PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI PELAKU USAHA TERHADAP KEBERHASILAN USAHA : Survey terhadap Para Pelaku Usaha Industri Kerajinan lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung.
No. Daftar: 320/UN40.7.D1/LT/2014
“
PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI PELAKU USAHATERHADAP KEBERHASILAN USAHA”
(Survey terhadap Para Pelaku Usaha Industri Kerajinan Lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen
Asti Nur Aryanti 1001244
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
“
PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI PELAKU USAHATERHADAP KEBERHASILAN USAHA”
(Survey terhadap Para Pelaku Usaha Industri Kerajinan Lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung)
Oleh: Asti Nur Aryanti
1001244
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Asti Nur Aryanti
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainya tanpa izin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI PELAKU USAHA TERHADAP KEBERHASILAN USAHA
(Survey terhadap Para Pelaku Usaha Industri Kerajinan Lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung)
ASTI NUR ARYANTI 1001244
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing
Rofi Rofaida, SP, M.Si NIP. 19730205 200501 2 003
Ketua Program Studi
Dr. Vanessa Gaffar, SE.Ak, MBA NIP. 19740307200212 2 001
(4)
ABSTRAK
Asti Nur Aryanti (1001244), “Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Pelaku Usaha Terhadap Keberhasilan Usaha (Survey terhadap Para Pelaku Usaha Industri Kerajinan Lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung). Di bawah bimbingan Rofi Rofaida, SP, M.Si
Industri kerajinan lukisan di Desa Jelekong merupakan industri kerajinan unggulan di Kabupaten Bandung. Namun, keunggulan industri lukisan ini belum mampu menunjukan keberhasilan usaha yang tinggi. Kondisi tersebut berkaitan dengan kompetensi dan motivasi yang dimiliki oleh para pelaku usahanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kompetensi, motivasi, dan keberhasilan usaha serta bagaimana pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap keberhasilan usaha pada Industri Kerajinan Lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif verifikatif dengan meneliti seluruh populasi dalam penelitian, yaitu 83 orang pelaku usaha lukisan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi berada pada tingkat sedang, motivasi berada pada tingkat tinggi dan keberhasilan usaha berada pada tingkat sedang. Dengan demikian dapat diketahui bahwa secara parsial, baik kompetensi ataupun motivasi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Sedangkan secara bersamaan (simultan) variabel kompetensi dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha dengan besaran pengaruh 9,4%. Hal ini berarti bahwa 91,6% dipengaruhi oleh faktor lain diluar dari variabel yang diteliti.
(5)
ABSTRACT
Asti Nur Aryanti (1001244), "The Influence of Competence and Motivation
toward Business Success (A Survey on Painting Craft Industry Enterpreneurs in Desa Jelekong Located in Bandung Regency)." Under the supervision of Rofi Rofaida, SP , M.Si
Painting Craft Industries in Desa Jelekong are popular craft industries in Bandung Regency. However, the existing Painting Craft Industries there have not been able to show a considerable business success. This condition is related with the competence and motivation of the entrepreneurs as the business owners.
The research aims to investigate the level of competence, motivation, and business success and examine the influence of competence and motivation toward business success in Desa Jelekong located in Bandung Regency. The method of the research is descriptive verificative which investigate the whole population taken as sample consisting of totally 83 painting craft industry entrepreneurs.
The result of the study shows that the level of competence is average, motivation is high and business success is average. Therefore, it is concluded that, partially, neither competence nor motivation has given an influence to the business success. On the other hand, competence and motivation simultaneously have given 9,4% significant and positive influence toward the business success. This means that the remaining 91,6% is influenced by another factors that are not involved in this research.
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Penelitian... Error! Bookmark not defined. 1.2 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. 1.5 Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Industri Kreatif ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Pengertian Industri Kreatif ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Subsektor Industri Kreatif ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Kewirausahaan ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Pengertian Kewirausahaan ... Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Karakteristik Kewirausahaan ... Error! Bookmark not defined. 2.2.3 Ciri dan Sikap Wirausaha ... Error! Bookmark not defined. 2.2.4 Modal Kewirausahaan ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Keberhasilan Usaha ... Error! Bookmark not defined. 2.3.1 Pengertian Keberhasilan Usaha ... Error! Bookmark not defined.
(7)
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan UsahaError! Bookmark not defined.
2.3.3 Faktor–Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan UsahaError! Bookmark not defined.
A. Faktor Penyebab Keberhasilan Usaha ... Error! Bookmark not defined. B. Faktor Penyebab Kegagalan Usaha ... Error! Bookmark not defined. 2.3.4 Indikator Keberhasilan Usaha... Error! Bookmark not defined. 2.4 Kompetensi ... Error! Bookmark not defined. 2.4.1 Definisi Kompetensi ... Error! Bookmark not defined. 2.4.2 Karakteristik Kompetensi ... Error! Bookmark not defined. 2.4.3 Indikator Kompetensi ... Error! Bookmark not defined. 2.4.4 Kompetensi Wirausaha ... Error! Bookmark not defined. 2.5 Motivasi ... Error! Bookmark not defined. 2.5.1 Definisi Motivasi ... Error! Bookmark not defined. 2.5.2 Teori Motivasi Mc.Clelland ... Error! Bookmark not defined. 2.5.3 Motif Kewirausahaan ... Error! Bookmark not defined. 2.6 Pengaruh Kompetensi Terhadap Keberhasilan UsahaError! Bookmark not defined. 2.7 Pengaruh Motivasi Terhadap Keberhasilan UsahaError! Bookmark not defined. 2.8 Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Terhadap Keberhasilan UsahaError! Bookmark not defined.
2.9 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. 2.10 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. 2.11 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
(8)
3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Metode dan Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.2 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.4.1 Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.5 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.5.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined. 3.5.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. a. Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. b. Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Analisa Data dan Rancangan Pengujian HipotesisError! Bookmark not defined. a. Analisis Statistik Deskriptif ... Error! Bookmark not defined. b. Analisis Statistik Inferensial ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. 4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden . Error! Bookmark not defined. 4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis KelaminError! Bookmark not defined.
(9)
4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan UsiaError! Bookmark not defined. 4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat PendidikanError! Bookmark not defined.
4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama UsahaError! Bookmark not defined.
4.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Laba Usaha per Bulan ... Error! Bookmark not defined.
4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.3.1 Gambaran Variabel Keberhasilan Usaha (Y)Error! Bookmark not defined. 4.1.3.2 Gambaran Variabel Kompetensi (X1) ... Error! Bookmark not defined. 4.1.3.3 Gambaran Variabel Motivasi (X2) ... Error! Bookmark not defined. 4.1.4 Hasil Pengujian Statistik ... Error! Bookmark not defined. 4.1.4.1 Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined. 4.1.4.2 Koefesien Korelasi ... Error! Bookmark not defined. 4.1.4.3 Analisis Regresi Berganda ... Error! Bookmark not defined. 4.1.4.4 Koefesien Determinasi ... Error! Bookmark not defined. 4.1.4.5 Uji Hipotesis (Uji F) ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Deskripsi Variabel Kompetensi (X1)... Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Deskripsi Variabel Motivasi (X2)... Error! Bookmark not defined. 4.2.3 Deskripsi Keberhasilan Usaha (Y) ... Error! Bookmark not defined. 4.2.4 Hasil Analisis Statistik ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
(10)
5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Industri Kreatif adalah industri yang memanfaatkan kreatifitas, keterampilan dan bakat individu demi menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi dan mencipta dari setiap individu (Kementerian perdagangan:2009)
Saat ini industri kreatif menduduki posisi yang strategis dalam perkembangan industri di Indonesia. Data tahun 2013 dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukan bahwa kontribusi industri kreatif terhadap PDB nasional adalah 7% atau 6,42 trilyun dari total PDB Indonesia Selain itu, industri kreatif juga menyerap tenaga kerja 10,7% atau sekitar 11,1 juta dengan nilai ekspor mencapai 119 triliyun atau sekitar 5,72%dari nilai ekspor nasional. Dalam hal ini industri kerajinan memberikan kontribusi terhadap PDB dari industri kreatif sebesar 14,4%, penyerapan tenaga kerja sebesar 26,19% serta peningkatan nilai ekspor sebsesar 7,67% atau sekitar 21,7 triliyun.
Di Jawa Barat industri kerajinan itu sendiri memiliki jumlah unit usaha, nilai investasi dan tenaga kerja yang terus meningkat, artinya industri kerajinan merupakan salah satu jenis industri kreatif yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Dibawah ini merupakan data mengenai peningkatan industri kerajinan.
(12)
Tabel 1. 1 Peningkatan Industri Kerajinan di Jawa Barat
Tahun Jumlah Unit Usaha (Unit)
Nilai Investasi (Juta Rupiah)
Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
2007 102 46.988,36 1844
2008 253 103.725,25 6882
2009 346 3.425.028,02 12.693
2010 356 3.425.028,02 12.693
2011 363 12.924.008,02 13.869
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat (data diolah)
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari unit usaha di industri kerajinan mengalami peningkatan sejak tahun 2007, rata-rata peningkatan dari tahun 2007 hingga 2011 adalah 47,4%, nilai investasi mengalami peningkatan pesat dari tahun 2007 hingga 2011 dengan rata-rata sebesar 900,0% dan dari jumlah tenaga kerja memiliki rata-rata peningkatan sebesar 91,7% dari tahun 2007 hingga 2011.
Jawa Barat memiliki beberapa kawasan yang memiliki potensi untuk mengembangkan industri kreatif, salah satunya adalah kawasan Bandung yang merupakan salah satu tempat yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, hal ini terbukti dengan banyaknya sektor indutri kreatif di Kota maupun Kabupaten Bandung, diantaranya sektor fesyen, sektor seni, sektor musik, sektor desain, sektor arsitektur dan sektor teknologi informasi. Bandung juga merupakan tempat kreatif dengan potensi sumber daya manusia kreatif terbesar. Salah satu kawasan yang memiliki potensi industri kreatif adalah Kabupaten Bandung, adapun data mengenai unit usaha, nilai investasi dan jumlah tenaga di industri kreatif Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:
(13)
Tabel 1. 2 Potensi Industri Kreatif di Kabupaten Bandung
Tahun Unit Usaha (unit)
Tenaga Kerja (orang)
Nilai Investasi (juta rupiah)
2008 12.085 111.577 238.228,27
2009 12.269 123.812 450.671,15
2010 12.273 124.412 457.948,15
2011 12.283 125.407 468.043,15
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat (data diolah)
Tabel diatas menunjukan bahwa berbagai jenis industri kreatif di Kabupaten Bandung memiliki unit usaha yang terus bertambah, rata-rata pertambahannya adalah 0.55% , kemudian dari tenaga kerja di industri kreatif Kabupaten Bandung juga mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 4.08%, sama halnya dengan nilai investasi industri kreatif Kabupaten Bandung yang juga mengalami penambahan dari tahun ke tahun, rata-rata penambahannya adalah sebesar 30.67%.
Industri kreatif yang menonjol di Bandung diantaranya adalah industri kerajinan yang berada dikawasan Kabupaten Bandung. Kerajinan merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan dari berbagai macam bahan baku seperti batu berharga, aksesoris, pandai emas, perak, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, kapur, dan besi. Adapun jenis industri kerajinan yang terdapat di Kabupaten Bandung diantaranya adalahlukisan, pigura, wayang golek, boneka, anyaman bambu, accessories, tas, sepatu, dompet, sablon, lap/keset, topi, sangkar, miniatur, mainan anak, perak, kemasan parcel/perhiasan, kursi, senapan angin, sumbu kompor, rak kayu, tusuk sate, taplak, mute, kirai, sarung tangan, sarung raket, dan peci. (sumber: Diskoperindag Kabupaten Bandung, 2013).
(14)
Salah satu jenis industri unggulan yang berada di Kabupaten Bandung adalah industri kerajinan lukisan (UMKM dan Diskoperindag Kabupaten Bandung, 2013). Industri kerajinan lukisan tersebut berada di Desa Jelekong yang muncul sejak tahun 1958-an. Industri kerajinan lukisan di desa ini merupakan industri kerajinan terbesar dan terkenal di Bandung dan sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Industri kerajinan lukisan ini akan menyerap tenaga kerja, dimana sebagian besar pelaku usaha dan pengrajin lukisan di Desa Jelekong adalah penduduk asli desa tersebut. Saat ini jumlah pelukis di Desa Jelekong berkisar 500 orang dan pelaku usaha lukisan baik yang memiliki sanggar ataupun gallery adalah sebanyak 83 orang. Hal ini tentu saja akan meningkatkan pendapatan daerah itu sendiri khususnya penduduk Desa Jelekong. Dengan demikian industri kerajinan lukisan Jelekong ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Potensi keberhasilan usaha kerajinan lukisan di Jelekong ini didasarkan pada beberapa faktor, diantaranya ketersediaan bahan baku yang mudah didapatkan untuk produksi, perlengkapan/peralatan lukis yang dimiliki memadai dan tenaga kerja yang dimiliki mempunyai keterampilan yang diperlukan dalam melukis serta mampu menjangkau pasar internasional.
Selain terdapat potensi untuk dikembangkan, industri lukisan Desa Jelekong ini memiliki beberapa kekurangan yang dapat menjadi hambatan dalam mencapai keberhasilan usaha. Berdasarkan hasil dari observasi prapenelitian menunjukan bahwa keberhasilan usaha industri lukisan ini masih belum sepenuhnya tercapai, hal ini terlihat dari beberapa indikator keberhasilan usaha
(15)
yang dinilai bermasalah. Dibawah ini merupakan data mengenai indikator keberhasilan usaha yang dinilai bermasalah. Indikator keberhasilan usaha didapat dari hasil penelitian Suryana dan Rofi Rofaida (2009:45).
Tabel 1. 3 Rata-rata Pendapatan (3 tahun terakhir) PENDAPATAN
Tahun Rata-rata (rupiah) 2011 340.000.000 2012 324.500.000 2013 290.000.000 Sumber: data diolah
Tabel diatas menunjukan bahwa pada tahun 2011 rata-rata pendapatan responden adalah Rp. 340.000.000, sedangkan pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2012 rata-rata omset responden mengalami penurunan sebesar 4,56% yaitu menjadi Rp.324.500.000, pada tahun 2013 juga terjadi hal yang sama, yakni penurunan rata-rata omset sebesar 10,63% yaitu menjadi Rp.290.000.000. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 3 tahun terakhir rata-rata pendapatan para pelaku usaha di industri lukisan ini menurun. Data tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. 1 Rata-rata Pendapatan (3 tahun terakhir)
260000000 280000000 300000000 320000000 340000000 360000000
2011 2012 2013 RATA-RATA PENDAPATAN
RATA-RATA PENDAPATAN
(16)
Hal yang sama terjadi pada perolehan laba pada penjualan lukisan ini, rata-rata laba responden dari tahun ke tahun menurun,untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. 4 Rata-rata Laba (3 tahun terakhir) LABA
Tahun Rata-rata (rupiah) 2011 60500000 2012 55600000 2013 47400000 Sumber: data diolah
Pada tahun 2011 rata-rata laba yang diperoleh adalah Rp.60.500.000, namun pada tahun 2012 perolehan laba menurun sebesar 8,10% yaitu menjadi Rp.55.600.000, hal yang sama juga terjadi ditahun selanjutnya yaitu tahun 2013, terjadi penurunan sebesar 14,75% pada perolehan laba yaitu menjadi Rp.47.400.000. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 3 tahun terakhir rata-rata laba para pelaku usaha di industri lukisan ini menurun. Data tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. 2 Rata-rata Laba (3 tahun terakhir)
Indikator lain yang menunjukan bahwa keberhasilan usaha di industri kerajinan lukisan Desa Jelekong ini bermasalah adalah dilihat dari jumlah
0 10000000 20000000 30000000 40000000
50000000
60000000 70000000
2011 2012 2013 RATA-RATA LABA
(17)
karyawan yang dimiliki dari setiap responden dari tahun ke tahun. Jumlah karyawan yang dimiliki setiap responden sebagian besar berkurang di setiap tahunnya, adapun datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. 5 Rata-rata Jumlah Karyawan (3 tahun terakhir)
Responden Jumlah Karyawan (orang)
2011 2012 2013
1 30 25 40
2 30 30 25
3 10 10 10
4 23 20 15
5 7 6 2
6 4 5 4
7 30 15 15
8 10 10 6
9 30 20 10
10 15 15 8
Rata-rata 18,9 15,6 13,5
Sumber: data diolah
Untuk lebih jelas melihat penurunan jumlah karyawan yang dimiliki responden dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
Gambar 1. 3 Rata-rata Jumlah Karyawan (3 tahun terakhir)
Keberhasilan usaha yang merupakan tujuan dari setiap pendirian perusahaan diartikan sebagai suatu proses peningkatan kuantitas dari suatu perusahaan, baik itu dalam perkembangan perusahaan, pertumbuhan jumlah tenaga kerja, maupun peningkatan jumlah produksi suatu perusahaan, dan lain-lain. Seperti telah diuraikan diatas bahwa keberhasilan usaha tidak terjadi begitu
0 5 10 15 20
2011 2012 2013
Rata-rata Jumlah Karyawan
Rata-rata Jumlah Karyawan
(18)
saja, namun terdapat hal-hal yang mendorong keberhasilan usaha, diantaranya adalah kompetensi dan motivasi. Untuk menjadi wirausaha yang sukses, seseorang harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas serta kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun uang. (Suryana,2008:66). Selain data diatas, penulis melakukan observasi prapenelitian mengenai keberhasilan usaha, kompetensi dan motivasi di industri kerajinan Desa Jelekong, dengan hasil sebagai berikut.
- Variabel Keberhasilan Usaha
Tabel 1. 6 Hasil Pra-penelitian Variabel Keberhasilan Usaha
NO INDIKATOR SS S KS TS STS Total
1 Tenaga kerja terampil 0,00% 50,00% 50,00% 0,00% 0,00% 100,00%
2 Modal yang dimiliki sangat memadai
0,00% 20,00% 40,00% 10,00% 30,00% 100,00%
3 Jangkauan dalam pemasaran sangat
luas 0,00% 30,00% 70,00% 0,00% 0,00% 100,00%
4 Laba terus meningkat 0,00% 0,00% 80,00% 20,00% 0,00% 100,00%
5 Omset pemasaran terus meningkat
0,00% 10,00% 50,00% 40,00% 0,00% 100,00%
6 Lukisan yang dihasilkan diproduksi
dalam skala besar 0,00% 30,00% 40,00% 20,00% 10,00% 100,00%
7 Peralatan/perlengkapan lukis
memadai 10,00% 50,00% 40,00% 0,00% 0,00% 100,00%
8 Informasi mengenai teknologi
produksi mudah 0,00% 30,00% 30,00% 30,00% 10,00% 100,00%
9 Tempat usaha yang dimiliki sangat
memadai 0,00% 20,00% 20,00% 20,00% 40,00% 100,00%
10 Bahan baku yang tersedia sangat
memadai 0,00% 50,00% 30,00% 20,00% 0,00% 100,00%
Sumber: data diolah Keterangan:
SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju
S = Setuju STS= Sangat Tidak Setuju KS = Kurang Setuju
(19)
Hasil yang didapatkan dari kuesioner pra-penelitian diatas mengenai keberhasilan usaha menunjukan bahwa industri lukisan Desa Jelekong ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari 50% responden menyatakan memiliki tenaga kerja yang terampil yang mampu menyelsaikan pekerjaan yang berhubungan dengan lukisan, 60% responden memiliki peralatan lukis yang memadai dan 50% responden menyatakan bahwa bahan baku yang tersedia sangat memadai.
Akan tetapi, ada beberapa hambatan yang dimiliki oleh responden dalam mencapai keberhasilan usaha. Dalam hal modal dan tempat usaha, hanya 20% responden yang menyatakan memiliki modal dan tempat usaha yang memadai. Modal usaha yang dimiliki dinilai sangat kurang untuk dapat mengembangkan usaha dan tempat usaha yang dimiliki sangat terbatas baik luasnya maupun jangkauan terhadap konsumen. Selain itu, omset dan laba yang mereka miliki cenderung rendah. Seluruh responden menyatakan bahwa laba yang mereka dapatkan tidak selalu meningkat dan hanya 10% responden menyatakan bahwa omset pemasaran mereka meningkat. Dalam hal produksi dan pemasaran, 70% responden menyatakan bahwa mereka sulit mendapatkan informasi mengenai teknologi produksi yang dikarenakan minimnya kemampuan dan pengetahuan mengenai teknologi saat ini, dan hanya 30% responden menyatakan mereka memproduksi lukisan dalam skala besar, produksi lukisan dilakukan dalam jumlah kecil dikarenakan menghindari banyaknya lukisan yang menumpuk karena belum terjual. Kemudian, hanya 30% yang memiliki pemasaran sangat luas (jangkauan pemasaran sebagian besar responden masih berskala domestic seperti Jakarta,
(20)
Bali, Semarang,dll). Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan usaha industri kerajinan lukisan Desa Jelekong masih rendah.
Dalam mencapai hasil yang maksimal dalam kegiatan usaha, diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh wirausahawan. Salah satunya adalah kompetensi yang dimiliki oleh para pelaku usaha lukisan ini. Kompetensi seorang pelaku usaha atau wirausaha merupakan salah satu faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan dalam berwirausaha. Kemampuan wirausaha dalam mengelola usaha dengan baik dan dengan didorong oleh ilmu pengetahuan yang cukup baik pula akan berperan sebagai sumber tenaga kerja yang menjadi objek vital dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Menurut Suyana (2008:5), “Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu yang berpengaruh pada hasil, karena wirausaha adalah orang yang selalu berorientasi pada hasil”. Berikut ini adalah hasil observasi pra penelitian penulis mengenai Kompetensi di Desa Jelekong.
- Variabel Kompetensi
Tabel 1. 7 Hasil Pra-penelitian Variabel Kompetensi N
O INDIKATOR ST T S R SR TOTAL
1 Tingkat kemampuan dalam memahami keinginan dan memenuhi kepuasan konsumen
0,00% 60,00% 30,00% 10,00% 0,00% 100,00%
2 Tingkat kemampuan dalam
mempromosikan produk 0,00% 30,00% 10,00% 30,00% 30,00% 100,00%
3 Tingkat kemampuan dalam menjaga dan membangun hubungan dengan konsumen dan rekan usaha
10,00% 40,00% 30,00% 20,00% 0,00% 100,00%
4 Tingkat kemampuan teknis
(21)
5 Tingkat kemampuan dalam mengikuti perkembangan informasi.
0,00% 0,00% 50,00% 20,00% 30,00% 100,00%
6 Tingkat kemampuan dalam menyelesaikan pesanan
produk lukisan tepat waktu 0,00% 10,00% 20,00% 70,00% 0,00% 100,00%
7 Tingkat kemampuan dalam mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah.
0,00% 0,00% 20,00% 70,00% 10,00% 100,00%
Sumber: data diolah Keterangan:
ST = Sangat Tinggi R = Rendah
T = Tinggi SR = Sangat Rendah S = Sedang
Hasil yang didapatkan dari kuesioner pra-penelitian diatas mengenai kompetensi menunjukan bahwa pelaku usaha lukisan di Desa Jelekong ini memiliki kompetensi yang tinggi dalam hal menjalin hubungan baik dengan konsumen, hal ini terlihat dari 60% responden memiliki kemampuan yang tinggi dalam memahami keinginan dan memenuhi kepuasan konsumen dan 50% responden memiliki kemampuan yang tinggi menjaga dan membangun hubungan dengan konsumen dan rekan usaha
Namun, terdapat kompetensi-kompetensi penting lainnya yang belum dimiliki oleh para pelaku usaha lukisan Desa Jelekong ini. Dari tabel diatas terlihat bahwa bahwa hanya 30% responden yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam mempromosikan produk. Dalam hal operasional pekerjaan, hanya 40% responden yang memiliki kemampuan teknis yang tinggi dalam bidang pekerjaan, 10% responden menyatakan memiliki kemampuan dalam menyelesaikan pesanan produk lukisan tepat waktu dan seluruh responden menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan yang baik dalam
(22)
mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryana, dkk (2009) berkaitan dengan industri kerajinan Kabupaten Bandung menunjukan bahwa pelaku usaha di industri kerajinan tersebut memiliki etos kerja dan produktivitas yang masih kurang. Pekerjaan yang dihasilkan kurang rapih dan asal-asalan, asal memenuhi pesanan yang mengakibatkan produk kurang berkualitas, biaya tinggi, dan bermasalah dalam penyelesaian pesanan tepat waktu sehingga pesanan dari konsumen menjadi tidak berkelanjutan.
Kemudian dalam hal teknologi, seluruh responden menyatakan tidak memiliki tingkat kemampuan dalam mengikuti perkembangan informasi. Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryana, dkk (2009) berkaitan dengan industri kerajinan Kabupaten Bandung menunjukan bahwa pelaku usaha di industri kerajinan tersebut kurang memahami manajemen produksi dan bisnis yang akan berdampak pada ketidakberhasilan meningkatkan peringkat (ranking) usaha. Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kompetensi pelaku usaha lukisan di Desa Jelekong masih rendah.
Selain kompetensi, terdapat hal lain yang dapat menentukan keberhasilan suatu usaha, yaitu motivasi, baik dalam mendorong motivasi yang ada dalam dirinya sendiri dan memberikan motivasi pada karyawan ataupun rekan kerja, hal ini dapat mendorong seseorang untuk lebih giat dalam bekerja. Mc.Clelland dalam Suryana (2003:33) ”Motivasi di pandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia atas dasar kebutuhan. Dalam
(23)
motivasi, terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu”. Dengan motivasi seseorang akan lebih produktif dalam bekerja. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Suryana (2013: 84) “modal motivasi merupakan dorongan atau semangat untuk maju. Motivasi merupakan modal insan bagi setiap orang untuk terus hidup dan maju. Keberhasilan atau kegagalan berwirausaha sangat tergantung kepada tinggi atau rendahnya motivasi wirausahawan. Usaha yang kurang semangat atau penuh dengan keraguan akan membuat kegagalan”. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa salah satu modal yang harus dimiliki seseorang dalam berwirausaha adalah memiliki motivasi yang tinggi agar keberhasilan usaha tercapai. Berikut ini adalah hasil observasi prapenelitian mengenai motivasi.
- Variabel Motivasi
Tabel 1. 8 Hasil Pra-penelitian Variabel Motivasi
NO INDIKATOR ST T S R SR TOTAL
1 Tingkat keinginan untuk menghasilkan produk yang berkualitas
10,00% 50,00% 30,00% 10,00% 0,00% 100,00%
2 Tingkat keinginan untuk bersemangat dalam bekerja
10,00% 10,00% 10,00% 60,00% 10,00% 100,00%
3 Tingkat keinginan untuk menghasilkan produk yang memiliki keunggulan kompetitif
0,00% 20,00% 40,00% 40,00% 0,00% 100,00%
4 Tingkat keinginan untuk menyelesaikan target produksi sesuai jadwal
10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 0,00% 100,00%
5 Tingkat keinginan untuk mengarahkan karyawan untuk bekerja dengan baik
0,00% 20,00% 50,00% 30,00% 0,00% 100,00%
6 Tingkat keinginan untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan karyawan
(24)
7 Tingkta keinginan untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam meningkatkan keberhasilan usaha
20,00% 50,00% 10,00% 0,00% 20,00% 100,00%
Sumber: data diolah Keterangan:
ST = Sangat Tinggi R = Rendah
T = Tinggi SR = Sangat Rendah S = Sedang
Hasil yang didapatkan dari kuesioner pra-penelitian mengenai motivasi diatas menunjukan bahwa pelaku usaha lukisan di Desa Jelekong ini memiliki motivasi yang tinggi dalam hal produksi dan kerjasama, ini terbukti dengan 60% responden menyatakan bahwa mereka memiliki tingkat keinginan yang tinggi untuk menghasilkan produk yang berkualitas karena semakin baik kualitas lukisan yang dihasilkan maka akan semakin cepat keberhasilan usaha tercapai, dan 70% responden menyatakan bahwa mereka memiliki keinginan yang tinggi untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam meningkatkan keberhasilan usaha. Hal tersebut dilakukan untuk dapat meningkatkan penjualan dengan cara kemitraan dan menjalin hubungan yang baik dengan rekan usaha.
Namun terdapat hal lain yang menunjukan bahwa motivasi pelaku usaha lukisan Desa Jelekong ini dinilai masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hanya 20% responden yang memiliki semangat yang tinggi untuk bekerja, ini terjadi karena tidak adanya tekanan atau patokan untuk memproduksi lukisan sesuai permintaan dan hanya 30% responden yang memiliki keinginan yang tinggi untuk menyelesaikan target produksi sesuai jadwal.
Dalam hal menghasilkan produk hanya 20% responden yang memiliki keinginan yang tinggi untuk menghasilkan produk yang memiliki keunggulan
(25)
kompetitif, hal ini terlihat dari kurang dikembangkanya diversifikasi produk baik dari bentuk corak dan warna sehingga lukisan yang dihasilkan kurang beragam dan tidak memiliki nilai tambah. Pembuatan lukisan dengan corak khusus dan berbeda dari pesaing hanya dilakukan jika terdapat pesanan saja, tidak dilakukan sebelumnya. Padahal diversifikasi produk merupakan strategi dalam menghadapi pesaing. Dengan adanya diversifikasi produk, akan memberikan prospek yang cemerlang bagi industri kerajinan lukisan ini, karena dengan diversifikasi, produk yang dihasilkan akan lebih beragam dan memiliki nilai kreatifitas lebih tinggi sehingga konsumsi lukisan akan semakin diminati oleh para pecinta lukisan. Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryana, dkk (2009) berkaitan dengan industri kerajinan Kabupaten Bandung menunjukan bahwa industri kerajinan tersebut lemah dalam desain produk, baik dalam jumlah maupun kualitas pekerjaan dan lemah dalam komersialisasi produk. Begitu pula dengan industri kerajinan lukisan Desa Jelekong.
Kemudian mengenai hubungan dengan karyawan hanya 20% responden yang memiliki keinginan yang tinggi untuk mengarahkan karyawan untuk bekerja dengan baik dan hanya 10% responden yang memiliki keinginan yang tinggi untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan karyawan. Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi pelaku usaha lukisan di Desa Jelekong masih rendah.
Dari analisis hasil observasi prapenelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi dan motivasi yang dimiliki oleh sebagian besar pelaku usaha lukisan di Desa Jelekong ini dinilai masih rendah, kondisi ini berpengaruh terhadap
(26)
keberhasilan usaha lukisan yang dicapai, hasil yang dicapai dalam keberhasilan usaha ini juga masih rendah, dimana indikator-indikator keberhasilan usaha masih banyak yang menurun, seperti omset dan laba yang masih cenderung menurun.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dilihat bahwa kompetensi dan motivasi merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan sebuah usaha. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa lebih jauh bagaimana pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap keberhasilan usaha di industri kerajinan lukisan di Desa Jelekong.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam setiap kegiatan usaha tentunya terdapat tujuan yang ingin dicapai, baik dari sisi keuntungan/laba yang dihasilkan, jumlah aset yang terus bertambah, jangkauan pemasaran yang semakin luas, peningkatan jumlah karyawan, dan peningkatan skala produksi. Secara garis besar tujuan setiap usaha relatif sama yang pada intinya adalah mendapatkan laba.
Menurut Suryana (2013:109) keberhasilan usaha ditentukan oleh perilaku wirausaha itu yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi hak kepemilikan, kemampuan/kompetensi, dan insentif, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan. Selain itu juga dikatakan bahwa faktor pendorong keberhasilan usaha adalah kemampuan dan kemauan, tekad yang kuat dan kerja keras, serta kesempatan dan peluang.
Hal serupa diungkapkan oleh Tulus Tambunan (2002:11) yang menyatakan bahwa keberhasilan usaha ditentukan oleh faktor internal yang merupakan kekuatan dari dalam perusahaan, dan juga ditentukan oleh faktor
(27)
eksternal yang merupakan kekuatan dari luar perusahaan yang dapat membantu perusahaan untuk berkembang.
Faktor internal dan eksternal tersebut terdiri dari:
a. Faktor Internal: kualitas SDM, penguasaan teknologi, struktur organisasi, sistem manajemen partisipasi, kultur/budaya bisnis, modal yang kuat, jaringan dalam berbisnis, dan tingkat entrepreneurship.
b. Faktor eksternal: kebijakan ekonomi, birokrat, politik, tingkat demokrasi, sistem perekonomian, sosio-kultur masyarakat, sistem perburuhan dan kondisi pasar buruh, kondisi lingkungan, dan tingkat pendidikan masyarakat. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha, maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan yaitu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha dari internal yaitu kompetensi dan motivasi.
Kompetensi merupakan kemampuan yang menjadi faktor dasar yang harus dimiliki individu dalam menjalankan sebuah usaha. Dengan begitu kompetensi dapat menghasilkan kreatifitas pada setiap kegiatan usahanya, sehingga kegiatan usaha tersebut akan semakin beragam dan memiliki nilai tambah sehingga akan semakin menarik minat konsumen. Namun pada prakteknya, banyak wirausahawan yang melakukan kegiatan usaha tanpa adanya kompetensi dalam usaha, hal ini akan menyebabkan kejenuhan produk yang dihasilkan karena variasi produk dari waktu ke waktu relatif sama.
Hal lain yang menjadi dasar dalam menjalankan usaha adalah motivasi yang harus dimiliki oleh setiap pelaku usaha, dengan motivasi wirausahawan akan terdorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang melampaui batas
(28)
standar sehingga semua kegiatan usaha yang dilakukan mendapatkan hasil lebih dari maksimal. Biasanya pelaku usaha yang tidak memiliki motivasi tidak akan mendapatkan hasil yang optimal dan sedikit demi sedikit usahanya terancam mundur.
Kondisi seperti ini dialami oleh para pelaku usaha industri lukisan di Jelekong Kabupaten Bandung, dimana terlihat keberhasilan usaha industri lukisan ini dipengaruhi oleh kompetensi dan motivasi. Dengan faktor kompetensi dan motivasi tersebut, diharapkan keberhasilan usaha akan dicapai oleh para wirausahawan, terutama wirausahawan di industri kerajinan lukisan Jelekong, Kabupaten Bandung.
Sebagaimana telah diuraikan diatas, perlu diadakan pengkajian yang mendalam mengenai keberhasilan yang diduga dapat dipengaruhi oleh kompetensi dan motivasi. Dengan memperhatikan berbagai masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Pelaku Usaha Terhadap Keberhasilan Usaha (Survey
terhadap Para Pelaku Usaha Industri Kerajinan Lukisan di Desa Jelekong
Kabupaten Bandung)”
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tingkat kompetensi pelaku usaha di industri kerajinan lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung?
(29)
2. Bagaimana gambaran tingkat motivasi pelaku usaha di industri kerajinan lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana gambaran tingkat keberhasilan usaha di industri kerajinan lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung?
4. Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap keberhasilan usaha pada industri kerajinan lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung?
5. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap keberhasilan usaha pada industri kerajinan lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung?
6. Bagaimana pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap keberhasilan usaha pada industri kerajinan lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung?
1.4Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Tingkat kompetensi pelaku usaha industri kerajinan lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung
2. Tingkat motivasi pelaku usaha industri kerajinan lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung
3. Tingkat keberhasilan usaha di industri kerajinan lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung
4. Pengaruh kompetensi terhadap keberhasilan usaha pada industri kerajinan lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung
5. Pengaruh motivasi terhadap keberhasilan usaha pada industri kerajinan lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung
(30)
6. Pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap keberhasilan usaha pada industri kerajinan lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung
1.5Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen khususnya Manajemen Sumber Daya Manusia dan Kewirausahaan yang terkahit dengan kompetensi, motivasi dan keberhasilan usaha.
2. Manfaat Praktis -Bagi Pelaku Usaha
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan bahan tambahan dalam menentukan langkah usaha baik yang berhubungan dengan motivasi, kompetensi ataupun keberhasilan usaha.
-Bagi Penulis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan penulis mengenai uraian teori yang telah disampaikan dalam penelitian ini, yaitu mengenai motivasi, kompetensi dan keberhasilan usaha. Dan juga memberikan pemahaman mengenai teori yang telah didapat dengan kondisi yang nyata dalam berwirausaha.
(31)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan analisis mengenai pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap keberhasilan usaha di Industri Kerajinan Lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel kompetensi (X1) dan motivasi (X2) sebagai variabel bebas dan keberhasilan usaha sebagai variabel terikat (Y). Penelitian ini dilaksanakan di Industri Kerajinan Lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung. Kemudian yang menjadi responden adalah pelaku usaha lukisan yang berada di Desa Jelekong Kabupaten Bandung.
3.2 Metode dan Desain Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian
Untuk mencapai tujuan dan memperoleh hasil yang baik dalam penelitian, maka harus diterapkan metode penelitian yang tepat sehingga diperoleh cara pemecahan masalah yang tepat.
Menurut Sugiyono (2009:5) metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan serta dikembangkan suatu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
(32)
Berdasarkan objek pada penelitian ini, maka penelitian ini bersifat deskriptif sehingga dapat menggambarkan variabel-variabel yang diteliti secara mandiri. Sugiyono (2008:11) mengemukakan bahwa “penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Dengan demikian penelitian ini selain memberikan gambaran tentang keterkaitan fenomena-fenomena yang ada pada setiap variabel, juga memberikan keterangan tentang keterkaitan variabel-variabel yang diteliti, pengujian hipotesis dan membuat prediksi untuk memperoleh makna dari permasalahan yang diteliti. Melalui penelitian deskriptif ini, maka akan diperoleh:
1. Gambaran mengenai kompetensi dan motivasi di Industri Kerajinan Lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung.
2. Gambaran mengenai keberhasilan usaha di Industri Kerajinan Lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan metode verifikatif. Menurut Arikunto (2006:8) metode verifikatif adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok atau daerah. Metode verifikatif membedah masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap keberhasilan usaha pada
(33)
Industri Kerajianan Lukisan di Desa Jelekong Kabupaten Bandung, yang mana dalam memperoleh informasinya peneliti akan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara terhadap responden dalam penelitian ini.
Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis inferensial yang digunakan untuk kesimpulan yang lebih luas, yaitu untuk melihat keterkaitan antar variabel yang diteliti yang kemudian diambil kesimpulan dan lalu digeneralisasikan. Sugiyono (2010:207) menyatakan bahwa “Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data sampel, dan hasilnya akan
digeneralisasikan (diinferensikan) untuk populasi di mana sampel diambil”
Dalam analisis statistik inferensial terdapat dua macam statistik yaitu statistik parametris dan statistik nonparametris. Statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio, yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal dari populasi yang bebas berdistribusi.
3.2.2 Desain Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:90), “Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai rancangan kegiatan yang akan
dilaksanakan”. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya
mengenai pengumpulan dan analisis data saja.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kausalitas yang bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi faktor lain. yaitu membahas mengenai bagaimana pengaruh antara ketiga variabel yaitu kompetensi dan motivasi
(34)
terhadap keberhasilan usaha di Industri Kerajinan Lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung.
3.3 Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian ini terdiri atas variabel motivasi (X1), kompetensi (X2) dan keberhasilan usaha (Y). Untuk kemudahan dalam pemahaman tentang variabel-variebel tersebut, maka penulis akan menjabarkannya ke dalam suatu konsep teoritis, konsep empirik dan konsep analitis dalam tabel operasionalisasi variabel.
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Alat Ukur Skala
Kompetensi (X1) Sejumlah karakteristik individu dengan acuan kriteria perilaku yang diharapkan dan kinerja terbaik dalam sebuah pekerjaan atau situasi yang diharapkan untuk dipenuhi (Spencer and Spencer (2003:21) 1.Kompetensi berprestasi dan bertindak (Achievement and Action) Kemampuan berinisiatif dalam usaha
Tingkat kemampuan berinisiatif menciptakan produk yang kreatif dan inovatif
Tingkat kemampuan berinisiatif dalam memanfaatkan peluang yang ada
Ordinal
Kemampuan dalam ketepatan hasil
Tingkat kemampuan dalam memperhatikan kualitas dan ketepatan hasil produksi
Tingkat kemampuan
menghasilkan produk tepat waktu
Kemampuan pencarian informasi usaha
Tingkat kemampuan mencari dan mengumpulkan informasi harga serta kondisi pasar
2.Kompetensi Melayani (Helping and Human Service) Kemampuan memahamai pemikiran pihak lain
Tingkat kemampuan memahami pemikiran karyawan, konsumen dan rekan usaha
Ordinal
Kemampuan melayani konsumen
Tingkat kemampuan melayani
dan memenuhi kebutuhan
(35)
3. Kompetensi Memimpin (Influence) Kemampuan meyakinkan orang lain
Tingkat kemampuan meyakinkan orang lain akan kualitas produk yang ditawarkan
Kemampuan mengidentifikasi informasi
Tingkat kemampuan memahami serta mengidentifikasi informasi yang didapat
Kemampuan berinteraksi dengan orang lain
Tingkat kemampuan berinteraksi dengan orang lain
Tingkat kemampuan menciptakan jaringan usaha yang baru
4.Kompetensi Mengelola (Managerial)
Kemampuan mendorong orang lain menjadi lebih baik
Tingkat kemampuan mendorong karyawan dalam bekerja untuk menghasilkan produk berkualitas
Kemampuan penginstruksian dalam pekerjaan
Tingkat kemampuan memberi petunjuk kepada karyawan mengenai teknis pekerjaan dan aturan dalam bekerja
Kemampuan bekerjasana dalam usaha
Tingkat kemampuan bekerjasama dengan baik didalam serta diluar lingkungan usaha
Kemampuan memimpin dalam usaha
Tingkat kemampuan memimpin usaha dan karyawan dalam bekerja
Kemampuan mengelola usaha
Tingkat kemampuan mengelola keuangan usaha
Tingkat kemampuan mengelola waktu dengan efektif dan efesien dalam usaha 5.Kompetensi Berpikir (Cognitive) Kemampuan berfikir analitis
Tingkat kemampuan memahami masalah yang dihadapi serta mengidentifikasi masalah tersebut
Ordinal
Kemampuan berfikir konseptual
Tingkat kemampuan memahami akar permasalahan secara mendasar
(36)
mengidentifikasi pola keterkaitan masalah Kemampuan teknis/ profesional/ manajerial
Tingkat kemampuan teknis dalam menyelesaikan suatu aktivitas usaha
Tingkat kemampuan menentukan
tindakan penting dalam
menyelesaikan masalah
Tingkat kemampuan
mengembangkan pengetahuan karyawan dalam pekerjaannya 6. Kompetensi Efektifitas Diri (Personal Effectiveness) Kemampuan mengendalikan
emosi dalam
kegiatan usaha
Tingkat kemampuan
mengendalikan emosi dalam menghadapi berbagai karakter dan situasi yang berbeda
Tingkat kemampuan mencegah tindakan negatif ketika terjadi hal yang tidak diinginkan
Ordinal
Kemampuan dalam keyakinan berusaha
Tingkat kemampuan meyakinkan diri sendiri atas usaha yang dijalani
Tingkat kemampuan meyakinkan diri sendiri untuk menghasilkan produk berkualitas
Kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan usaha
Tingkat kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan usaha serta semua pihak didalamnya
Motivasi (X2)
Motivasi adalah dorongan dari diri
seseorang dalam melakukan suatu tugas ataupun kegiatan dengan sebaik-baiknya 1.Kebutuhan Pencapaian (Need for achievement/ n-Ach) Perencanaan usaha
Tingkat keinginan dalam melakukan perencanaan usaha
Tingkat keingiman perencanaan dalam menciptakan produk baru
Ordinal
Semangat dalam aktivitas usaha
Tingkat keinginan untuk bersemangat dan berprestasi dalam usaha
(37)
agar dapat mencapai kinerja.
(McClelland dalam Robbins,
2008:230)
dalam usaha jawab terhadap usaha yang
dijalani
Tingkat keinginan
bertanggungjawab pada produk yang dihasilkan
Keinginan memajukan usaha
Tingkat keinginan untuk mencapai target usaha
Tingkat keinginan memperoleh sumber modal lain
Tingkat keinginan memperoleh laba yang maksimal
Kepuasan atas hasil usaha yang diraih
Tingkat keinginan untuk berjuang mencapai kepuasan
Tingkat keinginan memuaskan diri dengan hasil usaha yang dicapai
2. Kebutuhan Kekuatan
(Need of
power/ n-Pow
Berorientasi pada hasil usaha
Tingkat keinginan untuk berkembang dan memperoleh hasil usaha yang lebih baik
Ordinal
Keberanian dalam menghadapi risiko dan tantangan usaha
Tingkat keinginan dalam kesiapan menghadapi risiko usaha
Tingkat keinginan dalam kesiapan menghadapi tantangan dalam dunia usaha
Kompetitif dalam menjalankan usaha
Tingkat keinginan bersaing dengan perusahaan lain
Tingkat keinginan membuat produk yang kompetitif
Mengendalikan pihak lain dalam kegiatan usaha
Tingkat keinginan mengendalikan pihak lain dalam kegiatan usaha
Tingkat keinginan menjadi pihak yang berpengaruh dalam usaha 3.Kebutuhan
Hubungan
(Need of
affiliation/n-
Keterlibatan karyawan dalam kegiatan usaha
Tingkat keinginan melibatkan karyawan dalam memperluas jangkauan pemasaran
Tingkat keinginan melibatkan
(38)
Aff) karyawan dalam pembuatan produk yang diminati pasar
Komunikasi dengan pihak lain
Tingkat keinginan berkomunikasi dengan rekan usaha, konsumen dan karyawan
Kerjasama dengan pihak lain
Tingkat keinginan bekerja sama dengan rekan usaha, konsumen dan karyawan
Hubungan Sosial dengan pihak lain
Tingkat keinginan menjaga hubungan sosial dengan rekan usaha, konsumen dan karyawan
Tingkat keinginan untuk bersifat terbuka terhadap lingkungan usaha Keberhasilan Usaha (Y) Keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuanya. Suryana (2003:85)
Modal Modal usaha
yang dimiliki
Tingkat pertambahan modal usaha dalam 3 tahun terakhir
Ordinal
Pendapatan Pendapatan usaha yang dicapai
Tingkat peningkatan pendapatan usaha dalam 3 tahun terakhir
Tingkat peningkatan laba usaha dalam 3 tahun terakhir
Volume Penjualan
Volume penjualan yang dihasilkan
Tingkat peningkatan penjualan produk dalam 3 tahun terakhir
Tingkat perluasan jangkauan pemasaran dalam 3 tahun terakhir Output Produksi Output produksi
yang dihasilkan
Tingkat peningkatan produksi dalam 3 tahun terakhir Tenaga kerja Tenaga kerja yang
dimiliki
Tingkat pertambahan jumlah karyawan dalam 3 tahun terakhir
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data
(39)
penelitian, sumber data dapat diperoleh dari sumber data internal maupun eksternal.
Suharsimi Arikunto (2006:172) mengungkapkan bahwa “sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Berikut ini adalah sumbar data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang didapat secara lansung dari subjek yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, sumber data primer dapat diperoleh melalui wawancara dan penyebaran kuesioner kepada pihak-pihak yang dianggap dapat mewakili dan representatif dalam menghasilkan data penelitian.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang didapat secara tidak langsung dari subjek yang berhubungan dengan penelitian. Sumber data sekunder ini sifatnya membantu dan memberi informasi dalam bahan penelitian. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder didapat dari literature seperti: buku-buku teori, dokumen-dokumen yang berisi informasi yang bersangkutan dengan penelitian, karya ilmiah yang dipublikasikan serta artikel-artikel yang berasal dari internet berupa data dan teori yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk membantu mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian, maka diperlukan teknik pengumpulan data dengan teknik tertentu
(40)
untuk pengujian anggapan dasar dan hipotesis.
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang sedang diteliti.
2. Penggunaan kuesioner (angket), yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket) atau daftar isian terhadap objek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari objek yang sedang diteliti. Daftar pertanyaan ini disebarkan kepada pelaku usaha lukisan di Industri Kerajinan Lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung.
Angket yang diambil untuk mengumpulkan data adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan skala Likert. Jawaban dari responden telah penulis batasi menjadi 5 alternatif yang mengikuti skala Likert. Alternative jawabannya disusun dalam satu jawaban yang benar. Setiap jawaban diberikan bobot nilai sebagai berikut:
a. Sangat Tinggi (ST) dengan bobot nilai 5 b. Tinggi (T) dengan bobot nilai 4
c. Sedang (S) dengan bobot nilai 3 d. Rendah (R) dengan bobot nilai 2
e. Sangat Rendah (SR) dengan bobot nilai 1
Analisis statistik parametrik (statistik yang bergantung pada distribusi tertentu dan yang menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi seperti pengujian hipotesis dan penaksiran parameter), memerlukan terpenuhinya persyaratan bahwa skala pengukuran minimal interval, sedangkan
(41)
data penelitian ini memberikan skala pengukuran ordinal, sehingga agar analisis tersebut dapat dilanjutkan maka skala pengukuran ordinal harus dinaikkan (ditransformasikan) ke dalam skala Interval dengan menggunakan Methods Successive Interval (MSI). Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval yaitu:
1. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan 2. Pada setiap butir ditentukan dihitung masing-masing frekuensi jawaban
responden
3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi
4. Menentukan proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor
5. Menggunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh
6. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan Tabel Tinggi Densitas)
7. Menentukan skala dengan menggunakan rumus:
NS =
(Density at Lower Limit) - (Density at Upper Limit) (Area Below Upper Limit) – (Area Below Lower Limit) Dimana :
Density at Lower Limit = kepadatan batas bawah Density at Upper Limit = kepadatan batas atas
Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas atas Area Below Lower Limit = daerah dibawah batas bawah
(42)
3. Observasi
Merupakan teknik yang menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung ataupun tidak. Observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi, kompetensi dan keberhasilan usaha.
3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2010:115) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tetentu yang
diterapkan peneliti untuk dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulannya.”
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pelaku usaha di industri lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung sebanyak 83 orang.
3.5.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2010:116) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterikstik yang dimiliki oleh populasi tersebut. ”Penarikan sampel diperlukan jika populasi yang diambil sangat besar, dan peneliti memiliki keterbatasan untuk menjangkau seluruh populasi maka peneliti perlu mendefinisikan populasi target dan populasi terjangkau baru kemudian menentukan jumlah sampel dan teknik sampling yang digunakan.
Namun dalam penelitian ini populasi dinilai sedikit sehingga penarikan sehingga dilakukan penarikan sampling jenuh. Sugiyono (2010:122) menyebutkan bahwa sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
(43)
populasi digunakan sebagai sampel. Karena populasi dalam penelitian kurang dari 100, maka penelitian ini menggunakan sampel sesuai dengan jumlah populasinya yaitu 83 orang pelaku usaha lukisan.
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Kevaliditasan instrumen, dinilai apabila memiliki validitas tinggi jika butir butir yang membentuk instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen. Untuk mendapatkan instrumen yang valid, maka peneliti akan menguji angket melalui analisis butir soal. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan/kesahihan suatu instrumen.
Dengan demikian, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kesahihan setiap item pernyataan dalam mengukur variabelnya. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing pertanyaan yang ditujukan kepada responden dengan total skor untuk seluruh item. Teknik validitas melalui analisis butir soal dengan rumus korelasi product moment dari Pearson.
rxy =
N∑XY-(∑X)( ∑Y)
√[{∑X2
(44)
Dimana:
rxy = product korelasi moment N = cacah subjek uji coba
∑X = Jumlah skor butir (x) ∑Y = Jumlah skor butir (y)
Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan adalah:
Jika nilai hitung alpha lebih besar (>) dari nilai tabel r maka item angket dinyatakan valid, atau
Jika nilai hitung r lebih kecil (<) dari nilai tabel r maka item angket dinyatakan tidak valid.
Nilai tabel r dapat dilihat pada Tabel Harga Kritik r Product Moment dengan a = 5% dan db = n – 2 dengan tingkat kepercayaan 95%.
Berikut merupakan hasil uji validitas yang dilakukan pada 20 responden pelaku usaha lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung.
Tabel 3. 2 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi
No Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 Kemampuan berinisiatif menciptakan
produk yang kreatif dan inovatif 0,380 0,3783 Valid 2 Kemampuan berinisiatif memanfaatkan
peluang yang ada 0,682 0,3783 Valid
3 Kemampuan berinisiatif memanfaatkan
peluang yang ada 0,767 0,3783 Valid
4 Kemampuan menghasilkan produk
lukisan tepat pada waktunya 0,775 0,3783 Valid 5 Kemampuan mencari dan mengumpulkan
informasi harga serta kondisi pasar 0,388 0,3783 Valid 6 Kemampuan memahami pemikiran
karyawan,konsumen dan rekan usaha 0,579 0,3783 Valid 7 Kemampuan melayani dan memenuhi
kebutuhan konsumen dengan baik 0,739 0,3783 Valid 8 Kemampuan meyakinkan orang lain akan
kualitas produk yang ditawarkan 0,459 0,3783 Valid 9 Kemampuan memahami serta
(45)
10 Kemampuan berinteraksi dengan orang
lain 0,505 0,3783 Valid
11 Kemampuan menciptakan jaringan usaha
yang baru 0,574 0,3783 Valid
12 Kemampuan mendorong karyawan dalam bekerja untuk menghasilkan produk berkualitas
0,770 0,3783 Valid 13 Kemampuan memberi petunjuk pada
karyawan mengenai teknis pekerjaan serta aturan dalam bekerja
0,665 0,3783 Valid 14 Kemampuan bekerjasama dengan baik
didalam serta diluar lingkungan usaha 0,517 0,3783 Valid 15 Kemampuan memimpin usaha dan
memimpin karyawan dalam bekerja 0,382 0,3783 Valid 16 Kemampuan mengelola keuangan
perusahaan? 0,695 0,3783 Valid
17 Kemampuan mengelola waktu dengan
efektif dan efisien dalam usaha 0,564 0,3783 Valid 18 Kemampuan memahami masalah yang
dihadapi serta mengidentifikasi penyebab masalah tersebut
0,382 0,3783 Valid 19 Kemampuan memahami akar
pemasalahan secara mendasar 0,638 0,3783 Valid 20 Kemampuan mengidentifikasi pola
keterkaitan masalah yang dihadapi 0,551 0,3783 Valid 21 Kemampuan teknis menyelesaikan suatu
aktivitas usaha 0,495 0,3783 Valid
22 Kemampuan menentukan tindakan
penting dalam menyelesaikan masalah 0,804 0,3783 Valid 23 Kemampuan mengembangkan
pengetahuan karyawan dalam pekerjaannya
0,811 0,3783 Valid 24 Kemampuan mengendalikan emosi dalam
menghadapi berbagai karakteristik dan situasi yang berbeda
0,522 0,3783 Valid 25 Kemampuan mencegah tindakan negatif
ketika terjadi hal yang tidak diinginkan 0,593 0,3783 Valid 26 Kemampuan meyakinkan diri sendiri atas
usaha yang dijalani 0,567 0,3783 Valid
27 Kemampuan meyakinkan diri sendiri untuk menghasilkan produk yang berkualitas
0,739 0,3783 Valid 28 Kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan usaha serta semua pihak didalamnya
(46)
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Untuk menilai apakah nilai-nilai di atas valid, dapat dibandingkan dengan R Tabel Pada DF=N-2 dan Probabilitas 0,05. Nilai DF dalam perhitungan ini adalah: jumlah responden (20)-2= 18. R Tabel pada DF=18 dengan Probabilitas 0,05 adalah 0,3783
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan bernilai rhitung (corrected item-total correlation) > rtabel=0.3783), dengan demikian seluruh item pada pertanyaan variabel kompetensi dinyatakan valid. Artinya pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat dijadikan alat ukur apa yang hendak diukur.
Tabel 3. 3 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi
No Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 Keinginan dalam melakukan perencanaan
usaha 0,483 0,3783 Valid
2 Keinginan dalam perencanaan penciptaan
produk baru 0,483 0,3783 Valid
3 Keinginan untuk bersemangat dan
berprestasi dalam usaha 0,513 0,3783 Valid 4 Keinginan untuk bertanggungjawab
terhadap usaha yang dijalani 0,427 0,3783 Valid 5 Keinginan untuk bertanggungjawab pada
produk yang dihasilkan 0,559 0,3783 Valid 6 Keinginan untuk mencapai target usaha 0,460 0,3783 Valid 7 Keinginan untuk memperoleh sumber
modal lain 0,403 0,3783 Valid
8 Keinginan untuk memperoleh laba yang
maksimal 0,520 0,3783 Valid
9 Keinginan untuk berjuang mencapai
kepuasan dalam usaha 0,586 0,3783 Valid 10 Keinginan memuaskan diri dengan hasil
usaha yang dicapai 0,596 0,3783 Valid
11 Keinginan untuk berkembang dan
memperoleh hasil usaha yang lebih baik 0,763 0,3783 Valid 12 Keinginan dalam kesiapan menghadapi
risiko usaha 0,483 0,3783 Valid
13 Keinginan dalam kesiapan menghadapi
(47)
14 Keinginan untuk bersaing dengan
perusahaan lain 0,483 0,3783 Valid
15 Keinginan untuk membuat produk
lukisan yang kompetitif 0,483 0,3783 Valid 16 Keinginan untuk mengendalikan pihak
lain dalam kegiatan usaha 0,620 0,3783 Valid 17 Keinginan untuk menjadi pihak yang
sangat berpengaruh dalam dunia usaha 0,707 0,3783 Valid 18 Keinginan untuk melibatkan karyawan
dalam memperluas jangkauan pemasaran 0,396 0,3783 Valid 19 Keinginan untuk melibatkan karyawan
dalam pembuatan lukisan yang diminati pasar
0,438 0,3783 Valid 20 Keinginan untuk berkomunikasi dengan
rekan usaha, konsumen dan karyawan 0,427 0,3783 Valid 21 Keinginan untuk bekerjasama dengan
rekan usaha, konsumen dan karyawan 0,454 0,3783 Valid 22 Keinginan untuk menjaga hubungan
sosial dengan rekan usaha, konsumen dan karyawan
0,533 0,3783 Valid 23 Keinginan untuk bersifat terbuka
terhadap lingkungan usaha 0,439 0,3783 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Untuk menilai apakah nilai-nilai di atas valid, dapat dibandingkan dengan R Tabel Pada DF=N-2 dan Probabilitas 0,05. Nilai DF dalam perhitungan ini adalah: jumlah responden (20)- 2= 18. R Tabel pada DF=18 dengan Probabilitas 0,05 adalah 0,3783
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan bernilai rhitung (corrected item-total correlation) > rtabel=0.3783), dengan demikian seluruh item pada pertanyaan variabel kompetensi dinyatakan valid. Artinya pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat dijadikan alat ukur apa yang hendak diukur.
Tabel 3. 4 Hasil Uji Validitas Variabel Keberhasilan Usaha
No Item Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 Rata-rata pertambahan modal usaha
dalam 3 tahun terakhir 0.808 0,3783 Valid 2 Rata- rata peningkatan jumlah 0.852 0,3783 Valid
(48)
pendapatan usaha dalam 3 tahun terakhir 3 Rata-rata peningkatan laba dalam 3 tahun
terakhir 0.715 0,3783 Valid
4 Rata-rata peningkatan penjualan lukisan
dalam 3 tahun terakhir 0.774 0,3783 Valid 5 Rata-rata pertambahan jangkauan
pemasaran dalam 3 tahun terakhir 0.674 0,3783 Valid 6 Rata-rata peningkatan jumlah produksi
lukisan dalam 3 tahun terakhir 0.852 0,3783 Valid 7 Rata-rata penambahan jumlah karyawan
dalam 3 tahun terakhir 0.670 0,3783 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Untuk menilai apakah nilai-nilai di atas valid, dapat dibandingkan dengan R Tabel Pada DF=N-2 dan Probabilitas 0,05. Nilai DF dalam perhitungan ini adalah: jumlah responden (20)- 2= 18. R Tabel pada DF=18 dengan Probabilitas 0,05 adalah 0,3783
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan bernilai rhitung (corrected item-total correlation) > rtabel=0.3783), dengan demikian seluruh item pada pertanyaan variabel kompetensi dinyatakan valid. Artinya pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat dijadikan alat ukur apa yang hendak diukur. b. Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:178) “Realibilitas menunjukann bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dipercaya, yang
reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.”
Berdasarkan definisi tersebut, maka reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian dan kekonsistenan. Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam kategori valid.
(49)
Untuk mencari reliabilitas kompetensi, motivasi dan keberhasilan usaha menggunakan rumus alpha cronbach.
r =
[ k ][1- ∑σb2 ] k-1 σt2 Dimana:
r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2
= jumlah varians butir
σt2
= jumlah varians total
Untuk menafsirkan hasil uji reliabilitas, kriteria yang digunakan adalah:
Jika nilai hitung alpha lebih besar (>) dari nilai tabel r maka item angket dinyatakan reliabel, atau
Jika nilai hitung r lebih kecil (<) dari nilai tabel r maka item angket dinyatakan tidak reliabel.
Nilai tabel r dapat dilihat pada Tabel Harga Kritik r Product Moment dengan a = 5% dan db = n – 2 dengan tingkat kepercayaan 95%
Uji reliabilitas dimaksud untuk mengukur sampai sejauh mana derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Dengan analisis reliabilitas tersebut maka kita dapat (Uyanto 2005:239)
a. Mengetahui bagaimana butir-butir pertanyaan dalam kuesioner saling berhubungan
b. Mendapat nilai alpha cronbach yang merupakan indeks internal consistency dari skala pengukuran secara keseluruhan
(50)
c. Mengindentifikasi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang bermasalah dan harus direvisi atau dihilangkan.
Berikut ini merupakan hasil uji realibilitas yang dilakukan pada 20 responden pelaku usaha lukisan Desan Jelekong Kabupaten Bandung.
Tabel 3. 5 Hasil Uji Realibilitas Variabel Kompetensi, Motivasi dam Keberhasilan Usaha
No Variabel Alpha Cronbach Keterangan
1 Kompetensi 0,753 Reliabel
2 Motivasi 0,743 Reliabel
3 Keberhasilan Usaha 0,791 Reliabel
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel diatas menunjukan bahwa nilai alpha cronbach pada variabel kompetensi adalah sebesar 0,753, pada motivasi 0,743 dan pada keberhasilan usaha 0,791. Semua angka tersebut lebih besar dari nilai rtabel nya masing-masing. Ini artinya bahwa variabel kompetensi, motivasi dan keberhasilan usaha lolos uji reliabilitas, karena memiliki nilai reliabilitas yang tinggi.
3.7 Analisa Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis
a. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi jawaban responden dari hasil kuesioner yang telah disampaikan ke responden. Dengan mengetahui distribusi frekuensi, data yang diperoleh dianalisa dan dipaparkan dengan rumus:
Keterangan :
P = nilai prosentase
(51)
n = skor ideal
b. Analisis Statistik Inferensial 1. Analisis Korelasi
Penelitian ini menggunakan dua buah variabel bebas, yakni sehingga analisis korelasi yang digunakan koefisien korelasi. Penggunaan koefisien korelasi digunakan untuk menguji hubungan masing masing variabel X1 dan X2 terhadap Y. Berikut adalah rumus yang dapat menentukan koefisien korelasi: (Sugiyono, 2010:248)
r
xy=
∑ ∑ ∑√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ } Keterangan:
rxy = Koefisien validitas antara x dan y
x = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item y = Skor total
∑ x = Jumlah skor dalam distribusi x ∑ y = Jumlah skor dalam distribusi y
∑ x2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi x ∑ y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi y n = Banyaknya responden
Koefisien korelasi (r) menunjukkan derajat korelasi antara X dan Y, nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas: -1 < r < +1. Tanda positif menunjukkan adanya korelasi positif / korelasi langsung antara kedua variabel yang berarti. Setiap kenaikan nilai X akan diikuti dengan penurunan nilai-nilai Y, dan begitu pula sebaliknya.
(52)
Jika r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan positif.
Jika nilai r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan negatif.
Jika nilai r = 0 atau mendekati 0, maka korelasi variabel yang diteliti tidak ada sama sekali atau sangat lemah.
Tabel 3. 6 Tabel Derajat Hubungan Antar Variabel
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat Sumber: Sugiyono (2008:250)
2. Analisis Regresi Berganda
Pada penelitan ini digunakan analisis regresi untuk mengetahui adanya peran antara variabel bebas dan variabel terikat, lebih tepatnya melihat pengaruh antar variabel. Pengertian analisis regresi menurut Sugiyono (2010:270) adalah sebagai berikut:
“Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana
variabel dependen/kriteria dapat diprediksikan melallui variabel independen
atau predictor, secara individual”.
Penulis juga akan melakukan uji statistik analisis regresi untuk mengetahui ada atau tidaknya peran antara variabel X1, X2 terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Y = a + bX1 + bX2
Dimana nilai a dan b dicari terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
(53)
Keterangan: a : Nilai Konstan
b : Angka Arah / Koefisien Regresi n : Banyaknya Sampel
- Koofisien Determinasi
Menghitung determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (KP) = r2 x 100%
Keterangan:
KP = Koefisien penentuan
r2 = Koefisien determinasi ganda
- Uji Hipotesis
Langkah terakhir dari analisis data adalah menguji hipotesis dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup jelas dan dapat dipercaya antara variabel independent dengan variabel dependent yang pada akhirnya akan diambil suatu kesimpulan penerimaan atau penolakan dari hipotesis yang telah dirumuskan.
Untuk menguji hipotesis ini peneliti menggunakan rumus uji signifikansi korelasi (uji T-student) sebagai berikut:
(54)
√
√
(Sugiyono,2011:184) dimana:
t =distribusistudent
r =koefisienkorelasidariujiindependen(kekuatankorelasi) n =banyaknyasampel
dengankriteriasebagaiberikut:
tarafsignifikansi0,05denganderajatkebebasan(dk)=N-2
apabilathitung≥ttabelmakaH1diterimadanH0ditolak
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap keberhasilan usaha di Industri Kerajinan Lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran kompetensi pelaku usaha di Industri Kerajinan Lukisan Desa
Jelekong Kabupaten Bandung yang terdiri dari kompetensi berprestasi dan bertindak, kompetensi melayani, kompetensi memimpin, kompetensi mengelola, kompetensi berfikir dan kompetesni efektifitas diri berada pada kategori sedang. Dilihat dari mayoritas jawaban responden, maka dapat diketahui bahwa aspek tertinggi terdapat pada indikator kemampuan mengidentifikasi informasi dan kemampuan berinteraksi dengan oranglain. Didalam indikator tersebut mayoritas responden menjawab pada kategori sedang.
2. Gambaran motivasi pelaku usaha di Industri Kerajinan Lukisan Desa
Jelekong Kabupaten Bandung yang terdiri dari kebutuhan pencapaian, kebutuhan kekuatan dan kebutuhan hubungan berada pada kategori tinggi. Dilihat dari mayoritas jawaban responden, maka dapat diketahui bahwa aspek tertinggi terdapat pada indikator keinginan memajukan usaha dengan pernyataan tingkat keinginan memperoleh laba yang maksimal. Didalam
(2)
191
indikator tersebut mayoritas responden menjawab pada kategori sangat tinggi.
3. Gambaran keberhasilan usaha di Industri Kerajinan Lukisan Desa Jelekong
Kabupaten Bandung yang terdiri dari rata-rata pertambahan dalam kurun waktu 3 tahun pada akumulasi modal, rata-rata peningkatan pendapatan usaha, rata-rata peningkatan volume penjualan, rata-rata peningkatan output produksi dan rata-rata pertambahan jumlah tenaga kerja berada pada kategori sedang. Dilihat dari mayoritas jawaban responden, maka dapat diketahui bahwa aspek tertinggi terdapat pada indikator volume penjualan dengan pernyataan peningkatan penjualan produk dalam waktu 3 tahun terakhir. Didalam indikator tersebut mayoritas responden menjawab pada kategori sedang.
4. Diketahui bahwa kompetensi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan
usaha. Hal ini disebabkan dari data yang diperoleh melalui kuesioner menunjukan bahwa kompetensi berada pada kategori sedang, yang secara ideal seharusnya berada pada kategori tinggi sehingga menyebabkan tidak memiliki pengaruh terhadap keberhasilan usaha. Dalam hal ini yang sangat diperlukan oleh para pelaku usaha lukisan adalah keterampilan, sarana prasarana (peralatan, perlengkapan), modal serta informasi dan pemasaran. 5. Diketahui bahwa motivasi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan usaha.
Dalam hal ini motivasi sudah berada pada posisi ideal yaitu kategori tinggi, namun dari data yang didapatkan melalui kuesioner menunjukan bahwa keberhasilan usaha berada pada kategori sedang, yang secara ideal
(3)
seharusnya berada pada kategori tinggi, ini yang menyebabkan motivasi tidak memiliki pengaruh terhadap keberhasilan usaha.
6. Secara bersama-sama kompetensi dan motivasi berpengaruh terhadap
keberhasilan usaha.Dengan demikian keberhasilan pelaku usaha di Industri
Kerajinan Lukisan Desa Jelekong Kabupaten Bandung dapat ditingkatkan melalui kompetensi dan motivasi para pelaku usahanya.
5.2Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap keberhasilan usaha, maka penulis disini mencoba untuk memberikan saran baik kepada para pelaku usaha maupun kepada penelitian selanjutnya khususnya berkaitan dengan keberhasilan usaha, yaitu:
1. Mengacu pada hasil penelitian mengenai kompetensi pelaku usaha lukisan, maka harus dilakukan peningkatan kompetensi secara umum, terutama pada kemampuan memahami dan mengidentifikasi masalah, kemampuan
memahami akar permasalahan secara mendasar, kemampuan
mengidentifikasi pola keterkaitan masalah, serta kemampuan mengendalikan emosi untuk menghadapi berbagai karakter dan kondisi berbeda. Cara peningkatan hal tersebut dapat dilakukan dengan pembinaan atau pengembangan yang dilakukan oleh para pelaku usaha senior yang telah lama menjalankan usaha dan dinilai memiliki kompetensi yang tinggi dan terbukti usahanya berhasil. Ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada para pelaku usaha yang belum memiliki kompetensi yang tinggi dan juga merupakan proses berbagi pengalaman usaha, sehingga apabila suatu hari
(4)
193
pelaku usaha mendapatkan tantangan, mereka mengerti cara menghadapi dan menyelesaikannya. Selain itu pelaku usaha akan lebih mampu mengelola usahanya dengan baik, baik dari pengelolaan keuangan ataupun operasional usaha.
2. Mengacu pada hasil penelitian mengenai motivasi pelaku usaha lukisan, agar
motivasi yang dimiliki dapat terus ditingkatkan terutama pada keinginan dalam kesiapan menghadapi risiko dan tantangan dalam usaha, dan juga keinginan untuk mengendalikan pihak lain. Maka akan lebih baik jika diadakan program dari DISKOPERINDAG Kabupaten Bandung ataupun dari pihak perbankan untuk mengadakan pelatihan guna memberikan pengetahuan dan motivasi pada pelaku usaha lukisan dalam menjalankan usaha. Selain itu para pelaku usaha lukisan harus saling memberi semangat untuk sama-sama mencapai keberhasilan usaha
3. Para pelaku usaha lukisan harus lebih meningkatkan keberhasilan usahanya, yaitu dengan meningkatkan pertambahan akumulasi modal dengan berusaha mencari sumber modal lain baik pada pihak pemerintah ataupun swasta, berusaha membuat lukisan yang memiliki nilai tambah dan mampu bersaing sehingga lukisan yang terjual lebih banyak lagi dan tentunya pendapatan, serta meningkatkan kemampuan karyawan agar lebih mampu memasarkan produk sehingga jangkauan pemasaran semakin meluas.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Michael, 2006, “Handbook of Personal Management Practise”, 4thEdition, Kopan Page Ltd., London.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hasibuan, Malayu. 2010. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Noor, Henry Faizal. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Robbin, Stephen P, 2010, Perilaku Organisasi. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia.
Robbins, S.P. dan Judge, T.A. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat Spencer and Spencer, 2003, p.24, Competence at Work: Model for Superior
Performance, John Wiley &Sons, Inc, New York
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : CV. Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : CV. Alfabeta.
Suryana, dkk, 2009, Pengembangan Model Ekonomi Kreatif Pedesaan Melalui Value Chain Strategy Untuk Kelompok Usaha Kecil (Studi Pada Industri Kerajinan di Jawa Barat) - Penelitian Strategi Sesuai Prioritas Nasional (STRANAS)
Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Suryana. 2008. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Suryana. 2013. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat
Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat.
Tjutju Yuniarsih &Suwatno. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta
(6)
195
Usman, Husaini. 2006. Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Uyanto, Stanislaus S. 2005. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta. Penerbit:Graha Ilmu
Zimmerer, Thomas W dan Scarborough Norman M. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha kecil. Jakarta: Salemba Empat.
Sumber Lainnya:
disperindag.jabarprov.go.id [diakses pada 20 November 2013] http://www.kemenperin.go.id/ [diakses pada 27 November 2013]
http://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kreatif [diakses pada 2 Desember 2013] http://indonesiakreatif.net [diakses pada 20 November 2013]
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-lukisan-jelekong-sentra-lukisan-terbesar-di-bandung-1-1 [diakses pada 18 November 2013]
http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/sentra-lukisan-jelekong-diproyeksikan-jadi-item-industri-kreatif-kab-bandung [diakses pada 18
November 2013]
www.bandungkab.bps.go.id [diakses pada 20 November 2013]
www.parekraf.go.id [diakses pada 20 Juni 2014]
Purnama, Chamdam, 2010. Motivasi dan Kemampuan Usaha Dalam Meingkatkan Keberhasilan Industri Kecil (Studi pada Industri Kecil Sepatu di Jawa Timur”. Vol.12, No.2, September 2010: 177-184 184
Rencana Strategis 2012-2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia