PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD.

(1)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVELEARNING TIPE

JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Sekolah Dasar

Oleh Mauluddin

1107176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVELEARNING TIPE

JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

Oleh Mauluddin

1107176

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Mauluddin 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL COOPERATIVELEARNING TIPE

JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

Oleh

Mauluddin

1107176

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Sandi Budi Iriawan, M.Pd

NIP. 197910202008121002

Pembimbing II

Drs. Nana Djumhana, M.Pd

NIP. 195905081984031002

Diketahui Oleh:

Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dharma Kesuma, M.Pd

NIP. 195509271985031001


(4)

ii

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

Oleh MAULUDDIN

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi hasil pengamatan langsung pada salah satu Sekolah Dasar Negeri di Kota Bandung yang menunjukkan permasalahan pada mata pelajaran Matematika masih rendah yaitu dari 21 orang siswa keseluruhan, 4 siswa mendapatkan nilai di atas KKM dengan Kriteria Ketuntasan 65. Sedangkan sisanya 17 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM. Dari hasil pengamtan yang dilakukan pada saat pembelajaran yang dilakukan di kelas IIIb, pembelajaran masih didominasi oleh guru. Sedangkan siswa hanya bertindak sebagai penerima informasi. Metode yang digunakan oleh guru cenderung menggunakan metode ceramah dan jarang menggunakan metode yang bervariasi. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pelakasanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran dengan menerapkan model

cooperative learning tipe jigsaw. Penelitian ini mengacu pada metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Targart. Penelitian ini terdiiri dari dua siklus dimana dari setiap siklus melalui empat tahapan: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Instrumen pengungkap data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar evaluasi utuk mengungkap data Hasli belajar. Sedangkan instrumen pengungkap data proses, dengan menggunakan lembar observasi siswa dan guru. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model cooperative learning

tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat dilihat dari hasil

evaluasi siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklus. Adapun hasil penelitian pada siklus I dengan nilai rata-rata 68,52 dengan persentase ketuntasan siswa 57,89%, dan nilai rata-rata siswa pada siklus II adalah 79,11 dengan persentase ketuntasan siswa 94,44%. Selain itu, proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini dibuktikan dari observasi dan refleksi, temuan-temuan negatif yang muncul pada siklus I tidak muncul lagi pada siklus II. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model

cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

pembelajaran matematika.


(5)

iii

Mauluddin, 2015

This research is directly observe of Negeri Elementary School in Bandung, which indicate problems in mathematics that still lower overall of 21 students, 4 students scored above the KKM with 65 completeness criterion. The remaining 17 students scored below KKM. The results of observations done in class III b, learning is still dominated by the teacher. Students only acts as a receiver of information. The methods is used by teachers and rarely using a variety of methods. According to these problems, this study aims to reveal the implementation of learning and learning results by implementing model of cooperative learning jigsaw type. This study refers for Penelitian Tindakan Kelas (PTK) that developed by Kemmis and Mc. Targart. This study consisted of two cycles. Each cycle concluded the four phases: planning action, action, observation and reflection. The Whistleblower instrument data used is evaluating sheet to reveal the results and the whistleblower instrument process data using observation sheet of students and teachers. The Results of this study concluded the application of the cooperative model learning jigsaw type which can improve student learning results. The results of evaluation of students have increased in each cycle such as an average value of the cycle I was 68.52% to 57.89% of student mastery, and the cycle II was 79.11 to 94.44% of the completeness students. Moreover, the lessons have learned from the cycle I to the cycle II changes and improvements. It is evidenced from the observation, reflection, negative findings that emerged in cycle I which does not appear again in cycle II. The application of the model of cooperative learning jigsaw type can improve student’s learning results in mathematics.


(6)

vi

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GRAFIK... Ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ...

1 3 3 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori... ... B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... ... C. Hasil Belajar ... D. Operasi Hitung ... E. Defini Operasional ...

5 6 11 12 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... B. Lokasi Penelitian ... C. Subyek Penelitian ... D. Prosedur Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Rencana Analisis Data ... G. Jadwal Penyusunan Penelitian ...

17 19 19 20 21 22 26


(7)

vii

Mauluddin, 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Awal Penelitia ... B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... D. Perkembangan Proses Pembelajaran ... E. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... F. Keterbatasan Penelitian ...

27 29 44 57 60 62 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... B. Rekomendasi ...

