KAJIAN EKSTRAKSI TANIN DARI DAUN KETAPANG (TERMINALIA CATAPPA LINN).

(1)

PENELITIAN

Oleh :

FEBRIANA IRAWATI NPM. 0931010007

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA


(2)

PENELITIAN

Oleh : NITA PRASTICA NPM. 0931010017

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA


(3)

JnUIII Br'r\Bf

taa z 802661 12909961

dlN

lnqelo6uoH

sJo^!ufl

tao

z mr86!

'say'ull

"s

qer\o

:lrI I

-//

r-_+\L

U

!00 e t0t66}

zlz0e96r

u

E'llb

,l

: 6u;qu;quod

uosog

d%

5

: + :

ZLSZ roqruasog

I :

p66ue1

;[n6ue6

ull

rlolg

Ptupollg

uedepeq!o uelueqe,|.tedlO

zL00I0tt60

vclfsvud

v&IN

: qelo unsnslo

eped u?0

qelor

NNn

vddvrvc

wruNIwEg,L)

cilvdlil.tgx

Nnvc

nwG

lililrv&

I$fi,rufsxg


(4)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim i KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan penelitian

dengan judul “Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Terminalia Catappa Linn”.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Laporan penelitian ini dapat diselesaikan dan dapat disusun berkat adanya kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi

Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Ir. Sintha Soraya S., MT, selaku Dosen Pembimbing Penelitian. 4. Ibu Ir. Tatiek Sri Hajati, MT selaku Dosen Penguji.

5. Ibu Ir. Nana Dyah S., Mkes selaku Dosen Penguji.

6. Kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak dukungannya baik materiil maupun spiritual demi terselesainya laporan ini.

7. Teman-teman, sahabat kami serta saudara-saudara kami yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.


(5)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim ii

Akhirnya dengan segala kerendahan dan keterbukaan hati penyusun mengharapkan saran dan kritik yang sekiranya dapat menyempurnakan laporan penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, Desember 2012

Penyusun


(6)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim iv

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i

INTISARI...iii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan Penulisan...3

1.3 Manfaat Penulisan...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pohon Ketapang...4

2.2 Daun Ketapang ...6

2.3 Tanin………...6

2.3.1 Sifat – Sifat Tanin...7

2.3.2 Kegunaan Tanin...8

2.4 Ekstraksi Padat Cair ...9

2.6 Etanol...13

2.6.1 Sifat Etanol...13

2.7 Landasan Teori………...14


(7)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan – Bahan yang digunakan……….17

3.2 Alat yang digunakan………...……...17

3.3 Peubah………...………....…….18

3.4 Rangkaian Alat………..………19

3.5 Prosedur Penelitian…...………...……...………...20

3.6 Skema Jalannya Penelitian………...………...…...…………...21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Pengamatan...22

4.2 Grafik dan Pembahasan...23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan...26

V.2 Saran...26

DAFTAR PUSTAKA ...27

APPENDIX ...30

LAMPIRAN ...32


(8)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim vi DAFTAR TABEL

Tabel 1. Permintaan Impor Tanin Dunia Tahun 2000 – 2007...2 Tabel 4.1 Tabel kadar tanin dan tanin yang terekstrak...22


(9)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim vii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Inti Tanin...7 Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi...19 Gambar 3.2 Skema Jalannya Penelitian...21 Gambar 4.1 Hubungan antara Konsentrasi Pelarut dengan Kadar Tanin yang

dihasilkan...23 Gambar 4.2 Hubungan antara Waktu Ekstraksi dengan Kadar Tanin yang

dihasilkan...24


(10)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim iii

INTISARI

Penelitian Kajian Ekstraksi Tanin Dari Daun Ketapang (Terminalia Catappa

Linn) dilakukan dengan tujuan untuk mencari waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut

pada ekstraksi tanin dari daun ketapang (Terminalia Catappa Linn) dengan menggunakan pelarut etanol.

Proses Ekstraksi dilakukan secara batch dan dalam skala laboratorium, dengan prinsip ekstraksi padat cair dalam sebuah labu leher tiga berpengaduk selama waktu yang ditentukan yaitu 30, 60, 90, 120, 150 (menit) dengan konsentrasi pelarut (etanol) 60%, 70%, 80%, 85%, 90% sebagai variabel peubah. Sedangkan variabel tetap yaitu berat sampel 10 gram, ukuran partikel ± 200 mesh, suhu ekstraksi 85⁰C, kecepatan pengadukan 200 rpm, Jenis pelarut etanol, waktu pengendapan ± 30 menit, volume pelarut 250 ml, bahan pembantu aquadest.

Dari Penelitian yang dilakukan diperoleh hasil ekstraksi terbaik adalah 12,45% dari pelarut etanol 85% selama 120 menit. Rendemen hasil kadar tanin adalah 98,97%


(11)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara beriklim tropis memiliki keanekaragaman flora. Meskipun demikian sumber daya alam ini belum sepenuhnya dikelola dan dimanfaatkan untuk menunjang kemajuan bangsa. Salah satu jenis tanaman yang potensial untuk dikembangkan pemanfaatannya adalah pohon ketapang (Terminalia

Catappa Linn.). Pohon ini hampir tumbuh di seluruh indonesia. Pohon ketapang ini

biasanya tumbuh liar di pantai dan di pinggir jalan sebagai pohon peneduh jalan. Oleh karena itu, pohon Ketapang (Terminalia Catappa Linn) adalah tumbuhan liar sehingga pohon ini bukan termasuk pohon yang dibudidayakan. Pohon Ketapang (Terminalia Catappa Linn) tersebar hampir di seluruh daerah di Asia Tenggara termasuk di Indonesia kecuali Sumatra dan Kalimantan yang agak jarang didapati di alam. Namun sangat disayangkan, pohon ketapang di Indonesia saat ini masih belum dimanfaatkan dengan baik padahal tingkat produksi daun ketapang di Indonesia tinggi. Pohon ini merontokkan daunnya dua kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan Januari – Februari – Maret dan pada bulan Juli – Agustus – September. Daun ketapang hanya dibiarkan jatuh lalu mengering dan menjadi limbah di negeri ini.

