Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan

(1)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Nama Peneliti : Melissa Sidabutar

Judul penelitian :Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di SMA SwastaAr- Rahman Medan

Saya adalah mahasiswa S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengankenakalanremaja. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan siswa/siswi untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan siswa/siswi mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan siswa/siswi.

Partisipasi siswa/siswi dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga siswa/siswi bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi apapun. Identitas pribadi siswa/siswi dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi siswa/siswi dalam penelitian ini. Medan,

Peneliti Responden


(2)

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja Instrumen terdiri dari tiga bagian, yaitu :

1. Kuesioner yang berkaitan dengan data demografi responden / subjek. 2. Kuesioner pola asuh orang tua yang terdiri dari 30 pernyataan. 3. Kuesioner kenakalan remaja yang terdiri dari 20 pernyataan. 1. KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian :

1. Semua pertanyaan harus diberi jawaban

2. Beri tanda centang ( √ ) pada kotak yang disediakan

3. Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan 1 jawaban yang sesuai menurut responden.

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti. No. Responden :

1. Usia : ……… tahun

2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

3. Agama : ( ) Islam ( ) Protestan ( ) Katolik ( ) Hindu ( ) Budha

4. Suku Siswa : ( ) Batak ( ) Melayu ( ) Minang ( ) Aceh ( ) Jawa ( ) Lain-lainnya

5. Pendidikan orang tua :

( ) Tidak sekolah ( ) SMP ( ) Diploma ( ) S1 ( ) SD ( ) SMA ( ) S2 ( ) S3


(3)

6. Apakah pekerjaan orang tua :

( ) Pegawai Negeri ( ) Wiraswasta ( ) Pegawai Swasta ( ) Lain-lainnya ( ) TNI/Polri

7. Berapakah pendapatan orang tua anda sebulan ? ( ) Kurang dari Rp. 500.000,- ( ) Rp. 500.000,- - Rp. 2.000.000,- ( ) Rp. 1.000.000,- - Rp. 3.000.000,- ( ) Diatas Rp. 3.000.000,-

8. Tinggal dengan:

( ) Orang tua ( ) Wali ( ) Lain-lainnya


(4)

1. Mohon angket ini disi untuk menjawab seluruh pernyataan yang ada PETUNJUK PENGISIAN

2. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia 3. Ada empat alternative jawaban yaitu:

SR: Sering K: Kadang JR: Jarang

TP: Tidak pernah

4. Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda beda berdasarkan keadaannya masing-masing, oleh karena itu pilih lah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda karena tidak ada jawaban yang dianggap salah


(5)

No PERNYATAAN PILIHAN SL SR KD TP Pola Asuh Otoriter

1 Orang tua saya mengharuskan saya segera menghentikan apa yang saya perbuat jika hal tersebut tidak sesuai dengan kehendak hatinya 2 Orang tua saya selalu marah jika saya terlambat

pulang sekolah tanpa bertanya terlebih dahulu 3 Orang tua saya dengan keras melarang saya

bergaul dengan orang-orang tertentu yang tidak disukai oleh orang tuasaya

4 Orang tua saya menentukan cita-cita yang harus saya capai

5 Jika saya memberikan ide untuk keperluan keluarga, orang tua saya akan marah dan menganggap saya lancang

6 Orang tua saya menganca makan menghukum saya jika tidak mematuhi semua perintahnya 7 Jika saya mendapat nilai bagus di kelas, orang tua

meminta saya untuk lebih giat belajar tanpa memberikan penghargaan apapun

8 Orang tua saya melarang saya membantah segala keputusan orang tua

9 Orang tua saya mengatakan memperoleh prestasi di kelas adalah suatu keharusan

10 Orang tua mengawasi dengan ketat semua kegiatan saya di luar rumah

Pola Asuh Demokratis

11 Jika saya sedang berselisih pendapat orang tua dengan anggota keluarga, orang tua memberi saya kesempatan untuk mengutarakan pendapat

12 Orang tua saya memberi hadiah terhadap hasil tes saya walaupun nilainya cukup

13 Orang tua saya memberi pujian jika saya mampu menyelesaikan segala pekerjaan rumah dengan baik

14 Orang tua saya mengarahkan, ketika saya mengalami kesulitan dalam menentukan jurusan sekolah

15 Orang tua saya menjelaskan kesalahan yang saya lakukan dengan rasional agar saya mengerti dan tidak mengulanginya lagi

16 Orang tua mengajak saya untuk menceritakan pengalaman di sekolah


(6)

dan mencintai keluarga

18 Jika saya berkelahi dengan saudara saya maka orang tua saya akan mengajak kami berdialog bersama dan menasehati kami untuk saling memperhatikan

19 Jika saya memberikan ide untuk keperluan keluarga maka orang tua saya akan mempertimbankan ide saya tersebut

20 Orang tua saya memberi penjelasan tentang arti pentingnya melaksanakan tugas dan tanggungjawab di rumah

Pola Asuh Permisif

21 Orang tua saya menuruti segala kemauans aya 22 Orang tua saya membiarkan saya untuk bermain

tanpa memperhatikan waktu pulang

23 Orang tua saya memperbolehkan saya untuk melakukan kegiatan apa saja di luar rumah

24 Orang tua saya membebaskan saya bergaul dengan siapa saja

25 Meskipun saya terlambat ke sekolah, orang tua saya tidak pernah memberiku hukuman apapun 26 Orang tua saya memperbolehkan saya tidak

mengerjakan pekerjaan rumah

27 Orang tua saya membiarkan saya tidur hingga larut malam

28 Orang tua saya memperbolehkan saya bermain game hingga larut malam

29 Orang saya memperbolehkan saya membuat keputusan sendiri dalam bertindak

30 Orang tua saya mengizinkan saya membeli barang apapun yang saya sukai


(7)

3. KUESIONER KENAKALAN REMAJA DI SMA SWASTA Ar-RAHMAN MEDAN

1. Mohon angket ini disi untuk menjawab seluruh pernyataan yang ada PETUNJUK PENGISIAN

2. Berilah tanda centang( √ ) pada kolom yang tersedia 3. Ada empat alternative jawaban yaitu:

SR: Sering K: Kadang JR: Jarang

TP: Tidak pernah

4. Setiap orang dapat mempunyai jawaban yang berbeda beda berdasarkan keadaannya masing-masing, oleh karena itu pilih lah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda karena tidak ada jawaban yang dianggap salah


(8)

No PERNYATAAN

SL SR KD TP 1 Saya bermain judi kartu/judi koin

2 Saya bermain taruhan bola

3 Saya mengambil sesuatu tanpa izin dari pemiliknya 4 Saya memeras dan atau mengompas orang lain 5 Saya melawan atau bersikap kasar terhadap orang tua 6 Saya menonton film porno

7 Saya merokok

8 Saya terlibat perkelahian/tahuran

9 Saya menyakiti atau menjahili orang lain 10 Saya melakukan hubungan seks di luar nikah 11 Saya bolos sekolah

12 Saya bermain playstation atau game hingga larut malam 13 Sayaterlambatdatangkesekolah

14 Saya bermain handphone ketika guru menjelaskan pelajaran

15 Saya ditegur guru karena mengobrol dengan teman dan tidak memperhatikan pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru

16 Saya membuang sampah sembarangan

17 Saya mengotori kelas karena teman saya juga mengotorinya

18 Saya berkumpul bersama teman sepulang sekolah sehingga terlambat pulang ke rumah

19 Saya mengendarai sepeda motor tanpa surat izin yang lengkap


(9)

UJI RELIABEL KUESIONER POLA ASUH (CRONBACH ALFA) N O P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P1 0 P1 1 P1 2 P1 3 P1 4 P1 5 P1 6 P1 7 P1 8 P1 9 P2 0 P2 1 P2 2 P2 3 P2 4 P2 5 P2 6 P2 7 P2 8 P2 9 P3 0 1 1 2 2 3 1 2 3 2 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 3

2 3 1 3 2 2 1 1 1 2 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 2 3 1 2 2 2 2 1

3 2 1 2 1 1 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 2 3 1 2 2 3 2 4 3

4 3 3 2 1 3 2 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 2 4 1 2 3 2

5 1 2 3 3 3 3 3 1 3 2 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2

6 3 3 1 2 1 1 1 2 1 1 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 2 3 2 2 1 2 3 1 2 3

7 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 4

8 4 4 3 3 3 1 2 1 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 2 3 4 3 3 3

9 3 3 1 1 1 3 2 2 1 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 4 3 3 3 3

10 3 3 1 2 1 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 3 2

11 3 3 3 3 2 1 1 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4

12 1 1 2 1 3 1 2 2 1 1 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4

13 3 3 3 1 1 2 1 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3

14 3 3 3 3 3 3 2 3 1 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4

15 1 1 2 2 2 1 1 1 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 2 3 3 3 2 3

16 2 2 2 3 3 3 2 2 1 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 2 3 2 3

17 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 2 4 3 4 2

18 2 2 3 2 3 2 1 1 1 1 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 2 3 3 2

19 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3

20 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3

21 2 2 3 2 3 3 3 1 1 1 4 4 3 4 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3

22 3 3 2 3 3 1 2 2 2 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 4

23 1 1 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 3 2 3 4 4 4

24 3 2 2 3 2 3 3 2 2 1 4 4 3 4 3 2 3 3 3 4 4 2 2 3 4 4 4 3 3 3

25 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 2 3 3 2 3

26 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 2 3 3 2 3 4 4 3

27 1 3 1 3 3 3 1 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4

28 2 1 1 3 1 2 3 3 1 2 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 4

29 3 2 2 1 2 3 2 1 2 2 3 4 4 3 3 4 4 3 3 2 1 3 4 4 2 2 2 4 3 3

30 1 3 3 2 3 2 3 2 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 2 4 2 4 4 4 4 4 1 3


(10)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0 Excludeda 0 .0 Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .735 30


(11)

UJI RELIABEL KUESIONER KENAKALAN REMAJA (CRONBACH ALFA)

NO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20

1 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 3 2 3 1 3 3 3 2 3 3

2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 1 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2

3 3 3 2 2 3 3 1 3 2 3 2 2 1 1 1 2 3 2 3 1

4 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 3 2 3 2 3 2 1

5 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3

6 1 2 3 3 1 2 1 3 3 3 3 1 2 1 1 1 1 1 1 2

7 3 2 1 1 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2

8 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

9 1 1 3 3 1 1 3 3 3 3 3 1 1 1 3 2 1 1 1 1

10 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 3 3 2

11 2 1 2 2 2 1 3 3 2 1 2 3 3 2 3 1 3 3 3 3

12 3 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 1 3 3 2 1 1 1 1

13 1 1 2 2 1 1 1 3 2 2 2 3 1 1 1 1 2 3 2 1

14 3 2 3 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3

15 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 1 2 3 2 2

16 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 3 3 1 2 3 1 3 3

17 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 3 3 3 3 2

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 2

19 3 3 1 1 3 3 1 1 1 2 1 3 1 1 1 2 2 2 2 1

20 1 2 3 3 1 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3

21 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1 3 3 2 3 2 3 1 1 1 2

22 3 3 1 1 3 3 2 2 1 3 1 2 3 3 2 2 3 2 3 3

23 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 3 2 3 1

24 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 1 2 1 3

25 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 1 2 3 2 2 1 2 1

26 2 3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3

27 3 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 3 3 1 1 3 3 3 3

28 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 1 3 1 2 3 2 1 2 3

29 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1


(12)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0 Excludeda 0 .0 Total 30 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .781 20


(13)

Frequency Table

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15 15 22.7 22.7 22.7

16 24 36.4 36.4 59.1

17 25 37.9 37.9 97.0

18 2 3.0 3.0 100.0

Total 66 100.0 100.0

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 31 47.0 47.0 47.0

P 35 53.0 53.0 100.0

Total 66 100.0 100.0

Agama siswa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Islam 66 100.0 100.0 100.0


(14)

Suku siswa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 9 13.6 13.6 13.6

Jawa 27 40.9 40.9 54.5

Melayu 20 30.3 30.3 84.8

Minang 10 15.2 15.2 100.0

Total 66 100.0 100.0

Pendidikan orang tua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid D3 8 12.1 12.1 12.1

SMA 32 48.5 48.5 60.6

SMP 26 39.4 39.4 100.0

Total 66 100.0 100.0

Pekerjaan orang tua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 8 12.1 12.1 12.1

PS 19 28.8 28.8 40.9

WR 39 59.1 59.1 100.0


(15)

Penghasilankeluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1.000.000-3.000.000 10 15.2 15.2 15.2

500.000-1.000.000 56 84.8 84.8 100.0

Total 66 100.0 100.0

Tempat tinggal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Orangtua 55 83.3 83.3 83.3

Wali Lainya 6 5 9.09 7.57 9.09 7.57 100.0 100.0

Total 66 100.0 100.0

jenis * polaCrosstabulation

pola

Total OTORITER DEMOKRATIF PERMISIF

jenis L Count 15 9 7 31

% within jenis 48.4% 29.0% 22.6% 100.0%

P Count 18 14 3 35

% within jenis 51.4% 40.0% 8.6% 100.0%

Total Count 33 23 10 66


(16)

pola

Total OTORITER DEMOKRATIF PERMISIF

suku Batak Count 4 4 1 9

% within suku 44.4% 44.4% 11.1% 100.0%

Jawa Count 14 7 6 27

% within suku 51.9% 25.9% 22.2% 100.0%

Melayu Count 9 9 2 20

% within suku 45.0% 45.0% 10.0% 100.0%

Minang Count 6 3 1 10

% within suku 60.0% 30.0% 10.0% 100.0%

Total Count 33 23 10 66

% within suku 50.0% 34.8% 15.2% 100.0%

pendidikan * polaCrosstabulation

pola

Total OTORIT

ER

DEMOK RATIF

PERMISI F

pendidikan D3 Count 4 2 2 8

% within pendidikan 50.0% 25.0% 25.0% 100.0%

SMA Count 16 13 3 32

% within pendidikan 50.0% 40.6% 9.4% 100.0%

SMP Count 13 8 5 26

% within pendidikan 50.0% 30.8% 19.2% 100.0%

Total Count 33 23 10 66


(17)

usia * polaCrosstabulation

pola

Total OTORITER DEMOKRATIF PERMISIF

usia 15 Count 8 6 1 15

% within usia 53.3% 40.0% 6.7% 100.0%

16 Count 11 10 3 24

% within usia 45.8% 41.7% 12.5% 100.0%

17 Count 12 7 6 25

% within usia 48.0% 28.0% 24.0% 100.0%

18 Count 2 0 0 2

% within usia 100.0% .0% .0% 100.0%

Total Count 33 23 10 66

% within usia 50.0% 34.8% 15.2% 100.0%

pekerjaan * polaCrosstabulation

pola

Total OTORITER DEMOKRATIF PERMISIF

pekerjaan PNS Count 4 2 2 8

% within pekerjaan 50.0% 25.0% 25.0% 100.0%

PS Count 10 7 2 19

% within pekerjaan 52.6% 36.8% 10.5% 100.0%

WR Count 19 14 6 39

% within pekerjaan 48.7% 35.9% 15.4% 100.0%

Total Count 33 23 10 66


(18)

pola Total OTORI TER DEMOK RATIF PERMISI F

penghasilan 1.000.000-3.000.000 Count 5 3 2 10 % within

penghasila n

50.0% 30.0% 20.0% 100.0%

500.000-2.000.000 Count 28 20 8 56 % within

penghasila n

50.0% 35.7% 14.3% 100.0%

Total Count 33 23 10 66

% within penghasila n

50.0% 34.8% 15.2% 100.0%

tinggal * polaCrosstabulation

pola

Total OTORI

TER

DEMOK

RATIF PERMISIF

tinggal Orangtua Count 28 19 8 55 % within tinggal 50.9% 34.5% 14.5% 100.0%

Wali Count 5 4 2 11

% within tinggal 45.5% 36.4% 18.2% 100.0%

Total Count 33 23 10 66


(19)

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent jenis * nakal 66 100.0% 0 .0% 66 100.0% suku * nakal 66 100.0% 0 .0% 66 100.0% pendidikan * nakal 66 100.0% 0 .0% 66 100.0% usia * nakal 66 100.0% 0 .0% 66 100.0% pekerjaan * nakal 66 100.0% 0 .0% 66 100.0% penghasilan * nakal 66 100.0% 0 .0% 66 100.0% tinggal * nakal 66 100.0% 0 .0% 66 100.0%

jenis * nakalCrosstabulation

nakal

Total REMAJA NAKAL

REMAJA TIDAK NAKAL

jenis L Count 14 17 31

% within jenis 45.2% 54.8% 100.0%

P Count 21 14 35

% within jenis 60.0% 40.0% 100.0%

Total Count 35 31 66


(20)

nakal

Total REMAJA NAKAL

REMAJA TIDAK NAKAL

suku Batak Count 3 6 9

% within suku 33.3% 66.7% 100.0%

Jawa Count 14 13 27

% within suku 51.9% 48.1% 100.0%

Melayu Count 13 7 20

% within suku 65.0% 35.0% 100.0%

Minang Count 5 5 10

% within suku 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 35 31 66

% within suku 53.0% 47.0% 100.0%

pendidikan * nakalCrosstabulation

nakal

Total REMAJA NAKAL

REMAJA TIDAK NAKAL

pendidikan D3 Count 5 3 8

% within pendidikan 62.5% 37.5% 100.0%

SMA Count 17 15 32

% within pendidikan 53.1% 46.9% 100.0%

SMP Count 13 13 26

% within pendidikan 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 35 31 66


(21)

usia * nakalCrosstabulation

nakal

Total REMAJA NAKAL

REMAJA TIDAK NAKAL

usia 15 Count 7 8 15

% within usia 46.7% 53.3% 100.0%

16 Count 13 11 24

% within usia 54.2% 45.8% 100.0%

17 Count 14 11 25

% within usia 56.0% 44.0% 100.0%

18 Count 1 1 2

% within usia 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 35 31 66

% within usia 53.0% 47.0% 100.0%

pekerjaan * nakalCrosstabulation

nakal

Total REMAJA NAKAL

REMAJA TIDAK NAKAL

pekerjaan PNS Count 5 3 8

% within pekerjaan 62.5% 37.5% 100.0%

PS Count 10 9 19

% within pekerjaan 52.6% 47.4% 100.0%

WR Count 20 19 39

% within pekerjaan 51.3% 48.7% 100.0%

Total Count 35 31 66


(22)

tinggal * nakalCrosstabulation

nakal

Total REMAJA NAKAL

REMAJA TIDAK NAKAL

tinggal Orangtua Count 31 24 55

% within tinggal 56.4% 43.6% 100.0%

Wali Count 4 7 11

% within tinggal 36.4% 63.6% 100.0%

Total Count 35 31 66


(23)

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent pola * nakal 66 100.0% 0 .0% 66 100.0%

pola * nakalCrosstabulation

nakal

Total REMAJA NAKAL

REMAJA TIDAK NAKAL

pola OTORITER Count 24 9 33

% within pola 72.7% 27.3% 100.0%

DEMOKRATIF Count 4 19 23

% within pola 17.4% 82.6% 100.0%

PERMISIF Count 7 3 10

% within pola 70.0% 30.0% 100.0%

Total Count 35 31 66

% within pola 53.0% 47.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 18.025a 2 .000 Likelihood Ratio 19.109 2 .000 Linear-by-Linear Association 2.607 1 .106 N of Valid Cases 66

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.70.


(24)

(25)

(26)

(27)

TAKSASI DANA 1. Persiapan Proposal dan Perbaikan proposal

• Biaya kertas print proposal Rp. 100.000,-

• Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000,-

• Biaya internet Rp. 100.000,

• Perbanyak proposal dan penjilitan Rp. 100.000,-

• Konsumsi saat sidang proposal Rp. 70.000,- 2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

• Izin penelitian Rp. 50.000,-

• Penggandaan kuesioner Rp. 100.000,-

• Transportasi Rp. 100.000,-

3. Persiapan Skripsi

• Biaya kertas dan tinta print Rp. 200.000,-

• Penggandaan skripsi dan penjilitan Rp. 150.000,-

• Biaya sidang skripsi Rp. 300.000,-

4. Biaya tidak terduga Rp. 132.000,-


(28)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Melissa Sidabutar

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 28 September 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Alamat : Jln.Gaperta Ujung Gg. KLH. NO. 43, Medan Riwayat Pendidikan

1. 1999-2005 : SDSwasta Methodisth-6 Medan 2. 2005-2008 : SMPNegeri 18 Medan

3. 2008-2011 : SMA Negeri 12 Medan

4. 2011-2014 : Diploma III Keperawatan USU 5. 2014-sekarang : S1 Keperawatan USU


(29)

(30)

Arikunto, Suharsimin. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arysetyono. (2011). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Pola Asuh Anak pada Masyarakat Desa Campurejo Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Universitas Indonesia: Jakarta dibuka pada 15 Febuari2016

Annisa. (2012). Hubungan antara Pola Asuh Ibu dengan Perilaku Bullying Remaja. Universitas Indonesia: Jakarta dibuka tanggal 28 Mei 2015 Jayanti, D Risa. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Kematangan

Emosi pada Siswa SMA Theresiana Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana: Salatiga dibuka tanggal 15 Mei 2015

Kartono, Kartini. (2003). Patologi Sosial 2; Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers

Murtiyani, Ninik. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo. Universitas Airlangga: Surabaya di buka pada tanggal 15 Mei 2015

Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam.(2008). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Fundamental nursing; concept, process, and practice. St Louis: Mosby Year Book.

Papilia, Diane, E, Et al. (2009). Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian 1 Sampai dengan Bagian IX. Jakarta: Kencana

Papilia, Diane, E, Et al. (2009). Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian 1 Sampai dengan Bagian TV. Jakarta: Kencana

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu


(31)

Sarwono, S.W. (2002). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Wong, L, Donna. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Yulita, Refi. (2014). Hubungan Pola Asuh Terhadap Perkembangan Anak Balita di Posyandu Sakura Caputat Timur. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta dibuka pada tanggal 15 Maret 2015


(32)

36

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep

Penelitian hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja mencakup variabel independen dann variabel dependen. Varibel independen adalah pola asuh orang tua dan variabel dependen pada penelitian ini adalah kenakalan remaja. Variabel independen pola asuh orang diambil dari pendapat Hurlock (1973) dalam Risa (2012) sedangkan variabel dependen dikutip berdasarkan pendapat Jersen dalam Sarwono (2002). Menurut Hurlock (1973) dalam Risa (2012) pola asuh orang tua dibedakan menjadi tiga yaitu: otoriter, demokratis dan permisif. Jersen (1973) dalam Sarwono (2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat yaitu: 1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain; 2) Kenakalan yang meninbulkan korban materi; 3)Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain; 4) Kenakalan yang melawan status.


(33)

Variabel Variabel Dependen

Skema 1: Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan remaja

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Hubungan dari Variabel

3.2 Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian (Dahlan, 2008). Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan signifikan antara pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja.

Pola Asuh Orang Tua

1. Otoriter 2. Demokratis 3. Permisif

Kenakalan Remaja 1. Kenakalan yang

menimbulkan korban fisik

2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi

3. Kenakalan sosial 4. Kenakalan yang


(34)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Variabel Independen: Pola asuh orang tua Hubungan antara orang tua dan anak dalam melakukan pengasuhan baik aspek fisik, psikologis, dan sosial yang dibagi kedalam tiga bentuk yaitu: otoriter, demokratis dan permisif

Kuesioner skala likert dengan 30 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban. SL=4 SR=3 KD=2 TP=1

1. Jika skor tertinggi adalah pola asuh otoriter maka pola asuh yang dterapkan adalah otoriter 2. Jika skor

tertinggi adalah pola asuh demokratis maka pola asuh yang dterapkan adalah demokratis Nominal


(35)

3. Jika skor tertinggi adalah pola asuh permisif maka pola asuh yang dterapkan adalah permisif Variabel Dependen: Kenakalan Remaja Segala bentuk prilaku menyimpang dan melanggar aturan yang diperlihatkan remaja

sehingga dapat merugikan orang lain dan remaja itu sendiri.

Kuesioner skala likert dengan 20 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban. SL=4 SR=3 KD=2 TP=1 Remaja tidak Nakal : 20-49 Remaja Nakal : 50-80


(36)

40

METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan.

4.2Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang masuk kedalam kriteria sesuai dengan apa yang akan diteliti (Notoadmojo, 2010). Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Ar-Rahman Medan sebanyak 197 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini mengguankan Metode Simple Random Sampling, dimana sampel ditarik secara acak dari populasi yang ada (Arikunto, 2013).

Besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus absolute sebagai berikut (Nursalam, 2008).

� = �

1 +�(�)2 Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi


(37)

d = Ketetapan relative yang ditetapkan oleh peneliti (0,10) Jadi sampel dalam penelitian ini adalah:

Diketahui: N = 197 d = 0,10 n = �

1+�(�)2 n = 197

1+197(0,10)2

n = 197 2,97

n = 66

Jumlah sampel yang diperoleh adalah 66 orang. Jadi jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 66 siswa.

Kelas Proporsi Hasil

X IPA 31 x 66/197 10

X IPS 33 x 66/197 11

XI IPA 35 x 66/197 12

XI IPS 31 x 66/197 10

XII IPA 35 x 66/197 12

XII IPS 32 x 66/197 11

Jumlah 66

Teknik acak yang akan dilakukan dalam pemilihan sampel pada penelitian tersebut adalah undian, dengan langkah-langkah: menuliskan nama dari seluruh


(38)

mengocok kotak dan mengeluarkan lewat lubang yang telah dibuat. Sampel yang terpilih adalah nama yang keluar dari kotak undian tersebut sampai jumlah yang diinginkan tercapai pada setiap kelas.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Ar-Rahman Medan yang beralamat dijalan Brigjen H.A Manaf Lubis No. 58. Alasan pemilihan lokasi ini adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pola asuh orangtua dengan kenakalan remaja. Penelitian ini akan dilaksanakan pada September 2015 4.4Etika Penelitian

Penelitian ini hanya melibatkan responden yang mau terlibat secara sadar dan tanpa paksaan. Peneliti menetapakn prinsip-prinsip etik dalam melakukan penelitian ini guna melindungi responden dari berbagai kekhawatiran dan dampak yang mungkin timbul selama kegiatan penelitian yaitu (Polit & Beck, 2004, Nursalam, 2008).

1. Self determination responden mempunyai hak memutuskan keterlibatannya dalam kegiatan termaksuk mengundurkan diri ketika kegiatan penelitian sedang berlangsung. Penelitian ini dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan. Calon responden yang memiliki kriteria memilki kebebasan untuk berpartisipasi atau menolak berpatipasi dalam penelitian ini.

2. Informed consent, responden memiliki hak mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan kegiatan penelitian, responden mempunyai hak


(39)

memutuskan keterlibatannya dalam kegiatan penelitian. Peneliti menjelaskan informed consent terkait penelitian ini kepada responden. Kesedian responden dibuktikan dengan penandatanganan surat persetujuan menjadi responden.

3. Fair treatment, responden berhak mendapat perlakuan adil baik sebelum, selama, dan setelah berpatisipasi dalam penelitian tanpa adanya deskriminasi.

4. Privacy, responden mempunyai hak supaya data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (Anonymity) dan bersifat rahasia (Confidentiality).

4.5Instrumen penelitian 4.5.1 Kuesioner Demografi

Kuesioner data demografi memberikan data mengenai responden meliputi: usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua dan status orang tua. Kuesioner ini hanya digunakan untuk melihat distribusi demografi dari responden saja.

4.5.2 Kuesioner Pengetahuan Perawat

Kuesioner ini bertujuan untuk melihat gambaran pola asuh yang digunakan orang tua. Kuesioner disusun berdasarkan literatur yang mengacu pada teori Hurlock (1999, dalam Risa, 2012).Kuesioner disusun dalam bentuk tertutup dengan menggunakan skala likert, yaitu jawaban responden yang mempunyai empat alternatif pilihan jawaban. pilihan yang digunakan adalah “SL ( Selalu)” yang bernilai 4, “SR (Sering)”, yang bernilai 3, “KD (Kadang)”, yang bernilai 2


(40)

pernyataan. Kuesioner ini terbagi atas tiga kategori pola asuh orang tua meliputi : 4.5.3 Kuesioner Kenakalan Remaja

Kuesioner disusun Kuesioner disusun dalam bentuk tertutup dengan menggunakan skala likert ,yaitu jawaban responden yang mempunyai empat alternatif pilihan jawaban. pilihan yang digunakan adalah “SL ( Selalu)” yang bernilai 4, “SR (Sering)”, yang bernilai 3, “KD (Kadang)”, yang bernilai 2 dan “TP (Tidak Pernah)”, yang bernilai 1 . Banyaknya pernyataan kenakalan remaja adalah 20 pernyataan. Untuk melihat gambaran umum tentang kenakalan remaja, dilakukan dengan mencari panjang kelas (p) berdasarkan rumus statistik (Wahyuni, 2011) yaitu :

� =Range i Keterangan:

P : Panjang kelas

Range : Rentang kelas (nilai tertinggi - nilai terendah) i : Banyak kelas

Berdasarkan rumus statistik tersebut, maka didapat panjang kelas untuk kenakalan remaja adalah :

� =Range i � =80−20

2 �= 30


(41)

Berdasarkan panjang kelas yang didapat maka nilai kenakalan remaja adalah:

20–49 = Remaja tidak Nakal 50–80 = Remaja Nakal 4.6Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2013). Uji validitas instrument bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2010). Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content validity index) yang dilakukan oleh dosen ahli dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada penguji validitas. Ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mengoreksi semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, ahli diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes. Pernyataan yang tidak valid langsung diganti oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas (Sukardi, 2009 dalam Dewi, 2012).

4.7Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukan bahwa ada toleransi terhadap


(42)

Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel. Data tersebut diolah dengan menggunakan program komputerisasi, yaitu Cronbach Alfa. Alasan digunakannya Cronbach Alfa sebab dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala likert (Arikunto, 2013). Menurut Djemari (2003, dalam Riwidikdo, 2008) kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alfha minimal 0,7.

Uji reliabilitas akan dilakukan pada 30 siswa SMA Rahmat Islamiyah Medan karena sekolah tersebut memiliki karakteristik siswa yang hampir sama dengan siswa SMA Ar-rahman Medan

4.8Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Institusi Pendidikan (Program Studi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara),

2. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin kepada Kepala Sekolah SMA

Ar-Rahman untuk melakukan penelitian

3. Peneliti meminta data siswa-siswi yang bersekolah di SMA Ar-Rahman

Medan

4. Peneliti memberikan penjelasan termaksuk menjelaskan hak responden untuk menolak mengisi kuesioner sebelum pengisian kuesioner,

5. Selanjutnya jika responden menyetujui permohonan pengisian kuesioner


(43)

6. Peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti

7. Peneliti memulai proses pengumpulan data dengan memberikan kuesioner

dan dilanjutkan kembali dengan pengumpulan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden

8. Peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan kuesioner.

4.9Analisa data

4.9.1 Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan secara komputerisasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah kegiatan melakukan pemeriksaan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban dan tulisan.

b. Coding

Coding adalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah memberikan kode untuk jawaban yang diberikan responden penelitian. Penilaian pola asuh orang tua untuk jawaban“SL ( Selalu)” diberi nilai 4, “SR (Sering)”, diberi nilai 3, “KD (Kadang)”, diberi nilai 2 dan “TP (Tidak Pernah)”, diberi nilai 1 demikian juga dengan penilaian kenakalan remaja. c. Processing


(44)

Cleaning yaitu melakukan pembersihan dan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan ketika memasukkan data.

e. Komputerisasi

Komputerisasi digunakan untuk mengolah data dengan komputer. 4.9.2 Teknik Analisa Data

Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja. Proses pengolahan data dilakukan dengan:

1. Analisa Univariat

Statistika univariat dignakan untuk menyajikan data-data demografi remaja meliputi usia, jenis kelamin, suku, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua. Hasil dari data demografi akan disajikan dalam tabel distiribusi frekuensi dan persentasenya.

2. Analisa Bivariat

Statistika bivariat merupakan metode analisa data untuk menganalisa antara dua variabel. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji pearson chisquare dengan nilai sig.(2 tailed) atau pvalue 0,000 ( karena pvalue < 0,005) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Analisa dilakukan secara komputerisasi untuk melihat hubungan pola asuh orangtua dengan kenakalan remaja.


(45)

49 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan hasil dari penelitian mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan melalui proses pengumpulan data yang dilakukan tanggal 10 Februari 2016 terhadap 66 siswa dari seluruh kelas di SMA Swasta Ar-Rahman Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden, tipe pola asuh orang tua, kenakalan remaja, dan hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari: usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, dan tinggal dengan orang tua. Data karakteristik responden ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak dianalisis terhadap hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas. Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak53,0%. Keseluruhan responden beragama.Mayoritas pekerjaan orang tua responden adalah wiraswasta sebanyak 59,1%. Mayoritas pendapatan orang tua sebulan yaitu, Rp.500.000,-Rp.2.000.000,- sebanyak 84,8%.


(46)

Responden (N=66)

Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)

Usia

– 15 tahun 15 22,7

– 16 tahun 24 36,4

– 17 tahun 25 37,9

– 18 tahun 2 3.0

Jenis Kelamin

– Laki-laki 35 53,0

– Perempuan 31 47,0

Agama

– Islam 66 100.0

Suku

– Batak 9 13,6

– Melayu 20 40,9

– Minang 10 15,2

– Jawa 27 40.9

Pendidikan Orang Tua 26 39,4

– SMP 32 48,5

– SMA 26 12,1

– Diploma Pekerjaan Orang Tua

– Pegawai Negeri 8 12,1

– Pegawai Swasta 19 28,8

– Wiraswasta 39 59,1

Pendapatan Orang Tua

– Rp. 500.000,- - Rp. 2.000.000,- 10 15,2

– Rp. 1.000.000,- - Rp. 3.000.000,- 56 84,8 Tinggal dengan

– Orang tua 55 83.3

– Wali 6 9.09


(47)

5.1.2 Pola Asuh Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66 responden memiliki 3 pola asuh orang tua yaitu tipe pola asuh otoriter sebanyak 50,0%, tipe pola asuh demokratif sebanyak 34,8%, dan tipe pola asuh permisif sebanyak 15,2%. Jadi tipe pola asuh terbanyak yang digunakan adalah pola asuh otoriter.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tipe Pola Asuh Orang Tua di SMA Swasta Ar-Rahman Medan

Tipe Pola Asuh Orang Tua Frekuensi Persentasi (%)

Otoriter 33 50,0

Demokratis 23 34,8

Permisif 10 15,2

5.1.3 Kenakalan Remaja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66 responden terdapat remaja nakal sebanyak 53.0% dan remaja tidak nakal sebanyak 47.0%.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kenakalan Remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan

Kenakalan Remaja Frekuensi Persentasi (%)

Remaja Nakal 35 53.0

Remaja Tidak Nakal 31 47.0

5.1.4 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan Remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66 responden, orang tua yang menggunakan pola asuh yaitu pola asuh otoriter sebanyak 50,0%, dengan jumlah remaja nakal sebanyak 72,7%, dan jumlah remaja tidak nakal sebanyak 27,3%, sedangkan orang tua responden yang menggunakan pola asuh demokratif


(48)

nakal sebanyak 87,5%. Orang tua responden yang menggunakan pola asuh permisif sebanyak 15,2%, dengan jumlahremaja nakal sebanyak 70,0%, dan jumlah remaja tidak nakal sebanyak30,0%. Jadi, pola asuh orang tua yang jumlah remaja nakal nya paling banyak adalah pola asuh otoriter.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di SMA Ar-Rahman Medan

Kenakalan Remaja Total Remaja

Nakal

Remaja Tidak Nakal Pola Otoriter Count

% within pola 24 72.7% 9 27.3% 33 100.0% Demokratif Count

% within pola 4 17.4% 19 82.6% 23 100.0% Permisif Count

% within pola 7 70.0% 3 30.0% 10 100.0%

Total Count

% within pola 35 53.0% 31 47.0% 66 100.0%

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 18.025a 2 .000

Likelihood Ratio 19.109 2 .000

Linear-by-Linear

2.607 1 .106

Association


(49)

5.2 Pembahasan

Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan tipe pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan.

5.2.1 Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan fisik dan psikologis tetapi juga norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar dapat hidup selaras dengan lingkungan Gunarsa (2000 dalam Dam, 2014). Pola asuh adalah perlakuan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberikan perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan orang tua menggunakan kombinasi dari semua pola asuh yang ada, akan tetapi ada satu jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan dari pada pola asuh lainnya. Setiap orang tua pasti menerapkan pola asuh tertentu dalam mendidik anaknya. Pola asuh yang ditanamkan tiap orang tua berbeda antara satu dengan yang lainnya, hal ini tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua. Adanya perbedaan dalam mengasuh anak dikarenakan orang tua memiliki sikap-sikap tertentu dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya (Santrock, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa50,0% dari 66 responden orang tuanya menggunakan pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang menekankan kepatuhan dan kontrol. Orang tua berusaha membuat remaja mematuhi set standar perilaku dan menghukum mereka secara tegas jika melanggamya. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh


(50)

tua yang lain.Ciri-ciri pola asuh otoriter yaituanak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua, pengontrolan orang tua pada tingkah laku anak sangat ketat hampir tidak pernah memberi pujian, sering memberikan hukuman fisik jika terjadi kegagalan memenuhi standar yang telah ditetapkan orang tua, pengendalian tingkah laku melalui kontrol eksternal. Penehti berasumsi baliwa kemungkinan alasan inilah yang menjadi acuan beberapa orang tua memilih untuk menerapkan pola asuh otoriter dalam mendidik anaknya.

Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu, pendidikan orang tua, lingkungan dan budaya (Edward, 2006 dalam Refi, 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan terakhir orang tua yang paling banyak menerapkan pola asuh otoriter adalah pendidikan SMA yaitu sebanyak 50,0%. Orang tua dengan latar belakang pendidikan yang tinggi memiliki pengetahuan dan pengertian yang luas terhadap perkembangan anak. Pendidikan dan pengalaman orangtua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan orang tua dalam menjalankan pengasuhan anak.(Edward, 2006 dalam Refi, 2014). Hal ini berhubungan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arysetyono (2009), yang terdapat hubungan yang sangat kuat antara tingkat pendidikan orang tua dengan pola asuh anak. Hasil perhitungan korelasi sebesar 0,820.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50,9% responden tinggal bersama dengan orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter. Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya


(51)

(Edward, 2006 dalam Refi, 2014). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa suku orang tua responden yang terbanyak jumlah nya menerapkan pola asuh otoriter adalah suku jawa yaitu sebanyak 51,9%. Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitamya dalam mengasuh anak karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalammemberikan pola asuh terhadap anaknya(Edward, 2006 dalam Refi, 2014).Peneliti berasumsi bahwa kemungkinan alasan inilali yang menjadi acuan beberapa orang tua memilih untuk menerapkan pola asuh otoriter dalam mendidik anaknya.

5.2.2 Kenakalan Remaja

Kenakalan biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin "delinquere" yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, durjana dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu


(52)

pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2003).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66 responden terdiri dari 2 kategori kenakalan remaja yaitu kategori remaja nakal sebanyak 35 responden (53.0%) dan kategori remaja tidak nakal sebanyak 31 responden (40,7%). Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan merupakan remaja yang nakal.

Kenakalan remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas ekonomi sosial, dan kualitas lingkungan sekitar (Santrock, 2007). Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa kategori remaja nakal dengan penghasilan orang tua nya Rp. 500.000,- - Rp. 2.000.000,- sebanyak 51,8%, mayoritas pekerjaan orang tua responden adalah wiraswasta yaitu sebanyak 59,1%. Remaja nakal yang pekerjaan orang tua nya wiraswasta ada sebanyak 51,3%. Latar belakang ekonomi dan kelas ekonomi sosial dapat membuat remaja mendapatkan perhatian dan status sosial. Ada kecenderungan bagi pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah (Santrock, 2007). Hal inilah yang membuat peneliti berasumsi bahwa remaja yang kelas ekonominya rendah akan merasa kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang diterima oleh masyarakat, sehingga untuk mendapatkan perhatian dan status mereka akan melakukan tindakan anti sosial atau kenakalan.


(53)

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang berusia 16 tahun adalah sebanyak 36.4% dengan kategori remaja nakal sebanyak 54,2% dan usia 17 tahun sebanyak 37,9% dengan kategori remaja nakal sebanyak 14 orang (56,0%). Tingkah laku anti sosial sering muncul pada usia dim berhubungan dengan penyerangan serius nanti nya di masa remaja. (Santrock, 2007). Remaja nakal yang paling banyak jumlah nya berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 60,0%. Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono (2003) pada umumnya jumlah remaja laki- laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang diperkirakan 50 kali lipat daripada gang remaja perempuan.

Responden yang tinggal dengan orang tuanya adalah sebanyak 55 orang (83,3%). Remaja yang termasuk kedalam kategori remaja nakal 56,4%. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 2007) menunjukkan bahwa pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka.

Berdasarkan data tersebut peneliti berasumsi bahwa lingkungan atau tempat tinggal juga dapat berperan dalam memunculkan kenakalan remaja.Kualitas lingkungan tempat tinggal, kualitas sekolah, pendanaan


(54)

dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.Usia remaja merupakan hal yang dapat mempengaruhi remaja dalam mengembangkan kontrol diri untuk membimbing tingkah laku

5.2.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kenakalan Remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan

Pada penelitian ini pola asuh dibagi atas tiga yaitu: otoriter, demokratis, dan permisif. Peneliti menggunakan uji pearson chisquare untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan pola asuh (otoriter, demokratis, dan permisif) dengan kenakalan remaja. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka didapatkan adanya hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja.Hasil penelitian menunjukkan dari 33 responden (50,0%) yang mendapat pola asuh orang tua otoriter 24 respoden (72,7%) tennasuk kedalam kategori remaja nakal.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang sebelumnya yang dilakukan oleh Murtiyani (2011), tentang hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan didapatkan orang tua remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjoyang menggunakanpola asuh otoriter sebanyak65.0%, remaja yang nakal yaitu sebanyak (8,5%). Uji Spearman's rho diperoleh nilai Sig. (2-tailed) atau pvalue 0,000 (karena pvalue< 0,05) maka HO ditolak dan HI diterima yang artinya " ada hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di RW V Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota Kabupaten Sidoarjo". Nilai koefisien korelasi spearman sebesar


(55)

0,668 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat.

Pola asuh otoriter menghasilkan jumlah remaja yang termasuk ke dalam remaja nakal terbanyak Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengj dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya (Hurlock, 1999 dalam Risa, 2012). Segi positifhya, anak yang dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan (Baumrind,1991 dalam Papalia, 2009). Peneliti berasumsi bahwa kemungkinan alasan inilali yang menjadi acuan beberapa orang tua memilih untuk menerapkan pola asuh otoriter dalam memdidik anaknya.

Menurut Kartono (2003), bentuk kenakalan remaja dapat didorong oleh beberapa faktor yaitu, remaja yang berasal dari keluarganya tidak harmonis dan mengalami banyak frustasi akan mencari jalan keluar dengan memuaskan semua kebutuhan dasarnya ditengah lingkungan kriminal, kenakalan remaja juga dapat didorong oleh konflik batin yang belum terselesaikan sehingga melakukan prilaku jahat untuk melepaskan rasa takut, kecemasan dan kebinggungan batinnya. Remaja yang dibesarkan dalam lingkungan yang ekstrim, berdisiplin keras akan mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi dan tidak mampu menjalin


(56)

akan sulit mengatasi masalah dan cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan orangtua nya dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-citanya dan menyebabkan tingginya jumlah remaja yang nakal pada responden yang mendapatkan pola asuh otoriter. Peneliti berasumsi pola asuh otoriter berpengaruh terhadap periode masa remaja artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.

Hal tersebut berhubungan dengan hasil penelitian tentang hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja dengan hasil analisis product moment pearson (N=46) diketahui r = 0,303 dengan nilai signifikansi 0,041 (p<0,05). Pemaksaan dan kontrol yang sangat ketat dapat menyebabkan kegagalan dalam berinisiatif pada anak dan memiliki keterampilan komumkasi yang sangat rendah. Anak akan menjadi seorang yang sulit untuk bersosialisasi dengan teman-temannya sehingga anak akan mempunyai rasa sepi dan ingin diperhatikan oleh orang lain dengan cara berperilaku agresif.

Orang tua yang sering memberikan hukuman fisik pada anaknya dikarenakan kegagalan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh orang tua akan membuat anak marah dan kesal kepada orang tuanya tetapi anak tidak berani mengungkapkan kemarahannya itu dan melampiaskan kepada orang lain dalam bentuk perialku agresif Pola asuh orang tua yang tidak terlalu mengekang, anak


(57)

akan menjadi anak yang berinisiatif, percaya diri dan mampu menjalin hubungan interpersonal yang positif.


(58)

62

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

6.1.1 Pola Asuh Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50,0% dari 66 responden orang tuanya menggunakan pola asuh otoriter. Pendidikan terakhir orang tua yang paling banyak menerapkan pola asuh otoriter adalah pendidikan SMA yaitu sebanyak 53,1%. Responden tinggal bersama dengan orang tua yang menerapakn pola asuh otoriter sebanyak 56,4%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa suku orang tua responden yang paling banyak menerapkan pola asuh otoriter adalah suku jawa yaitu sebanyak 49,0%.

6.1.2 Kenakalan Remaja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66 responden terdiri dari 2 kategori kenakalan remaja yaitu kategori remaja nakal sebanyak 35 responden (53.0%) dan kategori remaja tidak nakal sebanyak 31 responden (40,7%).remaja nakal dengan penghasilan orang tua nya Rp. 500.000,- - Rp. 2.000.000,- sebanyak 29 orang (51,8%), mayoritas pekerjaan orang tua responden adalah wiraswasta yaitu sebanyak 59,1%. Usia 17 tahun dengan kategori remaja nakal sebanyak 56,0%. Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas remaja di SMA Swasta Ar-Rahman Medan merupakan remaja yang nakal.


(59)

6.1.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja

Peneliti menggunakan uji pearson chisquare untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan pola asuh (otoriter, demokratis, dan permisif) dengan kenakalan remaja. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai />=0,000 maka didapatkan adanya hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja.

6.2 Saran

6.2.1 Untuk pelayanan keperawatan

Hasil penelitian tersebut dapat membantu didalam pemberian pelayananan keperawatan yang tepat apabila berhadapan dengan remaja yang memiliki kecenderungan melakukan kenakalan

6.2.2 Untuk pendidikan keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan komunitas hasil penelitian tersebut dapat lebih dikembangkan dan lebih mendalam, khusunya tentang pola asuh orang tua dan remaja.

6.2.3 Untuk penelitian selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat mengkaji variable lain yang dapat memberikan sumbangan besar dalam pengoptimalan pola asuh orang tua yang tepat, dan variabel yang mempengaruhi kenakalan remaja agar bisa menjadi bahan evaluasi bagi semua pihak untuk pencegahan dan penanganan kenakalan remaja. Peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian tersebut lebih kepada responden yang lebih berperan dengan menggunakan indikator remaja nakal yang lebih tepat.


(60)

Orang tua siswa-siswi SMA Ar-Rahman Medan hendaknya menerapkan pola asuh yang tepat, memberikan pengawasan dan kontrol kepada anak, reponsif terhadap kebutuhan remaja serta mendorong remaja untuk menyatakan pendapat sehingga kecenderungan untuk berprilaku delikuensi (kenakalan remaja) pun pada remaja semakin rendah.


(61)

7 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pola Asuh

2.1.1 Pengertian Pola Asuh

Menurut Brooks (2008), pola asuh diartikan sebagai suatu serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan oleh orang tua dalam membantu perkembangan anak baik aspek fisik, psikologis, dan sosial.Kenny & Kenny (1991) dalam Fini, (2008), menyatakan bahwa pola asuh merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang tua untuk membentuk perilaku anak-anak mereka meliputi semua peringatan dan aturan, pengajaran dan perencanaan, contoh dan kasih sayang serta pujian dan hukuman.

Brook (2008) juga mengatakan bahwa pola asuh adalah memilki tujuan untuk menjamin kesehatan fisik dan kehidupan anakmempersiapkan anak agar menjadi orang dewasa yang dapat memenuhi kebutuhan finansialnya sendiri dan mendukung atau mendorong perilaku sosial dan personal yang positif. Martin dan Colbert (1997) menjelaskan bahwa pola asuh sebagai proses yang biasanya melibatkan orang dewasa dalam proses melahirkan, melindungi, dan mengarahkan anak.

2.1.2 Jenis Pola Asuh

Diana Baumind dalam Santrock (2007), menekankan empat gaya pengasuhan orang tua yang berkaitan dengan berbagai aspek yang berbeda dari perilaku remaja yaitu, otoritarian, otoratif, mengabaikan dan memanjakan.


(62)

Pengasuhan orang tua otoritarian (authoritarian parenting) adalah gaya yang bersifat menghukum dan membatasi di mana orang tua sangat berusaha agar remaja mengikuti pengarahan yang diberikan dan menghormati pekerjaan dan usaha-usaha yang telah dilakukan orang tua. Orang tua otoritarian menetapkan batasan-batasan dan kendali yang tegas terhadap remaja dan kurang memberikan peluang kepada mereka untuk berdialog secara verbal. Sebagai contoh, orang tua otoritarian mungkin akan berkata, “Lakukan menurut perintahku atau tidak sama sekali”. Tidak ada diskusi!”. Pengasuhan tersebut berkaitan dengan perilaku remaja yang tidak kompeten. Remaja yang dibesarkan oleh orang tua yang otoritarian sering kali cemas terhadap perbandingan sosial, kurang memperlihatkan inisiatif, dan memiliki ketrampilan komunikasi yang buruk.

b. Pengasuhan Orang Tua Otoritatif (authoritative parenting)

Pengasuhan orang tua otoritatif adalah gaya pengasuhan yang mendorong remaja agar mandiri namun masih membatasi dan mengendalikan aksi-aksi mereka. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk berdialog secara verbal. Disamping itu orang tua juga bersikap hangat dan mengasuh. Sebagai contoh, seorang ayah otoritatif akan merangkul remajanya dengan hangat dan berkata,”Kamu tahu bahwa kamu seharusnya tidak melakukan hal itu. Sekarang mari kita bicarakan bagaimana caranya agar kelak kamu mampu menangani situasi semacam itu dengan lebih baik”. Pengasuhan orang tua yang bersifat otoritatif berkaitan dengan prilaku


(63)

remaja yang kompeten secara sosial. Para remaja dari orang tua otoritatif biasanya mandiri dan memiliki tanggung jawab sosial.

c. Pengasuhan Orang Tua Melalaikan (neglectful parenting)

Pengasuhan orang tua yang bergaya melalaikan adalah gaya dimana orang tua tidak terlihat dalam kehidupan remaja. Orang tua yang lalai tidak dapat menjawab pertanyaan “Sekarang sudah jam 10 malam. Di mana remaja mu?” pengasuhan orang tua yang bersifat lalai berkaitan dengan perilaku remaja yang tidak kompeten secara sosial, khususnya kurangnya pengendalian diri. Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk memperoleh perhatian orang tuanya; remaja yang dilalaikan orangtuanya merasa bahwa hal-hal lain dalam kehidupan orang tuanya lebih penting dari dirinya. Remaja yang orang tuanya lalai biasanya tidak kompeten secara sosial; memperlihatkan pengendalian diri yang buruk dan tidak menyikapi kebebasan diri dengan baik. Konsep yang berkaitan erat dengan pengasuhan orang tua yang lalai adalah kurangnya pengawasan orang tua. Dalam sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini, pengawasan orang tua terhadap remaja berkaitan dengan nilai yang lebih tinggi, aktivitas seksual dan depresi yang lebih rendah.

d. Pengasuhan Orang Tua Memanjakan (indulgent parenting)

Pengasuhan orang tua yang memanjakan adalah suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan remajanya namun hanya sedikit memberikan tuntutan atau kendali terhadap mereka. Orang tua yang memanjakan membiarkan remajanya melakukan apa pun yang mereka inginkan. Akibatnya, remaja tersebut tidak pernah belajar untuk mengendalikan prilakunya sendiri dan


(64)

mengasuh remajanya melaui cara ini karena mereka memiliki keyakinan keliru bahwa kombinasi dari keterlibatan yang hangat dan sedikitnya pembatasan akan mengahasilkan remaja yang percaya diri dan kreatif. Meskipun demikian, pengasuhan orang tua yang memanjakan berkaitan dengan rendahnya kompetensi sosial remaja, khususnya menyangkut pengendalian diri.

Menurut Baumrind, (1991 dalam Papalia, 2009) mengemukakan bahwa pola asuh dari orang tua sangat mempengaruhi kepribadian dan perilaku remaja. Ada tiga pola asuh orang tua, yaitu:

a. Otoritarian atau Otoriter

Adalah pola asuh yang menekankan kepatuhan dan kontrol. Orang tua berusaha membuat remaja mematuhi set standar perilaku dan menghukum mereka secara tegas jika melanggarnya. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh remaja. Mereka lebih mengambil jarak dan kurang hangat di bandingkan orang tua yang lain. Anak remajanya seolah-olah menjadi “robot”, sehingga anak kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan; tetapi disisi lain anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan. Dari segi positifnya, anak yang dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, anak hanya mau menunjukkan kedisiplinan di hadapan orangtua, padahal dalam hatinya berbicara lain, sehingga ketika di belakang orang tua, anak bersikap dan bertindak lain. Hal itu tujuannya semata hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan semu.


(65)

b. Permisif

Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga ditangan anak. Orang tua hanya membuat sedikit permintaan dan membiarkan anak memonitor aktivitas mereka sendiri. Orang tua hangat, tidak mengontrol, dan menuntut. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua. Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan orang tua. Anak bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negarif, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang madiri, kreatif, inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasinya.

c. Otoritatif atau Demokratis

Pola asuh yang menggabungkan penghargaan terhadap individualitas anak tetapi juga menekankan batasan-batasan sosial. Orang tua percaya akan kemampuan mereka dalam memandu anak, tetapi juga menghargai keputusan mandiri, minat, pendapat, dan kepribadian anak. Kedudukan orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Orang tua menyayangi dan menerima, tetapi juga meminta perilaku yang baik, tegas dalam menetapkan standar dan berkenan untuk menetapkan hukuman yang terbatas dan adil jika dibutuhkan dalam konteks hubungan yang hangat dan mendukung. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.


(66)

kepercayaan dan dilatih untukmempertanggungjawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini, anak menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, dan jujur. Namun akibat negatif, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan antara anak-orang tua.

Menurut Wong (2008), tipe pola asuh orang tua dibedakan menjadi 3, yaitu: a. Otoriter atau Diktator

Orang tua mencoba untuk mengontrol perilaku dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh dibantah. Mereka menetapkan aturan dan regulasi atau standar perilaku yang dituntut untuk diikuti secara kaku dan tidak boleh dipertanyakan. Mereka menilai dan memberi penghargaan atas kepatuhan absolut, sikap mematuhi kata-kata mereka, dan menghormati prinsip dan kepercayaan keluarga tanpa kegagalan. Mereka menghukum secara paksa setiap perilaku yang berlawanan dengan standar orang tua. Otoritas orang tua dilakukan dengan penjelasan yang sedikit dan keterlibatan anak yang sedikit dalam mengambil keputusan. Hukuman tidak selalu berupa hukuman fisik tetapi mungkin berupa penarikan diri dari rasa cinta dan pengakuan. Latihan yang hati-hati sering kali mengakibatkan perilaku menurut secara kaku pada anak, yang cendrung untuk menjadi sensitif, pemalu, menyadari diri sendiri, cepat lelah dan tunduk. Mereka cendrung menjadi sopan, setia, jujur, dan dapat diandalkan tetapi mudah dikontrol. Perilaku-perilaku ini lebih khas terlihat ketika pengguna kekuasaan


(67)

diktator orang tua disertai dengan supervisi ketat dan tingkat kasih sayang yang masuk akal. Jika tidak, pengggunaan kekuasaan diktator lebih cendrung untuk dihubungkan dengan perilaku menentang dan antisosial.

b. Permisif atau Laissez-Faire

Orang tua memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali atas tindakan anak-anak mereka. Orang tua yang bermaksud baik ini kadang-kadang bingung antara sikap permisif dan pemberian izin. Mereka menghindari untuk memaksakan standar perilaku mereka dan mengizinkan anak mereka untuk mengatur aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Orang tua ini menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak, bukan merupakan model peran. Jika peraturan memang ada, orang tua menjelaskan alasan yang mendasarinya, mendukung pendapat anak, dan berkonsultasi dengan mereka dalam proses pembuatan keputusan.Mereka memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten, tidak menetapkan batasan-batasan yang masuk akal, dan tidak mencegah anak yang merusak rutinitas dirumah. Orang tua jarang menghukum anak, karena sebagian besar perilaku dianggap dapat diterima.

c. Otoritatif atau Demokratik

Orang tua mengkombinasikan praktik mengasuh anak dari dua gaya yang ekstrim. Mereka mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan peraturan dan secara negatif menguatkan penyimpangan. Mereka menghormati individualitas dari setiap anak dan mengizinkan mereka untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar atau peraturan keluarga. Kontrol orang tua kuat dan konsiten tetapi disertai dengan dukungan, pengertian, dan


(68)

takut pada hukuman. Orang tua membantu “pengarahan diri pribadi” suatu kesadaran mengatur perilaku berdasarkan perasaan bersalah atau malu untuk melakukan hal yang salah, bukan karena takut tertangkap atau takut dihukum. Standar realistis orang tua dan harapan yang masuk akal menghasilkan anak dengan harga diri tinggi, dan sangat interaktif dengan anak lain.

Menurut Hurlock (1999 dalam Risa, 2012), membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi tiga macam yaitu:

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

b. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya berdasarkan rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap berlebihan yang melampui kemampuan anak. Orang tua tipe ini memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.


(69)

c. Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga sering kali disukai anak.

Dalam penelitian ini, teori yang diajukan sebagai landasan peneliti pada variabel pola asuh adalah teori dari Hurlock (1999).

2.1.3 Ciri-ciri Pola Asuh

Hurlock (1999 dalam Fini, 2008) mengemukakan ciri-ciri pola asuh, yaitu: a. Pola asuh otoriter mempunyai ciri:

1. Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua

2. Pengontrolan orang tua pada tingkah laku anak sangat ketat hampir tidak pernah memberi pujian

3. Sering memberikan hukuman fisik jika terjadi kegagalan memenuhi standar yang telah ditetapkan orang tua

4. Pengendalian tingkah laku melalui kontrol eksternal b. Pola asuh demokratis mempunyai ciri:

1. Anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal

2. Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan


(70)

c. Pola asuh permisif mempunyai ciri: 1. Kontrol orang tua kurang 2. Bersifat longgar atau bebas

3. Anak kurang dibimbing dalam mengatur dirinya 4. Hampir tidak menggunakan hukuman

5. Anak diijinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya sendiri.

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh menurut Edward (2006 dalam Refi, 2014) adalah:

a. Pendidikan orang tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidakmustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.


(71)

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalammemberikan pola asuh terhadap anaknya.

2.2Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan individu dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan perubahan yang sangat pesat baik fisik, psikologis dan sosial (Potter & Perry, 2005). Masa remaja terdiri dari atas tiga subfase yang jelas yaitu masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun), dan masa remaja akhir (usia 18 sampai 20 tahun) (Winkelstein & Schwartz, 2009)

2.2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja

Menurut Hurlock (1999)dalamRisa (2012) seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah :


(72)

Dianggap periode yang penting karena akibatnya langsung terhadap sikap dan perilaku, dan karena akibat-akibat jangka panjang. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Awal masa remaja, perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan mental yang cepat, sehingga mengakibatkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

Peralihan berarti tidak terputus atau berubah dari yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap ke tahap perkembangan berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Perubahan fisik yang terjadi sebelum tahap awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah tergeser.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik.

Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal, yaitu :

1. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Karena perubahan emosi biasanya terjadi


(73)

lebih cepat selama masa awal remaja, maka meningginya masa emosi lebih menonjol pada masa periode akhir.

2. Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit di selesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. 3. Perubahan minat dan pola perilaku mengakibatkan perubahan

nilai-nilaiyang dianggap penting pada masa kanak-kanak, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi.

4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mareka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mareka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan kesulitan. Pertama sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena remaja merasa mandiri, sehingga mareka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.


(74)

Awal masa remaja diperlihatkan dengan penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan anak perempuan. Lambat laun mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama seperti temannya dalam segala hal.

Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol status dalam menggunakan mobil, pakaian, dan barang-barang mewah lain yang mudah terlihat. Remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.

f. Masa remaja sebagi usia yang menimbulkan ketakutan.

Anggapan Stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya, dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja normal. stereotip berfungsi sebagai cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja yang menggambarkan citra diri remaja sendiri yang lambat laun dianggapnya sebagai gambaran yang asli dan remaja membentuk perilakunya sesuai gambaran ini. Dengan menerima stereotip tersebut dan adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja, membuat peralihan ke masa dewasa menjadi sulit.


(75)

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis.

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistiknya cita-cita semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hari dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau dia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkanya sendiri. Menjelang berakhirnya masa remaja, pada umunya baik anak laki-laki maupun anak perempuan sering terganggu oleh idealisme yang berlebihan bahwa mereka segera harus melepaskan kehidupan mereka yang bebas bila telah mencapai status orang dewasa.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan oabt-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku tersebut akan memberikan citra yang mereka inginkan.

2.3Tugas Perkembangan Remaja

2.3.1 Pengertian Tugas Perkembangan

Menurut Havighurst (Agustiani, 2009), pengertian tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, akan


(1)

KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di SMA Ar-Rahman Medan”.

Penulisan skripsi ini bertujuan memenuhi persyaratan untuk melanjutkan penelitian skripsi selanjutnya.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, SKp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Lufthiani, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus dosen penguji satu.

5. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp., Ns., MN selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus dosen penguji dua.


(2)

vi

6. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas ilmu yang telah kalian berikan dengan keberkahan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua saya, Drs. Kornad. M. Sidabutar dan R. Sinambela, dan seluruh keluarga yang telah mendukung dan mendoakan saya selama penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Mahasiswa Keperawatan S1 Keperawatan 2014 Fakultas Keperawatan USU, khususnya Henry, Victor, Yuli, Vovy dan Rizky yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, Febuari 2016 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. TujuanPenelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. PolaAsuh... 8

2.1.1. Pengertian PolaAsuh ... 8

2.1.2. Jenis Pola Asuh ... 8

2.1.3. Ciri-ciri Pola Asuh ... 13

2.1.4. Faktor yang mempengaruhi Pola Asuh ... 14

2.2. Remaja ... 15

2.2.1. Pengertian Remaja ... 15

2.2.2. Ciri-ciri Masa Remaja... 16

2.3. Tugas Perkembangan Remaja ... 20

2.3.1. Pengertian Tugas Perkembangan ... 20

2.4. KenakalanRemaja ... 21

2.4.1. Pengertian Kenakalan Remaja ... 22

2.4.2. Bentuk-BentukKenakalanRemaja... 22

2.4.3. Karekteristik Remaja Nakal ... 28

2.4.4. Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja ... 30

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 35

3.1. Kerangka Konsep ... 35

3.2. HipotesisPenelitian.. ... 36

3.3. Defenisi Operasional ... 37

BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ... 38

4.1. Desain Penelitian ... 38

4.2. Populasi dan Sampel... 38

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

4.4. Pertimbangan Etik ... 40


(4)

viii

4.6. Uji Validitas... 47

4.7. Uji Reliabilitas ... 47

4.8. Pengumpulan Data... 48

4.9. AnalisaData ... 49

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

5.1. Hasil Penelitian ... 50

5.2. Pembahasan ... 54

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1. Simpulan ... 63

6.2. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 2. Instrumen Penelitian

Lampiran 3. Master Data Lampiran 4. Hasil Data SPSS

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Universitas Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Sekolah Lampiran 7. Taksasi Dana

Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup


(5)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Pola Asuh

Orang Tua dengan Kenakalanremaja di


(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel l DefenisiOperasional ... 37 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan

Karakteristik Responden ... 51 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua

di SMA Swasta Ar-Rahman Medan ... 52 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kenakalan Remaja di

SMA SwastaAr-Rahman Medan ... 52 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi HubunganPolaAsuh Orang Tua dengan