64 65 DAFTAR PUSTAKA... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

viii

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kategori Skala Nilai ... Tabel3.2 JadwalPenyusunanPenelitian ... Tabel 4.1 Tingkat Perkembangan Hasil Belajar Siswa Berdaarkan Pretes ... Tabel 4.2AntisipasiAktivitasSiswadanAktivitasGuru

dalamPembelajaransiklusI... Tabel 4.3 Hasil Observasi Proses Pembelajaran (Aktivitas Siswa Siklus I) .... Tabel 4.4 Hasil Observasi Proses Pembelajaran (Aktivitas Guru Siklus I) ... Tabel 4.5 Hasil Observasi Proses Pembelajaran (Catatan Lapangan Siklus I). Tabel 4.6 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siklus I ... Tabel 4.7 Hasil Refleksi Siklus I ... Tabel 4.8AntisipasiAktivitasSiswadanAktivitas Guru

DalamPembelajaranSiklus II ... Tabel 4.9 Hasil Observasi Proses Pembelajaran (Aktivitas Siswa Siklus II) ... Tabel 4.10 Hasil Observasi Proses Pembelajaran (Aktivitas Guru Siklus II) .. Tabel 4.11 Hasil Observasi Proses Pembelajaran (Catatan Lapangan Siklus

II) ... Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siklus II ... Tabel 4.13 Hasil Refleksi Siklus II ... Tabel 4.14 Perkembangan Proses Pembelajaran ...

23 26 28 31 34 36 38 39 41 46 49 50 51 53 54 57


(9)

ix

Mauluddin, 2015

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... Grafik 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ... Grafik 4.3 Nilai Rata-rata Hasil Tes Siswa Pada Siklus I dan Siklus II ... Grafik 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ...

40 53 60 61


(10)

x

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR


(11)

xi

Mauluddin, 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Instrumen Pembelajaran

A.1 a RPP siklus I ... A.1 b Lembar Kerja Siswa siklus I ... A.2 a RPP siklus II ... A.2 b Lembar Kerja Siswa siklus II ... Lampiran B Instrumen Penelitian

B.1 Lembar kegiatan observasi guru dan siswa siklus I ... B.2 Lembar kegiatan observasi guru dan siswa siklus II ... B.3 Soal evaluasi siklus I ... B.4 Soal evaluasi siklus II ... Lampiran C Data dan Sampel Penelitian

C.1 Hasil observasi kegiatan pembelajaran guru dan siswa siklus I ... C.2 Hasil observasi kegiatan pembelajaran guru dan siswa siklus II ... C.3 Hasil Lembar Kerja Siswa siklus I ... C.4 Hasil Lembar Kerja Siswa siklus II ... C.5 Hasil Soal evaluasi I ... C.6 Hasil soal evaluasi II ... C.7 Nilai siswa siklus I ... C.8 Nilai siswa siklus II ... Lampiran D Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi Penelitian ... Lampiran E Surat-surat

Surat-surat……….

Lampiran F RiwayatHidup


(12)

1

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran Matematika telah diperkenalkan kepada peserta didik sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih tinggi, namun demikian kegunaan matematika bukan hanya memberikan kemampuan dalam perhitungan kuantitatif, tetapi juga dalam penataan cara berpikir, terutama dalam pembentukan kemampuan menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah. Manusia sering memanfaatkan nilai praktis dari Matematika dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang dengan mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. KBM perlu mendorong siswa untuk mengomunikasikan gagasan hasil kreasi dan temuannya kepada siswa lain, guru, atau pihak-pihak lain. Dengan demikian, KBM memungkinkan siswa bersosialisasi dengan menghargai pendapat, perbedaan sikap, perbedaan kemampuan, perbedaan prestasi dan berlatih untuk bekerja sama.

Sekolah dasar (SD) yang menjadi lokasi penelitian ini merupakan satu di antara banyak sekolah yang ada di kota Bandung yang menghadapi permasalahan terkait pada pembelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan Operasi Hitung. Penerapan pendekatan pembelajaran yang kurang efektif dalam proses pembelajaran Operasi Hitung, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Idealnya, suatu pembelajaran hendaknya berpusat pada siswa sedangkan guru menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran tersebut.