Daun ketapang dapat diolah lebih lanjut menghasilkan tanin dengan proses ekstraksi. Dalam daun ketapang terkandung tanin sebesar 12,58% (Hasil analisa awal di

Balai Penelitian dan Konsultasi Industri, Laboratorium Penelitian dan Konsultasi Industri Surabaya – Jawa Timur). Tanin merupakan komponen penting di dalam


(12)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 2

penyamakan kulit, tanin digunakan untuk menghasilkan kulit samak yang bermutu tinggi. Selain itu tanin dapat juga dimanfaatkan untuk pewarna tekstil. Berdasarkan data UN

Comtrade (2008) permintaan impor tanin dunia dari tahun 2000 – 2007 mengalami peningkatan, kondisi tersebut juga menunjukkan dari tahun ke tahun semakin meningkat kebutuhan dunia terhadap tanin. Permintaan impor tanin dunia tahun 2000 – 2008 dapat dilihat pada tabel1.

Tabel 1. Permintaan Impor tanin Dunia Tahun 2000 – 2007

No Tahun Impor (Kg)

1 2000 71.175.852

2 2001 75.805.956

3 2002 81.974.490

4 2003 99.278.144

5 2004 97.498.667

6 2005 110.237.058

7 2006 119.725.195

8 2007 134.798.482

9 2008 12.314.530

Sumber : UN Comtrade, 2008.

Data diatas dapat di ekstrapolasi agar dapat mengetahui data impor tanin pada tahun 2009 - 2013 sehingga dapat mengetahui permintaan perkembangan tanin yang dibutuhkan pada tahun tersebut. Pada tahun 2009 impor tanin yang dibutuhkan sebesar 164.945.056 kg, tahun 2010 sebesar 180.018.343 kg, tahun 2011 sebesar 195.091.630 kg, tahun 2012 sebesar 210.164.917 kg dan tahun 2013 sebesar 225.238.204 kg. Sehingga permintaan impor tanin dari tahun ke tahun semakin meningkat.


(13)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 3

Sebelumnya telah dilakukan pengambilan tanin dengan proses ekstraksi diantaranya: Ekstraksi dari kulit akasia dengan menggunakan pelarut air menghasilkan tanin 78,64% berdasarkan berat ekstrak (Risnasari, 2002). Ekstraksi dari biji pinang menghasilkan tanin terbanyak pada waktu ekstraksi 48 jam dengan kadar 19,9% dan 29,76% dengan memakai air dan alkohol 96% sebagai pelarut. (M. N. Usman, dkk,1980). Ekstraksi tanin dari biji pinang menghasilkan tanin terbaik pada rasio perbandingan biji pinang dengan pelarut (aseton) 1 : 2 sebesar 21,77% dengan waktu ekstraksi 1 jam. (G.

Safetri,2001). Kajian proses pembuatan tanin dari kulit buah asam menghasilkan kadar

tanin terbaik sebesar 11,60% selama 1 jam dengan pelarut aseton 99,8%. (P. W.

Setyawan, 2003).

Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan dari penelitian sebelumnya, menggunakan dua variable yang divariasikan yaitu konsentrasi pelarut dan waktu ekstraksi.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencari waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut pada ekstraksi tanin dari daun ketapang (Terminalia Catappa Linn) dengan menggunakan pelarut etanol.

1.3 Manfaat Penelitian

Memberikan masukkan dan informasi mengenai manfaat lain dari daun ketapang (Terminalia Catappa Linn) yaitu sebagai bahan dasar penghasil tanin. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dari yang tidak mempunyai nilai ekonomi menjadi mempunyai nilai ekonomi.


(14)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pohon Ketapang

Pohon ketapang atau Terminalia catappa Linn ditanam sebagai pohon peneduh di taman ataupun pinggir jalan. Pohon ketapang mempunyai bentuk cabang dan tajuk yang khas. Cabangnya mendatar dan tajuknya bertingkat-tingkat mirip struktur pagoda.

Selain disebut ketapang, pohon ini memiliki berbagai nama daerah seperti hatapang (Batak), katafa (Nias), katapieng (Minangkabau), lahapang (Simeulue), ketapas (Timor), atapang (Bugis), talisei, tarisei, salrise (Sulawesi Utara), tiliso, tiliho, ngusu (Maluku Utara), sarisa, sirisa, sirisal, sarisalo (Maluku), lisa (Rote), dan kalis, kris (Papua).

Pohon ketapang (Terminalia catappa L.) bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Tingginya dapat mencapai 35 meter. Ketapang merupakan tumbuhan dari famili

combreataceae dilaporkan bahwa di dalam daun memiliki aktivitas antioksidan secara in

vitro yang ditentukan dengan metode peredaman warna radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) yang berwarna ungu menjadi kuning (Pauly, 2001).

Daun ketapang lebar berbentuk bulat telur dengan pangkal daun runcing dan ujung daun lebih tumpul. Pertulangan daun sejajar dengan tepi daun berombak. Daunnya meluruh (meranggas) dua kali dalam setahun. Bunga ketapang berukuran kecil dan terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting berwarna kuning kehijauan dengan panjang sekitar 8–25 cm. Buahnya batu berbentuk bulat telur agak gepeng dan bersegi. Saat muda buah ketapang berwarna hijau kekuningan dan berubah menjadi ungu kemerahan saat matang.


