PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KURSUS KEWIRAUSAHAAN BERBASIS TI DALAM MEMPERSIAPKAN KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA DI YAYASAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT :Studi Kasus Model Pembelajaran Blended Learning pada Program Pendidikan Kursus Wirausaha Merakit Komputer di Yayasan P

(1)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ………... LEMBAR PERNYATAAN ………... ABSTRAK ……….. KATA PENGANTAR ………... UCAPAN TERIMAKASIH ……….. DAFTAR ISI ……….. DAFTAR TABEL ……….. DAFTAR GAMBAR ……….

i ii iii iv v viii xi xi

BAB I PENDAHULUAN ………..………

A.Latar Belakang Masalah ………...

B.Identifikasi Masalah ……….………

C.Rumusan dan Batasan Masalah ………...…….

D.Tujuan Penelitian ………..…...

E. Manfaat Penelitian ………...

F. Anggapan Dasar ………...………

G.Pertanyaan Penelitian ………...

H.Definisi Operasional ……….…………

I. Kerangka Pikir ………..……...

1 1 11 13 14 15 16 17 18 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………

A.Peranan Pendidikan Nonformal dalam Pendidikan Nasional ………..

1. Kedudukan Pendidikan Nonformal ……….……

2. Konsep Pendidikan Nonformal ………

3. Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Alternatif ……….. 4. Pendidikan Sepanjang Hayat Sebagai Landasan Pendidikan Nonformal ………… 5. Kaitan Kursus Merakit Komputer Berbasis Teknologi Informasi dengan PNF...

B.Konsep Pembelajaran ………...

1. Konsep Belajar ……….

2. Konsep Pembelajaran ………..

3. Prinsip Belajar dan Pembelajaran ………

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ………... 25 25 25 28 29 33 36 41 41 42 44 51


(2)

ix

2. Tujuan Kursus ……….

3. Penyelenggaraan Kursus ……….

4. Kaitan Kursus dengan Kemampuan Berwirausaha ………….………

D.Konsep Teknologi Informasi ……….………...

1. Pengertian Teknologi Informasi ………..

2. Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan ………. 3. Pendekatan Implementasi Teknologi Informasi di Lembaga Pendidikan ………... 4. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran ………...

54 57 58 64 64 65 72 79

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ………..

A.Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian ………...

B.Pendekatan dan Metode Penelitian ………..

C.Teknik Pengumpulan Data ………...

1. Jenis Pengumpulan Data ……….

2. Teknik Sampel ……….

D.Langkah-langkah Penelitian ……….

E.Teknik Analisis Data ………

1. Tahapan Teknik Analisis Data ………

2. Desain Penelitian dan Batasan Analisis Penelitian ………. 85 85 86 88 88 90 93 95 95 98

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………

A.Gambaran Umum Yayasan Pengembangan Masyarakat – YPM Kab. Bandung ...

1. Sejarah singkat YPM ……….………..

2. Visi dan Misi YPM ……….……….

3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi YPM ……….……….

4. Struktur Organisasi YPM ………...…….

5. Sumber Daya Program Kursus YPM ……….……….

B.Deskripsi Hasil Penelitian ………

1. Perencanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI ……… 2. Pengorganisasian Pembelajaran Kursus Kewirausahaan TI ………... 3. Pelaksanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI ……….

99 99 99 100 100 102 103 108 111 116 118


(3)

x

Kewirausahaan Berbasis TI ……….

C.Pembahasan Hasil Penelitian ………...

1. Gambaran Perencanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis

Teknologi Informasi ……... 2. Gambaran Pengorganisasian Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis

Teknologi Informasi ……….... 3. Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi ………. 4. Gambaran Pengawasan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi

Informasi ………. 5. Gambaran Faktor Pendukung dan Penghambat Kursus Kewirausahaan Berbasis

Teknologi Informasi ……… 133 137 138 147 151 161 168

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...

A.Simpulan ... 1. Simpulan Perencanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi ……….. 2. Simpulan Pengorganisasian Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis

Teknologi Informasi ……… 3. Simpulan Pelaksanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi

Informasi ………. 4. Simpulan Pengawasan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi

Informasi ………. 5. Simpulan Faktor Pendukung dan Penghambat Kursus Kewirausahaan Berbasis

Teknologi Informasi ……… B. Rekomendasi ...