Kondisi proses pembelajaran siswa sekarang ini masih diwarnai dengan penekanan pada aspek pengetahuan (kognitif). Sangat sedikit proses pembelajaran yang benar mengacu pada adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar itu


(13)

2

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd

sendiri, terutama dalam pembelajaran matematika. Selain itu, kendala lain yang sering terjadi adalah guru sering lupa dengan perkembangan pola pikir siswa yang masih berpikir konkret, bahkan guru beranggapan bahwa pola berpikir yang di miliki siswa sama dengan yang dimiliki oleh guru.

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan peneliti pada tanggal 4 Februari 2015, hasil belajar matematika kurang memuaskan, karena nilai yang diperoleh masih jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hanya 4 orang atau sebagian kecil dari 22 siswa yang sudah mencapai KKM dan selebihnya masih di bawah nilai KKM yang ditentukan.

Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika adalah rasa takut siswa untuk melakukan komunikasi dengan guru, enggan mengemukakan pendapat karena takut salah, tidak mau bertanya walaupun belum memahami materiyang disampaikan. Hal ini membuat kondisi kelas yang kurang aktif. Sehingga, kembali pada rendahnya hasil belajar siswa. Dengan demikian, perlu adanya usaha untuk menumbuhkan keaktifan siswa dengan mengandalkan komunikasi yaitu antara guru dengan siswa dan antar siswa.

Kondisi demikian apabila terus dibiarkan akan berdampak buruk terhadap kualitas pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran harus lebih menarik, dengan menerapkan model, metode, dan media pembelajaran yang bervariasi, sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Oleh karena itu, peneliti bermaksud menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa dimana guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Dalam model kooperatif tipe jigsaw siswa mempunyai peran dan tanggung jawab besar dalam pembelajaran. Tujuan model kooperatif tipe jigsawini adalah untuk mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual.


(14)

3

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran model kooperatif tipe jigsawmenuntut setiap siswa untuk bertanggung jawab atas ketuntasan belajarnya dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lainnya. Dalam model kooperatif tipe jigsaw, siswa bekerja dalam tim-tim heterogen.

Dengan pertimbangan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

tertarik melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Cooperative

Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di SD.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perkembangan proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumuasan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan perkembangan proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswasetelah diterapkan model kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti

a. Mendapat pengelaman langsung bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika di SD


(15)

4

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd

b. Menjadi acuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran di SD.

2. Bagi siswa

a. Meningkatkan semangat dan minat belajar matematika siswa. b. Meningkatkan kerjasama dan aktivitas belajar siswa.

c. Meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi guru

a. Memperoleh pengalaman untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang bervariasi.


(16)

17

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Arikunto (2006, hlm. 16) dengan

menggunakan “Empat komponen penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi”. Penelitian tidakan kelas merupakan salah satu

upaya untuk memperbaiki atau memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas, yang secara langsung dan juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Suyanto (1997, hlm. 4) menyatakan bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat relatif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu; perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus I merupakanpermasalahan yang harus dipecahkan pada siklus II. Selanjutnya, kegiatan dimulailagi seperti kegiatan pada siklus I, yakni perencaaan, tindakan, obsrvasi, danrefleksi dengan perubahan-perubahan untuk mengatasi permasalahan yang munculpada siklus I. Adapun prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapatdigambarkan pula sebagai berikut.


(17)

18

Mauluddin, 2015

Gambar 3.1. Bagan Rancangan Pelaksanan Penelitian PTK Model Spiral (Arikunto, 2006)

1. Perencanaan (Planning)

Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil refleksi awal penelitian. Secara rinci rencana mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan, memperbaiki atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan bersifat fleksibel dalam arti sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.

2. Pelasanaan (Acting)

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya peningkatan, perbaikan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan proses dan hasil program yang optimal.


(18)

19

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Observasi (Observasing)

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disamakan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau yang dikenakan pada siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis , interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang diperoleh perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami proses dan hasil yang terjadi. Yaitu, berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Dasar Negeri pada salah satu sekolah di kecamatan sukasari, kota bandung. Letak geografis sekolah sangat strategis dan memiliki akses yang cepat dan mudah. Sehingga, memungkinkan pelayanan pendidikan yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Sekolah ini memiliki layanan bagi siswa berkebutuhan khusus dan sekolah ini terletak ditengah-tengah pemukiman warga sehingga, setiap tahunnya menjadi tujuan warga sekitar untuk menyekolah anaknya di Sekolah Dasar tersebut.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IIIb Sekolah Dasar Negeri di kecamatan sukasari, kota bandung. Dengan jumlah siswa 22 orang dan satu diantaranya adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Para siswa ini terdiri dari


(19)

20

Mauluddin, 2015

kemampuan heterogen, yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas.

D. Prosedur penelitian Prosedur kegiatan pada siklus 1.

Perencanaan: 1. Menyiapkan kelas

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran 3. Membuat lembar kerja siswa

4. Membuat instrumen

5. Menyusun alat evaluasi pembelajaran 6. Mempersiapkan alat dokumentasi

Pelaksanaan:

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Menjelaskan langkah-langkah metode pembelajaran 3. Mempersiapkan siswa dalam kelompok

4. Siswa belajar dengan memahami pembelajaran yang telah disiapkanmelalui lembar kerja siswa

5. Melakukan pengamatan

6. Penguatan dan kesimpulan bersama

Observasi:

1. Situasi kegiatan belajar mengajar

2. Kemampuan siswa memahami pelajaran dengan media gambar

Refleksi:


(20)

21

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keputusan

Pada tahap ini di lakukan pengambilan keputusan ketercapaian hasil intervensi penilitian. Siklus II di lakukan dengan segala perbaikan kekurangan yang ada pada siklus I yang di bahas dalam refleksi.

E. Teknik Pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang akurat maka dalam penelitian ini digunakan bebrapa instrumen sebagai berikut:

1. Tes

Tes yang digunakan adalah tes formatif yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Soal-soal tes disusun dengan memperhatikan indikator-indikator penalaran yang akan di ukur sehingga dapat melihat kemampuan penalaran siswa. Bentuk soal yang digunakna dalam tes adalah soal uraian.Tes ini dilakukan setiap akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penguasaan konsep atau daya serap serta ketuntasan belajar siswa. Di dalam tes, materi yang diajarkan pada siswa kelas III yaitu pada pokok bahasan operasi hitung. Tipe tes yang diberikan yaitu berupa uraian (esay). Tes uraian sangat tepat dipergunakan untuk menilai atau mengukur hasil dari suatu proses, memberikan peluang kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dan melatih siswa agar terbiasa mengemukakan jalan pikirannya secara terarah dan sistematis.

2. Observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis, yaitu menggunakan instrumen pengamatan. Intrumen pengamatan berupa daftar pengamatan yang berisi item-item kejadian atau tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran.Lembar observasi merupakan lembar catatan suatu obyek yang difokuskan pada prilaku tertentu. Observasi siswa dan guru dilakukan oleh tim pengamat pembelajaran. Menurut Marshall. 1995 (dalam Muslich, M.


(21)

22

Mauluddin, 2015

(2007, hlm 64) menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut atau teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatat nya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Sehingga observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran Matematika. Selain menggunakan lembar observasi peneliti juga membuat catatan lapangan. Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang peneliti/ pengamat lihat, dengar dan terjadi pada saat pembelajaran dilakukan. Menurut Sukardi (2013, hlm. 44) mencatat situasi kelas dan macam-macam fenomenayang muncul selama proses penelitian berlangsung. Tujuan catatan lapangan ini adalah untuk mencatat hasil observasi, selain itu digunakan untuk analisis dan refleksi pada waktu melakukan diskusi antara peneliti dan guru wali kelas IIIb untuk menemukan berbagai reaksi terhadap masalah-masalah yang mungkin muncul dan terjadi di kelas.

F. Rencana Analisis Data

Data yang diperoleh melalui instrumen yang telah dikumpulkan sebelumnya diolah menjadi dua jenis data yaitu secara kuantitatif dan kualitatif.

a. Kuantitatif

Data yang diperoleh dari hasil tes lembar evaluasi kemudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap siswa, menghitung nilai rata-rata, persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas , dalam pembelajaran Matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperati tipe jigsaw. Untuk menghitung nilai rata-rata siswa, rumus yang digunakan sebagai berikut.

Rumus menghitung nilai siswa:

Skor perolehan siswa

Nilai

=

X 100


(22)

23

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menghitung rata-rata menggunakan rumus menurut sudjana (2013, hlm. 109) sebagai berikut.

∑ x

x = n

Keterangan:

x : Nilai rata-rata

∑ x : Total nilai yang diperoleh siswa

n : Jumlah siswa atau banyak data

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus menurut Aqib, dkk (2011, hlm. 41)

∑ siswa yang tuntas belajar

p

=

X 100%

∑ siswa

Tabel 3.1 Kategori Skala Nilai

Nilai Kategori

91≤A≤100 Sangat Baik

76≤B≤90 Baik

56≤C≤75 Cukup

41≤D≤55 Kurang

0≤E≤40 Sangat Kurang


(23)

24

Mauluddin, 2015

b. Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi siswa, lembar observasi guru dan catatan lapangan. Perkembangan aspek afektif dan psikomotor siswa dapat dilihat dari hasil. Adapun temuan-temuan yang muncul atau ditemukan pada saat pembelajaran berlangsung akan dianalisis dan dijadikan acuan sebagai rencana perbaikan pembelajaran (refleksi) pada siklus berikutnya. Sehingga, proses pembelajaran akan terlihat semakin membaik dan menuju sempurna. Adapun temuan-temuan negatif yang ditemukan pada siklus I tidak akan di temukan pada siklus II dan jika ada ditemukan maka akan menjadi refleksi kembali pada siklus berikutnya.

Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu : data reduction, data display, dan conclusion.

a. Reduksi Data(Data Reduction)

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti : merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.Reduksi data bisa dibantu dengan alat elektronik seperti : komputer , dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Dengan reduksi , maka peneliti merangkum, mengambil data yang penting, membuat kategorisasi, berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Data yang tidak penting dibuang.

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah mendisplaykan data.Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk : uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Miles dan


(24)

25

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Huberman (1984) menyatakan : “the most frequent form of display data for

qualitative research data in the pas has been narative tex” artinya : yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja).Fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis sehingga apa yang ditemukan saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola-pola tersebut menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing/verification) Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi


(25)

26

Mauluddin, 2015

atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

A. Jadwal Penelitian

Rencana dan waktu yang digunakan untukmenyelesaikan penelitian ini selama 4 bulan, mulai dari bulan februari dan berakhir pada bulan mei.

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Tahun 2015

februari Maret April Mei 1 Persiapan

2 Pelaksanaan penelitian 3 Evaluasi Kegiatan 4 Penulisan Laporan


(26)

64

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian, analisis, refleksi dan pembahasan mengenai penerapan model cooperative learning tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika pada materi operasi hitung, maka dikemukakan simpulan dan rekomendasi terkai penelitian ini.

A. Simpulan

Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model

cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Matematika. Berdasrkan hasil penelitian yang yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model model cooperative

learning tipe jigsaw dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat. Pada siklus I masih banyak kendala yang muncul pada saat pembelajaran. Peneliti juga merasa pembelajaran masih kurang efektif dan optimal. Berdasarkan pengalaman pada siklus I, maka peneliti melakukan refleksi agar pembelajaran pada siklus II dapat berjalan dengan optimal. Secara keseluruhan proses pembelajaran siklus I dan siklus II, masih ada kekurangan. Karena peneliti belum berpengalaman dalam mengajar sehingga kewalahan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Namun dengan usaha perbaikan yang dilakukan terihat perkembangan proses pembelajaran pada siklus II. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti membuat rencana perbaikan yang matang ketika menemukan berbagai temuan yang muncul pada tiap siklus agar tidak ditemukan lagi temuan-temuan yang sama pada pembelajaran selanjutnya.

2. Hasil belajar siswa setelah diterapkannya model cooperative learning tipe

jigsaw mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai siswa

pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa 73,68 dan meningkat pada siklus II yaitu diperoleh nilai rata-rata siswa 86,66 dengan KKM 65. Pada siklus I terdapat 11 orang siswa yang tuntas dan 8


(27)

65

Mauluddin, 2015

orang siswa yang belum tuntas. Pada siklus dua terdapat 17 siswa yang tuntas dan 1 siswa yang belum tuntas. Ketuntasan belajar siklus I adalah 57,89% dan siklus II adalah 94,44%. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan di atas, maka beberapa saran diberikan sebagai berikut.

1. Bagi guru, ketika menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya membuat peraturan-peraturan yang harus dipatuhi bersama agar pembelajaran dapat dikelola dan dikondisikan serta menyusun kembali pembagian kelompok agar guru dapat dengan mudah memperhatikan setiap kejadian yang berlangsung di dalam kelas.

2. Bagi guru ketika menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw dalam pembelajaran matematika, guru harus memberikan layanan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah dan menghampiri setiap siswa untuk melihat kesulitan yang di alami siswa dan lebih memperhatikan dan memotivasi siswa yang masih takut atau masih malu-malu untuk bertanya dan guru juga harus membimbing siswa yang masih mengalami kesulitan di tiap-tiap kelompok. Dan memotivasi siswa-siswa yang sudah bisa agar mau membantu temannya yang masih mengalami kesulitan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar melanjutkan dan mengembangkan model cooperative learning tipe jigsaw melalui pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan dan peneliti dapat menggunakan penelitian ini sebagai pendahuluan sehingga dapat dilanjutkan kepada penelitian yang lebih luas, mendalam dan terukur, serta berkesinambungan. Sehingga hasilnya dapat terukur. Penelitian ini dapat ditindak lanjuti untuk mata pelajaran Matematika pada pokok bahasan yang lain.


(28)

66

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Aqib, Z. Dkk. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Clark. (1981). Pengertian Definisi Hasil Belajar. Tersedia Pada

http://aadsanjaya.blogspot.

Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.

Hopkins, D. (2011). Panduan Guru Penelitin Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Herman, Tatang, dkk. (2009). Pendidikan Matematika I. Bandung: UPI Press. Lie, Anita. (2007).Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Miles, Mathew B. Michael Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis. Tersedia Pada https://bkpemula.wordpress.com/2011/12/04/model-model-analisis-data-kualitatif/.

Muchtar A.Karim, dkk. (1996). Pendidikan Matematika I.Malang:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mutadi, (2007), Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Slavin. (1994). Model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigswa. Bandung: Nusa

Media.

Slavin, Robert. (2008). Cooperative Learning, Teori, Riset Dan Praktik. Bandung:Nusamedia.

Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, Nana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT


(29)

67

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd

Sudjana, Nana. (2004).Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, dan R&D. Bandug: Alfabeta.

Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmawati, D. (2013). Penerapan Model Concept Sentence untuk meningkatkan

hasil belajar menulis karangan narasi siswa kelas IV sokolah dasar negeri 2 cibodas kabupaten bandung barat . (skripsi). Program Studi PGSD Bumi

Siliwangi FIP, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Suyanto. (1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Depdikbut-Proyek Pendikdikan Tenaga Akademik-BP3GSD.

Suyitno, Amin, (2006). Model-model Pembelajaran dan Penerapannya. Semarang: UNNES.

Van de Walle, J. A. (2006). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah.


(1)

Huberman (1984) menyatakan : “the most frequent form of display data for

qualitative research data in the pas has been narative tex” artinya : yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja).Fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis sehingga apa yang ditemukan saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola-pola tersebut menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing/verification)

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi


(2)

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

A. Jadwal Penelitian

Rencana dan waktu yang digunakan untukmenyelesaikan penelitian ini selama 4 bulan, mulai dari bulan februari dan berakhir pada bulan mei.

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Tahun 2015

februari Maret April Mei 1 Persiapan

2 Pelaksanaan penelitian 3 Evaluasi Kegiatan 4 Penulisan Laporan


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian, analisis, refleksi dan pembahasan mengenai penerapan model cooperative learning tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika pada materi operasi hitung, maka dikemukakan simpulan dan rekomendasi terkai penelitian ini.

A. Simpulan

Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model

cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Matematika. Berdasrkan hasil penelitian yang yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model model cooperative

learning tipe jigsaw dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat. Pada siklus I masih banyak kendala yang muncul pada saat pembelajaran. Peneliti juga merasa pembelajaran masih kurang efektif dan optimal. Berdasarkan pengalaman pada siklus I, maka peneliti melakukan refleksi agar pembelajaran pada siklus II dapat berjalan dengan optimal. Secara keseluruhan proses pembelajaran siklus I dan siklus II, masih ada kekurangan. Karena peneliti belum berpengalaman dalam mengajar sehingga kewalahan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Namun dengan usaha perbaikan yang dilakukan terihat perkembangan proses pembelajaran pada siklus II. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti membuat rencana perbaikan yang matang ketika menemukan berbagai temuan yang muncul pada tiap siklus agar tidak ditemukan lagi temuan-temuan yang sama pada pembelajaran selanjutnya.

2. Hasil belajar siswa setelah diterapkannya model cooperative learning tipe

jigsaw mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai siswa

pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa 73,68 dan meningkat pada siklus II yaitu diperoleh nilai rata-rata siswa 86,66 dengan KKM 65. Pada siklus I terdapat 11 orang siswa yang tuntas dan 8


(4)

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang siswa yang belum tuntas. Pada siklus dua terdapat 17 siswa yang tuntas dan 1 siswa yang belum tuntas. Ketuntasan belajar siklus I adalah 57,89% dan siklus II adalah 94,44%. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan di atas, maka beberapa saran diberikan sebagai berikut.

1. Bagi guru, ketika menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya membuat peraturan-peraturan yang harus dipatuhi bersama agar pembelajaran dapat dikelola dan dikondisikan serta menyusun kembali pembagian kelompok agar guru dapat dengan mudah memperhatikan setiap kejadian yang berlangsung di dalam kelas.

2. Bagi guru ketika menerapkan model cooperative learning tipe jigsaw dalam pembelajaran matematika, guru harus memberikan layanan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah dan menghampiri setiap siswa untuk melihat kesulitan yang di alami siswa dan lebih memperhatikan dan memotivasi siswa yang masih takut atau masih malu-malu untuk bertanya dan guru juga harus membimbing siswa yang masih mengalami kesulitan di tiap-tiap kelompok. Dan memotivasi siswa-siswa yang sudah bisa agar mau membantu temannya yang masih mengalami kesulitan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar melanjutkan dan mengembangkan model cooperative learning tipe jigsaw melalui pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan dan peneliti dapat menggunakan penelitian ini sebagai pendahuluan sehingga dapat dilanjutkan kepada penelitian yang lebih luas, mendalam dan terukur, serta berkesinambungan. Sehingga hasilnya dapat terukur. Penelitian ini dapat ditindak lanjuti untuk mata pelajaran Matematika pada pokok bahasan yang lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Aqib, Z. Dkk. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Clark. (1981). Pengertian Definisi Hasil Belajar. Tersedia Pada

http://aadsanjaya.blogspot.

Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.

Hopkins, D. (2011). Panduan Guru Penelitin Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Herman, Tatang, dkk. (2009). Pendidikan Matematika I. Bandung: UPI Press. Lie, Anita. (2007).Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Miles, Mathew B. Michael Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis. Tersedia Pada https://bkpemula.wordpress.com/2011/12/04/model-model-analisis-data-kualitatif/.

Muchtar A.Karim, dkk. (1996). Pendidikan Matematika I.Malang:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Muslich, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mutadi, (2007), Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Slavin. (1994). Model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigswa. Bandung: Nusa

Media.

Slavin, Robert. (2008). Cooperative Learning, Teori, Riset Dan Praktik. Bandung:Nusamedia.

Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, Nana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT


(6)

Mauluddin, 2015

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Matematika Di Sd Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudjana, Nana. (2004).Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, dan R&D. Bandug: Alfabeta.

Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmawati, D. (2013). Penerapan Model Concept Sentence untuk meningkatkan

hasil belajar menulis karangan narasi siswa kelas IV sokolah dasar negeri 2 cibodas kabupaten bandung barat . (skripsi). Program Studi PGSD Bumi

Siliwangi FIP, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Suyanto. (1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Depdikbut-Proyek Pendikdikan Tenaga Akademik-BP3GSD.

Suyitno, Amin, (2006). Model-model Pembelajaran dan Penerapannya. Semarang: UNNES.

Van de Walle, J. A. (2006). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Penerapan Metode Cooperative Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Mengenal Sistem Pemerintahan Pusat Di Mi Al-Mujahidin Kota Tangerang

3 24 115

Penerapan Metode Cooperative Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Mengenal Sistem Pemerintahan Pusat di MI Al-Mujahidin Kota Tangerang

3 30 115

Efektivitas penerapan strategi pembelajaran cooperatif tipe jigsaw learning pada bidang studi aqidah akhlak di MTs Ibnu Hajar

1 38 92

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 NOTOHARJO

0 15 79

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DISKUSI SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG.

0 4 36

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA.

0 1 36

PENINGKATAN PARTISIPASI AKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS V SD NEGERI 1 PEDES.

0 1 157

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TIPE JIGSAW DI PERGURUAN TINGGI

0 0 9