MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI TEKNIK MOZAIK (Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016).

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mempengaruhi gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Oleh

Farah Rizkita Putri

1101434

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

(Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016)

Oleh

Farah Rizkita Putri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mempengaruhi gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

FARAH RIZKITA PUTRI 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan motorik menjadi salah satu perhatian penting. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh manusia melalui susunan saraf, otot, otak dan spinal cord. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang menjadi setir gerakan apa yang akan anak akan lakukan. Semakin matangnya perkembangan motorik anak maka system saraf otak yang akan mengatur otot yang berpotensi sebagai cara berkembangnya kemampuan anak. Perkembangan motorik dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus.

Motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan koordinasi antara mata, tangan, lengan dan tubuh lain secara bersamaan yang dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan latihan. Motorik halus dapat distimulasi melalui cara menyusun balok, bermain pasir, mengancingkan baju, mengumpulkan benda, menggunting, mewarnai, menarik garis, menempel dan lain-lain. Pengembangan motorik halus sebagai salah satu penunjang untuk kelangsungan hidup anak di masa yang akan datang yaitu kegiatan menulis. (Seba dan Gatot, 2013, hlm 31)

Pengembangan motorik halus anak jika diberikan stimulasi dengan baik maka akan menghasilkan keterampilan yang akan menjadi kebanggan lebih untuk dirinya sendiri. Sebagaimana yang diungkap oleh Sujiono (2005;7) bahwa seornag anak yang mempunyai kemampuan motorik halus yang baik akan mempunyai rasa percaya diri yang besar. Lingkungan teman-temannya pun akan menerimanya dengan baik. Oleh sebab itu, sebaiknya pendidik dan orang tua dapat melihat kesempatan pada usia emas anak yaitu dengan memulai mempelajari berbagai jenis kegiatan dengan dibantu dengan teknik atau metode penunjang yang berhubungan dengan motorik halus anak.


(5)

Kemampuan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda tingkatannya setiap individu. Anak usia empat tahun bisa dengan mudah menarik garis vertikal sementara yang lainnya akan bisa mungkin setelah menginjak usia selanjutnya. Sebaiknya peran guru dan orang tua mengetahui permasalahan dan tindakan apa yang harus diberikan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

Mengacu pada fenomena yang terjadi di lapangan, maka peneliti melakukan pengamatan di RA Nurul Huda. Hasil pengamatan pada kegiatan awal bahwa anak kelompok A pada kesiapan anak 4 dari 10 murid kelas A tersebut memiliki masalah pada perkembangan motorik halus. Berdasarkan observasi tersebut ditemukan indikasi pada pembelajaran keterampilan motorik halus, yaitu belum tercapainya koordinasi gerakan motorik halus dalam hal kegiatan meletakan/memegang suatu objek dengan mengunakan jari tangan, mengkoordinasi gerakan mata dengan tangan, anak kurang terampil memfungsikan otot-otot kecil dalm menggerakan jari dan kedua tangannya, anak kurang terampil dalam mengkoordinasikan kecepatan tangan dan mata, dan anak kurang terampil megendalikan emosi dalam pembelajaran motorik halus. Ini dibuktikan pada anak kelompok A dengan beberapa hambatan, diantaranya anak kurang terampil dalam memegang pensil, tidak ada keseimbangan otot tangan sehingga memerlukan waktu agak sedikit lama untuk membentuk goresan atau tulisan, terlalu kuat dalam menggerakan pensil sehingga tulisan yang dihasilkan terlalu tandas, dan mengakibatan kertas menjadi berlubang dan tidak beraturan dalam menulis, mewarnai atau menggambar.

Penyebab dari permasalahan yang terjadi dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, diantaranya kesiapan pendidik dalam pengembangan pengayaan materi keterampilan motorik halus. Sarana dan prasarana yang mendukung untuk pengembangan keterampilan motorik halus. Penyediaan media atau sumber belajar untuk pengembangan keterampilan motorik


(6)

Teknik atau metode kurang bervariatif karena mungkin hanya sebagian guru mengikuti workshop yang diselenggarakan oleh pihak kedinasan.

Permasalahan lain yaitu, kurang terkoordinasi komunikasi antara guru dengan orang tua, misalnya anak di sekolah terbiasa melakukan kegiatan mandiri tetapi jika di rumah masih sering dibantu oleh orang tua atau pengasuh, kurang terciptanya ruang untuk anak berekplorasi pada anak, kurang konsisten untuk memberikan stimulus atau rangsangan belajar, guru masih menerapkan pembelajaran yang konvensional seperti, guru masih menggunakan lembar kerja siswa untuk mengembangkan motorik halus anak. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara untuk mengetahui kondisi perkembangan motorik halus pada guru kelompok A bahwa kegiatan meningkatkan keterampilan motorik halus anak hanya dilakukan sekali saja dan tidak terjadi pengulangan atau melibatkan beberapa kegiatan yang dapat dikolaborasikan.

