HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………...……… LEMBAR PERNYATAAN ………...……… KATA PENGANTAR ………....……….…….. UCAPAN TERIMA KASIH ……… ABSTRAK ………...……… DAFTAR ISI ……….……… DAFTAR TABEL ………..……… DAFTAR GAMBAR ……….……… DAFTAR LAMPIRAN ………..………

i ii iii iv v vi x xi xii BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah ……… 1.2Identifikasi Masalah ..……….. 1.3Batasan Masalah …………...……… 1.4Rumusan Masalah ……… 1.5Tujuan Penelitian ……… . 1.6Manfaat Penelitian ………...

1 12 12 13 13 14 BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Karakteristik Sekolah Menengah Kejuruan ………. 2.1.1.Tujuan Pendidikan Kejuruan ..………... 2.1.2. Model Pendidikan Kejuruan ……….... 2.1.3. Fasilitas Praktek ……….. 2.1.4. Kompetensi Lulusan ..………. 2.1.5. Partisipasi Industri .………..

15 16 17 18 19 19


(2)

2.2. Persepsi Siswa Terhadap Keterampilan Mengajar Guru ……….……. 2.2.1. Persepsi ………. 2.2.1.1. Pengertian Persepsi ………. 2.2.1.2. Prinsip-prinsip Persepsi ……….. 2.2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi ……..….………… 2.2.2. Guru Sebagai Pendidik Profesional ………..….………. 2.2.2.1. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Guru ……….. 2.2.2. 2. Kualifikasi dan Kompetensi ………. 2.2.2.3. Pengertian Mengajar ………...……. 2.2.2.4. Prinsip-prinsip Mengajar ……….. 2.2.2.5. Keterampilan Dasar Mengajar ………. 2.3. Motivasi Berprestasi ……… 2.3.1. Pengertian Motivasi ………...… 2.3.2.Konsep Motivasi Berprestasi ………...…………...

2.3.2.1. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 2.3.2.1. Karakteristik Motivasi Berprestasi ... 2.3.3. Motivasi Berprestasi ………... 2.4. Hasil Belajar …….………...

2.4.1. Pengertian Hasil Belajar ………... 2.4.2. Penilaian Hasil Belajar di SMK ……… 2.4.3.Tes Hasil Belajar Ranah kognitif ………

20 20 20 21 22 23 23 24 27 29 32 36 36 39 39 47 46 50 50 51 58


(3)

2.4.4. Kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan ………. 2.4.5. Tori Dasar Kelistrikan ………. 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ……… 2.6. Kerangka Pemikiran ... 2.7.Anggapan Dasar dan Hipotesis ………...

2.7.1. Anggapan Dasar ………... 2.7.2. Hipotesis ………....…

60 62 77 76 82 82 83 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ………....……… 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ………..

3.2.1. Populasi ………...……… 3.2.2. Sampel ………..… 3.3. Variabel dan Definisi Operasional ………..

3.3.1. Variabel Penelitian ……… 3.3.2. Definisi Operasional ……… 3.4. Teknik Pengumpulan Data ………

3.4. 1. Metode Kuesioner /Angket ……… 3.4.2. Metode Tes ……….……… 3.5. Instrumen Penelitian ………...……… 3.5. 1. Uji coba Instrumen Penelitian ………...………… 3.5.1.1. Uji Validitas Instrumen ………...……….…...………

84 85 85 85 88 88 89 90 91 91 93 93 94


(4)

3.5.1.2. Uji Reliabilitas Instrumen …………...………...…………. 3.5.2. Hasil Uji Coba Instrumen ………..……...

3.6. Teknik Analisis Data ………...………….. 3.6. 1. Pengujian Persyaratan Analisis ………..

3.6.1.1. Uji Normalitas Galat Taksiran ……….. 3.6.1.2. Uji Homogenitas Data …………...……….. 3.6. 2. Pengujian Hipotesis Penelitian ………

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi data ……… 4.2. Uji Persyaratan Analisis ……….

4.2.1. Uji Normalitas Galat Taksiran Regresi ... 4.2.2. Uji Homogenitas Varians ... 4.3. Pengujian Hipotesis ……….………. 4.4.Pembahasan Hasil Penelitian ……… BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan. ……… 5.2. Saran. ………. DAFTAR PUSTAKA ……… LAMPIRAN – LAMPIRAN ………….……….

99 101

95 96 99 99 106

108 112 112 113 113 120

124 126 128 132


(5)

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Digulirkannya AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan AFLA (ASEAN Free

Labor Area) mau tidak mau menyeret negara kita terlibat dalam persaingan dengan

berbagai negara dengan berbagai kepentingannya. Era globalisasi dalam lingkungan perdagangan bebas antar negara, membawa dampak ganda, disatu sisi era ini membuka kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya antar negara, namun disisi lain era itu, membawa persaingan yang semakin tajam dan ketat. Oleh karena itu, tantangan utama dimasa mendatang adalah meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif disemua sektor industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan sumber daya manusia, teknologi dan manajemen.

Bidang-bidang seperti sosial, budaya, politik, ekonomi dan lainnya akan saling mempengaruhi dan bersaing untuk menjadi yang terbaik. Agar tidak tertinggal dengan masyarakat dan bangsa lain di dunia, maka peningkatan pendidikan menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan potensi dasar yang dimiliki masyarakat dan bangsa Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan akan memiliki makna bagi perbaikan kualitas bangsa Indonesia secara keseluruhan. Krisis ekonomi memberikan pengalaman bahwa negara-negara yang mempunyai kualitas sumber daya manusia yang baik, lebih cepat bangkit dari krisis. Sementara negara yang memiliki sumber daya manusia yang tidak baik, akan mengalami kesulitan berkepanjangan dalam menghadapi krisis ekonomi bahkan dapat mengakibatkan krisis multidimensi.


(7)

2 Negara berkembang seperti Indonesia dalam memacu pertumbuhan ekonomi memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Namun kualitas itu tidak dapat diukur dengan angka-angka semata, melainkan diukur dengan apa yang dihasilkan. Besarnya pengeluaran pemerintah dan masyarakat terhadap bidang pendidikan dan kesehatan menjadi ukuran yang menunjukkan perhatian pada usaha pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Pada era global seperti saat ini, lingkungan bisnis akan menjadi semakin kompleks, dinamis, dan bermunculan berbagai konflik kepentingan. Hard

competence seperti pemahaman tentang bidang pekerjaan fungsional atau area

tertentu, tidak lagi mencukupi bagi seorang tenaga kerja. Saat sekarang diperlukan tenaga kerja yang dididik agar memiliki pemikiran yang terintegrasi, komunikator yang andal, cerdas emosional, mampu bekerja dalam tim dan ber-etika, yang semuanya itu bersifat soft competence.

Pemahaman lama yang menekankan bahwa tenaga kerja harus memiliki pengetahuan yang tinggi tentang bidang pekerjaannya, sekarang tidak lagi mencukupi. Dan pada kenyataannya masih sangat sedikit pandangan bahwa seorang karyawan di perusahaan harus memiliki soft competence. Semakin jelas bahwa karyawan yang berhasil adalah karyawan yang secara konsisten menunjukkan sejumlah kompetensi yang spesifik. Kompetensi tersebut membuat karyawan berhasil dan membedakan dirinya dengan karyawan yang lain.

Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah. Sebagai lembaga pendidikan formal, SMK turut bertanggung jawab dalam pembenahan, peningkatan keahlian dan keterampilan siswa sehingga mampu


(8)

3 menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan terpercaya agar dapat memasuki pasar tenaga kerja baik skala regional maupun global. Oleh karena itu SMK harus siap mengemban misi pembangunan untuk mengembangkan sekolah yang berstandar nasional maupun internasional.

Misi utama pendidikan di SMK yaitu melatih peserta didik untuk menguasai keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja termasuk bisnis dan industri. Selain itu SMK juga harus menyiapkan lulusannya mampu beradaptasi terhadap perubahan teknologi yang cepat, yang setiap saat dapat berdampak pada perubahan struktur pekerjaan yang ada. Oleh karena itu pendidikan di SMK mempunyai tugas utama melatih peserta didik menguasai suatu keterampilan secara profesional dalam bidang keahlian tertentu, menyiapkan mereka agar memiliki kemampuan berpikir yang tinggi disamping harus mempunyai komitmen moral yang tinggi, mau hidup berdampingan dengan baik dalam masyarakat yang multikultur , multireligi, dan multi etnis.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Menurut Muhidin (www.sambasalim.com/2009/10/27) salah satu ciri pendidikan kejuruan dan yang sekaligus membedakan dengan jenis pendidikan lain adalah orientasinya pada penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja.

Menurut Guntur (2010:5) kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda, yaitu In

school success dan Out of school success. Kriteria pertama meliputi aspek


(9)

4 diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.

Fokus pembelajaran SMK ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan dunia kerja. Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada ” hands on” atau performa dalam dunia kerja, sehingga hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses SMK. SMK yang baik harus memiliki sifat responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi. Pembelajaran di SMK seharusnya lebih menekankan pada “learning by doing” dan “hands on experience”, oleh karena itu SMK memerlukan fasilitas mutakhir untuk kegiatan praktik, sehingga memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar dibandingkan SMA atau pendidikan umum lainnya.

SMK sebagai lembaga pendidikan kejuruan sampai saat ini masih banyak alumninya yang belum terserap di dunia kerja, dan masih banyak juga yang bekerja pada bidang lain yang tidak relevan dengan program keahliannya. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Indramayu tahun 2010 dimana penelitian ini dilakukan menunjukkan pencari kerja yang belum tersalurkan jumlah terbanyak adalah alumni SMK. Data tersebut bisa dilihat pada tabel 1.1 berikut ini :


(10)

5 Tabel 1.1 Data pencari kerja yang belum disalurkan Dinas sosial dan tenaga kerja

Kabupaten Indramayu.

No Pendidikan Terakhir Banyaknya Pencari Kerja yank Belum ditempatkan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Tidak/belum Tamat SD 25 89 114

2 SD dan yang setingkat 184 1314 1.498

3 SLTP Umum 629 2236 2.865

4 SLTA Umum 1919 1554 3.473

5 SLTA Kejuruan 2542 1767 4.309

6 Sarjana Muda/D III 1045 1296 2.341

7 Sarjana 624 583 1.207

Jumlah 6.968 8.839 15.807

Sumber :Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kab. Indramayu (BPS 2010:249)

Keadaan ini secara umum selain lapangan kerja yang terbatas, ditafsirkan oleh Guntur (2010:5) adalah akibat dari tidak maksimalnya proses pembelajaran di kelas akibat dari kinerja guru yang kurang maksimal dan motivasi siswa yang rendah serta sarana prasarana yang belum standar.

Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, antara lain guru, siswa, sarana prasarana, lingkungan pendidikan, kurikulum, dan lain-lain. Menurut Ditjen PMPTK (2008) Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan “hidup” apabila dilaksanakan oleh guru. Begitu pentingnya peran guru dalam mentransformasikan


(11)

6 perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan dan peningkatan kualitas guru.

Studi yang dilakukan Heyneman & Loxley (1983) di 29 negara (Widoyoko. http://www.um-pwr.ac.id. (Online) diakses tanggal 16/10/2011) menemukan bahwa diantara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu pendidikan (yang ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Peranan guru makin penting lagi di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sebagaimana dialami oleh negara-negara sedang berkembang. Lengkapnya hasil studi itu adalah : di 16 negara sedang berkembang, guru memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19%. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002: 42) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%.

Harus diakui bahwa guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar dan pembelajaran yang maksimal. Guru sebagai pelaksana pendidikan nasional merupakan faktor kunci keberhasilan pendidikan.

Peningkatan prestasi belajar siswa akan dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, proses pembelajaran di kelas harus berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil


(12)

7 guna. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila didukung oleh guru yang mempunyai kompetensi dan kinerja yang tinggi, karena guru merupakan ujung tombak dan pelaksana terdepan pendidikan anak-anak di sekolah. Guru yang mempunyai kinerja yang baik akan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kualitas proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsep pembelajaran yang efektif dimana guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai guru yang efektif, menurut Arend seperti dikutip Narsoyo (2010:7) mengemukakan bahwa, pembelajaran yang efektif memerlukan:

“… as its base line individuals who are academically able and who care about the well-being of children and youth. It also requires individuals who can produce results, mainly those of student academic achievement and social learning.”

Pendapat yang dikemukakan Arend itu menurutnya menempatkan guru sebagai pusat tumpuan keberhasilan proses pembelajaran. Namun perlu pula disadari bahwa hasil pembelajaran bukan semata-mata hasil kerja seorang guru, melainkan hasil kooperatif antar guru, dimana peningkatan kerja sama antar guru akan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Lowman seperti yang dikutip Narsoyo (2010: 7) mengemukakan hasil penelitian dari pendapat siswa tentang guru yang baik menemukan ciri-ciri guru yang beragam, namun pada umumnya menggambarkan ciri-ciri khusus dalam keadaan yang khusus pula. Pendapat ini didasarkan pada dua hal yakni tentang penguasaan ilmu (intellectual excitement) dan dampak personal dan intelektual (personal and


(13)

8 kemampuan guru dalam melakukan hubungan interpersonal dengan siswa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (interpersonal repport).

Pendapat siswa di atas tentunya terbentuk dari persepsi siswa selama mengikuti pembelajaran, dimana hal ini sejalan dengan Klazky dalam Rizal (http: www.scribd.com diakses tanggal 4/4/2011) yang menyatakan bahwa persepsi sebagai proses untuk menentukan makna apa yang kita rasa dan yang kita pikirkan, hal ini sejalan pula dengan Baron dalam Rizal (http: www.scribd.com diakses tanggal 4/4/2011) yang memandang persepsi sebagai suatu proses mental dalam memberi makna (arti) terhadap obyek setelah individu memperoleh informasi melalui indera. Pada akhirnya persepsi dapat mempengaruhi cara berpikir, bekerja, serta sikap pada diri seseorang dan dalam proses belajar persepsi berpengaruh terhadap daya ingat, pembentukan konsep dan pembinaan sikap serta persepsi menjadi landasan berpikir bagi seseorang dalam belajar.

Faktor lain yang tidak kalah penting dalam keberhasilan proses pembelajaran adalah motivasi siswa. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, motivasi didefinisikan sebagai berikut :

“Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan … intensitas terkait dengan dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.”

Sementara menurut Sanjaya (2008:249) :

“Keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung prestasinya pun akan tinggi pula; sebaliknya siswa yang motivasi belajarnya rendah, akan rendah pula prestasi belajarnya. … Sebab motivasi merupakan


(14)

9 penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan usaha atau semangat seseorang beraktifitas; dan tentu saja tinggi rendahnya semangat akan menentukan hasil yang diperoleh.”

Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya, kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar, seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.

Di SMK Negeri 1 Losarang Indramayu persentasi kehadiran siswa termasuk baik yaitu mencapai 98,8 % (WMM SMK N 1 Losarang, 2010), akan tetapi dalam keseharian masih banyak siswa yang datang terlambat pada jam pertama pembelajaran, dan masih banyak juga siswa yang harus remedial pada saat penilaian akhir semester. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi karena motivasi belajar siswa yang kurang akibat dari ketidak puasan siswa terhadap proses pembelajaran di sekolah seperti diperlihatkan pada tabel berikut :

Tabel 1.2. Rekapitulasi Tingkat Kepuasan Pelanggan Eksternal (Siswa)

No Aspek Puas Tidak Puas

% %

1 Guru 65% 35%

2 Kegiatan Belajar Mengajar 72% 28%

3 Sarana dan Prasarana 50% 50%

4 Layanan terhadap siswa 54% 46%

Rata - Rata 60% 40%


(15)

10 Dari data di atas, jika hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa, sehingga perlu dilakukan perbaikan dari sekolah menyangkut semua aspek dari proses pembelajaran di sekolah.

Motivasi berprestasi bagi siswa SMK adalah faktor yang cukup penting bagi keberhasilan saat belajar di sekolah maupun saat siswa sudah memasuki dunia kerja. Siswa harus terbiasa menghadapi suasana persaingan, karena dengan begitu siswa akan terbiasa menghadapi suasana kerja di industri yang penuh dengan persaingan, tantangan dan perubahan yang selalu terjadi setiap saat. Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menurut Yahdi (www.4shared.com /2/4/2011) adalah :

“Memiliki motivasi/dorongan yang kuat untuk berhasil menyelesaikan tugasnya, tekun, keras hati, bekerja keras dan memiliki kemantapan hati untuk melakukannya. Melihat keberhasilan/kegagalan bukan sebagai faktor yang disebabkan pihak luar dirinya, tetapi dirinyalah sebagai pengendalinya. Bagi mereka berkarya tidak hanya sesuai target bahkan kalau bisa lebih baik daripada target. Dia selalu memiliki naluri senang, bahagia dan puas melakukan yang terbaik, tidak mengenal setengah-setengah.”

Dari uraian di atas siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menguasai kompetensi yang unggul baik soft competence maupun hard competence yang merupakan modal awal ketika dia memasuki dunia kerja.

Proses pembelajaran di sekolah dengan berbagai dinamikanya akan bermuara pada hasil belajar siswa yang berupa angka-angka hasil penilaian guru di sekolah yang tertulis dalam buku Laporan Hasil Belajar. Menurut Sanjaya (2008:257) “Umumnya hasil belajar itu ditunjukkan melalui nilai atau angka yang diperoleh siswa setelah dilakukan serangkaian proses evaluasi hasil belajar”.

Fokus penilaian adalah prestasi belajar yang dicapai oleh individu meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar siswa. Sejalan dengan itu menurut Sudrajat (www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01) hasil belajar


(16)

11 peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika - matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).

Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan. Sudrajat menampilkan data hasil penelitian multi kecerdasan yang menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang termasuk dalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya sebesar 5 %. Kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk domain afektif memberikan kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %, sedangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5 %.

Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran di SMK yang difokuskan pada persepsi siswa terhadap proses pembelajaran, motivasi berprestasi siswa dan hubungannya dengan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan judul penelitian Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Keterampilan Mengajar Guru dan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Siswa di SMK.


(17)

12 1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang penelitian, jelaslah bahwa banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran, motivasi siswa khususnya motivasi berprestasi, persepsi siswa tentang proses pembelajaran, kemampuan afektif siswa, sarana prasaran dan lain-lain.

Dari faktor-faktor di atas, ada beberapa masalah yang mengakibatkan proses pembelajaran di SMK tidak maksimal diantaranya :

1.Kinerja guru SMK belum maksimal dalam melaksanakan tuntutan profesinya, hal ini terbukti dari tingkat kepuasan siswa terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran masih rendah.

2.Motivasi berprestasi siswa SMK masih rendah dengan masih banyaknya siswa yang harus remedial pada penilaian akhir semester.

3.Proses pembelajaran dalam persepsi siswa tidak menyenangkan, masih banyak siswa SMK yang merasa tidak puas dengan proses pembelajaran.

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari adanya persepsi yang berbeda, maka penelitian ini di-batasi permasalahnya, yaitu:

1. Persepsi siswa SMK tentang keterampilan mengajar guru pada penelitian ini adalah pandangan, pengamatan, atau tanggapan, interpretasi terhadap keterampilan mengajar guru di sekolah. (Rizal, www.scribd.com 4/4/2011) 2. Motivasi siswa dalam penelitian ini hanya menyangkut motivasi berprestasi


(18)

13 3. Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan setelah menyelesaikan program pembelajaran.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah pokok yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah: Bagaimanakah hubungan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa di SMK Kabupaten Indramayu ?

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka secara umum tujuan penelitian ini untuk mengungkap hubungan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan Program Keahlian Teknik Elektro di SMK , secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap :

1.Hubungan persepsi tentang keterampilan mengajar guru dengan hasil belajar siswa Progran Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu.

2.Hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa Progran Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu.

3.Hubungan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa Progran Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu.


(19)

14 1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Guru, agar lebih memahami tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam peningkatan hasil belajar siswa.

2. Pengambil kebijakan pendidikan, sebagai bahan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam upaya peningkatan proses pembelajaran di SMK sehingga menghasilkan lulusan yang kompeten dan mempunyai daya saing dalam memasuki dunia kerja.

3. Pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori mengenai keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan hal tersebut di atas.


(20)

84 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam metode survei dengan bentuk penelitian korelasional, dimana dalam penelitian survey tidak dibuat perlakuan terhadap variabel-variabelnya tetapi hanya mengungkap fakta. Sejalan dengan itu Kerlinger dalam Riduwan (2010 : 49) mengatakan bahwa :

”penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.”

Selanjutnya dikatakan bahwa penelitian survei biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif.

Sesuai dengan tujuan penelitian maka dalam penelitian ini digunakan teknik penelitian korelasional, seperti dikatakan Joesoef at al.(2007:13) :

“Korelasi adalah salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang sifatnya kuantitatif. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu akan diikuti perubahan pada variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang sama atau dapat pula dengan arah yang berlawanan. Tanda arah (sign) korelasi antara dua variabel dapat dibedakan: (1) positif, jika perubahan pada salah satu variabel diikuti oleh perubahan variabel yang lain secara teratur dengan gerakan yang sama; (2) negatif, jika perubahan pada salah satu variabel diikuti oleh perubahan variabel yang lain secara teratur dengan gerakan yang berlawanan; dan (3) nol, jika kenaikan nilai variabel yang satu kadang-kadang disertai dengan turunnya nilaivariabel yang lain, atau kadang-kadang diikuti kenaikan variabel yang lain.”


(21)

85 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi

Sugiyono (2008:117) mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi target dari penelitian ini adalah siswa SMK di kabupaten indramayu yang berjumlah 65 SMK, sedangkan populasi terjangkaunya adalah 2 SMK yaitu SMK Negeri 1 Losarang dan SMK Muhamadiyah Kandanghaur.

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti maka populasi sasaran dari penelitian ini adalah siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 1 Losarang sejumlah 62 siswa dan siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Elektronika Industri SMK Muhamadiyah Kandanghaur sebanyak 46 siswa, sehingga jumlah populasi dari penelitian ini adalah 108 siswa.

3.2.2. Sampel

Sugiyono (2010 : 118) mengatakan “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Selanjutnya dikatakan bahwa apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (1998: 135) menyatakan bahwa, “mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan pengelolaannya."


(22)

86 Sejalan dengan itu Hasan (2002: 119) berpendapat bahwa :

Sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan dua hal yaitu: (1) Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi. (2) Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil penelitiannya dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan dalam objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.

Sejalan dengan pendapat di atas mengenai sampel penelitian Riduwan (2007:56) berpendapat :

“Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitaannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25° % . “

Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka teknik pengambilan sampel sebanyak jumlah yang dibutuhkan, dalam penelitian diambil sampel sebanyak 76 siswa.

Teknis pengambilan sampel dilakukan dengan pengambilan sampel acak proporsional (proporsional random sampling), dengan tujuan agar sampel yang dipilih dapat merupakan sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat menggambarkan karakteristik populasi yang diteliti.

Ukuran anggota sampel (sample number) pada masing-masing sekolah diten-tukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : ni = Jumlah sampel masing-masing sekolah Ni = Jumlah sub / unit populasi.

N = Jumlah populasi

n = ukuran sampel yang diinginkan.

n N N

n i


(23)

87 Dengan demikian maka jumlah anggota sampel yang diambil dari setiap SMK Negeri 1 Losarang adalah 44 siswa dan dari SMK Muhamadiyah sebanyak 32 siswa seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian

No Populasi (SMK di Kab. Indramayu) Sampel Jumlah Siswa

1 SMK NEGERI 1 INDRAMAYU

2 SMK NEGERI 1 LOSARANG SMK NEGERI 1 LOSARANG 44

3 SMK NEGERI 1 CIKEDUNG

4 SMK NEGERI 1 ANJATAN

5 SMK NEGERI 1 ARAHAN

6 SMK NEGERI 1 BALONGAN

7 SMK NEGERI 1 BONGAS

8 SMK NEGERI 1 GABUSWETAN

9 SMK NEGERI 1 GANTAR

10 SMK NEGERI 1 JATIBARANG

11 SMK NEGERI 1 KANDANGHAUR

12 SMK NEGERI 1 KRANGKENG

13 SMK NEGERI 1 LELEA

14 SMK NEGERI 1 SINDANG

15 SMK NEGERI 1 SUKRA

16 SMK NEGERI 1 WIDASARI

17 SMK NEGERI 2 INDRAMAYU

18 SMK NEGERI 1 PATROL

19 SMK NEGERI 1 TERISI

20 SMK AL IRSYAD HAURGEULIS

21 SMK AL HUDA KEDUNGWUNGU

22

SMK AL IRSYAD AL-ISLAMIYYAH

HAURGEULIS

23 SMK AL-HIDAYAH ANJATAN

24 SMK BANGUN BANGSA MANDIRI

25 SMK CENDEKIA WANASARI

26 SMK El-Huda Kedokangabus

27 SMK ENDANG DARMA AYU INDRAMAYU

28 SMK FARMASI INDRAMAYU

29 SMK Fatahillah Lohbener

30 SMK HASANUDIN

31 SMK ISLAM TERISI

32 SMK KEBANGSAAN LOSARANG

33 SMK MAARIF LANGUT


(24)

88

34 SMK MANDIRI HAURGEULIS

35 SMK MUHAMADIYAH SEGERAN

36 SMK MUHAMMADIYAH HAURGEULIS

37 SMK MUHAMMADIYAH INDRAMAYU

38 SMK MUHAMMADIYAH JATIBARANG

39 SMK MUHAMMADIYAH KANDANGHAUR SMK MUHAMMADIYAH KDH 32

40 SMK NAHDLATUL ULAMA HAURGEULIS

41 SMK NASIONAL INDRAMAYU

42 SMK NU KAPLONGAN

43 SMK NU Karangampel

44 SMK PELITA JATIBARANG

45 SMK PGRI INDRAMAYU

46 SMK PGRI JATIBARANG

47 SMK PGRI JUNTINYUAT

48 SMK PGRI KANDANGHAUR

49 SMK PONPES CADANG PINGGAN

50 SMK PUI HAURGEULIS

51 SMK TELADAN KERTASEMAYA

52 SMK WIDYA UTAMA

JUMLAH 76

3.3. Variabel dan Definisi Operasional 3.3.1. Variabel Penelitian

Sugiono (2010:61) mengatakan bahwa :”Variabel penelitian adalah atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel dari penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) yaitu persepsi terhadap keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi siswa, sedangkan variabel terikatnya (dependent variable) adalah hasil belajar siswa.


(25)

89 Hubungan dari ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut :

Gambar 3.1. Hubungan Variabel Penelitian Dimana

X1 : Persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru X2: Motivasi berprestasi siswa

Y : Hasil belajar siswa pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan

3.3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru adalah skor yang diambil dari tanggapan atau jawaban siswa terhadap keterampilan guru dalam bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Skor diambil dari jawaban 24 butir pernyataan kuesioner yang diajukan kepada siswa, sehingga rentang skor teori akan diperoleh antara 0 – 72.

X1

X2


(26)

90 2.Motivasi berprestasi adalah kesungguhan atau daya dorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain, yaitu berupa skor yang diambil dari jawaban siswa pada pernyataan sikap berusaha untuk unggul dalam kelompoknya, menyelesaikan tugas dengan baik, rasional dalam meraih keberhasilan, menyukai tantangan, menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses, dan menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah. Skor diambil dari jawaban 30 butir kuesioner pernyataan sikap yang diajukan kepada siswa, sehingga rentang skor teori akan diperoleh antara 0 - 90. 3.Hasil belajar siswa pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan adalah skor

pengetahuan/pemahaman siswa pada materi ajar Dasar-Dasar Kelistrikan yang diambil dari skor jawaban tes pada sub kompetensi menjelaskan arus, tegangan dan hambatan listrik., menjelaskan sifat-sifat beban listrik yang bersifat resistif, kapasitif dan induktif pada rangkaian DC, menjelaskan prinsip-prinsip kemagnetan listrik, menjelaskan konsep rangkaian listrik, menggunakan hukum-hukum rangkaian DC dan menggunakan hukum-hukum rangkaian AC. Skor diambil dari jawaban 20 butir soal tes yang diajukan kepada siswa, sehingga rentang skor teori akan diperoleh antara 0 – 20.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengungkap data mengenai hubungan persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi siswa dengan hasil belajar siswa pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan dibutuhkan metode dan alat pengumpul data (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini digunakan metode kuesioner/angket dan metode Tes.


(27)

91 3.4.1. Metode Kuesioner/Angket

Kuesioner (angket) merupakan salah satu alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2005: 162). Angket pada umumnya digunakan untuk meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan, sikap dan perilaku responden dalam suatu peristiwa.

Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi siswa. Angket yang digunakan adalah angket dengan pola jawaban tertutup dengan skala pengukuran menggunakan skala Likert. Oleh karena itu angket ini dirancang menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban, maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang tersedia. Adapun pola penskorannya (scoring) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Skor opsi skala sikap

No OPSI SKOR

1. Sangat setuju 3

2. Setuju 2

3. Tidak setuju 1

4. Sangat tidak setuju 0

Sumber : Narsojo (2009 : 200)

3.4.2. Metode Tes

Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan. Untuk mengukur seberapa jauh tujuan - tujuan pengajaran telah tercapai. Untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif biasanya digunakan tes tertulis atau lisan.


(28)

92 Proses tahapan mengkonstruksi tes tertulis secara garis besar yaitu: mengkaji kurikulum, mengembangkan indikator dan kisi-kisi, menulis item soal, uji validasi konsep, revisi/perbaikan, uji validasi empiris, seleksi soal, dan penyajian tes. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis terbagi dua, yaitu tes uraian dan tes objektif. .

Salah satu bentuk tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda adalah bentuk tes obyektif yang mempunyai ciri utama kunci jawaban jelas dan pasti sehingga hasilnya dapat diskor secara obyektif. Hal ini disebabkan setiap jawaban diberi skor yang sudah pasti dan tidak mengenal jawaban di antara benar dan salah atau jawaban benar sebagian saja.

Tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-masing item disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryantini ( http//srisuryantini.guru-indonesia.net,19/9/2011) yang menyatakan :

“Tes objektif adalah tes atau butir soal yang menuntut jawaban secara lebih pasti. Bentuk tes objektif dapat mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan mudah dikoreksi. Jawaban singkat atau isian singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah. ….Bentuk pilihan ganda bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tingkat berpikir yang terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.”

Tes dalam bentuk pilihan ganda pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan.


(29)

93 3.5. Instrumen Penelitian

Berdasarkan landasan teoritis dan definisi operasional yang telah diuraikan di atas maka dalam penelitian ini digunakan kuesioner/angket dan tes objektif.

3.5.1. Uji Coba Instrumen

Dalam penelitian menggunakan metode kuantitatif, kualitas pengumpulan datanya sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan. Instrumen disebut berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan pemakaiannya apabila sudah terbukti valid dan reliabiel, dengan kata lain instrumen penelitian yang baik adalah instrumen yang valid dan reliable. Valid mengandung arti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu dapat mengungkapkan data dari variabel yang akan diteliti secara tepat dan reliable berarti konsisten, dengan kata lain apabila intrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan tetap menghasilkan data yang sama pula.

Agar peneliti meyakini instrumen yang digunakan valid dan reliable perlu dilakukan uji coba intrumen sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data yang sesungguhnya. Arikunto (2006 : 216) mengungkapkan pentingnya uji coba instrumen, yaitu untuk mengetahui kualitas instrumen yang meliputi sekurang kurangnya validitas dan reliabilitas intrumen. Uji coba instrumen secara teknis dimaksudkan untuk mengetahui item mana saja yang harus dieliminasi dan ditambahkan.

Uji coba dilakukan pada subjek yang diambil dari populasi yang akan diteliti, namun bukan anggota dari sampel penelitian tersebut. Jumlah sampel untuk uji coba berjumlah 60 orang siswa.


(30)

94 3.5.1.1. Uji Validitas Instrumen

3.5.1.1.1. Validitas Angket

Untuk menguji validitas instrumen penelitian yang berupa angket skala sikap, peneliti melakukan validitas konstruksi (construct validity) instrumen, dengan mengkonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada pembimbing untuk diminta pendapatnya tentang konstruksi instrumen tersebut.

Setelah didapat data dari sampel uji coba, selanjutnya pada angket skala sikap yang menggunakan Skala Likert dengan 4 skala, peneliti menganggap perlu untuk melakukan validitas skala (uji normalitas sebaran). Pengujian ini menurut Narsoyo (2009:98) adalah untuk memeriksa ketepatan skala pada setiap pernyataan dengan analisis sebaran frekuensi. Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut :

1.Menghitung frekuensi setiap katagori jawaban untuk setiap pernyataan (SS.S.TS dan STS).

2.Menghitung proporsi frekuensi jawaban untuk setiap katagori dengan rumus :

= ∑

3.Menghitung proporsi kumulatif dan menentukan titik tengah proporsi kumulatif Md dengan rumus :

=

= +

= +


(31)

95 Titik tengah dari setiap proporsi ditentukan dengan rumus :

= 2

= + 2

= + 2

= + 2

4.Harga-harga dari titik tengah Md itu digunakan untuk menentukan nilai bilangan baku Z ( dengan pertolongan daftar sebaran normal) dan menetapkan nilai skala sikap dengan rumus :

= | − ± |

Sedangkan untuk uji validitas butir pada angket dilakukan dengan menggu-nakan persamaan korelasi product moment dari Karl Pearson (Riduwan,2007:217), yang berfungsi untuk mengetahui korelasi antara skor pada setiap butir angket atau soal dengan skor total, dengan persamaan sebagai berikut :

!"# = . ∑ % & − ∑ % . ∑ &

'( . ∑ % − ∑ % ). ( . ∑ & − ∑ & )

Dimana :

hitung

r = koefisien korelasi,

Xi = jumlah skor item,

Yi = jumlah skor total (seluruh item),

n = jumlah responden.

Kriteria yang dijadikan dasar untuk mengetahui valid tidaknya sebuah butir instrumen adalah dengan melihat besarnya nilai ”r” antara skor butir dengan skor


(32)

96 total, dengan ketentuan, apabial rhitung bernilai positip dan lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel) maka butir tersebut dinyatakan valid. Apabila rhitung bernilai negatif atau lebih kecil dari rtabel (rhitung < rtabel) maka butir tersebut dinyatakan tidak valid (gugur) dan tidak bisa digunakan untuk instrumen.

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t untuk mengetahui signifikansinya dengan rumus uji signifikansi korelasi :

2

1 2

r n r t

− − =

Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t Tabel. Untuk kesalahan 5% uji dua pihak dan dk = n – 2. Kaidah keputusannya: Jika thitung > ttabel

berarti item valid, sebaliknya jika thitung < ttabel berarti item tidak valid.

3.5.1.1.2. Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar

Untuk mendapatkan tes hasil belajar yang cukup memadai, maka perlu memperhatikan validitas dan reliabilitas tes. Di samping mencari validitas dan re- liabilitas tes, juga diperlukan perhitungan tingkat kesukaran dan daya pembeda tes, sehingga tes yang digunakan dapat dipertimbangkan layak atau tidak sebagai alat pengumpul data yang baik.

Sehubungan dengan instrumen yang akan digunakan oleh peneliti berupa soal tes pilihan ganda, Zulaiha (2008:1) mengatakan :

”Untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik setiap butir soal perlu dilakukan analisis soal, baik analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif. Hasil analisis soal dapat digunakan untuk menguji apakah soal akan berfungsi (analisis kualitatif) atau telah berfungsi (analisis kuantitatif) dengan baik. Disamping itu, hasil analisis soal dapat digunakan untuk mengetahui apakah soal termasuk katagori soal baik atau jelek.”


(33)

97 3.5.1.1.3.Validitas isi

1. Validasi Teman Sejawat (Validasi Ahli)

Analisis kualitatif dapat dikategorikan sebagai validasi alat tes dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Analisis materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal. Analisis konstruks dimaksudkan sebagai penelaahan yang umumnya berkaitan dengan teknik penulisan soal. Analisis bahasa dimaksudkan sebagai penelaahan soal yang berkaitan dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.

Untuk mendapatkan validitas isi dari tes hasil belajar kompetensi dasar-dasar kelistrikan, ditempuh dengan cara membuat tabel kisi-kisi hasil belajar dan kemudian validitas isi dan konstruk dilakukan bersama pembimbing dan bantuan guru-guru Teknik Elektronika Industri di SMK Negeri 1 Losarang. (Validasi isi dari dari teman sejawat dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 140).

2. Validitas Konstruk 2.1.Daya Pembeda

Soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Indeks yang dapat mengukur perbedaan itu adalah daya pembeda (item discrimination). Dengan demikian daya pembeda soal sama dengan validitas soal. Daya pembeda soal diperoleh melalui perhitungan :

* = +,-+.

" atau

* =+,

",−

+.


(34)

98 dimana :

DP = daya pembeda soal

KA = banyak siswa pada kelompok atas yang menjawab benar KB = banyak siswa pada kelompok bawah yang menjawab benar n = banyak siswa

nA = banyak siswa pada kelompok atas nB = banyak siswa pada kelompok atas

Menurut kriteria yang berlaku di Pusat Penilaian Pendidikan (Zulaiha, 2008:5) soal yang baik atau dapat diterima bila memiliki daya pembeda soal diatas 0,25, karena soal tersebut dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Berikut kriteria daya pembeda soal menurut Pusat Penilaian Pendidikan :

Tabel 3.3. Kriteria Daya Pembeda

Kriteria Daya Pembeda Keterangan

DP > 0,25 Diterima

0 < DP ≥ 0,25 Diperbaiki

DP ≤ 0 Ditolak

(Zulaiha, 2008:5)

Selain menghitung indeks daya pembeda soal dilakukan juga penghitungan indeks daya pembeda pengecoh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui semua pengecoh sudah bekerja (diterima), perlu direvisi atau ditolak.

2.2.Tingkat Kesukaran.

Setelah daya pembeda soal diperoleh, langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat kesukaran soal. Tingkat kesukaran adalah proporsi siswa yang menjawab benar. Tingkat kesukaran berkisar antara 0 sampai dengan 1. Makin besar tingkat kesukaran makin mudah soal tersebut, begitupula sebaliknya.


(35)

99 Tingkat kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan dengan rumus :

/0 =12

Dimana :

TK = Tingkat Kesukaran

JB = banyak siswa yang menjawab benar n = banyak siswa

dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kesukaran

Kriteria Tingkat Kesukaran Keterangan

TK < 0,3 Sukar

0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang

TK > 0,7 Mudah

( Zulaiha, 2008:6)

Untuk mengetahui berfungsi tidaknya pengecoh dilihat dari tingkat kesukaran, maka harus dilakukan perhitungan penyebaran pilihan jawaban, yaitu proporsi siswa yang menjawab pilihan jawaban tertentu. Suatu pengecoh dikatakan berfungsi bila dipilih paling sedikit oleh 2,5% (≥ 0,025).

3.5.1.2. Uji Reliabilitas Instrumen

Keterandalan (reliabilitas) menyangkut ketepatan alat ukur, jika alat itu tepat dalam pengertian alat ukur itu stabil maka dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predicability). Suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen itu memberikan hasil yang sama meskipun telah dipakai untuk mengukur berulang kali.

Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus koefisien alpha yang dikemukakan oleh Cronbach (Arikunto, 2006). Suatu kuesioner disebut reliabel/handal jika jawaban-jawaban responden konsisten. Reliabilitas dapat diukur


(36)

100 dengan jalan mengulang pertanyaan yang mirip pada nomor-nomor berikutnya, atau dengan jalan melihat konsistensinya (diukur dengan korelasi) dengan pertanyaan lain. Uji realibilitas instrumen dilakukan untuk menguji instrumen yang sudah valid. Cara pengujian yang digunakan pada penelitian ini adalah internal consistency

yaitu mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data dianalisis dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (spilt half). Aapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1.Data item hasil uji coba instrumen yang sudah dinyatakan valid dibelah menjadi dua kelompok yaitu kelompok item instrumen ganjil (X) dan kelompok item instrumen genap (Y), sehingga menghasilkan total skor dari masing-masing kelompok.

2.Kemudian skor total antara kedua kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya, dengan rumus :

3.Setelah didapat nilai atau harga koefisien korelasi kemudian dimasukkan dalam rumus Spearman Brown (Riduwan,2007:221)

Dimana :

r11 = koefisien reliabilitas internal

rb= koefisien korelasi Product Moment antara belahan ganjil dan genap

4.Menetapkan nilai rtabel dengan menggunakan koefisien Alpha (α) dari Cronbach.


(37)

101 5.Membandingkan nilai r11 dengan rtabel dengan kaidah keputusan, jika r11rtabel

berarti reliabel dan jika r11 rtabel berarti tidak reliabel.

3.5.2. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Hasil uji coba instrumen penelitian adalah sebagai berikut : a. Hasil uji coba instrumen variabel X1

Dari 30 item pernyataan dalam angket terdapat 6 item dinyatakan tidak valid atau tidak reliabel, yaitu item no 3,6,8,18,26,dan 29 sedangkan 24 butir item lainnya dinyatakan valid dan reliabel dan memenuhi syarat untuk menjadi item-item instrumen penelitian variable X1. (Perhitungan validitas dan reliabilitas angket dapat dilihat pada lampiran 7,lampiran 8 dan lampiran 9 pada halaman 150 s.d 158)

Setelah disusun ulang item-item pernyataan di atas, maka kisi-kisi instrumen penelitian menjadi :

Tabel 3.5 Kisi-kisi instrumen penelitian Variabel X1

Variabel Indikator Item Pernyataan Jumlah

Positif Negatif + - ∑

Persepsi siswa terhadap Keterampilan Mengajar Guru

Bertanya 4, 6,8 3 - 3

Memberikan

penguatan. 5,21 22 2 1 3

3. Melakukan variasi 20,23,24 3 - 3

4. Menjelaskan 19 7 1 1 2

5. Membuka dan menutup

pelajaran 1,2,3 9 3 1 4

6. Membimbing diskusi

kelompok kecil. 17,18 2 - 2

7. Mengelola kelas 15,16 10 2 1 3

8. Mengajar kelompok kecil dan Perorangan.

11,12,13,

14 4 - 4

Jumlah Pernyataan 20 4 24


(38)

102 b. Hasil uji coba instrumen variabel X2

Dari 40 item pernyataan dalam angket terdapat 10 butir item dinyatakan tidak valid atau tidak reliabel, yaitu item no 1,7,16,17,20,21,29,36,39 dan 40 sedangkan 30 butir item lainnya dinyatakan valid dan reliable dan memenuhi syarat untuk menjadi item-item instrumen penelitian untuk variabel X2.

Setelah disusun ulang dari item-item pernyataan diatas, maka kisi-kisi instrumen penelitian menjadi :

Tabel 3.6. Kisi-kisi instrumen penelitian Variabel X2

Variabel Indikator Pernyataan Jumlah

Positif Negatif + - ∑

Motivasi Berprestasi

3. Berusaha unggul

1, 2 3, 4, 5,

8, 9 2 5 7 4. Menyelesaikan tugas

dengan baik 6, 7 10 2 1 3

3. Rasional dalam meraih keberhasilan

11, 12,

13 14 3 1 4

4. Menyukai tantangan 15 16,17,

18 1 3 4

5. Menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses

19,20, 21,22

23,24,

25 4 3 7

6. Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan resiko tingkat menengah

26,27,

28 29,30 3 2 5

Jumlah Pernyataan 15 15 30

(Instrumen penelitian variabel X2 dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 135) c. Hasil uji coba instrumen variabel Y

Dari 22 item soal dalam soal tes hasil belajar kompetensi dasar-dasar kelistrikan terdapat 2 butir item dinyatakan tidak valid atau tidak reliable, yaitu item no 13 dan no 20 sedangkan 20 butir item lainnya dinyatakan valid dan reliable dan memenuhi syarat untuk menjadi item-item soal tes sebagai


(39)

103 instrumen penelitian untuk variabel Y. (Perhitungan analisis butir soal dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 161).

Setelah disusun ulang dari item-item pernyataan di atas, maka kisi-kisi instrumen penelitian menjadi :

Tabel 3.7. Kisi-kisi instrumen penelitian Variabel Y

Variabel Sub Variabel Nomor Item

Soal Jumlah Hasil belajar siswa pada kompetensi dasar-dasar kelistrikan.

1. Menjelaskan arus,tegangan

dan hambatan listrik. 1, 10, 11,12

4 2. Menjelaskan sifat-sifat beban

listrik yang bersifat

resistif,kapasitif dan induktif pada rangkaian DC

8,14, 13

3

3. Menjelaskan prinsip-prinsip kemagnetan listrik

17,18 2

4. Menjelaskan konsep rangkaian listrik

2,5,7,9 4

5. Menggunakan hukum-hukum

rangkaian DC 6,15, 16

3 6. Menggunakan

hukum-hukum rangkaian AC 3,4, 19,20

4

Jumlah soal 20

(Instrumen penelitian variabel Y dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 137) 3.6. Teknik Analisis Data

Setelah diperolah instrumen yang valid dan reliabel maka langkah selanjutnya dari peneliti adalah pengambilan data untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan sebagai hasil dari penelitian.

3.6.1. Pengujian Persyaratan Analisis

Pengujian persyaratan analisis merupakan pengujian syarat analisis data sesuai dengan kondisi penyebaran data yang didapat. Karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan statistik inferensial, maka perlu dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas data.


(40)

104 3.6.1.1. Uji Normalitas Galat Taksiran

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui dan menentukan apakah sebaran data yang akan dianalisis mempunyai tingkat sebaran data yang normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka peneliti dalam pengolahan data selanjutnya dapat menggunakan teknik analisis statistik parametrik dan sebaliknya jika sebaran data tidak berdistribusi normal maka peneliti bisa menggunakan teknik statistik non parametrik.

Pada penelitian ini pengujian normalitas data akan menggunakan Metode Chi Square atau (Uji Goodness of fit Distribusi normal), metode ini menggunakan pendekatan penjumlahan penyimpangan data observasi tiap kelas dengan nilai yang diharapkan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

= − = k

i fe

fe fo 1

2

2 ( )

χ

Dimana: χ2

= Chi-kuadrat yang dicari

fo = Frekuensi dari hasil pengamatan (fo) fe = Frekuensi yang diharapkan (fe)

Dengan membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel untuk ≥ = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 2, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika χ2hitung ≥ χ2tabel artinya Data Distribusi Tidak Normal dan Jika χ2hitung < χ2tabel artinya Data Berdistribusi Normal

Data yang perlu diuji normalitas distribusi frekuensi dalam penelitian ini adalah galat (∈=YYˆ) dari data perolahan skor. Perhitungan uji normalitas distribusi dapat dilihat pada lampiran 2.


(41)

105 3.6.1.2. Uji Homogenitas Data

Uji Homogenitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan sejenis (homogen) dengan menggunakan metode Bartlet dan varians terbesar dibanding varian terkecil menggunakan table F untuk uji homogenitas antar variable bebas. (Riduwan, 2008:177).

Untuk memudahkan perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan untuk uji Bartlett (Sudjana, 1992:262-263),disusun dalam sebuah daftar seperti berikut:

Sampel

ke dk dk

1

Si2 Log Si2 (dk) Log Si2 1 n1 - 1 1/(n1 – 1) S12 Log S12 (nk – 1)Log S12 2 n2 - 1 1/(n2 – 1) S22 Log S22 (nk – 1)Log S22

… … … …

k nk - 1 1/(nk – 1) Sk2 Log Sk2 (nk – 1)Log Sk2 Jlh ∑(nk – 1) ∑(1/(nk – 1)) ∑(nk – 1)Log Si2

Dari daftar ini kita hitung harga-harga yang diperlukan, yakni:

Langkah 1 : Varians gabungan dari semua sampel dalam hal ini yang menjadi sampel adalah kelompok-kelompok data yang nilainnya sama, dengan rumus:

(

)

(

)

       − − =

1 1 2 2 i i i n s n s

Langkah 2 : Harga satuan B dengan rumus:

(

)

(

)

= logs2 ni 1

B

Untuk uji Bartlett digunakan statistik khi-kuadrat dengan rumus:

(

)

{

(

)

2

}

2

log 1 10

ln B

nisi

=


(42)

106 Langkah 3 : membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel untuk ≥ = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 , Kriteria data homogeny jika χ2 hitung <χ2 tabel

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 3.6.2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Dengan asumsi data sudah memenuhi syarat analisis (distribusi data normal dan homogen), maka untuk mengetahui tingkat korelasi antar variabel digunakan analisis korelasi tunggal dan analisis korelasi ganda sebagai berikut:

a. Untuk menghitung tingkat korelasi X1 dengan Y, korelasi X2 dengan Y dan korelasi X1 dengan X2 digunakan analisi korelasi sederhana dengan rumus :

(Usman, 1995:203) Interpretasi korelasi dari nilai r adalah sebagai berikut :

Tabel 3.10 Interpretasi dari nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat


(43)

107

b. Untuk menghitung korelasi X1dan X2 dengan Y digunakan analisis korelasi ganda dengan rumus :

(Usman, 1995:232)

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan antar variabel dalam hubungan ini, digunakan Uji-F dengan rumus:

(Usman, 1995:233) Dimana: k = banyaknya variabel bebas dan

n = banyaknya anggota sampel Kaidah pengujiannya yaitu :

a. Jika Fhitung Ftabel, berarti signifikan


(44)

124 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai berikut :

1.Terdapat hubungan yang positif (r = 4,33) antara persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dengan hasil belajar siswa Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu.

Terdapat hubungan yang positif artinya terdapat hubungan yang berbanding lurus antara persepsi siswa terhadap keterampilan mengajar guru dengan hasil belajar siswa Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan, dimana semakin baik keterampilan mengajar guru dalam persepsi siswa, maka semakin meningkat pula hasil belajar siswa.

Hubungan antara persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru (X1) dengan hasil belajar siswa (Y) Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi dasar-dasar kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu tergolong sedang. Kontribusi (X1) terhadap (Y) sebesar 18,79%, artinya bahwa 18,79 persen perubahan yang terjadi dalam meningkatnya hasil belajar siswa dapat dijelaskan oleh persepsi siswa.


(45)

125 2.Terdapat hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu.

Artinya terdapat hubungan yang berbanding lurus antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan. dimana semakin baik motivasi berprestasi maka semakin meningkat pula hasil belajar siswa.

Hubungan antara motivasi berprestasi (X2) dengan hasil belajar siswa (Y) Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu tergolong sedang. Kontribusi (X2) terhadap (Y) sebesar 25,54%. artinya bahwa 25,54 persen perubahan yang terjadi dalam meningkatnya hasil belajar siswa dapat dijelaskan oleh persepsi siswa. 3. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa tentang keterampilan

mengajar guru dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu.

Artinya terdapat hubungan yang berbanding lurus antara persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa Program Keahlian Teknik Elektronika Industri pada kompetensi Dasar-Dasar Kelistrikan, dimana semakin baik keterampilan mengajar guru dipersepsikan siswa bersama-sama dengan semakin baik motivasi berprestasi siswa maka semakin meningkat pula hasil belajar siswa.

Hubungan antara persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru (X1) dan motivasi berprestasi (X2) dengan hasil belajar siswa (Y) Program Keahlian


(46)

126 Teknik Elektronika Industri pada kompetensi dasar-dasar kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu tergolong sedang. Kontribusi (X1) dan (X2) secara bersama-sama terhadap (Y) sebesar 25,82%. Temuan penelitian menunjukkan semakin tinggi keterampilan mengajar guru dipersepsikan oleh siswa dan semakin tinggi motivasi berprestasi siswa secara bersama-sama dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, berikut ini dikemukakan beberapa saran terkait dengan simpulan tersebut, yaitu :

1. Bagi pimpinan Sekolah Menengah Kejuruan :

a.Agar selalu memperhatikan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru secara sistematis dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi baik di masyarakat maupun di industri,

b. Agar memperhatikan keterampilan dasar guru dalam proses belajar mengajar, karena guru merupakan ujung tombak dari proses pembelajaran di sekolah, sehingga sangatlah penting untuk terus menerus mengupayakan peningkatan dan pengembangan keterampilan mengajar guru di sekolah, baik melalui diklat-diklat profesi atau mendorong guru agar mau meningkatkan kualifikasi akademik dengan mengikuti studi pada jenjang yang lebih tinggi.

c. Dalam penilaian kinerja guru maupun pengambilan keputusan sebaiknya memperhatikan juga masukan-masukan dari siswa sebagai komponen sekolah yang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas.


(47)

127 2. Guru harus selalu meningkatkan kompetensi profesionalnya, mengembangkan keterampilan dan inovasi dalam proses pembelajaran di kelas, karena hal ini bisa meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

3. Siswa harus meningkatkan prestasi belajarnya dengan tekun belajar dan berlatih, dan mengembangkan pengetahuan dengan mencari bahan ajar dan sumber belajar lain dengan tidak hanya mengandalkan guru sebagai sumber informasi tunggal.

4. Bagi kepentingan studi dan penelitian lebih lanjut, bahwa penelitian ini belum mencapai tujuan yang optimal sebagaimana yang diharapkan, karena masih memiliki kekurangan/kelemahan. Oleh karena itu disarankan agar penelitian ini menjadi bahan pembanding bagi penelitian yang sama terhadap SMK di Kabupaten Indramayu.


(48)

128

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

BPS.(2010). Indramayu Dalam Angka. Indramayu

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Fungsi Keluarga dalam

Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Yogyakarta

Dirjen PMPTK (2008). Departemen Pendidikan Nasional. Penilaian Hasil

Belajar . Jakarta

Dirjen PMPTK (2008). Departemen Pendidikan Nasional. Penilaian Kinerja

Guru . Jakarta

Dit.Pembelajaran DIT PSMK PMPTK (2006). Departemen Pendidikan Nasional. Bahan Sosialisasi KTSP . Jakarta

Fajar. (2005). Portofolio dalam pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fakhri. (2007). Pendidikan Kejuruan di Indonesia. (Online) http://www.acehforum.or.id, diakses 25 April 2010.

Fatchurrochman, R. (2011), Pengaruh motivasi berprestasi terhadap

kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif Teknik Kendaraan Ringan. Tesis pada FPS

UPI Bandung, tidak diterbitkan

Guntur, A (2010). Pengembangan Pendidikan kejuruan untuk Kebutuhan

Tenaga kerja dan wira Usaha, Makalah Seminar Pendidikan

Nasional. Lustrum XI UPI, Bandung

Harianto.(2009). Kinerja Guru Kejuruan Yang Telah Bersertifikat Pendidik.

http://karya-ilmiah.um.ac.id, diakses 17 Desember 2010.

Joesoef.R at.al (2007). Peran SMK dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

daerah. Dit PSMK Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Kiswoyowati, A. (2011), Pengaruh motivasi belajar dan kegiatan belajar

siswa terhadap kecakapan hidup siswa. Tesis pada FPS UPI Bandung,


(49)

129 Masbow (2003). Psikologi belajar

(http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-persepsi.html) diakses 9 pebruari 2011.

Maslow, A. (1993). Motivasi dan Kepribadian, Jakarta: Pustaka Binawan Presindo

Muhidin, A. (2009). Konsep Pendidikan Kejuruan, http/sambasalim.com. diakses 1 pebruari 201.

Mulyasa.E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa.E. (2010). Menjadi Guru Profesional: menciptakan pembelajaran

kreatif dan menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslim. (2007). Sekilas Pendidikan Kejuruan., http://tutomu.files.word-press.com, diakses 14 April 2010

Narsojo.T. (2009). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung : Rafika Aditama.

... (2010). Planning/Organizing of Teaching and Training in TVE, Diktat Kuliah SPs UPI Bandung, tidak di terbitkan.

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidikan

Prudjung,Cheng (2009), mc-clelland dan teori motivasi. (Online) http://www.pmiiumm.com diakses 10 juli 2010

Riduwan .(2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis.Bandung: Alfabeta Rzal.J (2008). tinjauan teoritis tentang persepsi siswa tentang media televisi

dan pengaruhnya terhadap perubahan prilaku sisiwa. (Online)

http://www.scribd.com diakses 4 April 2011.

Sanjaya, W. (2010). Kurikulum Pembelajaran . Bandung: Kencana

Sardiman.(2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(50)

130 Siagian,S. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Sudjana. (1992). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: PT Tarsito. Bandung.

Sudjana, Nana. And Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudrajat A, (2008). Penilaian Hasil Belajar Siswa.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses 9 pebruari 2011. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Bandung: Afabeta.

2005). Metode Penelitian Administratif. Bandung : Alfabeta. Sulistio, E (2009). Penerapan Norma-Norma Keselamatan Dan Kesehatan

Kerja Pada Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Teknik Ketenagalistrikan Di Kabupaten Sidoarjo. Tesis : Universitas Negeri

Malang.

Suryantini.(2011). Desain dan Analisi Hasil Belajar .http//srisuryantini.guru-indonesia.net. diakses 19 september 2011

Sutarno, H., Rohendi, D. dan Gantini G. (2011). Pengaruh kompetensi guru

mata pelajaran TIK terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Jurnal

Pendidikan edisi khusus no. 2.Agustus 2010, UPI Bandung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Uno, H. (2007). Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi

Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

... (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


(51)

131 Walgito, B. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Widoyoko. (2009). Analisis Pengaruh Kinerja Guru terhadap Motivasi

Belajar Siswa (Online) http://www.um-pwr.ac.id, diakses 16

Desember 2011.

Winardi. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Yahdi. (2011) Motivasi Berprestasi

http://www.4shared.com/get/akaxf1vk/Motivasi_Berprestasi.html diakses 24/3/2011.

Zulaiha, R. (2008). Analisis Soal Secara Manual. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat penilaian Pendidikan Depdiknas.


(1)

126 Teknik Elektronika Industri pada kompetensi dasar-dasar kelistrikan di SMK Kabupaten Indramayu tergolong sedang. Kontribusi (X1) dan (X2) secara bersama-sama terhadap (Y) sebesar 25,82%. Temuan penelitian menunjukkan semakin tinggi keterampilan mengajar guru dipersepsikan oleh siswa dan semakin tinggi motivasi berprestasi siswa secara bersama-sama dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, berikut ini dikemukakan beberapa saran terkait dengan simpulan tersebut, yaitu :

1. Bagi pimpinan Sekolah Menengah Kejuruan :

a. Agar selalu memperhatikan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru secara sistematis dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi baik di masyarakat maupun di industri,

b. Agar memperhatikan keterampilan dasar guru dalam proses belajar mengajar, karena guru merupakan ujung tombak dari proses pembelajaran di sekolah, sehingga sangatlah penting untuk terus menerus mengupayakan peningkatan dan pengembangan keterampilan mengajar guru di sekolah, baik melalui diklat-diklat profesi atau mendorong guru agar mau meningkatkan kualifikasi akademik dengan mengikuti studi pada jenjang yang lebih tinggi.

c. Dalam penilaian kinerja guru maupun pengambilan keputusan sebaiknya memperhatikan juga masukan-masukan dari siswa sebagai komponen sekolah yang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas.


(2)

127 2. Guru harus selalu meningkatkan kompetensi profesionalnya, mengembangkan keterampilan dan inovasi dalam proses pembelajaran di kelas, karena hal ini bisa meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

3. Siswa harus meningkatkan prestasi belajarnya dengan tekun belajar dan berlatih, dan mengembangkan pengetahuan dengan mencari bahan ajar dan sumber belajar lain dengan tidak hanya mengandalkan guru sebagai sumber informasi tunggal.

4. Bagi kepentingan studi dan penelitian lebih lanjut, bahwa penelitian ini belum mencapai tujuan yang optimal sebagaimana yang diharapkan, karena masih memiliki kekurangan/kelemahan. Oleh karena itu disarankan agar penelitian ini menjadi bahan pembanding bagi penelitian yang sama terhadap SMK di Kabupaten Indramayu.


(3)

128

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

BPS.(2010). Indramayu Dalam Angka. Indramayu

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Fungsi Keluarga dalam

Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Yogyakarta

Dirjen PMPTK (2008). Departemen Pendidikan Nasional. Penilaian Hasil

Belajar . Jakarta

Dirjen PMPTK (2008). Departemen Pendidikan Nasional. Penilaian Kinerja

Guru . Jakarta

Dit.Pembelajaran DIT PSMK PMPTK (2006). Departemen Pendidikan Nasional. Bahan Sosialisasi KTSP . Jakarta

Fajar. (2005). Portofolio dalam pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fakhri. (2007). Pendidikan Kejuruan di Indonesia. (Online) http://www.acehforum.or.id, diakses 25 April 2010.

Fatchurrochman, R. (2011), Pengaruh motivasi berprestasi terhadap

kesiapan belajar, pelaksanaan prakerin dan pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif Teknik Kendaraan Ringan. Tesis pada FPS

UPI Bandung, tidak diterbitkan

Guntur, A (2010). Pengembangan Pendidikan kejuruan untuk Kebutuhan

Tenaga kerja dan wira Usaha, Makalah Seminar Pendidikan

Nasional. Lustrum XI UPI, Bandung

Harianto.(2009). Kinerja Guru Kejuruan Yang Telah Bersertifikat Pendidik.

http://karya-ilmiah.um.ac.id, diakses 17 Desember 2010.

Joesoef.R at.al (2007). Peran SMK dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

daerah. Dit PSMK Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Kiswoyowati, A. (2011), Pengaruh motivasi belajar dan kegiatan belajar

siswa terhadap kecakapan hidup siswa. Tesis pada FPS UPI Bandung,


(4)

129 Masbow (2003). Psikologi belajar

(http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-persepsi.html) diakses 9 pebruari 2011.

Maslow, A. (1993). Motivasi dan Kepribadian, Jakarta: Pustaka Binawan Presindo

Muhidin, A. (2009). Konsep Pendidikan Kejuruan, http/sambasalim.com. diakses 1 pebruari 201.

Mulyasa.E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa.E. (2010). Menjadi Guru Profesional: menciptakan pembelajaran

kreatif dan menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslim. (2007). Sekilas Pendidikan Kejuruan., http://tutomu.files.word-press.com, diakses 14 April 2010

Narsojo.T. (2009). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung : Rafika Aditama.

... (2010). Planning/Organizing of Teaching and Training in TVE, Diktat Kuliah SPs UPI Bandung, tidak di terbitkan.

Peraturan Mentri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 18 Tahun

2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan.

Peraturan Mentri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun

2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Nasional Pendidikan

Prudjung,Cheng (2009), mc-clelland dan teori motivasi. (Online) http://www.pmiiumm.com diakses 10 juli 2010

Riduwan .(2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis.Bandung: Alfabeta Rzal.J (2008). tinjauan teoritis tentang persepsi siswa tentang media televisi

dan pengaruhnya terhadap perubahan prilaku sisiwa. (Online)

http://www.scribd.com diakses 4 April 2011.

Sanjaya, W. (2010). Kurikulum Pembelajaran . Bandung: Kencana

Sardiman.(2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(5)

130 Siagian,S. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Sudjana. (1992). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: PT Tarsito. Bandung.

Sudjana, Nana. And Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudrajat A, (2008). Penilaian Hasil Belajar Siswa.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses 9 pebruari 2011. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Bandung: Afabeta.

2005). Metode Penelitian Administratif. Bandung : Alfabeta. Sulistio, E (2009). Penerapan Norma-Norma Keselamatan Dan Kesehatan

Kerja Pada Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Keahlian Teknik Ketenagalistrikan Di Kabupaten Sidoarjo. Tesis : Universitas Negeri

Malang.

Suryantini.(2011). Desain dan Analisi Hasil Belajar .http//srisuryantini.guru-indonesia.net. diakses 19 september 2011

Sutarno, H., Rohendi, D. dan Gantini G. (2011). Pengaruh kompetensi guru

mata pelajaran TIK terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Jurnal

Pendidikan edisi khusus no. 2.Agustus 2010, UPI Bandung

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Uno, H. (2007). Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi

Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

... (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

131 Walgito, B. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Widoyoko. (2009). Analisis Pengaruh Kinerja Guru terhadap Motivasi

Belajar Siswa (Online) http://www.um-pwr.ac.id, diakses 16

Desember 2011.

Winardi. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Yahdi. (2011) Motivasi Berprestasi

http://www.4shared.com/get/akaxf1vk/Motivasi_Berprestasi.html diakses 24/3/2011.

Zulaiha, R. (2008). Analisis Soal Secara Manual. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat penilaian Pendidikan Depdiknas.


Dokumen yang terkait

Pengaruh persepsi siswa tentang keterampilan guru dalam mengelola kelas terhadap hasil belajar IPS kelas VIII di MTs Nuurul Bayan Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi

1 15 0

Pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi

0 11 0

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR, PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU, DAN PEMANFAATAN FASILITAS Kontribusi Motivasi Belajar, Persepsi Siswa Terhadap Kemampuan Mengajar Guru, dan Pemanfaatan Fasilitas Sekolah Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

0 5 10

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI IPS Sekolah Menengah Ata

0 4 16

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI IPS

0 3 13

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA MAN SP.LANGKAT HULU.

0 0 22

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI, CARA GURU MENGAJAR DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN Hubungan Motivasi Berprestasi, Cara Guru Mengajar, dan Dukungan Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa SMP.

0 0 17

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG BIMBINGAN GURU BK DAN CARA GURU MENGAJAR DENGAN MOTIVASI Hubungan Persepsi Siswa Tentang Bimbingan Guru BK Dan Cara Guru Mengajar Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas X Di Smk Negeri 6 Surakarta.

0 0 20

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG BIMBINGAN GURU BK DAN CARA GURU MENGAJAR DENGAN MOTIVASI Hubungan Persepsi Siswa Tentang Bimbingan Guru BK Dan Cara Guru Mengajar Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas X Di Smk Negeri 6 Surakarta.

0 1 13

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 118