(15)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 5

Ketapang (Terminalia catappa L.) merupakan tumbuhan asli dari Asia Tenggara, dan tersebar hampir di seluruh daerah di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Tumbuhan ini juga biasa ditanam di Australia, India, Madagaskar hingga Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Habitat yang disukai oleh pohon ketapang adalah daerah dataran rendah termasuk daerah pantai hingga ketinggian 500 meter dpl. Pohon ini menggugurkan daunnya hingga dua kali dalam setahun sehingga tanaman ini mampu bertahan menghadapi bulan-bulan yang kering.

Ketapang telah menjadi pohon multiguna sejak dahulu. Pepagan (kulit luar) dan daunnya berguna untuk menyamak kulit, pewarna alami, dan sebagai tinta. Kayunya mempunyai kualitas cukup baik sehingga rentan terhadap rayap.

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Plantae

Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Combretaceae Genus : Terminalia

Spesies : Terminalia catappa Linn


(16)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 6 2.2 Daun ketapang

Daun berseling, bertangkai pendek, mengumpul pada ujung cabang, biasanya membundar telur sungsang, kadang-kadang agak menjorong, mengertas sampai menjangat tipis, mengkilap, terdiri atas helaian daun (lamina) dan tangkai daun (petiolus). Tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi agak pipih dan menebal pada pangkalnya, helaian daun berbentuk bulat telur sungsang (obovatus), ujung dan pangkal daun tumpul (obtusus), tulang daun menyirip (penninervis). Ada beberapa kandungan alami yang terkandung dalam daun ketapang (dan buah), antara lain: flavonoids 20 - 25% (sama halnya dengan kaempferol atau quercetin) atau dikenal dengan vitamin P atau citrin, tanin 11-23% (punicalin, punicalagin atau tercatin seperti halnya pada teh, anggur, strawberry, delima, pomegranate, aren-arenan), saponin 20% yang dipakai sebagai surfaktan, dan phytosterol 10 - 15% (kolesterol tumbuhan dengan sedikit kandungan alkohol). unsur lain yang terdapat dalam daun ketapang antara lain 20% ; Sulfur, Nitrogen dan fosfor di dalam bobot beragam. Sementara daun – daunnya Ketapang juga mengandung logam 5% terdiri dari Ca, Mg, Cu, Zn, dll. (Kea, 2012).

2.3 Tanin

Tanin adalah senyawa organik yang sangat kompleks dan banyak terdapat dalam bermacam - macam tanaman. Jenis tanaman yang banyak mengandung tanin adalah tanaman berkeping dua (dikotil) antara lain mahoni,akasia, bakau, pinang, pinus dan gambir dan bakau – bakauan yang tumbuh di hutan mangrove yang tersebar dari aceh sampai irian jaya (Karsini dan Burnawi, 1994). Tanin dapat diambil dari kulit kayu dengan ekstraksi padat cair menggunakan pelarut air (Geankoplis,1997). Ekstraksi dari tanin tidak dapat murni 100%, karena selain terdiri dari tanin ada juga zat non tanin seperti glukosa dan hidrokoloid yang memiliki berat molekul tinggi (Pizzi, 1983).


(17)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 7

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tannin.Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah. Tanin juga dapat dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang berbeda – beda.

Gambar 2.1 Struktur inti tanin (Harborne, 1987)

2.3.1 Sifat-sifat Tanin

Tanin berupa serbuk amorf, berkeping mengkilap atau massa ringan. Mempunyai rasa atau kharakteristik yang sangat sepat. Tanin berwarna putih kekuningan sampai coklat muda. Warna akan berubah menjadi gelap apabila terkena sinar matahari (The

Merck Index,1983).

Tanin jika dipanaskan pada suhu 210-215oC akan terurai menjadi pirogallol dan CO2. Satu gram tanin dapat larut dalam 0,35 ml air, 1 ml gliserol panas, sangat mudah

larut dalam alkohol, aseton dan praktis tidak larut dalam benzene, kloroform, ether, petrolium ether, karbon disulfide, dan karbon tetrakolorida (The Merck Index, 1983).

Tanin juga dinamakan asam tanat dan asam galotanat, ada yang tidak berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau cokelat. Berikut adalah sifat – sifat dari tanin : 1. Memiliki rumus molekul C76H52O46


(18)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 8

3. Tanin dapat diidentifikasi dengan kromatografi

4. Merupakan padatan berwarna kuning atau kecoklatan 5. Memiliki titik leleh 305oC

6. Memiliki titik didih 1271oC

7. Merupakan senyawa yang sukar dipisahkan 8. Kelarutan dalam etanol 0,82 gr dalam 1 ml (70oC) 9. Kelarutan dalam air 0,656 gr dalam 1ml (70oC) 10. Kelarutan dalam aseton 0,90 gr dalam 1 ml (70⁰C)

Selain sifat tanin diatas, tanin memiliki sifat antara lain dapat larut dalam air atau etanol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH, dapat mengikat logam berat, serta adanya zat yang bersifat anti rayap dan jamur (Carter et al,1978).

2.3.2 Kegunaan Tanin

Tanin banyak dimanfaatkan oleh beberapa industri sebagai: 1. Penyamak kulit

Proses penyamakan kulit adalah suatu proses yang mengubah kulit mentah (hide/sknis) menjadi kulit tersamak (leather). setelah diberi perlakuan dengan tanin, kulit mentah terwarnai dan terhindar dari pembusukan. Penyamakan nabati dapat mengawetkan serat-serat kulit dari serangan bakteri. Juga di dalam serat itu terbentuk sifat-sifat tertentu seperti kelenturannya dan terasa padat, yang bukan saja khas menurut semacam kulit, melainkan juga bergantung pada bahan penyamak dan cara penyamakannya. Hasilnya berupa kulit samak yang banyak sekali manfaatnya.


