MODEL KEMITRAAN PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL DI KOTA BANDUNG.
053/UN40.7.D1/LT/2014
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
MODEL KEMITRAAN PENGEMBANGAN USAHA
INDUSTRI KECIL DI KOTA BANDUNG
(Studi deskriptif pada pengusaha kecil mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport dan PT. Ekson)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Pada Program Pendidikan Ekonomi
Oleh
Alyn Nurul Alida 0906736
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
MODEL KEMITRAAN PENGEMBANGAN USAHA
INDUSTRI KECIL DI KOTA BANDUNG
(Studi deskriptif pada pengusaha kecil mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport dan PT. Ekson)
Oleh :
ALYN NURUL ALIDA
Sebuah Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi
dan Bisnis
© Alyn 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Desember 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lain tanpa ijin penulis
(3)
053/UN40.7.D1/LT/2014
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ALYN NURUL ALIDA
MODEL KEMITRAAN PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL KOTA BANDUNG
(Studi deskriptif pada pengusaha kecil mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport dan PT. Ekson)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING I
Prof. Dr. Eeng Ahman, M.S NIP. 19611022 198603 1 002
PEMBIMBING II
Yana Rohmana, S.Pd., M.Si 19790625 200501 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI Bandung
Dr. Ikaputera Waspada, M.M NIP. 19610420 198703 1 002
(4)
ABSTRAK
MODEL KEMITRAAN PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL DI KOTA BANDUNG
(Studi deskriptif pada pengusaha kecil mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport dan PT. Ekson)
Oleh:
Alyn Nurul Alida (0906736)
Industri Kecil dengan segala peranannya dalam pembangunan, harus terus dikembangkan dengan semangat kekeluargaan, saling isi mengisi, saling memperkuat antara usaha yang kecil dan besar dalam rangka pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia pada umumnya.Dalam penelitian ini di fokuskan pada model kemitraan yang seringkali terjalin antara pengusaha industri kecil dengan pengusaha yang lebih besar. Subyek dalam penelitian ini pengusaha industri kecil mitra kerja PT. Eiger, PT. Exsport dan PT. Ekson. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Gambaran umum mengenai model kemitraan pada industri kecil kota Bandung, (2) Efektivitas alur kerja kemitraan antara industri kecil dengan industri yang lebih besar di kota Bandung, (3) Efektivitas penyediaan bahan baku industri kecil kota Bandung, (4) Resiko returning product industri kecil kota Bandung, (5) Efektivitas pemasaran produk industri kecil kota Bandung. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui instrument angket,observasi, wawancara, serta perhitungan statistika dan juga analisis trend. Hasil penelitian menunjukan: (1) Model kemitraan pengembangan industri kecil mitra merupakan model kemitraan network atau building linkages dengan pola kemitraan subkontraktor, (2) Alur kerja kemitraan yang terjalin antara mitra kerja dengan perusahaan induk berada pada tingkat efektivitas cukup tinggi , (3) Kemampuan penyediaan bahan baku para mitra kerja berada pada kriteria cukup, (4) Kemampuan para mitra kerja dalam menanggulangi risiko returning product berada pada kriteria cukup. , (5) Pemasaran produk mitra kerja berada pada tingkat efektivitas sangat tinggi.
Kata Kunci : Industri Kecil, Model Kemitraan, Returning Product, Pemasaran.
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
(5)
ABSTRACT
PARTNERSHIP MODEL DEVELOPING MICRO INDUSTRY IN BANDUNG CITY
( Deskriptive study micro industry PT. Eiger Indo, PT. Exsport dan PT.
Ekson’a partner )
By:
Alyn Nurul Alida (0906736)
Micro industry with all of role in economic development, have to strictly watched with familiarity spirit, complemently, and strengthly each other between micro and macro industry in order to prosperity generalization to all of Republic Indonesia’s people. This research foccussing to partnership model between micro and macro industry. Subject in this research is entrepreneur micro industry who had partnership model with bigger industry are PT. Eiger, PT. Exsport and PT Ekson. This research aim to know about (1) partnership model developing micro indsutry in Bandung city, (2) relationship models efectivity between micro and macro industry, (3) raw material supplying efectivity in micro industry, (4) Returning Product risk in micro industry, (5) Marketing product efectivity in micro industry. This research using qualitative deskriptive method. Data were collected through observation, enquette, interview, statistic calculation, and trend analysis. This result show that are (1) partnership model developing micro indsutry in Bandung city using network or buliding linkages model, (2) relationship models efectivity between micro and macro industry is high, (3) raw material supplying efectivity in micro industry is in middle criteria, (4) Returning Product risk in micro industry is in middle criteria, (5) Marketing product efectivity in micro industry is high.
Key words : Micro Industries, Partnership Model, Returning Product, Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
UCAPAN TERIMAKASIH... ii
ABSTRAK... iii
DAFTAR ISI... iv
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 9
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian... 10
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 12
2.1 Kajian Teori... 12
2.1.1 Konsep Industri Kecil... 12
2.1.2 Konsep Umum Kemitraan... 15
2.1.2.1 Pengertian Kemitraan... 15
2.1.2.2 Dasar Hukum / Pengaturan Kemitraan... 17
2.1.2.3 Unsur-Unsur dan Tujuan Kemitraan... 18
2.1.2.4 Model – model Kemitraan dan Jenis Kemitraan... 23
2.1.2.5 Pola Kemitraan... 24
2.1.2.6 Indikator Keberhasilan Kemitraan... 30
2.1.3 Konsep Umum Manajemen Produksi... 30
2.1.3.1 Pengertian Manajemen Produksi... 31
2.1.3.2 Perencanaan Produksi... 32
2.1.3.3 Tujuan Perencanaan Produksi... 33
2.1.3 Konsep Umum Pemasaran... 34
2.1.3.1 Pengertian Pasar... 34
2.1.3.2 Pengertian Pemasaran... 34
2.1.3.3 Pengertian Strategi Pemasaran... 35
2.1.3.4 Bauran Pemasaran... 37
2.1.4 Penelitian Terdahulu... 38
2.2 Kerangka Pemikiran... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 43
3.1 Objek Penelitian... 43
3.2 Metode Penelitian... 43
3.3 Populasi dan Sampel... 43
3.3.1 Populasi... 43
(7)
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.4 Operasional Variabel... 44
3.5 Sumber Data... 46
3.6 Teknik Pengumpulan Data... 46
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian... 47
3.7.1 Validitas Data... 48
3.7.2 Uji Validitas... 49
3.7.3 Uji Reliabilitas... 51
3.8 Teknik Analisis Data... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 55
4.1 Gambaran Objek Penelitian... 55
4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian... 55
4.1.2 Sejarah Singkat PT Eksonindo Multi Product Industry... 58
4.1.3 Struktur Organisai Perusahaan Kecil Mitra Kerja... 60
4.2 Gambaran Umum Responden... 63
4.2.1 Karakteristik Responden... 63
4.2.2 Data Responden... 67
4.3 Analisis Model Kemitraan Industri Kecil Kota Bandung dengan PT Eiger Indo, PT Exsport dan PT Ekson... 69 4.4 Analisis Alur Kerja Kemitraan Industri Kecil Kota Bandung mitra kerja PT Eiger Indo, PT Exsport dan PT Ekson... 76 4.5 Analisis Mekanisme Produksi dan Penyediaan Bahan Baku pada Perusahaan Industri Kecil dalam Sebuah Kemitraan... 81 4.6 Analisis Risiko Returning Product dalam sebuah Kemitraan... 87
4.7 Analisis Pemasaran Perusahaan Industri Kecil dalam sebuah Kemitraan.... 91
4.8 Analisis Indikator Keberhasilan Kemitraan pengembangan Industri Kecil Kota Bandung... 94 BAB V KESIMPULAN... 102
5.1 Kesimpulan... 102
5.2 Saran... 103
DAFTAR PUSTAKA... 104
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja dalam bidang Industri Pengolahan Skala
Kecil Provinsi Jawa Barat, Tahun 2009-2012... 2
Tabel 1.2 Jumlah Tenaga Kerja dalam bidang Industri Pengolahan Skala Kecil Kota Bandung Tahun 2009-2012... 3
Tabel 1.3 Presentase Industri Kecil dan Menengah Bermitra Menurut Skala Usaha Berdasarkan Survei Khusus 2012 di Jawa Barat.... 5
Tabel 1.4 Presentase Alasan Tidak Melakukan Kemitraan Menurut Skala Hasil Survei Khusus UMKM 2012... 5
Tabel 1.5 Daftar pengusaha mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Export, dan PT. Ekson... 7
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu... 38
Tabel 3.1 Daftar pengusaha mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Export, dan PT. Ekson... 44
Tabel 3.2 Operasional Variabel 45 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas... 50
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas... 52
Tabel 4.1 Daftar Pusat Industri Kerajinan Di Kota Bandung... 56
Tabel 4.2 Daftar pengusaha mitra kerja PT. Eiger Indo... 67
Tabel 4.3 Daftar pengusaha mitra kerja PT. Exsport... 68
Tabel 4.4 Daftar pengusaha mitra kerja PT. Ekson... 69
Tabel 4.5 Presentase Alasan Pengusaha Industri Kecil Melakukan Kemitraan... 71
Tabel 4.6 Pedoman Konversi norma Absolut Skala 5... 80
Tabel 4.7 Efektivitas Alur Kerja Kemitraan... 80
Tabel 4.8 Pedoman Konversi norma Absolut Skala 5... 84
Tabel 4.9 Kemampuan Penyediaan Bahan Baku dalam Kemitraan... 84
Tabel 4.10 Pedoman Konversi norma Absolut Skala 5... 89
Tabel 4.11 Kemampuan terhadap Risiko Returning Product dalam sebuah Kemitraan... 89
Tabel 4.12 Pedoman Konversi norma Absolut Skala 5... 92
Tabel 4.13 Efektivitas Pemasaran dalam sebuah Kemitraan... 92
Tabel 4.14 Jumlah Tenaga Kerja Pengusaha Industri Kecil Bermitra... 95
Tabel 4.15 Jumlah Output Produksi Pengusaha Industri Kecil Bermitra... 97
(9)
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lingkaran Ketergantungan Usaha Kecil... 14
Gambar 2.2 Pola Kemitraan – Inti Plasma... 25
Gambar 2.3 Pola Kemitraan – Subkontraktor... 27
Gambar 2.4 Pola Kemitraan – Dagang Umum... 28
Gambar 2.5 Pola Kemitraan – Pola Keagenan... 29
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Konseptual Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil... 37
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan Kecil Mitra Kerja... 56
Gambar 4.2 Presentase Jenis Kelamin Responden... 59
Gambar 4.3 Presentase Usia Responden... 59
Gambar 4.4 Presentase Pendidikan Terakhir Responden... 60
Gambar 4.5 Presentase Lama Bermitra Responden... 61
Gambar 4.6 Model Kemitraan Network ( Building Linkages )... 67
Gambar 4.7 Pola Kemitraan – Subkontraktor... 70
Gambar 4.8 Alur Kerja Kemitraan Perusahaan Induk dengan Mitra Kerja ( Perusahaan Kecil)... 72
Gambar 4.9 Mekanisme Produksi Perusahaan Kecil Mitra Kerja... 77
Gambar 4.10 Kemampuan Penyediaan Bahan Baku Mandiri... 80
Gambar 4.11 Risiko Returning Product... 83
Gambar 4.12 Presentase Pengambilan Keputusan Terhadap Returning Product... 85
Gambar 4.13 Efektivitas Pemasaran dalam Kemitraan... 88
Gambar 4.14 Indikator Keberhasilan Kemitraan Perusahaan Industri Kecil. 89 Gambar 4.15 Jumlah Tenaga Kerja Pengusaha Industri Kecil... 91
Gambar 4.16 Jumlah Hasil Produksi Pengusaha Industri Kecil... 92
Gambar 4.17 Jumlah Pendapatan Bersih Pengusaha Industri Kecil / Artikel... 93
(10)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Usaha kecil merupakan sebuah bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai potensi, kedudukan, dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Usaha kecil dengan segala peranannya dalam pembangunan, harus terus dikembangkan dengan semangat kekeluargaan, saling isi mengisi, saling memperkuat antara usaha yang kecil dan besar dalam rangka pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakat harus saling bekerjasama. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, melindungi serta menumbuhkan iklim usaha.
Dalam suasana persaingan yang semakin kompetitif, keberadaan usaha kecil menengah ataupun industri kecil dituntut untuk tetap dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya, karena lembaga ini dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Perkembangan industri kecil dan usaha mikro sebagai salah satu strategi dankebijaksanaan nasional, amatlah berperan penting untuk mendorong pertumbuhanekonomi secara nyata dan menyeluruh. Dalam perjalanannya, industri kecil telahmampu memainkan perannya dalam perekonomian nasional. Sumbangannya dalamberbagai sektor pembangunan nasional adalah wujud nyata yang tidak perludisangsikan lagi, seperti banyak menyerap tenaga kerja, memperluas lapangankerja dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah.
Salah satu kota yang menjadi kota yang menglahirkan industri kecil yang cukup pesat adalah kota Bandung. Kota Bandung ditunjuk sebagai pilot project kota kreatif se-Asia Timur dan Asia Tenggara berdasarkan pertemuan Yokohama Juli 2007. Selain itu, pemerintah mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun
(11)
2
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ekonomi Kreatif Indonesia. Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung pun berlangsung semakin pesat, terutama dalam sektor fesyen, desain, dan musik. Perkembangan industri kreatif tersebut berdampak terhadap produktivitas ekonomi daerah yang juga mengindikasikan peningkatan intensitas sistem kegiatan. (sumberr: www.detik.com )
Berdasarkan Surat Keputusan Menperin No 19 M/SK/1986, Industri terbagi terdalam 4 klasifikasi, yakni Industri Kimia dasar, Industri Mesin dan Logam Dasar, Aneka Industri ( industri pangan, tekstil, pengolahan dan bahan bangunan) serta Kelompok Industri kecil atau Industri Pengolahan yang masih bersifat industri rumah tangga. ( sumber : www.jabarprov.go.id )
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Provinsi Jawa Barat yang bekerja dalam bidang Industri Pengolahan mendapat peringkat ke-2 setelah industri perdagangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Jumlah Tenaga Kerja dalam bidang Industri Pengolahan Skala Kecil Provinsi Jawa Barat, Tahun 2009-2012
Lapangan Usaha Utama
Jumlah Tenaga Kerja
2009 2010 2011 2012 Industri Pengolahan 159.857 176.118
(10,172%)
185.608 (5,388%)
201.899 (8,771%) (sumber : BPS )
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa jumlah tenaga kerjaProvinsi Jawa Barat dalam bidang Industri Pengolahan mengalami kenaikan secara kontinyu dari tahun 2009 yakni sebanyak 159.857 hingga pada tahun 2012 menyentuh angka 201.889 tenaga kerja.
Begitu pula dengan Kota Bandung, menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja Kota Bandung dalam bidang Industri Pengolahan skala kecil menempati peringkat ke 2 setelah bidang perdagangan, dan selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2
(12)
Tabel 1.2
Jumlah Tenaga Kerja dalam bidang Industri Pengolahan Skala Kecil Kota Bandung Tahun 2009-2012
Lapangan Usaha Utama
Jumlah Tenaga Kerja
2009 2010 2011 2012 Industri Pengolahan 72.886 86.432
(18,585%)
102.327 (18,39%)
119.674 (16,952%) (sumber : Bandung dalam angka tahun 2012 )
Seperti yang telah tertera dalam SK Menperin No 19 M/SK/1986, industri pengolahan termasuk dalam klasifikasi aneka industri. Selain itu, dalam penelitian ini difokuskan terhadap para industri pengolahan berskala kecil. Industri kecil yang marak pada saat ini adalah berjenis home industry, begitu pula juga dengan kota Bandung. Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam UU No. 9 tahun 1995 yang menyebutkan usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta ( tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ) dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000. Kriteria lainnya dalam UU No. 9 tahun 1995 adalah milik Warga Negara Indonesia(WNI), berdiri sendiri, berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak. Seperti halnya para pengusaha home industry dalam sektor industri pengolahan sub sektor pengadaan produk kerajinan umum, yang saat ini mereka sering dijadikan rekanan bisnis oleh para pengusaha yang lebih besar, atau sering disebut mitra kerja.
Dalam konteks ini, langkah kerjasama dalam bentuk kemitraan usaha merupakan suatu strategi untuk dapat mengembangkan industri kecil dan secara moril kerjasama ini sangat diperlukan adanya dukungan yang maksimal dari pihak pengusaha besar melalui paket pembinaan, serta pola kemitraan yang tentunya dapat menguntungkan kedua belah pihak secara adil, ataupun penanggulangan
(13)
4
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kerugian yang terjadi secara adil. Kerjasama ini tidaklah terwujud dengan sendirinya saja, akan tetapiharus dibangun dengan sadar dan terencana, baik di tingkat nasional, maupun di tingkat lokal yang lebih rendah. Begitu pula dengan adanya Gerakan Kemitraan Usaha Nasional ( GKUN )yakni wahana utama untuk meningkatkan kemampuan wirausaha nasional,karena ujung tombak dalam menghadapi era ekonomi terbuka dan perdagangan bebas adalah wirausaha nasional. Kemitraan adalah suatu sikapmenjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatukerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan pelangganberniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.( Saparuddin M, Basri Bodo, 2011)
Selama ini istilah kemitraan telah dikenal dengan sejumlah nama,diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic customeralliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance)dan pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing). Banyakprogram pemerintah yang dibuat demi majunya usaha kecil. Hal inibertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan pengusaha kecil tangguh danmodern, pengusaha kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan berakar padamasyarakat, pengusaha kecil yang mampu memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien. Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badanusaha bisnis, oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yangmemadai. ( Lan Linton, 2001 : 53 ).
Jalinan kemitraan antara Industri Kecil ataupun Industri Menengah dengan pihak seperti pemerintah, usaha besar, serta pelaku usaha lain diantaranya sebagai jalan pengembangan usaha yakni peningkatan jaringan pemasaran, adopsi teknologi, dan efisiensi produksi. Terkait dengan upaya untuk menjaga hubungan kemitraan yang saling membutuhkan dan menguntungkan, pemerintah harus dapat merumuskan strategi dan kebijakan yang tepat bagi terciptanya hubungan kemitraan yang sederajat.
(14)
Tabel 1.3
Presentase Industri Kecil dan Menengah Bermitra Menurut Skala Usaha Berdasarkan Survei Khusus 2012 di Jawa Barat
Skala Utama Presentase Bermitra
Industri Menengah 27%
Industri Kecil 36%
Industri Mikro 36%
(Sumber : Peranan UMKM Jabar, 2012)
Berdasarkan hasil Survei Khusus UMKM 2012 diketahui bahwa 15,27 % pelaku usaha ( terdiri dari 36% usaha mikro, 36% usaha kecil, 27% usaha menengah, dan 1% lainnya ) melakukan kemitraan, sisanya sebanyak 84,73% tidak melakukan kemitraan usaha. Semakin kecil usaha maka kemitraan semakin dibutuhkan, terlihat bahwa skala kecil dan mikro memiliki porsi terbesar dibanding usaha skala menengah.
Tabel 1.4
Presentase Alasan Tidak Melakukan Kemitraan Menurut Skala Hasil Survei Khusus UMKM 2012
Skala Utama Tidak Menguntungkan
Tidak Ada Informasi
Lainnya
Besar 1.73 0.97 2.03
Menengah 13.29 11.33 17.63
Kecil 34.10 33.01 51.86
Mikro 50.87 54.69 51.86
(Sumber : Peranan UMKM Jabar, 2012)
Berdasarkan hasil Survei Khusus UMKM 2012 diketahui bahwa sebanyak 50,87% usaha mikro beranggapan bahwa menjalin kemitraan dengan pihak lain tidak menguntungkan, begitu pula dengan usaha kecil sebanyak 34,10%. Menurut Primiana ( Peranan UMKM Jabar, 2012 : 98 ) hal tersebut disebabkan oleh sistem
(15)
6
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pemasaran, sistem pembayaranyang banyak merugikan industri kecil dan menengah.
Fenomena Kota Bandung sebagai kota industri kecil yang kreatif memang pada saat ini sedang marak diperbincangkan. Lalu, bagaimana mekanisme para industri kecil tersebut dalam menjalin kemitraan dengan perusahaan besar menjadi salah satu topik utama. Mekanisme kemitraan dalam hal ini terfokus pada model kemitraan dimana para pengusaha kerajinan umum tersebut menyerahkan produk mereka, seperti dompet kulit, dompet pvc, dompet pita, matras, sarung tangan kulit dan varietas produk sejenis terhadap perusahaan besar, untuk di distribusikan secara luas. Sehingga mereka para pengusaha kecil menerima pesanan produk dari pengusaha yang lebih besar. Tetapi mereka bukan hanya dapat menerima pesanan, atau menyerahkan produk mereka kepada 1 perusahaan besar saja. Para pengusaha dapat juga mencari celah lain untuk dapat mengembangkan usaha nya dengan cara memberikan contoh produk mereka kepada perusahaan besar lainnya, untuk didistribusikan lebih luas. Tetapi, seluruh barang yang mereka tawarkan kepada perusahaan besar tersebut menjadi hak mutlak perusahaan besar, dan telah menjadi hak paten produk berlabel perusahaan besar tersebut.
Sebuah kemitraan dikatakan sebagai kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan, ini merupakan suatu landasan pengembangan usaha. Kerjasama ini tidaklah terwujud dengan sendirinya saja, akan tetapi harus dibangun dengan sadar dan terencana, baik ditingkat nasional, maupun ditingkat lokal yang lebih rendah.
Menjadihome industry atau pengusaha kecil yang menjalin hubungan kerja dengan perusahaan besar memiliki beberapa keuntungan dan juga beberapa kerugian. Keuntungan yang paling utama dimana pesanan secara kontinyu terus datang dari mitra kerja pengusaha besar, dalam penelitian ini terfokus pada 3 perusahaan besar yang menjadi induk para pengusaha kecil, PT Eiger Indo, PT
(16)
Exsport, dan PT Eksonitu sendiri. Pesanan datang terhitung per artikel, atau pesanan dari sebuaha perusahaan induk, yang kuantitas serta kualitas diminta dan ditetapkan oleh perusahaan induk tersebut. Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan usahanya. Tetapi, konsep kemitraan tersebut seringkali berbeda dengan fenomena sebenarnya.
Kemitraan ini sendiri merupakan suatu strategi pengembangan usaha kecil, kemitraan telah terbukti berhasil diterapkan di banyak sektor, terutama sektor ekonomi. Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Dibawah ini merupakan daftar tabel para pengusaha kecil mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport dan PT. Ekson yang berjumlah pengusaha dengan varietas produk.
Tabel 1.5
Daftar pengusaha mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Export, dan PT. Ekson
No Perusahaan ∑ Mitra Kerja (Pengusaha
Kecil)
∑ Jenis
Produk
∑ Produk
per artikel / tahun
∑ Tenaga
Kerja
PT. Eiger 17 15 281.400 189
PT. Exsport 17 7 154.600 145
PT. Ekson 15 11 104600 114
Jumlah 49 33 540.600 448 ( sumber : hasil prapenelitian)
Berdasarkan Tabel 1.5, dapat diketahui bahwa terdapat 49 pengusaha kecil atau home industri mitra kerja 3 perusahaan tersebut dengan berbagai macam produk yang seluruhnya dibuat di industri rumahan masing masing para pengusaha kecil ini. Pembuatan produk tersebut tersebar di kota Bandung, yang
(17)
8
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tentunya usaha ini memberikan manfaat terhadap para pengusaha kecil, mendapatkan laba yang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan tentu mendpatkan profit yang secara langsung dapat menjamin kelangsungan dari perusahaan kecil tersebut.
Namun, krisis ekonomi yang terjadi dalam era globalisasi ini membuat persaingan bisnis menjadi semakin tajam baik di pasar domestik (Nasional) maupun di pasar internasional (Global). Begitu pula yang terjadi pada para pengusaha mitra kerja perusahaan, yang memiliki banyak permasalahan dalam menjalankan usahanya. Permasalahan yang teranyar yakni pendapatan para pengusaha industri kecil menurun yang disebabkan kenaikan bahan baku yang tidak diiringi dengan harga jual produk terhadap para pengusaha besar (perusahaan induk mereka). Hal ini dikarenakan para pengusaha besar tidak menaikan harga beli sesuai dengan presentase kenaikan harga bahan baku, sehingga kerugian yang dialami pengusaha industri kecil lebih tinggi. Lalu, dimanakah peran kemitraan yang, sehingga kerugian yang dialami pengusaha industri kecil lebih tinggi. Dimanakah peran kemitraan yang terjalin ? Yang pada konsep awalnya merupakan sebuah hubungan yang terjalin antara pengusaha besar dan pengusaha kecil, yang tentunya berbagi secara adil keuntungan dan segala resiko kerugian.
Setelah diamati, serta dilakukannya prapenelitian, baik secara angket, ataupun wawancara, diketahui bahwa banyak sekali para pengusaha yang mengalami penurunan pendapatan, hal ini dikarenakan ketidaksesuaian model atau pola kemitraan antara konsep dengan fenomena sebenarnya. Konsep kemitraan yang mereka jalin dengan perusahaan tidak bersifat adil dalam pembagian resiko ataupun kerugian. Sehingga, model kemitraan seperti apa yang cocok dan sesuai dengan keadaan ekonomi masa kini ? Serta model kemitraan seperti apa yang dapat menguntungkan pihak-pihak yang terkait, baik perusahaan induk, perusahaan kecil dan kontribusinya terhadap perekonmian daerah dan nasional. Selain itu, yang menjadi fokus dalam penelitian adalah bagaimana model kemitraan para pengusaha tersebut berkontribusi terhadap pengembangan
(18)
industri kecil. Dari sekian banyak model serta pola kemitraan yang digunakan, dan dipagari oleh peraturan peraturan pemerintah mengenai kemitraan, bagaimanakah mekanisme pola kemitraan dalam meningkatkan pengembangan industri kecil di Kota Bandung khususnya. Terlebih lagi, banyaknya konflik yang terjadi di organisasi, atau perusahaan yang menganut program kemitraan tentunya menghambat pengembangan industri kecil itu sendiri. Dari fakta dan argument diatas, maka penerapan model kemitraan yang seringkali diterapkan pada hubungan kausalitas antara pengusaha besar dan kecil dianggap sangatlah penting untuk kelangsungan perekonomian, terutama perekonomian Indonesia yang disokong oleh industri kecil. Sehingga, penulis tertarik untuk meneliti mengenai model kemitraan pengembangan industri kecil.
Judul yang diangkat adalah “MODEL KEMITRAAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DI KOTA BANDUNG (Studi deskriptif pada pengusaha kecil mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport
dan PT. Ekson)”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran umum mengenai model kemitraan pada industri kecil Kota Bandung ?
2. Bagaimana efektivitas alur kerja kemitraan antara industri kecil dengan industri yang lebih besar di Kota Bandung ?
3. Bagaimana efektivitas penyediaan bahan baku industri kecil kota Bandung dalam sebuah model kemitraan ?
4. Bagaimana resiko returning product industri kecil Kota Bandung dalam sebuah model kemitraan ?
5. Bagaimana efektivitas pemasaran produk industri kecil Kota Bandung dalam sebuah model kemitraan ?
(19)
10
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa permasalahan tadi, maka ada hal yang menjadi tujuan dibuatnya penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum mengenai model kemitraan pada industri kecil kota Bandung.
2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas alur kerja kemitraan antara industri kecil dengan industri yang lebih besar di kota Bandung.
3. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas penyediaan bahan baku industri kecil kota Bandung dalam sebuah model kemitraan.
4. Untuk mengetahui bagaimana resiko returning product industri kecil kota Bandung dalam sebuah model kemitraan.
5. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas pemasaran produk industri kecil kota Bandung dalam sebuah model kemitraan.
1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1Manfaat Teoritis
a. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang model kemitraan pengembangan usaha industri kecil di Kota Bandung.
b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan.
c. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis.
1.3.2.2Manfaat Praktis
a. Bagi pengusaha kecil ( home industry ), penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui model kemitraan pengembangan usaha industri kecil kota Bandung.
(20)
b. Bagi pemerintah, dapat pula sebagai pertimbangan untuk lebih mendorong usaha kecil rakyat.
c. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan.
d. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca terkait masalah pendapatandan faktor apa saja yang mempengaruhinya. Selain itu sebagai referensi bagi pembaca yang tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini
(21)
43
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah para pengusaha home industri mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport, dan PT. Ekson dengan penelitiannya yakni mengenai Model Kemitraan Industri Kecil.
3.2 Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Nawawi (Saptana : 2011) metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat. Dalam penelitian deskriptif biasanya hanya dilibatkan satu variabel, sehingga tidak menunjukan hubungan atau korelasi antar variabel. Oleh karena itu penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis. Penelitian ini lebih memberikan tekanan pada deskripsi suatu variabel tanpa menghubungkan dengan variabel lain, sehingga informasi yang diperoleh keadaan menurut apa yang ada pada saat penelitian dilakukan.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengusaha home industri mitra kerja PT Eiger Indo, PT Exsport, dan PT Ekson.
3.3.2 Sampel
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Menurut Riduwan (2011 : 64) sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Sehingga dalam penelitian ini, jumlah sampel sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 49 pengusaha, yang terdiri dari 17
(22)
pengusaha mitra kerja PT Eiger Indo, 17 pengusaha mitra kerja PT Exsport, serta 15 pengusaha mitra kerja PT Ekson.
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.1
Daftar pengusaha mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Export, dan PT. Ekson
No Perusahaan ∑ Mitra Kerja (Pengusaha
Kecil)
∑ Jenis
Produk
∑ Produk /
tahun
∑ Tenaga
Kerja
PT. Eiger 17 15 70.350 189
PT. Exsport 17 7 38.650 145
PT. Ekson 15 11 26.150 114
Jumlah 49 33 135.150 448
3.4 Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini yakni Model Kemitraan sebagai satu-satunya vaiabel dependen dalam penelitian. Model kemitraan adalah sebuahcara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satusama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama ( Ian Linton). Adapun operasional variabel dalam penelitian ini berawal dari model kemitraan pengembangan usaha industri kecil di 3 perusahaan induk, yakni PT.Eiger, PT. Exsport, dan PT. Ekson berserta dengan seluruh kompleksitas kepentingan beberapa pihak yang terkait. Berbekal pemahaman empiris tentang model dan pola kemitraan yang digunakan oleh para pengusaha industri kecil mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport, dan PT. Ekson yang terukur dari lamanya terjalin hubungan usaha dalam sebuah kemitraan, serta terjadinya perkembangan usaha baik pada perusahaan induk ataupun perusahaan industri kecil.
Konsep analitis selanjutnya adalah identifikasi sistem kemitraan yang terjalin antara para pengusaha industri kecil dan perusahaan induknya dengan berdasarkan data yang diperoleh dari penelitan, dan dari kedua belah pihak yakni pihak perusahaan induk ( inti ) dan pihak perusahaan industri kecil (plasma), yang dapat terukur dari beberapa indikator yakni efektivitas alur kerja kemitraan yang
(23)
45
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dirasakan oleh para responden selama ini, efektivitas mekanisme produksi dan penyediaan bahan baku yang terjalin antara perusahaan induk dengan para mitra kerjanya, kemampuan menghadapi risiko-risiko bisnis yang ada, serta efektivitas sistem pemasaran.
Analisis indikator kemitraan atau komponen pendukung keberlangsungannya model kemitraan ini dilakukan dengan metode studi pustaka, angket, observasi dan wawancara. Setelah data terkumpul, dioleh, maka akan dapat diperoleh sebuah pengukuran kinerja sebuah model kemitraan di tingkat para pengusaha industri kecil. Disitulah dapat diketahui apakah model kemitraan yang terjalin antara perusahaan induk dan para pengusaha industri kecil baik ataukah tidak. Jika terbukti dari data empirik model tersebut tidak sesuai dengan konsep awal, dan juga merugikan beberapa pihak saja, maka perlu diadakannya identifikasi sistem kemitraan kembali untuk pembaharuan sistem kemitraan yang terjalin. Tetapi, jika data empirik membuktikan model tersebut baik, maka akan melahirkan sebuah penentapan Model Kemitraan antara Para Pengusaha Besar dan Perusahaan Industri Kecil.
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variabel Konsep Teoritis
Konsep Empiris Konsep Analitis Variabel Depedent Model Kemitraan Pengemban gan Industri (Y) Model kemitraan adalah sebuahcara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satusama lain untuk
mencapai tujuan bisnis bersama. ( Ian Linton)
Model dan pola kemitraan yang digunakan oleh para pengusaha industri kecil mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport, dan PT. Ekson yang terukur dari efektivitas dari komponen komponen kemitraan dan lamanya terjalin hubungan usaha
Analisis model kemitraan yang terjadi diantara 3 Perusahaan Besar ( induk ) dengan para mitra kerjanya yang berjumlah 49 Pengusaha Industri Kecil, yakni :
- Mekanisme kemitraan yang terjalin dengan perusahaan induk atau perusahaan besar.
- Lama usaha yang terjalin antara industri kecil dengan mitra kerjanya.
(24)
dalam sebuah kemitraan, serta terjadinya perkembangan usaha baik pada perusahaan induk ataupun perusahaan industri kecil.
oleh industri kecil. - Mekanisme penyediaan
bahan baku sebagai input produksi industri kecil.
- Sistem pemasaran output produksi.
- Banyaknya produk returning prouct yang diterima oleh indsutri kecil.
- Pengembangan industri kecil yang terkait dengan kemitraannya.
3.5 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian yaitu sumber data primer yang diperoleh melalui penyebaran angket, survey, serta wawancara kepada para pengusaha home industri mitra kerja PT Eiger Indo, PT Exsport, dan PT Ekson
3.6 Teknik Pengumpulan Data
1. Studi observasi, yaitu dengan cara meneliti secara langsung pengusaha home industri mitra kerja PT Eiger Indo.
2. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dengan tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai pelengkap data.
3. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian.
4. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh data-data dari buku-buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
(25)
47
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian instrumen penelitian akan menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang modal kerja, harga bahan baku, serta perilaku kewirausahaan para pengusaha kecil home industri mitra kerja PT Eiger Indo, PT Exsport, dan PT Ekson.
Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah skala likert. Dengan menggunakan skala likert, setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan positif dan negatif. Skala jawaban yang digunakan adalah sebagai berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah 2 = Tidak setuju/jarang
3 = Ragu/Kadang-Kadang 4 = Setuju/Sering
5 = Sangat setuju/Selalu
Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut : 1. Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu mengetahui pengaruh modal
kerja dan harga bahan baku para pengusaha kecil home industri mitra kerja PT Eiger Indo,PT Exsport, dan PT Ekson.
2. Menjadikan objek yang menjadi responden yaitu pengusaha home industri mitra kerja PT Eiger Indo, PT Exsport, dan PT Ekson.
3. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. 4. Memperbanyak angket.
5. Menyebarkan angket.
6. Mengelola dan menganalisis hasil angket.
Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya maka alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itulah terhadap angket yang diberikan kepada responden dilakukan tes validitas.
(26)
3.7.1 Validitas Data
Validitas data membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi di lokasi penelitian. Pengujian keabsahan data atau validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moloeng: 2002 triangulasi adalah teknik pemeriksaankeabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang diperoleh untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut. Terdapat empat teknik triangulasi data, yaitu: teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi sumber untuk menguji keabsahan data yang terkumpul. Ini berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan cara:
a) Membandingkan hasil data dengan hasil wawancara.
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya setiap waktu.
d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang pemerintahan dan sebagainya.
e) Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang berkaitan. Tujuannya jelas untuk mengetahui alasan terjadinya perbedaan-perbedaan, tidak hanya mengharap bahwa hasil perbandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, ataupun pemikiran.
(27)
49
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
2 2
2
Y Y
N X X
N
Y X XY
N rXY
3.7.2 Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 211) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut :
(Suharsimi Arikunto, 2010 : 213)
Dengan menggunakan taraf signifikan
= 0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya responden dimana :r hitung > r 0,05 = valid
r hitung r 0,05 = tidak valid.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya, (Suharsimi Arikunto, 2009: 75)
Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 – 0,399 : rendah
(28)
Berdasarkan hasil uji validitas dengan rumus product moment coefficient dari Karl Pearson sebagaimana telah dibahas, diperoleh hasil uji validitas instrumen penelitian, sebagaimana tampak pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
Variabel No. Item
Validitas
t hitung r tabel Kriteria Keterangan
Alur Kerja Kemitraan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,50 0,33 0,45 0,57 0,46 0,51 0,31 0,29 0,13 0,36
0,13 t hitung > t tabel dengan α
0,05 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tdk Valid Valid Produksi 11
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0,37 0,66 0,41 0,20 0,51 0,12 0,21 0,11 0,17 0,39 0,24 0,35 0,27 0,46 0,51
0,13 t hitung > t tabel dengan α
0,05 Valid Valid Valid Valid Valid Tdk Valid Valid Tdk Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Pemasaran 26
27 28 29 30 31 32 33 34 35 0,48 0,53 0,51 0,45 0,74 0,56 0,61 0,52 0,46 0,39
0,13 t hitung > t tabel dengan α
0,05 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
(29)
51
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
( Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah )
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, tampak bahwa hasil pengujian validitas terhadap 10 item pernyataan untuk mengukur efektivitas alur kerja kemitraan menunjukan bahwa terdapat 1 item yang tidak valid yakni nomor item 9 dengan nilai t hitung 0,13 sama dengan r tabel 0,13. Maka item tersebut dinyatakn tidak valid, dan selanjutnya dihilangkan dalam analisa sealnjutnya. Setelah itu, tampak hasil pengujian validitas terhadap 15 item pernyataan untuk mengukur efektivitas produksi kemitraan menunjukan bahwa 2 item yang tidak valid yakni 16 dan 18 dengan nilai t hitung masing-masing 0,12 dan 0,11 yang lebih kecil dari r tabel 0,13, maka item ini akan dihilangkan dan tidak akan dianalisis lebih lanjut.
Hasil pengujian validitas yang terakhir yakni terhadap 10 item pernyataan untuk mengukur efektivitas pemasaran kemitraan menunjukan bahwa tidak ada satu pun item yang tidak valid. Dengan demikian, seluruh item dinyatakan valid.
3.7.3 Uji Reliabilitas
Tes reliabilitas adalah tes yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan, dan konsistensi dalam mengungkapkan gejala dari sekelompok individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda. ( Riduwan dan Kuncoro, 2011 : 220 )
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik, tidak bersifat tendesius, dapat dipercaya, datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama. Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus alpha dari Cronbach sebagaimana berikut:
22 11 1 1 t b k k r
(30)
Dimana : 11
r = reliabilitas instrument k = banyaknya butir pertanyaan
2
i
= jumlah varians butir2
t
= varians total
Kriteria pengujiannya adalah jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi pada
= 0,05, maka instrumen tersebut adalah reliabel, sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrument tidak reliabel.Selanjutnya, untuk melihat signifikansi reliabilitasnya dilakukan denganmendistribusikan rumus student t, yaitu:
thit =
√ √
Dengan kriteria : Jika thitung> ttabel, maka instrument penelitian
reliabel dansignifikan, begitu pula sebaliknya.Atau dapat dilihat melalui uji t yaitu distribusi ( tabel t ) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan ( dk = n-k )
Adapun untuk hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.4
Hasil Uji Reliabilitas
Indikator t hitung t tabel Ketentuan Keterangan Alur Kerja 0,51 0,13 t hitung > t tabel
dengan α = 0,05
Reliabel
Produksi 0,69 0,13 Reliabel
Pemasaran 0,72 0,13 reliabel (Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah)
Adapun hasil uji reliabilitas instrumen pada masing-masing variabel sebagaimana ditunjukkan Tabel 3.3 di atas masing-masing adalah
(31)
53
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sebesar 0,51 , 0,69 , dan 0,72. Hal ini berarti nilai t hitung uji reliabilitas instrumen pada masing-masing indikator penelitian masih lebih besar dari nilai t tabel 0,13. Hal ini berarti instrumen penelitian untuk mengukur masing-masing indikator alur kerja, produksi, dan pemasaran dapat dinyatakan mempunyai daya ketepatan atau dengan kata lain reliabel.
3.8 Teknik Analisis Data
Menurut Milles dan Huberman dalam Emzir ( Riduwan : 2009 ) menyatakan bahwa terdapat tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu :
a) Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian data mentah yang trejadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data terjadi terjadi secara kontinu mellaui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif, bahkan sebelum data secara aktual dikumpulkan, antisipasi akan adanya reduksi data sudah nampak. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi data yang selanjutnya yaitu membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat pemilihan data, dan menulis memo. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfouskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan disimpulkan.
b) Model Data
Definisi model disini adalah sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif adalah teks naratif, sehingga sulit bagi peneliti untuk menemukan kesimpulan. Model data yang baik mencakup berbagai jenis matrik, grafik, jaringan kerja, dan bagan sehingga hal tersebut
(32)
dapat memudahkan peneliti untuk melihat apa yang terjadi dan juga ungtuk menggambarkan kesimpulan.
c) Penarikan Kesimpulan
Analisis data yang ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang peneliti kualitatif mulai memutuskan makna dari sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur klausal, dan proposisi-proposisi. Penarikan kesimpulan adalah sebagian dari konfigurasi yang utuh. Selama penelitian berlangsung, kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi yaitu dengan cara merefleksi kembali apa yang telah ditemukan serta bertukar pikiran dengan teman sejawat untuk memperoleh kebenaran “intersubjektif”.
Gambar 3.1
Skema model Analisis Interaktif Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
(33)
102
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V KESIMPULAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa :
1. Model kemitraan pengembangan industri kecil mitra kerja PT Eiger Indo, PT Exsport dan PT Ekson dikatagorikan sebagai model kemitraan network atau building linkages dimana mitra memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evaluasi dalam aktifitas perusahaan serta memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap keberlangsungan produksi.
2. Pola kemitraan yang terjalin antara mitra kerja dengan perusahaan induk mereka merupaka pola subkontraktor, dimana para mitra kerja memproduksi keseluruhan komponen produk tanpa campur tangan dari perusahaan induk. Perusahaan induk menerima hasil jadi produk dengan kriteria kualitas, kuantitas, serta waktu yang telah disepakati. 3. Efektivitas dari alur kerja kemitraan yang terjalin antara mitra kerja
dengan perusahaan induk berada pada kriteria cukup tinggi, artinya sebagian besar mitra kerja merasa alur kerja yang sudah terjalin memberikan dampak yang baik kepada aktifitas perusahaannya.
4. Kemampuan penyediaan bahan baku para mitra kerja berada pada kriteria cukup. Artinya, disamping terdapat beberapa masalah penyediaan bahan baku mandiri, namun sebagian besar para mitra memiliki kemampuan yang cukup baik dalam memenuhi setiap kebutuhan bahan baku produksinya.
5. Kemampuan para mitra kerja dalam menanggulangi risiko returning product ternyata berada pada kriteria cukup. Artinya, disamping terdapat risiko berkurangnya pendapatan, namun para mitra kerja memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menanggulangi adanya risiko returning product.
(34)
6. Efektivitas atas sistem pemasaran yang terjalin antara mitra kerja dengan perusahaan induknya berada pada kriteria sangat tinggi. Hal ini menandakan bahwa sistem pemasaran yang selama ini terjalin dirasa amat membantu para pengusaha industri kecil mitra kerja, dan sudah sangat efektif.
5.2Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan analisis dan kesimppulan yaitu :
1. Alur kerja kemitraan hingga sistem pemasaran yang efektif tentunya dapat memberikan dampak yang baik kepada perusahaan, sehingga dapat pula meningkatkan hasil produksi dengan optimal. Oleh karena itu, hendaknya seluruh pihak yang terlibat dalam model kemitraan ini menjaga sistem serta mekanisme dari alur kerja kemitraan ini, serta menjaga juga mekanisme dari sistem pemasaran, sehingga akan memberikan hasil yang semakin baik bagi seluruh pihak yang terlibat 2. Kemampuan akan penyediaan bahan baku yang dimiliki mitra kerja,
serta kemampuan dalam menanggulangi risiko returning product yang masih pada kriteria cukup hendaknya ditingkatkan. Karena penyediaan bahan baku serta penanggulangan terhadap risiko returning product yang baik maka akan memberikan hasil yang lebih baik pula, seperti peningkatan produksi serta peningkatan kualitas dari hasil produk itu sendiri.
3. Kepada peneliti selanjutnya hendaknya mengadakan penambahan indikator dari keberhasilan kemitraan, dan juga dapat membandingkan hasil dari program kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan swasta dengan program kemitraan yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ).
(35)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik dan Dinas Perindustrian Perdagangan Provinsi Jawa Barat, 2012, Peranan UMKM Jabar, Bandung.
Elis Suyono, 2006, Pengaruh Program Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL) Terhadap Pendapatan Petani Budidaya Ulat Sutra di Kabupaten Wonosobo. Thesis : Universitas Diponogoro Semarang. ( 12-09-2013 ) H.S.M. Serad, Pola Kemitraan PT. Djarum dengan Petani Tembakau, tanggal 13 September 2007, Makalah yang disampaikan pada Lokakarya Alternatif Kemitraan Usaha Yang Berkesinambungan, Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro, Semarang. (10-09-2013)
John L. Mariotti dalam Muhammad Jafar Hafsah, 1999, Kemitraan Usaha, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). 2011. [Online]. Tersedia di : http://galeriukm.web.id/news/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm( diakses pada tanggal bulan maret 2013)
Linton, Lan., 2001, Parthnership Modal Ventura, Jakarta: PT. IBEC. Mankiw, Gregory. 2006. Principles of Economics. Jakarta : Salemba Empat.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Saparuddin M, Basri Bodo, 2011. Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja Usaha pada Pengusaha Kecil Menengah ( UKM) dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Jurnal : Econosains – volume IX, nomor 2, agustus 2011. (10-09-2013)
Saptana, Kurnia Suci Indraningsih, dan Endang L. Hastuti, 2011. Analisis Kelembagaan Kemitraan Usaha di Sentra Produksi Sayuran ( Suatu Kajian atas Kasus Kelembagaan Kemitraan Usaha di Bali, Sumatra Utara, dan Jawa Barat ). Jurnal : Jurnal Sosial Ekonomi Vol. 41 No. 12, 2011, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. A. Yani 70 Bogor. (12-09-2013)
Suryana. 2006. Kewirausahaan, Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta : Salemba Empat
www.detik.com/harian/kota-bandung-kota-kreatif(diakses pada tanggal 18
Agustus 2013 )
www.jabarprov.go.id(diakses pada tanggal 18 Agustus 2013 ) www.tugasakhirmahasiswa.com
www.thesis.binus.ac.id
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
(36)
(1)
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sebesar 0,51 , 0,69 , dan 0,72. Hal ini berarti nilai t hitung uji reliabilitas instrumen pada masing-masing indikator penelitian masih lebih besar dari nilai t tabel 0,13. Hal ini berarti instrumen penelitian untuk mengukur masing-masing indikator alur kerja, produksi, dan pemasaran dapat dinyatakan mempunyai daya ketepatan atau dengan kata lain reliabel.
3.8 Teknik Analisis Data
Menurut Milles dan Huberman dalam Emzir ( Riduwan : 2009 ) menyatakan bahwa terdapat tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu :
a) Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian data mentah yang trejadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data terjadi terjadi secara kontinu mellaui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif, bahkan sebelum data secara aktual dikumpulkan, antisipasi akan adanya reduksi data sudah nampak. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi data yang selanjutnya yaitu membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat pemilihan data, dan menulis memo. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfouskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan disimpulkan.
b) Model Data
Definisi model disini adalah sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif adalah teks naratif, sehingga sulit bagi peneliti untuk menemukan kesimpulan. Model data yang baik mencakup berbagai jenis matrik, grafik, jaringan kerja, dan bagan sehingga hal tersebut
(2)
54
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dapat memudahkan peneliti untuk melihat apa yang terjadi dan juga ungtuk menggambarkan kesimpulan.
c) Penarikan Kesimpulan
Analisis data yang ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang peneliti kualitatif mulai memutuskan makna dari sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur klausal, dan proposisi-proposisi. Penarikan kesimpulan adalah sebagian dari konfigurasi yang utuh. Selama penelitian berlangsung, kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi yaitu dengan cara merefleksi kembali apa yang telah ditemukan serta bertukar pikiran dengan teman sejawat untuk
memperoleh kebenaran “intersubjektif”.
Gambar 3.1
Skema model Analisis Interaktif
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
(3)
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V KESIMPULAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa :
1. Model kemitraan pengembangan industri kecil mitra kerja PT Eiger Indo, PT Exsport dan PT Ekson dikatagorikan sebagai model kemitraan network atau building linkages dimana mitra memiliki program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evaluasi dalam aktifitas perusahaan serta memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap keberlangsungan produksi.
2. Pola kemitraan yang terjalin antara mitra kerja dengan perusahaan induk mereka merupaka pola subkontraktor, dimana para mitra kerja memproduksi keseluruhan komponen produk tanpa campur tangan dari perusahaan induk. Perusahaan induk menerima hasil jadi produk dengan kriteria kualitas, kuantitas, serta waktu yang telah disepakati. 3. Efektivitas dari alur kerja kemitraan yang terjalin antara mitra kerja
dengan perusahaan induk berada pada kriteria cukup tinggi, artinya sebagian besar mitra kerja merasa alur kerja yang sudah terjalin memberikan dampak yang baik kepada aktifitas perusahaannya.
4. Kemampuan penyediaan bahan baku para mitra kerja berada pada kriteria cukup. Artinya, disamping terdapat beberapa masalah penyediaan bahan baku mandiri, namun sebagian besar para mitra memiliki kemampuan yang cukup baik dalam memenuhi setiap kebutuhan bahan baku produksinya.
5. Kemampuan para mitra kerja dalam menanggulangi risiko returning product ternyata berada pada kriteria cukup. Artinya, disamping terdapat risiko berkurangnya pendapatan, namun para mitra kerja memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menanggulangi adanya risiko returning product.
(4)
103
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6. Efektivitas atas sistem pemasaran yang terjalin antara mitra kerja dengan perusahaan induknya berada pada kriteria sangat tinggi. Hal ini menandakan bahwa sistem pemasaran yang selama ini terjalin dirasa amat membantu para pengusaha industri kecil mitra kerja, dan sudah sangat efektif.
5.2Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan analisis dan kesimppulan yaitu :
1. Alur kerja kemitraan hingga sistem pemasaran yang efektif tentunya dapat memberikan dampak yang baik kepada perusahaan, sehingga dapat pula meningkatkan hasil produksi dengan optimal. Oleh karena itu, hendaknya seluruh pihak yang terlibat dalam model kemitraan ini menjaga sistem serta mekanisme dari alur kerja kemitraan ini, serta menjaga juga mekanisme dari sistem pemasaran, sehingga akan memberikan hasil yang semakin baik bagi seluruh pihak yang terlibat 2. Kemampuan akan penyediaan bahan baku yang dimiliki mitra kerja,
serta kemampuan dalam menanggulangi risiko returning product yang masih pada kriteria cukup hendaknya ditingkatkan. Karena penyediaan bahan baku serta penanggulangan terhadap risiko returning product yang baik maka akan memberikan hasil yang lebih baik pula, seperti peningkatan produksi serta peningkatan kualitas dari hasil produk itu sendiri.
3. Kepada peneliti selanjutnya hendaknya mengadakan penambahan indikator dari keberhasilan kemitraan, dan juga dapat membandingkan hasil dari program kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan swasta dengan program kemitraan yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ).
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik dan Dinas Perindustrian Perdagangan Provinsi Jawa Barat, 2012, Peranan UMKM Jabar, Bandung.
Elis Suyono, 2006, Pengaruh Program Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL) Terhadap Pendapatan Petani Budidaya Ulat Sutra di Kabupaten Wonosobo. Thesis : Universitas Diponogoro Semarang. ( 12-09-2013 ) H.S.M. Serad, Pola Kemitraan PT. Djarum dengan Petani Tembakau, tanggal 13 September 2007, Makalah yang disampaikan pada Lokakarya Alternatif Kemitraan Usaha Yang Berkesinambungan, Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro, Semarang. (10-09-2013)
John L. Mariotti dalam Muhammad Jafar Hafsah, 1999, Kemitraan Usaha, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). 2011. [Online]. Tersedia di : http://galeriukm.web.id/news/kriteria-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm( diakses pada tanggal bulan maret 2013)
Linton, Lan., 2001, Parthnership Modal Ventura, Jakarta: PT. IBEC. Mankiw, Gregory. 2006. Principles of Economics. Jakarta : Salemba Empat.
Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Saparuddin M, Basri Bodo, 2011. Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja Usaha pada Pengusaha Kecil Menengah ( UKM) dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Jurnal : Econosains – volume IX, nomor 2, agustus 2011. (10-09-2013)
Saptana, Kurnia Suci Indraningsih, dan Endang L. Hastuti, 2011. Analisis Kelembagaan Kemitraan Usaha di Sentra Produksi Sayuran ( Suatu Kajian atas Kasus Kelembagaan Kemitraan Usaha di Bali, Sumatra Utara, dan Jawa Barat ). Jurnal : Jurnal Sosial Ekonomi Vol. 41 No. 12, 2011, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. A. Yani 70 Bogor. (12-09-2013)
Suryana. 2006. Kewirausahaan, Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta : Salemba Empat
www.detik.com/harian/kota-bandung-kota-kreatif(diakses pada tanggal 18
Agustus 2013 )
www.jabarprov.go.id(diakses pada tanggal 18 Agustus 2013 ) www.tugasakhirmahasiswa.com
www.thesis.binus.ac.id
Alyn Nurul Alida, 2014
Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung
(6)