PENERAPAN PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI:Studi Deskriptif Kualitatif di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah... 6

C.Tujuan ... 6

D.Manfaat ... 7

E.Batasan Penelitian... 7

F. Defenisi Oprasional ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 9

A.Belajar dan Pembelajaran ... 9

B.Pendidikan Jasmani ... 11

C.Pendekatan Taktis ... 18

D.Karakteristik Siswa siswi SD (Sekolah Dasar) Pendidikan Jasmani ... 20

E.Aplikasi Pemenuhan Kebutuhan siswa disekolah ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A.Metode Penelitian ... 27

B.Tempat dan Desain Penelitian ... 28

1. Lokasi ... 28

2. Desain Penelitan ... 28


(2)

D.Instrumen penelitian ... 29

1. Teknik Observasi ... 29

2. Angket ... 32

3. Uraian Angket ... 35

4. Uji Coba Angket ... 39

E.Analisis Data Penelitan ... 42

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 43

A.Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 43

B.Pengolahan dan Analisis data Angket ... 60

C.Diskusi Penemuan ... 65

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A.Kesimpulan ... 67

B.Saran-saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. LAMPIRAN RPP ... 71

B. DATA UJI ANGKET I ... 107

C. DATA UJI ANGKET II ... 108

D. TABEL KOLERASI ... 109

E. SIMPANGAN BAKU ... 111

F. VALISITAS DAN RELIABILITAS ... 113

G. LUAS DIBAWAH LENGKUNGAN KURVE NORMAL DARI 0/Z ... 117

H. NILAI-NILAI CHI KUADRAT ... 118

I.NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT ... 119


(3)

K. DOKUMENTASI I ... 121 L. DOKUMENTASI II ... 122


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Contoh Lemabr Observasi ... 30

Tabel 3.2 Kisi-kisi angket penelitian permainan bola kecil ... 33

Tabel 3.3 Bobot butir setiap pernyataan ... 34

Tabel 3.1 Contoh Angket Penelitian ... 35

Tabel 3.1 Soal Angket Penelitian ... 36

Tabel 3.1 Hasil Pengujian Validitas ... 41

Tabel 3.4 Uji Bartlett... 43

Tabel 4.1 Tabel Pengamatan pertama ... 44

Tabel 4.2 Tabel Pengamatan kedua ... 46

Tabel 4.3 Tabel Pengamatan ketiga ... 48

Tabel 4.4 Tabel Pengamatan keempat ... 50

Tabel 4.5 Tabel Pengamatan kelima ... 51

Tabel 4.6 Tabel Pengamatan keenam... 53

Tabel 4.7 Tabel Pengamatan ketujuh ... 55

Tabel 4.8 Tabel Pengamatan kedelapan ... 57

Tabel 4.8 Data HaSil penyebaran angket ... 61


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lapangan Kasti ... 14 Gambar 3.1 Teknik Simpel Random ... 29


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik dan dibina kemampuannya agar berkembang secara maksimal. Menurut Syaripudin (2007:27) pendidikan adalah hidup, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Selanjutnya dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2003 dalam (Rasyidin, dkk 2007:25) disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut, pendidikan merupakan proses yang dilakukan dengan sadar dan berencana dalam upaya menciptakan proses pembelajaran yang kondusif sehingga mendororng siswa untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Pendidkan jasamani merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani merupakan aktivitas fisik dalam proses pembelajaran, dalam hal ini guru berperan penting mendorong dan mengarahkan potensi serta kemampuan siswa. Dijelaskan oleh Mahendra (2003:3) pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Selanjutnya dijelaskan pula oleh Yudha, dkk (2008:40) pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik


(7)

sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Pendidikan jasmani merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitasnya sebagai manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai cita-cita kemanuisaan. Secara sederhana Lutan (2001: 15) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani itu tak lain adalah proses belajar untuk gerak, dan belajar melalui gerak. Sedangkan dalam ketetapan MPR NO. II/MPR/1988, yang dalam Sukintaka (1992:9) dijelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistemik menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani melalui aktivitas fisik, permainan dan kecabangan olahraga sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan siswa agar berkembang secara menyeluruh baik, fisik, mental, kognitif maupun sikap kepribadiannya. Seperti yang dijelaskan dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:703) bahwa pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah dasar, bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga terpilih, 2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, 3) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, 4) meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, 5) mengembangkan sikap sportif jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis, 6) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, dan 7) memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga dilingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang positif.


(8)

Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran wajib. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Depdiknas (2008:28) meliputi aspek – aspek sebagai berikut:

a. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

b. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. c. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,

ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.

d. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.

e. ...dst.

Berdasarkan KTSP di atas permainan bola kecil merupakan salah satu permainan yang wajib disampaikan di sekolah. Permainan bola kecil bermacam-macam seperti kasti, kippers, tenis meja dan tenis lapangan. Kasti merupakan salah satu permainan bola kecil yang didalamnya terdapat unsur – unsur penting yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga teknik bermain kasti, yaitu melempar, menangkap, dan memukul bola. Selain itu, mengandung aktivitas gerak seperti berlari, melempar, menangkap dan memukul, yang sangat mendukung pada kebugaran jasmani siswa terdapat pula nilai-nilai positif, seperti nilai kerjasama, menghargai lawan maupun kawan, tanggung jawab baik kepada tim maupun dirinya, menerima kekalahan, sportif, rasa sosial, percaya diri, jujur, taat peraturan dan berjiwa olahragawan sejati.

Secara umum dalam proses belajar tujuan utamanya proses pembelajaran yang optimal lancar dan terlaksanana dengan baik. Menurut Syaiful (2007:61) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terperogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Selanjutnya Sudjana (2008:8) mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut :


(9)

Pembelajaran dapat diberi arti sebagai upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (siswa, peserta didik. Pelatihan, dll) yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik (guru, tutor, pelatih dll) yang melakukan kegiatan membelajarkan.

Dengan demikian proses pembelajaran merupakan program yang dilakukan oleh guru dalam upaya mengoptimalkan proses pembelajaran agar terlakasna dengan baik. Dalam proses pembelajaran tujuan utamanya yaitu memperoleh nilai atau hasil belajar yang optimal hasil belajar merupakan salah satu tolak ukur siswa memperoleh kemajuan dalam belajarnya. Hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku siswa kea rah yang lebih baik. Seperti yang dijelaskan oleh Slameto (2010: 3,4) menjelaskan ciri – ciri perubahan tingkah laku yang terjadi, yaitu : (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (6) perubahan mencakup aspek tingkah laku. Selanjutnya dijelaskan pula oleh Slameto (2010:3-5) bahwa dalam proses belajar terjadi secara sadar, intinya bahwa seseorang atau individu dalam proses belajar menyadari adanya perubahan itu atau sekurang – kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. 1) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, intinya perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. 2) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, intinya dalam proses belajar perubahan – perubahan itu senantiasa bertambah dan bertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. 3) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, intinya bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat menetap atau permanen. 4) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, intinya perubahan tingkah laku terjadi karena da tujuan yang akan dicapai. 5) Perubahan mencakup aspek tingkah laku, intinya perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui


(10)

suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku baik sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku yang progresif baik mencakup perilaku kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dalam proses belajar terjadi secara disadari dan dirasakan oleh setiap individu, serta melalui tahapan – tahapan yang terus meningkat dan hasilnya bersifat menetap.

Berkaitan dengan hal tersebut, kendala yang timbul dalam pembelajaran permainan kasti disekolah yaitu sarana dan prasana yang digunakan membutuhkan area yang luas. Seperti kita ketahui bahwa permainan kasti berukuran panjang 60 m dan lebar 30 m sedangkan disekolah rata-rata tidak memiliki pelataran yang luas terutama untuk pembelajaran permainan yang membetuhkan area luas salah satunya yaitu permainan kasti ini. Seperti yang disampaikan oleh Lutan (2001:19) berbagai sebab yang membuat pendidikan jasmani kurang berkembang. Selain karena tidak didukung oleh sarana dan prasarana olahraga yang memadai, seperti pekarangan sekolah yang sempit, alokasi wakutnya juga sangat terbatas. Dengan kondisi demikian tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru penjas untuk tetap bisa melaksanakan proses pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk menerapkan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan taktis. Pendekatan taktis yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada aktivitas permainan dengan memodifikasi permainan yang sesungguhnya kedalam permainan sederhana. Dengan harapan proses pembelajaran kasti dapat tetap terlaksana serta proses pembelajaran dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Disampaikan oleh Lutan (2001:32) Selain memberikan kemudahan pada guru, keuntungan dari pendekatan adalah pembelajaran konsep akademik dirasakan sangat menyenangkan oleh anak – anak. Dengan demikian melalui proses pendekatan diharapkan siswa akan lebih terdorong dan semangat dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani, dalam hal ini materi permainan kasti.


(11)

Pada dasarnya proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan taktis lebih menekankan pada aktivitas permainan atau game dengan memodifikasi permainan sesungguhnya kedalam permainan-permainan sederhana mendorong siswa untuk memecahkan masalah yang terjadi pada saat bermain. Disampaikan Toto (2001 :1) menjelasakan bahwa “pendekatan taktis lebih menekankan pada situasi bermain, yang mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan penerapan keterampilan teknik dalam situasi permainan”. Melalui pendekatan taktis permainan sesungguhnya dimodifikasi kedalam permainan yang sederhana baik peraturan permainan maupun media sarana dan prasarana yang digunakan. Dijelaskan oleh Griffin dan Butler dikutif dari Yunyun (2010:6) “taktikal game disederhanakan kedalam tiga tingkatan pendekatan taktik yang difokuskan kepada tiga komponen dasar, diantaranya (1) memodifikasi dan mempermudah permainan, (2) mengembangkan kesadaran taktik, (3) mengembangkan keterampilan”. Dengan demikian permainan kasti yang sesungguhnya bisa dimodifikasi dan disederhanakan sesuai dengan media sarana dan prasarana yang ada, hal ini bertujuan agar proses pembelajaran pendidikan jasmani khusunya materi permainan kasti dapat terlakasana dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti dengan tema Penerapan pendekatan taktis terhadap hasil pembelajaran permainan kasti di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut; bagaimana upaya penerapan pendekaran taktis terhadap hasil pembelajaran permainan kasti di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan umum penelitian


(12)

adalah “untuk mengetahui pengaruh pembelajaran permainan bola kecil kasti terhadap pembentukan nilai kerjasama di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang.

Selanjutnya tujuan khusus, diuraikan sebagai berikut :

1. Ingin megetahui hasil pembelajaran kasti siswa melalui pendekatan taktis 2. Ingin megetahui perubahan hasil pembelajaran kasti yang terjadi pada

siswa setelah proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan taktis

D. Manfaat

Manfaat penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. Manfaat secara teoritis diaharapkan dapat menambah pemahaman dan keilmuan dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Sebagai gambaran dan rujukan bagi guru pendidikan jasmani tentang hasil pembelajaran siswa

2. Masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajan pendidikan jasmani di sekolah

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani untuk lebih memahami pendekatan yang sesuai dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dilaksanakan

E. Batasan Penelitian

Agar proses penelitian ini sasarannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini berpedoman dari latar belakang serta untuk menghindari timbulnya penafsiran yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas maka batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Permasalahan yang akan diteliti yaitu untuk mengetahui hasil penerapan pendekatan taktis terhadap hasil pembelajaran kasti di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang.

2. Sampel penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN Sukamandi II Kabupaten Subang sebanyak 40 orang dipilih secara random.


(13)

3. Lokasi penelitian adalah di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang.

F. Defenisi Oprasional

Untuk menghindari salah penafsiran istilah yang digunakan dalam penelitian, berikut akan dijelaskan mengenai istilah – istilah yang digunakan dalam pelaksnaan penelitian dibawah ini:

1. Pembelajaraan; menurut Sudjana (2008:8) mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut :

Pembelajaran dapat diberi arti sebagai upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (siswa, peserta didik. Pelatihan, dll) yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik (guru, tutor, pelatih dll) yang melakukan kegiatan membelajarkan.

2. Pendekatan taktis menurut Toto (2001:1) menjelasakan bahwa “pendekatan taktis lebih menekankan pada situasi bermain, yang mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan penerapan keterampilan teknik dalam situasi permainan”.

3. Permainan kecil atau bola kecil merupakan permainan yang memakai bola kecil (Ajang, dkk. 2010 : 26)


(14)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:2). Selanjutnya Arikunto (1997:151) mengatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumplkan data penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa melalui pendekatan taktis dalam permainan kasti di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang. Metode deskriptif dijelaskan oleh Ibrahim dan Sudjana (2004:64) bahwa:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Dengan demikian jelas bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi nyata dalam hal ini proses pembelajaran penjas. Selanjutnya dijelaskan oleh Surakhmad (1998:140) sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, penelitian deskriptif ialah suatu proses penelitian yang menggungkapkan, mengambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Langkah penelitian ini tidak terbatas pada proses pengumpulan data, akan tetapi


(15)

meliputi interpretasi dari data yang diperoleh agar masalah ini dapat diungkap dan dijawab, sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai dengan baik.

B. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi yang akan dilaksanakannya penelitian. Pelaksanaan penelitian yaitu di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dijelaskan oleh Sugiyono (2010:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Selanjutnya Arikunto (1997:54) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa SDN Sukamandi II Kabupaten Subang.

2. Sampel

Menurut Ibrahim dan Sudjana (2004) dalam Darsono (2011:55) bahwa:

“Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat yang sama dengan

populasi”. Selanjutnya dijelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010 : 81). Dalam menentukan sampel tersebut peneliti menggunakan teknik simpel random sampling. Seperti yang dijelaskan Sugiyono (2010:82) menjelaskan mengenai simple random sampling sebagai berikut: dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti mengambil siswa kelas VI sebagai sampel dengan jumlah 40 orang.


(16)

D. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:102) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial. Sedangkan menurut Arikunto (2002:126) instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode. Berdasarkan hal tersebut, untuk memperoleh data hasil penelitian yang berupa pembentukan kerjasama tim maka digunakan instrumen penelitian yaitu metode observasi dan penyebaran angket.

1. Teknik Observasi atau Pengamatan

Agar memperoleh data penelitian secara akurat, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data pengamatan/observasi, dijelaskan sebagai berikut; melalui teknik pengamatan ini, penulis dapat langsung mengetahui tentang gambaran dan segala aktifitas yang terjadi di dalam suatu objek penelitian, khususnya di dalam upaya meningkatkan kemampuan kerjasama tim siswa SDN 2 Sukamandi Kabupaten Subang. Alasan tersebut dikemukakan oleh Moleong (2005:174), yaitu:

1. bahwa teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Tampaknya pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran.

2. teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

3. pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.

4. teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Situasi ini mungkin terjadi apabila penulis ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi, pengamatan menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks.

5. dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik wawancara tidak memungkinkan untuk dilaksanakan maka pengamatan menjadi alat yang bermanfaat. Misalnya dalam meneliti perkembangan seorang bayi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa alasan penggunaan teknik pengamatan dalam proses pengumpulan data adalah pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti untuk meneliti sebuah objek penelitian, baik


(17)

dari segi motif pengunjung, kepercayaan, perhatian dan peneliti dapat membuktikannya sendiri. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat suatu objek penelitian secara langsung dan nyata, tanpa campur tangan orang lain dalam proses pengumpulan datanya. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh berdasarkan upaya peneliti dengan membuat catatan lapangan yang disusun sesuai dengan apa yang dilihat, didengar ataupun dirasakan langsung oleh peneliti ketiak berlangsungnya proses penelitian dan pengumpulan data. Berikut bahan lembar observasi untuk melakukan pengamatan :

Tabel 3.1 Contoh Lembar Observasi Aktivitas Belajar siswa SDN 2 Sukamandi Kabupaten Subang

2012-2013

No Nama Siswa Aspek yang diamati Rata-rata Keaktifan Perhatian Komunikasi Tanggungjawab

1 Abdul Ajid

2 Abdul Aziz

3 Abdul Mu'in

4 A. Rusdiana

5 A. Suhendi

6 A.Budianto

7 Aripin

8 Asep Maulana

9 Budi A

10 Budiman Y

11 Ferdi S

12 Govind N

13 Haidar Fikri

14 Ismail Fazri

15 Jenal

16 Keukeu N

17 Lasifah

18 Deri Ramdani

19 Endang I

20 Fijay

21 Galih Septian


(18)

23 Hendra P

24 Indra

25 Ispan Wiguna

26 Jaka

27 Kurniawan

28 M Riyan H

29 M Rizki A

30 Moh Riyaldi

31 Lusiana

32 Lusi Paujia N

33 Neneng L

34 Neng Elin S

35 Neng Lena

36 Nindi Monika

37 Robby

38 Rubi J

39 Ruslandi

40 Ruswandi

Jumlah

Rata-rata

Keterangan

Keterangan :

Deskripsi Penilaian Aktivitas belajar Siswa 1. Keaktifan

a. Mengajukan pertanyaan b. Mengungkapkan pendapat c. Melakukan tugas dengan baik d. Mampu mencontohkan 2. Perhatian

a. Menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh b. Menunjukkan antusias dalam pembelajaran

c. Menunjukkan ketertarikan dalam pembelajaran d. Menunjukkan rasa senang dalam pembelajaran 3. Komunikasi


(19)

b. Menunjukkan kekompakan

c. Menunjukkan peran aktif dalam kelompok

d. Memberikan bantuan (mencontohkan pada yang lain) 4. Tanggung Jawab

a. Bertanggung Jawab pada tugas yang diberikan b. Tidak mengganggu teman lain

c. Melaksanakan tugas dengan rasa senang d. Melaksanakan tugas dengan antusias

Keterangan Penilaian

4 (Amat Baik) : Jika semua indikator dilaksanakan 3 (Baik) : Jika hanya tiga indikator dilaksanakan 2 (Cukup) : Jika hanya dua indikator dilaksanakan 1 (Kurang) : Jika hanya satu indikator dilaksanakan

2. Angket penelitian

Angket merupakan salah satu alat untuk menilai kepentingan hasil pembelajaran dan minat belajar siswa secara keseluruhan. Seperti yang dijelaskan Kartono (1990:217) menyatakan bahwa:

Angket atau kisioner adalah penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan jalan mengedarkan formulir daftar pernyataan, diajukan secara tertulis kepada subjek, untuk mendapat jawaban (tanggapan, respon) tertulis seperlunya.

Pada dasarnya angket terdiri dari dua bentuk yaitu angket bersetruktur dapertanyaan - pertanyaan dan jawaban terbatas dan singkat. Sedangkat angket tak berstruktur sifatnya terbuka, memberi kesempatan penuh kepada responden untuk memberikan penjelasan dengan atau penjelasan yang panjang.

Dalam penelititan ini peneliti menggunakan angket berstruktur, yaitu angket yang digunakan disusun dengan pertanyaan yang tegas, terbatas, konkrit dan memerlukan jawaban berupa uraian, sehingga responden hanya tinggal mengisi lajur - lajur tertentu dengan jawaban yang telah tersedia. Angket di buat berdasarkan langkah-langkah berikut:


(20)

a. Pembuatan kisi - kisi

Pembuatan kisi-kisi yaitu untuk menjabarkan tentang lingkup masalah yang akan dijadikan sebagai bahan untuk membuat pernyataan angket dengan cara membuat kisi-kisi terlebih dahulu.

Seperti yang dijelaskan dalam tabel, sebagai berikut: Tabel. 3.2

Kisi-kisi angket penelitian permainan bola kecil kasti

No Sub Aspek Aspek Indikator

No Soal

(+) (-) 1. Pembelajaran

Bola kecil (Kasti)

1.Saling

Ketergantungan

a. Unjuk kerja 1, 3 4,7 b.Pengerjaan

tugas 2, 8 9, 13 2.Tanggungjawab

kelompok

a. Membuat

persiapan 37, 10 15, 19 b.Latihan 5, 17 20, 27 3.Tatap muka a. Menghargai

perbedaan 6, 11 21, 26 b.Mengisi

kekurangan masing-masing

12, 14 22,28

4.Komunikasi a. Berdiskusi 16, 18 29, 32 b.Berkomuniasi 23, 25 30, 33 5.Evaluasi a. Unjuk kerja 24, 31 35, 38 b.Nilai 34, 39 36, 40

b. Membuat butir - butir pertanyaan berdasarkan kisi-kisi

Butir - butir soal disesuaikan dengan ksisi-kisi dan aspek-aspek penelitian yang telah ditentukan.


(21)

Dalam penelitian ini angket yang dibuat dimaksudkan untuk menilai hasil pembelajaran melalui permainan bola kecil kasti yaitu siswa SDN Sukamandi II Kabupaten Subang. Sebagai panduan dalam menentukan bobot skor setiap butir pernyataan, penulis menggunakan skala likert, yang akan dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel. 3.3 Bobot nilai setiap butir pernyataan

Pernyataan Positif Skor Pernyataan Positif Skor Sangat Setuju (SS)

Setuju (S) Ragu (R)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS) 5 4 3 2 1

Sangat Setuju (SS) Setuju (S)

Ragu (R)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 2 3 4 5 Skala Penilaian

Pernyataan positif : - 81 – 100 : Sangat Baik - 61 – 80 : Baik

- 41 – 60 : Cukup - 21 – 40 : Kurang - 1 – 20 : Buruk Pernyataan Negatif

- 1 – 20 : Sangat Baik - 21 – 40 : Baik

- 41 – 60 : Cukup - 61 – 80 : Kurang - 81 – 100 : Buruk


(22)

3. Uraian Angket

Nama : ………

Kelas : ………

a. Petunjuk Pengisisan Angket Keterangan kolom pengisisan angket :

SS : jika anda Sangat Setuju dengan pernyataan. S : jika anda Setuju dengan pernyataan.

Ragu : jika anda Ragu-ragu dengan pernyataan. TS : jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan.

STS : jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan.

Keterangan lebih sederhana : SS : Sangat Setuju S : Setuju

R : Ragu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

b. Penjelasan Cara Pengisian Angket

Berikan tanda cek (√) pada salah satu jawaban yang kalian anggap sesuai

dengan pemahan dan pengalaman kalian pada saat proses pembelajaran permainan kasti. Berikut contoh cara pengisian angket :

Tabel 3.4 Contoh Angket Penelitian

NO SOAL SS S R TS STS

1. Saya selalu peregangan sebelum

berolahraga

2. Badan saya kaku jika tidak melakukan peregangan sebelum berolahraga


(23)

c. Soal Angket pembelajaran bola kecil kasti

Tabel 3.5 Soal Angket Penelitian

NO SOAL SS S R TS STS

1. Saya selalu membagi bola ke teman satu tim pada saat posisinya tepat untuk mematikan lawan

2. Saya selalu memberi semangat pada teman satu tim ketika dia tidak bisa memukul bola kasti

3. Saya dengan cermat merubah posisi ke tempat yang lebih mudah teman melempar bola

4. Saya terkadang malas belajar lempar tangkap bola

5. Saya selalu bertanya kepada guru apabila tidak paham mengani teknik bermain kasti

6. Saya dapat memberi penjelasan, jika teman kurang paham bermain kasti 7. Saya malas memberi penjelasan, jika

teman kurang paham bermain kasti 8. Saya sangat senang memimpin tim

pada saat pemanasan sebelum bermain dan ketika bermain kasti

9. Saya memberi tahu teman cara lemparan agar mudah di tangkap 10. Saya senang bermain kasti sehingga

mampu melakukan lempar tangkap dan memukul bola


(24)

bermain kasti

12. Saya rajin berlatih dengan alat sederhana agar dapat memukul bola dengan baik

13. Saya tidak gemar bermain kasti sehingga sulit melakukan lempar tangkap dan memukul bola

14. Saya rajin belajar melambungkan bola agar tepat pada target atau sasaran 15. Saya kesulitan memukul bola kasti

dengan baik

16. Saya berusaha berlatih dari hal yang mudah ke yang sulit

17. Saya selalu berbagi bola dengan teman ketika menjadi penjaga

18. Saya mampu memukul bola kasti dengan baik

19. Saya suka berusha menghindari perbuatan curang ketika bermain kati 20. Saya memilih-milih teman dekat saya

ketika membentuk tim kasti

21. Saya selalu terlambat datang pada saat latihan

22. Saya tidak membagi bola ke teman satu tim pada saat posisinya tepat untuk mematikan lawan

23. Saya belum pernah mengejek teman yang tidak biasa menangkap bola 24. Saya tidak mengobrol ketika sedang


(25)

25. Saya mampu melambungkan

bola kasti dengan baik, karena rajin berlatih

26. Saya selalu mengejek teman yang tidak bisa menangkap bola

27. Saya berusaha kompak dengan teman saat bermian kasti

28. Saya malas berbagi bola dengan teman ketika menjadi penjaga

29. Saya memarahi teman satu tim, ketika dia tidak memukul bola kasti

30. Saya kurang kompak dengan teman saat bermain kasti

31. Saya selalu menghargai pendapat teman saat bermain kasti

32. Saya malas belajar memukul bola dengan stiks kasti

33. Saya malas bertanya kepada guru ketika saya kurang paham bermain kasti

34. Saya suka memarahi teman yang tidak mau berbagi bola ketika teman yang lain poisinya lebih mudah untuk mematikan lawan

35. Saya suka bercanda pada waktu pemanasan

36. Saya ingin hasil lemparan selalu tepat pada teman

37. Saya berani menjawab pertanyaan guru mengenai permainan kasti


(26)

38. Saya malu menjawab pertanyaan guru mengenai permainan kasti

39. Saya menerima kekalahan pada saat bermian kasti dan tidak menyalahkan teman satu tim

40. Saya tidak menerima kekalahan pada saat bermain kasti dan menyalahkan satu tim

4. Uji Coba Angket

Angket yang telah disusun harus diuji cobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan-pernyataan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini. Angket tersebut diujicobakan pada siswa sebanyak 40 orang secara acak. Sebelum para sampel mengisi angket, penulis memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisiannya.

Adapun langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas instrumen sebagai berikut:

1. Menentukan Validitas Instrumen

Untuk menentukan validitas instrumen dilakukan langkah-langkah dalam mengolah datasebagai berikut:

a. Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan dan dipisahkan antara skor tertinggi dan terendah

b. Menentukan 27% responden yang memperoleh skor tinggi dan 27% yang memperoleh skor rendah.

c. Kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor tinggi disebut kelompok atas. Sedangkan kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor rendah disebut kelompok bawah.

d. Mencari sekor rata-rata dari setiap butir pernyataan dengan menggunakan rumus


(27)

x = n

x

1

Keterangan Rumus :

x = Nilai rata-rata untuk kelompok atas dan kelompok bawah

x1 = Jumlah sekor

n = Jumlah responden

e. Mencari simpangan baku dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

s =

2 1

1 ) (

 

n x x

Keterangan rumus : S = simpangan baku

x = skor rata-rata n = jumlah responden 2

1 )

(

xx = jumlah dari skor x1 dikurangi rata-rata x yang dikuadratkan

f. Mencari variansi gabungan (S2) untuk setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

S2 : Varians gabungan

S1 : Simpangan baku kelompok satu S2 : Simpangan baku kelompok dua n : Sampel

(n1-1) Si2 + (n2 -1) S22 S2 = n


(28)

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas No thitung ttabel Keterangan

1 2,9 2,704 Valid 2 2,9 2,704 Valid 3 2,9 2,704 Valid 5 3,5 2,704 Valid 6 2,9 2,704 Valid 7 3,7 2,704 Valid 8 3,5 2,704 Valid 10 3,2 2,704 Valid 11 3,0 2,704 Valid 12 3,0 2,704 Valid 13 3,9 2,704 Valid 14 3,4 2,704 Valid 15 3,0 2,704 Valid 16 4,2 2,704 Valid 17 3,0 2,704 Valid 18 3,0 2,704 Valid 19 3,2 2,704 Valid 20 3,0 2,704 Valid 21 2,8 2,704 Valid 22 3,5 2,704 Valid 23 3,4 2,704 Valid 24 3,2 2,704 Valid 25 3,1 2,704 Valid 26 3,0 2,704 Valid 27 2,9 2,704 Valid 28 3,3 2,704 Valid 29 2,9 2,704 Valid 30 3,9 2,704 Valid


(29)

31 2,9 2,704 Valid 32 3,0 2,704 Valid 33 3,1 2,704 Valid 34 2,8 2,704 Valid 35 3,0 2,704 Valid 36 3,8 2,704 Valid 37 3,7 2,704 Valid 38 3,7 2,704 Valid 39 2,9 2,704 Valid 40 2,9 2,704 Valid

Berdasarkan hasil penghitungan statistik diatas dapat disimpulkan bahwa angket tersebut hampir 80 % valid. Disampaikan oleh Sugiono (2009:173) sebagai berikut ; “instrumen yang valid berarti alat ukur yang di gunakan untuk mendapatkan data ( mengukur ) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur”.

E. Analisis Data Penelitian

Menurut Bambang dan Jajat (2010:11) statistik merupakan kumpulan fakta dalam bentuk angka atau bilangan yang disusun dalam bentuk tabel atau grafik ayng dapat menggambar atau melukiskan adanya suatu persoalan. Selanjutnya menurut Nurhasan (2002) statistika adalah suatu cara untuk mengatur data yang belum teratur menjadi teratur, mengolah dan menganalisis data serta memberikan arti atau makna dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran.


(30)

67 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam proses peneletian dengan judul penerapan pendekatan taktis terhdap hasil pembelajaran kasti di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang dapat disimpulkan bahwa; penerapan pendekatan taktis dapat meningkatkan hasil pembelajaran permainan bola kecil kasti, hal ini dapat diketahui berdasrkan hasil pengamatan dan penghitungan angket yang telah dilaksanakan. Secara keseluruhan rata-rata siswa mampu melakukan beberapa aspek kerjasama yang telah ditentukan. seperti dalam aspek keaktifan; siswa berani mengajukan pertanyaan, mengungkapkan pendapat, melakukan tugas dengan baik, dan mampu mencontohkan pada saat bermain pada teman yang lain. Aspek perhatian atau kesiapan siswa; siswa mampu menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, menunjukkan antusias dalam pembelajaran, menunjukkan ketertarikan dalam pembelajaran, menunjukkan rasa senang dalam pembelajaran. Dalam aspek komunikasi atau interaksi dengan teman dan lingkungan belajarnya; siswa mampu menghargai pendapat orang lain, menunjukkan kekompakan, menunjukkan peran aktif dalam kelompok, dan memberikan bantuan (mencontohkan pada yang lain) dan dalam aspek tanggung jawab; siswa mampu bertanggung jawab pada tugas yang diberikan, tidak mengganggu teman lain, melaksanakan tugas dengan rasa senang serta melaksanakan tugas dengan antusias.

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Bagi Siswa SDN Sukamandi II Kabupaten Subang

a. Lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta manfaat permainan kasti.


(31)

b. Senantiasa lebih mengutamakan proses belajar dengan serius, bersikap fair play dan senantiasa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tujuan dapat tercapai.

c. Berusaha membiasakan diri belajar dengan aktif dan kreatif.

2. Bagi SDN Sukamandi II Kabupaten Subang

a. Tujuan pembelajaran pendidikan tidak hanya pada peningkatan kebugaran jasmani siswa semata, melainkan mencakup aspek keterampilan, pengetahuan dan sikap. Oleh karena itu, melalui pembelajaran kasti diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai terutama dengan menerapkan pendekatan taktis dalam pembelajaran permainan kasti dengan harapan kemampuan serta potensi siswa dapat berkembang secara maksimal. b. Permainan kasti merupakan salah satu permainan tradisional sebagai yang

mirip dengan permainan modern softball. Oleh karena itu, permainan ini perlu dilestarikan dan di jaga dengan selalu memberikan pemahaman dan pengetahuan pada siswa siswi di sekolah.

c. Dalam upaya menanamkan pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.

Kusnadi.Tersedia : http://id.shvoong.com/business-

management/entrepreneurship/1943506-pengertian-kerja-sama/#ixzz27OQoWxDK

Lutan, Rusli. dan Suherman, Adang. (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjas. Depdiknas. Jakarta.

Mahendra, Agus. (2003). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Depdiknas. Jakarta.

Puerwadarminta, kamus umum bahasa indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), Purwanto M. Ngalim, psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2007)

Rizki, M. (2009). Permainan . [Online]. Tersedia: http://olah-raga-permainan-.html. [04 April 2009].

Saputra, Yudha. Dkk . (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan Rekreasi. Bandung: FPOK UPI.

Saputra, Yudha. Dkk . (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. MKU UPI. Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. dan Sartono, H. (2008). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Sukintaka. (1992). TeoriBermain. Depdikbud.

Suparlan, Ajang. Dkk . Permainan Bola Kecil. Bandung. FPOK UPI.

Suyanto. (2009) Urgensi Pendidikan Karakter. Direkjenmanpendasmen. [Online] tersedia:

Sudrajat, Akhmad. (2010). Pendidikan Karakter. [Online] tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp.


(33)

Subroto, Toto. (2001). Pembelajaran Keterampilan dan Konsep Olahraga di Sekolah Dasar : sebuah pendekatan permainan taktis. Depdiknas. Jakarta.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.

Kusnadi.Tersedia : http://id.shvoong.com/business-

management/entrepreneurship/1943506-pengertian-kerja-sama/#ixzz27OQoWxDK

Lutan, Rusli. dan Suherman, Adang. (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjas. Depdiknas. Jakarta.

Mahendra, Agus. (2003). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Depdiknas. Jakarta.

Puerwadarminta, kamus umum bahasa indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), Purwanto M. Ngalim, psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2007)

Rizki, M. (2009). Permainan . [Online]. Tersedia: http://olah-raga-permainan-.html. [04 April 2009].

Saputra, Yudha. Dkk . (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan Rekreasi. Bandung: FPOK UPI.

Saputra, Yudha. Dkk . (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. MKU UPI. Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. dan Sartono, H. (2008). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Sukintaka. (1992). TeoriBermain. Depdikbud.

Suparlan, Ajang. Dkk . Permainan Bola Kecil. Bandung. FPOK UPI.

Suyanto. (2009) Urgensi Pendidikan Karakter. Direkjenmanpendasmen. [Online] tersedia:

Sudrajat, Akhmad. (2010). Pendidikan Karakter. [Online] tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp.


(35)

Subroto, Toto. (2001). Pembelajaran Keterampilan dan Konsep Olahraga di Sekolah Dasar : sebuah pendekatan permainan taktis. Depdiknas. Jakarta.


(1)

67 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam proses peneletian dengan judul penerapan pendekatan taktis terhdap hasil pembelajaran kasti di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang dapat disimpulkan bahwa; penerapan pendekatan taktis dapat meningkatkan hasil pembelajaran permainan bola kecil kasti, hal ini dapat diketahui berdasrkan hasil pengamatan dan penghitungan angket yang telah dilaksanakan. Secara keseluruhan rata-rata siswa mampu melakukan beberapa aspek kerjasama yang telah ditentukan. seperti dalam aspek keaktifan; siswa berani mengajukan pertanyaan, mengungkapkan pendapat, melakukan tugas dengan baik, dan mampu mencontohkan pada saat bermain pada teman yang lain. Aspek perhatian atau kesiapan siswa; siswa mampu menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, menunjukkan antusias dalam pembelajaran, menunjukkan ketertarikan dalam pembelajaran, menunjukkan rasa senang dalam pembelajaran. Dalam aspek komunikasi atau interaksi dengan teman dan lingkungan belajarnya; siswa mampu menghargai pendapat orang lain, menunjukkan kekompakan, menunjukkan peran aktif dalam kelompok, dan memberikan bantuan (mencontohkan pada yang lain) dan dalam aspek tanggung jawab; siswa mampu bertanggung jawab pada tugas yang diberikan, tidak mengganggu teman lain, melaksanakan tugas dengan rasa senang serta melaksanakan tugas dengan antusias.

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Bagi Siswa SDN Sukamandi II Kabupaten Subang

a. Lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta manfaat permainan kasti.


(2)

68

b. Senantiasa lebih mengutamakan proses belajar dengan serius, bersikap fair play dan senantiasa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tujuan dapat tercapai.

c. Berusaha membiasakan diri belajar dengan aktif dan kreatif.

2. Bagi SDN Sukamandi II Kabupaten Subang

a. Tujuan pembelajaran pendidikan tidak hanya pada peningkatan kebugaran jasmani siswa semata, melainkan mencakup aspek keterampilan, pengetahuan dan sikap. Oleh karena itu, melalui pembelajaran kasti diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai terutama dengan menerapkan pendekatan taktis dalam pembelajaran permainan kasti dengan harapan kemampuan serta potensi siswa dapat berkembang secara maksimal. b. Permainan kasti merupakan salah satu permainan tradisional sebagai yang

mirip dengan permainan modern softball. Oleh karena itu, permainan ini perlu dilestarikan dan di jaga dengan selalu memberikan pemahaman dan pengetahuan pada siswa siswi di sekolah.

c. Dalam upaya menanamkan pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.

Kusnadi.Tersedia : http://id.shvoong.com/business-

management/entrepreneurship/1943506-pengertian-kerja-sama/#ixzz27OQoWxDK

Lutan, Rusli. dan Suherman, Adang. (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjas. Depdiknas. Jakarta.

Mahendra, Agus. (2003). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Depdiknas. Jakarta.

Puerwadarminta, kamus umum bahasa indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), Purwanto M. Ngalim, psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2007)

Rizki, M. (2009). Permainan . [Online]. Tersedia: http://olah-raga-permainan-.html. [04 April 2009].

Saputra, Yudha. Dkk . (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan Rekreasi. Bandung: FPOK UPI.

Saputra, Yudha. Dkk . (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. MKU UPI. Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. dan Sartono, H. (2008). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Sukintaka. (1992). Teori Bermain. Depdikbud.

Suparlan, Ajang. Dkk . Permainan Bola Kecil. Bandung. FPOK UPI.

Suyanto. (2009) Urgensi Pendidikan Karakter. Direkjenmanpendasmen. [Online] tersedia:

Sudrajat, Akhmad. (2010). Pendidikan Karakter. [Online] tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp.


(4)

70

Subroto, Toto. (2001). Pembelajaran Keterampilan dan Konsep Olahraga di Sekolah Dasar : sebuah pendekatan permainan taktis. Depdiknas. Jakarta. Tim Dosen. MKDU. (2007). Landasan Pendidikan. Bandung : MKDU.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Depdiknas.

Kusnadi.Tersedia : http://id.shvoong.com/business-

management/entrepreneurship/1943506-pengertian-kerja-sama/#ixzz27OQoWxDK

Lutan, Rusli. dan Suherman, Adang. (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjas. Depdiknas. Jakarta.

Mahendra, Agus. (2003). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Depdiknas. Jakarta.

Puerwadarminta, kamus umum bahasa indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), Purwanto M. Ngalim, psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2007)

Rizki, M. (2009). Permainan . [Online]. Tersedia: http://olah-raga-permainan-.html. [04 April 2009].

Saputra, Yudha. Dkk . (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan Rekreasi. Bandung: FPOK UPI.

Saputra, Yudha. Dkk . (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. MKU UPI. Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. dan Sartono, H. (2008). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Sukintaka. (1992). Teori Bermain. Depdikbud.

Suparlan, Ajang. Dkk . Permainan Bola Kecil. Bandung. FPOK UPI.

Suyanto. (2009) Urgensi Pendidikan Karakter. Direkjenmanpendasmen. [Online] tersedia:

Sudrajat, Akhmad. (2010). Pendidikan Karakter. [Online] tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp.


(6)

Subroto, Toto. (2001). Pembelajaran Keterampilan dan Konsep Olahraga di Sekolah Dasar : sebuah pendekatan permainan taktis. Depdiknas. Jakarta. Tim Dosen. MKDU. (2007). Landasan Pendidikan. Bandung : MKDU.