PENGARUH PEMETAAN KEBUTUHAN GURU TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN SISWA SEKOLAH DASAR (SD) SE-KECAMATAN PONTANG KABUPATEN SERANG - BANTEN.

(1)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ……….………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

DAFTAR ISI ……….……… iv

DAFTAR TABEL ……….……… x

DAFTAR GAMBAR ……….………. xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …..………... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ..……….. 8

C. Tujuan Penelitian ………. 9

D. Manfaat Penelitian ……… 10

E. Struktur Organisasi ………. 10

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Jabatan Guru Sebagai Sebuah Profesi 1. Standar Kinerja Guru ……….. 13

2. Lembaga Pendidikan Guru ………... 21

3. Organisasi Profesi Guru ……… 23

4. Kode Etik Guru ………... 27

5. Sistem Imbalan ………. 30


(2)

7. Guru Sebagai Petugas Profesional ……… 35

B. Pemetaan Kebutuhan Guru 1. Kebutuhan Guru ……….. 37

2. Perencanaan Kebutuhan Guru ………. 39

3. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dan Cara Menghitung Kebutuhan Guru ……….. 43

C. Pembelajaran Bermutu 1. Mutu ……… 45

2. Pembelajaran Bermutu ……… 53

D. Kerangka Berfikir ………. 60

E. Hipotesis Penelitian ……….. 62

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek, Populasi/Sampel Penelitian ……… 64

B. Desain Penelitian ……….. 66

C. Metode Penelitian ………. 66

D. Definisi Operasional ………. 67

E. Instrument ……… 69

F. Proses Pengembangan Instrument ……… 70

G. TeknikPengumpulan Data ……… 70

H. Tahap Penyebaran dan Pengumpulan Angket ……….. 82

I. Teknik Pengolahan dan Analisis data ……….. 83

J. Analisis Data Penelitian ……… 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data Penelitian ………. 93

2. Seleksi Data ………. 95 B. Penyajian Hasil Pengolahan Data


(3)

3. Uji Normalitas Distribusi Data ……… 111

4. Uji Hipotesis ………. 113

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pemetaan Kebutuhan Guru ……….. 117

2. Mutu Layanan Pembelajaran Siswa SD ……… 126

3. Pengaruh Pemetaan Guru Terhadap Mutu Layanan

Pembelajaran Siswa SD Se-Kecamatan Pontang ……….. 131

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 133

B. Saran ……….. 135

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE


(4)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 3.1 Kriteria Pengukuran Alternatif Skala Likert 74

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel X 78

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Y 79

Tabel 3.4 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS 85

Tabel 3.5 Kriteria Koefesien Korelasi 89

Tabel 4.1 Jumlah Angket yang Tersebar, Terkumpul dan Diolah 94

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rata-Rata Variabel X 96

Tabel 4.3 Nilai Kecenderungan Umum Setiap Sub-Variabel X 97

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rata-Rata Variabel Y 103

Tabel 4.5 Nilai Kecenderungan Umum Setiap Sub-Variabel Y 104

Tabel 4.6 Tabel Nilai Analisis Regresi 116


(5)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 60

Gambar 2.2 Hipotesis Penelitian 62

Gambar 3.1 Desain Penelitian 66

Gambar 4.1 Grafik WMS Variabel X 97

Gambar 4.2 Grafik WMS Variabel Y 104

Gambar 4.3 Poligon Frekuensi Distribusi Data Variabel X 112


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen merupakan dasar kebijakan untuk memperkuat eksistensi tenaga pendidik sebagai Tenaga Profesional, seperti profesi-profesi yang lainnya. Guru sebagai sumber daya manusia (SDM) yang ada di sekolah mempunyai peranan yang sangat menentukan dan merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan, karena guru adalah pengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bagi para siswa. Agar pelaksanaan tersebut ini berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran maka harus disediakan guru yang profesional dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap sekolah baik jumlah, kualifikasi maupun spesialisasinya. Sebagaimana dikemukakan oleh Brand (Editor Dedi Supriadi, 2001:262 dalam Ono Wiharna, 2001) bahwa :

“Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka

berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif. Setiap usaha peningkatan mutu pendidikan seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan metode-metode mengajar, penyediaan sarana dan prasarana hanya berarti apabila melibatkan guru”.

Pernyataan diatas memiliki makna yang dapat disimpulkan bahwa ketersediaan guru yang cukup merupakan kunci utama dalam proses belajar mengajar dengan baik pada setiap lembaga pendidikan.


(7)

Handoko, 2004) bahwa : Secara umum perencanaan adalah 1) Pemilihan atau penetapan tujuan organisasi, dan 2) Penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian perencanaan SDM guru dimaksudkan untuk melakukan perubahan dalam mencapai tujuan organisasi yang juga selalu disesuaikan dengan perkembangan masyarakat.

Proses perencanaan biasanya terdiri atas pengembangan program untuk menjamin jumlah dan spesialisasi guru yang tersedia yang dapat dimanfaatkan pada saat diperlukan untuk melayani kebutuhan pendidikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Cheng (1996) bahwa : “sekolah mau berubah atau tidak tergantung pada perubahan faktor-faktor eksternal sekolah seperti perubahan politik, ekonomi, dan sosial berdampak pada organisasi”. Dengan demikian sekolah perlu senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri. Perubahan tuntutan-tuntutan itu akan berimplikasi pada perlunya pemetaan sumber daya guru yang tepat. Sementara itu, masalah penempatan dikemukakan oleh Schuler & Jackson Tahun 1996 (dalam buku SDM Marihot Tua Efendi Hariandja, 2002) menyatakan bahwa: berkaitan dengan pencocokan seseorang dengan jabatan yang akan dipegangnya, berdasarkan pada kebutuhan jabatan dan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, preferensi, dan kepribadian karyawan tersebut.

Guru adalah ujung tombak pelaksanaan pendidikan disekolah, yang harus menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu melekat pada pengetahuan, sikap dan prilaku siswa. Oleh karena, itu kebutuhan guru baik berdasarkan


(8)

sebaran daerah, jenjang pendidikan maupun kualifikasi pendidikan guru, menjadi sangat urgen untuk dilakukan pemetaan guru yang benar.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional No.39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan, Pasal 1 Ayat (1) menetapkan beban kerja guru paling sedikit 24 jam tatap muka dan paling banyak 40 jam tatap muka dalam satu minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki ijin pendirian dari pemerintah atau pemerintah daerah. Dengan demikian beban wajib jam mengajar guru adalah minimal 24 jam per minggu. Bila dalam satu sekolah, jumlah jam mengajar tidak terpenuhi maka seorang guru dapat merangkap mengajar di sekolah lain dengan ketentuan, jam mengajar di sekolah induk harus minimal 6 jam. Terkait dengan tugas guru sebagai pendidik serta posisi guru sebagai profesi, maka guru merupakan jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian khusus. Profesi ini tentunya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, kecuali oleh orang yang memiliki keahlian khusus di bidang keguruan. Tugas guru sebagai pendidik yang profesioanal meliputi: mendidik, mengajar, dan melatih. Jabatan fungsional guru adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak seseorang guru yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

Selanjutnya dikemukakan oleh Wardiman, 1996:381 (dalam Ono Wiharna, 2001) bahwa: “Kebutuhan tenaga guru di Indonesia akan cenderung


(9)

meningkat sehubungan dengan program perluasan pendidikan, khusunya Pendidikan Dasar”.

Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan 6 tahun. Keberadaannya adalah sangat penting bagi kepentingan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), sebab mulai pendidikan di SD seseorang dikembangkan untuk menguasai berbagai kemampuan dasar sebagai bekal dirinya bagi pendidikan selanjutnya. Setelah diberlakukannya Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (Wajardikdas 9 tahun) yang dimulai tahun 1994, dengan pemantapan kurikulumnya memberikan kontribusi terhadap bertambahnya kebutuhan tenaga guru.

Pada bagian lain antara kebutuhan SDM guru SD yang diperlukan tidak sebanding dengan kemampuan pemerintah dalam merekrut calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan guru bantu. Untuk mendukung kebijakan pemerintah rekrutment calon guru sebaiknya mengutamakan daerah asal, maka LPTK harus pula mengutamakan peta persebaran guru disetiap kabupaten/kota pada provinsi yang bersangkutan dan untuk itu calon guru direkrut berdasarkan kebutuhan daerah-daerah yang dilayaninya (Editor Dedi Supriadi, 2001:258 dalam Ono Wiharna, 2001). Berdasarkan kondisi ini perlu dilakukan pemerataan kebutuhan tenaga guru sehingga dapat diketahui kondisi kebutuhan guru SD akan terjadi kekurangan atau kelebihan serta solusi pemerintah daerah dan sekolah agar tuntutan guru dapat terpenuhi menurut Standar Pelayanan Minimal (SPM). Selain itu LPTK yang merupakan


(10)

lembaga yang terus aktif dalam perbaikan mutu harus bekerja sama dengan LPMP dalam mengembangkan program-program pemetaan kompetensi guru secara optimal baik melalui uji kompetensi guru maupun quality mapping (pemetaan mutu).

Sebagai bahan kajian ada hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai perencanaan tenaga kependidikan diberbagai jenjang sekolah maupun wilayah yang berbeda, adapun hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa dari hasil proyeksi kebutuhan tenaga guru SD untuk tahun 2003/2004 sampai tahun 2007/2008 menunjukan tingkat pertumbuhan kebutuhan tenaga guru rata-rata sebesar 3,83% pertahun.

Masalah guru yang tidak merata masih menjadi salah satu permasalahannya, dalam Bandung, (PR) menunjukan pada saat ini 21% sekolah diperkotaan, 37% sekolah diperdesaan dan 66% sekolah didaerah terpencil kekurangan guru, tetapi ironisnya 68% sekolah diperkotaan mengalami kelebihan guru. Dan pada saat ini fokus lulusan Perguruan Tinggi menempatkan mereka sebagai tenaga pengajar SD di daerah yang membutuhkan, karena pendidikan dasar merupakan langkah awal yang sangat menentukan bagi kualitas masa depan. (PR, 30 Nov 2011).

Kelebihan dan kekurangan guru ini menjadi masalah dan kenyataan yang tidak dapat di pecahkan dengan mudah. Kekurangan guru pada suatu sekolah tidak dapat ditutup atau diisi oleh sekolah yang mengalami kelebihan tanpa perlakuan, sebab posisi kekurangan dan kelebihan guru tersebut belum tentu


(11)

kekurangan guru, biasanya Kepala Sekolah mengambil kebijaksanaan antara lain merekrut tenaga guru honorer, untuk memenuhi kekurangan guru di sekolahnya dan atau dengan mengoptimalkan fungsi guru yang ada untuk mengajar bidang studi lain walaupun tidak sesuai spesialisasinya. Upaya pemenuhan kebutuhan guru disekolah dapat dilakukan dengan menambah guru baru melalui rekrutmen pegawai baru, pemerataan guru melalui mutasi dan atau alih spesialisasi guru dalam satu sekolah atau antar sekolah pada provinsi yang sama dan menambah guru melalui program "guru kontrak".

Kebutuhan SDM yaitu guru mempengaruhi dalam proses pembelajaran, dimana seorang guru dituntut untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang baik bagi siswa. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) merupakan stategi pembelajaran yang menjadi pilihan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mengatasi kekurangan guru dalam satu kelas. Pembelajaran kelas rangkap ini dapat diterapkan baik di sekolah kecil pada daerah pedesaan maupun perkotaan, misalnya SD dengan jumlah guru dan jumlah siswanya kecil, maupun sekolah biasa yang jumlah guru dan jumlah siswanya memadai. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan pengelolaan pembelajaran yang efektif (Raka Joni:1998 tersedia dalam http://belajar-ajaran.blogspot.com).

Kondisi Guru di Kecamatan Pontang dari 32 Sekolah Dasar (SD) berjumlah 370 orang, dengan jumlah PNS 242 orang dan Non PNS 128 orang. Untuk jumlah Rombongan Belajar (Rombel) sebanyak 213 dan jumlah siswa 6143 orang. Sedangkan untuk Guru Kelas secara keseluruhan berjumlah 218 orang dengan PNS 158 orang dan Non PNS 60 orang, Guru Bidang Studi


(12)

Agama berjumlah 32 orang, Guru Olahraga sebanyak 21 ditambah dengan Guru Penjaskes berjumlah 18 dengan jumlah keseluruhan PNS 39 orang dan Non PNS 32 orang. Kualifikasi untuk Pendidik menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 42 ayat (1) pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, dan dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi, kualifikasi guru di 32 SD di Kecamatan Pontang untuk S2 berjumlah 3 orang, S1 berjumlah 188 orang, D2 berjumlah 139 orang, SMA berjumlah 48 orang.

Dari jumlah Guru serta jumlah Siswa dan Rombel pada masing-masing SD di Kecamatan Pontang, maka dapat dilihat sekolah dasar (SD) yang memiliki guru sesuai dengan kebutuhan, kegiatan belajar mengajar (KBM) akan terlaksana dengan efektif dan efisien. SD yang mengalami kelebihan guru, kegiatan belajar mengajarnya terlaksana dengan efektif tetapi tidak efisien. SD yang mengalami kekurangan guru, kegiatan belajar mengajarnya tidak terlaksana dengan baik dan tidak efektif. Sedangkan SD yang mengalami kelebihan dan sekaligus kekurangan guru, kegiatan belajar mengajarnya tidak akan terlaksana dengan baik, tidak efektif dan tidak efisien. Dapat dilihat pula mutu layanan pembelajaran seperti apa yang akan didapatkan oleh pelanggan (siswa) apabila guru pada masing-masing pada SD yang memiliki kelebihan dan kekurangan guru.


(13)

pemerataan kebutuhan guru dalam memberikan layanan bagi pembelajaran dibandingkan dengan konsep-konsep teoritik yang ada dengan judul: “Pengaruh Pemetaan Kebutuhan Guru Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang-Serang”. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan masalah-masalah yang telah digambarkan di atas, maka penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana keadaan kebutuhan tenaga guru SD di Wilayah Kecamatan

Pontang Kabupaten Serang

b. Bagaimana peta kecukupan guru SD di Kecamatan Pontang, terkait dengan jumlah guru, jumlah jam mengajar, serta sebarannya (menurut wilayah, dan status sekolah)

c. Bagaimana mutu layanan pembelajaran siswa di Wilayah Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Dalam penelitian masalah yang dikaji dibatasi pada :

1. Keadaan dan kualifikasi guru dalam pemenuhan kebutuhan tenaga guru SD di Wilayah Kecamatan Pontang Kabupaten Serang.

2. Dilihat dari sisi manajerial bagaimana dampak dari kebutuhan guru dalam memberikan layanan pembelajaran siswa SD di Wilayah Kecamatan Pontang Kabupaten Serang.

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:


(14)

1. Bagaimana Pemetaan kebutuhan Guru Sekolah Dasar Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang?

2. Bagaimana Mutu Layanan Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan

Pontang Kabupaten Serang?

3. Seberapa besar Pengaruh Pemetaan kecukupan Kebutuhan guru

terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus masalah yang telah dikemukakan, secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel yang mempengaruhi kebutuhan tenaga guru SD.

Penelitian ini bertujuan :

1. Memperoleh informasi tentang keadaan, kualifikasi dan prosedur pemenuhan kebutuhan tenaga guru SD di Wilayah Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

2. Memperoleh informasi tentang mutu layanan pembelajaran siswa SD di Wilayah Kecamatan Pontang Kabupaten serang

3. Mengetahui seberapa besar Pengaruh Pemetaan Kebutuhan Guru

Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang.


