UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK MELALUI METODE GLAN DOMAN Upaya Mengembangkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Melalui Metode Glan Doman Pada Anak Kelompok B Di Tk Aba Bugisan Prambanan Tahun Ajaran 2013/2014.

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN ANAK MELALUI METODE GLAN DOMAN
PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ABA BUGISAN
TAHUN AJARAN 2012/2013

Diajukan Oleh :
NAMA

: INDAH SURYANTI

NIM

: A.53B111041

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

PENDAHULUAN

Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang

paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila
dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat
berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat. Penyelenggaraan sekolah
Taman Kanak-Kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) menurut Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004 berfokus pada peletakan dasar-dasar
pengembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak (Megawangi, 2005:82). Maka sebaiknya
pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) janganlah dianggap sebagai pelengkap
saja, karena kedudukannya sama penting dengan pendidikan yang diberikan jauh
diatasnya.
Pentingnya mengenyam pendidikan TK juga ditunjukkan melalui hasil
penelitian terhadap anak-anak dari golongan ekonomi lemah yang diketahui
kurang memperoleh rangsangan mental selama masa prasekolah, ternyata
pendidikan selama 10 tahun berikutnya tidak memberi basil yang memuaskan
(Adiningsih, 2001:28). Beberapa tahun belakangan ini pun, banyak sekolah dasar,
terutama sekolah dasar favorit yang memberikan beberapa persyaratan masuk
pada calon siswanya. Sekolah ini mengadakan tes psikologi dan mensyaratkan
anak sudah harus bisa membaca (Andriani, 2005:1).
Dampaknya, orang tua pun meyakini bahwa sebelum masuk sekolah
dasar putra-putrinya harus menguasai ketrampilan tertentu. Akhirnya mereka

merasa pendidikan TK merupakan suatu prasyarat masuk sekolah dasar. Di
satu sisi, membaca bukanlah tujuan yang sebenarnya dari penyelenggaraan
pendidikan TK, namun di sisi lain hal ini justru menambah daftar alasan
mengapa belajar membaca sejak TK itu penting. Corak pendidikan diberikan
di TK menekankan pada esensi pengenalan huruf hidup bagi anak-anak,
dengan memberikan metode yang sebagian besar menggunakan sistem
pengenalan huruf hidup sambil belajar. Materi yang diberikan pun bervariasi,
termasuk menjadikan anak siap belajar (ready to learn) yaitu siap belajar

berhitung, membaca, dan menulis (Suyanto, 2005:7). Mempersiapkan anak
untuk belajar di usia ini diharapkan dapat memberi hasil yang baik, karena
menurut Montessori (dalam Hainstock, 2002:103) di usia 3,5 - 4,5 tahun anak
lebih mudah belajar menulis dan di usia 4-5 tahun anak lebih mudah
membaca dan mengerti angka. Doman (2005:13) juga mendukung pernyataan
ini, karena menurutnya waktu terbaik untuk belajar membaca kira-kira
bersamaan waktunya dengan anak belajar bicara, dan masa peka belajar anak
terjadi pada rentang usia 3 hingga 5 tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa
pengajaran membaca (baik itu sebatas pengenalan huruf atau suku kata) sejak
usia Taman Kanak – kanak atau bahkan sejak usia 3 tahun bukanlah sesuatu
yang aneh atau tidak boleh dilakukan, karena yang terpenting adalah

pengemasan materi serta metode yang digunakan. Membaca merupakan
sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat
(life long learning). Mengajarkan membaca pada anak berarti memberi anak
tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi teknik bagaimana cara
mengekplorasi "dunia" manapun yang dia pilih dan memberikan kesempatan
untuk mendapatkan tujuan hidupnya (Bowman, 1991:265). Pada tahun 1994,
Neil Harvey, Ph.D. dalam bukunya "Kids Who Start Ahead, Stay Ahead"
melaporkan apa yang terjadi pada 314 anak usia prasekolah (0 – 4 tahun)
yang telah diajarkan membaca, matematika, kegiatan fisik, aktivitas sosial,
dan berbagai pengetahuan umum lainnya. Hampir 35% dari anak - anak ini,
di sekolah dikategorikan sebagai anak berbakat yang unggul dengan sangat
meyakinkan dalam berbagai bidang (Doman, 2005:51). Penelitian di Negara
maju pun menunjukkan sebaliknya, bahwa lebih dari 10% murid sekolah
mengalami kesulitan membaca, yang kemudian menjadi penyebap utama
kegagalan di sekolah (Yusuf, 2003:69). Melihat dampak yang akan dihasilkan
dari kegagalan pengajaran membaca, dirasakan bahwa kemampuan membaca
perlu dirangsang sejak dini. Namun, membaca bukanlah suatu kegiatan
pembelajaran yang mudah. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum, faktor-faktor tersebut
datang dari guru, anak, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta pelajaran