Berbagai macam teknik yang sekarang telah ditemukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak, salah satunya dengan menggunakan teknik mozaik. Pengembangan keterampilan motorik halus biasanya terkait dengan kegiatan karya seni. Berkarya seni secara tidak langsung sangat membantu pendidikan melalui penerapan metode pembelajaran. Anak akan lebih mudah belajar tentang sesuatu bila melalui seni karena kegiatan seni pada anak seperti halnya sedang bermain, sehingga dalam proses pembelajaran pun akan berlangsung dengan menyenangkan.

Kegiatan kreasi seni rupa anak berupa kegiatan menggambar, melukis, mencetak dan juga anak dapat melakukan kreasi seni sesuai dengan cara menempelkan jenis bahan tertentu disuatu bidang. Sesuai dengan jenis dan bentuk bahan yang ditempelkan kreasi seni rupa dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu mozaik, montase dan kolase. Sebagai mana menurut Evan Sukardi (2008, hlm. 5.2) Pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan kreasi seni kolase, mozaik dan montase merupakan hal yang sangat penting bagi seorang guru taman kanak-kanak,


(7)

karena proses keterampilan kolase, mozaik dan montase bagi anak usia taman kanak-kanak merupakan kegiatan bermain sekaligus berkreasi seni dalam kegiatan anak.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih luas permasalahan yang dialami anak-anak kelas A di RA Nurul Huda diatas dengan penelitian yang berjudul “Meningkatkan keterampilan motorik halus melalui teknik mozaik (Penelitian tindakan kelas di RA Nurul Huda Bandung tahun ajaran 2015-2016).”

B. Rumusan Masalah (Pertanyaan Penelitian)

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah teknik mozaik dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak di kelas A RA Nurul Huda?”

Permasalahan di atas secara rinci dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi obyektif keterampilan motorik halus kelas A di RA Huda Tahun ajaran 2015-2016 sebelum diterapkan teknik mozaik?

2. Bagaimana penerapan teknik mozaik kelas A di RA Nurul Huda Tahun ajaran 2015-2016?

3. Bagaimana peningkatkan keterampilan motorik halus setelah penerapan teknik mozaik pada anak kelas A di RA Nurul Huda Tahun ajaran 2015-2016?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keterampilan motorik halus anak meningkat setelah diterapkan teknik mozaik di kelas A RA Nurul Huda.


(8)

a. Untuk mengetahui kondisi obyektif keterampilan motorik halus anak di RA Nurul Huda sebelum dilakukan teknik mozaik

b. Untuk mengetahui penerapan teknik mozaik di kelas A RA Nurul Huda

c. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus setelah penerapan teknik mozaik

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, peningkatan mutu pendidikan serta untuk penelitian-penelitian lebih lanjut. Adapun secara sepesifik manfaat yang diharapkan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dalam peningkatan keterampilan motorik halus anak melalui teknik mozaik sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan motorik anak.

2. Manfaat praktis a. Untuk Anak

1) Untuk membantu memberikan stimulus yang akan melatih perkembangan motorik halus anak

2) Untuk mengenalkan teknik mozaik sehingga dapat mempengauh keterampilan motorik halus anak

b. Untuk Guru

1) Untuk memberikan kesempatan kepada pendidik cara alternatif untuk pengembangan keterampilan motorik halus

2) Untuk bahan pertimbangan pengembangan materi ajar menggunakan teknik mozaik

c. Untuk pihak sekolah

1) Untuk memberikan pengetahuan baru pada lembaga menggunakan teknik mozaik yang dapat melatih keterampilan motorik halus pada anak


(9)

2) Untuk memberikan ide kreatif dan inovatif yang dapat merangsang keterampilan motorik halus untuk mempelajari teknik mozaik

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan, merupakan bab perkenalan penelitian, terdiri dari:

a. Latar Belakang Penelitian b. Rumusan Masalah Penelitian c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

e. Sruktur Organisasi Skripsi

2. Bab II Kajian Pustaka, berisikan berbagai konsep, teori, maupun penelitian terdahulu mengenai beberapa hal terkait dengan penelitian, diantaranya: a. Tinjauan Motorik Halus

b. Tinjauan Teknik Mozaik c. Penelitian yang relevan

3. Bab III Metode Penelitian, membahas mengenai metodelogi penelitian secara lebih terperinci, yaitu:

a. Desain Penelitian

b. Definisi Operasional Variabel c. Instrumen Penelitian

d. Prosedur Penelitian e. Analisis Data

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari: a. Subjek Penelitian

b. Hasil Penelitian

5. Bab V Kesimpulan dan Saran, memaparkan penafsiran hasil penelitian dengan subbab:

a. Simpulan b. Rekomendasi


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Raudatul Athfal Nurul Huda yang beralamat di Sarijadi Kecamatan Sukasari Koata Bandung. Subjek penelitian ini yaitu peserta didik kelompok A, yang berusia 4-5 tahun, pada tahun ajaran 2015/2016, yang berjumlah 10 orang.

B. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalaah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Model penelitian tindakan kelas ini menggunakan model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Targart. Adapun model PTK dimaksud menggambarkan empat langkah yang disajikan dalam bagan berikut ini:

SIKLUS

PENELITIAN TINDAKAN

Sumber: Arikunto,2010, hlm. 137

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi


(11)

Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke empat, lalu kembali kesatu dan seterusnya, meskipun sifatnya berbeda, langkah kedua dan ketiga dilakukan secara bersamaan jika pelaksanaan dan pengamatan berbeda. Secara utuh menurut Arikunto (2010, hlm.138) mengemukakakan bahwa tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti digambarkan dalam bagan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Tahap 1 : Menyusun rencana tindakan dan dikenal dengan perencanaan yaitu menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan

2. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan didalam kancah, yaitu mengenalkan tindakan dikelas. 3. Tahap 3 : Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh

pengamat.

4. Tahap 4 : Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan apa yang telah terjadi.

Penelitian tindakan kelas ini, setiap siklus dinyatakan berhasil apabila ada peningkatan keterampilan motorik halus melalui teknik mozaik. Peneliti merencanakan 3 siklus dan 2 tindakan pada setiap siklusnya. Adapun kriteria keberhasilan siklus dihentikan apabila telah mencapai minimal 70-75% pada kriteria berkembang sangat baik. Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Siklus 1

a. Perencanaan

1) Merumuskan masalah yang timbul dengan guru kelas

2) Merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan dengan guru kelas

3) Merumuskan rancangan kegiatan pembelajaran dengan guru sesuai tema, yaitu meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun melalui teknik mozaik di RA Nurul Huda


(12)

b. Pelaksanaan

Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan pencatatan lapangan dan dokumentasi berupa foto kegiatan dan hasil karya anak

c. Refleksi menganalisis dan merefleksi hasil pembelajaran atau tindakan yang dilakukan pada siklus I. Data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan didiskusikan kembali dengan guru, bertujuan untuk mengetahui kekurangan atau apa yang seharusnya diperbaiki pada tindakan di siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

1) Merancang kembali kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan refleksi terhadap siklus 1.

2) Merumuskan rancangan kegiatan pembelajaran dengan guru sesuai tema aitu meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun melalui teknik mozaik d RA Nurul Huda. b. Pelaksanaan

Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan pencatatan lapangan dengan foto kegiatan dan hasil karya anak. c. Refleksi

Menganalisis dan merefleksi hasil pembelajaran atau tindakan pada siklus II. Analisis dilakukan setelah pelaksanaan tindakan, untuk memperoleh gambaran atas pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian dijadikan acuan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

3. Siklus III a. Perencanaan

1) Merancang kembal kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan refleksi terhadap siklus II.


(13)

2) Merumuskan rancangan kegiatan pembelajaran dengan guru sesuai tema, yaitu meningkatkan keterampilan motorik halus usia 4-5 tahun melalui teknik mozaik di RA Nurul Huda.

b. Pelaksanaan

Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan pencatatan lapangan dan dokumentasi berupa foto kegiatan dan foto hasil karya anak.

c. Refleksi

Menganalisis dan merefleksi hasil pembelajaran atau tindakan yang telah dilakukan pada siklus III. Analisis data dilakukan setelah pelaksanaan tindakan, untuk memperoleh gambaran atas pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian dijadikan perencanaan tindakan pada siklus selanjutnya

Silus tersebut akan terus berulang sampai penelti mencapai hasil peningkatan pembelajaran yang signifikan dan optimal dengan mengadakan perbaikan pada setiap siklusnya.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan.Tindakan tersebut dilakukan oleh guru, oleh guru bersama-sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik di bawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. (Mulyasa, 2012, hlm. 11)

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Penelitian, yaitu menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk


(14)

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan yaitu menunjukan pada suatu gerakan kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuam tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas yaitu pada pengertian kali ini tidak terikat pada spesifik ruang kelas. (Arikunto, dkk.2010 hlm.2-3)

Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan guru dalam proses pembelajaran, maka tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan yang direncanakan guru, diuji cobakan kepada siswa, kemudian dievaluasi untuk melihat apakah tindakan yang direncanakan oleh guru dapat memecahkan persoalan proses pembelajaran di kelas. Dengan seperti itu, guru akan lebih banyak memperoleh pengalaman tentang praktik pembelajaran secara efektif.

D. Penjelasan Istilah

1. Definisi keterampilan motorik halus

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis, menggambar, menggunting.

2. Definisi teknik mozaik

Pembutan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. Kepingan yang berbentuk potongan tersebut pada teknik mozaik kali ini menggunakan bahan dari kertas hvs dengan berbagai warna.


(15)

Tabel 3.1

Lingkup Pencapaian perkembangan motorik halus Lingkup pekembangan Tingkat pencapaian perkembangan

4 - >5 tahun

Motorik halus 1. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran 2. Menjiplak bentuk

3. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit

4. Melakukan gerakan yang manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media

5. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media.

Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no.58 tahun 2009 Tabel 3.2

Lingkup Pencapaian perkembangan motorik halus Lingkup pekembangan Tingkat pencapaian perkembangan

4 - >5 tahun

Motorik halus 1. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran 2. Menjiplak bentuk

3. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit

4. Melakukan gerakan yang manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media

5. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media.

6. Mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus (menjumput, mengelus, mencolek, mengepal, memelintir, memilin, memeras)


(16)

Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no.137 tahun 2014

Tabel 3.3

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini

Kompetensi dasar Indikator pencapaian perkembangan anak 4 - >5 tahun

1.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi dan gerakannya untuk pengembangan motorik kasar dan motorik halus 4.3Menggunakan

anggota tubuh untuk

pengembangan motorik kasar dan motorik halus

1. Melakukan berbagai kegiatan motorik kasar dan halus yang seimbang terkontol dan lincah

2. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu melakukan gerakan bergelayutan

3. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu melompat, meloncat, dan berlari secara

terkoordinasi

4. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak melempar sesuatu secara terarah

5. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu menangkap bola dengan tepat

6. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu melakukan gerakan antisipasi (missal:permainan bola lempar)

7. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu menendang bola secara terarah

8. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu memanfaatkan alat permainan di dalam dan di luar ruang

9. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu menggunakan anggota badan untuk melakukan gerakan halus yang terkontrol (misalnya: meronce).

Sumber: Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia No.146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia dini. E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam penelitian. Arikunto (2010, hlm.203) menyatakan bahwa:


(17)

“instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematik sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrument penelitian adalah angket, ceklist, pedoman wawancara, pedoman pengamatan. Ceklis sendiri memiliki wujud yang bermacam-macam.”

Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa penelitian di dalam menerapkan metode penelitian menggunakan instrument atau alat, agar data diperoleh lebih baik. Dalam hal ini peneliti perlu menyusun

sebuah rancangan penyusunan instrument yang dikenal dengan istilah “kisi

-kisi”. Menurut pengertiannya kisi-kisi instrumen adalah sebuah tabel yang menunjukan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi penyusunan instrument menunjukan kaitan antara variable yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan diambil, metode yang digunakan dan instrument yang disusun. (Arikunto, 2010, hlm.205)

Adapun kisi-kisi instrument yang disusun oleh peneliti mengacu pada tahap keterampilan motorik halus anak melalui teknik mozaik menurut Dinas Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan dikembangkan oleh penulis sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no.58 tahun 2009 dan disesuaikan dengan indikator perkembangan anak usia dini Pemendikbud kurikulum 2013 PAUD.


(18)

Tabel 3.4

Kisi- kisi instrument penelitian

Keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun

No Variabel Dimensi

indikator Pernyataan

Teknik pengumpulan

data

Sumber data

1.

Keterampilan motorik halus

Menulis 1. Anak mampu memegang pensil dengan meletakan diantara ibu jari dan telunjuk 2. Anak mampu mencoret-coret berpola. 3. Anak mampu membuat garis lengkung. 4. Anak mampu membuat garis horizontal 5. Anak mampu membuat garis vertikal 6. Anak mampu membuat garis diagonal 7. Anak mampu membuat huruf yang disukai

anak

8. Anak mampu membuat pola lingkaran.

Observasi,

dokumentasi Anak

Menggunting 1. Anak mampu menggerakan gunting (ibu jari ke lubang gunting bawah dan jari telunjuk ke lubang gunting atas) 2. Anak mampu menggunting

3. Anak mampu menggunting kertas pola garis lurus

4. Anak mampu menggunting kertas pola zigzag

Observasi, dokumentasi


(19)

5. Anak mampu menggunting kertas pola diagonal

6. Anak mampu menggunting kertas pola lingkaran

7. Anak mampu menggunting kertas pola persegi

Menggambar 1. Anak mampu menggambar bebas

2. Anak mampu menggambar menggunakan pensil warna

3. Anak mampu mewarnai menggunakan crayon

4. Anak mampu mewarnai menggunakan cat air

5. Anak mampu menggambar menggunakan pensil

Observasi, dokumentasi

Anak

Penerapan teknik mozaik

1. Perencanaan  Guru memberitahukan kepada peserta didik tema yang akan digunakan.  Guru memperlihatkan contoh mozaik

yang sudah jadi.

 Guru mendemonstrasikan cara untuk membuat mozaik.

Observasi, dokumentasi

Anak

2. Pelaksanaan  Guru memberikan arahan dan tata tertib selama membuat teknik mozaik.  Guru membagikan alat dan bahan yang

Observasi, dokumentasi


(20)

digunakan untuk membuat mozaik  Guru memberikan bimbingan dan bantuan

pada tahap demi tahap dalam membuat mozaik.

 Guru memberikan motivasi dan stimulus agar anak selalu bersikap positif dan sabar selama proses mengerjakan mozaik. 3. Penilaian  Menilai proses pembelajaran

 Menilai unjuk kerja dan kreativitas anak  Pemberian tugas sebagai pelaksanaan

kegiatan

Observasi, dokumentasi dan hasil karya

Anak


(21)

F. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena dalam penelitian tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian ini tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.

Data yang dikumpulkan oleh peneliti menggunakan tes dan observasi yang dilakukan oleh peneliti berkolaborasi antara peneliti dengan guru kelas, kepala sekolah dan peserta didik. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, diantaranya:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan menurut Nana Syaodih (2013, hlm.220) merupakan teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Menurut Nasution (dalam Sugiono, 2013, hlm.310) menyatakan bahwa:

“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan

hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat di observasi

dengan jelas.”

Observasi dapat dilakukan dengan dua cara (Arikunto, 2010, hlm.200) yang digunakan untuk menyebutkan jenis observasi, yaitu:

a. Observasi non-sistematis, yaitu yang dilakukan oleh pengamat, dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.


(22)

b. Observasi sistematis, yaitu dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan.

Tabel 3.5

Lembar Observasi Keterampilan Motorik Halus melalui teknik mozaik Nama :

Usia : Kelompok :

No. Pernyataan Penilaian

BM MB BSH BSB

(Guru)

………

Tabel 3.6

Lembar Observasi Keterampilan Motorik Halus melalui teknik mozaik Nama Guru :

Usia :

No. Indikator Penilaian

B C K

(Peneliti)


(23)

Keterangan kriteria:

BB: Belum berkembang (anak tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)

MB: Mulai berkembang (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)

BSH: Berkembang sesuai harapan (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran tanpa bantuan guru)

BSB Berkembang sangangat baik (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran melebihi harapan dan tanpa bantuan guru).

2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Esterberg (dalam Sugiono, 2013, hlm.319) mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana pihak wawancara diminta untuk memberikan pendapat dan ide-idenya.

Pelaksanaan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Dalam penelitian tindakan kelas ini wawancara akan dilakukan kepada kepala sekolah dan guru untuk mengetahui sejauh mana keterampilan motorik halus yang dilakukan di Raudatul Athfal Nurul Huda. Berikut dibawah ini merupakan instrument pedoman wawancara kepala sekolah:


(24)

Tabel 3.7

Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

No Aspek yang ditanyakan Hasil wawancara 1. Bagaimana program pembelajaran

yang telah dilaksanakan di Raudatul Athfal Nurul Huda selama ini dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembagan peserta didik? 2. Teknik apa saja yang digunakan

dalam pengembangan motorik halus Raudatul Athfal Nurul Huda ? 3. Upaya apa yang telah dilakukan

untuk guru-guru di Raudatul Athfal Nurul Huda dalam meningkatkan keterampilan motorik halus?

4. Apakah guru di Raudatul Athfal Nurul Huda pernah menggunakan teknik mozaik dalam upaya meningkatkan keterampilan motorik halus ?

5. Adakah hambatan yang dialami oleh guru-guru di Raudatul Athfal Nurul Huda dalam pengembangan kegiatan keterampilan motorik halus ?

6. Bagaimana cara guru mengevaluasi hasil pembelajaran peserta didik Raudatul Athfal Nurul Huda?

Tabel 3.8

Pedoman Wawancara Guru

No Aspek yang diwawancara Hasil wawancara 1. Dalam setiap pengembangan

kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh Ibu, Menurut Ibu aspek apa yang penting untuk menetapkan tujuan pembelajaran? apa alasannya?


(25)

lakukan dalam meningkatkan keterampilan motorik halus? khususnya menggunakan teknik mozaik

3. Media apa saja yang pernah ibu sajikan dalam meningkatkan keterampilan motorik halus khusunya menggunakan teknik mozaik? apakah disesuaikan dengan karakteristik dan prinsip belajar anak?

4. Menggunakan teknik dan media apa saja yang pernah diberikan?

5. Adakah kendala dan hambatan dalam penggunaan teknik dan media untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak?

6. Bagaimana cara Ibu mengalokasikan waktu agar sesuai dengan tujuan

pembelajaran “Meningkatkan

keterampilan motorik halus

menggunakan teknik mozaik?”

7. Melalui program yang telah dilaksanakan, sejauh mana tingkat perkembangan keterampilan motorik halus anak menggunakan teknik mozaik?

8. Menurut Ibu, aspek apa saja untuk evaluasi pembelajaran motorik halus anak menggunakan teknik mozaik?

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang terjadi selama proses kegiatan motorik halus menggunakan teknik mozaik. Dalam catatan lapangan seluruh aktifitas yang ditampilkan peserta didik ketika motorik halus menggunakan teknik mozaik. Catatan lapangan ini diharapkan menjadi data yang lengkap dalam


(26)

keterampilan motorik halus menggunakan teknik mozaik di RA Nurul Huda.

Tabel 3.9

Format Catatan lapangan Tempat Penelitian :

Tanggal Penelitian : Kegiatan yang diobservasi : Siklus : Hasil catatan lapangan 4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya menumental dari seseorang (Sugiyono, 2013, hlm.329). dokumentasi digunakan karena dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pokok penelitian berupa proses dan hasil yang dicapai dari pengembangan teknik mozaik untuk meningkatkan keterampilan motorik halus di RA Nurul Huda. Dokumentasi dilakukan terhadap data-data yang dimiliki oleh RA Nurul Huda dan dokumen-dokumen lain yang menunjang penelitian.

G. Analisis Data

Nasution (dalam Sugiono, 2013, hlm.334) menyatakan bahwa:

“Melakukan analaisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan

kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap penelitian harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.”

Menurut sugiono (2013, hlm.335) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sitematis, data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang


(27)

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang lain.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas kolaboratif ini akan memaparkan dua jenis data, menurut (Supardi, 2010, hlm.131) sebagai berikut:

a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik desktiptif misalnya mencari nilai rata-rata, persentase keberhasilan belajar dan lain-lain.

b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode pelajaran baru (efektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat dianalisis secara kualitatif.

Untuk menganalisis data agar lebih bermakna dan dapat dipahami, aka langkah analisis data pada penelitian ini digunakan model interaktif (Interactive Model Analisis) dari Milles dan Huberman. Menurut Matthew Milles and Michael Huberman (Hopkins, 2011, hlm.237) mendeskripsikan model interaktif analisis data sebagaimana berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data merujuk pada proses menyeleksi, memfokuskan, mensimplikasi, mengabstraksikan dan mentransformasikan data mentah yang muncul dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Ketika dilaksanakan pengumpulan data, ada episode-episode lanjutan untuk mereduksi data (meringkas, mengcoding, menelusuri tema, membuat cluster, membuat partisi dan menulis memo). Proses mereduksi data ini terus berlangsung hingga laporan selesai ditulis. Dalam


(28)

penelitian ini proses dirangkum melalui 4 kategori penilaian yaitu :

BB: Belum berkembang (anak tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)

MB: Mulai berkembang (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)

BSH: Berkembang sesuai harapan (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran tanpa bantuan guru)

BSB Berkembang sangat baik (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran melebihi harapan dan tanpa bantuan guru).

b. Tampilan data

Tahap ini sebagai penghimpunan informasi secara terorganisis yang memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dan melaksanakan tindakan. Melihat tampilan-tampilan data tersebut dapat membantu peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan melaksanakan analisis atau tindakan lebih jauh yang didasarkan pada pemahaman tersebut. Adapun dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan data deskripsi meliputi:

1. Siklus-siklus penelitian

Data dalam deskripsi ini disajikan secara kontekstual siklus-siklus yang dilakukan. Dengan demikian dalam pnelitian ini dapat terlihat lebih rinci data keseluruhan pada setiap siklus dan tahap disajikan dalam tabel dan juga grafik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengevaluasi setiap tindakan siklus.

2. Tabel, diagram dan grafik digunakan untuk penyajian data dan hasil observasi sehingga dapat memudahkan untuk melakukan refleksi

3. Hasil-hasil otentik dapat digunakan untuk memperoleh hasil otentik dengan adanya dokumentasi berupa foto kegiatan dan foto hasil karya.


(29)

c. Penarikan kesimpulan atau verivikasi

Tahap ketiga dalam analisis data adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari tahap awal pengumpulan data, peneliti mulai menelusuri data yang telah diperoleh, mencatat setiap tahapan perkembangan yang ada dilapangan, dengan menjaga kesimpulan ini tetap terbuka dengan dipaparkan melalui tampilan data yang didukung oleh siklus penelitian, tabel dan dokumentasi.

Untuk memperjelas menarik kesimpulasn mengenai Meningkatkan keterampilan motorik halus melalui teknik mozaik maka peneliti menghitung dengan rumus berikut:

P = K / N x 100% Keterangan: P = Persentase K = Jumlah Kategori


(30)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini mengungkapkan kesimpulan yang berkaitan dengan peningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini melalui teknik mozaik serta rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui teknik mozaik yang dilaksanakan pada RA Nurul Huda kelompok A dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keterampilan motorik halus pada anak kelompok A di RA Nurul Huda sebelum dilaksanakan teknik mozaik menunjukan bahwa anak-anak pada umumnya memiliki keterampilan motorik halus yang belum mencapai hasil signifikan. Dikatakan belum mencapai hasil yang signifikan, peneliti melakukan observasi di kelompok A, hasilnya anak kurang terampil mengkoordinasikan gerak mata dan tangan. Contohnya anak belum terampil untuk membentuk goresan sederhana misalnya membuat garis garis lengkung atau garis zig-zag, memegang pensil terlalu ditekan sehingga menyebabkan tulisan tidak terbaca atau kertas menjadi sobek.

2. Teknik yang diberikan pada anak untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada Siklus I, Siklus II dan Siklus III menggunakan teknik mozaik. Tahapan dalam pelaksanaan teknik mozaik diantaranya membuat sketsa gambar, membuat potongan kertas dan menempel potongan kertas pada sketsa gambar.

3. Keterampilan motorik halus anak di RA Nurul Huda yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus dengan dua tindakan persiklusnya. Indikator keterampilan motorik halus yang meliputi menulis, menggunting dan menggambar menunjukan peningkatan pada setiap siklus. Peningkatan penilaian terbesar terlihat pada


(31)

kategori BSB sebesar 17,5 %, pada Siklus II kategori BSB sebesar 48% dan menunjukan peningkatan yang signifikan pada Siklus III sebanyak 83%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti merekomendasikan hal-hal yang terkait dengan meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini melalui teknik mozaik sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, hendaknya menyediakan alat dan bahan yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran teknik mozaik. Hal ini bertujuan agar anak dapat mencapai tahapan perkembangan dengan terfasilitasi oleh penunjang media tersebut. 2. Bagi guru, pentingnya melakukan tukar pendapat mengenai

metode belajar yang dapat menyenangkan, teknik yang menunjang kegiatan proses pembelajaran mengenai teknik mozaik dan berbagai macam informasi mengenai ide dan kreativitas lainnya melalui forum atau teman sesama guru agar anak tidak bosan dengan pembelajaran yang konvensional.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan kajian lebih lanjut tentang upaya meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini terutama melalui teknik mozaik.


(32)

Daftar Pustaka

Arikunto, S, dkk. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Hopkins, David (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Indraswari, Lolita. (2011). PeningkatanPerkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-kanak Pembina Agama. Jurnal Pesona PAUD Volume 1 Nomor 1 tahun 2011

Kementerian Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

Kementerian Pendidikan Nasional. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.137 tahun 2014

Kementerian Pendidikan Nasional. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia dini.

Mulyasa. (2012). Manajemen paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muharrar & Verayanti. (2013). Kreasi Kolase, Montase, Mozaik

Sederhana. Bandung: Esensi

Nariasih, Ni wayan. (2014). Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Voulme 2 No 1 tahun 2014

Pamadhi, H dan Sukardi, E. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka

Seba & Gatot. (2013). Belajar Motorik. Bandung: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pasundan Cimahi


(33)

Seba & Gatot. (2013). Perkembangan Motorik. Bandung: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pasundan Cimahi

Soemarjadi, Muzni dan Wikdati. 1991. Pendidikan Keterampilan. Departemen Pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal pendidikan tinggi proyek pembinaan tenaga kependidikan Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

kualitatif dan r&d. Bandung: alfabeta bandung

Sujiono, B dkk. (2005). Metode pengembangan fisik. Jakarta: Unversitas terbuka

Sujiono, B dkk. (2008). Metode pengembangan fisik. Jakarta: Unversitas terbuka

Sumanto. (2005). Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Sumantri. (2005). Model Pengembangan keterampilan motorik anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

(2014).Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(34)

Hari/tanggal : Nama :

No Variabel Dimensi

indikator Pernyataan

Jumlah anak pada kategori B

B M B

B S H

B S B 1.

Keterampilan motorik halus

Menulis 1. Anak mampu memegang pensil dengan meletakan diantara ibu jari dan telunjuk

2. Anak mampu mencoret-coret berpola.

3. Anak mampu membuat garis lengkung.

4. Anak mampu membuat garis horizontal

5. Anak mampu membuat garis vertikal

6. Anak mampu membuat garis diagonal

7. Anak mampu membuat huruf yang disukai anak 8. Anak mampu membuat

pola lingkaran. Menggunting 1. Anak mampu

menggerakan gunting (ibu jari ke lubang gunting


(35)

lubang gunting atas) 2. Anak mampu

menggunting 3. Anak mampu

menggunting kertas pola garis lurus

4. Anak mampu

menggunting kertas pola zigzag

5. Anak mampu

menggunting kertas pola diagonal

6. Anak mampu

menggunting kertas pola lingkaran

7. Anak mampu

menggunting kertas pola persegi

Menggambar 1. Anak mampu menggambar bebas

2. Anak mampu menggambar menggunakan pensil warna

3. Anak mampu mewarnai menggunakan crayon 4. Anak mampu mewarnai

menggunakan cat air 5. Anak mampu menggambar


(36)

Keterangan :

BB: Belum berkembang (anak tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)

MB: Mulai berkembang (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)

BSH: Berkembang sesuai harapan (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran tanpa bantuan guru)

BSB Berkembang sangangat baik (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran melebihi harapan dan tanpa bantuan guru).


(1)

100

Farah Rizkita Putri, 2015

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI TEKNIK MOZAIK (Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kategori BSB sebesar 17,5 %, pada Siklus II kategori BSB sebesar 48% dan menunjukan peningkatan yang signifikan pada Siklus III sebanyak 83%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti merekomendasikan hal-hal yang terkait dengan meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini melalui teknik mozaik sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, hendaknya menyediakan alat dan bahan yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran teknik mozaik. Hal ini bertujuan agar anak dapat mencapai tahapan perkembangan dengan terfasilitasi oleh penunjang media tersebut. 2. Bagi guru, pentingnya melakukan tukar pendapat mengenai

metode belajar yang dapat menyenangkan, teknik yang menunjang kegiatan proses pembelajaran mengenai teknik mozaik dan berbagai macam informasi mengenai ide dan kreativitas lainnya melalui forum atau teman sesama guru agar anak tidak bosan dengan pembelajaran yang konvensional.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan kajian lebih lanjut tentang upaya meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini terutama melalui teknik mozaik.


(2)

101

Farah Rizkita Putri, 2015

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI TEKNIK MOZAIK (Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Arikunto, S, dkk. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Hopkins, David (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Indraswari, Lolita. (2011). PeningkatanPerkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-kanak Pembina Agama. Jurnal Pesona PAUD Volume 1 Nomor 1 tahun 2011

Kementerian Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

Kementerian Pendidikan Nasional. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.137 tahun 2014

Kementerian Pendidikan Nasional. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia dini.

Mulyasa. (2012). Manajemen paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muharrar & Verayanti. (2013). Kreasi Kolase, Montase, Mozaik

Sederhana. Bandung: Esensi

Nariasih, Ni wayan. (2014). Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Voulme 2 No 1 tahun 2014

Pamadhi, H dan Sukardi, E. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka

Seba & Gatot. (2013). Belajar Motorik. Bandung: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pasundan Cimahi


(3)

102

Farah Rizkita Putri, 2015

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI TEKNIK MOZAIK (Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seba & Gatot. (2013). Perkembangan Motorik. Bandung: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pasundan Cimahi

Soemarjadi, Muzni dan Wikdati. 1991. Pendidikan Keterampilan. Departemen Pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal pendidikan tinggi proyek pembinaan tenaga kependidikan Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

kualitatif dan r&d. Bandung: alfabeta bandung

Sujiono, B dkk. (2005). Metode pengembangan fisik. Jakarta: Unversitas terbuka

Sujiono, B dkk. (2008). Metode pengembangan fisik. Jakarta: Unversitas terbuka

Sumanto. (2005). Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Sumantri. (2005). Model Pengembangan keterampilan motorik anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

(2014).Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(4)

Farah Rizkita Putri, 2015

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI TEKNIK MOZAIK (Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen Daftar Ceklist Keterampilan Motorik Halus Hari/tanggal :

Nama :

No Variabel Dimensi

indikator Pernyataan

Jumlah anak pada kategori B B M B B S H B S B 1. Keterampilan motorik halus

Menulis 1. Anak mampu memegang pensil dengan meletakan diantara ibu jari dan telunjuk

2. Anak mampu mencoret-coret berpola.

3. Anak mampu membuat garis lengkung.

4. Anak mampu membuat garis horizontal

5. Anak mampu membuat garis vertikal

6. Anak mampu membuat garis diagonal

7. Anak mampu membuat huruf yang disukai anak 8. Anak mampu membuat

pola lingkaran. Menggunting 1. Anak mampu

menggerakan gunting (ibu jari ke lubang gunting bawah dan jari telunjuk ke


(5)

Farah Rizkita Putri, 2015

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI TEKNIK MOZAIK (Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu lubang gunting atas) 2. Anak mampu

menggunting 3. Anak mampu

menggunting kertas pola garis lurus

4. Anak mampu

menggunting kertas pola zigzag

5. Anak mampu

menggunting kertas pola diagonal

6. Anak mampu

menggunting kertas pola lingkaran

7. Anak mampu

menggunting kertas pola persegi

Menggambar 1. Anak mampu menggambar bebas

2. Anak mampu menggambar menggunakan pensil warna

3. Anak mampu mewarnai menggunakan crayon 4. Anak mampu mewarnai

menggunakan cat air 5. Anak mampu menggambar

menggunakan pensil


(6)

Farah Rizkita Putri, 2015

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI TEKNIK MOZAIK (Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :

BB: Belum berkembang (anak tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)

MB: Mulai berkembang (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)

BSH: Berkembang sesuai harapan (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran tanpa bantuan guru)

BSB Berkembang sangangat baik (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran melebihi harapan dan tanpa bantuan guru).


Dokumen yang terkait

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN MOZAIK DI PAUD AZHURA MEDAN T.A 2015/2016.

0 5 23

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DENGAN PERMAINAN FINGER PAINTING DI TK BUDI TAHUN AJARAN 2014-2015.

0 2 20

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP DI RA SUBULUL HUDA SAENTIS TAHUN AJARAN 2015/ 2016.

0 2 25

PENGARUH SENAM FANTASI TERHADAP KEMAMPUAN REGULASI EMOSI ANAK USIA 5-6 TAHUN: Penelitian Quasi Eksperimen di Kelompok B RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016.

0 4 51

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN LEGO BLOCK: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok A Pos PAUD Miana V Kota Bandung Tahun Pelajaran 2015-2016.

0 1 26

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK ASPEK MENULIS MELALUI MEDIA LILIN: Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B2 TK Kartika XVI-I Secapa AD Kab. Bandung Tahun Ajaran 2014 / 2015.

0 1 40

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN CLAY : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di RA Nurul Falah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

0 3 35

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA CRAYON : Penelitian tindakan kelas pada kelompok b di ra al ihsan 1 kecamatan bungbulang kabupaten garut tahun ajaran 2013/2014.

0 3 38

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN ARTIKEL PENELITIAN

0 1 13