PERSEPSI PARA PELAKU UKM USAHA KECIL DAN

PERSEPSI PARA PELAKU UKM (USAHA KECIL
DAN MENENGAH) TERHADAP PENERAPAN
AKUNTANSI

RANGKUMAN SKRIPSI

Oleh :
EVI EMILIA WATI
2007310455

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2011

PENGESAHAN RANGKUMAN SKRIPSI
Nama

:

Evi Emilia Wati


Tempat, Tanggal Lahir

:

Blitar, 15 Juni 1990

N.I.M

:

2007310455

Jurusan

:

Akuntansi

Program Pendidikan


:

Strata 1

Konsentrasi

:

Akuntansi Keuangan

Judul

:

Persepsi Para Pelaku UKM (Usaha Kecil dan
Menengah) Terhadap Penerapan Akuntansi.

Disetujui dan diterima baik oleh :

Dosen Pembimbing,

Tanggal : 25 – 02 – 2011

Co. dosen Pembimbing
Tanggal : 25 – 02 – 2011

Supriyati, SE., Ak., M.Si

Dr. Drs. Djuwari, M.Hum.

Ketua Jurusan Akuntansi,
Tanggal : 25 – 02 – 2011

Supriyati, SE., Ak., M.Si

1.1

Latar Belakang Masalah
Usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai negara termasuk di

Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh.

Hal ini karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah berangkat dari
industri keluarga/ rumahan. Dengan demikian, konsumennya pun berasal dari
kalangan menengah ke bawah. Selain itu, peranan UKM terutama sejak krisis
moneter tahun 1998 dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses
pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi
maupun penyerapan tenaga kerja.
Peranan UKM dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari
kedudukannya pada saat ini dalam dunia usaha. Wulan dan Nindita (2009)
membagi kedudukan UKM sebagai berikut (1) Kedudukan UKM sebagai pemain
utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) Penyedia Lapangan kerja
terbesar, (3) Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi daerah dan
pemberdayaan masyarakat, (4) Pencipta pasar baru dan inovasi, (4) Untuk UKM
yang sudah go internasional UKM memberikan sumbangan dalam menjaga neraca
pembayaran melalui sumbangannya dalam menghasilkan ekspor.
Kinerja UKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan besaran Produk Domestik Bruto
yang diciptakan UKM dalam tahun 2008 mencapai nilai Rp 1.013,5 triliun (56,7
persen dari PDB). Jumlah unit usaha UKM pada tahun 2008 mencapai 42,4 juta,
sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ini tercatat 79,0 juta
pekerja. Pertumbuhan PDB UKM periode 2005 – 2008 ternyata lebih tinggi

1

2

daripada total PDB, yang sumbangan pertumbuhannya lebih besar dibandingkan
dengan Usaha Besar (Purnomo Setyawan, 2009).
Perkembangan sektor UKM yang demikian pesat memperlihatkan bahwa
terdapat potensi yang besar jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan
baik yang tentunya akan dapat mewujudkan usaha menengah yang tangguh.
Sementara itu, di sisi yang lain UKM juga masih dihadapkan pada masalah yang
terletak pada proses administrasi. Masalah utama dalam pengembangan UKM
yaitu mengenai pengelolaan keuangan dalam usahanya tersebut, karena
pengelolaan yang baik memerlukan keterampilan akuntansi yang baik pula oleh
pelaku bisnis UKM. Pemerintah sudah mencoba membantu mengatasi kendala
yang dihadapi oleh sebagian besar UKM, seperti melakukan pembinaan dan
pemberian kredit lunak. Selain itu, apabila UKM berkeinginan memperoleh
tambahan modal juga dituntut menyertakan laporan keuangan sebagai syarat
mengajukan pinjaman kepada pihak bank. Pihak perbankan sendiri tidak ingin
mengambil resiko dalam penyaluran kredit bagi UKM dikarenakan perbankan
tidak mengetahui perkembangan usaha tersebut. Sementara hampir semua UKM

tidak memiliki laporan kinerja usaha dan keuangan yang baik sebagai syarat untuk
memperoleh kredit. Hal ini terjadi karena UKM tidak dibiasakan untuk
melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan sebagai gambaran
kegiatan usaha dan posisi keuangan perusahaan. Padahal dengan adanya laporan
keuangan akan memungkinkan pemilik memperoleh data dan informasi yang
tersusun secara sistematis. Laporan keuangan berguna bagi pemilik untuk dapat
memperhitungkan keuntungan yang diperoleh, mengetahui berapa tambahan

3

modal yang dicapai dan juga dapat mengetahui bagaimana keseimbangan hak dan
kewajiban yang dimiliki sehingga setiap keputusan yang diambil oleh pemilik
dalam mengembangkan usahanya akan didasarkan pada kondisi konkret keuangan
yang dilaporkan secara lengkap bukan hanya didasarkan pada asumsi semata.
Kebanyakan dari UKM hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan
dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah piutang / utang.
Namun, pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan tidak dengan format yang
diinginkan oleh pihak perbankan. Meskipun tidak dapat dipungkiri mereka dapat
mengetahui jumlah modal akhir mereka setiap tahun yang hampir sama jumlahnya
jika kita mencatat dengan sistem akuntansi (H. Jati, Beatus B., Otniel N., 2004).

Akuntansi merupakan indikator kunci kinerja usaha, informasi akuntansi
berguna bagi pengambilan keputusan sehingga dapat meningkatkan pengelolaan
perusahaan. Hal ini memungkinkan para pelaku UKM dapat mengidentifikasi dan
memprediksi area-area permasalahan yang mungkin timbul, kemudian mengambil
tindakan koreksi tepat waktu. Para pelaku UKM tidak hanya dapat menghitung
untung atau rugi, tetapi yang terpenting untuk dapat memahami makna untung
atau rugi bagi usahanya (Wulan dan Nindita, 2009).
Laporan keuangan yang merupakan bagian dari akuntansi menjadi salah
satu komponen yang mutlak harus dimiliki oleh UKM jika mereka ingin
mengembangkan usaha dengan mengajukan modal kepada para kreditur yang
dalam hal ini adalah pihak perbankan. Untuk itu, kebiasaan untuk mencatat setiap
kegiatan usaha yang terjadi dan menyusun laporan keuangan harus ditumbuhkan
di kalangan UKM.

4

Hingga saat ini pemerintah Indonesia belum mengatur secara khusus
kewajiban UKM menyusun laporan keuangan. Namun demikian, Undang-undang
Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas secara tidak
langsung telah mengisyaratkannya melalui pasal 66 yang berbunyi

“Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh
Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun
buku Perseroan berakhir. Laporan keuangan yang dimaksud disusun berdasarkan
standar akuntansi keuangan. Dengan demikian, bagi suatu perusahaan yang
berbadan hukum Perseroan Terbatas, tidak terkecuali usaha kecil ataupun
menengah, diwajibkan menyusun laporan keuangan”.
Praktek akuntansi, khususnya akuntansi keuangan pada UKM di Indonesia
masih rendah dan memiliki banyak kelemahan (Wahdini & Suhairi, 2006).
Kelemahan itu, antara lain disebabkan rendahnya pendidikan, kurangnya
pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dari manajer pemilik
dan karena tidak adanya peraturan yang mewajibkan penyusunan laporan
keuangan bagi UKM. Sudarini (1992) dalam Wahdini & Suhairi (2006) juga
membuktikan bahwa perusahaan kecil di Indonesia cenderung untuk memilih
normal perhitungan (tanpa menyusun laporan keuangan) sebagai dasar
perhitungan pajak. Karena, biaya yang dikeluarkan untuk menyusun laporan
keuangan jauh lebih besar daripada kelebihan pajak yang harus dibayar.
Standar akuntansi keuangan yang dijadikan pedoman dalam penyusunan
laporan keuangan harus diterapkan secara konsisten. Namun, karena UKM
memiliki berbagai keterbatasan, kewajiban seperti itu diduga dapat menimbulkan
biaya yang lebih besar bagi UKM dibandingkan dengan manfaat yang dapat

dihasilkan dari adanya informasi akuntansi tersebut (cost-effectiveness). Di

5

samping itu, tersedianya informasi yang lebih akurat melalui informasi akuntansi
yang dihasilkan diduga tidak mempengaruhi keputusan atas masalah yang
dihadapi manajemen (relevance).
Studi terhadap penerapan SAK memberikan bukti bahwa Standar Akuntansi
yang dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan overload
(memberatkan) bagi UKM (Wahdini & Suhairi, 2006). Dalam penelitian Wahdini
dan Suhairi (2006:3) studi yang sama juga pernah dilakukan di beberapa negara,
dan menyimpulkan bahwa Standar Akuntansi yang dijadikan pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan overload (memberatkan) bagi UKM (Williams,
Chen, & Tearney, 1989; Knutson & Hendry, 1985; Nair & Rittenberg 1983;
Wishon 1985). Hal ini telah mendorong komite Standar Akuntansi Internasional
(The International Accounting Standards Board) untuk menyusun Standar
Akuntansi Keuangan yang khusus bagi UKM. Saat ini telah diterbitkan SAK baru
khusus untuk ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) dalam rangka
pengembangan standar akuntansi bagi UKM.
Sekalipun memberatkan, penelitian tentang jenis informasi akuntansi yang

disajikan dan digunakan oleh perusahaan kecil di Australia mengungkapkan
bahwa informasi akuntansi utama yang banyak disiapkan dan digunakan
perusahaan kecil adalah informasi yang diharuskan menurut undang-undang
(statutory), yaitu Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan
Laporan Arus Kas (Homes & Nicholls, 1989). Dalam penelitian ini juga
terungkap bahwa sebahagian besar UKM yang menjadi responden tidak mampu
menyiapkan sendiri informasi akuntansi yang diperlukannya, sehingga perusahaan

6

meminta jasa Akuntan Publik (Homes & Nicholls, 1989).
Dari hal-hal yang telah dijelaskan tersebut juga riset-riset yang ada, maka
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai penerapan
akuntansi pada usaha kecil dan menengah. Hal inilah yang mendorong peneliti
untuk menguji hipotesis mengenai persepsi para pelaku UKM terhadap penerapan
akuntansi. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini akan mengambil topik
“PERSEPSI PARA PELAKU UKM (USAHA KECIL DAN MENENGAH)
TERHADAP PENERAPAN AKUNTANSI”.

1.2


Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori jenis
kelamin, tingkat pendidikan pemilik/manajer UKM, pengalaman usaha
pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis usaha, jumlah karyawan,
dan omzet perusahaan ?
2. Apakah penerapan akuntansi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan ?

1.3

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan

penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan penerapan akuntansi dilihat
dari kategori jenis kelamin, tingkat pendidikan pemilik/manajer UKM,

7

pengalaman usaha pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis
usaha, jumlah karyawan, dan omzet perusahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan akuntansi terhadap kinerja
perusahaan.

1.4

Hipotesis Penelitian
H1

:

Ada perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori jenis
kelamin, tingkat pendidikan pemilik/manajer UKM, pengalaman
usaha pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis usaha,
jumlah karyawan, dan omzet perusahaan.

H2

:

Penerapan akuntansi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

METODE PENELITIAN

1.5

Identifikasi Variabel
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto, 2002 : 96). Variabel yang dimaksud dalam penelitian
dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1.

Variabel Independen (bebas)
Variabel Independen (bebas) adalah faktor yang menjadi pokok
permasalahan yang ingin diteliti atau penyebab utama suatu gejala (Arikunto,
2002 : 102).

8

Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari :

2.

H1

: GENDER, EDU, EXPR, AGE, IND, LABOUR, REVN

H2

: PAK

Variabel Dependen (terikat)
Variabel Dependen (terikat) adalah variabel yang besarnya tergantung
dari variabel bebas yang diberikan dan diukur untuk menentukan ada
tidaknya pengaruh (kriteria) dari variabel bebas (Arikunto, 2002 : 102).
Variabel terikat dalam penelitian ini terdiri dari :

1.6

H1

: PAK

H2

: KPU

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Sugiyono dalam penelitian Amilia (2008), variabel penelitian pada

dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Dalam setiap kegiatan penelitian penentuan variabel –
variabel penelitian menjadi sangat penting, mengingat variabel merupakan alat
dan sarana melakukan pengukuran. Oleh sebab itu didalam setiap kegiatan
penelitian menentukan variabel penelitian menjadi kunci keberhasilan penelitian.
Setiap konsep harus ditentukan ukuran-ukuran yang lebih jelas dan tegas.
Operasionalisasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1 dibawah ini.

9

Tabel 1
DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL
Nama Variabel

Definisi

Jumlah Karyawan
(LABOUR)

Jumlah karyawan yang
dimiliki oleh
perusahaan

Omzet Perusahaan
(REVN)

Besarnya omzet
perusahaan dalam
sebulan

Jenis Usaha
(IND)

Sektor usaha yang
dijalankan oleh
perusahaan

Umur Perusahaan
(AGE)

Jumlah tahun yang
dihitung dari awal
pendirian perusahaan
sampai sekarang

Tingkat Pendidikan
(EDU)

Tingkat pendidikan
tertinggi
manajer/pemilik UKM

Pengalaman Usaha
(EXPR)

Lama manajer/pemilik
UKM mengelola atau
memimpin perusahaan

Jenis Kelamin
(GENDER)

Jenis kelamin dari
pemilik/manajer UKM

Penerapan
Akuntansi
(PAK)

Kegiatan akuntansi
yang dilakukan oleh
UKM
Prospek usaha di masa
yang akan datang
dilihat dari hasil yang
telah dicapai selama ini

Pengukuran
Variabel ini diukur dengan skala interval dan
dikategorisasi:
1. Kurang dari 5 orang
2. 5 – 19 orang
3. 20 – 99 orang
Variabel ini diukur dengan skala interval dan
dikategorisasi:
1. Kurang dari Rp 25.000.000,2. Rp 25.000.000,- s/d Rp 75.000.000,3. Lebih dari Rp 75.000.000,Variabel ini merupakan dummy variabel:
1. Perusahaan Jasa
2. Perusahaan Dagang
3. Perusahaan Manufaktur
Variabel ini diukur dengan skala interval dan
dikategorisasi:
1. Kurang dari 5 tahun
2. 5 – 10 tahun
3. Lebih dari 10 tahun
Variabel ini merupakan dummy variabel:

Kinerja Perusahaan
(KPU)

4. D1
5. D3
6. S1
7. S2
Variabel ini diukur dengan skala interval dan
dikategorisasi:
1. Kurang dari 1 tahun
2. 1 – 2 tahun
3. 3 – 5 tahun
4. 6 – 10 tahun
5. Lebih dari 10 tahun
Variabel ini merupakan dummy variabel:
1. Pria
2. Wanita
1.
2.
3.

SD
SMP
SMA

Variabel ini diukur dengan skala likert
(1 – 5)
Variabel ini diukur dengan skala likert
(1 – 5)

Sumber: dikembangan untuk penelitian ini, 2010

10

1.7

Teknik Analisis Data
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, kemudian dilakukan analisis

data dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.

1.7.1

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif yaitu analisis tentang karakteristik dari suatu keadaan

dari objek yang diteliti. Analisis ini mengemukakan data-data responden seperti
karakteristik responden yang meliputi: jumlah karyawan, besarnya omzet
perusahaan dalam sebulan, jenis usaha yang dijalankan, umur perusahaan, tingkat
pendidikan

tertinggi

manajer/pemilik

UKM,

dan

pengalaman

usaha

manajer/pemilik UKM.

1.7.2
1.

Uji Asumsi Klasik

Normalitas
Uji ini dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak berdistribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji F dan t mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Sehingga asumsi ini tidak boleh dilanggar agar uji
statistik menjadi valid (Ghozali, 2006 : 110).
Uji normalitas dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan analisis grafik dan
uji statistik dengan melihat nilai skewnwss atau kemiringan kurva (α3) dan nilai
kurtosis atau keruncingan kurva (α4).

11

2.

Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengukur keeratan hubungan

antar variabel bebas melalui besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi
multikolinearitas apabila koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari
0.6. Dengan cara lain uji ada tidaknya multikolinearitas ini dapat dilakukan
dengan mengukur berapa besar nilai tolerance (α) dan nilai variancenya (VIF).
Apabila α hitung < α dan VIF hitung > VIF, terjadi multikolinearitas
(Ghozali, 2006 : 91 – 92).
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas, dapat dilakukan dengan
melakukan uji F antar variabel independen. Dimana satu diantara variabel
independen diregresikan dengan variabel-variabel independen yang lain, yang
dapat dihitung koefisien determinasi ganda dari hasil regresi tersebut. Lihat nilai
tolerancenya apakah lebih kecil dari 0.10, apabila lebih kecil berarti
multikolinearitas terjadi. Lihat juga nilai variancenya apakah lebih besar dari 10,
apabila lebih besar berarti terjadi multikolonieritas.

3.

Heteroskedastisitas
Uji heteroskedatisitas dimaksudkan untuk mengukur sama atau tidaknya

varians dari residual observasi yang satu dengan yang lain. Jika residualnya
memiliki varians yang sama disebut terjadi homokedastisitas dan jika variansnya
tidak sama berarti terjadi heterokedastis. Konsekuensi bila terjadi heteroskedastis
adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun
sampel besar (Ghozali, 2006 : 105).

12

Analisisnya dilakukan dengan menggunakan SPSS melalui grafik
scatterplot antara Z prediction yang merupakan variabel bebas dan nilai residual
SREID merupakan variabel terikat. Heteroskedastiritas terjadi jika pada
scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar
maupun bergelombang.

1.7.3

Pengujian Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai kesimpulan sementara terhadap masalah

yang diajukan. Uji hipotesis dilakukan untuk menguji pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Adapun langkah – langkah pengujiannya sebagai berikut.
i.

Merumuskan hipotesis

ii.

Menentukan level of signifikant atau signifikansi tetapan (α) sebesar 0,05
atau 0,1

iii.

Menghitung nilai uji

iv.

Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho

v.

Melakukan interprestasi hasil pengujian

vi.

Membuat kesimpulan berdasarkan interprestasi hasil pengujian.

Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis, yakni:
H1

:

Ada perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori jenis
kelamin, tingkat pendidikan pemilik/manajer UKM, pengalaman

13

usaha pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis usaha, jumlah
karyawan, dan omzet perusahaan.
H2

1.

:

Penerapan akuntansi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Pengujian terhadap Analisis of Variance (ANOVA)
Untuk pengujian terhadap H1 peneliti akan menggunakan analisis of

Variance (ANOVA) untuk membandingkan nilai rata-rata tiga atau lebih sampel
yang tidak berhubungan, secara rumus sebagai berikut :

Between groups estimated variance (mean-squares)
F=
Within groups estimated variance (mean-squares

Jika nilai F mempunyai signifikansi atau probabilitas lebih kecil dari 0,05
(ρ < 0,05) maka hipotesis Ho akan ditolak, berarti bahwa grop memiliki variance
yang berbeda dan sebaliknya. ANOVA digunakan untuk menguji hubungan antara
satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen
(skala nonmetrik atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua). ANOVA juga
melakukan Post Hoc Test untuk melihat besarnya perbedaan variabel dependen
antar kategori variabel independen, yaitu dengan melihat hasil Turkey test dan
Bonferoni test (Ghozali, 2006 : 58 – 61).

Adapun langkah – langkah pengujiannya sebagai berikut.
i.

Merumuskan hipotesis

14

Ho1 : Tidak ada perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori jenis
kelamin, tingkat pendidikan pemilik/manajer UKM, pengalaman
usaha pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis usaha, jumlah
karyawan, dan omzet perusahaan.

Ha1 : Ada perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori jenis
kelamin, tingkat pendidikan pemilik/manajer UKM, pengalaman
usaha pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis usaha, jumlah
karyawan, dan omzet perusahaan.
ii. Menentukan level of signifikant (α), dalam penelitian ini sebesar 0,05
iii. Menghitung nilai uji beda
iv. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho
Ho diterima jika p-value hasil uji beda > 0,05
Ho ditolak jika p-value hasil uji beda < 0,05
v.

Melakukan interprestasi hasil pengujian

vi. Membuat kesimpulan berdasarkan interprestasi hasil pengujian.

2.

Pengujian Terhadap Koefisien Determinasi
Untuk pengujian terhadap H2 akan menggunakan model regresi linier

berganda dengan bantuan paket program SPSS. Regresi linier berganda di
gunakan untuk mendeteksi beberapa variabel yang berelasi dengan variabel yang
diuji. Uji hipotesis ini dipergunakan untuk mengetahui arah dan besarnya

15

pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependennya yang di
tunjukan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) yang dihitung menggunakan
bantuan komputer (Ghozali, 2006 : 83).
Model regresi linear berganda yang digunakan untuk pengujian
hipotesis yang kedua (H2) adalah sebagai berikut:
KPU = b0 + b1 PAK
Keterangan:
PAK

: Penerapan Akuntansi

KPU

: Kinerja Perusahaan

3.

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tes untuk menerima atau menolak hipotesis kedua adalah dengan

menggunakan uji signifikansi simultan (Uji Statistik F). Uji statistik F akan
menolak Ho dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( ρ < 0,05 ).
Pengujian dengan cara seperti ini dipergunakan untuk menunjukan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen/terikat. Bila
probabilitas signifikansi F-hitung lebih kecil dari 0,05 maka Ho dapat ditolak dan
sebaliknya. Apabila kita menolak Ho, berarti kita menerima hipotesis alternatif
yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen. (Ghozali, 2006 : 84).
Adapun langkah – langkah pengujiannya sebagai berikut.

16

i.

Merumuskan hipotesis
Ho 2 : Penerapan akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Ha2 : Penerapan akuntansi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

ii. Menentukan level of signifikant (α), dalam penelitian ini sebesar 0,05
iii. Menghitung nilai F
iv. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho
Ho diterima jika probabilitas signifikansi F-hitung > 0,05
Ho ditolak jika probabilitas signifikansi F-hitung < 0,05
v.

Melakukan interprestasi hasil pengujian

vi. Membuat kesimpulan berdasarkan interprestasi hasil pengujian.

4.

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel (parsial) pada

hipotesis kedua dan ketiga digunakan uji t. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen (bebas) secara
individual terhadap variabel dependen (terikat). Uji t ini dilakukan dengan
membandingkan nilai t-hitung dan nilai t-tabel dengan tingkat signifikansi lebih
kecil dari 0,05 ( ρ < 0,05 ). Bila probabilitas signifikansi t-hitung lebih kecil dari
0,05 maka Ho dapat ditolak dan sebaliknya. Apabila kita menolak Ho, berarti kita
menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2006 : 84).

17

Adapun langkah – langkah pengujiannya sebagai berikut.
1.

Merumuskan hipotesis

Ho 2 : Penerapan akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Ha2 : Penerapan akuntansi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
2.

Menentukan level of signifikant (α), dalam penelitian ini sebesar 0,05

3.

Menghitung nilai t

4.

Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho

Ho diterima jika probabilitas signifikansi t-hitung > 0,05
Ho ditolak jika probabilitas signifikansi t-hitung < 0,05

5.

Melakukan interprestasi hasil pengujian

6.

Membuat kesimpulan berdasarkan interprestasi hasil pengujian.

1.8

Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini menguji tiga hipotesis yaitu perbedaan penerapan akuntansi

dilihat dari kategori kelompok responden, pengaruh masing – masing kelompok
responden terhadap penerapan akuntansi, dan pengaruh penerapan akuntansi
terhadap kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini ditemukan bukti bahwa semua
data residual berdistribusi normal, sehingga untuk hipotesis pertama alat uji yang
digunakan adalah Analysis of Variance (ANOVA). Sedangkan untuk hipotesis
kedua alat uji yang digunakan adalah Linear Regresion.

18

1.8.1

Hipotesis 1
Pengujian ini bertujuan untuk menguji lebih dalam tentang perbedaan

penerapan akuntansi dengan cara menguji per kelompok responden berdasarkan
jenis kelamin, tingkat pendidikan pemilik/manajer UKM, pengalaman usaha
pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis usaha, jumlah karyawan, dan
omzet perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis pertama pada sampel yang diteliti ditemukan
bukti bahwa jenis kelamin, tingkat pendidikan manajer/pemilik UKM,
pengalaman usaha manajer/pemilik UKM, umur perusahaan, jenis usaha, dan
jumlah karyawan memiliki nilai p-value jauh > 0,05 yang berarti tidak signifikan.
Itu berarti bahwa tidak ada pengaruh jenis kelamin, tingkat pendidikan
manajer/pemilik UKM, pengalaman usaha manajer/pemilik UKM, umur
perusahaan, jenis usaha, dan jumlah karyawan terhadap penerapan akuntansi
sehingga tidak ada perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori jenis
kelamin,

tingkat

pendidikan manajer/pemilik

UKM,

pengalaman

usaha

manajer/pemilik UKM, umur perusahaan, jenis usaha, dan jumlah karyawan.
Sedangkan untuk variabel omzet perusahaan ditemukan bukti bahwa omzet
perusahaan memiliki nilai p-value < 0.05 yang berarti signifikan. Itu berarti
bahwa ada pengaruh omzet perusahaan dengan penerapan akuntansi sehingga ada
perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori omzet perusahaan.
Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian terdahulu Wahyudi (2009)
bahwa omzet perusahaan berpengaruh terhadap penerapan akuntansi. Begitu juga
dengan pengalaman usaha manajer/pemilik UKM dan umur perusahaan sesuai

19

dengan penelitian Wahyudi (2009) bahwa pengalaman usaha manajer/pemilik
UKM dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerapan akuntansi.
Penerapan akuntansi pada UKM dipengaruhi oleh omzet perusahaan
karena semakin tinggi omzet perusahaan berarti semakin kompleks pengelolaan
keuangan yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan membutuhkan bantuan suatu sistem yang dapat memudahkan
pengelolaan keuangan perusahaan, maka dari itu perusahaan menerapkan
akuntansi. Adapun, perusahaan yang omzetnya masih kecil banyak yang belum
menerapkan akuntansi karena dirasa masih belum perlu melakukan pengelolaan
keuangan dengan rinci, cukup perhitungan manual saja. Selain itu, dengan omzet
perusahaan yang masih kecil perusahaan merasa harus menanggung beban yang
lebih besar daripada pendapatannya apabila menerapkan akuntansi. Karena UKM
dengan omzet kecil menganggap akuntansi terlalu rumit dan membutuhkan
banyak waktu.
Berdasarkan hasil pengujian yang terkait dengan perbedaan penerapan
akuntansi, ditemukan bukti bahwa ternyata memang ada perbedaan penerapan
akuntansi pada tiap responden, namun perbedaan yang ada hanya disebabkan oleh
salah satu karakteristik responden, yaitu adanya perbedaan penerapan akuntansi
antar kategori omzet perusahaan.
Perbedaan penerapan akuntansi antar kategori omzet perusahaan dapat
dijelaskan sebagai berikut. Penerapan akuntansi pada UKM dengan omzet kurang
dari Rp 25.000.000,- dan penerapan akuntansi pada UKM dengan omzet Rp
25.000.000,- sampai dengan Rp 75.000.000,- tidak jauh berbeda karena secara

20

statistik tidak berbeda signifikan. Begitu pula antara penerapan akuntansi pada
UKM dengan omzet Rp 25.000.000,- sampai dengan Rp 75.000.000,- dan
penerapan akuntansi dengan omzet lebih dari Rp 75.000.000,- tidak jauh berbeda
karena secara statistik tidak berbeda signifikan. Namun, antara penerapan
akuntansi pada UKM dengan omzet kurang dari Rp 25.000.000,- dan penerapan
akuntansi pada UKM dengan omzet lebih dari Rp 75.000.000,- sangat berbeda
karena secara statistik berbeda signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi omzet perusahaan, maka perusahaan akan cenderung menerapkan
akuntansi.
Hal tersebut dikarenakan UKM yang memiliki omzet lebih dari

Rp

75.000.000,- dalam sebulan cenderung memiliki aktivitas operasional yang padat,
jenis transaksi yang bervariasi, dan frekuensi yang sering. Oleh karena itu, UKM
yang memiliki omzet lebih dari Rp 75.000.000,- tidak hanya membutuhkan
catatan ringan seperti UKM pada umumnya, melainkan memerlukan pencatatan
akuntansi yang lengkap. Pencatatan akuntansi yang lengkap dilakukan tidak hanya
untuk mengetahui laba atau rugi selama satu periode, tetapi juga untuk
mengetahui informasi – informasi penting yang mungkin diperlukan untuk tujuan
lain. Seperti misalnya, pemilik/manajer UKM ingin memperluas area pemasaran
atau mengajukan tambahan modal ke pihak bank, maka pemilik/manajer UKM
membutuhkan lebih dari sekedar catatan akuntansi harian yang biasa dibuat UKM
melainkan catatan akuntansi rinci seperti yang disyaratkan oleh ETAP, yaitu
laporan keuangan.

21

Adapun, UKM yang memiliki omzet Rp 25.000.000,- sampai dengan Rp
75.000.000 cenderung membuat pencatatan akuntansi sederhana, biasanya hanya
untuk mencatat pendapatan dan utang – piutang. Hal tersebut dikarenakan
aktivitas operasionalnya belum banyak, jenis transaksinya pun belum terlalu
beragam, dan frekuensinya masih jarang. Selain itu, cenderung tidak
membutuhkan informasi khusus mengenai keuangan sehingga dirasa cukup
membuat pencatatan akuntansi sederhana, yang penting bisa mengetahui laba atau
rugi setiap periode. Untuk tambahan modal biasanya pemilik/manajer UKM
cenderung mengandalkan modal keluarga atau memimjam pada sanak saudara.
UKM yang memiliki omzet kurang dari Rp 25.000.000,- yang aktivitas
operasionalnya masih jarang, jenis transaksinya tidak bervariasi, dan frekuensinya
yang sangat jarang cenderung tidak melakukan pencatatan akuntansi, termasuk
pencatatan akuntansi yang sederhana. Karena UKM yang omzetnya masih kecil
cenderung tidak membutuhkan informasi yang detil mengenai kondisi
keuangannya, sehingga cukup menggunakan sistem mengingat untuk mengetahui
jumlah utang – piutangnya, jumlah pendapatannya, dan laba atau ruginya. Yang
paling penting bagi pemilik/manajer UKM dengan omzet kecil adalah bukan
bagaimana kinerja perusahaan mereka, melainkan bagaimana usaha mereka tetap
bisa berjalan.

1.8.2

Hipotesis 2
Hasil pengujian hipotesis kedua pada sampel yang diteliti ditemukan bukti

bahwa penerapan akuntansi memiliki nilai p-value < 0.05 yang berarti signifikan,

22

bahwa ada pengaruh penerapan akuntansi terhadap kinerja perusahaan. Penerapan
akuntansi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan karena dengan akuntansi kita
dapat melihat secara nyata kinerja perusahaan, yaitu melalui laporan keuangan.
Dengan menerapkan akuntansi, UKM dapat mengukur kinerja perusahaannya,
sehingga pemilik/manajer dapat mengambil keputusan dengan tepat terkait
dengan pengembangan usahanya. Penerapan akuntansi tidah hanya perlu
dilakukan di perusahaan besar, usaha kecil dan menengah juga perlu menerapkan
akuntansi agar dapat berkembang dan mampu bersaing dengan perusahaan besar.
Di Indonesia juga telah ditetapkan suatu standar khusus untuk akuntansi pada
UKM, yaitu ETAP. Standar tersebut sengaja dibuat agar usaha kecil dan
menengah tidak merasa diberatkan dengan beban penerapan akuntansi.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, mengidentifikasikan bahwa
akuntansi sangat penting dan perlu diterapkan di semua perusahaan termasuk
usaha kecil dan menengah (UKM) untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar
dapat bersaing dengan perusahan – perusahaan asing. Hal ini terbukti dengan
berbagai hasil yang diperoleh pada pengujian yang dilakukan, ketika akuntansi
diterapkan, perusahaan menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada sebelum
menerapkan akuntansi.

1.9

Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi para pelaku UKM

terhadap penerapan akuntansi. Sampel penelitian ini adalah UKM yang berlokasi
di wilayah Surabaya dan Sidoarjo berdasarkan database dari Dinas Koperasi dan

23

UKM Wilayah Jawa Timur . Pengujian dilakukan dengan uji ANOVA

dan

Regresi Linear. Uji ANOVA digunakan untuk melakukan uji beda. Uji Regresi
Linear digunakan untuk melakukan uji pengaruh. Berdasarkan hasil pengujian
diperoleh simpulan sebagaimana tercantum dalam sub bab berikut:
1.

Dari hasil analisis yang telah dikemukakan, ternyata tingkat penerapan
akuntansi pada UKM di wilayah Surabaya dan Sidoarjo sudah cukup baik.
Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat rata-rata dari jawaban responden
yang sebagian besar menjawab netral, setuju, dan sangat setuju pada setiap
variabel.

2.

Berdasarkan hasil analisis terhadap hipotesis pertama dapat disimpulkan
bahwa jenis kelamin, tingkat pendidikan pemilik/manajer UKM, pengalaman
usaha pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis usaha, dan jumlah
karyawan tidak memiliki pengaruh terhadap penerapan akuntansi sehingga
tidak ada perbedaan penerapan akuntansi dilihat dari kategori jenis kelamin,
tingkat

pendidikan

pemilik/manajer

UKM,

pengalaman

usaha

pemilik/manajer UKM, umur perusahaan, jenis usaha, dan jumlah karyawan.
Namun, omzet perusahaan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
penerapan akuntansi. Hasil tersebut membuktikan bahwa hanya omzet
perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap penerapan akuntansi. Terbukti
hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Muhamad
Wahyudi bahwa omzet perusahaan mempengaruhi persepsi pelaku UKM
mengenai penerapan akuntansi. Oleh karena ada pengaruh omzet perusahaan
terhadap penerapan akuntansi sehingga ada perbedaan penerapan akuntansi

24

secara signifikan dilihat dari kategori omzet perusahaan. Semakin tinggi
omzet perusahaan, maka perusahaan akan cenderung menerapkan akuntansi.
Hal tersebut dibuktikan dengan responden dengan omzet lebih dari
Rp 75.000.000,- yaitu sebanyak 13 responden, seluruhnya menerapkan
akuntansi. Adapun sebagian besar responden dengan omzet kurang dari Rp
25.000.000,- dan responden dengan omzet Rp 25.000.000,- sampai dengan
Rp 75.000.000,- tidak menerapkan akuntansi. Hal tersebut dikarenakan UKM
yang memiliki omzet lebih dari Rp 75.000.000,- dalam sebulan cenderung
memiliki aktivitas operasional yang padat, jenis transaksi yang bervariasi, dan
frekuensi

yang

sering

dibandingkan

UKM

yang

memiliki

omzet

Rp 25.000.000,- sampai dengan Rp 75.000.000,- dan UKM yang memiliki
omzet kurang dari Rp 25.000.000,-. Oleh karena itu, UKM yang memiliki
omzet lebih dari Rp 75.000.000,- membutuhkan lebih dari sekedar catatan
akuntansi harian yang biasa dibuat UKM melainkan catatan akuntansi rinci
seperti yang disyaratkan oleh ETAP, yaitu laporan keuangan.
3.

Hasil pengujian terhadap kinerja perusahaan pada hipotesis kedua ditemukan
bukti bahwa penerapan akuntansi memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap kinerja perusahaan. Hasil tersebut dapat membuktikan hipotesis
kedua yang menyatakan, “Ada pengaruh penerapan akuntansi terhadap
kinerja perusahaan”. Penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan dan
meletakkan tanggung jawab para pelaku UKM akan arti pentingnya
penerapan akuntansi terhadap keberhasilan usaha mereka, sehingga mereka
mau menerapkan pembukuan demi kemajuan usaha mereka sendiri.

25

1.10 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya ada beberapa
hal yang dapat disarankan oleh peneliti antara lain:
1.

Penulis menyarankan kepada peneliti-peneliti berikutnya untuk menambah
jumlah sampel penelitian dan tidak hanya pada UKM yang berlokasi di
wilayah Surabaya dan Sidoarjo. Hal ini dikarenakan dengan menambah
sampel penelitian, penelitian yang dilakukan akan lebih mendukung.

2.

Peneliti-peneliti berikutnya sebaiknya memperhatikan untuk memperluas
sampel penelitian pada subjek lain yang terkait dengan usaha kecil dan
menengah, seperti pemerintah.

3.

Penelitian selanjutnya disarankan untuk menyertakan wawancara dengan
orang – orang di sekitar lingkungan responden guna memperoleh data yang
lebih akurat. Selain itu untuk mencegah terjadinya suatu kondisi dimana
responden bosan dan malas dalam mengisi kuesioner, dapat dibuat suatu
pertanyaan yang menarik, dan dengan kata-kata yang sederhana.

4.

Jumlah sampel yang kecil dan keterbatasan data dalam penelitian ini,
penelitian selanjutnya perlu dilaksanakan dengan memperluas sampel
penelitian. Dengan jumlah sampel yang lebih besar dan sebaran sampel yang
lebih besar agar hasil yang diperoleh bisa mewakili populasi, sehingga data
menjadi lebih akurat.

DAFTAR RUJUKAN
Amilia Septi Wulansari. 2008. Studi Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap
Profesionalisme Dosen Akuntansi Perguruan Tinggi di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Skripsi Sarjana dipublikasikan, Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta.

Cicilia Nanik Suzana. 2006. Investigasi Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Penyiapan dan Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kecil
dan Menengah. Skripsi Sarjana tidak dipublikasikan, STIE Perbanas
Surabaya.

Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. 1995. Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Jakarta :
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. 2007. Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Jakarta : Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Duc Son, Dang, et al. 2006. Users’ Perceptions and Uses of Financial Reports of
Small and Medium Companies (SMCs) in Traditional Economies :
Qualitative Evidence From Vietnam. Journal of Qualitative Research in
Accounting & Management, III. Pp 218 – 235.

Erna Wahyu Kristanti. 2007. Studi Terhadap Standar Pelaporan Keuangan Usaha
Kecil dan Menengah di Wilayah Depok. Skripsi Sarjana dipublikasikan,
Universitas Negeri Jakarta.

Hadiyahfitriyah. 2006. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan
Informasi Akuntansi Pada Usaha Kecil dan Menengah. Skripsi Sarjana
dipublikasikan, Universitas Negeri Jakarta. Tesis Magister
dipublikasikan.

Holmes, Scott, dan Des Nicholls. 1989. Modelling the Accounting Information
Requirements of Small Businesses. Acoounting and Business Research,
Vol. 19, No. 74. Pp 143 – 150.
26

27

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS Edisi 4.
Semarang : Badan Penerbit – Universitas Diponegoro.

Jati, Hironnymus, Bala, Beatus, dan Otnil Nisnoni. 2004. Menumbuhkan
Kebiasaan Usaha Kecil Menyusun Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis
dan Usahawan, II No. 8 : 210 – 218.

Kieso, Donald E., et al. 2002. Akuntansi Intermediate Edisi Kesepuluh.
Diterjemahkan oleh Emil Salim. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 40 Tahun 2003 tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan
Kecil. Jakarta : Menteri Keuangan.

Menteri Lingkungan Hidup. 2010. Beberapa Batasan/Kriteria Usaha Kecil dan
Menengah,
(Online).
(http://www.menlh.go.id/usahakecil/top/kriteria.htm, diakses 29 Juli 2010).

Mohan, Isaac. 2006. Financial Record-Keeping as a Tool For Small Business
Success: A Case Study Of Free State Province, South Africa.

Muhamad

Wahyudi. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penggunaan Informasi Akuntansi Pada Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) di Yogyakarta. Tesis Magister dipublikasikan, Universitas
Diponegoro Semarang.

Mulyadi. 1995. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa.
Yogyakarta : Penerbit STIE YKPN.

Presiden Republik Indonesia. 1999. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1999
tentang Pemberdayaan Usaha Menengah. Jakarta : Presiden.

28

Purnomo Setyawan. 2009. Menumbuhkan Kebiasaan Menyusun Laporan
Keuangan pada Usaha Kecil dan Menengah. Jurnal Bisnis dan
Usahawan, II No. 7 : 181 – 184.

Riahi-Belkaoui, Ahmed. 2000. Teori Akuntansi (Accounting Theory).
Diterjemahkan oleh Marwata, Harjanti, dan Heni. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat.

Sofyan Syafri Harahap. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta : PT Rajagrafindo Perkasa.

Suharsini Arikunto. 2002. Metode Statistika. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Wahdini dan Suhairi. 2006. Persepsi Akuntan Terhadap Overload Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) Bagi Usaha Kecil Dan Menengah. SNA IX
– Padang.

Wulan dan Nindita. (dita@multiply.com). 30 Agustus 2010. Artikel untuk PKMI,
E-mail kepada Evi Emilia Wati (eviemilia.w@gmail.com).