PROGRAM INTERVENSI DINI BERSUMBERDAYA KELUARGA UNTUK MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK CEREBRAL VISUAL IMPAIRMENT (CVI).

(1)

Novika Sari,2015

PROGRAM INTERVENSI DINI BERSUMBERDAYA UNTUK MENGOPTIMALKAN PENGEMBANGAN ANAK CEREBRAL

IMPAIRMENT (CVI)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Khusus


(2)

Novika Sari,2015

PROGRAM INTERVENSI DINI BERSUMBERDAYA UNTUK MENGOPTIMALKAN PENGEMBANGAN ANAK CEREBRAL NIM 1303186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

NOVIKA SARI

PROGRAM INTERVENSI DINI BERSUMBERDAYA KELUARGA UNTUK MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK CEREBRAL VISUAL

IMPAIRMENT (CVI)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing


(3)

Novika Sari,2015

PROGRAM INTERVENSI DINI BERSUMBERDAYA UNTUK MENGOPTIMALKAN PENGEMBANGAN ANAK CEREBRAL Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Khusus

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed NIP. 19590414 198503 1 005

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PROGRAM INTERVENSI

DINI BERSUMBERDAYA KELUARGA UNTUK MENGOPTIMALKAN

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK CEREBRAL VISUAL IMPAIRMENT (CVI)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.


(4)

Novika Sari,2015

PROGRAM INTERVENSI DINI BERSUMBERDAYA UNTUK MENGOPTIMALKAN PENGEMBANGAN ANAK CEREBRAL Yang membuat pernyataan,

Novika Sari NIM. 1303186


(5)

Novika Sari,2015

program intervensi dini bersumberdaya untuk mengoptimalkan pengembangan anak ABSTRAK

PROGRAM INTERVENSI DINI BERSUMBERDAYA KELUARGA UNTUK MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK CEREBRAL

VISUAL IMPAIRMENT (CVI)

Novika Sari

NIM. 1303186/Prodi PKh-SPs-UPI

Anak dengan cerebral visual impairment merupakan salah satu dari sekian banyak karakteristik anak berkebutuhan khusus. Cerebral visual impairment (CVI) merupakan kondisi dimana seseorang mengalami cerebral palsy yang disertai dengan visual impairment. Kondisi disabilitas yang dialami seseorang seringkali disertai dengan masalah-masalah perkembangan lainnya. Masalah perkembangan yang dialami oleh salah seorang anak CVI (berinisial IC) adalah ketertinggalan dalam aspek kognitif. IC merupakan anak yang mengalami cerebral visual impairment sejak lahir. Ketertinggalan perkembangan kognitif ini disebabkan oleh lingkungan terutama keluarga yang kurang memahami kondisi perkembangan anaknya, serta adanya kecenderungan keluarga untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terlihat secara fisik semata. Berdasarkan kondisi ini maka dibutuhkan suatu alternatif kegiatan yang dapat mengoptimalkan perkembangan kognitif anak cerebral visual impairment. Tujuan penelitian ini untuk memberikan alternatif program intervensi dini yang dapat mengoptimalkan perkembangan kognitif anak cerebral visual impairment. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, hasil yang didapatkan (1) Anak dengan kondisi disabilitas ganda seperti cerebral visual impairment memiliki potensi perkembangan kognitif yang dapat dioptimalkan dengan bantuan dari lingkungannya terutama keluarga, (2) Pentingnya pemahaman keluarga mengenai kondisi perkembangan anak, untuk memaksimalkan peranan dan fungsi keluarga untuk optimalisasi perkembangan kognitif anak, (3) Program intervensi dini dapat menjadi alternatif yang membantu keluarga untuk memaksimalkan segala aktivitas rutin harian, guna mengoptimalkan perkembangan kognitif anak cerebral visual impairment. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada setiap pihak dan profesional yang berkepentingan terhadap tumbuh kembang khususnya perkembangan kognitif anak CVI agar mempertimbangkan aktivitas sehari-hari dalam melakukan intervensi dini, selain itu berbagai pihak juga dapat mengembangkan program intervensi dini ini hingga teruji efektifitasnya pada subjek yang sama atau dikembangkan dan disesuaikan dengan subjek yang memiliki masalah serupa.


(6)

Novika Sari,2015

program intervensi dini bersumberdaya untuk mengoptimalkan pengembangan anak ABSTRACT

EARLY INTERVENTION PROGRAM BASED ON FAMILY FOR OPTIMALIZING COGNITIVE DEVELOPMENT OF CHILDREN WITH

CEREBRAL VISUAL IMPAIRMENT (CVI)

Novika Sari

NIM. 1303186/Prodi PKh-SPs-UPI

A child who has Cerebral Visual Impairment is one of characteristics of the children with special needed. Cerebral Visual Impairment (CVI) is a condition when someone experiences Cerebral Palsy with Visual Impairment. The disability condition which is experienced by someone is often completed with the developmental problem. The developmental problem which is experienced by one of CVI children (with the initial IC) is the backwardness in the cognitive aspect. IC is someone who has experienced cerebral visual impairment since the early stage. The backwardness of this cognitive development is caused by the environment, especially the family who does not have

sufficient understanding of the children’s condition. Additionally, this problem is also caused by a tendency of a family to overcome some barriers which are physically seen. In line with this notion, it is necessary to have an alternative activity aiming to optimalize the cognitive development of the sufferer of cerebral visual impairment. This study is aimed at giving an alternative program of the early intervention to optimalize the cognitive development of the sufferer of cerebral visual impairment. The qualitative research design was employed showing that (1) The child who experiences multiple dissability like cerebral visual impairment has the cognitive developmental potency optimalized by some aids from the environment, especially from the family, (2) The

importance of the family’s understanding about the condition of the child’s development

aims to maximize the role and the function of a family in optimalizing the the cognitive development of the child. (3) The early intervention program can be an alternative helping the family maximaze all activities in the daily routine. Additionally, it functions to optimalize the cognitive development of the child with cerebral visual impairment. According to the result of this study, it is suggested to all parties and the professional ones who are concerned with the growth, especially the cognitive development of the child of CVI, to consider the daily activities in undertaking this early intervention. In addition, some parties also have an opportunity to develop the early intervention program; therefore, this program is examined to be applied to the same subject or developed and adopted to other subjects who have the similar problem.


(7)

Novika Sari,2015

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Ucapan Terima Kasih ... iv

Abstrak ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi Tesis ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ... 9

B. Anak dengan Cerebral Visual Impairment (CVI) ... 14

C. Keluarga dan Intervensi Dini ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian ... 39

B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 44

C. Teknik Pengumpulan Data ... 44

D. Teknik Analisis Data ... 58


(8)

Novika Sari,2015

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 60 B. Pembahasan ... 120

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 133 B. Saran ... 134

Daftar Pustaka ... 136 Riwayat Hidup ... 140 Lampiran ... 141


(9)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan membahas mengenai latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat serta struktur organiasasi penulisan penelitian.

A.Latar Belakang Penelitian

Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam masyarakat, namun memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan secara universal. Hal ini dikarenakan melalui keluargalah sebuah individu terbentuk dan berkembang. Keberfungsian keluarga sangat berperan penting bagi perkembangan seorang individu.

Keluarga bukan hanya sebuah wadah untuk menciptakan keturunan-keturunan baru. Namun juga merupakan wadah dalam tumbuh kembang setiap anak. Keluarga merupakan suatu sistem yang mentransfer nilai-nilai dan norma-norma bagi setiap generasinya agar dapat berkembang menjadi anggota masyarakat. Goode (2007, hlm. 39) menjelaskan bahwa anak manusia tidak dapat bertahan hidup, jika tidak ada orangtua yang disosialisir untuk memeliharanya. Selain itu Goode (2007, hlm. 40) juga menyebutkan bahwa masyarakat harus membetuk atau menuntun unit (keluarga) yang meneruskan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. Keluarga merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam perkembangan anak. Namun dalam membesarkan dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak tersebut keluarga membutuhkan pihak-pihak lain yang profesional di bidangnya.

Silalahi dan Meinarno (2010, hlm. 265) menyebutkan dewasa ini anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat jumlahnya, bahwa 10% populasi anak-anak adalah anak berkebutuhan khusus dan mereka harus mendapat pelayanan khusus. Ini artinya terdapat jumlah yang tidak sedikit terhadap keluarga dengan anak berkebutuhan khusus. Kehadiran anak-anak


(10)

berkebutuhan khusus dalam keluarga sering memberikan reaksi-reaksi yang berbeda bagi setiap anggotanya. Hal ini juga seringkali memberikan dampak terhadap keberfungsian keluarga.

Sebagaimana pengertian anak berkebutuhan khusus menurut Alimin yaitu anak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing secara individual. Hal ini mengakibatkan keluarga juga harus mampu memberikan pendidikan yang sesuai sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan anak dengan baik. Namun banyak keluarga yang tidak memahami perkembangan anaknya terutama pada anak-anak berkebutuhan khusus.

Terdapat beragam tipe anak berkebutuhan khusus. Di Indonesia anak berkebutuhan khusus masih diidentikkan dengan ketunaan. Beragam ketunaan dialami oleh anak-anak bahkan sejak lahir. Salah satunya adalah tunaganda. Tunaganda (Weniningsih, dkk, 2013, hlm. 4) adalah anak berkebutuhan khusus (ABK) yang memiliki dua atau lebih hambatan. Salah satu jenis tunaganda adalah cerebral visual impairment (CVI).

Menurut Buultjens dan McLean (2003, hlm.9-11) anak dengan

cerebral visual impairment (CVI) adalah anak-anak yang mengalami cerebral palsy disertai dengan visual impairment. Beberapa penelitian

menyebutkan bahwa kebanyakan anak yang mengalami cerebral palsy biasanya akan disertai dengan hambatan-hambatan lain, salah satu yang paling umum adalah visual impairment. Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan sedini mungkin, hambatan perkembangan lain dapat mengikuti anak-anak berkebutuhan khusus. Misalnya saja yang dialami oleh subjek dalam penelitian ini.

Peneliti menemukan kasus dimana sebuah keluarga memiliki anak CVI berusia lima tahun yang juga mengalami ketertinggalan perkembangan kognitif. Kondisi CVI yang dialami oleh anak menjadi salah satu faktor yang mendukung tertinggalnya perkembangan kognitifnya. Kondisi ini diakibatkan karena keluarga kurang memahami kondisi perkembangan


(11)

anaknya. Kebanyakan orangtua, khususnya pada kasus ini terlalu berfokus pada hambatan yang dialami oleh anak secara kasat mata. Sehingga orangtua gencar melakukan rehabilitasi dan pengobatan secara fisik dan cenderung mengabaikan perkembangan yang lainnya. Ketidakmampuan anak untuk bergerak serta kondisi visual yang bermasalah semakin menghambat anak untuk melakukan eskplorasi dan belajar melalui lingkungannya.

Keluarga seharusnya dapat memaksimalkan peranannya dalam membantu optimalisasi perkembangan anak. Keluarga setidaknya harus dapat memenuhi perannya sebagaimana fungsi dasarnya. Fungsi dasar keluarga menurut Berns (dalam Lestari, 2012, hlm. 22) diantaranya adalah reproduksi, sosialisasi/edukasi, penugasan peran sosial, dukungan ekonomi dan dukungan emosi/pemeliharaan. Keberfungsian keluarga dengan baik pada dasarnya merupakan landasan penting bagi perkembangan individu yang optimal.

Telah dijelaskan oleh Mahdalela (2013, hlm. 6) anak berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan hidup yang spesial yang harus dimengerti dan dipahami oleh orangtua, semua anggota keluarga yang tinggal serumah serta oleh para pendidik dan lingkungan sekitar. Pihak-pihak di luar keluarga khususnya yang memiliki kompetensi dibidangnya juga memiliki kewajiban guna membantu keluarga, khususnya dalam memahami kondisi anaknya. Pemahaman mengenai kondisi anak tidak hanya sebatas memberitahu mengenai kondisi perkembangan serta hambatan yang dialami anak, namun juga terhadap potensi-potensi perkembangan yang dimiliki anak. Sesuai dengan pernyataan Silalahi dan Meinarno (2010, hlm. 72) bahwa mendidik anak dengan baik dan benar berarti menumbuhkembangkan totalitas potensi anak secara wajar.

Penanganan terkait perkembangan anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Hal ini dikarenakan pada usia-usia dini ini merupakan masa-masa keemasan anak dalam tumbuh kembang. Optimalisasi perkembangan anak


(12)

merupakan salah satu tugas utama keluarga sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Keterbatasan-keterbatasan khususnya mengenai pengetahuan orangtua ini mengakibatkan mereka membutuhkan bantuan pihak yang kompeten.

Bantuan-bantuan bagi keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan anak CVI salah satunya adalah melalui program intervensi dini. Allen dan Marotz (2010, hlm. 14) menjelaskan bahwa lingkungan dari keluarga dan rumah, komunitas dan masyarakat mempengaruhi semua aspek dalam perkembangan. Dunts (dalam Bruder, 2010, hlm. 340) menjelaskan intervensi dini pada anak sebagai pengalaman dan kesempatan yang diberikan kepada bayi dan balita (dan anak-anak prasekolah) yang memiliki kecacatan oleh orangtua dan pemberi perawatan primer lainnya untuk memaksimalkan akuisisi dan kemampuan hidup anak-anak dalam membentuk dan mempengaruhi interaksi mereka dengan orang-orang dan benda-benda. Sehingga guna membantu keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan anak CVI dibutuhkan suatu program yang efektif.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkan penanganan yang individual. Penelitian ini dilaksanakan untuk merancang sebuah program intervensi dini bersumberdaya keluarga yang dapat mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Sebagaimana studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, anak mengalami CVI dan tertinggal dalam perkembangan kognitif. Di satu sisi anak memiliki potensi perkembangan kognitif yang dapat dioptimalkan.

Optimalisasi perkembangan kognitif anak CVI ini memanfaatkan peranan keluarga dalam melaksanakan aktivitas harian bersama anak. Muhammad (2008, hlm. 53) menjelaskan dalam intervensi awal, bukan saja pelatihan yang diberikan kepada anak-anak tersebut, tetapi juga diberikan kepada orangtua yang bersangkutan mengenai cara menangani anak mereka. Oleh karena itu program intervensi dini dirancang bersama keluarga dan untuk keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anaknya.


(13)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini secara khusus merancang sebuah program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak cerebral visual impairment. B.Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini akan menjawab pertanyaan “Bagaimana program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak cerebral visual impairment (CVI)?”. Guna membantu menjawab fokus tersebut, maka disusunlah beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi perkembangan anak cerebral visual impairment ? a. Bagaimana kondisi cerebral palsy dan visual impairment anak CVI? b. Bagaimana kondisi perkembangan kognitif anak CVI?

c. Bagaimana aktivitas sehari-hari anak CVI?

2. Bagaimana kondisi keluarga dengan anak cerebral visual impairment? a. Bagaimana penerimaan keluarga terhadap anak CVI?

b. Bagaimana fungsi dan peran anggota keluarga dengan anak CVI? 3. Bagaimana pelaksanaan program intervensi dini bersumberdaya keluarga

untuk mengoptimalkan perkembangan kognifit anak cerebral visual

impairment?

a. Bagaimana program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak CVI yang tepat? b. Bagaimana keterlaksanaan program intervensi dini bersumberdaya

keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak CVI?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian dan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan merancang program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangann kognitif anak dengan cerebral visual impairment (CVI).


(14)

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif program intervensi dini bagi keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak cerebral visual impairment (CVI), khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada khalayak yang lebih luas baik masyarakat, lembaga pendidikan dan pemerintah agar dapat memberikan kebijakan dan memberikan perlakuan yang tepat dan efisien dalam membantu keluarga dari/dan anak CVI itu sendiri.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini berisi urutan rincian penulisan penelitian pada setiap bab nya. Tesis ini terdiri dari lima bab yang masing-masing terdiri dari sub-bab. Adapun struktur organisasi tersebut sebagai berikut:

Bab I berisi uraian mengenai pendahuluan yang merupakan bab perkenalan terkait penelitian. Bab I terdiri dari beberapa sub-bab yaitu:

1. Latar belakang penelitian.

Latar belakang penelitian berisi mengenai alasan pentingnya isu penelitian ini untuk dikaji. Selain itu pada sub-bab ini juga membahas mengenai hasil penelusuran mengenai teori terkait konteks yang dibahas dalam penelitian.

2. Fokus penelitian

Fokus dari penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan utama. Dalam mendukung terpenuhinya fokus penelitian ini maka dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian.

3. Tujuan Penelitian

Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai tujuan dari dilaksanakannya penelitian berdasarkan rumusan masalah penelitian.


(15)

Sub-bab ini menjelaskan mengenai manfaat dari penelitian khsususnya secara teoritis dan praktis. Manfaat penelitian dijelaskan baik bagi subjek dari penelitian maupun pihak-pihak yang dianggap berkepentingan.

5. Struktur organisasi penelitian.

Sub-bab ini berisi mengenai penjelasan secara rinci dan urut setiap bagian dari tesis secara keseluruhan.

Bab II berisi mengenai landasan teori yang relevan bagi penelitian ini. Teori-teori yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan, khususnya dalam hal memperkuat data-data dan analisis data penelitian. Pada bab ini terdiri dari beberapa sub-bab yang berisi teori sebagai berikut:

1. Perkembangan kognitif anak usia dini

2. Anak dengan cerebral visual impairment (CVI) 3. Keluarga dan intervensi dini

Bab III berisi mengenai metode penelitian. Metode penelitian merupakan penjelasan prosedur dan teknik-teknik yang digunakan selama proses penelitian. Bab tiga ini juga terbagi ke dalam beberapa sub-bab, yaitu:

1. Prosedur penelitian

Pada bagian sub-bab ini menjelaskan mengenai prosedur serta tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

2. Subjek dan tempat penelitian

Pada sub-bab ini membahas mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian atau biasa disebut sebagai subjek penelitian. Selain itu juga dijelaskan mengenai lokasi dimana penelitian ini berlangsung.

3. Pengumpulan data

Sub-bab ini menjelaskan mengenai teknik-teknik yang digunakan peneliti selama proses penelitian dalam mengumpulkan data-data yang


(16)

dibutuhkan di lapangan. Selain teknik, pada sub-bab ini juga dijelaskan mengenai instrumen yang digunakan peneliti dalam menggali data di lapangan.

4. Analisis data

Analisis data menjelaskan mengenai teknik yang digunakan peneliti dalam mengananlisis data-data yang sudah didapatkan dari lapangan.

Bab IV berisi mengenai hasil dan pembahasan dari keseluruhan penelitian. Pada bab ini inilah data-data yang telah dikumpulkan di lapangan dilaporkan dan ditampilkan sedemikan rupa. Selain itu juga pada bab ini data-data yang ada dianalisis agar menjawab dari rumusan penelitian. Bab IV terbagi menjadi dua sub-bab, yaitu:

1. Hasil penelitian

Hasil penelitian berisi display dan laporan terkait data-data yang telah didapatkan di lapangan.

2. Pembahasan

Pada sub-bab ini data-data yang telah dilaporkan pada bab sebelumnya akan dianalisis menggunakan teori-teori yang relevan.

Bab V membahas mengenai kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dan analisis penelitian. Pada bab ini terbagi menjadi dua sub-bab sebagai berikut:

1. Kesimpulan

Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang ditarik berdasarkan data-data yang didapatkan di lapangan serta berdasar hasil analisis yang telah dilakukan.

2. Saran

Sub-bab ini membahas mengenai rekomendasi dan saran yang diberikan peneliti kepada pihak-pihak yang berkepentingan terkait hasil penelitian secara umum.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yaitu dengan metode deskriptif. Metode deskriptif (Moleong, 2007, hlm.11) merupakan penelitian kualitatif dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Format deskriptif kualitatif studi kasus tidak memiliki ciri seperti air (menyebar di permukaan), tetapi memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena (Bungin, 2010, hlm. 68). Menurut Creswell (2013, hlm. 20) studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, aktifitas, peristiwa, atau sekelompok individu. Pendekatan ini dipilih guna mendapatkan data yang kaya akan kondisi di lapangan.

Penelitian studi kasus digunakan untuk menggali data secara mendalam mengenai kondisi yang dialami oleh anak dan keluarga. Data-data yang telah didapatkan selama identifikasi awal diolah dan dilaporkan secara deskriptif. Kemudian data-data yang ada diinterpretasikan dalam merancang program intervensi dini bersumberdaya keluarga guna mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Program yang telah dirancang diuji validitasnya melalui Expert

Jugdgment, kemudian diuji keterlaksanaannya. Secara garis besar, proses

penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahapan penelitian.

Metode ini digunakan untuk mengungkap data-data berupa kondisi yang terjadi pada anak dan keluarga. Selanjutnya berdasarkan hasil identifikasi tersebut maka disusunlah sebuah program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak cerebral visual

impairment (CVI). Program inilah yang akan dilaksanakan oleh keluarga guna

mengoptimalkan perkembangan kognitif anaknya. Pada akhirnya penelitian ini akan melakukan uji keterlaksanaan dari program intervensi dini tersebut oleh keluarga. Hingga mengetahui keterlaksanaan dari program, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan


(18)

catatan lapangan. Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan, yang secara keseluruhan dijabarkan ke dalam beberapa sub bahasan pada bab ini.

A.Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa tahapan penelitian, mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2009, hlm. 148) yaitu (1) studi pendahuluan, (2) pengembangan model, (3) uji model. Berdasarkan langkah tersebut maka penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu pertama, studi pendahuluan berupa identifikasi awal yang terdiri dari studi lapangan dan studi literatur. Kedua hal ini dilakukan untuk menggali kondisi dari subjek serta memperkaya dalam menganalisis menggunakan referensi yang relevan. Selanjutnya tahap kedua, merumuskan program berdasarkan hasil dari studi pendahuluan. Hasil dari tahap kedua ini adalah program intervensi berbasis keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak cerebral visual impairment (CVI). Selanjutnya yang terakhir adalah uji keterlaksanaan program oleh keluarga. Untuk lebih jelasnya, tahapan penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


(19)

(20)

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

Telah dijelaskan di atas bahwa penelitian ini terdiri dari tiga tahapan. Tahapan penelitian yang tergambar dalam alur penelitian di atas akan dijabarkan di bawah ini:

Tahap I. Studi Pendahuluan

Tahap pertama dari penelitian ini adalah melakukan studi literatur dan identifikasi awal. Studi literatur dilakukan sebagai bekal peneliti untuk menggali aspek-aspek yang dibutuhkan dalam mengetahui potensi dan kebutuhan anak serta keluarganya. Studi literatur khususnya diperuntukkan mengidentifikasi perkembangan kognitif berdasarkan milestone yang ada. Identifikasi awal dilakukan guna mendapatkan data mengenai kondisi anak dan keluarganya. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kondisi-kondisi anak mengenai hambatan yang dimilikinya, khususnya cerebral visual impairment (CVI) sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Peneliti juga mengamati aspek perkembangan kognitif anak yang nantinya akan dikembangkan. Selain itu kondisi keluarga dibutuhkan guna mengetahui potensi dari keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan potensi perkembangan kognitif anak melalui program intervensi dini.

Hasil dari studi pendahuluan ini adalah kondisi dari anak CVI dan kondisi keluarga. Kondisi di sini mengenai perkembangan fisik dan motorik, sisa penglihatan dan perkembangan kognitif anak. Hasil kondisi keluarga adalah kondisi aktual keluarga secara keseluruhan, khususnya mengenai fungsi keluarga serta hambatan dan potensi yang dapat dimaksimalkan dalam intervensi dini.

Tahap II. Merancang Program

Pada tahap ini proses penelitian adalah merancang program hingga terbentuk program yang siap dilaksanakan oleh keluarga. Berdasarkan data hasil studi pendahuluan dan telaah teori maka penelitian selanjutnya adalah


(21)

merancang program bersama keluarga. Peneliti bersama keluarga merancang program intervensi dini bersumberdaya keluarga yang dapat mengoptimalkan potensi perkembangan kognitif anak. Keterlibatan keluarga dalam merancang program dianggap sangat penting, karena keluarga harus mengetahui kondisi anaknya serta akan adanya keterlibatan keluarga dalam pelaksanaan utama program. Selain itu, program yang dirancang memanfaatkan aktivitas harian anak dan keluarga. Aktivitas tersebut kemudian disesuaikan agar lebih efektif terhadap perkembangan kognitif anak.

Program yang telah dirancang, kemudian divalidasi menggunakan metode expert judgment. Validasi dilakukan untuk menguji kredibilitas dan validitas dari draft program yang telah dirancang sebelumnya. Expert judgment adalah pengkajian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang diangggap kompeten terhadap program yang telah dirancang. Expert judgment dilakukan oleh tiga orang ahli yang terdiri dari satu orang dosen ahli dan dua orang praktisi yang mengetahui kondisi anak serta telah berkecimpung dalam aktivitas intervensi. Berdasarkan hasil expert judgment yang telah dilakukan, didapatkan masukan-masukan terhadap rancangan program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan potensi perkembangan kognitif anak CVI. Maka rancangan akan direvisi berdasarkan masukan yang dianggap sesuai dengan tujuan dari dibentuknya program tersebut.

Hasil akhir pada tahap kedua penelitian ini adalah sebuah program yang siap untuk dilaksanakan oleh keluarga. Program ini diharapkan dapat membantu keluarga dalam melakukan intervensi dini kepada anak CVI sehingga dapat mengoptimalkan potensi perkembangan kognitifnya. Secara lebih lanjut tujuan akhir dari pelaksanaan program ini adalah berkembangnya perkembangan kognitif anak CVI.

Tahap III. Pelaksanaan Program

Tahap ketiga dari penelitian ini adalah pelaksanaan program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak CVI oleh keluarga. Dalam proses pelaksanaan ini pertama-tama peneliti


(22)

melakukan sosialisasi terkait program yang telah divalidasi dan akan dilaksanakan oleh keluarga. Sosialisasi dilakukan kepada anggota keluarga khususnya yang menjadi pelaksana utama program.

Setelah program disosialisasikan, selanjutnya dilakukan pelaksanaan oleh keluarga bersama peneliti. Pelaksanaan dilakukan bersama peneliti agar selama prosesnya keluarga dan peneliti dapat berdiskusi sehingga pelaksanaan dilaksanakan sesuai program. Adanya peneliti dalam pelaksanaan awal diharapkan dapat memberikan masukan dan membimbing keluarga sebelum melaksanakan program secara mandiri.

Pelaksanaan program secara mandiri dilakukan oleh keluarga setelah dianggap mampu dan siap. Pelaksanaan mandiri oleh keluarga tidak lagi ada campur tangan peneliti. Tugas peneliti pada awal pelaksanaan mandiri ini hanya sebagai pengamat. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah keluarga telah benar-benar siap melaksanakan aktivitas sesuai program. Selanjutnya keluarga benar-benar melaksanakan program tanpa peneliti sebagai pembimbing maupun pengamat. Setelah beberapa hari atau sekitar dua minggu, peneliti akan hadir sebagai pengamat untuk melakukan uji keterlaksanaan terhadap program yang dilaksanakan oleh keluarga. Uji keterlaksanaan ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara untuk mengetahui apakah selama melakukan aktivitas yang telah disepakati, pelaksana dapat melaksanakan sesuai program yang telah dirancang.

Hasil dari tahapan pelaksanaan program oleh keluarga ini adalah anailsis mengenai keterlaksanaan program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan potensi perkembangan kognitif anak cerebral visual

impairment. Data-data pelaksanaan program intervensi dini ini kemudian akan

dianalisis sehingga mendapatkan hasil apakah program dapat terlaksana atau tidak di lapangan.

Secara keseluruhan alur penelitian ini dirancang untuk menyusun program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak cerebral visual impairment berdasarkan kasus


(23)

sebenarnya yang ada di lapangan. Berdasarkan kondisi sebenarnya ini maka diharapkan program lebih realistis dan dapat bermanfaat. Uji keterlaksanaan dilakukan untuk mengetahui bahwa program benar-benar dapat dilaksanakan oleh keluarga kepada anak dengan CVI.

B.Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah keluarga dengan anak cerebral visual

impairment (CVI) yang berusia lima tahun. Anak cerebral visual impairment

adalah mereka yang memiliki disabilitas ganda yaitu cerebral palsy disertai

visual impairment. Usia anak yang dipilih adalah lima tahun dikarenakan

program yang akan dibuat merupakan program intervensi dini dengan sasaran anak usia dini. Keluarga sebagai subjek terdiri dari orang-orang yang hidup satu atap dan menghabiskan waktu bersama sehari-harinya. Keluarga tersebut terdiri dari Ayah, Ibu, Anak CVI, Kakek, Nenek dan Tante. Selanjutnya anak CVI akan disebut dengan inisial nama IC. Seluruh anggota keluarga menjadi penting untuk dikaji karena program intervensi dini yang akan dirancang merupakan program bersumberdaya keluarga, artinya program ini dibuat dan dilaksanakan oleh keluarga. Pada akhirnya pelaksana utama dari program intervensi dini ini adalah Ibu dan Nenek. Ibu dan Nenek dipilih karena mereka adalah anggota keluarga yang lebih banyak menghabiskan waktu dan melayani kebutuhan dari IC.

Lokasi penelitian ini merupakan rumah tinggal keluarga anak CVI. Keluarga ini tinggal di suatu perumahan padat penduduk di kota Bandung. Rumah dipilih sebagai lokasi penelitian, karena di sanalah aktivitas-aktivitas utama IC dilakukan. IC belum bersekolah dan nyaris tidak memiliki aktivitas rutin di luar rumah. Adapun program yang dirancang merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan di rumah, sehingga rumah menjadi lokasi penelitian ini.


(24)

Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2007, hlm. 157) menjelaskan bahwa data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Secara lebih rinci Cresswell (2013, hlm. 261) menjelaskan bahwa keberagaman data kualitatif itu bisa didapatkan melalui teknik-teknik pengumpulan data tertentu. Teknik lainnya adalah kuesioner yang digunakan dalam proses validasi program. Data-data yang didapatkan ini kemudian direview oleh peneliti agar memiliki makna dan mengolahnya ke dalam ketegori atau tema-tema tertentu yang sesuai.

Dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan terkait penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang relevan. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan catatan lapangan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan oleh peneliti secara langsung di lapangan. Teknik tersebut diantaranya adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya data yang telah diperoleh akan direduksi sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kategori-kategori atau tema tertentu.

Guna menggali data-data yang dibutuhkan menggunakan teknik-teknik tertentu, peneliti menggunakan kisi intrumen sebagai acuan. Adapun kisi-kisi intrumen yang digunakan sebagai panduan dalam menggali data penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian No. Pertanyaan

Penelitian

Aspek Teknik Informan

1 2 3 4 5

1. Bagaimana kondisi

perkembangan anak CVI?

1. Kondisi cerebral palsy dan low vision

anak

Wawancara, observasi

Ayah, Ibu dan Nenek 2. Kondisi

perkembangan kognitif anak

Wawancara, Observasi

Ayah, Ibu dan Nenek 3. Aktivitas sehari-hari

anak

Wawancar, Observasi

Ayah, Ibu dan Nenek


(25)

2. Bagaimana kondisi keluarga

dengan anak CVI?

1. Penerimaan

keluarga terhadap anak

Wawancara Ayah, Ibu, Kakek, Nenek dan Tante

2. Fungsi keluarga dan peran anggota keluarga

Wawancara Ayah, Ibu, Kakek, Nenek dan Tante 3. Bagaimana

pelaksanaan program

intervensi dini bersumberdaya keluarga dalam memaksimal-kan

perkembangan anak CVI?

1. Program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak

Kuesioner Ayah, Ibu, Nenek dan Validator/E

xpert Judgment

2. Keterlaksanaan program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak

Wawancara dan

Observasi

Ibu dan Nenek

1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada wawancara ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara menurut Gorden (dalam Herdiansyah, 2013, hlm. 29) adalah percakapan dua orang dimana salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk tujuan tertentu. Herdiansyah (2013, hlm. 31) juga menjelaskan bahwa wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan trust sebagai landasan utama dalam proses memahami. Wawancara semi terstruktur lebih tepat digunakan karena peneliti diberi kebebasan dalam mengatur alur dan setting wawancara. Peneliti hanya mengandalkan pedoman wawancara dalam menggali data agar informan


(26)

penelitian lebih bebas dalam megemukakan jawaban sepanjang tidak keluar dari tema (Herdiansyah, 2013, hlm. 66).

Wawancara dilaksanakan secara langsung. Wawancara langsung ini dilakukan dengan harapan peneliti mendapatkan informasi yang lebih tajam dan berdasarkan fakta, dilakukan secara langsung agar peneliti dapat memperhatikan kondisi informan ketika memberikan informasi. Wawancara dilakukan kepada informan pada dua tahapan penelitian, yaitu pada tahap satu studi pendahuluan dan pada tahap tiga pelaksanaan program.

Pada tahap studi pendahuluan, wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi anak dan keluarga. Pada tahap ini pedoman wawancara terbagi menjadi dua yaitu untuk kepentingan penggalian kondisi anak dan yang kedua guna menggali kondisi keluarga. Penggalian data terhadap kondisi anak dilakukan peneliti kepada informan yang terdiri dari Ayah, Ibu dan Nenek. Ketiga informan ini dianggap paling mengetahui mengenai kondisi dari anak CVI. Sedangkan wawancara guna menggali data kondisi keluarga dilakukan peneliti kepada setiap anggota keluarga yang hidup bersama anak CVI. Kedua pedoman wawancara tersebut dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Kondisi Anak CVI

Pedoman Wawancara Kondisi Anak Cerebral Visual Impairment (CVI)

Tempat :

Tanggal/Waktu :

Informan :

A. Bagaimana kondisi cerebral palsy dan low vison anak CVI? 1. Bagaimana kondisi anak pra kelahiran?

2. Bagaimana kondisi anak pada saat setelah dilahirkan?

3. Bagaimana tahapan perkembangan yang telah dilalui anak khususnya secara fisik/motorik dan penglihatan?


(27)

1. Bagaimana perkembangan kognitif anak khususnya berdasarkan tahapan sensori motor?

2. Bagaimana perkembangan kognitif anak, khususnya berdasarkan tahapan praoperasional?

C. Bagaimana aktivitas sehari-hari anak CVI?

1. Bagaimana kemandirian anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari?

2. Bagaimana keteraturan aktivitas anak dalam kehidupan sehari-hari? 3. Bagaimana aktivitas rekreasi yang dilakukan anak bersama

keluarga?

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Kondisi Keluarga Anak CVI Pedoman Wawancara Kondisi Keluarga Anak Cerebral Visual

Impairment (CVI)

Tempat :

Tanggal/Waktu :

Informan :

A. Bagaimana penerimaan keluarga terhadap anak CVI? 1. Bagaimana harapan anda sebelum anak lahir?

2. Bagaimana respon anda ketika pertama kali mengetahui kondisi anak CVI?

3. Bagaimana sikap dan perlakuan anda terhadap anak CVI baik secara fisik maupun verbal?

4. Bagaimana kedekatan anda bersama anak CVI? B. Bagaimana fungsi dan peran anggota keluarga?

1. Bagaimana fungsi sosialisasi/edukasi yang dijalankan kepada anak CVI?

2. Bagaimana peranan sosial anda terhadap anak CVI?

3. Bagaimana dukungan ekonomi yang anda lakukan terhadap anak CVI?


(28)

terhadap anak CVI?

Selanjutnya wawancara juga dilakukan pada tahapan ketiga penelitian. Tahapan yang ketiga yaitu pelaksanaan, wawancara dilakukan untuk mengetahui proses dan keterlaksanaan dari program ini. Informan pada wawancara ini adalah pelaksanan utama dari program intervensi dini yaitu Ibu dan Nenek. Adapun wawancara dilaksanakan berdasarkan pedoman yang telah disusun sebagai berikut:

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Keterlaksanaan Program

Instrumen Wawancara Keterlaksanaan Program Intervensi Dini Bersumberdaya Keluarga untuk Mengoptimalkan Perkembangan

Kognitif Anak CVI(Cerebral Visual Impairment) Informan :

Lokasi : Hari, Waktu :

A. Siapa yang melaksanakan program intervensi dini di rumah? 1. Siapa saja yang melaksanakan intervensi dini?

2. Siapa yang paling sering melaksanakan intervensi dini? B. Bagaimana proses pelaksanaan program intervensi dini?

1. Bagaimana konsistensi anda dalam melakukan intervensi di setiap aktivitas (mandi, berpakaian, makan dan minum) bersama anak?

2. Apakah dalam satu hari semua aktivitas terpenuhi sebagaimana tuntunan program intervensi dini?

C. Bagaimana keterlaksanan program intervensi dini oleh keluarga? 1. Menurut anda berapa persen program dapat anda laksanakan? 3. Kesulitan apa saja yang anda temui dalam melaksanakan


(29)

program?

4. Apakah ada aktivitas lain yang anda terapkan sebagaimana program intervensi dini di luar aktivitas yang dirancang?

5. Apa saran anda dalam pelaksanaan program intervensi dini? 2. Observasi

Mills (dalam Herdiansyah, 2013, hlm. 131) observasi adalah sebuah kegiatan yang terencana dan terfokus untuk melihat dan mencatat serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah sistem yang memiliki tujuan tertentu, serta mengungkap apa yang ada di balik munculnya perilaku an landasan suatu sistem tersebut. Matthews dan Ross (dalam Haris Herdiansyah, 2013, hlm. 129-130) mendefinisikan observasi merupakan metode pengumpulan data melalui indra manusia. Observasi dimaksudkan adalah proses mengamati subjek penelitian beserta lingkungannya dan melakukan perekaman dan pemotretan atas perilaku yang diamati tanpa mengubah kondisi alamiah subjek dengan lingkungan sosialnya. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi baik mengenai subjek maupun lingkungan keluarganya. Dengan begitu peneliti mengharapkan setiap informasi, kondisi dan gestur dari informan dapat memperkaya dan mempertajam dalam mengolah data.

Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan dalam menggali data pada dua tahapan penelitian yaitu penelitian tahap satu dan tahap tiga. Observasi pada tahap satu dilakukan guna mendapatkan data mengenai kondisi anak CVI. Observasi pada tahap tiga dilakukan untuk mendapatkan data terkait keterlaksanaan program oleh keluarga. Selama melakukan observasi, peneliti menggunakan pedoman observasi agar memudahkan dalam mendapatkan data.

Pedoman observasi yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu pedoman observasi kondisi perkembangan kognitif anak dan pedoman observasi keterlaksanaan program. Pedoman observasi perkembangan kognitif merupakan modifikasi berdasarkan milestone perkembangan


(30)

kognitif yang disampaikan oleh Piaget (dalam Santrock, 2007, hlm. 246). Pedoman observasi keterlaksanaan program dirancang berdasarkan kebutuhan akan data pelaksanaan.

Observasi perkembangan kognitif anak dilakukan terhadap anak CVI. Observasi dilakukan langsung oleh peneliti menggunakan pedoman tersebut untuk mengetahui perkembangan kognitif yang telah dilalui oleh anak. Pada pelaksanaannya observasi dilaksanakan secara alamiah dan beberapa aktivitas dikondisikan untuk mengidentifikasi perilaku tertentu.

Observasi keterlaksanaan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program dapat dilaksanakan di lapangan. Observasi diamati langsung oleh peneliti. Pengamatan dilakukan terhadap pelaksanaan program oleh keluarga terutama oleh pelaksana utama yaitu Ibu dan Nenek.


(31)

Pedoman Observasi Perkembangan Kognitif

Oberver :

Subjek Observasi : Lokasi Observasi : Waktu Observasi : Dimensi Observasi :

Milestone Indikator TB Observasi MI BI Keterangan

1 2 3 4 5 6

Usia 0-2 Tahun

Tahap Perkembangan Sensori-Motor

1. Mampu melakukan tindakan refleksis  Melakukan refleks spontan : mengisap 2. Kebiasaan-kebiasaan (habits) yang

pertama dan reaksi-reaksi sirkuler primer

 Melakukan gerak refleksi meskipun terpisah dari stimulusnya.

 Duplikasi dengan mengulangi tindakan-tindakan dengan cara yang sama

3. Reaksi-reaksi sirkuler sekunder  Berorientasi pada objek, berpindah dari kesyikan dirinya sendiri

 Mengulang tindakan-tindakan yang menyenangkan baginya

4. Koordinasi terhadap reaksi-reaksi

sirkuler sekunder 

Koordinasi yang baik antara pandangan, sentuhan, tangan dan mata

5. Reaksi sirkuler tersier, kesenangan baru

dan keingintahuan. 

Mengeksplorasi berbagai kemungkinan baru dan objek-objek di sekitarnya.


(32)

TB : Teridentifikasi dengan baik

MI : Mulai teridentifikasi tapi belum cukup konsisten dan masih membutuhkan bantuan BI : Belum teridentifikasi

yang dimiliki

Usia 2-7 Tahun

Tahap Perkembangan Praoperasional

1. Memiliki kemampuan fungsi Simbolik (Mampu menggambarkan objek yang secara mental tidak ada)

 Menggunakan desain-desain acak untuk menggambarkan objek/ menggambarkan objek sebenarnya dengan objek pengganti

2. Memiliki gaya pemikiran Intuitif

(penalaran primitif) 

Anak selalu ingin tahu dan banyak bertanya

 Bercerita dengan yakin mengenai sesuatu hal berdasarkan perspektifnya

 Melakukan pilihan-pilihan dengan yakin (tanpa pemikiran rasional)

3. Memiliki kemampuan pemikiran sentralisasi

(pemfokusan perhatian terhadap satu karakteristik dan pengabaian yang lain)

 Mampu mengelompokkan objek berdasarkan warna yang sama (Merah, Kuning, Biru)

 Ketika diminta menunjukkan gelas yang lebih banyak zat cairnya, anak menunjukk yang lebih tinggi (mengabaikan volume nya) *tugas zat cair*

Indikator yang teridentifikasi dengan baik (TB) dan mulai teridentifikasi meskipun masih belum cukup konsisten (MI), maka milestone tersebut dianggap sudah dapat dicapai oleh anak. Milestone yang masih berada pada ceklis MI artinya memerlukan intervensi lebih agar dapat semakin berkembang dengan baik. Milestone yang belum teridentifikasi (BI) selama proses observasi maka dianggap belum tercapai, sehingga membutuhkan intervensi khusus.


(33)

Pedoman Observasi Keterlaksanaan Program Intervensi Dini Bersumberdaya Keluarga untuk Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif Anak CVI (Cerebral Visual Impairment)

Observer : Subjek : Lokasi : Hari, Tanggal :

No Aspek Pelaksanaan (√) Keterangan

LS LBS TL

1. Makan

a. Memberikan informasi bahwa anak akan makan dan manfaat dari makan

b. Memberikan informasi kepada anak bahwa makan menggunakan piring/mangkok dan sendok/garpu

c. Memberikan informasi kepada anak mengenai warna peralatan makan dengan memposisikan benda tersebut hingga terjangkau penglihatannya

d. Memberikan anak kesempatan untuk menyentuh peralatan makan e. Menginformasikan makanan yang akan dimakan oleh anak

f. Menginformasikan bebauan makanan tersebut dengan mendekatkannya sehingga anak dapat mencium aromanya sembari memberikan informasi bau tersebut berasal dari makanan apa

Total Ceklis (n)

Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Makan Berdasarkan Ceklis (√) (n/6 x 100%) =


(34)

a. Memberikan informasi bahwa anak akan minum (air mineral atau susu) dan manfaatnya

b. Memberikan informasi kepada anak bahwa minum menggunakan gelas dan sendok

c. Memberikan informasi kepada anak mengenai warna gelas dan sendok dengan memposisikan benda tersebut hingga terjangkau penglihatannya

d. Memberikan anak kesempatan untuk menyentuh gelas dan sendok e. Menginformasikan bebauan minuman tersebut dengan

mendekatkannya sehingga anak dapat mencium aromanya sembari memberikan informasi bau tersebut berasal dari minuman apa Total Ceklis (n)

Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Makan Berdasarkan Ceklis (√) (n/6 x 100%) =

3. Mandi

a. Memberikan informasi bahwa anak akan mandi dan manfaat dari mandi

b. Memberikan informasi kepada anak mengenai air hangat dan dingin dengan menyentuhkan anggota tubuh baik tangan atau kaki anak

c. Memberikan informasi (warna) peralatan yang digunakan untuk mandi seperti gayung dan bak mandi


(35)

memakaikannya kepada anak serta menjelaskan fungsinnya

e. Memberikan anak kesempatan untuk mencium aroma sampo dan sabun

f. Memberikan anak kesempatan untuk merasakan tekstur sampo dan sabun

Total Ceklis (n)

Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Makan Berdasarkan Ceklis (√) (n/6 x 100%) =

4. Berpakaian

a. Memberikan informasi kepada anak akan berpakaian serta fungsinya

b. Memberikan anak pilihan pakaian (cukup 2)

c. Memberitahukan kepada anak warna dari pakaian yang digunakan d. Memberikan kesempatan anak untuk menyentuh pakaiannya e. Memberikan informasi kepada anak bahwa akan menggunakan

celana/rok

f. Memberikan informasi warna dari celana/rok tersebut Total Ceklis (n)

Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Makan Berdasarkan Ceklis (√) (n/6 x 100%) =

Keterangan:

LS : Dilaksanakan dengan sempurna/baik

LBS : Dilaksanakan namun belum sempurna atau secara keseluruhan TL : Tidak dilaksanakan


(36)

Instrumen digunakan untuk mengetahui apakah aktivitas sudah terlaksana sesuai dengan program. Pedoman observasi diisi oleh peneliti berdasarkan pengamatan langsung terhadap aktivitas program yang dilaksanakan oleh pelaksana yaitu Ibu dan Nenek. Waktu pelaksanaan observasi disesuaikan dengan waktu alamiah aktivitas tersebut berlangsung. Setiap aspek yang dinilai akan diberi tanda ceklis (√) sesuai dengan kriteria penilaian. Tanda ceklis pada kolom LS jika pelaksana melaksanakan aspek pada aktivitas tersebut dengan baik. Tanda ceklis pada kolom LBS jika pelaksana program mulai melaksanakan aspek namun tidak sepenuhnya, misalnya kurang memperhatikan jarak pandang anak. Tanda ceklis pada kolom TL diberikan jika pelaksana tidak melaksanakan aspek sama sekali.

Masing-masing pada ceklis akan diakumulasikan pada total ceklis kemudian dipersentasekan. Hasil persentase digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase dari pelaksanaan program terhadap masing-masing aktivitas. Hasil persentase inilah yang menjadi salah satu acuan bagi peneliti untuk mengetahui keterlaksanaan dari program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak cerebral visual impairment.

3. Catatan lapangan

Herdiansyah (2013, hlm. 148) menjelaskan bahwa catatan lapangan atau fieldnotes adalah hasil rekaman berupa kata/kalimat yang dicatat dalam sebuah format tertentu berdasarkan temuan konkret di lapangan. Herdiansyah juga menjelaskan bahwa pada catatan lapangan terdiri dari dua bagian yaitu catatan deskriptif dan catatan reflektif. Catatan deskriptif merupakan hal-hal yang teramati dilapangan dan dianggap memiliki makna. Catatan reflektif merupakan makna-makna yang terkandung dari hal-hal yang terdapat di dalam catatan deskriptif.

Catatan lapangan dilakukan peneliti setiap kali melakukan kunjungan ke rumah subjek. Melalui catatan lapangan ini hal-hal yang


(37)

dianggap penting dan terungkap sebagai tanda-tanda bermakna akan menjadi data bagi penelitian yang tidak terungkap pada saat melakukan wawancara dan observasi. Pada penulisan catatan lapangan ini yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu peneliti harus jeli dan teliti dalam menangkap hal-hal bermakna.

4. Kuesioner

Kuesioner ini digunakan pada saat proses validasi program. Kuesioner diisi oleh para expert judgment dalam memvalidasi program intervensi dini bersumberdaya keluarga untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak CVI. Dalam proses expert judgment ini para ahli memiliki kebebasan untuk mengisi kuesioner selama tidak keluar dari aspek penilaian. Adapun kuesioner tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kuesioner Expert Judgment Kuisioner Expert Judgment

Program Intervensi Dini Bersumberdaya Keluarga untuk Mengoptimalkan Perkembangan Kognitif Anak Cerebal Visual Impairment (CVI)

No. Aspek yang dikaji

Validitas

Kritik dan Saran

Memadai Belum

Memadai 1. Dasar Pemikiran

Penyusunan Program 2. Tujuan Program 3. Metode

4. Media

5. Prosedur dan langkah pelaksanaan intervensi 6. Alat ukur penilaian 7. Sistematika

penyusunan program 8. Variasi dalam kegiatan

intervensi

9. Kesesuaian tujuan dan kegiatan intervensi


(38)

10. Kepraktisan dan keterlaksanaan program intervensi

Saran-saran lainnya untuk penyempurnaan program intervensi:

Bandung, 2015 Validator

Berdasarkan kritik dan saran yang telah diberikan oleh validator dalam expert judgment inilah program akan direvisi. Program direvisi agar menjadi lebih valid dan dapat mencapai tujuan-tujuan yang direncanakan. Masukan-masukan yang diberikan berdasarkan expert judgment

diharapkan agar program dapat terlaksanan dan efektif dalam pelaksanaannya.

D.Teknik Analisis Data

Di dalam penelitian ini data diperoleh dari berbagai sumber dan teknik. Teknik pengumpulan data sebagaimana telah dijelaskan di atas, diantaranya adalah wawancara, observasi dan catatan lapangan. Dalam melakukan analisis data ini maka dibutuhkan teknik-teknik yang tepat. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 334-335) aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan untuk memilih dan mengelompokkan data-data yang dianggap penting atau data utama dan data penunjang. Data-data yang didapatkan dilapangan diringkas dan dipilah berdasarkan fokus dan karakteristik data. Data-data yang diperoleh dari berebagai sumber dan


(39)

teknik pengumpulan data diberi kode, kemudian dikelompokkan berdasarkan tema.

2. Penyajian data

Penyajian atau display data dilakukan untuk memudahkan dalam memahami data-data yang ada dan melakukan perencanaan kerja selanjutnya guna melengkapi data yang kurang. Data-data yang telah direduksi dikelompokkan berdasarkan tema guna menjawab pertanyaan penelitian. Pengelompokkan tema ini akan memperkaya data dan sebagai verifikasi serta triangulasi data hasil penelitian. Dengan begitu pertanyaan penelitan yang belum terjawab dengan baik akan terlihat dengan jelas. Selain itu, hal ini memudahkan dalam melakukan analisis.

3. Menarik Kesimpulan atau verifikasi

Triangulasi data dilakukan dalam penelitian untuk menguji keabsahan data. Dalam tahap ini peneliti membuat rumusan proposisi berdasarkan data-data yang ditemui di lapangan dan dianggap valid. Kemudian dilakukan pengkajian yang berulang untuk mencari makna dari data tersebut. Selanjutnya adalah melakukan pengelompokkan dan proposisi menjadi satu data yang utuh. Dari data tersebut penelitian dilaporkan dalam laopran yang lengkap

Data-data yang didapatkan dari berbagai teknik dan sumber dikumpulkan, kemudian dilakukan kategorisasi untuk selanjutnya direduksi. Data-data dikelompokkan berdasarkan tema yang sesuai guna menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian data yang telah direduksi tersebut dianalisis berdasarkan teori yang telah ada. Selanjutnya berdasarkan data dan analisis yang ada maka akan ditarik kesimpulan yang sesuai.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa IC merupakan anak dengan cerebral visual

impaiment yang mengalami hambatan perkembangan kognitif (lihat lampiran

4). Sesuai tahapan perkembangan kognitif Piaget, IC yang sesuai usianya seharusnya berada pada tahap perkembangan praoperasional, namun pada kenyataannya Ia masih berada pada tahapan perkembangan sensori motor. IC memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan dalam mengoptimalkan perkembangan kognitifnya. IC juga memiliki usaha yang cukup baik dalam untuk mendapatkan sesuatu meskipun terbatas secara fisik dan mengalami masalah motorik. IC masih memiliki sisa penglihatan yang dapat dimanfaatkan dengan efisien dalam membantu perkembangan kognitifnya (lihat lampiran 2).

IC tinggal di keluarga besar yang memiliki potensi untuk mendukung optimalisasi perkembangannya khususnya perkembangan kognitif. Pada awalnya kondisi pengasuhan keluarga IC yang masih berfokus pada pemeliharaan fisik semata. Hal ini menjadi salah satu permasalahan dalam keluarga ini, yang juga memberikan sumbangan terhadap kurang berkembangnya perkembangan kognitif IC. Secara keseluruhan keluarga memiliki penerimaan dan usaha yang cukup baik dalam membesarkan IC (lihat lampiran 5). Keluarga juga memiliki keinginan dan harapan yang baik terhadap perkembangan IC ke depannya. Berdasarkan kondisi pengasuhan di dalam keluarga, dapat disimpulkan bahwa keluarga memiliki potensi untuk melakukan intervensi terhadap IC. Oleh karena itu keluarga membutuhkan bantuan dalam memaksimalkan setiap potensi yang ada tersebut baik dari keluarga itu sendiri maupun dari anak, agar dapat memaksimalkan perkembangan kognitif IC.


(41)

Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, maka dirancang sebuah program yang dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarga dan anak dalam memaksimalkan setiap potensi yang ada guna memaksimalkan perkembangan kognitif IC (lihat lampiran 7). Program ini dirancang untuk memanfaatkan dan memodifikasi aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan oleh keluarga dan anak agar lebih efisien dan bermanfaat bagi perkembangan kognitif IC. Program ini diharapkan dapat membangun kebiasaan positif dalam keluarga yang memanfaatkan setiap aktivitas bersama agar lebih efisien. Program yang dirancang kemudian divalidasi hingga akhirnya dapat dilaksanakan oleh keluarga.

Pelaksanan program ini adalah Ibu dan Nenek, dengan pelaksana utamanya adalah Nenek. Nenek menjadi pelaksana utama karena sehari-hari subjek lebih banyak beraktivitas bersama Neneknya. Sedangkan aktivitas bersama Ibu khususnya yang masuk ke dalam program yaitu minum, makan, mandi dan berpakaian biasanya dilakukan Ibu bersama subjek pada hari sabtu dan minggu saja

Secara keseluruhan tujuan dan prosedur pelaksanaan program intervensi dapat dikatakan telah terlaksana. Selain aktivitas yang dirancang dalam program, keluarga juga telah mengembangkannya terhadap aktivitas-aktivitas lainnya. Perubahan yang terjadi dan mampu dicapai oleh keluarga setelah adanya pelaksanaan program intervensi dini ini adalah kompetensi dalam memberikan layanan kepada anak CVI. Adapun kompetensi tersebut diantaranya adalah memperhatikan sisa penglihatan anak dan memaksimalkan kemampuan indera lain seperti perabaan dan penciuman. Hambatan yang dirasakan oleh keluarga selama pelaksanaan adalah pelaksana yang sempat mengalami sakit, serta mood anak yang terkadang tidak baik sehingga pelaksana kurang fokus dan terburu-buru dalam melakukan aktivitas tersebut.


(42)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka saran yang diberikan peneliti kepada keluarga adalah agar program dapat dilaksanakan terus menerus dan dikembangkan terhadap aktivitas-aktivitas lain dan media yang lebih banyak lagi. Selain itu pelaksanaan juga memperhatikan perkembangan kognitif anak. Program ini telah dilaksanakan hingga terjadi keterlaksanaan oleh pihak keluarga. Selanjutnya bagi program dapat dilanjutkan hingga dapat terlihat efektif dan efesiensi terhadap perkembangan kognitif anak.

Saran selanjutnya bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap tumbuh kembang anak terutama intervener dan peneliti lain agar memperhatikan setiap faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Interverner dan peneliti dapat mengembangkan program ini kepada keluarga IC pada tahap perkembangan kognitif yang selanjutnya. Selain itu, intervener dapat menyesuaikan dan memanfaatkan program ini kepada keluarga-keluarga yang memiliki permasalahaan serupa.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, K. Eileen dan Lynn R. Marotz. 2010. Profil Perkembangan Anak Prakelahiran Hingga Usia 12 Tahun. Jakarta: Indeks

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

Creswell, John.W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Delphi, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama

Effendi, Mohammad. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

Gallagher, James J. 1980. Ecology Of Exceptional Children. London: Jossey Bass Inc

Goode, W.J. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Grafiti Pers

Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi Dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Dixon, Lisbeth and Krauss. 1996. Vygotsky in the Classroom: Mediated Literacy

Instruction and Assesment. USA: Longman Publisher USA.

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana

Lewis, Vicky. 2003. Development adn disability, second edition. Blackwell Publishing

Mahdalela. 2013. Ananda Berkebutuhan Khusus: Penanganan Perilaku Sepanjang Rentan Perkembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda

Muhammad, Jamila K.A. 2008. Special Education For Special Children. Jakarta: Mizan

Pratisti, Wiwien Dinar. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks

Rahardja, Djajdja. 2006. Pengantar Pendidikan Luar Biasa (Introduction to


(44)

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Silalahi, Karlinawati dan Eko. A Meinarno. 2010. Keluarga Indonesia Aspek dan Dinamika Zaman. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Somantri, Sutjihati. 2012. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Weniningsih, dkk. 2013. Panduan Pengembangan Kurikulum dan Program Pembelajaran bagi Siswa MDVI/Deafblind. Perkins International dan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Sumber Online:

Alimin, Zaenal. Anak Berkebutuhan Khusus. Diunduh dari file.upi.edu

Alimin, Zaenal. Vygotsky In The Classroom: Mediated Leteracy Intruction And

Intervention. Diunduh dari z-alimin.blogspot.co.id pada tanggal 14

oktober 2015

Berker, Nadire and Yalcin Selim. 2010. The Help Guide to Cerebal Palsy. Diunduh dari help_cp/global-help.org pada tanggal 23 Juni 2015

Bruder, Mary Beth. 2010. Early Childhood Intervention: A Promise to Children

and Families for Their Future. Council for Exceptional Children Vol.

76, No. 3, pp. 339-355 di unduh dari sagepub.com pada tanggal 1 Oktober 2013

Buultjens, Marianna and Heather McLean. 2003. Cerebral Palsy and Visual

Impairment In Children: Experience of Collaborative Practice In

Scotland, diunduh dari www.ssc.education.ed.ac.uk pada tanggal 04 Juni 2015

Cooke, RM and J.H. Goossens. 1999. Procedures Guide for Structured Expert


(45)

Edelman, Larry. 2010. Key Resources and References for Early Intervention, diunduh dari www.illinoisetraining.org pada tanggal 3 Juli 2015

Feldman, Maurice A. 2004. Early Intervention The Essential Reading. Australia: Blackwell Publishing diunduh dari bookfi.org pada tanggal 3 Juni 2015

Freeman, Kathleen Fraser, et.al. Care Of The Patient With Visual Impairment

(Low Vision Rehabilitation) 2007. American Optometric Association,

diunduh dari www.aoa.org pada tanggal 13 Juni 2015

Goetting, Marsha. Estate Planning for Families with Minor and/or Special Needs

Children. Diunduh dari store.msuextension.org pada tanggal 27

Februari 2015

Hosni, Irham. 2005. Konsep Dasar Low Vision. Jawa Barat: Unit Pelaksana Teknis Balai Pelatihan Guru Sekolah Luar Biasa Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, diunduh dari file.upi.edu tanggal 25 Juni 2015 Krishnan, Vijaya. 2010. Early Child Development: A Conceptual Model.

Presented at the Early Childhood Council Annual Conference 2010, “Valuing Care”, Christchurch Convention Centre, Christchurch, New Zealand, 7-9 May 2010, diunduh dari www.cup.ualberta.ca pada tanggal 29 Juni 2015

Leat, Susan J, Gordon E. Legge And Mark A. Bullimore. What Is Low Vision? A

Re-Evaluation Of Definitions. Amerika: American Academy Of

Optometry, diunduh dari legge.psych.edu pada tanggal 26 Juni 2015 Kumpfer, Karol L. And Rose Alvarado. 1998. Effective Family Strengthening

Intervention. U.S. Departemen of Justise, diunduh dari www.ncjrs.gov

pada tanggal 08 Maret 2015

Martinis, 2010. Model Pembelajaran Scaffolding. Diunduh dari martinis1960.wordpress.com pada tanggal 14 Oktober 2015

Nawawi, Ahmad. 2007. Hand Out Perkuliahan Mata Kuliah Pendidikan Anak Tunanetra 1, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Pendidikan


(46)

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI, diunduh dari file.upi.edu pada tanggal 26 Juni 2015

Ray,Julie A, et.al.,. 2009. Partnering with Families of Children with Special

Needs, diunduh dari www.naeyc.org tanggal 27 Februari 2015

Rudicahyo, 2013. Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky. Diunduh dari rudicahyo.com/psikologi-artikel/zone-of-proximal-development.... pada tanggal 14 Oktober 2015

Sankar, Chitra dan Nandini Mundkur. 2005. Cerebal Palsy- definition,

classification, Etiology and early diagnotis. India: Indian Journal od Pediatrics, Volume 72-October diunduh dari medind.nic.in pada

tanggal 13 Juni 2015

Studman, Lisa, et.al. 2002. Psychologists Working in Early Intervention Service, diunduh dari www.brothersofcharity.ie pada tanggal 8 Maret 2015 Widiati, Sri. File Presentasi Pendidikan Bagi Anak Tunadaksa. Diunduh dari

file.upi.edu pada tanggal 13 Juni 2015

Widiati, Sri. Intervensi Anak Dengan Gangguan Motorik. Diunduh dari file.upi.edu pada tanggal 23 Juni 2015


(1)

Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, maka dirancang sebuah program yang dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarga dan anak dalam memaksimalkan setiap potensi yang ada guna memaksimalkan perkembangan kognitif IC (lihat lampiran 7). Program ini dirancang untuk memanfaatkan dan memodifikasi aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan oleh keluarga dan anak agar lebih efisien dan bermanfaat bagi perkembangan kognitif IC. Program ini diharapkan dapat membangun kebiasaan positif dalam keluarga yang memanfaatkan setiap aktivitas bersama agar lebih efisien. Program yang dirancang kemudian divalidasi hingga akhirnya dapat dilaksanakan oleh keluarga.

Pelaksanan program ini adalah Ibu dan Nenek, dengan pelaksana utamanya adalah Nenek. Nenek menjadi pelaksana utama karena sehari-hari subjek lebih banyak beraktivitas bersama Neneknya. Sedangkan aktivitas bersama Ibu khususnya yang masuk ke dalam program yaitu minum, makan, mandi dan berpakaian biasanya dilakukan Ibu bersama subjek pada hari sabtu dan minggu saja

Secara keseluruhan tujuan dan prosedur pelaksanaan program intervensi dapat dikatakan telah terlaksana. Selain aktivitas yang dirancang dalam program, keluarga juga telah mengembangkannya terhadap aktivitas-aktivitas lainnya. Perubahan yang terjadi dan mampu dicapai oleh keluarga setelah adanya pelaksanaan program intervensi dini ini adalah kompetensi dalam memberikan layanan kepada anak CVI. Adapun kompetensi tersebut diantaranya adalah memperhatikan sisa penglihatan anak dan memaksimalkan kemampuan indera lain seperti perabaan dan penciuman. Hambatan yang dirasakan oleh keluarga selama pelaksanaan adalah pelaksana yang sempat mengalami sakit, serta mood anak yang terkadang tidak baik sehingga pelaksana kurang fokus dan terburu-buru dalam melakukan aktivitas tersebut.


(2)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka saran yang diberikan peneliti kepada keluarga adalah agar program dapat dilaksanakan terus menerus dan dikembangkan terhadap aktivitas-aktivitas lain dan media yang lebih banyak lagi. Selain itu pelaksanaan juga memperhatikan perkembangan kognitif anak. Program ini telah dilaksanakan hingga terjadi keterlaksanaan oleh pihak keluarga. Selanjutnya bagi program dapat dilanjutkan hingga dapat terlihat efektif dan efesiensi terhadap perkembangan kognitif anak.

Saran selanjutnya bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap tumbuh kembang anak terutama intervener dan peneliti lain agar memperhatikan setiap faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Interverner dan peneliti dapat mengembangkan program ini kepada keluarga IC pada tahap perkembangan kognitif yang selanjutnya. Selain itu, intervener dapat menyesuaikan dan memanfaatkan program ini kepada keluarga-keluarga yang memiliki permasalahaan serupa.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Allen, K. Eileen dan Lynn R. Marotz. 2010. Profil Perkembangan Anak Prakelahiran Hingga Usia 12 Tahun. Jakarta: Indeks

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

Creswell, John.W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Delphi, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama

Effendi, Mohammad. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

Gallagher, James J. 1980. Ecology Of Exceptional Children. London: Jossey Bass Inc

Goode, W.J. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Grafiti Pers

Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi Dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Dixon, Lisbeth and Krauss. 1996. Vygotsky in the Classroom: Mediated Literacy

Instruction and Assesment. USA: Longman Publisher USA.

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana

Lewis, Vicky. 2003. Development adn disability, second edition. Blackwell Publishing

Mahdalela. 2013. Ananda Berkebutuhan Khusus: Penanganan Perilaku Sepanjang Rentan Perkembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda

Muhammad, Jamila K.A. 2008. Special Education For Special Children. Jakarta: Mizan

Pratisti, Wiwien Dinar. 2008. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks


(4)

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Silalahi, Karlinawati dan Eko. A Meinarno. 2010. Keluarga Indonesia Aspek dan Dinamika Zaman. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Somantri, Sutjihati. 2012. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Weniningsih, dkk. 2013. Panduan Pengembangan Kurikulum dan Program Pembelajaran bagi Siswa MDVI/Deafblind. Perkins International dan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Sumber Online:

Alimin, Zaenal. Anak Berkebutuhan Khusus. Diunduh dari file.upi.edu

Alimin, Zaenal. Vygotsky In The Classroom: Mediated Leteracy Intruction And

Intervention. Diunduh dari z-alimin.blogspot.co.id pada tanggal 14

oktober 2015

Berker, Nadire and Yalcin Selim. 2010. The Help Guide to Cerebal Palsy. Diunduh dari help_cp/global-help.org pada tanggal 23 Juni 2015

Bruder, Mary Beth. 2010. Early Childhood Intervention: A Promise to Children

and Families for Their Future. Council for Exceptional Children Vol.

76, No. 3, pp. 339-355 di unduh dari sagepub.com pada tanggal 1 Oktober 2013

Buultjens, Marianna and Heather McLean. 2003. Cerebral Palsy and Visual

Impairment In Children: Experience of Collaborative Practice In

Scotland, diunduh dari www.ssc.education.ed.ac.uk pada tanggal 04 Juni 2015

Cooke, RM and J.H. Goossens. 1999. Procedures Guide for Structured Expert


(5)

Edelman, Larry. 2010. Key Resources and References for Early Intervention, diunduh dari www.illinoisetraining.org pada tanggal 3 Juli 2015

Feldman, Maurice A. 2004. Early Intervention The Essential Reading. Australia: Blackwell Publishing diunduh dari bookfi.org pada tanggal 3 Juni 2015

Freeman, Kathleen Fraser, et.al. Care Of The Patient With Visual Impairment

(Low Vision Rehabilitation) 2007. American Optometric Association,

diunduh dari www.aoa.org pada tanggal 13 Juni 2015

Goetting, Marsha. Estate Planning for Families with Minor and/or Special Needs

Children. Diunduh dari store.msuextension.org pada tanggal 27

Februari 2015

Hosni, Irham. 2005. Konsep Dasar Low Vision. Jawa Barat: Unit Pelaksana Teknis Balai Pelatihan Guru Sekolah Luar Biasa Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, diunduh dari file.upi.edu tanggal 25 Juni 2015 Krishnan, Vijaya. 2010. Early Child Development: A Conceptual Model.

Presented at the Early Childhood Council Annual Conference 2010,

“Valuing Care”, Christchurch Convention Centre, Christchurch, New Zealand, 7-9 May 2010, diunduh dari www.cup.ualberta.ca pada tanggal 29 Juni 2015

Leat, Susan J, Gordon E. Legge And Mark A. Bullimore. What Is Low Vision? A

Re-Evaluation Of Definitions. Amerika: American Academy Of

Optometry, diunduh dari legge.psych.edu pada tanggal 26 Juni 2015 Kumpfer, Karol L. And Rose Alvarado. 1998. Effective Family Strengthening

Intervention. U.S. Departemen of Justise, diunduh dari www.ncjrs.gov

pada tanggal 08 Maret 2015

Martinis, 2010. Model Pembelajaran Scaffolding. Diunduh dari

martinis1960.wordpress.com pada tanggal 14 Oktober 2015

Nawawi, Ahmad. 2007. Hand Out Perkuliahan Mata Kuliah Pendidikan Anak Tunanetra 1, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Pendidikan


(6)

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI, diunduh dari file.upi.edu pada tanggal 26 Juni 2015

Ray,Julie A, et.al.,. 2009. Partnering with Families of Children with Special

Needs, diunduh dari www.naeyc.org tanggal 27 Februari 2015

Rudicahyo, 2013. Zone of Proximal Development dan Scaffolding pada Teori Belajar Vygotsky. Diunduh dari rudicahyo.com/psikologi-artikel/zone-of-proximal-development.... pada tanggal 14 Oktober 2015

Sankar, Chitra dan Nandini Mundkur. 2005. Cerebal Palsy- definition,

classification, Etiology and early diagnotis. India: Indian Journal od Pediatrics, Volume 72-October diunduh dari medind.nic.in pada

tanggal 13 Juni 2015

Studman, Lisa, et.al. 2002. Psychologists Working in Early Intervention Service, diunduh dari www.brothersofcharity.ie pada tanggal 8 Maret 2015 Widiati, Sri. File Presentasi Pendidikan Bagi Anak Tunadaksa. Diunduh dari

file.upi.edu pada tanggal 13 Juni 2015

Widiati, Sri. Intervensi Anak Dengan Gangguan Motorik. Diunduh dari file.upi.edu pada tanggal 23 Juni 2015