(15)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya dan menambah pengetahuan tentang ilmu Administrasi Pendidikan, khusunya dalam menerapkan konsep dan teori perencanaan tenaga pendidik (tenaga guru SD). Dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan di Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Bagi Guru

Meningkatkan kemampuan dan keahlian diri baik secara individu maupun melalui organisasi dalam meningkatkan layanan pembelajaran. 3. Bagi Dinas Pendidikan

a. Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi para pengambil kebijakan dan keputusan, khusunya di Dinas Pendidikan Kabupaten Serang dalam menentukan kebutuhan tenaga pendidik (Guru SD). b. Penelitian ini bermanfaat untuk mengoptimalkan fungsi guru sebagai

tenaga pendidik baik disekolah yang kelebihan maupun kekurangan guru

E. Struktur Organisasi

Pembuatan skripsi ini memiliki struktur organisasi atau sistematika penulisan yang sudah ditetapkan berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Nomor 4403/UN40/DT/2011. Adapun struktur organisasi skripsi tersebut sebagai berikut :


(16)

1. BAB I Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis, berisi mengenai landasan teori yang menjadi dasar penelitian, kerangka pemikiran penelitian dan hipotesis penelitian

3. BAB III Metode Penelitian, berisi mengenai lokasi dan subjek

populasi/sampel penelitian, desain dan justifikasi penelitian, metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi mengenai analisis data penelitian serta pengolahan data menggunakan cara perhitungan statistik.

5. BAB V Kesimpulan dan Saran, berisi mengenai kesimpulan dari

penelitian yang dilakukan oleh penulis dan rekomendasi yang diberikan sebagai perbaikan penelitian selanjutnya.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi mengandung makna yang lebih luas menyangkut prosedur dan cara melakukan pengujian data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian, termasuk untuk menguji hipotesis. Peran metodologi penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian, dengan kata lain metodologi penelitian akan memberikan petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau petunjuk bagaimana penelitian ini dilakukan. Dalam penelitian ini metodologi penelitian berisikan mengenai bagaimana prosedurnya, jenis data yang dikumpulkan, alat yang digunakan untuk memperoleh data, teknik analisis data dan sebagainya akan dibahas lebih lanjut.

Bab ini mengemukakan beberapa hal yang menyangkut dalam metodologi penelitian. Untuk itu bab ini membahas hal-hal sebagai berikut :

A.Lokasi, Subjek dan Populasi/Sampel Penelitian B. Desain Penelitian

C.Metode Penelitian D.Definisi Operasional E. Instrument Penelitian

F. Proses Pengembangan Instrument

G.Teknik Pengumpulan Data


(18)

A. Lokasi, Subjek dan Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini mengacu pada Sekolah Dasar Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang yang terdiri dari 32 Sekolah Dasar. 2. Populasi Penelitian

Populasi yang menjadi sasaran penelitian merupakan hal yang sangat penting sebelum menentukan sampel, karena kejelasan permasalahan penelitian yang dirumuskan sangat berhubungan dengan penetapan sasaran populasi tersebut.

Berdasarkan pernyataan tersebut, penentuan populasi dalam penelitian sangat diperlukan. Penentuan populasi merupakan tahap penting dalam penelitian. Populasi dapat memberikan informasi atau data yang berguna bagi suatu penelitian. Tanpa populasi penelitian tidak mungkin dapat dilakukan.

Sugiono (2007:90) mengartikan populasi yaitu “wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Menurut Nawawi (1985:141) menyebutkan bahwa populasi adalah “totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap”.


(19)

Untuk mendapatkan populasi yang relevan, maka seorang peneliti terlebih dahulu harus mengindetifiksai jenis-jenis data yang diperlukan dalam penelitian tersebut, yaitu mengacu pada permasalahan penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah Dasar dan Guru Se-Kecamatan Pontang Kabupaten

Serang

b. Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan

Kecamatan Pontang. Kabupaten Serang dengan memilih sasaran yaitu : Sub. Bag Kesiswaan dan Sub. Bag Kepegawaian.

c. Sejumlah dokumen yang berkaitan dengan guru dan siswa Sekolah

Dasar Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang. 3. Sampel Penelitian

Penelitian yang ideal merupakan penelitian yang menggunakan seluruh populasi sehingga hasil penelitian akan sesuai dengan kenyataan. Namun, apabila jumlah populasi terlalu besar maka digunakan sejumlah sampel. Dalam bukunya Arikunto (2006: 131) mengungkapkan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, cara pengambilan sampel harus dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunarto (2010:242) yang mengungkapkan bahwa “sampel


(20)

adalah suatu bagian yang dipilih dengan cara tertentu untuk mewakili keseluruhan kelompok populasi. Berdasarkan pernyataan diatas penentuan sampel yaitu Kepala Sekolah dari 32 Sekolah Dasar Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang.

B. Desain Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan harus terlebih dahulu direncanakan, untuk itu diperlukan desain penelitian. Menurut Nasution (2009: 23) “desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu.” Dengan adanya desain penelitian akan memberi pegangan yang jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya.

Gambar 3.1 Desain Penelitian C. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data dan kemudian mengolah data sehingga menghasilkan data yang dapat memecahkan permasalahan penelitian. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Surakhmad (1990:131) dalam Renny (2009:75), yaitu :

“Metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk

mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan Pemetaan Kebutuhan Guru

(Variabel X)

Mutu Layanan Pembelajaran (Variabel Y)


(21)

setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan dan situasi penyelidikan.

Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006:99) “metode penelitian merupakan cara kerja yang digunakan dalam melakukan suatu penelitian”. Sedangkan menurut Purwanto (2010:164) “metode merupakan salah satu syarat ilmu. Usaha mencapai kebenaran ilmu dilakukan menggunakan tertentu hingga sampai kepada pemecahan masalah”. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Menurut Winarno Surakhmad (2004: 139) mengungkapkan bahwa:

“Metode Deskriptif ialah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, musalnya tentang situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang menampak, atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang sedang muncul, kecenderungan yang menampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya.

Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu. Pada taraf yang terakhir, metode deskriptif harus sampai pada kesimpulan yang didasarkan atas penelitian data.

Disamping penggunaan metode deskriptif, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan uraian yang menjembatani antara konsep suatu variabel dengan langkah penyusunan instrumen. Untuk menghindari timbulnya salah pengertian dan penafsiran dari pembaca dikarenakan


(22)

banyaknya istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu didefinisikan secara khusus, sebagaimana yang diungkapkan oleh Komaruddin (1974:29) bahwa “definisi operasional adalah pengertian yang lengkap tentang sesuatu variabel yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama variabel itu”.

Menurut Suryabrata dalam Purwanto (2010: 157) “definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi)”. Purwanto (2010: 157) menyimpulkan bahwa “definisi operasional adalah pernyataan yang sangat jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman penafsiran karena dapat diobservasi dan dibuktikan perilakunya”. Sesuai dengan pendapat tersebut, maka dibawah ini akan dijelaskan beberapa istilah dalam penelitian ini, yaitu:

a. Pengaruh

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:74) pengaruh adalah “Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan”. Dalam penelitian ini pula mengartikan pengaruh sebagai daya keterkaitan yang ditimbulkan dari pemetaan kebutuhan guru terhadap mutu layanan pembelajaran siswa Sekolah Dasar.

b. Pemetaan

Peta sebaran Guru berdasarkan kebutuhan daerah-daerah yang dilayani, kualifikasi, kompetensi.


(23)

c. Kebutuhan Tenaga Guru

Pemenuhan supply terhadap kebutuhan Guru dilapangan berdasarkan perhitungan tertentu. Kebutuhan tenaga guru diikuti dengan adanya lembaga pendidikan yang menyediakan kebutuhan tenaga guru seperti LPTK. Kebutuhan guru yang dimaksud adalah kebutuhan tenaga guru atas dasar jumlah dan kualifikasi di Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang.

d. Mutu Layanan Pembelajaran

Pemenuhan pelayanan guru dalam pembelajaran terhadap siswa sesuai dengan SOP. Mutu layanan pembelajaran siswa yang dimaksud adalah kualitas pembelajaran yang diberikan sekolah kepada Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang Kabupaten Serang.

e. Sekolah Dasar Negeri

Pendidikan dasar menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Sekolah dasar negeri disini dimaksudkan merupakan jenjang pendidikan formal yang ditempuh selama 6 tahun oleh pemerintah dan sekolah dasar dalam penelitian ini berada di lingkungan UPTD Pendidikan kecamatan Pontang kabupaten serang.

E. Instrument Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160) “instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data


(24)

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.”

Terdapat beberapa variasi jenis instrumen penelitian adalah: angket terbuka dan angket tertutup, ceklis (check-list) atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan.

Sedangkan dalam penelitian ini, akan menggunakan jenis instrumen angket.

F. Proses Pengembangan Instrument Penelitian

Adapun proses pengembangan instrument pada penelitian ini terdiri dari beberapa langkah yaitu sebagai berikut:

a. Penegasan indikator penelitian. b. Memperjelas deskriptor indikator. c. Mengembangkan kisi-kisi penelitian.

d. Diskusi akademik dengan Pembimbing.

e. Menyusun point-point pertanyaan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang merupakan langkah yang paling strategis dalam suatu penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam proses pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data tentunya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan. Dengan demikian proses pengumpulan data dalam


(25)

Pengumpulan data adalah suatu prosedur atau cara yang dilakukan untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan masalah penelitian. Seperti yang telah diungkapkan oleh Moh. Nazir (1999:211): “Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperolah data yang diperlukan”. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena data yang dikumpulkan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti.

1. Menentukan Alat Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang diperlukan, dibutuhkan alat pengumpul data yang sesuai dengan karakteristik sumber data. Suharsimi Arikunto (1998, 225-226) mengemukakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan alat pengumpul data, yaitu : “jenis data yang diperlukan, sumber data (orang, hal, tempat, dokumen), metode pengumpulan data, keinginan-keinginan dan kendala-kendala yang ada pada diri peneliti”. Dengan demikian untuk memperoleh data dari sumber yang telah ditentukan, peneliti menggunakan teknik komunikasi tidak langsung yaitu dengan angket.

Menurut Winarno Surakhmad (1998:162) mengemukakan bahwa :

Teknik komunikasi tidak langsung yakni teknik dimana penyelidik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan subjek penyelidikan melalui perantara alat yang sudah tersedia maupun alat yang khusus dibuat untuk keperluan itu; pelaksanaannya dapat berlangsung didalam situasi yang sebenarnya ataupun didalam situasi buatan.

Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang digunakan yaitu kuisioner (angket). seperti yang diungkapkan oleh Sugiono (2007:162) yaitu


(26)

“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Jenis angket yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek dan jawaban diberikan dengan membubuhkan tanda tertentu yang berupa tanda checklist (√). hal ini sesuai dengan pernyataan Sanafiah Faisal (1982:178), yaitu :

Angket yang menghendaki jawaban pendek atau jawabannya panjang diberikan dengan member tanda tertentu disebut angket tertutup. Angket demikian biasanya meminta jawaban yang singkat dan jawaban yang membutuhkan tanda “check” (√) pada item yang termuat pada alternatif jawaban.

Daftar pertanyaan disusun dengan disertai alternatif jawabannyadan responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dari alternatif dari yang sudah disediakan. Alasan peneliti menggunakan angket tertutup dalam penelitian ini adalah agar :

a. Mudah diisi oleh responden

b. Dengan angket, responden memiliki keleluasaan dalam menjawab

pertanyaan karena tidak terpengaruhi oleh sikap mental sehubungan antara peneliti dengan responden.

c. Pengumpulan data lebih efisien ditinjau dari segi tenaga, waktu dan biaya.

d. Responden tidak dituntut untuk berfikir keras dalam mencari jawaban setiap pertanyaan karena alternatif


(27)

Adapun kelebihan menggunakan angket, seperti yang diungkapkan oleh Yatim Riyanto (2001:93) adalah :

a. Dalam waktu singkat (serentak) dapat diperoleh data yang relato banyak.

b. Menghemat tenaga, waktu, dan biaya, jika dibandingkan dengan metode wawancara.

c. Dalam mengisi angket, responden dapar memilih waktu yang

senggangnya, sehingga tidak terlalu terganggu bila disbanding dengan wawancara.

d. Secara psokologis responden tidak merasa terpaksa, dan dapat menjawab lebih terbuka dan sebagainya.

2. Menyusun Alat Pengumpulan Data

Dalam merumuskan pertanyaan untuk memperoleh data, serta memudahkan dalam menyusun alat pengumpul data, maka perlu dilakukan oleh peneliti dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menemukan variabel-variabel yang dianggap penting untuk

ditanyakan dan mengacu pada teori-teori mendasar.

b. Menetapkan indikator dari setiap variabel penelitian yang akan ditanyakan pada responden berdasarkan teori yang diuraikan.

c. Membuat kisi-kisi angket untuk varibel X dan untuk variabel Y. d. Membuat daftar pernyataan dari masing- masing variabel yang

merupakan penjabaran dari sub indikator disertai dengan alternatif jawaban yang akan dipilih responden (terlampir)

Menetapkan bobot penilaian atau kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban sebanyak lima option, yaitu :


(28)

Tabel 3.1

Skala Pengukuran Likert Alternatif Jawaban Untuk Setiap Item

ALTERNATIF JAWABAN BOBOT

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Ragu-ragu (RG) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi seseorang atau sekolompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

3. Prosedur Pelaksanaan Pengumpulan Data

Prosedur pelaksanaan pengumpulan data adalah segala sesuatu yang menyangkut tata cara pengumpulan data yang terdiri dari serangkaian kegiatan dalam upaya pelaksanaan pengumpulan data penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu sebagai berikut:


(29)

a. Tahap Persiapan

Tahapan persiapan ini dilakukan langkah sebagai berikut:

a) Melakukan studi pendahuluan ke Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang, yaitu kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh segala informasi yang berhubungan dengan penelitian b) Persiapan penelitian yang meliputi langkah-langkah dalam hal

pembuatan surat perizinan:

 Meminta surat pengantar dari Kantor Jurusan Administrasi

Pendidikan

 Meneruskan surat pengantar dari Jurusan Administrasi Pendidikan untuk meminta surat pengantar mengadakan penelitian dari Dekan FIP UPI

 Meneruskan surat pengantar dari Dekan FIP UPI untuk meminta surat pengantar mengadakan penelitian dari pihak Rektorat UPI.

 Meneruskan dengan mengajukan permohonan izin mengadakan

penelitian kepada Dinas Pendidikan Kab. Serang dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kecamatan Pontang.

 Meneruskannya dengan meminta dan memohon izin penelitian

surat pengantar bagi seluruh Kepala Sekolah yang ada di SD Se-Kecamatan Pontang.

b. Uji coba Instrumen (Angket)

Uji coba instrumen (Angket) dilakukan sebelum angket yang


(30)

mengemukakan bahwa: “setelah angket disusun, lazimnya tidak langsung disebar untuk penggunaan sesungguhnya, sangatlah mutlak diperlukan uji terhadap isi maupun bahan angket yang telah disusun”. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan yang terjadi, baik dalam bentuk redaksi maupun isi dari angket tersebut, sehingga bisa dilakukan perbaikan agar angket tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu angket yang memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.

Setelah angket tersebut diujicobakan, maka dilakukan statistik untuk menguji menguji validitas dan reliabilitas dari angket tersebut. Degan dilakukan uji coba tersebut, maka diharapkan hasil penelitian memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

Uji angket dilakukan di Sekolah Dasar tanggal 5-9 Juli 2012. Dengan mengambil 10 Kepala Sekolah, dipilihnya sekolah ini sebagai lokasi dalam pengujian angket, dikarenakan tempat tersebut berada diluar populasi yang dijadikan objek penelitian serta memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang sebenarnya.

1) Uji Validitas Alat Pengumpul Data

Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah instrumen benar-benar dapat mengukur suatu atribut yang dikehendaki. Dengan demikian validitas instrumen akan menunjukkan apakah instrumen yang dimaksud dapat digunakan sebagai alat


(31)

menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur Sugiyono (2006:137).

Selanjutnya setelah data ada, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrument dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total (Sugiono, 2007 : 141).

Adapun rumus yang dipergunakan dalam pengujian validitas instrumen ini adalah rumus yang ditetapkan oleh Pearson yang

dikenal dengan korelasi Product Moment. Berikut merupakan

langkah-langkah uji validitas dalam penelitian ini. rxy =

n ∑XY −(∑X) ( ∑Y ) n ∑(X²) − (∑X)² n ∑(Y2) (Y)²

(Arikunto, 2002:162) Keterangan :

n = jumlah responden ( subyek )

X = skor setiap item

Y = skor total

(∑X)² = kuadrat jumlah skor item

∑X² = jumlah kuadrat skor item

∑Y² = jumlah kuadrat skor total

(∑Y)² = kuadrat jumlah skor total


(32)

Setelah mendapatkan rhitung masing-masing item, selanjutnya dihitung

dengan Uji-t. Berikut adalah rumus Uji-t : thitung = � �−

2 1−�²

Dimana :

thitung = Nilai thitung

r = koefisien korelari hasil rhitung

n = Jumlah responden

Jika sudah didapat hasil uji-t maka selanjutnya mencari nilai ttabel di

tabel distribusi t dengan α = 0,05% dan derajat kebebasan (dk) = n – 2. Adapun kaidah keputusannya adalah :

Jika : t hitung > t tabel berarti Valid, dan t hitung < t tabel berarti Tidak Valid

Berdasarkan hasil perhitungan (secara rinci terlampir), didapat hasil validitas kedua variabel adalah sebegai berikut :

(a) Validitas Variabel X (Pemetaan Kebutuhan Guru)

Melalui perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh nilai untuk setiap itemnya, sebagai berikut:

Tabel 3.2

Hasil perhitungan Uji Validitas Variabel X

NO r hitung t hitung t tabel Keterangan

1 0.604 2.145 1.86 VALID

2 0.827 4.160 1.86 VALID

3 0.579 2.008 1.86 VALID


(33)

8 0.728 3.033 1.86 VALID

9 0.753 3.236 1.86 VALID

10 0.580 2.013 1.86 VALID

11 0.683 2.644 1.86 VALID

12 0.841 4.396 1.86 VALID

13 0.737 3.084 1.86 VALID

14 0.628 2.282 1.86 VALID

15 0.603 2.137 1.86 VALID

16 0.603 2.137 1.86 VALID

17 0.754 3.246 1.86 VALID

18 0.756 3.266 1.86 VALID

19 0.603 2.137 1.86 VALID

20 0.730 3.021 1.86 VALID

21 0.855 4.662 1.86 VALID

22 0.694 2.726 1.86 VALID

Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel X dapat disimpulkan bahwa 22 item pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada responden dinyatakan Valid.

(b)Validitas Variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran Siswa)

Melalui perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh nilai untuk setiap itemnya, sebagai berikut

Tabel 3.3

Hasil perhitungan Uji Validitas Variabel Y

NO r hitung t hitung t tabel Keterangan

1 0.666 2.524 1.86 VALID

2 0.660 2.478 1.86 VALID

3 0.730 3.012 1.86 VALID

4 0.733 3.048 1.86 VALID

5 0.796 3.720 1.86 VALID

6 0.588 2.056 1.86 VALID

7 0.755 3.257 1.86 VALID


(34)

9 0.552 1,872 1.86 VALID

10 0.679 2.616 1.86 VALID

11 0.852 4.603 1.86 VALID

12 0.712 2.868 1.86 VALID

13 0.659 2.478 1.86 VALID

14 0.626 2.271 1.86 VALID

15 0.626 2.271 1.86 VALID

16 0.633 2.313 1.86 VALID

17 0.678 2.609 1.86 VALID

18 0.574 1.983 1.86 VALID

19 0.621 2.241 1.86 VALID

20 0.596 2.099 1.86 VALID

21 0.647 2.400 1.86 VALID

22 0.699 2.765 1.86 VALID

Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel Y dapat disimpulkan bahwa 22 item pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada responden dinyatakan Valid.

2) Uji Realibilitas Alat Pengumpul Data

Uji realibilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Metode mencari reliabilitas internal yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha yang dijelaskan dalam Akdon (2005:161) sebagai berikut :

r11 = �−

1 1−

∑�� ��

Dimana : r11 = Nilai reliabilitas


(35)

a. Menghitung Varians Skor tiap-tiap butir dengan rumus: Si =

∑�2(∑��)2 �

Dimana :

Si = Varians skor tiap-tiap butir ∑�2 = Jumlah kuadrat dari X

i

(∑�)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan

N = Jumlah Responden

Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) reliabilitas dengan menggunakan rumus diatas diperoleh hasil sebagai berikut:

(a) Reliabilitas Variabel X (Pemetaan Kebutuhan Guru

r11 =

�−1

1

∑�� ��

r11 =

22 221 1

30.83 316.09 r11 = 1.047 0.902 = 0.944

Selanjutnya mencari r tabel dengan signifikansi α = 0,05 dan dk =

10-1 = 9, diperoleh hasil bahwa rtabel = 0.666. Membuat keputusan

dengan membandingkan t hitung dant tabel.

Jika : r hitung > r tabel berarti Reliabel, dan r hitung < r tabel berarti Tidak Reliabel

Dengan demikian rhitung> rtabel = 0,944 > 0,60. Maka instrumen

tersebut layak (reliabel) untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

Angket yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian sudah melalui tahap uji validitas seperti yang telah dijelaskan di atas. Sehingga angket tersebut sudah dapat dikatakan reliabel dan


(36)

layak untuk digunakan dalam proses pengumpulan data. Dengan asumsi, bahwa angket yang sudah valid, sudah pasti reliabel. Tetapi angket yang reliabel belum tentu valid.

(b)Reliabilitas Variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran Siswa)

r

11

=

�−1

1

∑�� ��

r11 =

22

22−1 1− 14.95 103.09 r11 = 1.047 0.932 = 0.895

Selanjutnya mencari r tabel dengan signifikansi α = 0,05 dan dk =

10-1 = 9, diperoleh hasil bahwa r tabel = 0.666. Membuat keputusan

dengan membandingkan t hitung dant tabel.

Jika : r hitung > r tabel berarti Reliabel, dan r hitung < r tabel berarti Tidak Reliabel

Dengan demikian rhitung > rtabel = 0,895 > 0,60. Maka instrumen

tersebut layak (reliabel) untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

H. Tahap Penyebaran dan Pengumpulan Angket

Setelah melakukan uji coba angket dan diketahui hasilnya bahwa angket variabel X maupun angket variabel Y valid dan reliabel, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan penyebaran angket untuk mendapatkan data yang diinginkan. Angket disebar kepada Kepala Sekolah di SD Se-Kecamatan Pontang. Jumlah sampel yang dilaksanakan dalam penelitian ini berjumlah 32


(37)

I. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Suatu data yang disajikan dalam bentuk data mentah dalam suatu penelitian tidak akan memberikan banyak arti. Oleh karena itu data yang terkumpul harus diolah dan dianalisis terlebih dahulu agar menghasilkan suatu kesimpulan dari penelitian tersebut. Dengan demikian kegiatan pengolahan data dalam kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang sangat penting yaitu untuk memperoleh suatu kesimpulan atau generalisasi tenang masalah yang diteliti, sebagaimana yang diungkapkan oleh Moh. Ali (1985:151) bahwa “ Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, terutama diinginkan generalisasi dari kesimpulan tentang berbagai masalah yang diteliti”.

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seleksi Angket

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan dan penyeleksian data yang diperoleh dari responden melalui angket. Hal ini penting untuk dilakukan agar dapat memberikan kepastian bahwa data yang terkumpul layak untuk diolah lebih lanjut.

2. Menghitung Kecenderungan rata-rata variabel X dan variabel Y Teknik ini digunakan untuk menentukan kecenderungan variabel X dan variabel Y, sekaligus untuk menentukan kedudukan setiap item atau indikator. Untuk mengetahui kecenderungan rata-rata tersebut, dilakukan


(38)

dengan cara menghitung rata-rata dari setiap variabel, yaitu dengan menggunakan rumus Weighted Means Scored (WMS), sebagai berikut:

Keterangan : X

= Nilai rata-rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikali bobot untuk setiap alternatif kategori)

N = Jumlah responden

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan WMS ini adalah sebagai berikut:

a. Memberi bobot untuk setiap alternatif jawaban yang dipilih. b. Menghitung jumlah responden setiap item dan kategori jawaban c. Menunjukan jawaban responden untuk setiap item dan langsung

dikalikan dengan bobot alternatif jawaban itu sendiri

d. Menghitung nilai rata-rata X untuk setiap item pada masing-masing kolom

e. Menentukan kriteria pengelompokkan WMS untuk skor rata-rata setiap item pada masing-masing kolom

f. Mencocokan hasil perhitungan setiap variabel dengan kriteria masing-masing untuk menentukan dimana letak kedudukan setiap

N

X


(39)

Tabel 3.4

Konsultasi Hasil Perhitungan WMS

Rentang Nilai Kriteria

4,60 – 5,00 Sangat Baik

3,60 – 4,50 Baik

2,60 – 3,50 Cukup Baik

1,60 – 2,50 Rendah

1,00 – 1,50 Sangat Rendah

3. Mengubah skor mentah menjadi skor baku

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku, digunakan rumus menurut Sudjana (1996:104):

Keterangan:

Ti = Skor Baku yang dicari

Xi = Data Skor dari masing-masing responden X = Rata-rata

S = Simpangan Baku

Untuk menggunakan rumus diatas, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyajikan disribusi skor mentah dari variabel penelitian b. Menentukan skor tertinggi dan skor terendah


(40)

c. Menentukan rentang (R), yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah, dengan rumus menurut Sudjana (1996:147):

i. R = St – Sr

d. Menentukan banyaknya kelas interval (bk) dengan menggunakan rumus menurut Sudjana (1996:148):

i. BK = 1 + 3,3 log n

e. Menentukan panjang kelas interval (p) dengan rumus menurut Sudjana (1996:149) :

f. Mencari rata-rata (X) dengan rumus:

g. Mencari simpangan baku (S) dengan rumus:

4. Uji Normalitas distribusi data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui dan menentukan teknik statistik apa yang akan digunakan pada pengolahan data selanjutnya. Apabila penyebaran datanya normal, maka akan digunakan teknik statistik parametrik, namun apabila penyebaran datanya tidak normal, maka akan digunakan teknik statistik non parametrik. Rumus yang digunakan dalam pengujian distribusi ini, yaitu rumus Chi Kuadrat (X2) dari Sudjana (1992:273) :


(41)

Keterangan:

2 = nilai chi-kuadrat

Fo = Frekuensi yang observasi (frekuensi empiris) fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan rumus diatas adalah sebagai berikut:

a. Membuat tabel distribusi frekuensi untuk memberikan harga-harga yang digunakan dalam menentukan rentangan, kelas interval, panjang kelas interval dan mencari rata-rata/simpangan baku.

b. Menentukan batas bawah dan batas atas interval

c. Mencari angka standar (Z) untuk batas kelas dengan rumus:

Keterangan :

BK = Skor batas kelas distribusi � = Rata-rata untuk distribusi Sd = Standar deviasi

d. Mencari luas daerah antara O-Z dari tabel distribusi Chi Kuadrat. e. Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas O-Z kelas

interval.

f. Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) dengan cara mengalikan luas


(42)

g. Mencari frekuensi hasil penelitian (Oi) yang diperoleh dengan cara

melihat jumlah setiap kelas interval pada tabel distribusi frekuensi. h. Mencari Chi Kuadrat (X2) dengan memasukan harga-harga kedalam

rumus:

i. Menentukan keberartian X2 dengan membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel dengan kriteria: Distribusi data dikatakan normal apabila X2 hitung < X2 tabel dan distribusi data dikatakan tidak normal apabila X2 hitung > X2 tabel.

5. Menguji Hipotesis Penelitian a. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X dan variabel Y. Berdasarkan hasil uji normalitas data, menghasilkan data variabel X dan Y yang berdistribusi normal sehingga tehnik yang digunakan adalah teknik statistik parametrik. Dalam statistic parametrik, pengujian hipotesisnya menggunakan

korelasi product moment. Rumus product moment (Sugiyono,

2003:213) adalah:

� = � � �−( �)( �)

� (

�)� � ��− ( �)�


(43)

X = Skor responden untuk item pernyataan

Y = Skor total responden untuk keseluruhan item

∑X = Jumlah skor pertama

∑Y = Jumlah skor kedua

∑XY = Jumlah hasil perkalian skor pertama dan kedua ∑X2

= Jumlah hasil kuadrat skor pertama ∑Y2

= Jumlah hasil kuadrat skor kedua

Variabel-variabel yang akan dikorelasikan adalah variabel dependen (X) dan variabel independen (Y), maka rxy merupakan hasil dari

koefisien korelasi variabel-variabel tersebut. Selanjutnya rxy hitung

dibandingkan dengan r xy tabel dengan taraf signifikasi 95%, bila harga

rxy hitung > rxy tabel dan bernilai positif maka terdapat hubungan

yang positif sebesar angka hasil perhitungan tersebut.

Tabel: 3.5

Kriteria Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,91 – 1,00

0,71 – 0,90 0,41 - 0,70 0,21 – 0,40 Kurang dari 0,20

Sangat Kuat Kuat Sedang Rendah Sangat Rendah


(44)

b. Menguji Signifikansi Koefisien Korelasi

Uji signifikansi untuk mengetahui tingkat keberartian korelasi antara variabel X dan variabel Y, dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Akdon dan Sahlan (2005: 188), yaitu:

Keterangan:

t : koefisien korelasi

rs : banyaknya populasi

Analisis hipotesis dari uji t student pada tarap signifikansi 95% diperoleh kriteria sebagai berikut:

Jika t hitung > r tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika t hitung < r tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. c. Uji Determinasi

Koefisien determinasi adalah besaran kuadrat dari koefisien korelasi (r2) untuk mengukur ketepatan suatu garis regresi. Derajat determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya presentase pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), dengan menggunakan rumus menurut Akdon dan Sahlan (2005:188):

Keterangan:

KD= rs²x 100%

t = 2

1 r n

r

 


(45)

Dijelaskan bahwa “Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut, nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0< r2<1).” Dengan ketentuan sebagai berikut:

 Jika r2 semakin mendekati 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika r2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

d. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi dilakukan bila hubungan dua variabel berupa hubungan kausal atau fungsional. Untuk menetapkan kedua variabel mempunyai hubungan kausal atau tidak, maka harus didasarkan pada teori ataukonsep-konsep tentang dua variabel tersebut. Analisis regresi di gunakan jika ingin mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen, secara individual. Hasil dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependen, atau untuk meningkatkan keadan variabel dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independen dan sebaliknya.

Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan adalah rumus regresi linier sederhana, karena memiliki satu variabel independen dan satu variabel dependen. Sugiyono (2003:243) mengemukakan bahwa regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atupun kausal


(46)

satu variabel independen dan satu variabel dependen. Rumus regresi sederhana, adalah:

Y′ =a+bX Keterangan:

Y' = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan. a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan).

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Peningkatan ataupun penurunan variabel independen. Bila b (+) maka naik dan bila (-) maka terjadi penurunan. Harga a dan b dapat dicari dengan rumus:

a= Yi Xi

2

Xi XiYi

nXi2− (Xi)2

dan b= nXiYi− (Xi)(Yi)

nXi2− (Xi)2

Setelah diperoleh harga a dan b maka akan dihasilkan suatu persamaan berdasarkan rumus regresi sederhana Y dan X.

J. Analisis Data Penelitian

Pengolahan data pada penelitian ini pertama dilakukan pengolahan data secara khusus se-Kecamatan Pontang. Selanjutnya data diolah dengan mengacu pada langkah-langkah yang telah ditentukan seperti seleksi angket, perhitungan hasil angket, skorsing, uji normalitas distribusi data, linearitas, korelasi dan regresi. Dari hasil pengolahan data maka bagian ini dapat disajikan hasil penelitian sesuai dengan rumusan penelitian yang tercantum


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis dalam penelitian yang berjudul

“Pengaruh Pemetaan Kebutuhan Guru Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang-Serang”, bahwa gambaran secara umum untuk bagaimana Pemetaan Kebutuhan Guru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Pontang, dilihat dari kecenderungan setiap variabel menghasilkan kriteria baik hal ini dilihat dari sub variabelnya yaitu kebutuhan guru, rekruitment guru, seleksi guru dan penempatan guru yang sudah baik. Sedangkan bagaimana Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Pontang, berada pada kriteria baik hal ini dilihat dari sub variabelnya yaitu materi pembelajaran, media pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang sudah baik.

Untuk uji komparasi besaran perbedaan yang dilakukan pada pemetaan kebutuhan guru yang diperoleh dari perhitungan tersebut sebesar 2,611. Hal ini berarti koefisien korelasi signifikan, artinya terdapat korelasi antara pemetaan kebutuhan guru terhadap mutu layanan pembelajaran siswa Sekolah Dasar (SD) Se- Kecamatan Pontang.

Untuk koefesien determinasi yang dihasilkan adalah 18,52%, artinya bahwa meningkat atau menurunnya Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar


(48)

(SD) Se-Kecamatan Pontang ditentukan oleh Pemetaan Kebutuhan Guru sebesar 18,52% dan selebihnya, 81,48% ditentukan oleh faktor lain.

Selanjutnya, untuk analisis regresi yang digunkaan untuk mengetahui besarnya perubahan meningkatnya Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Pontang, dipengaruhi oleh peningkatan Pemetaan Kebutuhan Guru sebesar 0,42.

Kondisi Guru di Kecamatan Pontang dari 32 Sekolah Dasar (SD) berjumlah 370 orang, dengan jumlah PNS 242 orang dan Non PNS 128 orang. Untuk jumlah Rombongan Belajar (Rombel) sebanyak 213 dan jumlah siswa 6143 orang. Sedangkan untuk Guru Kelas secara keseluruhan berjumlah 218 orang dengan PNS 158 orang dan Non PNS 60 orang, Guru Bidang Studi Agama berjumlah 32 orang, Guru Olahraga sebanyak 21 ditambah dengan Guru Penjaskes berjumlah 18 dengan jumlah keseluruhan PNS 39 orang dan Non PNS 32 orang. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan jumlah Guru yang dibutuhkan oleh SD di Kecamatan Pontang sebanyak 315 orang. Sedangkan jumlah Guru yang tersedia di SD Kecamatan Pontang sebanyak 361 orang sehingga SD di Kecamatan Pontang mengalami kelebihan Guru sebanyak 46 orang. Dilihat dari kualifikasi Guru di 32 SD di Kecamatan Pontang untuk S2 berjumlah 3 orang, S1 berjumlah 188 orang, D2 berjumlah 139 orang, dan SMA berjumlah 48 orang. Dapat dilihat dari presentase menurut Undang-undang tentang Kualifikasi


(49)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai “Pengaruh Pemetaan Kebutuhan Guru Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang-Serang”, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran atau perbaikan.

a) Dilihat dari pemetaan kebutuhan guru (Variabel X) di Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang yaitu :

1. Sebagai pertimbangan pengambilan keputusan bagi Dinas Pendidikan agar mengupayakan persebaran Guru yang merata, dilihat dari beberapa Sekolah di Kecamatan Pontang masih ada sekolah yang memiliki kekurangan Guru sedangkan beberapa sekolah lainnya memiliki kelebihan Guru.

2. Sekolah minimal memiliki Guru Agama yang disesuaikan dengan ragam jenis agama yang dianut oleh siswa agar pembelajaran agama yang diperoleh pun sesuai dengan agama yang dianut oleh siswa. 3. Sekolah sebaiknya merekrut Guru yang sesuai dengan mata pelajaran

tertentu agar hasil pembelajaran yang diperoleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan pencapaian yang optimal.

4. Sekolah sebaiknya merekrut 1 (satu) orang Guru Pendidikan khusus dengan memiliki perhitungan yang setara dengan Guru kelas, hal ini diperlukan agar siswa yang memiliki kebutuhan khusus tidak


(50)

tertinggal pembelajaran pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

5. Bagi sekolah yang memiliki kelebihan Guru sebaiknya menempatkan posisi guru sebagaimana tugas dan fungsinya, dan diupayakan tidak ada Guru yang tidak sesuai dengan posisinya.

6. Upaya pemenuhan kebutuhan guru disekolah dapat dilakukan dengan menambah guru baru melalui rekrutmen pegawai baru, pemerataan guru melalui mutasi dan atau alih spesialisasi guru dalam satu sekolah atau antar sekolah pada propinsi yang sama dan menambah guru melalui program "guru kontrak".

b) Dilihat dari mutu layanan pembelajaran siswa (Variabel Y) di Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang yaitu :

1. Media pembelajaran yang ada di sekolah sebaiknya digunakan dan dimanfaatkan secara optimal agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif.

2. Media pembelajaran yang bersumber dari lingkungan masyarakat dan sekolah sebaiknya mampu dikembangkan dan dimanfaatkan oleh guru dalam proses belajar mengajar

3. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh Guru pada proses belajar mengajar sebaiknya diiringi dengan penggunaan dan pemanfaatan


(51)

4. Memberikan pelayanan pembelajaran yang baik bagi siswa. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) merupakan stategi pembelajaran yang menjadi pilihan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mengatasi kekurangan guru dalam satu kelas. Pembelajaran kelas rangkap ini dapat diterapkan baik di sekolah kecil pada daerah pedesaan maupun perkotaan, misalnya SD dengan jumlah guru dan jumlah siswanya kecil, maupun sekolah biasa yang jumlah guru dan jumlah siswanya memadai. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan pengelolaan pembelajaran yang efektif.

c) Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan, baik dalam prosedur, teori, proses maupun hasilnya. Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan cara observasi dan wawancara yang berkelanjutan. Selain itu, penelitian dilakukan dengan mengkaji lebih mendalam berbagai kondisi hubungan dan berbagai permasalahan tentang pemetaan kebutuhan guru maupun mutu layanan pembelajaran siswa.

Adapun saran bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai pengaruh pemetaan kebutuhan guru terhadap mutu layanan pembelajaran siswa dilakukan pada jenjang SMP, SMA/SMK bahkan perguruan tinggi sekalipun dengan menggunakan indikator-indikator berdasarkan dari kompetensi masing-masing yang harus dimiliki yang sesuai dengan kualifikasi jenjang pendidikan.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. E. (1998). Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta: PT. Gramedia Widiansaranaindo

Arikunto. S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta

Bafadal. I. (2003). Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Baharum (2010), Guru Kreatif dan Profesional. (Tesedia dalam:

http://GuruKreatif.wordpress.com)

Baswedan, Anies. (2011). “Distribusi Guru tidak Merata”. Pikiran Rakyat (30, November 2011)

Cokroaminoto (2007), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Individu. (Tersedia dalam: http://cokroaminoto.wordpress.com)

Danim. S. (2006). Pelayanan Profesional Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Dewi Ayu blog (2009) Kompetensi Dan Profesionalisme Guru. (Tersedia dalam:

http://ventidanokarsa.blogspot.com/2009/05/kompetensi-dan-profesionalisme-guru.html)

Faisal. S. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional Fattah. N. Analisis Kebutuhan Tenaga Kependidikan, (Sumber STEPES No. 4 dan

7 Th. 1988/1989)

Hidayatullah. (2012), Guru di Era Global. (Tersedia dalam: http://PGRI-Lebak.org/artikel//Guru-di-era-global.html.)

Marihot Tua. E. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Grasindo

Mudjiono. D. (2002), Belajar dan pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta

Neoeasy (2012). IGI dan PGRI dalam Dialog. (Tersedia dalam: http://Guru-staf.wordpress.com)


(53)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil

Rochman. N. (2002). Profesionalisasi Tenaga Kependidikan Guru dan

Pekerjaannya, Bandung : Departemen Pendidikan Nasional UPI Pascasarjana

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Sudijono. A. (1995). Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2011). Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alfabeta

Tim Nusa Media. (2010). Peraturan perundang-undangan Tentang Pegawai Negeri Sipil, Bandung: Nusa Media

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa. (1999). Depdikbud: Balai Pustaka

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2011), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Pendidikan Indonesia

Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen


(1)

(SD) Se-Kecamatan Pontang ditentukan oleh Pemetaan Kebutuhan Guru sebesar 18,52% dan selebihnya, 81,48% ditentukan oleh faktor lain.

Selanjutnya, untuk analisis regresi yang digunkaan untuk mengetahui besarnya perubahan meningkatnya Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Pontang, dipengaruhi oleh peningkatan Pemetaan Kebutuhan Guru sebesar 0,42.

Kondisi Guru di Kecamatan Pontang dari 32 Sekolah Dasar (SD) berjumlah 370 orang, dengan jumlah PNS 242 orang dan Non PNS 128 orang. Untuk jumlah Rombongan Belajar (Rombel) sebanyak 213 dan jumlah siswa 6143 orang. Sedangkan untuk Guru Kelas secara keseluruhan berjumlah 218 orang dengan PNS 158 orang dan Non PNS 60 orang, Guru Bidang Studi Agama berjumlah 32 orang, Guru Olahraga sebanyak 21 ditambah dengan Guru Penjaskes berjumlah 18 dengan jumlah keseluruhan PNS 39 orang dan Non PNS 32 orang. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan jumlah Guru yang dibutuhkan oleh SD di Kecamatan Pontang sebanyak 315 orang. Sedangkan jumlah Guru yang tersedia di SD Kecamatan Pontang sebanyak 361 orang sehingga SD di Kecamatan Pontang mengalami kelebihan Guru sebanyak 46 orang. Dilihat dari kualifikasi Guru di 32 SD di Kecamatan Pontang untuk S2 berjumlah 3 orang, S1 berjumlah 188 orang, D2 berjumlah 139 orang, dan SMA berjumlah 48 orang. Dapat dilihat dari presentase menurut Undang-undang tentang Kualifikasi Pendidik minimal pendidik berkualifikasi S1, untuk S1 dikecamatan pontang masih terjadi kekurangan dengan persentase 50,27%.


(2)

135

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai “Pengaruh Pemetaan Kebutuhan Guru Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang-Serang”, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran atau perbaikan.

a) Dilihat dari pemetaan kebutuhan guru (Variabel X) di Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang yaitu :

1. Sebagai pertimbangan pengambilan keputusan bagi Dinas Pendidikan agar mengupayakan persebaran Guru yang merata, dilihat dari beberapa Sekolah di Kecamatan Pontang masih ada sekolah yang memiliki kekurangan Guru sedangkan beberapa sekolah lainnya memiliki kelebihan Guru.

2. Sekolah minimal memiliki Guru Agama yang disesuaikan dengan ragam jenis agama yang dianut oleh siswa agar pembelajaran agama yang diperoleh pun sesuai dengan agama yang dianut oleh siswa. 3. Sekolah sebaiknya merekrut Guru yang sesuai dengan mata pelajaran

tertentu agar hasil pembelajaran yang diperoleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan pencapaian yang optimal.

4. Sekolah sebaiknya merekrut 1 (satu) orang Guru Pendidikan khusus dengan memiliki perhitungan yang setara dengan Guru kelas, hal ini diperlukan agar siswa yang memiliki kebutuhan khusus tidak


(3)

tertinggal pembelajaran pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

5. Bagi sekolah yang memiliki kelebihan Guru sebaiknya menempatkan posisi guru sebagaimana tugas dan fungsinya, dan diupayakan tidak ada Guru yang tidak sesuai dengan posisinya.

6. Upaya pemenuhan kebutuhan guru disekolah dapat dilakukan dengan menambah guru baru melalui rekrutmen pegawai baru, pemerataan guru melalui mutasi dan atau alih spesialisasi guru dalam satu sekolah atau antar sekolah pada propinsi yang sama dan menambah guru melalui program "guru kontrak".

b) Dilihat dari mutu layanan pembelajaran siswa (Variabel Y) di Sekolah Dasar (SD) Se-Kecamatan Pontang yaitu :

1. Media pembelajaran yang ada di sekolah sebaiknya digunakan dan dimanfaatkan secara optimal agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif.

2. Media pembelajaran yang bersumber dari lingkungan masyarakat dan sekolah sebaiknya mampu dikembangkan dan dimanfaatkan oleh guru dalam proses belajar mengajar

3. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh Guru pada proses belajar mengajar sebaiknya diiringi dengan penggunaan dan pemanfaatan metode pembelajaran yang inovatif agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan kondusif.


(4)

137

4. Memberikan pelayanan pembelajaran yang baik bagi siswa. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) merupakan stategi pembelajaran yang menjadi pilihan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mengatasi kekurangan guru dalam satu kelas. Pembelajaran kelas rangkap ini dapat diterapkan baik di sekolah kecil pada daerah pedesaan maupun perkotaan, misalnya SD dengan jumlah guru dan jumlah siswanya kecil, maupun sekolah biasa yang jumlah guru dan jumlah siswanya memadai. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan pengelolaan pembelajaran yang efektif.

c) Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan, baik dalam prosedur, teori, proses maupun hasilnya. Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan cara observasi dan wawancara yang berkelanjutan. Selain itu, penelitian dilakukan dengan mengkaji lebih mendalam berbagai kondisi hubungan dan berbagai permasalahan tentang pemetaan kebutuhan guru maupun mutu layanan pembelajaran siswa.

Adapun saran bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai pengaruh pemetaan kebutuhan guru terhadap mutu layanan pembelajaran siswa dilakukan pada jenjang SMP, SMA/SMK bahkan perguruan tinggi sekalipun dengan menggunakan indikator-indikator berdasarkan dari kompetensi masing-masing yang harus dimiliki yang sesuai dengan kualifikasi jenjang pendidikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. E. (1998). Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta: PT. Gramedia Widiansaranaindo

Arikunto. S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta

Bafadal. I. (2003). Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Baharum (2010), Guru Kreatif dan Profesional. (Tesedia dalam: http://GuruKreatif.wordpress.com)

Baswedan, Anies. (2011). “Distribusi Guru tidak Merata”. Pikiran Rakyat (30, November 2011)

Cokroaminoto (2007), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Individu. (Tersedia dalam: http://cokroaminoto.wordpress.com)

Danim. S. (2006). Pelayanan Profesional Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Dewi Ayu blog (2009) Kompetensi Dan Profesionalisme Guru. (Tersedia dalam:

http://ventidanokarsa.blogspot.com/2009/05/kompetensi-dan-profesionalisme-guru.html)

Faisal. S. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional Fattah. N. Analisis Kebutuhan Tenaga Kependidikan, (Sumber STEPES No. 4 dan

7 Th. 1988/1989)

Hidayatullah. (2012), Guru di Era Global. (Tersedia dalam: http://PGRI-Lebak.org/artikel//Guru-di-era-global.html.)

Marihot Tua. E. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Grasindo

Mudjiono. D. (2002), Belajar dan pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta

Neoeasy (2012). IGI dan PGRI dalam Dialog. (Tersedia dalam: http://Guru-staf.wordpress.com)

Ono, W. (2001). Perencanaan Kebutuhan Guru Di Sekolah Dasar (SD)

Bersadarkan Pendekatan Kewilayahan. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak


(6)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil

Rochman. N. (2002). Profesionalisasi Tenaga Kependidikan Guru dan

Pekerjaannya, Bandung : Departemen Pendidikan Nasional UPI

Pascasarjana

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Sudijono. A. (1995). Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2011). Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alfabeta

Tim Nusa Media. (2010). Peraturan perundang-undangan Tentang Pegawai

Negeri Sipil, Bandung: Nusa Media

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa. (1999). Depdikbud: Balai Pustaka

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2011), Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah, Universitas Pendidikan Indonesia

Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen