MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN CLAY : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di RA Nurul Falah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

ANAK USIA DINI

MELALUI BERMAIN CLAY

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di RA Nurul Falah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun oleh: LILIS FATIMAH

(1010078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI

MELALUI BERMAIN CLAY

Oleh Lilis Fatimah

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Guru

Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

©Lilis Fatimah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang –undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, diphoto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari


(3)

(4)

ABSTRAK

Bermain Clay Sebagai Alat Pembelajaran Untuk Membantu Meningkatkan kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini

(Penelitian tindakan kelas Pada kelompok B di Raudhatul Athfal Nurul Falah Cangkuang Kabupaten Bandung )

Lilis Fatimah 1010078

Semangat, antusias anak -anak dalam mengikuti pembelajaran masih kurang, dan kemampuan motorik halus anak masih rendah. Melalui penelitian tindakan kelas diterapkan kegiatan bermain clay untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. pertanyaan peneliti adalah:(1) Bagaimana kondisi awal kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah,(2) bagaimana penerapan proses penerapan bermain clay agar dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran kelompok B di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah, (3) bagai mana kondisi akhir kemampuan motorik halus anak setelah diterapkan bermain clay dalam kegiatan peambelajaran kelompok B di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Cangkuang. Hasil penelitian menunjukan jumlah anak yang mengalami peningkatan kemampuan motorik halus yang signifikan. Setelah tiga siklus (3) kali pertemuan jumlah anak yang mengalami peningkatan dalam kemampuan motorik halus 5 kali lipat dari semua indikator yang telah ditetapkan, dibandingkan pada kondisi awal peningkatannya hanya sedikit. Walaupun masih ada anak yang belum berkembang sesuai harapan di beberapa indikator dan bermain clay membuat anak bersemangat dan antusias ketika terjadinya proses pembelajaan. Berdasalkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui bermain clay dalam pembelajaran di Raudhatul Athfal Nurul Falah Cangkuang membutuhkan waktu lebih dari tiga hari dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran dan baik diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.


(5)

ABSTRACT

Playing clay is as a learning tool to help increasing soft movement capability of carly age child.

(class act research toward B group at Raudhatul Athfal Nurul Falah Cangkuang Bandung Regence)

Lilis Fatimah 1010078.

Spirit and enthusiasm of children on folling the learning is decreasing, and the soft movement capability is too low. So that on this class act, research used the activity of playing clay to increase the soft movement child capability at Raudhatul Athfal, (2) how to use the proses of playing clay to increase the soft movement child capability in learning of B group at Raudhatul Athfal (RA) nurul Falah,(3) how is end condition of soft movement child capability after using to play clay in the activity learning of B group at Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Cangkuang. The result of research shows that few children indicate the increasing of soft movement capability which is significant after using 3 cycle of meeting, few children indicate the increasing on soft movement capability 5 times from all indicators which are preseribed compared with the first condition which is low.

Although there are still children which are not yet improving as i hope in few indicator and playing clay has made a strong spirit and enthusiasm for children while the learning process are happened. Based on the reason above i can conclude that the effort to increase the soft movement child capability on learning of playing clay at Raudhatul Athfal Nurul Falah Cangkuang needs more than three days to do in learning activity, and it is good to be used in learning activity.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ……….. UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ………. DAFTAR TABEL ... DAFTAR GRAFIK ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ………. A. Latar Belakang ………... B. Rumusan Masalah ………... C. Tujuan Penelitian ………... D. Manfaat Penelitian ………... E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi ... BAB II KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN BERMAIN CLAY ... A. Konsep Perkembangan Motorik ………...

1. Pengertian Kemampuan Motorik ……….… 2. Lingkup Perkembangan Motorik .………... 3. Prinsip Perkembangan Motorik ... 4. Pengaruh Dan Fungsi Motorik ... 5. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik ... B. Konsep Perkembangan Motorik Halus ... 1. Pengertian Motorik Halus ... 2. Perkembangan Motorik Halus ...

i ii iii iv v viii ix x 1 1 4 4 5 6 7 7 7 7 8 10 12 13 13 14


(7)

3. Tahap Perkembangan Motorik Halus ... 4. Pengembangan Motorik Halus ... C. Konsep Bermain Clay ... 1. Pengertian Bermain ... 2. Pengertian Clay ... 3. Macam – macam Clay ... 4. Manfaat Bermain Clay ... 5. Alat dan Bahan Bermain Clay ... 6. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Bermain Clay . BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian ... 2. Subjek Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Metode Penelitian ……... D. Penjelasan Istilah ... 1. Motorik Halus ... 2. Bermain Clay ... E. Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 1. Tehnik Pengumpulan Data ... 2. Instrumen Penelitian ... F. Asumsi ...

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN ………... A. Hasil Penelitian ………...

1. Kondisi Awal Kemampuan Motorik Halus Kelompok B RA

Nurul Falah ... 2. Penerapan Bermain Clay Dalam Meningkatkan Kemampuan

15 20 21 21 21 22 23 25 25 26 26 26 26 27 30 34 34 34 35 35 36 41 42 42 42


(8)

Motorik Halus Anak Kelompok B RA Nurul Falah Cangkuang.... 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus anak Setelah

Digunakannya Media Clay ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ...

1. Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Halus anak Sebelum

Dilaksanakannya Kegiatan Bermain Clay ... 2. Penerapan Pelaksanaan Bermain Clay Dalam Meningkatkan

Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B RA Nurul Falah ... 3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B RA

Nurul Falah Seteleh Pelaksanaan Penggunaan Bermain Clay ...

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI………...

A. Kesimpulan ………... B. Rekomendasi ………... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

45

68 70

70

71

72 75 75 76


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan. Untuk membantu pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohani, agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/ 2003 Pasal I Butir 14).

Taman kanak-kanak/RA merupakan sekolah formal yang pertama, setelah pendidikan dilingkungan keluarga, di mana diantara keduanya mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai keterkaitan atau hubungan antara keduanya yang menunjang satu sama lainnya,untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri anak, yaitu membantu anak meletakkan dasar kearah pengembangan sikap pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak dalam menyesuaikan diri dengan dengan lingkungannya untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya ,Pedoman Raudhatul Athfal (Departemen Agama, Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam :2005:6).

Pada masa-masa usia ini anak mengalami peningkatan perkembangan dan kecerdasan yang sangat pesat dan mulai sensitif menerima berbagai upaya untuk mengembangkan seluruh potensi pada anak sehingga dibutuhkan rangsangan atau stimulasi yang tepat untuk membantu anak tersebut dalam mengembangkan semua potensinya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya ,Pedoman Raudhatul Athfal (Departemen Agama, Direktorat Jendral kelembagaan Agama Islam : 2005:16-17).


(10)

2

Setiap anak mempunyai keunikan sehingga tidak bisa disamakan kemampuannya, antara satu anak dengan yang lainnya, mereka mempunyai tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Guru dituntut untuk bisa membedakan perbedaan itu, sehingga dibutuhkan bekal yang cukup untuk menghadapinya. Banyak permasalahan yang ditemukan didalam menghadapi anak-anak tersebut baik dari segi kemampuannya, salah satunya adalah dalam Aspek perkembangan motorik halusnya.

Decaprio R (2013:21) menjelaskan sementara itu pembelajaran motorik halus disekolah ialah pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otak kecil serta koordinasi antara mata dan tangan. Saraf motorik halus bisa dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang dilakukan secara rutin dan terus menerus, salah satunya dengan bermain clay. Dalam bermain clay dapat dikembangkan beberapa aspek perkembangan yang dibutuhkan oleh anak sesuai dengan kebutuhan,minat dan perkembangan anak.

Decaprio R (2013:23) mengungkapkan bahwa dewasa ini, setiap lembaga pendidikan dituntut menekankan pembelajaran motorik bagi para siswa. Pasalnya, pembelajaran motorik sangat berkaitan erat dengan perkembangan kehidupan mereka di sekolah, maupun di luar sekolah . Berdasarkan hasil observasi di RA Kelompok B Nurul Falah masih banyak dijumpai permasalahan tentang rendahnya kemampuan motorik halus anak. Hal ini terutama yang berhubungan dengan olah tangan atau keterampilan seperti: meniru garis bervariasi, menulis huruf, menggambar, menggunting dsb, sehingga dibutuhkan penanganan khusus yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran motorik yang di dilakukan guru masih belum optimal dan tidak bervariasi sehingga pembelajaran kurang menarik bagi anak.

Menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional ( PERMEN DIKNAS NO:58:2009:9) memaparkan bahwa standar tingkat pencapaian perkembangan


(11)

3

anak berdasarkan kelompok usia tahap 4-6 tahun kemampuan motorik halus yang diharapkan dicapai diantaranya adalah : menggambar sesuai gagasan, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai pola, menempel gambar dengan tepat, mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail.Tingkat pencapai perkembangan motorik halus yang diharapkan dicapai oleh anak berdasarkan kelompok usia yang dikemukakan diatas berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran, sebagian besar anak kelompok B Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Cangkuang belum tercapai dan masih rendah sehingga dibutuhkan stimulasi yang tepat.

Berdasarkan hasil refleksi awal melalui diskusi dengan teman sejawat disepakati bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan Motorik Halusnya anak RA Kelompok B adalah melalui bermainan clay, karena dengan bermain clay dapat dikembangkan beberapa aspek perkembangan kemampuan motik halus, seperti yang telah diungkapkan di atas.

Bermain clay adalah salah satu alat yang digunakan anak untuk memenuhi kebutuhan naluri dengan menggunakan tanah liat yang bisa dibentuk sesuai dengan keinginan anak, mudah didapat dan tidak mahal. Dengan bermain clay dapat juga melatih kekuatan pergelangan dan jari tangan (http://sditbinamulyadepot.com/2013/02/cara-mudahmembuat-clay-yang-aman-bagi.html).

Ki Hajar Dewantara 1996 dalam Slamet Suyanto (2008, Rohaeni R : 2013: 27) menyatakan bahwa anak usia dini “ belajar paling baik dengan indria (indranya)”. Dengan menyentuh, meremas, memukul, atau memegang tanah liat, tanah lempung anak akan dapat membuat berbagai bentuk apapun yang sering dijumpainya, bahkan mereka dapat memanipulasinya berbagai bentuk yang di inginkannya. Menurut Sumantri (2005 : 144), Kegiatan motorik halus juga merupakan komponen yang mendukung pengembangan


(12)

4

yang lainnya seperti pengembangan kognitif, sosial dan emosional anak. Pengembangan kemampuan motorik yang benar dan bertahap akan mengembangkan kemampuan kognitif anak sehingga dapat terbentuk kemampuan kognitif yang optimal.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di Raudhatul Athfal Nurul Falah yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk meneliti secara langsung penerapan pembelajaran melalui bermain clay, sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan judul “ Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain

Clay

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang terdapat dalam latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal (RA) Kelompok B sebelum penerapan bermain clay.

2. Bagaimana penerapan bermain clay dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah.

3. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal setelah dilaksanakan kegiatan bermain clay.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Umum.

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengetahui upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah melalui bermain clay.

2. Khusus.

a. Mengetahui kondisi objektif kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah .


(13)

5

b. Mengetahui penerapan bermain clay untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah.

c. Mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah setelah dilakukannya kegiatan bermain clay.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis terhadap kemampuan motorik halus anak kelompok B di RA Raudhatul Athfal Nurul Falah melalui bermain clay.

1. Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai masukan pengetahuan yang dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu pendidikan anak usia dini, khususnya mengenai peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui bermain clay.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi Peneliti.

1) Mampu mengidentifikasikan kondisi objektif kemampuan motorik halus anak di Raudhatul Athfal Nurul Falah.

2) Menambah wawasan mengenai penerapan bermain clay di Raudhatul Athfal Nurul Falah.

b. Bagi Guru.

1) Memberikan masukan bagi guru dalam rangka meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui bermain clay. 2) Memberikan alternatif penerapan metode pembelajaran yang

menyenangkan bagi anak usia dini dalam meningkatkan kemampuan motorik halus.


(14)

6

c. Bagi Siswa.

1) Memberikan rangsangan pengalaman keterampilan pada anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini.

E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima BAB yang rangkuman pembahasannya sebagai berikut :

1. Bab I. Pendahuluan.

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian.

2. Bab II. Landasan Teori.

Bab ini membahas mengenai konsep perkembangan motorik, konsep-konsep motorik halus, konsep bermain clay.

3. Bab III. Metodologi Penelitian.

Bab ini membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, tehnik pengumpulan data , instrumen penelitian dan asumsi.

4. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Bab ini membahas mengenai pembahasan dan penjabaran tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah yang didapat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis selama berada ditempat penelitian. 5. Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi.

Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti yang melakukan penelitian sejenis.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok B Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Kampung Jalupang Rt.01 Rw.03 Desa Bandasari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat.

Pendidikan dan tenaga kependidikan di RA Nurul Falah adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No Nama Pendidikan Jabatan

1. Aminudin Syarif,S.Pd S1 Kepala Sekolah 2. Sadiyah,S.Pd.I S1 Guru Kelas 3. Aas Nurasyiah,S.Pd S1 Guru Kelas 4. Lilis Fatimah,A.Ma D2 Guru Kelas 5. Epa Aryani SMA Guru Kelas

Sumber : Arsip RA Nurul Falah. 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik RA Nurul Falah kelas B yang berjumlah 21 orang yang terdiri dari anak perempuan sebanyak tujuh orang sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 14 orang. Adapun daftar peserta didik yang menjadi subjek dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :


(16)

27

Tabel 3.2

Daftar Peserta Didik Kelompok B RA Nurul Falah

No Nama Jenis Kelamin

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Ahmad F Dian Fitri A Rasya F Rendi Siti H Siti R Ardiansyah Dinda A Erik Maulana Pauzan A Mely M Muklis W M Arfo M Rendi M Rifa N M Rizki Ramdan M Recky B Suci R Sheeva Z Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perampuan

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas ( classroom action research ) model Kemmis dan Mc Toggart, adapun jenis

penelitian yang digunakan ialah jenis PTK Partisipan. Karena peneliti terlibat langsung melakukan penelitian atau proses penelitian sejak awal sampai dengan akhir penelitian berupa laporan. Peneliti membaur dengan subjek penelitian sesuai dengan penjelasan Paizaluddin dan Ermalinda. (2013:28), jadi peneliti sejak perencanaan penelitian senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, mengumpulkan data, menganalisa data serta melaporkan hasil penelitiannya dari awal sampai dengan akhir penelitian.


(17)

28

Desain penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc Taggart (Paizaludin & Ermalinda,2013 : 30) menyebutkan 4 komponen. Penelitian tindakan kelas dengan model siklus, yaitu perencanaan (planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Desain tersebut dapat dilihat dari gambar berikut:


(18)

29

Gambar 3.3

Siklus Kemmis dan Mc Taggart

(Dalam Paizaluddin dan Ermalinda 2013 : 30-31) Identifikasi

observsi Perencanaan I

Tindakan

Observasi

Tindakan Refleksi

Perencanaan II

Refleksi

Observasi Perencanaan III

Kesimpulan

Tindakan SIKLUS I

SIKLUS II


(19)

30

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang muncul dilapangan yaitu rendahnya kemampuan motorik halus anak RA Kelompok B Nurul Falah Kp.Jalupang Cangkuang, Bandung tahun ajaran 2013 – 2014. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak RA Kelompok B Nurul Falah yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru atau teman sejawat yang sebelumnya direncanakan dan dipilih tindakan apa yang sesuai dengan permasalahan yang muncul dilapangan dengan merencanakan dan memlih tindakan yang sesuai upaya peningkatan kemampuan motorik halus anak secara berkesinambungan diharapkan. Pengembangan pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik dan bervariasi dan kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah dapat dicapai dengan optimal.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) model kemmis dan MC Taggar, adapun jenis penelitiannya PTK Partisipan atau kolaborasi karena peneliti terlibat langsung melakukan proses penelitian sejak awal sampai akhir penelitian.

Sebuah penelitian tindakan kelas tidak terlepas dari prosedur penelitian yang digunakan sebagai awal tindakan prosedur penelitian tindakan kelas menurut (Muslihudin : 2009:50 Fatmawati : 2013 : 42).

“Penelitian tindakan bila secara berurutan dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yang diawali dengan revisi rencana rencana, tindakan, observasi, refleksi. Tahapan terus berulang sampai intervensi yang dilakukan dianggap berhasil atau menunjukkan terjadinya perubahan perilaku.”. Pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan, melibatkan sekolah dan peneliti yang nantinya secara kolaboratip menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam kelas melalui pembelajaran yang menggunakan clay melalui kolaborasi ini diharapkan dapat menemukan solusi serta melakukan tindakan secara langsung dengan memanfaatkan lingkungan dan media yang ada dengan tujuan meningkatkan kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah


(20)

31

kelompok B di Jalupang Desa Bandasari Kec. Cangkuang Bandung Tahun ajaran 2013 – 2014.

Prosedur penelitian bertujuan untuk memperoleh hasil dan proses penelitian yang tersusun dengan baik. Tahapan-tahapan yang harus digunakan untuk pencapaian hasil dalam kegiatan proses tersebut. Fatmawati A (2013 : 43-45)

diantaranya sbb :

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan awal ditemukannya permasalahan yang ada di lapangan sehingga diperlukan adanya sebuah penelitian. Identifikasi masalah ini lahir dari latar belakang masalah penelitian. Pada tahap pengidentifikasian masalah ini peneliti berusaha mengidentifikasi permasalahan yang ada pada objek peneliti. Adapun tehnik yang digunakan oleh peneliti dalam proses ini adalah observasi langsung ke RA Nurul Falah kelompok B yang ada di Cangkuang Bandung yang dijadikan penelitian. Hal yang menjadi fokus observasi adalah kemampuan motorik halus anak yang ada di RA Nurul Falah kelompok B Cangkuang Bandung serta proses pembelajarannya.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tindak lanjut dari identifikasi masalah yang dilakukan sebelumnya. Tahapan pengumpulan data ini difokuskan kepada kemampuan motorik halus serta proses pembelajaran data yang dikumpulkan oleh peneliti meliputi bagaimana guru mengajar masalah motorik halus anak. Sumber belajar yang digunakan dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak sehingga memperoleh gambaran tentang masalah yang terdapat di lapangan.

3. Penyusunan Rencana Tindakan

Tahapan penyusunan rencana adalah proses penyusunan strategi yang akan dilakukan dalam menindaklanjuti permasalahan yang di dalam proses belajar mengajar. Dengan tindakan yang tepat dan matang akan


(21)

32

akan menghasilkan proses dan tujuan yang terfokus serta hipotesis penelitian yang mempunyai keabsahan. Penyusunan rencana sebagai langkah memperbaiki proses pembelajaran serta kegiatan tersebut memperoleh hasil yaitu peningkatan perkembangan motorik halus anak. Kegiatan menjadi lebih efektif dan mencapai sasaran yang diharapkan. 4. Proses Pelaksanaan Tindakan

Tahap dari proses pelaksanaan tindakan kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah dikelompok B, dilaksanakan setelah mengetahui fokus permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, dan guru, teman yang membantu dalam proses pembelajaran yang dilakukan peneliti. Peneliti dab guru melaksanakan tindakan melalui aktivitas bermain dengan menggunakan clay. Pelaksanaan tindakan ini sebagai salah satu tindakan untuk menstimulasi. Kemampuan perkembangan motorik halus anak yang dilakukan dalam beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan-tindakan, pengamatan refleksi. Kemudian diikuti dengan perencanaan ulang atau revisi terhadap pelaksanaan sebelumnya. Untuk melaksanakan kerencana selanjutnya. Setiap siklus dikatakan berhasil apabila ada peningkatan kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah kelompok B di Kampung Jalupang Ds. Bandasari Kec. Cangkuang Kab. Bandung.

Adapun penjelasan yang lebih lanjut dari pelaksanaan tindakan pada setiap siklus antara lain sebagai berikut :

a. Perencanaan / Planning

1. Membuat skenario pembelajaran dengan membuat perencanaan tertulis untuk kegiatan pembelajaran yang berupa Satuan Kegiatan Harian (SKH) untuk beberapa siklus. Adapun perencanaan untuk masing-masing siklus diantaranya :

Siklus I : Miniatur Petani.

Siklus II : Miniatur Buah-buahan. Siklus III : Miniatur Kendaraan.


(22)

33

2. Mempersiapkan media untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran berupa clay (tanah liat) untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah kelompok B. 3. Mempersiapkan instrument, merekam, memotret serta

menganalisis data dari hasil proses pelaksanaan.

4. Membuat pedoman, observasi untuk mengamati proses dan hasil tindakan yang akan dilakukan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan dengan perencanaan yang dirancang atau dibuat sebelumnya dan dilaksanakan dengan situasi yang kondusif dan tertata. Proses pelaksanaan peneliti dilakukan dengan kegiatan bermain melalui media tanah liat (clay) dalam meningkatkan kemampuan, motorik halus anak di RA Nurul Falah kelompok B Kp. Jalupang, Ds. Bandasari Kec. Cangkuang Kabupaten Bandung.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan kegiatan mengamati yang dilakukan soleh pengamat ketika proses berlangsung. Tahap pengamatan dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu kepada instrument, penelitian dan berfungsi untuk mengukur dan mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana kegiatan tindakan yang telah dibuat sebelumnya, proses pengamatan bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui pelaksanaan, tindakan yang sedang berlangsung mulai dari siklus I, siklus II dan siklus berikutnya yang dapat menghasilkan perubahan yang diharapkan oleh peneliti.

d. Refleksi

Proses refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi yang diperoleh dari proses penelitian. Kegiatan refleksi dilaksanakan oleh peneliti-peneliti sebagai guru dan teman sejawat untuk mendiskusikan hasil dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Pada


(23)

34

tahap refleksi dilakukan analisis data mengenai proses masalah dan hambatan yang ditentukan dilapangan dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan yang memberikan peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu pelaksanaan peneliti tindakan kelas pada umumnya pelaksanaan proses refleksi dilakukan kurang lebih 6 jam perhari selama 5 hari artinya begitu selesai observasi atau pengamatan harus langsung diadakan proses refleksi untuk menentukan tindakan selanjutnya.

D. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Motorik Halus

Motorik halus adalah gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot jari tangan, pergelangan tangan, dan lain-lain. Gerakan motorik halus terutama yang melibatkan otot tangan dan jari tangan bisanya membutuhkan kecepatan tinggi, ketekunan dan koordinasi antara mata dan otot kecil. Beberapa gerakan yang dapat dimasukan ke dalam gerakan motorik halus misalnya : melipat, meronce, menjahit, meremas, menggemgam, menyusun balok dan lain sebagainya (Suyanto : 2005 : 51).

Kemampuan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari kemampuan umum memotong dan menempel dan kemampuan menggunakan peralatan grafik yang dikhususkan pada kemampuan meremas, memilin, mencetak, memotong dan menempel (Couglin, 2000 : 31 : konstelnik), 1993 : 321).

2. Bermain Clay

Bermain adalah suatu kegiatan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan, kepuasan bagi diri seseorang (piager), diharapkan melalui bermain dapat memberi kesenangan, kesempatan anak berekplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan berkreasi dan belajar secara menyenangkan, selain itu melalui bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri dengan siapa ia hidup, serta lingkungan


(24)

35

tempat hidup. Bermain merupakan kebutuhan bagi anak, melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan. Agustin dan Wahyudin (Rod : 17).

Yang dimaksud bermain dalam penelitian ini adalah aktivitas/ bermain dengan menggunakan clay berupa tanah liat atau bahan yang liat yang bisa dibentuk, dibuat sendiri, bisa diwarnai serta aman bagi anak.

Dalam bermain clay dalam penelitian ini terdiri dari bahan adonan (clay) gunting plastik, pisau plastik, cetakan.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data. Selama penelitian berlangsung yang diambil melalui berbagai cara untuk mengetahui jenis data yang diteliti. Jenis data yang dikumpulkan dan akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau ketidak berhasilan tindakan.

Adapun beberapa alat pengumpulan data (APD) yang dapat dipakai oleh peneliti pada penelitian ini antara lain :

a. Observasi (pengamatan)

Observasi atau pengamatan yang dimaksud yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan guru untuk mendapat informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak. Pengamatan teknik yang digunakan Wahyudin, Agustin (2012 : 59) teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik terstruktur, Sugiono (2007 : 167) dalam Fatmawati (2013 : 49) mengemukakan bahwa observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang diamati, serta kapan dan dimana tempatnya. Format penilaian yang dirancang menggunakan alat observasi berbentuk rating scale.

Observasi yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang mendalam tentang kemampuan motorik halus anak. Observasi dilakukan oleh peneliti sebelum pada saat penelitian dan sesudah


(25)

36

diterapkan kegiatan bermain dengan clay (tanah liat) guna menstimulasi kemampuan motorik halus anak.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Studi dokumentasi digunakan karena dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pokok penelitian berupa proses dan hasil yang dicapai dari penerapan kegiatan belajar melalui kegiatan bermain clay umtuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006 : 136), instrumen penelitian memiliki pengertian sebagai berikut, yakni :

“ Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya pada saat penelitian lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan format observasi dengan jenis rating scale, yakni memiliki tingkatan dalam penilaiannya, antara lain terdapat tiga tingkatan yaitu : (1) belum dapat melakukan sendiri, (2) melakukan dengan bantuan, (3) mampu melakukan sendiri.

Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini secara rinci akan dijabarkan sebagai berikut (Margono, 2002 : 157).

a. Menganalisa Variabel Penelitian

Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi sub variabel/ dimensi, indikator serta item pernyataan dengan rincian dan jelas sehingga dapat diukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti. Pembuatan indikator dalam hal ini indikator kemampuan


(26)

37

motorik halus, peneliti menggunakan teori konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah seperti dalam CRL, DAP dan teori lainnya. b. Menetapkan Jenis Instrumen

Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data di lapangan, atau dengan kata lain instrumen tersebut digunakan untuk mengukur variabel, sub variabel atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk rating scale, dan studi dokumentasi terhadap penerapan bermain clay untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. c. Menyusun Kisi-kisi Instrumen

Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, sub variabel, indikator, butir item, teknik pengumpulan data dan sumber data.

Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus No Variabel Indikator Butir

Item Teknik Pengumpulan Data Sumber Data 1 Kemampuan

motorik halus

Meremas 1,2 Observasi, studi dokumentasi

Anak

Memilin 3,4 Observasi, studi dokumentasi

Anak

Mencetak 5,6,7 Observasi, studi dokumentasi

Anak

Membentuk 8 Observasi, studi dokumentasi

Anak


(27)

38

studi dokumentasi Memotong 11 Observasi,

studi dokumentasi

Anak

Menempel 12 Observasi, studi dokumentasi

Anak

2 Bermain Clay

Perencanaan 1,2 Observasi, studi dokumentasi

Guru

Pelaksanaan 3,4,5,6, 7, 8,9, 10,11, 12,13,14 Observasi, studi dokumentasi Guru

Penilaian Observasi, studi dokumentasi

Guru

d. Membuat Instrumen penelitian

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya, peneliti kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item atau pernyataan yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk rating scale.

Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5 Pedoman Observasi

No Indikator Kategori

1 2 3

1 Anak dapat meremas kertas, platisin dan tanah liat dengan satu tangan

2 Anak dapat meremas kertas, platisin dan tanah liat dengan dua tangan

3 Anak dapat memilin platisin dan tanah liat dengan satu tangan.


(28)

39

liat dengan dua tangan.

5 Anak dapat mencetak platisin dan tanah liat dengan menggunakan alat cetakan. 6 Anak dapat mencetak platisin dan tanah

liat dengan menggunakan cetakan jari, tangan.

7 Anak dapat membentuk platisin dan tanah liat sesuai dengan keinginannya. 8 Anak dapt menggunting lurus kertas,

kain dan tanah liat menjadi potongan kecil.

9 Anak dapat menggunting lengkung platisin dan tanah liat dengan menggunakan pisau.

10 Anak dapat menggunting lengkung kertas, kain menjadi potongan kecil. 11 Anak dapat memotong platisin dan

tanah liat menjadi potongan kecil dengan menggunakan pisau plastik 12 Anak dapat menempel suatu bagian

kertas, kain atau hiasan.

Sumber (Coughlin, 2000 : 31, dalam Fatmawati :2013) Keterangan :

1. Belum Berkembang (BB) 2. Mulai Berkembang (MB)

3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

Tabel 3.6

Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Bermain Clay

No Indikator/ Aspek Pelaksanaan

Ya Tidak

1 Membuat rencana kegiatan harian (RKH)

2 Membuat rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan RKH 3 Mengatur tempat duduk anak sesuai

dengan aktivitas yang akan dilakukan 4

Mengajak anak bernyanyi dan bermain tepuk tangan bersama-sama dikaitkan dengan tema dan subtema


(29)

40

peraga dan sumber belajar terkait tema dan subtema

6

Mengadakan aktivitas tanya jawab, bercakap-cakap, ilustrasi kasus atau bercerita mengenai tema dan subtema

7

Menginformasikan aktivitas yang akan dilakukan oleh anak baik secara

individual ataupun kelompok pada tahap pendalaman dan perluasan tema dan subtema

8 Mengatur tugas yang akan dikerjakan anak

9

Membingbing anak bermain, bekerja dan berkarya baik secara individu maupun kelompok melalui bermain Clay

10 Meminta anak untuk mengumpulkan hasil karyanya

11 Meminta anak untuk menilai hasil karyanya dan karya temannya

12 Memotivasi anak untuk berkaya lebih baik

13 Mengadakan tanya jawab tentang aktivitas belajar yang telah dilakukan 14

Membimbing anak untuk

menyimpulkan materi yang telah dipelajari

15 Melakukan observasi terhadap pencapaian kompetensi anak

16 Menilai pencapaian kompetensi anak

e. Judgment Instrumen

Langkah selanjutnya peneliti mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat dengan ahli, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli dibidang pendidikan anak usia dini. Judgment instrumen ini dilakukan untuk merevisi instrumen apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatannya, misalnya dengan membuang instrumen yang tidak perlu, mengganti item pertanyaan dalam masing-masing indikator, perbaikan isi atau redaksi dan lain sebagainya.


(30)

41

e. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984) dan pendekatan kuantitatif dengan perhitungan distribusi frekuensi, penjelasannya antara lain sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Reduksi data dimulai dari pembuatan rangkuman dari setiap data dengan tujuan agar mudah dipahami.

2. Pendeskripsian Data

Beberapa macam data penelitian tindakan kelas yang telah direduksi perlu dideskripsikan dengan tertata rapi berupa narasi dan grafik.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada akhir siklus satu kesimpulan terevisi. F. Asumsi

1. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata, tangan. Ricard Decaprio (2013).

2. Kemampuan motorik halus menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan Kinestetik tubuh. Moleong (2004:34) dalam buku Wahyudin dan Agustin. 3. Salah satu manfaat bermain clay adalah membantu meningkatkan

kemampuan motorik halus anak. Clay Blogspot.com/2013/02/ manfaat_dari_kamilfun-clay.html)


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan.

Secara umum kesimpulan dari penelitian ini membuktikan bahwa melalui penerapan bermain clay meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul Falah Kp. Jalupang Kecamatan Cangkuang, selama dilakukannya observasi ketika proses pembelajaran berlangsung kemampuan motorik halus anak meningkat dibanding sebelum diterapkan bermain clay. Kemampuan motorik halus kelompok B RA Nurul Falah dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul Falah sebelum dilaksanakannya bermain clay berada pada tingkat rendah dan belum berkembang optimal, terlihat dari sebagian besar yang belum bisa menggerakkan tangan dan jari tangan dalam melaksanakan kegiatan yang memerlukan kelenturan dan kekuatan otot kecil yaitu jari tangan. Keterampilan motorik halus halus anak yang memerlukan kelenturan otot jari tangan yang belum terangsang dan memerlukan stimulus yang diantaranya: kemampuan dalam meremas, memilin, mencetak, membentuk, menggunting, memotong, menempel.

2. Proses penerapan bermain clay dalam kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul Falah Kp. Jalupang Kecamatan Cangkuang tergolong baik dan sebagian besar berkembang sesuai harapan yang dilaksanakan dalam III siklus, disiklus I dan II belum banyak mengalami perubahan baru disiklus III mengalami peningkatan yang cukup signifikan.


(32)

76

Tahap pelaksanaan disetiap siklus sama mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap refleksi. berdasarkan hasil observasi siklus I sampai III Kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul Falah hampir semua mengalami peningkatan dalam setiap indikator yang telah ditetapkan diantaranya kemampuan meremas, memilin, mencetak, membentuk, menggunting, memotong, menempel.

