat membuat perencanaan baik dalam segi waktu serta menentukan tindakan pada saat menghadapi situasi yang tidak berstruktur.

Berdasarkan fenomena yang disampaikan oleh Kepala Sekolah dan Guru bagian kesiswaan SMA ”X”, maka peneliti melakukan survey awal dengan memberikan kuesioner untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan siswa SMA ”X”. Hasil survey awal di peroleh gambaran bahwa dari 22 siswa kelas XI


(15)

Universitas Kristen Maranatha

memiliki prestasi akademis di bawah rata-rata terdapat 17 orang siswa memiliki motif berprestasi yang rendah (alat ukur motivasi dimodifikasi dari Mc.Clelland (1953). Dari 17 orang yang memiliki motivasi yang rendah tersebut: 14 orang siswa merasa malas untuk mencari umpan balik atas apa yang telah diperbuatnya dengan ciri-ciri perilaku: mengabaikan perkataan gurunya ketika dimarahi tentang kesalahan cara yang digunakan dalam menyelesaikan tugas, mudah putus asa ketika berulang kali mendapat nilai yang buruk di suatu mata pelajaran, kurang memperhatikan kritikan yang disampaikan baik oleh orang tua maupun teman tentang cara yang digunakan menyelesaikan tugas, kurang meminta tanggapan/ penjelasan kepada guru mengenai nilai ulangan yang jelek.

Sebanyak 12 orang siswa tidak menetapkan target belajar yang moderat yang bisa dicapai sesuai dengan kemampuannya, hal ini terlihat dari: jarang belajar untuk mata pelajaran yang sulit sebelum ulangan dimulai, kurang mengusahakan nilai yang lebih baik dari pada nilai ulangan sebelumnya, perasaan puas ketika mengerjakan soal-soal ulangan yang sangat mudah sehingga tidak perlu banyak berpikir,.

Selain itu, sebanyak 11 orang siswa tidak berusaha melakukan sesuatu dengan cara kreatif inovatif untuk menyelesaikan masalah yang menghambat kesuksesannya dalam belajar, perilaku ini dapat terlihat dari tindakan yang meniru persis seperti yang dibuat teman ketika diberi tugas perorangan yang membutuhkan kreatifitas, kurang berusaha menciptakan cara baru dalam mengerjakan tugas agar dapat selesai dalam waktu yang lebih cepat dengan hasil


(16)

Universitas Kristen Maranatha

yang sama, Tidak suka apabila terus menerus diberi tugas yang harus menentukan sendiri apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.

Sedangkan ciri perilaku 7 orang siswa yang kurang bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat adalah menyelesaikan dengan cara yang lebih buruk daripada teman setiap tugas yang diberikan oleh guru, apabila guru memberi tugas yang terlalu banyak maka tidak akan selesai tepat pada waktunya, tidak berusaha untuk belajar ketika menghadapi mata pelajaran yang sulit, kurang suka apabila terlalu sering diberi tugas tambahan.

Rendahnya motif berprestasi pada siswa kelas XI SMA ”X” dapat menimbulkan kerugian baik dari segi waktu, tenaga dan materi. Banyak dari mereka yang membolos sekolah, bahkan beberapa di antaranya tidak naik kelas karena malas mengikuti pelajaran di sekolah. Ada pula diantaranya pindah ke sekolah yang lain karena tidak lulus di sekolah ini. Hal ini tentunya memakan biaya yang cukup banyak, karena biaya sekolah semakin hari semakin meninggi. Belum lagi waktu yang terbuang karena penggunaan waktu yang tidak efektif selama mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Akibat-akibat negatif ini tentunya dapat dikurangi bila siswa-siswi SMA ”X” sejak dini telah mengetahui pentingnya memiliki motif berprestasi.

Ada pula siswa kelas XI IPS yang dinyatakan tidak naik kelas dan harus mengulang kembali dikarenakan mendapat nilai prestasi yang sangat buruk. Menurutnya hal ini dikarenakan ketika ia sudah tidak mengerti akan suatu pelajaran, maka ia tidak akan memperhatikan pelajaran itu lagi, bahkan ia tidak berusaha untuk mencari cara mengatasi permasalahan ketidak mengertiannya akan


(17)

Universitas Kristen Maranatha

pelajaran tersebut dengan cara meminjam catatan atau bertanya kepada temannya. Bahkan karena malasnya mengikuti pelajaran tersebut ia membolos sekolah. Hal ini tentunya memakan biaya yang cukup banyak, karena dia harus mengulang kembali dan biaya sekolah semakin hari semakin meninggi. Belum lagi waktu yang terbuang karena penggunaan waktu yang tidak efektif. Menurutnya, apabila sejak awal sudah ditanamkan pentingnya motif berprestasi akan dapat mencegah pengalaman yang dialaminya.

Kenyataan bahwa motif berprestasi pada siswa itu penting, namun masih banyak siswa SMA ”X” yang belum mengetahuinya dan memilikinya secara memadai, maka diperlukan suatu kegiatan yang dapat membantu memfasilitasi para siswa SMA ”X” akan pentingnya motif berprestasi. Tujuannya adalah membantu siswa agar dapat memahami dan mengenali proses dan sifat motif, serta motif yang dominan di dalam dirinya; dapat memahami bagaimana motif berhubungan dengan tindakan/ tingkah laku. Selain itu siswa dapat berpikir dan bertindak sebagaimana layaknya seseorang yang memiliki dorongan kuat untuk berprestasi seperti bersikap mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya, mempertimbangkan resiko yang moderat dalam perbuatannya, memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya, dan melakukan sesuatu dengan cara kreatif-inovatif (Mc. Clelland, 1953).

Menurut Mc. Clelland (1953), motif sosial dalam diri individu khususnya motif berprestasi dapat dilatih, Namun, pada faktanya bahwa pelatihan semacam ini belum pernah dibuat dan diberikan oleh pihak sekolah kepada siswanya, maka akan dibuat rancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training untuk


(18)

Universitas Kristen Maranatha

diberikan kepada siswa kelas XI melalui kerjasama dengan pihak sekolah.. Dengan demikian, setelah diberikan pelatihan Achievement Motivation Training diharapkan mengalami peningkatan motif berprestasi khususnya pada siswa kelas XI yang memiliki prestasi akademis di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Untuk memenuhi kebutuhan akan pelatihan motif berprestasi pada siswa kelas XI yang memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata pada SMA ”X” Bandung, maka dalam penelitian ini, peneliti menyusun suatu rancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training yang kemudian akan diujicobakan pada siswa kelas XI SMA ”X” Bandung untuk mengetahui apakah rancangan modul pelatihan yang disusun dapat menghasilkan modul pelatihan untuk meningkatkan motif berprestasi pada sampel penelitian.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah menguji rancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI yang memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung.


(19)

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Merancang modul pelatihan Achievement Motivation Training yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI yang memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung.

2. Mengevaluasi dan merevisi modul pelatihan sehingga dapat digunakan sebagai modul pelatihan Achievement Motivation Training yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI yang memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan sumbangan informasi bagi ilmu psikologi, yaitu khususnya bagi bidang ilmu psikologi pendidikan mengenai suatu perancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training yang berkaitan dengan motif berprestasi akademik

2. Sebagai landasan informatif untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan motif berprestasi bidang akademik.


(20)

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Membantu siswa meningkatkan motif berprestasinya selama pendidikan. Siswa menjadi tergerak untuk berpikir dan bertindak sebagaimana layaknya seseorang yang memiliki dorongan kuat untuk berprestasi seperti bersikap mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya, mempertimbangkan resiko yang moderat dalam perbuatannya, memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya, dan melakukan sesuatu dengan cara kreatif-inovatif dalam upayanya mencapai prestasi selama belajar di SMA.

2. Memberikan informasi kepada guru-guru khususnya guru BP di sekolah SMA “X” Bandung mengenai suatu perancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training yang berkaitan dengan motif berprestasi akademik, dalam hal ini informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memahami siswa saat bimbingan dan konseling pendidikan, dalam rangka meningkatkan motif berprestasi yang dimilikinya.

1.5 Metodologi Penelitian

Penelitian ini mencoba membuat suatu rancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training dalam rangka meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI yang memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung. Rancangan dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(21)

Universitas Kristen Maranatha Menyusun Perancangan Modul Pelatihan Achievement Motivation Training bagi Siswa Kelas XI

yang memiliki prestasi akademis

di bawah rata-rata pada SMA

“X” Bandung

Perbaikan Modul

Bagan I.1 Skema Rancangan Penelitian

Pelaksanaan / Uji Coba Modul Pelatihan Achievement Motivation Training bagi

Siswa Kelas XI SMA “X”

Bandung TNA (Training Need Analysis) Siswa Kelas XI SMA “X” Bandung Kebutuhan: Motif Berprestasi Melakukan Evaluasi Terhadap Rancangan Modul Pelatihan 1.Pretest &

Posttest 2.Evaluasi Pelatihan  Level Reaksi  Level Learning


(22)

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data terhadap peserta pelatihan, disimpulkan hal-hal berikut:

1. Rancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training dapat

menghasilkan modul pelatihan Achievement Motivation Training untuk

meningkatkan motif berprestasi siswa-siswi kelas XI yang memiliki prestasi akademik di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung

2. Rancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training secara umum menghasilkan reaksi yang positif dari siswa-siswi kelas XI SMA “X” Bandung ditinjau dari segi materi, trainer dan fasilitator, waktu pelaksanaan dan fasilitas yang diberikan.

3. Modul pelatihan Achievement Motivation Training dapat meningkatkan motif berprestasi siswa-siswi kelas XI SMA “X” Bandung karena didukung oleh faktor intelegensi yang memadai, penilaian diri individu terhadap kemampuan dirinya dan lingkungan peserta yang positif.


(23)

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengajukan saran, yaitu:

1. Pada sesi mempertimbangkan risiko, waktu dalam sesi group interaction pada bagian I am Super sebaiknya ditambah. Hal ini terkait dengan rasa ingin tahu dari peserta yang mulai meningkat untuk mengetahui apa yang menjadi kelebihan dirinya dan kelemahan apa saja yang dapat menghambat dirinya merealisasikan tujuan, yang sebaiknya segera difasilitasi.

2. Sesi tanggung jawab sebaiknya diakhiri dengan written task seperti sesi yang lain agar materi yang disampaikan dapat langsung diterapkan dalam kaitannya dengan menyusun strategi tindakan nyata yang dapat mendukung mereka menyelesaikan dengan tekun dan ulet setiap tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

3. Pada sesi kreatif-inovatif, waktu penjelasan materi dan menyusun perencanaan dengan konsep TACT (Target, Action, Context, Time) sebaiknya ditambah. Hal ini terkait dengan rasa ingin tahu peserta terhadap contoh tindakan nyata strategi belajar yang kreatif-inovatif demi meningkatkan prestasi mereka di masa yang akan datang, yang sebaiknya segera difasilitasi.

4. Penyampaian materi pada sesi umpan balik sebaiknya disertai dengan contoh-contoh yang lebih aplikatif dan praktis mengenai cara memberikan dan menerima umpan balik sebagai masukan untuk menyelesaikan tugas di masa yang akan datang. Selain itu, sebaiknya ditambahkan dengan metode lain yang dapat memberi kesempatan pada peserta untuk lebih aktif misalnya dalam


(24)

Universitas Kristen Maranatha bentuk diskusi kelompok, pemberian case study atau role play, serta dapat pula ditayangkan film-film yang membuat sesi ini menjadi lebih menarik. Untuk itu, penambahan waktu perlu dipertimbangkan agar peserta juga sempat mengolah informasi yang telah diberikan.

5. Bagi penelitian lebih lanjut, dikarenakan pelatihan ini banyak menggunakan metode games, sebaiknya dilakukan di dalam ruangan yang memiliki fasilitas AC atau dapat juga dilakukan di luar ruangan.

6. Bagi peserta pelatihan Achievement Motivation Training yang setelah diberi pelatihan mengalami penurunan (khususnya pada aspek umpan balik), sebaiknya peserta diberi bimbingan konseling dari psikolog/ guru BP di sekolah tersebut mengenai manfaat umpan balik bagi peserta.

7. Agar hasil pembelajaran dari pelatihan Achievement Motivation Training dapat dipertahankan, sebaiknya psikolog/ guru BP di sekolah tersebut tetap memberikan pengarahan dan konseling tentang pentingnya motif berprestasi bagi peserta yang berupa wawasan tentang motif berprestasi, untung ruginya apabila tidak meningkatkan motif berprestasi pada diri siswa, dan aspek apa saja yang harus ditekankan (mempertimbangkan risiko, tanggung jawab pribadi, kreatif-inovatif, atau umpan balik) ketika siswa mengalami permasalahan pada motif berprestasinya.

8. Untuk SMA “X”, modul pelatihan Achievement Motivation Training dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diberikan pada siswa yang memiliki motif berprestasi yang rendah.


(25)

Universitas Kristen Maranatha 9. Bagi penelitian lebih lanjut, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang turut mempengaruhi motif berprestasi siswa.

Diharapkan dengan adanya saran-saran dalam rancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training yang disusun untuk siswa-siswi kelas XI SMA “X” Bandung, modul pelatihan dapat lebih mencapai tujuan utamanya yakni menghasilkan suatu perancangan modul pelatihan yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI yang prestasi akademiknya di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung. Saran-saran yang penulis sampaikan disini hanya berkaitan dengan siswa-siswi kelas XI yang prestasi akademiknya di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung. Dengan karakteristik individu yang memiliki intelegensi memadai, penilaian diri individu akan kemampuannya yang positif dan faktor lingkungan (di keluarga, dan sekolah) yang mendukung. Rancangan program pelatihan untuk digunakan di tempat lain perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa-siwi yang bersangkutan.


(26)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Gage, N. L & Berliner, David C. 1998. Educational Psychology 6th edition. Boston New York: Houghton Mifflin Company.

Graziano, Anthony M & Raulin, Michael L. 2000. Research Methods: a process

of inquiry 4th edition. Needham height: A Pearson Education Company

Gulo, W. 2002, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hurlock, E.B. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Kirkpatrick, Donald L. 1988. Evaluation Training Program, the Four Level 2nd ed. San Fransisco: Berrett-Koehler Publisher,Inc.

Kirkpatric, Donald L. 2006. Evaluating Training Program, 3rd ed. San Fransisco: Berrett-Koehler Publisher,Inc.

Mc. Clelland, David., John W. Atkinson, dkk, 1953. The Achievement Motive, New York: Appleton Century Crofts.

Morgan, Clifford T., King, R.A., Weisz, J.R., Schoper, J.1986. Introduction to

Psychology 7th Edition. New York: McGraw- Hill Book Company.

Nazir, Moh., 1988. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noe, Raymond. 2002. Employee Training and Development. New York: McGraw Hill

Pakasi, Soepartinah, 1981. Anak dan Perkembangannya: Pendekatan

Psikopedagogis Terhadap Generasi Muda, Jakarta: PT. Gramedia.

Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Kristen Paulus Tahun Pelajaran 2008 – 2009. Bandung : SMA Kristen Paulus Santrock, John W. 1994. Life Span Development. Second Edition. Dubuque,

Lowa: Wm.C.Brown Publishers.

Santrock, John W. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali

Silberman, Melvin L., 1990. Active Training: a handbook of techniques, designs, case examples, and tips. New York: John Wiley & Sons, Inc.


(27)

Universitas Kristen Maranatha

Sitepu, Nirwana. S.K. 1995. Analisis Korelasi. Bandung: Unit Pelayanan Statistika-FMIPA Universitas Padjajaran.

Sukadji, S., 2000. Psikologi Pendidikan & Psikologi Sekolah. L.P.S.P3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok

Tim Peneliti dan Pengembangan Wahana Komputer. 2001. Pengolahan Data Statistika dengan SPSS 12.0. Jakarta: Salemba Infotek.

Walter, Gordon A. & Marks, Stephen E. 1981. Experiental Learning and Change. New York: John Wiley & Sons.

Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: PT. Gramedia.


(28)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Buku Panduan Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha (2000) Backhurst, John (2004), Study Skills.

http://lorien.ncl.ac.uk/ming/Dept/Tips/Study/GoodStudy.htm http://www.pendidikan.net/aspirasi14.html

Kartikawati, Ida Ayu, 2005. Peran Program Academic Achievement Behavior Training (AABT) terhadap Perubahan Motif Berprestasi (Suatu Penelitian Quasi Eksperimental pada Mahasiswa Psikologi yang Underachiever di Universitas Kristen Maranatha dalam Pelatihan AABT). Bandung: Program Pascasarjana Magister Psikologi Universitas Padjadjaran.

Maria, Cindy, 2005. Hubungan Antara Dukungan Orangtua dan Motif

Berprestasi pada Remaja Kelas I SLTP “X” Bandung. Skripsi, Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Maria, Cindy, 2008. Perancangan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan

Dalam Bidang Pendidikan Pada Siswa/I Kelas I SMA “X” Bandung. Bandung : Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Theresia, Ellen, 2009. Pelaksanaan Perancangan Modul Pelatihan “Plan & Do”

Untuk Meningkatkan Perceived Behavioral Control Mahasiswa Dalam Mengikuti Kegiatan Perkuliahan Dengan Teratur. Bandung: Program Pascasarjana Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Weight, Albert, Participative Education and The Inevitable Revolution in Journal


(1)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengajukan saran, yaitu:

1. Pada sesi mempertimbangkan risiko, waktu dalam sesi group interaction pada bagian I am Super sebaiknya ditambah. Hal ini terkait dengan rasa ingin tahu dari peserta yang mulai meningkat untuk mengetahui apa yang menjadi kelebihan dirinya dan kelemahan apa saja yang dapat menghambat dirinya merealisasikan tujuan, yang sebaiknya segera difasilitasi.

2. Sesi tanggung jawab sebaiknya diakhiri dengan written task seperti sesi yang lain agar materi yang disampaikan dapat langsung diterapkan dalam kaitannya dengan menyusun strategi tindakan nyata yang dapat mendukung mereka menyelesaikan dengan tekun dan ulet setiap tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

3. Pada sesi kreatif-inovatif, waktu penjelasan materi dan menyusun perencanaan dengan konsep TACT (Target, Action, Context, Time) sebaiknya ditambah. Hal ini terkait dengan rasa ingin tahu peserta terhadap contoh tindakan nyata strategi belajar yang kreatif-inovatif demi meningkatkan prestasi mereka di masa yang akan datang, yang sebaiknya segera difasilitasi.

4. Penyampaian materi pada sesi umpan balik sebaiknya disertai dengan contoh-contoh yang lebih aplikatif dan praktis mengenai cara memberikan dan menerima umpan balik sebagai masukan untuk menyelesaikan tugas di masa yang akan datang. Selain itu, sebaiknya ditambahkan dengan metode lain yang dapat memberi kesempatan pada peserta untuk lebih aktif misalnya dalam


(2)

bentuk diskusi kelompok, pemberian case study atau role play, serta dapat pula ditayangkan film-film yang membuat sesi ini menjadi lebih menarik. Untuk itu, penambahan waktu perlu dipertimbangkan agar peserta juga sempat mengolah informasi yang telah diberikan.

5. Bagi penelitian lebih lanjut, dikarenakan pelatihan ini banyak menggunakan metode games, sebaiknya dilakukan di dalam ruangan yang memiliki fasilitas AC atau dapat juga dilakukan di luar ruangan.

6. Bagi peserta pelatihan Achievement Motivation Training yang setelah diberi pelatihan mengalami penurunan (khususnya pada aspek umpan balik), sebaiknya peserta diberi bimbingan konseling dari psikolog/ guru BP di sekolah tersebut mengenai manfaat umpan balik bagi peserta.

7. Agar hasil pembelajaran dari pelatihan Achievement Motivation Training dapat dipertahankan, sebaiknya psikolog/ guru BP di sekolah tersebut tetap memberikan pengarahan dan konseling tentang pentingnya motif berprestasi bagi peserta yang berupa wawasan tentang motif berprestasi, untung ruginya apabila tidak meningkatkan motif berprestasi pada diri siswa, dan aspek apa saja yang harus ditekankan (mempertimbangkan risiko, tanggung jawab pribadi, kreatif-inovatif, atau umpan balik) ketika siswa mengalami permasalahan pada motif berprestasinya.

8. Untuk SMA “X”, modul pelatihan Achievement Motivation Training dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diberikan pada siswa yang memiliki motif berprestasi yang rendah.


(3)

9. Bagi penelitian lebih lanjut, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang turut mempengaruhi motif berprestasi siswa.

Diharapkan dengan adanya saran-saran dalam rancangan modul pelatihan Achievement Motivation Training yang disusun untuk siswa-siswi kelas XI SMA “X” Bandung, modul pelatihan dapat lebih mencapai tujuan utamanya yakni menghasilkan suatu perancangan modul pelatihan yang dapat meningkatkan motif berprestasi siswa kelas XI yang prestasi akademiknya di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung. Saran-saran yang penulis sampaikan disini hanya berkaitan dengan siswa-siswi kelas XI yang prestasi akademiknya di bawah rata-rata pada SMA “X” Bandung. Dengan karakteristik individu yang memiliki intelegensi memadai, penilaian diri individu akan kemampuannya yang positif dan faktor lingkungan (di keluarga, dan sekolah) yang mendukung. Rancangan program pelatihan untuk digunakan di tempat lain perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa-siwi yang bersangkutan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Gage, N. L & Berliner, David C. 1998. Educational Psychology 6th edition. Boston New York: Houghton Mifflin Company.

Graziano, Anthony M & Raulin, Michael L. 2000. Research Methods: a process of inquiry 4th edition. Needham height: A Pearson Education Company Gulo, W. 2002, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Hurlock, E.B. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Kirkpatrick, Donald L. 1988. Evaluation Training Program, the Four Level 2nd

ed. San Fransisco: Berrett-Koehler Publisher,Inc.

Kirkpatric, Donald L. 2006. Evaluating Training Program, 3rd ed. San Fransisco: Berrett-Koehler Publisher,Inc.

Mc. Clelland, David., John W. Atkinson, dkk, 1953. The Achievement Motive, New York: Appleton Century Crofts.

Morgan, Clifford T., King, R.A., Weisz, J.R., Schoper, J.1986. Introduction to Psychology 7th Edition. New York: McGraw- Hill Book Company.

Nazir, Moh., 1988. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noe, Raymond. 2002. Employee Training and Development. New York: McGraw Hill

Pakasi, Soepartinah, 1981. Anak dan Perkembangannya: Pendekatan

Psikopedagogis Terhadap Generasi Muda, Jakarta: PT. Gramedia.

Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Kristen Paulus Tahun Pelajaran 2008 – 2009. Bandung : SMA Kristen Paulus Santrock, John W. 1994. Life Span Development. Second Edition. Dubuque,

Lowa: Wm.C.Brown Publishers.

Santrock, John W. 2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali

Silberman, Melvin L., 1990. Active Training: a handbook of techniques, designs, case examples, and tips. New York: John Wiley & Sons, Inc.


(5)

Sitepu, Nirwana. S.K. 1995. Analisis Korelasi. Bandung: Unit Pelayanan Statistika-FMIPA Universitas Padjajaran.

Sukadji, S., 2000. Psikologi Pendidikan & Psikologi Sekolah. L.P.S.P3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok

Tim Peneliti dan Pengembangan Wahana Komputer. 2001. Pengolahan Data Statistika dengan SPSS 12.0. Jakarta: Salemba Infotek.

Walter, Gordon A. & Marks, Stephen E. 1981. Experiental Learning and Change.

New York: John Wiley & Sons.

Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: PT. Gramedia.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Buku Panduan Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha (2000) Backhurst, John (2004), Study Skills.

http://lorien.ncl.ac.uk/ming/Dept/Tips/Study/GoodStudy.htm http://www.pendidikan.net/aspirasi14.html

Kartikawati, Ida Ayu, 2005. Peran Program Academic Achievement Behavior Training (AABT) terhadap Perubahan Motif Berprestasi (Suatu Penelitian Quasi Eksperimental pada Mahasiswa Psikologi yang Underachiever di

Universitas Kristen Maranatha dalam Pelatihan AABT). Bandung:

Program Pascasarjana Magister Psikologi Universitas Padjadjaran.

Maria, Cindy, 2005. Hubungan Antara Dukungan Orangtua dan Motif

Berprestasi pada Remaja Kelas I SLTP “X” Bandung. Skripsi, Bandung :

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Maria, Cindy, 2008. Perancangan Modul Pelatihan Orientasi Masa Depan Dalam Bidang Pendidikan Pada Siswa/I Kelas I SMA “X” Bandung. Bandung : Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Theresia, Ellen, 2009. Pelaksanaan Perancangan Modul Pelatihan “Plan & Do”

Untuk Meningkatkan Perceived Behavioral Control Mahasiswa Dalam Mengikuti Kegiatan Perkuliahan Dengan Teratur. Bandung: Program Pascasarjana Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Weight, Albert, Participative Education and The Inevitable Revolution in Journal of Creative Behavior, Vol 4, No.4, Fall 1970, pp 234-282