(19)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 9

2. Pewarna

Tanin sebagai pewarna sangat dibutuhkan terutama dalam industri tekstil. Dalam proses pewarnaan ini pemakaian mordan diperlukan untuk membantu pengikatan zat warna. Mordan berupa garam-garam logam, seperti garam besi, chrom, aluminium dan timah. Selain digunakan untuk bahan pewarna tekstil, tanin juga dipakai untuk bahan pewarna cat, pernis, kulit, kertas dan tinta. Pada pembuatan tinta kombinasi tanin dengan garam-garam besi menghasilkan warna biru tua atau hijau kehitaman

3. Obat

Pada industri farmasi, tanin dapat dimanfaatkan untuk obat penyakit gula, untuk pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan oleh pankreas, sebagai obat cacing dan obat antibiotik.

4. Penambah cita rasa dalam minuman

Tanin yang terkandung di dalam minuman seperti teh, kopi, anggur, dan bir, berguna sebagai penyedap dan pemberi aroma.

2.4 Ekstraksi Padat cair

Proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan suatu senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan. Ekstraksi padat cair (leaching) merupakan salah satu unit operasi pemisahan tertua yang digunakan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan dengan cara mengontakkannya dengan pelarut yang sesuai (Annadenina, 2010). Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989).


(20)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 10

Metode yang diperlukan untuk leaching biasanya ditentukan oleh jumlah konstituen yang akan dilarutkan, distribusi konstituen di dalam solid, sifat solid, dan ukuran partikelnya. Bila konstituen yang akan larut ke dalam solvent lebih dahulu, akibatnya sisa solid akan berpori-pori. Selanjutnya pelarut harus menembus lapisan larutan dipermukaan solid untuk mencapai konstituen yang ada dibawahnya, akibatnya kecepatan eekstraksi akan menurun dengan tajam karena sulitnya lapisan larutan tersebut ditembus.

Tetapi bila konstituen yang akan dilarutkan merupakan sebagian besar dari solid, maka sisa solid yang berpori-pori akan segera pecah menjadi solid halus dan tidak akan menghalangi perembesan pelarut ke lapisan yang lebih dalam.

Umumnya mekanisme proses ekstraksi dibagi menjadi 3 bagian :

1. Perubahan fase konstituen (solute) untuk larut ke dalam pelarut, misalnya dari bentuk padat menjadi liquid.

2. Diffusi melalui pelarut di dalam pori-pori untuk selanjutnya dikeluarkan dari partikel.

3. Akhirnya perpindahan solute (konstituen) ini dari sekitar partikel ke dalam lapisan keseluruhannya (bulk).

Setiap bagian dari mekanisme ini akan mempengaruhi kecepatan ekstraksi, namun karena bagian pertama berlangsung dengan cepat, maka terdapat kecepatan ekstraksi secara overall dapat diabaikan.

Pada beberapa solid atau sistem yang akan di ekstraksi, konstituen yang akan dilarutkan terisolasi oleh suatu lapisan yang sangat sulit ditembus oleh pelarut, misalnya biji emas didalam rock (batu karang) maka solid ini harus dipecah terlebih dahulu.


(21)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 11

Demikian pula bila solute berada dalam solid yang berstruktur selluler akan sulit di ekstraksi karena struktur yang demikian merupakan tahanan tambahan terhadap rembesan liquid, misalnya pada ekstraksi gula beet. Untuk mengatasi solid semacam ini terlebih dahulu dipotong tipis memanjang hingga sebagian dari sel –sel solid pecah. Pada ekstraksi minyak dari biji – bijian, walaupun bentuk selnya celluler, ekstraksi tidak terlalu solid karena solute (konstituen) sudah berbentuk liquid (minyak).

Pemilihan alat untuk proses leaching dipengaruhi oleh faktor- faktor yang membatasi kecepatan ekstraksi dikontrol oleh mekanisme difusi solute melalui pori-pori solid yang diolah harus kecil, agar jarak perembesan tidak terlalu jauh. Sebaliknya bila mekanisme solute dari permukaan partikel kedalam larutan keseluruhan (bulk) merupakan faktor yang mengontrol, maka harus dilakukan pengadukan dalam proses.

Ada 4 faktor yang harus diperhatikan dalam ekstraksi padat cair:

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara partikel dengan liquid, akibatnya akan memperbesar heat transfer material, disamping itu juga akan memperkecil jarak diffusi. Tetapi partikel yang sangat halus akan membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak dijalankan, disamping itu juga akan mempersulit drainage solid residu. Jadi harus ada range tertentu untuk ukuran-ukuran partikel dimana suatu partikel harus cukup kecil agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang sama,tetapi juga tidak terlalu kecil hingga tidak menggumpal dan menyulitkan aliran.


(22)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 12 2. Pelarut

Harus dipilih larutan yang cukup baik dimana tidak akan merusak kontituen atau solute yang diharapkan(residu). Disamping itu juga tidak boleh pelarut dengan viskositas tinggi (kental) agar sirkulasi bebas dapat terjadi.

Umumnya pada awal ekstraksi pelarut dalam keadaan murni,tetapi setelah beberapa lama konsentrasi solute didalamnya akan bertambah besar akibatnya rate ekstraksi akan menurun,pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua kerena larutan bertambah pekat.

3. Suhu operasi

Umumnya kelarutan suatu solute yang di ekstraksi akan bertambah dengan bertambah tingginya suhu, demikian juga akan menambah besar difusi,jadi secara keseluruhan akan menambah kecepatan ekstraksi. Namun demikian dipihak lain harus diperhatikan apakah dengan suhu tinggi tidak merusak material yang diproses.

4. Pengadukan

Dengan adanya pengadukan, maka diffusi eddy akan bertambah,dan perpindahan material dari permukaan partikel ke dalam larutan (bulk) bertambah cepat,disamping itu dengan pengadukan akan mencegah terjadinya pengendapan.


(23)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 13 2.5 Etanol

Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua.

Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH

dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol

sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil atau C2H5 (Anonim, 2012).

2.5.1 Sifat Etanol

Rumus molekul : C2H5OH

Massa molar : 46,07 g/mol

Penampilan : cairan tak berwarna Densitas : 0,789 g/cm³

Titik Lebur : -114,3⁰ͦC Titik Didih : 78,4⁰C

Kelarutan dalam air : tercampur penuh Keasaman : 15,9 pKa

Viskositas : 1,200 cP (20⁰C) Momen dipol : 1,69 D (gas) Titik Nyala : 13⁰C (55,4⁰F)


(24)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 14 2.6 Landasan Teori

Ekstraksi tanin adalah proses ekstraksi untuk mengeluarkan tanin dari jaringan tanamannya dengan mempergunakan pelarut. Ekstrak dari tanin tidak dapat murni 100%, karena selain terdiri dari tanin ada juga zat non tanin seperti glukosa dan hidrokoloid yang memiliki berat molekul tinggi (Pizzi, 1983).

Browning (1966) menjelaskan bahwa untuk memperoleh ekstrak dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi, maka umumnya digunakan etanol atau aseton dengn perbandingan volume air yang sebanding.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi tanin adalah: 1. Jenis Pelarut

Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik (Etanol). Pelarut organik sangat cepat menguap sehingga cepat terjadi sirkulasi uap dan perolehan tanin akan semakin banyak, disamping itu titik didih lebih rendah akan mempermudah proses pemisahan. Menurut Browning (1966) menjelaskan bahwa untuk memperoleh ekstrak tanin dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi maka umumnya digunakan etanol atau aseton dengan perbandingan volume yang sebanding.

2. Perbandingan pelarut

Yang dimaksud perbandingan pelarut adalah perbandingan antara berat contoh (gr) yang diproses terhadap pemakaian pelarut. Dengan bertambahnya jumlah pelarut maka akan mendapatkan hasil yang lebih banyak, tapi bahan mempunyai batas maksimum yang dapat terekstraksi sehingga penggunaan jumlah pelarut yang berlebihan kurang efisien. Menurut Browning (1966) menjelaskan bahwa untuk memperoleh ekstrak tanin dengan kualitas dan


(25)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 15

kuantitas yang tinggi maka umumnya digunakan etanol atau aseton dengan perbandingan volume yang sebanding.

3. Konsentrasi Pelarut

Menurut Brown, G.G., (1978) semakin tinggi konsentrasi pelarut akan memperbesar kecepatan ekstraksi ini disebabkan, karena gradient konsentrasi antara solute dengan pelarut bertambah besar akibatnya akan memperbesar laju perpindahan massa dengan cara diffusi pada bidang antar muka solute dan pelarut sehingga terjadi pelarut ekstrak yang banyak, dan larutan bertambah pekat.

4. Waktu Ekstraksi.

Semakin lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan tanin yang lebih banyak, karena sirkulasi uap akan semakin sering kontak antara solut dengan pelarut lebih lama.

5. Volume pelarut

Volume pelarut yang kecil/sedikit akan menghasilkan tanin yang sedikit karena kontak antar uap pelerut dengan sampel sedikit sekali dan sebaliknya. Oleh karena itu, volume pelarut menggunakan 250 ml agar dapat menghasilkan tanin yang banyak karena terjadinya kontak uap pelarut dengan sampel.

6. Temperatur

Temperatur yang tinggi akan meningkatkan harga difusi massa sehingga perpindahan solute ke pelarut juga meningkatkan harga difusi massa.

7. Ukuran partikel

Semakin halus ukuran partikel maka akan semakin mudah dalam mendapatkan tanin karena dapat memperbesar luas permukaan kontak antara


(26)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 16

partikel dengan liquid, akibatnya akan memperbesar heat transfer material, disamping itu juga akan memperkecil jarak diffusi.

8. Pengadukan

Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara pelarut dengan solut.

2.7Hipotesis

Untuk mendapatkan tanin dari daun Ketapang dapat dilakukan dengan proses

ekstraksi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi tanin adalah waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut. semakin tinggi konsentrasi pelarut etanol dan waktu ekstraksinya akan menghasilkan tanin dengan kadar yang lebih besar.


(27)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 17 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode ekstraksi untuk mendapatkan tanin dalam daun Terminalia Catappa Linn atau yang disebut dengan Ketapang. Metode ekstraksi yang dilakukan adalah secara batch dan dalam skala laboratorium, dengan prinsip ekstraksi padat cair dalam sebuah labu leher tiga berpengaduk selama waktu yang ditentukan (30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit) dengan suhu ekstraksi 85⁰C.

3.1 Bahan – bahan yang digunakan

Bahan baku utama penelitian digunakan daun Ketapang (Terminalia

Catappa Linn) dari UPN “VETERAN” Jawa Timur surabaya. Selain daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn), memerlukan bahan etanol digunakan sebagai bahan pelarut yang diperoleh dari toko kimia Brataco Chemica jalan Tidar Surabaya. Adapun bahan pembantu yang digunakan adalah aquadest dari toko bahan kimia Medokan Ayu I-A Surabaya.

3.2. Alat yang digunakan

Peralatan yang digunakan seperangkat peralatan ekstraksi. Peralatan ini terdiri atas labu leher tiga, motor pengaduk, termometer, kondensor, corong, oven waterbath, statif, klem, beaker glass, erlenmeyer, labu ukur dan gelas ukur. Proses ekstraksi dilakukan secara batch.


(28)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 18

Persiapan bahan dilakukan sebelum proses ekstraksi. Daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn) dikeringkan dalam oven. Setelah kering dihaluskan kemudian ditimbang sampai berat yang diinginkan. Kemudian melalui proses ekstraksi tanin. Setelah ekstraksi selesai larutan didiamkan sebentar, Setelah itu disaring kemudian ampasnya dibuang dan filtratnya di analisa untuk mengetahui kadar tanin yang terkandung dalam filtrat tersebut.

3.3 Peubah

Ekstraksi tanin dari daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn) dipengaruhi oleh beberapa peubah. Dalam pelaksanaan penelitian ini dijalankan dengan beberapa peubah, sebagai kondisi tetap adalah :

a. Suhu Ekstraksi : 850C b. Kecepatan pengadukan : 200 rpm c. Jenis Pelarut : Etanol d. Waktu Pengendapan : ± 30 menit e. Volume pelarut : 250 ml f. Bahan Pembantu : Aquadest g. Ukuran Partikel : ± 200 mesh h. Berat Sampel : 10 gram Sebagai variabel adalah :

1. Waktu Ekstraksi (menit) : 30, 60, 90, 120, 150


(29)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 19 3.4 Rangkaian Alat

1

1 2

3

6

5

V-1

4 P-1

Gambar 3.1 Rangkaian alat ekstraksi

Keterangan :

1. Statif dan kleim 2. Waterbath 3. Thermometer 4. Kondensor 5. Motor pengaduk 6. Labu leher tiga


(30)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 20 3.5 Prosedur Penelitian

Pertama daun Ketapang (Terminalia catappa Linn) dikeringkan dahulu dalam oven dengan suhu 100oC selama 1 jam. Setelah kering lalu dihaluskan sampai ukuran menjadi halus, kemudian di ayak ± 200 mesh. Daun ketapang yang telah halus (serbuk) ditimbang sampai berat 10 gram. Setelah itu dimasukkan ke dalam alat eksraksi ditambah pelarut etanol dengan konsentrasi yang ditentukan dengan volume 250 ml. Saat proses ekstraksi suhu dijaga sampai 85oC, kecepatan pengadukan 200 rpm, dan waktu ekstraksi ditentukan. Setelah ekstraksi selesai larutan didiamkan sebentar kemudian disaring dengan kertas saring menghasilkan filtrat dan ampas, lalu ampas dibuang dan filtrat di taruh pada wadah botol untuk di analisa kadar tanin dalam filtrat tersebut. Analisa dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Dan Konsultasi Industri Surabaya dengan metode Spectro Fotometri


(31)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 21 3.6 Skema Jalannya Penelitian

Gambar 3.2. Skema Jalannya Penelitian Ekstraksi

(850C) Daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn)

Pengeringan (100oC, 1 jam)

Penghalusan (± 200 mesh)

Penimbangan (10 gram)

Etanol

Ampas dibuang Analisa

kadar tanin

Penyaringan


(32)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 22 BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN IV.1 Tabel Pengamatan

Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan sesuai dengan prosedur yang tercantum pada BAB III diperoleh hasil seperti dibawah ini :

Tabel 4.1. Tabel kadar tanin dan tanin yang terekstrak Pelarut Waktu

Tanin mula -

mula Hasil tanin

Rendemen hasil tanin (% yield) (%) (menit) (% berat) (%berat) (% berat)

30

12.58

9.60 76.31

60 11.00 87.44

60 90 12.01 95.47

120 12.14 96.50

150 12.12 96.34

30 10.75 85.45

60 11.40 90.62

70 90 12.21 97.06

120 12.25 97.38

150 12.15 96.58

30 11.90 94.59

60 12.00 95.39

80 90 12.23 97.22

120 12.25 97.38

150 12.18 96.82

30 11.95 94.99

60 12.18 96.82

85 90 12.40 98.57

120 12.45 98.97

150 12.34 98.09

30 11.80 93.80

60 12.10 96.18

90 90 12.30 97.77

120 12.31 97.85


(33)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 23 IV.2 Grafik dan Pembahasan

4.2.1 Hubungan antara konsentrasi pelarut dengan kadar tanin yang dihasilkan

Gambar 4.1 Hubungan antara konsentrasi pelarut dengan kadar tanin yang dihasilkan.

Pembahasan :

Menurut Carter et al (1978), tanin memiliki sifat dapat larut dalam etanol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH sedangkan pada gambar (4.1) terlihat bahwa kadar tanin yang didapatkan dari ekstraksi daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn) dengan pelarut etanol sangat tergantung pada konsentrasi etanol sebagai pelarut, dimana semakin besar konsentrasi etanol maka kadar tanin yang didapatkan akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh gradient konsentrasi antara zat terlarut (daun Ketapang) dengan pelarut etanol bertambah besar akibatnya akan memperbesar perpindahan material tanin dari zat terlarut (daun ketapang) ke pelarut etanol sehingga tanin yang terekstrak semakin banyak, dan larutan bertambah pekat (Brown G.G., 1978).

Namun pada konsentrasi pelarut 90% kadar tanin yang dihasilkan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi tersebut mengalami


(34)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 24

titik kejenuhan atau fase kesetimbangan sehingga didapatkan kondisi terbaik berdasarkan gambar (4.1) yaitu konsentrasi pelarut 85% dimana kadar tanin yang didapatkan adalah 12,45% dengan rendemen hasil tanin sebesar 98,87%.

4.2.2 Hubungan antara waktu ekstraksi dengan kadar tanin yang dihasilkan.

Gambar 4.2 Hubungan antara waktu ekstraksi dengan kadar tanin yang dihasilkan.

Pembahasan :

Waktu ekstraksi berpengaruh terhadap banyaknya tanin yang terambil. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin banyak tanin yang didapat, hal ini dikarenakan waktu kontak antara solut (daun ketapang) dengan pelarut (etanol) semakin lama, sehingga solut (daun ketapang) akan semakin larut dalam pelarut etanol dan kadar tanin dari zat solute (daun ketapang) ke pelarut etanol semakin besar maka tanin yang terekstrak akan semakin banyak (Smith,1981).

Namun apabila waktu yang diperlukan sedikit maka hasil tanin yang terambil juga sedikit pula. Oleh karena itu, waktu ekstraksi sangat mempengaruhi terhadap tanin yang terekstrak pada saat proses ekstraksi berlangsung. Sehingga pada pengamatan ini dapat dilihat pada gambar 4.2 yang ditandai dengan semakin lamanya waktu ekstraksi maka semakin besarnya persentase kadar tanin yang


(35)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 25

terambil. Waktu ekstraksi dengan kadar tanin yang terekstrak menghasilkan waktu terbaik adalah 120 menit. Karena pada waktu 150 menit sudah mencapai kesetimbangan atau dengan kata lain perpindahan massa zat terlarut (tanin) dari padatan ke badan pelarut etanol tidak ada lagi meskipun waktu ekstraksi ditambah. Menurut Houghton dan Raman (1998) pemanasan yang lebih lama dan suhu yang lebih tinggi dari batas nilai optimal akan menghasilkan kadar tanin yang lebih rendah karena tanin yang dihasilkan akan mengalami oksidasi. Disamping itu juga akan menyebabkan tanin terhidrolisis menjadi asam – asam polifenol yang tidak larut dalam pelarut, sehingga kandungan non tanin yang terlarut semakin besar, dengan demikian kadar tanin yang diperoleh menjadi lebih kecil.


(36)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 26 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ekstraksi tanin dari daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Daun Ketapang (Terminalia Catappa Linn) dapat dimanfaatkan sebagai penghasil tanin.

2. Pengambilan tanin dengan metode ekstraksi dipengaruhi oleh waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut.

3. Semakin besar konsentrasi etanol dan semakin lama waktu ekstraksi, maka semakin besar pula jumlah kadar tanin yang terambil. Jumlah kadar tanin terambil terbesar adalah 12,45% pada konsentrasi etanol 85% dengan waktu ekstraksi 120 menit. Rendemen hasil terbesar yang dihasilkan adalah 98,97 %.

V.2 Saran

Disarankan agar penelitian ini dapat dilanjutkan karena pada penelitian ini dengan variable waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut belum mendapatkan hasil yang optimum. Disamping faktor-faktor waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut masih ada faktor lain yang masih dapat dipelajari seperti ukuran partikel, jenis pelarut, dan kecepatan pengadukan yang bervariasi, dengan demikian hasil yang diperoleh akan lebih baik. Penelitian ini perlu dilanjutkan karena melihat potensi daun ketapang bisa dikembangkan terutama pemanfaatan taninnya sebagai bahan penyamak dalam industry penyamak kulit.


(37)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 27

DAFTAR PUSTAKA

Alamendah, 2011, Pohon Ketapang. (http://Pohon Ketapang atau Terminalia catappa _ Alamendah's Blog.htm. Diakses pada tanggal 29 November 2011, 2:58:26 PM).

Annadenina, 2010, Ekstraksi Kimia dan Ekstraksi Padat Cair. (http://Ekstraksi

kimia_Annadenina’sBlog.htm. Diakses pada tanggal 30 November 2011,

3:00:00 PM).

Anonimous, 2009, Etanol dan Sifat Etanol. (http://id.wikipedia.org/wiki/Etanol. Diakses pada tanggal 23 November 2012, 10.30 AM).

Artati, Enny Kriswiyanti dan Fadilah. Pengaruh Kecepatan Putar Pengadukan

dan Suhu Operasi pada Ekstraksi Tanin dari jambu Mete dengan Pelarut Aseton. Jurnal Ekuilibrium. Volume 6. No 1. Hal 33 – 38. Surakarta. 2007.

Browning, B.L., 1966, Methods of Wood Chemistry. Vol I, II. Interscience, Publishers. New york.

Brown, G.G., 1978, “ Unit Operations”, modern asia edition, p. 277, John Willey & Sons, Inc., New York.

Carter et al, 1978, Termiticidal Components of Wood Extracts : 7-Methyljuglone

from Diospyros virginia. Journal Agriculture Food Chemistry. 26(4) :

869-873.

GeanKoplis, C.J., 1997, “Transport Processes and Unit Operation”, thirt edition, p.727-730, Prentice-Hall of India Pravate Limited, New Delhi.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, Bandung :Penerbit ITB.

Houghton, P.J. and A., Raman, 1998, Laboratory Handbook for The


(38)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 28

Karsini dan Burnawi, 1994, “Ekstraksi Tanin Dari Limbah Kayu Mahoni”, vol 2,

hal 1-13, BPPI Buletin Samarinda, Samarinda.

Kea, 2012, Pohon Ketapang dan Kandungan di dalam Daun Ketapang (http://kajidirilebihdalamlagi.blogspot.com/2009/12/hubungan unik antara ketapang dan.html. Diakses pada tanggal 29 November 2011, 3:03:20 PM).

Pauly, G., 2001, Cosmetic, Dermatologycal And Pharmaceutical Use of An

Extract Of Terminalia catappa, United State Patent Application no.

200100022665.

Pizzi, A., 1983, Wood Adhesive, Chemistry and Technology, Marcel Dekker, New York.

Risnasari, Iwan, 2002, Ekstraksi Tanin Dari Kulit Akasia, Jurnal Penelitian, USU , Sumatra Utara.

Rumokoi, M.M.M., 1992, “Pengaruh Cara Ekstraksi dan Ukuran Buah Pinang

Terhadap Kadar Tanin Buah Pinang”, Jurnal Penelitian Kelapa,Vol. 5, No.

2, 13-16, Balai Penelitian Kelapa.

Safetri, Grace, 2001, Ekstraksi Tanin Dari Biji Pinang, Jurnal Penelitian, UPN, Jawa Timur.

Santoso, A. & Sutigno, P. 1995. The effect of glue spread and precentage of filler of tanin formaldehyde resin on plywood bonding strenght. Forest Product

Journal 13: 87-92.

Setyawan W. Ponco, 2003, Kajian Proses Pembuatan Tanin Dari Kulit Buah

Asam, Jurnal Penelitian, UPN, Jawa Timur.

Slamet, S., et al, 1997, Produser Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian, Edisi Empat, Liberty, Yogyakarta.

Smith, J. M., 1981, Chemical Engineering Kinetics, Mc Graw Hill, Singapore.


(39)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 29

Sudarmadji, S., et al, 2007, Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Yogyakarta: Liberty.

The Merck Index, 1983,”An Encyclopedia of Chemicals, Drags and Biologicals”, Tenth edition, p. 1301, Merck and Co., Inc, Rahway. Nj.USA.

UN Comtrade, 2008, United Commodity Trade Statistics.

Usman, M. N., Salomba, P., Basri, 1979 / 1980, Laporan Penelitian Pemanfaatan


(40)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 30

APPENDIX

Diketahui :

- Konsentrasi Etanol = 96%

- Volume larutan = 250 ml

Contoh Menghitung Pengenceran Etanol 60%

N1V1 = N2V2

60 . 250 = 96 . x

x = = 156,25 ml

Pengenceran Etanol 70%

N1V1 = N2V2

70 . 250 = 96 . x

x = = 182,3 ml

Pengenceran Etanol 80%

N1V1 = N2V2

80 . 250 = 96 . x

x = = 208,33 ml

Pengenceran Etanol 85%

N1V1 = N2V2

85 . 250 = 96 . x


(41)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 31  Pengenceran Etanol 90%

N1V1 = N2V2

90 . 250 = 96 . x

x = = 234,375 ml

Rendemen hasil tanin :

10 gram daun ketapang mengandung kadar tanin 12,48%. gr

10 gram daun ketapang menghasilkan kadar tanin 9,6% (pelarut etanol 60% dan waktu ekstraksi 30menit)

= 0,96 gram

Rendemen hasil =

Dengan cara perhitungan yang sama maka didapatkan tanin yang terekstrak seluruhnya seperti pada tabel 4.1.


(42)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 32 LAMPIRAN

Daun Ketapang Pelarut Etanol 96%


(43)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 33

Daun ketapang yang di haluskan Daun Ketapang yang tealah halus

Menimbang daun Ketapang Memasukkan daun Ketapang kedalam labu lehar tiga


(44)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 34

Pengenceran pelarut etanol 96% Penyaringan filtrat hasil ekstraksi

Proses Ekstraksi

Contoh filtrat hasil ekstraksi daun ketapang (siap untuk dianalisa kadar tanin).


(1)

Sudarmadji, S., et al, 2007, Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Yogyakarta: Liberty.

The Merck Index, 1983,”An Encyclopedia of Chemicals, Drags and Biologicals”, Tenth edition, p. 1301, Merck and Co., Inc, Rahway. Nj.USA.

UN Comtrade, 2008, United Commodity Trade Statistics.

Usman, M. N., Salomba, P., Basri, 1979 / 1980, Laporan Penelitian Pemanfaatan Buah Pinang Asal Kalimantan Selatan, Jurnal Penelitian, Kalimantan Selatan.


(2)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 30

APPENDIX

Diketahui :

- Konsentrasi Etanol = 96% - Volume larutan = 250 ml

Contoh Menghitung Pengenceran Etanol 60%

N1V1 = N2V2 60 . 250 = 96 . x

x = = 156,25 ml

Pengenceran Etanol 70%

N1V1 = N2V2 70 . 250 = 96 . x

x = = 182,3 ml

Pengenceran Etanol 80%

N1V1 = N2V2 80 . 250 = 96 . x

x = = 208,33 ml

Pengenceran Etanol 85%

N1V1 = N2V2 85 . 250 = 96 . x

x = = 221,35 ml

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(3)

Pengenceran Etanol 90% N1V1 = N2V2

90 . 250 = 96 . x

x = = 234,375 ml

Rendemen hasil tanin :

10 gram daun ketapang mengandung kadar tanin 12,48%. gr

10 gram daun ketapang menghasilkan kadar tanin 9,6% (pelarut etanol 60% dan waktu ekstraksi 30menit)

= 0,96 gram

Rendemen hasil =

Dengan cara perhitungan yang sama maka didapatkan tanin yang terekstrak seluruhnya seperti pada tabel 4.1.


(4)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 32

Daun Ketapang Pelarut Etanol 96%

Daun Ketapang sudah ditimbang 10 gr

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(5)

Daun ketapang yang di haluskan Daun Ketapang yang tealah halus

Menimbang daun Ketapang Memasukkan daun Ketapang kedalam labu lehar tiga


(6)

Jurusan Teknik Kimia

Fakultas Teknologi Industri –UPN Veteran Jatim 34

Pengenceran pelarut etanol 96% Penyaringan filtrat hasil ekstraksi

Proses Ekstraksi

Contoh filtrat hasil ekstraksi daun ketapang (siap untuk dianalisa kadar tanin).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :