PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KENAKALAN REMAJA USIA 14-16 TAHUN DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG.

(1)

PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP

KENAKALAN REMAJA USIA 14-16 TAHUN DI

KECAMATAN TANJUNG MORAWA

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

TENGKU FAHMI RIZA

NIM. 1123371048

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Tengku Fahmi Riza, NIM. 1123371048 : Pengaruh Perceraian Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja Usia 14-16 Tahun di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Masalah dalam penelitian ini yaitu apakah perceraian orang tua berpengaruh terhadap kenakalan remaja usia 14-16 Tahun di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perceraian orang tua terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Perceraian adalah berakhirnya hubungan suami istri karena ketidakcocokan antara keduanya dan diputuskan oleh hukum, sedangkan kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah perbuatan atau tingkah laku remaja yang melawan norma sosial dan norma hukum.

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuanitatif. Populasi dalam penelitian ini seluruh remaja usia 14-16 tahun korban perceraian orang tua di Kecamatan Tanjung Morawa berjumlah 26 sekaligus dijadikan sebagai sampel penelitian (sampel jenuh). Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket), sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis regresi linier sederhana. Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perceraian orang tua berpengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun, dibuktikan dari hasil uji t yaitu thitung > thitung (2,208 > 2,064). Sedangkah besarnya pengaruh penceraian orang tua terhadap kenakalan remaja diketahui dari nilai koefisien determinan (r2) yaitu sebesar 16,9% sedangkan sisanya 83,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Disimpulkan bahwa perceraian orang tua berpengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perceraian Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja Usia 14-16 Tahun Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang” .

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus di penuhi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negri Medan. Di dalam penulisan ini, banyak kendala yang di hadapi penulis, namun semuanya dapat teratasi berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terkhususnya kepada orang tua tercinta atas kasih sayang, semangat serta dukungan moril dan materil mulai dari awal sampai selesai perkuliahan.

Pada akhir kata penulis sangat berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya terutama sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak yang terkait dengan permasalahan yang di angkat menjadi judul skripsi ini.

Medan, Juni 2016 Penulis

Tengku Fahmi Riza NIM: 1123371048


(7)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 7

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Remaja ... 9

2.1.1.1 Pengertian Remaja ... 9

2.1.1.2 Tugas-tugas Perkembangan Remaja. ... 9

2.1.1.3 Karakteristik Umum Perkembangan Remaja. ... 11

2.1.2 Kenakalan Remaja ... 13

2.1.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja ... 13


(8)

vii

2.1.2.3 Indikator Kenakalan Remaja ... 19

2.1.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja . 21 2.1.2.5 Akibat dari Kenakalan Remaja ... 23

2.1.3 Penceraian Orang Tua ... 26

2.1.3.1 Pengertian Penceraian ... 26

2.1.3.2 Indikator Penceraian ... 26

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 27

2.3 Kerangka Berpikir ... 28

2.4 Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Populasi dan Sampel ... 30

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 31

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.7 Teknik Analisis Data ... 34

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 39

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden ... 45

4.2.2 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 55

4.3 Pengujian Hipotesis ... 55


(9)

viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 62 5.2 Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 64


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-Kisi Kuesioner ... 33

3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 36

3.3 Jadwal Penelitian ... 38

4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 40

4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 41

4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 42

4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 42

4.6 Sarana Pendidikan ... 43

4.7 Sarana Tempat Ibadah ... 44

4.8 Sarana Kesehatan ... 44

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 46

4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas ... 46

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Sekolah ... 47

4.13 Distribusi Pernyataan Responden Tentang Perceraian Orang Tua…. 48


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Koesioner Penelitian

Lampiran 2 : Master Data Hasil Penelitian

Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Persamaan Regresi Sederhana Lampiran 4 : Tabel Nilai-Nilai “r: Product Moment

Lampiran 5 : Tabel Nilai-Nilai Dalam Distribusi “t”

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian dari FIP UNIMED Medan


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Gunarsa, 2004:15). Pada masa transisi inilah kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku mengganggu yang mengarah pada tindakan yang disebut dengan kenakalan remaja.

Kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

Seperti diketahui bahwa fenomena kasus-kasus kenakalan remaja akhir-akhir ini meningkat dengan tajam, meluas dan semakin kompleks terlebih-lebih di daerah-daerah perkotaan bahkan perdesaan. Peningkatan kasus-kasus kenakalan yang dilakukan oleh remaja dewasa ini bukan lagi hanya dalam bentuk kenakalan biasa seperti bolos sekolah, melawan guru, membantu perintah orang tua, merokok, berjudi, mengendarai kenderaan tanpa SIM, dan kebut-kebutan di jalan, tetapi justru semakin mengarah tindakan yang menimbulkan gangguan serius dalam masyarakat dan dapat digolongkan ke dalam tindakan kejahatan.


(14)

2 Kenakalan remaja yang identik dengan kejahatan atau kriminalitas yaitu tindakan yang dapat menimbulkan korban fisik maupun korban materi yang sangat merugikan pihak lain maupun remaja itu sendiri. Banyak sekali bentuk-bentuk kejahatan yang telah dilakukan remaja, antara lain : perkelahian dan tawuran, pencurian, pengrusakan harta benda orang lain dan maupun fasilitas umum, perampokan, penodongan hingga perampasan dengan kekerasan (pembegalan), penyalahgunaan dan pengedaran norkoba, fornografi, minuman keras, perilaku seks bebas, pelacuran, aborsi dalam lain sebagainya.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga terkiat seperti Komnas Anak, Badan Narkotika Nasional (BNN), BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Berencana), pada tahun 2014 di Indonesia tercatat 529 kasus kenakalan atau kejahatan yang melibatkan para remaja antara lain mencakup kasus perjudian, bolos, tawuran, pencurian, perampokan dan perampasan (begal motor), penyalahggunaan dan pengedaran narkoba, seks bebas, dan aborsi. Jumlah kasus ini sangat meningkat tajam dibandingkan tahun 2013 dengan jumlah kasus tercatat sebanyak 324 kasus. Kasus-kasus kenakalan atau kejahatan remaja ini diprediksikan akan terus menanjak, seperti fenomena gunung es, tidak tampak di permukaan namun jika ditelusuri lebih dalam ternyata banyak kasus kasus yang cukup mengejutkan dan belum terungkap (http//:teen.kapanlagi.com, 2015).

Kenakalan yang dilakukan oleh remaja baik itu kenakalan biasa maupun kenakalan yang identik dengan kejahatan menurut para ahli pada dasarnya dilatar belakangi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah hal-hal


(15)

3 yang bersifat intern yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri, baik karena sifat bawaan (faktor keturunan) maupun unsur motivasi akibat desakan kebutuhan ekonomi yang secara individual tidak terpenuhi.

Faktor eksternal adalah adalah faktor yang bersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan, antara lain : (1) Faktor keluarga, akibat kehidupan keluarga yang kurang harmonis atau berantakan (broken home), orang meningggal, orang tua, bercerai, yang pada akhirnya anak menjadi kurang mendapat perhatian, kasih sayang, bimbingan tuntunan pendidikan moral dan agama sejak dini, serta pemenuhan materi yang seharusnya mereka dapatkan dari keluarga atau orang tuanya. (2) Faktor lingkungan, yaitu berkaitan dengan perilaku masyarakat sekitar yang tidak sehat dan rawan. Perilaku masyarakat yang tidak sehat ini seperti adanya pengangguran, putus sekolah, dan anak-anak jalanan yang beprilaku menyimpang, sementara lingkungan rawan karena menjadi lokasi peredaran narkoba, praktek prostitusi, tawuran, kebut-kebuatan, pencurian, perampokan, pembunuhan, perkosaan, pengrusakan, dan lain-lain. (3) Arus globalisasi dan teknologi informasi yang semakin berkembang serta gaya hidup modernisasi juga menjadi salah satu ekternal yang memberi dampak negatif yang yang dapat menjermuskan remaja dalam kehidupan pergaulan seks bebas.

Dari beberapa faktor penyebab kenakalan remaja seperti diuraikan di atas, jelas bahwa kehidupan keluarga yang tidak harmonis terutama akibat terjadinya perceraian orang tua adalah merupakan faktor yang sangat memainkan peranan paling besar dalam membentuk timbulnya kenakalan remaja karena pihak yang paling dirugikan atau mendapat dampak negatifnya adalah sang anak atau remaja itu sendiri menjadi korban perceraian dari orang tuanya.


(16)

4 Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kementerian Agama (Kemenag) melaporkan angka perceraian di Indonesia lima tahun terakhir terus meningkat.Pada 2010-2014, dari sekitar 2 juta pasangan menikah, 15 persen di antaranya bercerai. Angka perceraian yang diputus oleh pengadilan agama di seluruh Indonesia pada tahun 2014 mencapai 382.231 kasus, naik 131.023 kasus atau 52,16% dibandingkan tahun 2010 sebanyak 251.208 kasus. Penyebab perceraian di Indonesia jika diurutkan tiga besar paling banyak akibat faktor ketidakharmonisan, tidak ada tanggungjawab dan masalah ekonomi.

Kasus perceraian di Kabupaten Deli Serdang sejak tahun 2010-2014 juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 ada sebanyak 2.877 kasus gugat cerai yang terdaftar di Kantor Pengadilan Agama Lubuk Pakam, di antaranya hingga bulan Agustus 2015 telah diputuskan sebanyak 1.049 kasus perceraian dengan perincian : bulan Januari 135 kasus, Februari 127 kasus, Maret 114 kasus, Mei 125 kasus, Juni 165 kasus, Juli 96 kasus dan Agustus 133 kasus. Sementara di wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang hingga akhir Agustus 2015 terdapat 79 kasus perceraian yang telah diputuskan secara sah. Masalah ekonomi yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan hidup oleh pihak suami menjadi faktor utama penyebab perceraian di Kecamatan Tanjung Morawa, sementara faktor penyebab lainnya adalah akibat perbedaan prinsip, perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah tangga.

Berdasarkan pengamatan terhadap fenomena yang ada di lapangan serta hasil wawancara awal yang penulis dilakukan dengan beberapa orang tua dari remaja korban perceraian maupun pihak-pihak terkait di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, diperoleh informasi bahwa pada umumnya


(17)

5 remaja korban perceraian mengalami perubahan pola hidup yang jauh berbeda dari kondisi sebelumnya. Sebagian remaja ada yang putus sekolah, baik akibat ketiadaan biaya maupun karena merasa, kecewa malu dan minder dengan teman-teman sekolahnya. Kalaupun ada anak yang masih tetap bergaul seperti biasanya baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sekitar rumahnya tetapi sikap atau perilakunya sudah berubah yaitu menjadi suka emosi, marah, mudah tersinggung dan lain sebagainya, bahkan ada sebagian remaja yang menjurus pada perilaku nakal seperti bolos atau putus sekolah, berkelahi/tawuran, membuat onar, melakukan pergaulan seks bebas, merokok, mengkonsumsi minuman keras, obat-obatan, mencuri, merampas, menjambret dan lain sebagainya.

Dari beberapa perubahan sikap dan perilaku remaja korban perceraian di Kecamatan Tanjung Morawa, seperti diuraikan di atas, fenomena timbulnya kenakalan remaja diprediksi sebagai akibat dampak negatif perceraian orang tua. Hal ini dapat merupakan masalah yang menarik untuk dikaji karena kenakalan remaja ini yang dimulai dari hal-hal kecil bisa saja menjurus ke hal-hal yang lebih buruk dan berbahaya yang tidak saja merugikan si remaja bersangkutan tetapi juga bagi masyarakat secara luas

Bentuk-bentuk kenakalan remaja di dalam kehidupan sehari-hari, seperti bolos sekolah, berkelahi, membuat onar, mencuri, mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minuman keras, melakukan seks bebas dan lain sebagainya, menunjukkan bahwa angka tertinggi pada remaja laki-laki (Kartono, 2013:87) yang hanya tinggal dengan ibunya. Begitu juga pada anak perempuan menunjukkan angka tertinggi terdapat pada mereka yang hidupnya hanya dengan ayah, Hal ini diprediksi dapat disebabkan karena pola interaksi yang tidak seimbang yang diterima anak, sehingga wajar bila sang anak menjadi nakal karena


(18)

6 norma-norma dan aturan yang seharusnya disosialisasikan oleh ayah dan ibunya, tidak pernah mereka dapatkan secara seimbang dari kedua orang tuanya (Maryanti, 2007).

Hasil penelitian oleh Lestari (2014) mengungkapkan bahwa remaja yang tidak tahu bagaimana menggunakan dan memilih strategi apa yang baik untuk digunakan dalam kasus perceraian orang tua, biasanya remaja tersebut menyuarakan perasaanya dengan kenakalan remaja seperti bolos/putus sekolah, terjebak dalam pergaulan seks bebas, penyalahgunaan narkoba bahkan melakukan tindak kriminalitas. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Prihatinningsih (2012) bahwa bentuk-bentuk kenakalan yang biasanya dilakukan oleh remaja putra korban perceraian diantaranya : suka melawan terhadap orang tua, suka berkelahi dengan siapa pun, mencopet, mencoba-coba obat-obatan terlarang dan minum-minuman keras sampai mabuk.

Sejauhmana perceraian ini dapat menentukan tingkat kenakalan remaja perlu dilakukan kajian ilmiah melalui penelitian dengan judul : Pengaruh Perceraian Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja Usia 14-16 Tahun di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang”.

B. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, dapat diketahui bahwa kenakalan remaja dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun dalam penelitian ini dibatasi hanya pada perceraian orangtua dengan alasan bahwa faktor ini diprediksi lebih dominan dibanding dengan faktor lain. Kajian kenakalan remaja ini dapat dilakukan di mana saja, namun karena gejala-gejala yang ditemukan terjadi di Tanjung


(19)

7 Morawa, maka penelitian ini dibatasi hanya di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah : “Apakah perceraian orang tua berpengaruh terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang?”.

D. Tujuan Penelitian

Dari rumuan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat perceraian orang tua yang memiliki anak remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan remaja usia 14-16 tahun korban

perceraian di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui pengaruh perceraian orang tua terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut :

1.6.1 Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pembinaan kepribadian remaja.


(20)

8 berbagai pihak terutama :

a. Orang tua : sebagai bahan masukan dan informasi tentang pengaruh negatif perceraian terhadap munculnya kenakalan remaja.

b. Masyarakat : untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja.

c. Pemerintah Kecamatan Tanjung Morawa : sebagai bahan masukan dalam upaya pembinaan dan pemberdayaan remaja korban perceraian. d. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjut berkaitan dengan


(21)

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dominan dilakukan oleh remaja usia 14-16 tahun korban perceraian orang tua di Kecamatan Tanjung Morawa antara lain : bolos sekolah, berkelahi, mencuri, dan melakukan seks bebas. 2. Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa perceraian orang

tua mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa. Artinya bila perceraian orang tua mengalami peningkatan maka kenakalan remaja juga akan meningkat.

3. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t diperoleh nilai thitung > thitung (2,208 > 2,064). Artinya perceraian orang tua berpengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa.

4. Besarnya pengaruh penceraian orang tua terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa berdasarkan nilai koefisien determinan (r2) adalah sebesar 16,9% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti kondisi ekonomi, kondisi lingkungan yang tidak sehat atau rawan, pengaruh teman sebaya, maraknya penyalahgunaan narkoba, dan lain sebagainya.


(22)

63

1.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Kepada setiap orang tua hendaknya menghindari terjadinya perceraian karena akan berdampak buruk bagi si anak berupa timbulnya kenakalan remaja. Kalaupun perceraian menjadi pilihan terakhir, seyogianya kedua orang tua tetap menjalankan kewajibannya masing-masing dan terus memberikan bimbingan agar si anak atau remaja tidak terjerumus dalam tindakan kenakalan remaja yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

2. Bagi masyarakat umumnya juga diharapkan agar meningkatkan kepedulian dan peran serta dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja.

3. Kepada Pemerintah Kecamatan Tanjung Morawa diminta agar terus aktif melakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap remaja korban perceraian. 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih menyempurnakan dan mengkaji lebih lanjut variabel-variabel lain yang lebih besar pengaruhnya terhadap timbulnya kenakalan remaja.


(23)

64

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Ali, M & Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika Cipta.

Dariyo, A. 2008. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : Grasindo. Fauzi, D.A. 2006. Perceraian, Siapa Takut. Jakarta : Restu Agung.

Gunarsa, S.D. 2004. Psikologi Perkembangan, Jakarta : Gunung Mulia

___________. Psikologi Praktis, Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia.

Haryanto 2011. Perkembangan Psikologi Remaja. Jakarta : Rosdakarya Hurlock, E. B. 2004. Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.

Ihromi, T. O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Kementerian Agama, 20015. Angka Perceraian di Indonesia Tahun 2010-2014. Jakarta : Puslitbang Kementerian Agama RI.

Kartono, K. 2013. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Musbikin, I. 2008. Mengatasi Anak-Anak Bermasalah. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Sarwono, S. W. 2011. Psikologi Remaja. Edisi Revisi 8. Jakarta : Raja Grafindo Pustaka.

Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Kartono, Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Kartono,


(24)

65

Sudjana. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujanto, Agus. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Bumi Aksara

Sunarto, Kamanto. 2007. Pengantar Sosiologi. Edisi Keenam. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber Skripsi, Jurnal, Website :

Harsanti.2013. Kenakalan Pada Remaja Yang Mengalami Perceraian Orang Tua, Jurnal PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil), Volume 5. ISSN : 1858-2559.

Maryanti. 2007. Keluarga Bercerai dan Intensitas Interaksi Anak Terhadap Orang Tuanya. Jurnal Harmoni Sosial, Universitas Sumatera Utara Volume I No.2

Mayunih (2013). Pengaruh Perceraian Terhadap Kenakalan Remaja di Kelurahan Ketapang Kabupaten Tangerang. Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah,Jakarta.

Lestari. 2014. Penerimaan Diri dan Strategi Coping pada Remaja REMAJA Korban Perceraian Orang Tua. e-Jurnal eJournal Psikologi Volume 2 No. 13.

Prihatinningsih. 2012. Juvenile Delinquency (Kenakalan Remaja) Pada Remaja Putra Korban Perceraian Orang Tua. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Gunawarna.

Ananda, 2015. Fenomena Kenakalan Remaja Mulai Sangat Mengerikan. Dalam

http://teen.kapanlagi.com,2015)/boys/pubertas/fenomena-kenakalan-remaja-mulai-sangat-mengerikan-5bea8f.html, diakses tanggal 22


(1)

Morawa, maka penelitian ini dibatasi hanya di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah : “Apakah perceraian orang tua berpengaruh terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang?”.

D. Tujuan Penelitian

Dari rumuan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat perceraian orang tua yang memiliki anak remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan remaja usia 14-16 tahun korban

perceraian di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui pengaruh perceraian orang tua terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut :

1.6.1 Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pembinaan kepribadian remaja.


(2)

a. Orang tua : sebagai bahan masukan dan informasi tentang pengaruh negatif perceraian terhadap munculnya kenakalan remaja.

b. Masyarakat : untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja.

c. Pemerintah Kecamatan Tanjung Morawa : sebagai bahan masukan dalam upaya pembinaan dan pemberdayaan remaja korban perceraian. d. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjut berkaitan dengan


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk kenakalan remaja yang dominan dilakukan oleh remaja usia 14-16 tahun korban perceraian orang tua di Kecamatan Tanjung Morawa antara lain : bolos sekolah, berkelahi, mencuri, dan melakukan seks bebas. 2. Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa perceraian orang

tua mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa. Artinya bila perceraian orang tua mengalami peningkatan maka kenakalan remaja juga akan meningkat.

3. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t diperoleh nilai thitung > thitung (2,208 >

2,064). Artinya perceraian orang tua berpengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa.

4. Besarnya pengaruh penceraian orang tua terhadap kenakalan remaja usia 14-16 tahun di Kecamatan Tanjung Morawa berdasarkan nilai koefisien determinan (r2) adalah sebesar 16,9% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti kondisi ekonomi, kondisi lingkungan yang tidak sehat atau rawan, pengaruh teman sebaya, maraknya penyalahgunaan narkoba, dan lain sebagainya.


(4)

1.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Kepada setiap orang tua hendaknya menghindari terjadinya perceraian karena akan berdampak buruk bagi si anak berupa timbulnya kenakalan remaja. Kalaupun perceraian menjadi pilihan terakhir, seyogianya kedua orang tua tetap menjalankan kewajibannya masing-masing dan terus memberikan bimbingan agar si anak atau remaja tidak terjerumus dalam tindakan kenakalan remaja yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

2. Bagi masyarakat umumnya juga diharapkan agar meningkatkan kepedulian dan peran serta dalam upaya penanggulangan kenakalan remaja.

3. Kepada Pemerintah Kecamatan Tanjung Morawa diminta agar terus aktif melakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap remaja korban perceraian. 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih menyempurnakan dan mengkaji lebih lanjut variabel-variabel lain yang lebih besar pengaruhnya terhadap timbulnya kenakalan remaja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Ali, M & Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Renika Cipta.

Dariyo, A. 2008. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : Grasindo. Fauzi, D.A. 2006. Perceraian, Siapa Takut. Jakarta : Restu Agung.

Gunarsa, S.D. 2004. Psikologi Perkembangan, Jakarta : Gunung Mulia

___________. Psikologi Praktis, Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia.

Haryanto 2011. Perkembangan Psikologi Remaja. Jakarta : Rosdakarya Hurlock, E. B. 2004. Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.

Ihromi, T. O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Kementerian Agama, 20015. Angka Perceraian di Indonesia Tahun 2010-2014. Jakarta : Puslitbang Kementerian Agama RI.

Kartono, K. 2013. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Musbikin, I. 2008. Mengatasi Anak-Anak Bermasalah. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Sarwono, S. W. 2011. Psikologi Remaja. Edisi Revisi 8. Jakarta : Raja Grafindo Pustaka.

Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Kartono, Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Kartono,


(6)

Sudjana. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujanto, Agus. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Bumi Aksara

Sunarto, Kamanto. 2007. Pengantar Sosiologi. Edisi Keenam. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber Skripsi, Jurnal, Website :

Harsanti.2013. Kenakalan Pada Remaja Yang Mengalami Perceraian Orang Tua, Jurnal PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil), Volume 5. ISSN : 1858-2559.

Maryanti. 2007. Keluarga Bercerai dan Intensitas Interaksi Anak Terhadap Orang Tuanya. Jurnal Harmoni Sosial, Universitas Sumatera Utara Volume I No.2

Mayunih (2013). Pengaruh Perceraian Terhadap Kenakalan Remaja di Kelurahan Ketapang Kabupaten Tangerang. Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah,Jakarta.

Lestari. 2014. Penerimaan Diri dan Strategi Coping pada Remaja REMAJA Korban Perceraian Orang Tua. e-Jurnal eJournal Psikologi Volume 2 No. 13.

Prihatinningsih. 2012. Juvenile Delinquency (Kenakalan Remaja) Pada Remaja Putra Korban Perceraian Orang Tua. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Gunawarna.

Ananda, 2015. Fenomena Kenakalan Remaja Mulai Sangat Mengerikan. Dalam

http://teen.kapanlagi.com,2015)/boys/pubertas/fenomena-kenakalan-remaja-mulai-sangat-mengerikan-5bea8f.html, diakses tanggal 22