(Sugiarto, 2002). Faktor - faktor tersebut terkait dengan jalannya proses
belajar membaca, dan jika kurang diperhatikan hal tersebut dapat
mempengaruhi keberhasilan membaca pada anak. Di TK ABA Bugisan
Prambanan Klaten anak-anak di kelompok B seharusnya sudah bisa membaca
suku kata baik dengan lambang atau menyebut benda langsung tanpa ada
lambangnya, sehingga anak-anak dikelompok B itu harus sudah bisa
membaca lancar dengan penggabungan huruf hidup a,i,u,e,o tanpa harus
menirukan guru.
Namun kenyataannya yang ada dilapangan yang dijumpai oleh
peneliti anak-anak di kelompok B pada TK ABA Bugisan Prambanan Klaten
masih belum bisa untuk membaca permulaan baik dirangsang dengan gambar
maupun tidak dengan gambar, dan masih harus dituntun atau dengan
menirukan ucapan guru, jadi kemampuan membaca awal pada TK ABA
Bugisan Prambanan Klaten masih jauh dari harapan peneliti.
Dengan metode bermain kartu kata, yang kemudian dirangkai menjadi
suku kata maka anak diharapkan dapat membaca dalam usia relatif muda dari
kata yang mudah hingga kata yang sulit. Berdasarkan pengalaman
mempraktekkannya dengan metode ini, anak-anak usia 4 tahun mampu
menyelesiakan metode ini dalam beberapa bulan dengan cara pemberian

materi secara rutin meskipun sebentar atau beberapa menit saja, dan metode
ini tidak memerlukan banyak waktu karena semakin banyak waktu
dikhawatirkan membosankan. Berdasarkan uraian diatas, metode kartu kata
sudah banyak digunakan dikalangan Taman Kanak-Kanak dan metode ini
memiliki beberapa kelebihan dalam memperbaiki dan mempercepat proses
belajar membaca. Maka peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan
membaca permulaan melalui metode kartu kata jika diterapkan pada anakanak sekolah formal sekaligus memberi anak-anak ini kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan membacanya secara optimal sesuai minat dan
usianya.
Berdasarkan masalah diatas permasalahan, identifikasi masalah
sebagai berikut : (1.) Kemampuan membaca permulaan dalam satu kelas

masih kurang. (2.) Pembelajarang membaca merupakan pembelajaran yang
penting dalam mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan dasar yang lebih
tinggi. (3.) Masih banyak anak yang belum bisa membaca permulaan sehingga
pembelajaran terganggu. Supaya tidak terjadi pemahaman yang keliru dalam
penelitian ini maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut :
(1.)Membaca dibatasi dalam hal mengenal huruf abjad a-z yang digabung
dengan huruf vokal (2.)


Media kartu kata dibatasi pada kartu kata yang

bergambar sehingga anak dapat dengan mudah mengingat huruf yang
dipelajarinya. Uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran dengan metode
bermain kartu kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan
pada TK ABA Bugisan Prambanan Klaten Tahun Pelajaran 2013 / 2014 ?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian
sebagai berikut : Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan
melalui metode bermain kartu kata pada TK ABA Bugisan Prambanan Klaten
Tahun Pelajaran 2013 / 2014.
Peneliti berharap tindakan kelas ini dapt bermanfaat bagi temen-teman
guru lainnya dan masyarakat pada umumnya di antaranyan: (a.) Diperoleh
pengetahuan baru tentang pembelajaran membaca permulaan melalui metode
bermain kartu kata bagi anak kelompok B TK ABA Bugisan Prambanan
Klaten. (b.) Diperolehnya dasar penelitian berikutnya. (c.) Terjadinya
pergeseran dari paradigma mengajar menuju paradigma belajar yang
mengutamakan proses untuk mencapai hasil belajar.

METODE PENELITIAN

Setting penelitian tindakan kelas ini meliputi, tempat penelitian dan
waktu penelitian, sebagai berikut : (1.) Tempat Penelitian, Tempat penelitian
dilakukan di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten. TK ini berdiri di tanah
yang merupakan kas desa. Luas bangunan TK sekitar 22 x 27 meter. Alasan
peneliti menggunakan tempat ini karena peneliti bekerja di

TK tersebut

sehingga peneliti dengan mudah memperoleh data yang lebih lengkap juga

waktu yang lebih lama dalam penelitian. (2.) Penelitian ini akan dilaksanakan
pada tahun ajaran 2013 - 2014 pada semester I, dan penelitian ini akan
memakan waktu kira-kira 12 hari pelajaran.
Subjek penelitian pada TK ABA Bugisan Prambanan Klaten adalah
anak didik kelompok B yang berjumlah 14 anak didik. Yang terdiri dari 4
anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Guru kelas kelompok B berjumlah 1
orang.
Instrumen adalah alat bantu digunakan untuk mendapatkan data yang
diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua alat bantu
penelitian yaitu : chek list dan catatan lapangan. Chek list dipilih peneliti

karena menurut Arikunto ( 2006:163 ) merupakan instrumen yang sesuai
dengan metode observasi. Sedangkan catatan lapangan digunakan oleh peneliti
karena dapat dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak
dapat terekam melalui lembar observasi (Arikunto, 2007:78).
Lembar observasi peningkatan kemampuan belajar permulaan adalah
data hasil pelaksanaan kegiatan membaca anak yang sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai. Penyusunan lembar observasi dilakukan dengan
menjabarkan indikator kedalam butir-butir amatan yang memaparkan tentang
pencapaian dari indikator yang akan dilaksanakan anak dalam kegiatan
membaca.
Analisis

Data

adalah

proses

menyeleksi,


menyederhanakan,

memfokuskan, mengabstaksikan, mengorganisasikan data secara sistemetis
dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan seseautu instrument (Arikunto, 2006:168). Validitas
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurannya (http://violetatniyamani.blogspot.com/).
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya,
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut. Sedangkan instrumen pengukuran yang memiliki
validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran.
Kesimpulan dari pengertian validitas diatas bahwa ketepatan pada
validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut
mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat oleh

peneliti maka digunakan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas
yang diperoleh. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian (http://remenmaos.blogspot.com/).
Penelitian ini memanfaatkan pengamatan dari guru, pengamatan dan
anak dan pengamatan dari peneiiti. Dengan membandingkan hasil pengamatan
dari guru, anak, dan peneliti, maka peneliti dapat menganalisis data yang
diperoleh dan dapat menguji kebenaran dari datayang diperoleh.
Data observasi yang sudah terkumpul akan diolah peneliti dengan
langkah-langkah sebagai berikut :(1.) Memberi nilai / skor adalah memberi
nilai / skor pada setiap butir amatan yang terdapat tanda check ( √ ) sesuai

ketentuan sebagai berikut: (a.) Apabila anak dapat menguasai butir amatan
yang ada pada kolom, maka peneliti akan mencantumkan tanda check ( √ )

pada kolom butir amatan sesuai nomer butir amatan yang dikuasai. (b.)
Apabila anak tidak dapat menguasai butir amatan yang ada pada kolom, maka
peneliti akan mengosongkan kolom butir amatan. (c.) Setiap tanda check ( √ )


yang muncul mempunyai skor 1, jadi jika anak menguasai semua butir
amatan, anak akan mendapat total skor 12. (2.) Membuat tabulasi skor adalah
membuat tabulasi skor observasi tentang motivasi belajar membaca anak yang
terdiri dari nomer, nama anak, butir amatan, jumlah skor/nilai butir amatan
yang dikuasai anak. Bentuk tabulasi skor tersebut

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan observasi kegiatan guru pada siklus II didapatkan hasil
yang

menunjukkan

peningkatan

dalam

proses

pembelajaran

dalam

menyampaikan materi membaca permulaan dengan metode bermain kartu
kata.
Setelah dilaksanakan pembelajaran membaca permulaan dengan
bermain kartu kata terlihat respon anak di TK ABA Bugisan Prambanan
Klaten tahun pelajaran 2013/2014 sangat baik, yaitu anak terlihat lebih tertarik
dan berminat dalam pembelajaran dan anak lebih aktif dan antusias dalam
bertanya dan bekerja sama dengan temannya. Tidak terlihat lagi anak yang
kurang memperhatikan pembelajaran, ramai sendiri, dan mengobrol sendiri
seperti pada kondisi awal. Dengan menggunakan kartu kata, anak lebih suka
untuk media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran konstruktif balok
pada anak.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu kata. Pada pra
siklus ketuntasan anak dalam membaca permulaan saat pembelajaran
sebanyak 4 anak atau 25%, pada siklus I putaran I dengan menggunakan
media kartu kata yang baik 6 anak atau 57%, siklus I putaran kedua yang baik
8 anak atau 67%. Dengan menggunakan media kartu kata ketuntasan anak
dalam membaca permulaan saat pembelajaran di siklus II putaran I ada 10
anak 71%, siklus II putaran kedua yang tergolong baik ada 12 anak atau 75%.
Berdasarkan peningkatan setiap siklus maka dapat disimpulkan bahwa
media kartu kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak
di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anggani Sudono (2000:7) yang
mengatakan bahwa permainan yang digunakan oleh anak untuk memenuhi
naluri dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak melalui
berbagai metode salah satunya bermain kartu kata.
Pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran telah ada kemajuan pada
semua kegiatan sehingga evaluasi dan refleksi telah diterapkan oleh guru

dengan baik. Pada siklus II dapat dikatakan bagus karena telah berhasil
meningkatkan persentase keberhasilan belajar anak karena telah memenuhi
target ketuntasan belajar anak sebesar 75% sehingga pembelajaran dapat
dikatakan berhasil pada siklus II ini.
Dengan demikian tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru dalam
usaha meningkatkan kemampuan membaca permulaan setelah menggunakan
media kartu kata siklus II dapat dikatakan bagus karena telah berhasil
meningkatkan persentase ketuntasan belajar anak karena telah memenuhi
target belajar anak sebesar 75% sehingga pembelajaran dapat dikatakan
berhasil pada siklus II ini.
Berdasarkan Sanjaya (2006:107) bahwa kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari segi proses dan hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila
setidaknya 75% peserta didik terlibat secara aktif, antusias, motivasi baik
secara fisik, mental, ataupun sosial selama proses pembelajaran. Selain itu,
anak didik juga harus menunjukkan kegairahan tinggi terhadap pembelajaran.
Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil bila setidaknya
terdapat 75% anak didik yang mengalami perubahan positif dan output yang
bermutu tinggi.
Berdasarkan keberhasilan penelitian ini melalui siklus I dan siklus II
dengan menggunakan media kartu kata, maka hipotesis yang mengatakan
Peningkatan membaca permulaan dalam mengenal kata pada anak kelompok
B di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2013/2014 terbukti
kebenarannya.

Kesimpulan
Dari keseluruhan pembahasan penelitian tindakan kelas ini dapat
disimpulkan sebagai berikut : (1.) Dalam

menerapkan

permainan

untuk

meningkatkan kemampuan membaca permulaan TK ABA Bugisan Prambanan
Klaten melalui metode bermain kartu kata ini berguna untuk bersosialisasi,
dan merangsang kemampuan membaca permulaan anak. 2. Hasil Penelitian
(a.) Pada kondisi awal dengan menggunakan pengamatan pada saat anak

belajar di kelas, terlihat anak tidak semangat. Dari hasil pengamatan diperoleh
hasil bahwa kemampuan membaca permulaan anak hanya mencapai 42% atau
10 anak yang kemampuan membaca permulaan baik 2,5% atau 4 anak. (b.)
Pada siklus I putaran pertama hasil kemampuan membaca permulaan melalui
media kartu kata dari 16 anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 7 anak
atau 15% dan yang tidak tuntas sebanyak 11 anak atau 46%. Sehingga terjadi
peningkatan sebesar 12% dari sebelum tindakan yang hanya mencapai 40%.
Pada siklus I putaran kedua hasil membaca permulaan dengan media kartu
kata dari 7 anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 16 anak atau 64% dan
yang tidak tuntas sebanyak 2 anak atau 13 %. Sehingga terjadi peningkatan
sebesar 12% dari siklus I putaran pertama yang hanya mencapai 52%. (c.)
Pada siklus II putaran pertama hasil kemampuan membaca permulaan dengan
media kartu kata dari 16 anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 10 anak
atau 62% dan yang tidak tuntas sebanyak 1 anak atau 6,2%. Sehingga terjadi
peningkatan sebesar 18% dari I putaran kedua yang hanya mencapai 43%.
Pada siklus II putaran kedua hasil kemampuan membaca permulaan dengan
media kartu kata dari 16 anak yang tuntas dalam pembelajaran adalah 15 anak
atau 92% dan yang tidak tuntas sebanyak 1 anak atau 8 %. Sehingga terjadi
peningkatan sebesar 20% dari siklus II putaran pertama yang hanya mencapai
72%. Hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II putaran kedua sebesar 92%
dan rata-rata kemampuan membaca permulaan sebesar 84 diatas 84%
menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus II putaran II telah
berhasil. (3.) Berdasarkan keberhasilan pembelajaran melalui siklus I dan
siklus II dengan menggunakan media kartu kata, maka hipotesis yang
mengatakan “Melalui Media Kartu Kata dapat Meningkatkan Kemampuan
Membaca Permulaan Anak Kelompok B di TK ABA Bugisan Prambanan
Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014 terbukti kebenarannya.
Media kartu kata merupakan suatu cara penyampaian atau penyajian
materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk permainan dari guru kepada
anak didik dan berfungsi untuk membantu perkembangan bahasa dan befikir
anak serta memotivasi anak untuk cinta menghitung. Media kartu kata adalah

salah satu media pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan beberapa
aspek fisik atau psikis anak TK sesuai dengan tahap perkembangan (Dhiene,
2005:50). Manfaat yang dapat diambil dari media kartu kata di Taman KanakKanak adalah melatih daya tangkap, dan daya pikir, daya konsentrasi,
membantu perkembangan fantasi atau daya imajinasi bagi anak, menciptakan
suasana yang menyenangkan dan akrap di ruang kelas, mengembangkan
perbendaharaan angka anak.
Bentuk penyajian proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah
terpadu antara bidang pengembangan satu dengan lainnya. Setiap metode
pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu dengan
adanya pembelajaran terpadu maka pengembangan metode yang bervariasi
dapat membantu pencapaian tujuan materi pembelajaran.
Dari uraian di atas tentang kartu kata dalam bab ini dapat dikatakan
bahwa media kartu kata dapat mengembangkan kemampuan membaca
permulaan anak di TK ABA Bugisan Prambanan Klaten. Hal ini dikarenakan
pertama media kartu kata pada umumnya lebih berkesan dari pada
menyebutkan angkanya saja, sehingga pada umumnya media kartu kata
terekam jauh lebih kuat dalam memori anak. Kartu angka dapat dipraktekkan
sendiri sehingga bisa diingat secara utuh selama berpuluh-puluh tahun
kemudian. Kedua, melalui media kartu kata anak diajar untuk mengambil
hikmah dari permainan tadi yang untuk kemudian menirukan sendiri baik
dirumah maupun waktu mempraktekkan bermain dengan temannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dhieni, Nurbiana. (2005). Materi Pokok Metode Pengembangan Bahasa .Jakarta :
Universitas Terbuka.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Ditjen Pendidikan Luar. Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Kelompok Bermain. 2010.
Departeman Pendidikan Nasional (2007). Pedoman Pembelajaran Persiapan
Membaca dan Menulis Permulaan di Taman Kanak-Kanak. Jakarta :
Depdinas.
Departeman Pendidikan Nasional, (2008). Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia
Semarang : CV. Pelajar Pantai Utara.
Iswari, Arhana, (2010). Belajar Membaca dan Menulis Permulaan. Klaten : PT. Intan
Pariwara.
Masitog. (2005). Materi Pokok Strategi Pembelajaran TK. Jakarta
Terbuka.

:

Universitas

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009.
Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Depdinas.
Rimy, Yoko. (2009). Diklat Penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta : LPMP.
Sanjaya, Wini, (2011). Penelitian Tindakan Kelas.. Jakarta : Kencana Muda Group.
www. Kartu Bergambar. Com.