3. Kondisi Akhir Kemampuan Motorik Halus Kelompok B RA Nurul Falah Kp Jalupang Setelah Pelaksanaan Bermain Clay.

Kondisi akhir kemampuan motorik halus setelah pelaksanaan bermain clay pada siklus III berada pada peningkatan yang signifikan tapi bermain dengan clay juga mempunyai kelemahan diantaranya: kurangnya alat alat yang tersedia, guru kurang menguasai keadaan dikarenakan bermain clay merupakan hal baru dan peneliti juga kurang memperhatikan kemampuan perkembangan yang lainnya dikarenakan perhatiannya terfokus pada kegiatan bermain clay. Kemampuan motorik halus kelompok B RA Nurul Falah Kp Jalupang setelah bermain clay sebagian besar mengalami peningkatan signifikan dari 12 indikator yang ditetapkan dan diobservasi sudah tidak ada lagi anak yang belum berkembang, anak yang mulai berkembang menurun menjadi 11% karena anak yang berkembang sesuai harapan meningkat pesat menjadi 89%.

A. Rekomendasi.

Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Guru RA

a. Menjadikan bermain clay sebagai sebagai salah satu alternatif kegiatan pembelajaran terutama untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.


(33)

77

b. Guru diharapkan untuk menggali pengetahuan mengenai berbagai model keterampilan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui berbagai pelatihan supaya kegiatan pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton dan membosankan. 2. Bagi lembaga pendidik anak usia dini.

a. Memberikan kesempatan kepada guru untuk menentukan strategi pembelajaran apa yang tepat dalam meningkatkan kemampuan motorik halus.

b. Menjadikan bermain clay sebagai salah satu alat pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2010) Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia Dini .Buku Materi PAUD Penerbit Universitas Terbuka.

Bahan Ajar Pendidikan, Pelatihan Profesi Guru (2008). Pengembangan Profesi Guru TK. Tim Penyusun Naskah Guru TK,PGTK.UPI.

Blog,Kamifun Clay (2011)Manfaat Membentuk (online) Tersedia : http://melyhabox blogspot.com (26 Februari 2014).

Blog,Kreasita (2007)Macam–macamClay, Tersedia :http ://Kreasita.blogspot.com (26 Februari 2014).

Decaprio, R. (2005). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik .Jogjakarta: Diva.Press (anggota IKAPI).

Fatmawati, A. (2013) Implementasi Playdogh Dalam Menstimulasi Kemampuan Motorik Halus. Skripsi Sekolah Sarjana Pendidikan,Universitas Pendidikan Indonesia

Mulyasa. (2012) Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sumantri. (2005) . Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini Hurlock,E. (2002) Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan .Edisi Kelima,Jakarta : penerbit Erlangga.

Kanifun Clay. (2012) Manfaat bermain (online) Tersedia : http : //melyhabox blogspot .com (26 Februari 2014)


(35)

Undang –Undang Sistim Pendidikan.(2009) Kumpulan Perundangan Sebagai Bahan Kajian dan Pedoman .Sekolah Tinggi Perguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP ) Siliwangi Bandung.

Paizaluddin, Ermalinda. (2013) Penelitian Tindakan Kelas .Bandung: penerbit Alfabeta.

Pedoman RA. (2005). Pelaksanaan Kurikulum Raudhatul Athfal. Departemen Agama,tidak diterbitkan.

Rohaeni., R. (2013) Peningkatan Kemampuan Kreativitas Anak Taman Kanak-kanak Melalui Pemanfaatan Media Tanah Lempung .Skripsi Sarjana Pendikan Unipersitas Pendidikan Indonesia.

Yusuf, S. (2005) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Yundha, Rudiyanto .(2004) Pembelajaran Koorperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK.

Wahyudin , Agustin .(2011:35) Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini . Bandung PT Repika Aditama.


(1)

41

e. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984) dan pendekatan kuantitatif dengan perhitungan distribusi frekuensi, penjelasannya antara lain sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Reduksi data dimulai dari pembuatan rangkuman dari setiap data dengan tujuan agar mudah dipahami.

2. Pendeskripsian Data

Beberapa macam data penelitian tindakan kelas yang telah direduksi perlu dideskripsikan dengan tertata rapi berupa narasi dan grafik.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada akhir siklus satu kesimpulan terevisi.

F. Asumsi

1. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata, tangan. Ricard Decaprio (2013).

2. Kemampuan motorik halus menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan Kinestetik tubuh. Moleong (2004:34) dalam buku Wahyudin dan Agustin.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan.

Secara umum kesimpulan dari penelitian ini membuktikan bahwa melalui penerapan bermain clay meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul Falah Kp. Jalupang Kecamatan Cangkuang, selama dilakukannya observasi ketika proses pembelajaran berlangsung kemampuan motorik halus anak meningkat dibanding sebelum diterapkan bermain clay. Kemampuan motorik halus kelompok B RA Nurul Falah dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul Falah sebelum dilaksanakannya bermain clay berada pada tingkat rendah dan belum berkembang optimal, terlihat dari sebagian besar yang belum bisa menggerakkan tangan dan jari tangan dalam melaksanakan kegiatan yang memerlukan kelenturan dan kekuatan otot kecil yaitu jari tangan. Keterampilan motorik halus halus anak yang memerlukan kelenturan otot jari tangan yang belum terangsang dan memerlukan stimulus yang diantaranya: kemampuan dalam meremas, memilin, mencetak, membentuk, menggunting, memotong, menempel.

2. Proses penerapan bermain clay dalam kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul Falah Kp. Jalupang Kecamatan Cangkuang tergolong baik dan sebagian besar berkembang sesuai harapan yang dilaksanakan dalam III siklus, disiklus I dan II belum banyak mengalami perubahan baru disiklus III mengalami peningkatan yang cukup signifikan.


(3)

76

Tahap pelaksanaan disetiap siklus sama mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap refleksi. berdasarkan hasil observasi siklus I sampai III Kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul Falah hampir semua mengalami peningkatan dalam setiap indikator yang telah ditetapkan diantaranya kemampuan meremas, memilin, mencetak, membentuk, menggunting, memotong, menempel.

3. Kondisi Akhir Kemampuan Motorik Halus Kelompok B RA Nurul Falah Kp Jalupang Setelah Pelaksanaan Bermain Clay.

Kondisi akhir kemampuan motorik halus setelah pelaksanaan bermain

clay pada siklus III berada pada peningkatan yang signifikan tapi bermain

dengan clay juga mempunyai kelemahan diantaranya: kurangnya alat alat yang tersedia, guru kurang menguasai keadaan dikarenakan bermain clay merupakan hal baru dan peneliti juga kurang memperhatikan kemampuan perkembangan yang lainnya dikarenakan perhatiannya terfokus pada kegiatan bermain clay. Kemampuan motorik halus kelompok B RA Nurul Falah Kp Jalupang setelah bermain clay sebagian besar mengalami peningkatan signifikan dari 12 indikator yang ditetapkan dan diobservasi sudah tidak ada lagi anak yang belum berkembang, anak yang mulai berkembang menurun menjadi 11% karena anak yang berkembang sesuai harapan meningkat pesat menjadi 89%.

A. Rekomendasi.

Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:


(4)

77

b. Guru diharapkan untuk menggali pengetahuan mengenai berbagai model keterampilan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui berbagai pelatihan supaya kegiatan pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton dan membosankan. 2. Bagi lembaga pendidik anak usia dini.

a. Memberikan kesempatan kepada guru untuk menentukan strategi pembelajaran apa yang tepat dalam meningkatkan kemampuan motorik halus.

b. Menjadikan bermain clay sebagai salah satu alat pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2010) Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia

Dini .Buku Materi PAUD Penerbit Universitas Terbuka.

Bahan Ajar Pendidikan, Pelatihan Profesi Guru (2008). Pengembangan Profesi

Guru TK. Tim Penyusun Naskah Guru TK,PGTK.UPI.

Blog,Kamifun Clay (2011)Manfaat Membentuk (online) Tersedia : http://melyhabox blogspot.com (26 Februari 2014).

Blog,Kreasita (2007)Macam–macamClay, Tersedia :http ://Kreasita.blogspot.com

(26 Februari 2014).

Decaprio, R. (2005). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik .Jogjakarta: Diva.Press (anggota IKAPI).

Fatmawati, A. (2013) Implementasi Playdogh Dalam Menstimulasi Kemampuan

Motorik Halus. Skripsi Sekolah Sarjana Pendidikan,Universitas Pendidikan

Indonesia

Mulyasa. (2012) Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sumantri. (2005) . Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini Hurlock,E. (2002) Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan .Edisi Kelima,Jakarta : penerbit Erlangga.

Kanifun Clay. (2012) Manfaat bermain (online) Tersedia : http : //melyhabox blogspot .com (26 Februari 2014)


(6)

Undang –Undang Sistim Pendidikan.(2009) Kumpulan Perundangan Sebagai

Bahan Kajian dan Pedoman .Sekolah Tinggi Perguruan dan Ilmu

Pendidikan (STKIP ) Siliwangi Bandung.

Paizaluddin, Ermalinda. (2013) Penelitian Tindakan Kelas .Bandung: penerbit Alfabeta.

Pedoman RA. (2005). Pelaksanaan Kurikulum Raudhatul Athfal. Departemen Agama,tidak diterbitkan.

Rohaeni., R. (2013) Peningkatan Kemampuan Kreativitas Anak Taman

Kanak-kanak Melalui Pemanfaatan Media Tanah Lempung .Skripsi Sarjana

Pendikan Unipersitas Pendidikan Indonesia.

Yusuf, S. (2005) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Yundha, Rudiyanto .(2004) Pembelajaran Koorperatif Untuk Meningkatkan

Keterampilan Anak TK.

Wahyudin , Agustin .(2011:35) Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini . Bandung PT Repika Aditama.


Dokumen yang terkait

MENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN CERIA KECAMATAN Meningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Finger Painting Pada Anak Kelompok Bermain Ceria Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2014 / 2015

0 2 16

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI SENI MEMBATIK KELOMPOK B Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Seni Membatik Kelompok B Di TK Masaran 1 Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014.

0 1 14

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI SENI MEMBATIK KELOMPOK B Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Seni Membatik Kelompok B Di TK Masaran 1 Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2013/2014.

0 1 13

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI TEKNIK MOZAIK (Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016).

1 10 36

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENJIPLAK.

0 4 41

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TAMAN KANAK - KANAK MELALUI BERMAIN LASY : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Mutya Agni Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung.

1 6 35

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CRAYON : Penelitian tindakan kelas pada kelompok b di ra al ihsan 1 kecamatan bungbulang kabupaten garut tahun ajaran 2013/2014.

0 3 38

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DINI ANAK KELOMPOK B MELALUI PERMAINAN POHON HURUF : Penelitian Tindakan Kelas di TK Nurhayati Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

0 3 37

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN MENCAP DENGAN KAOS KAKI : Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A RA Ikhlashul A’mal Kebon Kopi Pangalengan.

2 5 36

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MERONCE PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN MASJID SYUHADA.

2 14 169