HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI LINGKUNGAN TIRTA DELI KECAMATAN TANJUNG MORAWA A.

(1)

(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas penyertaan-Nya dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Tingkat Kenakalan Remaja Di Lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A”.

Tujuan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED. Selama dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis dan juga Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan atau kejanggalan baik dalam penulisan maupun isinya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi menyempurnakan skripsi ini.

Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan luar sekolah.

Medan, Maret 2014 Penulis

WITA MONICA SITUMORANG


(5)

ABSTRAK

Wita Monica Situmorang.NIM.109371036 Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Tingkat Kenakalan Remaja Di Lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan. 2014.

Masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja.

Menurut Kusumanto (2000) Juvenile delinquency atau kenakalan anak atau “remaja ialah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai acceptable dan baik oleh suatu lingkungan atau hokum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan”. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Djamarah (2004 :

1)bahwa, “pola komunikasi orang tua dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang

atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.”

Jenis penelitian ini adalah penelitian korealasional yaitu melihat hubungan antara variabel bebas X (pola komunikasi orang tua) dengan variabel Y (kenakalan remaja). Sampel penelitian ini adalah 78 orang remaja. Instrumen yang digunakan adalah angket. Teknik analisis data menggunakan rumus korelasi product moment

√{ }{ }

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa rhitung > rtabel yaitu 0,769 > 0,220. Maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja. Dengan arti kata semakin baik pola komunikasi orang tua makin maka semakin rendah kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A.


(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR LAMPIRAN……… iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori 1. Kenakalan Remaja ... 10

1.1.Kenakan Remaja ... 10

1.2. Bentuk Kenakalan Remaja ... 13

1.3. Sebab-sebab Kenakalan Remaja ... 15

2. Pola Komunikasi Orang Tua ... 16

2.1.Komunikasi………. ... 16

2.2.Tujuan Komunikasi………. 17

2.3.Pola Komunikasi Orang Tua……….. 17

B. Kerangka Konseptual ... 25

C. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

a. Populasi ... 27

b. Sampel ... 27

C. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ... 28

D. Defenisi Operasional ... 29


(7)

F. Teknik Analisis Data ... 32 G. Lokasi Dan Waktu Penelitian………. 33 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian………...……… 34 B. Pengujian Hipotesis……… 38 C. Pembahasan Penelitian……….. 39 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………. 45

B. Saran………46

DAFTAR PUSTAKA... 47

Lampiran- Lampiran


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Paradigma Penelitian ... 26

Tabel 2 Kisi-kisi Angket ... 30

Tabel 4.1 pola komunikasi orang tua... 35


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penentuan Jumlah Angket dari Populasi ……….48

Lampiran 2 : Nomogram Untuk Menentukan Ukuran Sampel……….50

Lampiran 3 : Daftar Angket………...51

Lampiran 4 : Perhitungan Kategori Pola Komunikasi Orang Tua………59

Lampiran 5 : Perhitungan Kategori Kenakalan Remaja………64

Lampiran 6 : Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Tingkat Tingkat Kenakalan Remaja Di Lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A………..69

Lampiran 7 : Tabel r……….74


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja disebut adolescent dalam bahasa inggris. Jadi masa remaja disebut masa bertumbuh dan berkembang, baik bidang fisik, mental, sosial maupun rohani. Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap.dan ketika masa itu datang menghampirinya anak tersebut merasa dirinya sudah semakin dewasa. Ia mulai ingin menyatakan wujud kedewasaan, dan identitasnya.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak anak menuju dewasa. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi penerus bangsa dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Namun sayangnya pada saat sekarang ini kenyataan menunjukkan hal yang berbeda. Banyak data dan informasi tentang tingkat kenakalan remaja yang mengarah pada tindakan kenakalan remaja.

Masa remaja juga disebut masa menentukan pola hidup, yang biasanya tidak mau mengikuti pola lama yang dianut oleh orangtuanya. Ia ingin mempunyai ciri yang berlainan, yang tampaknya aneh dan beda dari biasanya. Karenanya, ia pun hati-hati memilih pola yang cocok baginya. Kadang-kadang meraba-raba dahulu, dan setelah pasti barulah dijadikan pedoman. Dipihak lain, mungkin pula mencoba melanggar pola hidup tersebut. Itulah sebabnya mengapa banyak orang yang mengatakan bahwa masa remaja dianggap ibarat orang ynag berada dipersimpangan jalan, siap memilih jalan yang akan ditempuh. Kearah yang baik atau kearah yang buruk. Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok, merokok, mabuk-mabukan, pencurian, penganiayaan hingga pada penyalahgunaan obat-obatan seperti narkotika.


(11)

2

Munculnya kenakalan remaja merupakan manifestasi kurangnya pembinaan generasi muda sejak awal perkembangannya maupun dalam proses pendewasaan. Kenakalan remaja cenderung diakibatkan karena remaja lebih mengedepankan sifat emosi ketimbang pemikiran. Menurut pandangan politik kenakalan remaja sebagai akibat kurangnya kontrol sosial, dan juga sebagai akibat kecerobohan orang tua, masyarakat dan sekolah. Oleh karena itu orang tualah yang sangat berperan penting dalam membentuk watak dan kepribadian remaja hingga menjelang dewasa. Simanjuntak (1987:37) berpendapat bahwa keluarga merupakan kelompok sosial yang utama dan pertama anak belajar dan menjadi manusia sosial.

Akhir-akhir ini gejala kenakalan remaja semakin meningkat, baik dikota-kota besar maupun dipedesaan, dimana remaja sering bertindak diluar batas misalnya, menodong, tawuran, merampok, mabuk-mabukan, mengganggu ketentraman umum, bahkan melakukan pembunuhan. Digambarkan pula bahwa remaja pada saat ini lebih suka jalan-jalan di mal, kebut-kebutan di jalan raya dan tawuran antar pelajar. Frekuensi tawuran meningkat tajam dari 1500 kasus pada tahun 2011/2012 menjadi 1755 kasus pada tahun 2012 (Kompas, 23 Februari,2012).

Dalam hal ini pula banyak di contoh oleh anak remaja yang tidak mendapatkan pengarahan bahwa hal itu tidak baik untuk dilakukan. Di lingkungan masyarakat, para remaja sering menemukan orang yang berkelakuan tidak sopan, kasar bahkan kejam terhadap sesama manusia (Sofyan.2005, 107). Masalah-masalah tersebut akan menjadikan kehidupan masyarakat menjadi resah, dan perasaan tidak aman di lingkungannya. Keresahan pasti terjadi seperti penipuan, pencurian, mabuk-mabukan dll. Ditambah lagi dengan masuknya unsur-unsur budaya asing yang bersifat negative, seperti kemajuan teknologi yang mempengaruhi cara bergaul remaja, yang dapat dilihat dari tingkah laku remaja yang cenderung mengikuti gaya budaya asing. Seperti yang terjadi di lingkungan tempat penulis berada, banyak kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja seperti


(12)

3

begadang/berkeliaran sampai larut malam, berjudi, minum-minuman keras, berkata-kata kasar dan melawan pada orang tua.

Interaksi dalam keluarga sangat mempengaruhi perilaku pada remaja. Karena keluarga adalah basis pertama dalam berbagai rangkaian proses interaksi social yang dialami seseorang dalam hidupnya. Dalam hal ini fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman dalam masa kritisnya. Tidak dapat disangkal lagi, melalui keluargalah anakmemperoleh bimbingan dan pengarahan untuk mengembangkan dirinya.

Peranan orang tua sangat penting bagi seorang anak. Tidak semua anggota keluarga mempunyai pengaruh yang sama pada anak. Pengaruh tersebut tergantung dari emosional antara anggota keluarga dan anak. Melalui keluargalah anak memperoleh bimbingan, pendidikan, dan pengarahan untuk mengembangkan dirinya. Suasana kehidupan keluarga sangat berpengaruh atas taraf-taraf perkembangan anak dan menentukan apakah kelak akan terbentuk, sikap keras atau sikap lembut serta kepribadian lainnya. Perhatian orang tua dengan memberikan bekal kesenangan materil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Kondisi Negara kita pada saat sekarang ini juga menuntut agar generasi muda memiliki wawasan yang luas, berfikir positif dan perilaku yang baik. Tuntutan positif yang diberikan keluarga terhadap anaknya akan membentuk perilaku yang positif. Namun pada kenyataannya segala sesuatu yang dikomunikasikan orang tua pada anaknya tidak sepenuhnya dimengerti oleh anak. Anak merasa tidak memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang mereka inginkan. Disimpulkan dari berbagai penelitian bahwa pola komunikasi yang demokratis dan frekuensi komunikasi yang tinggi berhubungan erat dengan rendahnya tingkat kenakalan remaja, gaya pengasuhan yang otoriter dan permissive mendorong anaknya untuk bertingkah laku nakal (Cahyaningsih, 1999).

Clark dan shiledh (1997 ) menemukan bahwa komunikasi yang baik antara orang tua dan anak berkorelasi dengan rendahnya keterlibatan anak dalam kenakalan. orang tua dan


(13)

4

remaja juga dapat menjadikan komunikasi sebagai indicator rasa percaya dan kejujuran dengan mencermati nada emosi yang terjadi dalam interaksi antar anggota keluarga. Dengan kemajuan zaman telah banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Dimana pada saat sekarang ini semua informasi tentang apa saja dapat diperoleh dengan cepat dan mudah. Akan tetapi kemajuan zaman juga memberikan tekanan terhadap orang tua untuk dapat hidup berkecukupan sehingga orang tua terlihat sangat individualis. Sifat individualis biasa terjadi dilingkungan keluarga seperti yang sering disebutdengan “broken Home”. Broken home adalah suatu keadaan keluarga yang masih utuh akan tetapi karena masing-masing anggota keluarga (ayah dan ibu) mempunyai kesibukan masing-masing-masing-masing sehingga mereka tidak sempat memberi perhatian mereka terhadap anaknya. Tuntutan ekonomi juga membuat orang tua sibuk bekerja untuk mencari uang daripada meluangkan waktu untuk berkomunikasi dendan anaknya. Hal ini terlihat pada keluarga yang secara ekonomis kurang mampu, sehingga orang tua harus mencari nafkah dan tidak ada waktu untuk mengasuh anaknya. Keadaan ini jelas tidak menguntungkan perkembangan anak sehingga anak yang demikian mudah mengalami frustasi.

Dari penjelasan diatas maka terlihat jelas remaja yang memiliki jiwa labil mudah tepengaruh oleh lingkungan masyarakat sehingga mengakibatkan remaja tersebut kehilangan arah untuk tetap berbuat baik, sesuai dengan yang telah diajarkan. Kondisi pendidikan masyarakat yang rendah pun seringkali menjadi seorang remaja mengalami masalah dalam perkembangan dirinya. Tidak dapat dipungkiri maraknya kenakalan remaja yang semakin meningkat kasusnya dari tahun ketahun, kebanyakan besar adalah pengaruh dari lingkungan dan keluarganya.

Ketidakmampuan remaja menjadi apa yang diinginkan orang tua membuat orang tua kesal. Tidak jarang kekesalan orang tua kepada remaja disampaikan melalui ucapan kasar, kata-kata sindiran, nada suara yang keras, sehingga anak memandang itu sebagai hinaan bagi


(14)

5

dirinya. Kemampuan yang terbatas menyebabkan anak cenderung menangkap segala sesuatu yang ia dengarkan dan dialaminya tanpa mampu menangkap pesan yang tersembunyi sehingga anak merasa dirinya tidak berharga dan merasa disepelekan, hal inilah yang dikhawatirkan akan menimbulkan kenakalan bagi remaja.

Banyak orang tua yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada anak tanpa memikirkan dampak yang diterima pada diri remaja. Komunikasi dalam arti yaitu, bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang baru atau penting saja. Menurut Walgito (2004:205) disamping “keterbukaan dalam komunikasi, komunikasi di dalam keluarga sebaiknya dilakukan dua arah, yaitu saling member dan saling menerima diantara anggota keluarga”. Dengan komunikasi dua arah akan terdapat umpan balik, sehingga dengan demikian akan tercipta komunikasi yang baik karena masing-masing pihak aktif dan memberkan pendapat terhadap masalah yang dikomunikasikan. Kecenderunagan anak untuk berperilaku dapat berakar pada kurangnya dialog dalam keluarga yang berakibat anak merasa sendirian. Cara orang tua berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak memberikan pengaruh kepada anak dan menyebabkan remaja memilih jalan penyelesaian sendiri diluar rumah dan membuar remaja nyaman dengan melakukan kenakalan dalam berperilaku.

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan penulis diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya “ Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Tingkat Kenakalan remaja Di Desa Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A “. Penulis melihat banyak remaja yang merasa bahwa orang tua mereka tidak perhatian, maka sering terjadi pertengkaran yang terjadi antara orang tua dan remaja yang berdampak remaja melakukan tindakan-tidakan kekerasan atau kenakalan seperti berbicara kasar/kurang sopan, mencuri, berjudi, mabuk-mabukan, pulang larut malam dan melawan pada orang tuanya sendiri.


(15)

6

Dan kenakalan yang paling menonjol seperti keluar malam dengan tujuan yang negative seperti balapan liar dan tidak pulang kerumah. Istilah balapan liar kini pun sudah menjamur dikota-kota besar khususnya di kota Medan. Tidak heran terkadang aksi mereka sering membuat resah masyarakat. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan karena tidak adanya pengawasan dari para ahli, aparat kepolisian pun tidak ada yang berjaga di lokasi tersebut, resiko kecelakaan pun sangat besar dilihat dari sisi keamanan diri mereka sendiri.Hal ini menjadi hal biasa bagi orang tua, tanpa ada larangan atau teguran sehingga sang anak (remaja) selalu mengulangi perbuatannya itu setiap malam. Pada dasarnya remaja tersebut adalah remaja yang baik, akan tetapi banyak dampak yang terjadi pada anak dalam hal ini remaja setelah mendapatkan perlakuan dari orang tua yang menurutnya kurang menyenangkan hatinya, dampak tersebut antara lain : melawan kepada orang tua, mengikuti perilaku orang yang diidolakannya yang memiliki perilaku yang kurang baik, mencari kesibukan diluar rumah yang membuat anak merasa aman, nyaman, tenang dengan melakukan kenakalan-kenakalan.

Kehidupan seorang anak tidak hanya bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu anak memerlukan kebutuhan psikologis untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Sering terjadi pertengkaran dalam keluarga karena timbulnya masalah kenakalan anak. Pada keluarga yang secara ekonomis kurang mampu. keadaan tersebut disebabkan karena orang tua harus mencari nafkah, sehingga tak ada waktu sama sekali untuk mengasuh anaknya. Sedang pada keluarga yang mampu, persoalannya adalah karena orang tua terlalu sibuk dengan urusan-urusan di luar rumah dalam rangka mengembangkan prestise. Hal ini disebabkan karena tuntutan keadaan ekonomi, sehingga orang tua sibuk bekerja untuk mencari uang dari pada meluangkan waktu untuk sekedar berbincang (berkomunikasi) dengan anaknya.


(16)

7

B. Identifikasi Masalah

Dengan melihat permasalahan yang ada diatas, maka penelitian mengidentifikasi beberapa masalah yaitu :

1. banyak orang tua yang lebih memilih ego masing-masing, mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing sehingga kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua mereka.

2. Rendahnya ekonomi keluarga yang menyebabkan remaja ikut membantu perekonomian keluarganya, sehingga menyebabkan remaja putus sekolah dan terlibat kedalam lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan bagi remaja. 3. Saya melihat masih ada orang tua yang kurang menyadari dan memahami betapa

pentingnya peranan orang tua dalam menjalin komunikasi dengan remaja yang masih haus perhatian orang tuanya.

4. Saya melihat orang tua kurang memperhatikan anaknya(remaja) dalam berperilaku.

5. Orang tua kurang memiliki pengetahuan pengetahuan dan kemampuan dalam mendidik dengan baik dan benar.

6. Banyak kenakalan yang terjadi yang dilakukan oleh remaja dalam berperilaku. 7. Kurang baik pola komunikasi yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga.


(17)

8

C. Batasan Masalah

Dengan banyaknya masalah yang berkaitan dengan kenakalan remaja yang harus dipahami dalam identifikasi, namun peneliti menemukan gejala kenakalan remaja di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa A, maka penelitian ini dibatasi pada pola komunikasi orang tua terhadap remaja.

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut :

1. Seberapa baikkah komunikasi orang tua terhadap remaja di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa ?

2. Seberapa tinggi tingkat kenakalan remaja di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa ?

3. Apakah terdapat hubungan pola komunikasi orang tua terhadap remaja di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa.


(18)

9

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pola komunikasi orang tua terhadap remaja.

2. Untuk mengetahui kenakalan remaja yang ada di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa.

3. Untuk mengetahui hubungan pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja.

F. Manfaat Penelitan

Adapun yang dapat diambil sebagai manfaat dari penelitian ini antara lain : A. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi mesukan bagi orang tua, dalam menjalin komunikasi antara orang tua dengan remaja.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk dapat memberikan perhatian kepada remaja agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja.

3. Sebagai masukan bagi fakultas khususnya jurusan PLS dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

B. Manfaat Teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan bahan acuan bagi peneliti yang lain jika akan melakukan atau pengembangan lebih lanjut mengenai hubungan komunikasi orang tua terhadap kenakalan remaja.


(19)

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pola komunikasi orang tua dengan remaja yang paling sering dilaksanakan di lingkungan Tirta adalah komunikasi kooperatif, dalam pola kooperatif lebih kepada orang tua mengawasi dan membimbing remaja tetapi tidak mengatur sehingga remaja tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan serta didalam pengambilan keputusan keluarga remaja dilibatkan sehingga remaja merasa diakui keberadaannya didalam keluarga dan selanjutnya kondisi mental remaja dapat berkembang dengan baik.

2. Tingkat kenakalan remaja di lingkungan Tirta yang sering terjadi adalah membolos sekolah, kemudian diikuti merokok, pulang larut malam apalagi malam minggu yang dianggap malam santai dan sebagian remaja ada juga yang meninggalkan rumah ketika diberi nasehat oleh orang tua.

3. Pola komunikasi orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A, hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian menunjukkan bahwa rhitung > rtabel yaitu 0,769 >

0,220. Berarti ada hubungan yang kuat antara pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja. Dengan arti kata semakin baik pola komunikasi orang tua makin maka semakin rendah kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A.


(20)

46

B. Saran

1. Kepada orang tua disarankan untuk dapat menerapkan pola komunikasi yang efektif bagi remaja sehingga mereka merasa nyaman, aman dan penuh dengan limpahan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Sehingga ketika ada permasalahan, remaja tidak merasa ragu untuk menceritakan kepada orang tuanya dan mendapatkan solusi yang tepat dari orang tuanya.

2. Kepada remaja disarankan dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dengan tidak mengganggu ketertiban umum atau bahkan melanggar norma hukum karena dapat mengakibatkan permasalahan bagi masa depan remaja tersebut. Dalam upaya menghindari kenakalan remaja dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan dikelompok-kelompok pengajian atau kegiatan-kegiatan positif di karang taruna. 3. Kepada tokoh masyarakat disarankan untuk memberi sosialisasi kepada remaja akan

bahaya dari kenakalan itu sendiri, seperti merokok, mengkonsumsi narkoba, bermain judi, berjudi dan lain sebagainya, karena tindakan menyimpang tersebut akan memberi pengaruh pada masa depan remaja.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Bina lmu.

Djamarah, Bahri Saiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.

Deradjat,Zakiah.1991. Problem Remaja Di Indonesia. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia Effendi, OU. 2003. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya. Gunarsa, S.D. 1996. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta:BPK. Gunung Mulia

Gunarsah, Singgih. 1991. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Hadi, S dan Parmadiningsih, Y. Manual SPS (Seri Program Statistik). Yogyakarta:Badan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Prof. Dr. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Edisi Revisi. Jl. Geger Kalong Hilir No. 84 Bandung.

Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Mapiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional Sarlito, W.S. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Remaja Sudarsono, S. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta:Rineka Cipta

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Rineka Cipta

Wahyuni, W, dkk. 2003. Mengkomunikasikan Moral Pada Anak. Jakarta:Elex Media Komputindo.

Sumber Internet :

amin. 2009. Faktor Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja. Dalam

http://www.sabda.org/c3i/faktor_pribadi_keluarga_dan_lingkungan_sosial_sebagai_p


(1)

B. Identifikasi Masalah

Dengan melihat permasalahan yang ada diatas, maka penelitian mengidentifikasi beberapa masalah yaitu :

1. banyak orang tua yang lebih memilih ego masing-masing, mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing sehingga kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua mereka.

2. Rendahnya ekonomi keluarga yang menyebabkan remaja ikut membantu perekonomian keluarganya, sehingga menyebabkan remaja putus sekolah dan terlibat kedalam lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan bagi remaja. 3. Saya melihat masih ada orang tua yang kurang menyadari dan memahami betapa

pentingnya peranan orang tua dalam menjalin komunikasi dengan remaja yang masih haus perhatian orang tuanya.

4. Saya melihat orang tua kurang memperhatikan anaknya(remaja) dalam berperilaku.

5. Orang tua kurang memiliki pengetahuan pengetahuan dan kemampuan dalam mendidik dengan baik dan benar.

6. Banyak kenakalan yang terjadi yang dilakukan oleh remaja dalam berperilaku. 7. Kurang baik pola komunikasi yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga.


(2)

C. Batasan Masalah

Dengan banyaknya masalah yang berkaitan dengan kenakalan remaja yang harus dipahami dalam identifikasi, namun peneliti menemukan gejala kenakalan remaja di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa A, maka penelitian ini dibatasi pada pola komunikasi orang tua terhadap remaja.

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut :

1. Seberapa baikkah komunikasi orang tua terhadap remaja di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa ?

2. Seberapa tinggi tingkat kenakalan remaja di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa ?

3. Apakah terdapat hubungan pola komunikasi orang tua terhadap remaja di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa.


(3)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pola komunikasi orang tua terhadap remaja.

2. Untuk mengetahui kenakalan remaja yang ada di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa.

3. Untuk mengetahui hubungan pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja.

F. Manfaat Penelitan

Adapun yang dapat diambil sebagai manfaat dari penelitian ini antara lain : A. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi mesukan bagi orang tua, dalam menjalin komunikasi antara orang tua dengan remaja.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk dapat memberikan perhatian kepada remaja agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja.

3. Sebagai masukan bagi fakultas khususnya jurusan PLS dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

B. Manfaat Teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan bahan acuan bagi peneliti yang lain jika akan melakukan atau pengembangan lebih lanjut mengenai hubungan komunikasi orang tua terhadap kenakalan remaja.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pola komunikasi orang tua dengan remaja yang paling sering dilaksanakan di lingkungan Tirta adalah komunikasi kooperatif, dalam pola kooperatif lebih kepada orang tua mengawasi dan membimbing remaja tetapi tidak mengatur sehingga remaja tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan serta didalam pengambilan keputusan keluarga remaja dilibatkan sehingga remaja merasa diakui keberadaannya didalam keluarga dan selanjutnya kondisi mental remaja dapat berkembang dengan baik.

2. Tingkat kenakalan remaja di lingkungan Tirta yang sering terjadi adalah membolos sekolah, kemudian diikuti merokok, pulang larut malam apalagi malam minggu yang dianggap malam santai dan sebagian remaja ada juga yang meninggalkan rumah ketika diberi nasehat oleh orang tua.

3. Pola komunikasi orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A, hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian menunjukkan bahwa rhitung > rtabel yaitu 0,769 > 0,220. Berarti ada hubungan yang kuat antara pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja. Dengan arti kata semakin baik pola komunikasi orang tua makin maka semakin rendah kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A.


(5)

B. Saran

1. Kepada orang tua disarankan untuk dapat menerapkan pola komunikasi yang efektif bagi remaja sehingga mereka merasa nyaman, aman dan penuh dengan limpahan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Sehingga ketika ada permasalahan, remaja tidak merasa ragu untuk menceritakan kepada orang tuanya dan mendapatkan solusi yang tepat dari orang tuanya.

2. Kepada remaja disarankan dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dengan tidak mengganggu ketertiban umum atau bahkan melanggar norma hukum karena dapat mengakibatkan permasalahan bagi masa depan remaja tersebut. Dalam upaya menghindari kenakalan remaja dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan dikelompok-kelompok pengajian atau kegiatan-kegiatan positif di karang taruna. 3. Kepada tokoh masyarakat disarankan untuk memberi sosialisasi kepada remaja akan

bahaya dari kenakalan itu sendiri, seperti merokok, mengkonsumsi narkoba, bermain judi, berjudi dan lain sebagainya, karena tindakan menyimpang tersebut akan memberi pengaruh pada masa depan remaja.


(6)

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Bina lmu.

Djamarah, Bahri Saiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.

Deradjat,Zakiah.1991. Problem Remaja Di Indonesia. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia Effendi, OU. 2003. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya. Gunarsa, S.D. 1996. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta:BPK. Gunung Mulia

Gunarsah, Singgih. 1991. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Hadi, S dan Parmadiningsih, Y. Manual SPS (Seri Program Statistik). Yogyakarta:Badan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Prof. Dr. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Edisi Revisi. Jl. Geger Kalong Hilir No. 84 Bandung.

Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Mapiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional Sarlito, W.S. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Remaja Sudarsono, S. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta:Rineka Cipta

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Rineka Cipta

Wahyuni, W, dkk. 2003. Mengkomunikasikan Moral Pada Anak. Jakarta:Elex Media Komputindo.

Sumber Internet :

amin. 2009. Faktor Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja. Dalam

http://www.sabda.org/c3i/faktor_pribadi_keluarga_dan_lingkungan_sosial_sebagai_p