194 194 194 195 196 197 198 199

DAFTAR PUSTAKA ………. 202 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

xi

DAFTAR TABEL Hal

1.1 Pemetaan Aktivitas Belajar Mengajar dengan TI ……… 5

2.1 Keterkaitan antara Komponen Life Skills dalam Pembelajaran Masyarakat pada Satuan dan Program PLS ………. 54

2.2 Ciri-Ciri Wirausaha ……….. 61

3.1 Kisi-kisi Penelitian ………... 91

4.1 Hubungan Penerapan Metode Pembelajaran Conventional Learning dengan Virtual Learning ………... 125

4.2 Aspek Penilaian dan Pengawasan Kursus Wirausaha ………. 133

4.3 Penerapan Evaluasi Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI dalam “Blended Learning” ………. 166

4.4 Analisis SWOT Pemetaan Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi ……… 171

4.5 Perbandingan Konventional Learning dan Virtual Learning (analisis peneliti) …. 192 DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR Hal 1.1 Model Penyelenggaraan E-Learning ……… 8

1.2 Kerangka Pikir Peneliti ……….... 24

2.1 Penjabaran UU No 20 Th.2003 ……… 27

2.2 Hubungan Fungsional Antara Komponen-Komponen PLS ……… 37

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Proses Belajar Mengajar ……… 52

2.4 Tujuan Pendidikan, Kursus dan Latihan ……….. 54

2.5 Kebutuhan Sistem, Kebutuhan Pendidikan dan Kebutuhan Ekonomis …………... 71

2.6 Pendekatan Implementasi Teknologi Informasi di Lembaga Pendidikan ... 74

3.1 Komponen dalam Analisis Data ……….. 95

3.2 Alur dan Langkah Penelitian ………... 98 4.1 Alur Penyelenggaraan Kursus Merakit Komputer (berdasarkan analisis


(5)

xii

Learning” ……… 108

4.3 Prinsip Perencanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI …………. 116 4.4 Alur Kinerja Pengorganisasian Kursus Sesuai dengan Tugas dan Fungsi ……….. 117 4.5 Model Perencanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI

(berdasarkan analisis peneliti) ……….. 138

4.6 Tahapan Implementasi Visi dan Misi Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Pandangan Peneliti (Munir dan Sagala) ………. 140 4.7 Peta Konsep Design Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi

Informasi ……….. 145

4.8 Model Pengorganisasian Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI

(berdasarkan analisis peneliti) ……….. 148

4.9 Model Pelaksanaan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI

(berdasarkan analisis peneliti) ………. 151

4.10 Pandangan Peneliti Tentang Tujuan Pembelajaran Kursus ………. 156 4.11 Model Pengawasan Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis TI ………….. 161 4.12 Proses Implementasi Penilaian Multimedia dalam Pendidikan (Munir) …………. 170


(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian terpenting dan integral dari pembangunan nasional yang memiliki nilai dan kekuatan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia baik melalui pendidikan formal atau yang lebih dikenal dengan pendidikan persekolahan maupun pendidikan nonformal atau yang lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS).

Dalam kenyataannya, penyelenggaraan pendidikan luar sekolah di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional melainkan juga oleh departemen lain bahkan diselenggarakan pula oleh lembaga-lembaga ataupun organisasi kemasyarakatan. Adapun yang dimaksud dengan pendidikan luar sekolah menurut Coombs (Sudjana, 2004: 22) sebagai berikut:

“Pendidikan luar sekolah (PLS) adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya”.

Seiring dengan perkembangan zaman dan waktu, peranan pendidikan luar sekolah berubah cepat. Dewasa ini, masyarakat sudah menyadari betapa pentingnya peranan pendidikan luar sekolah untuk proses pengaplikasian kecakapan hidup. Apabila dibandingkan dengan pendidikan formal yang menyediakan waktu terbatas untuk proses belajar peserta didik, waktu belajar dalam pendidikan nonformal adalah seluruh waktu hidup manusia, artinya waktu untuk belajar tidak dibatasi. Dalam hal ini tingkat perubahan dapat terjadi dengan


(7)

pesat. Era globalisasi yang berlangsung saat ini mampu merubah hubungan-hubungan perorangan dalam ruang yang tanpa sekat dan waktu yang tidak terbatas sehingga peranan pendidikan sepanjang hayat diperlukan oleh siapapun dengan tujuan untuk tetap menguasai nasib sendiri, bertahan hidup, dan meningkatkan kehidupan.

Pendidikan luar sekolah memiliki keterkaitan dengan pendidikan sepanjang hayat karena keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mampu mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam kaitannya dengan kehidupan, pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai wahana untuk bertahan hidup dan mengembangkan kehidupan seseorang di dalam ruang lingkup pembelajaran.

Perkembangan pembelajaran yang dari waktu ke waktu semakin pesat tentu saja memerlukan berbagai terobosan baru seperti pendekatan dan inovasi pembelajaran yang mampu menjadi media pengetahuan bagi peserta didik yang diluncurkan baik secara regional maupun global.

Ayi OLim mengatakan dalam tulisannya yang berjudul “The China Paper, 2004” (dalam http//: ayiolim.wordpress.com) mengenai penetapan inovasi pembelajaran harus disesuaikan dengan pertimbangan pendekatan dalam pembelajaran seperti kekuatan intelektual dan imajinatif, pemahaman dan pembuatan, keterampilan komunikasi, keterampilan kerja sama, keterampilan pemecahan masalah, perluasan perspektif pada disiplin keahlian, dan pendekatan inkuiri, analitik dan kreatif.


(8)

Beberapa pertimbangan tersebut memberikan gambaran bahwa tuntutan dunia informasi dan perubahan zaman perlu diiringi dengan kemampuan intelektualitas yang tinggi dengan disertai inisiatif dan kreativitas yang tinggi. Selain itu, Kong Fu Tsu (The China Paper, 2004) dalam http//: ayiolim.wordpress.com menyatakan sebuah peribahasa yakni bukan berikan ikan tapi berikan pancing. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa adanya inovasi pendidikan ditandai dengan hal-hal berikut:

“Memetakan konsep, perubahan konsep, pemecahan masalah, pembelajaran berbasis masalah, studi kasus, pemecahan isu-isu sosial, lokakarya, mengajar bantuan teknis, pembelajaran berbasis perpustakaan, pembelajaran berbasis web, dan pemodelan menggunakan komputer”.

Dewasa ini, inovasi pembelajaran masih sulit untuk direalisasikan karena ketidaksiapan peserta didik dalam menerima inovasi tersebut.

Ayi Olim (di http//: ayiolim.wordpress.com) menjelaskan bahwa kesulitan inovasi pembelajaran disebabkan oleh beberapa hal di antaranya: pertama kesulitan untuk merubah pola pikir praktisi mengenai kebiasaan yang dilakukan keseharian terutama dari pembelajaran transmisi menjadi pembelajaran yang inovatif serta kebiasaan sebagaian besar masyarakat dalam melakukan pembelajaran transmisi. Kedua, resistensi dari kelompok warga belajar yang telah terbiasa melakukan pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang lebih canggih karena dianggap memberatkan. Ketiga, daya dukung lingkungan yang kurang kondusif untuk melakukan pembelajaran yang inovatif. Keempat, bagi peserta belajar dibutuhkan loncatan berpikir karena yang ada di benak mereka


(9)

yang dimaksud dengan belajar adalah belajar menghapal dan bukan mengaplikasikan konsep dalam kenyataan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi pembelajaran berbasis web dan pemodelan dengan menggunakan komputer merupakan salah satu contoh inovasi pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi merupakan langkah objektif pendidikan dalam melayani kebutuhan masyarakat tanpa terbatas ruang dan waktu, di mana, serta kapanpun masyarakat dapat mengakses bentuk pembelajaran. Teknologi informasi mulai diterapkan dalam pendidikan karena adanya pandangan bahwa science dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.

Salah satu pemanfaatan teknologi informasi adalah kemampuan masyarakat menggunakan internet. Grafik pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2006-2010 versi IDC, P.T. Telkom, dan Nokia Siemens Network dalam http://www.sharingvision.blz/2011/02/07/ grafik-eksponensial-survei-pengguna-internet-indonesia-2006-2010/, jumlah pengguna internet pada tahun 2006 mencapai 20 juta, kemudian bertambah menjadi 25 juta (2007), 31 juta (2008), 40,4 juta (2009), hingga 48,7 juta pada akhir tahun 2010 lalu. Angka ini sejalan dengan posisi pengguna facebook dan twitter di Indonesia yang sangat banyak. Dengan rata-rata pertumbuhan pengguna 5,7 juta orang selama lima tahun terakhir, grafik ini diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini menandakan bahwa adanya peluang pemanfaatan internet atau teknologi informasi dengan tujuan untuk mempermudah informasi dan komunikasi sekaligus sebagai industri kreatif di sektor lain khususnya sektor pendidikan yang harus menjangkau semua lapisan


(10)

masyarakat. Selain itu, data tersebut menandakan pula bahwa kemampuan masyarakat Indonesia terhadap teknologi informasi (internet) telah mencapai tahap peningkatan teknologi (technology literatcy).

Teknologi pendidikan memegang peran yang penting terutama setelah diberlakukannya kurikulum satuan pendidikan yang memuat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai salah satu mata pelajaran, yakni komputer menjadi bagian integral di dalamnya. Hal tersebut mampu memotivasi pengajar untuk memanfaatkan penggunaan komputer seoptimal mungkin dalam bidang pendidikan.

Teknologi informasi yang diterapkan di sektor pendidikan telah menggeser pendidikan konvensional (klasikal) yang hanya mengandalkan kehadiran guru dan murid pada tempat dan waktu yang sama. Teknologi informasi telah berkembang saat ini, menjadi pendekatan pembelajaran yang modern dan hampir seluruh aktivitas pembelajaran dapat diwakilkan oleh teknologi informasi. Berikut ini pemetaaan aktivitas belajar-mengajar dengan teknologi informasi.

Tabel 1.1

Pemetaan Aktivitas Belajar-Mengajar dengan TI

Aktivitas Teknologi Offline Teknologi Online

Tatap Muka 1. Textbook (PDF, GhostView) 2. Presentasi(power point+

Audio, lotus screencam) 3. Video (MPEG, MOV, AVI,

streaming)

4. Animasi, simulasi, tutorial (flash, director)

5. Gabungan kombinasi dari semua media

1. Teleconferencing

(Audio+Videoconferencin g)

2. Televisi/Radio

3. Streaming video/audio

Diskusi 1. Mailing list 2. Newsgroup

1.Chatting (IRC, ICQ, messenger)


(11)

Aktivitas Teknologi Offline Teknologi Online

Konsultasi 1. E-mail 2. Newsgroup

1. Chatting (IRC, ICQ, messenger)

2. Audio/Videoconferenc ing

Tugas 1. E-mail

2. Situs Web

1. Audio/videoconferenci ng (lisan)

Ujian 1. E-mail

2. Formulir Ujian + Bank Soal

1. Audio/videoconferenci ng (lisan)

Sumber: www.jugaguru.com/article/all/tahun/2006/bulan/10/tanggal/05/id/176 Peranan pendidikan luar sekolah yang fleksibel harus mampu mengikuti perkembangan zaman dan dituntut untuk selalu inovatif dalam mengembangkan kurikulum pembelajaran. Desain kurikulum pendidikan konvensional dengan pola tatap muka mulai bergeser dengan desain kurikulum online yang tidak hanya tatap muka, tetapi juga lebih kepada strategi pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet.

Dewasa ini, strategi pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet telah banyak dikenal oleh masyarakat di antaranya web course, web centric course, dan web enhanced course. Sihabudin (2009: 99) menjelaskan bahwa strategi pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet sebagai berikut:

(1) Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, peserta didik dan pengajar terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain, model ini menggunakan sistem jarak jauh.

(2) Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi


(12)

disampaikan melalui internet dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi.

(3) Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan narasumber lain. Oleh karena itu, peran pengajar dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan”.

Dalam pembelajaran web centric course, tutor memberikan petunjuk pada warga belajar untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Warga belajar juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Impelementasinya, elearning yang dikembangkan dan diadopsi ke

dalam pendidikan konvensional atau model konvensional diadopsi ke dalam model elearning dengan sistem Blended Learning (campuran antara online

source dan tatap muka) bertujuan untuk memperluas kesempatan belajar dan akses pembelajaran warga belajar.


(13)

Sumber: Muhammad Penerapan ku dilakukan di dalam sa kursus yang menyele yang diuraikan di dala “Kursus dan pela bekal pengetahuan, mengembangkan diri, melanjutkan pendidik

Adapun tekn mempermudah dalam informasi, menyimpa Lucas (2002) dalam M

“Teknologi informa memproses dan meng komputer mainframe perangkat lunak lemb merupakan contoh tek

Everett M. Ro teknologi informasi m

Gambar 1.1

Model Penyelenggaraan E-Learning

ad Adri (2008)

kurikulum dengan memanfaatkan teknologi i satuan pendidikan luar sekolah, salah satunya elenggarakan beberapa program kursus di ma

alam undang-undang No. 20 tahun 2003 bahwa elatihan diselenggarakan bagi masyarakat yan

n, keterampilan, kecakapan hidup, dan iri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha m

ikan ke jenjang yang lebih tinggi”.

nologi informasi sendiri dijadikan sebag lam proses pembelajaran kursus, dalam pan, dan menganalisis informasi seperti yang

Munir (9: 2010)

masi adalah segala bentuk teknologi yang d ngirimkan informasi dalam bentuk elektronis, me, pembaca barcode, perangkat lunak pemp

bar kerja (worksheet) dan peralatan komunika teknologi informasi”

Rogers (1986) dalam Munir (9: 2010) mengem i merupakan perangkat keras yang bersifat or

i informasi dapat nya yaitu lembaga masyarakat seperti

wa

yang memerlukan an sikap untuk mandiri dan/atau

bagai alat untuk menyampaikan ng diuraikan oleh

diterapkan untuk s, mikrokomputer, mproses transaksi, ikasi serta jaringan

gemukakan bahwa organisatoris dan


(14)

meneruskan nilai-nilai sosial dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses, dan saling mempertukarkan informasi dengan individu atau khalayak lain.

Salah satu penerapan teknologi informasi sebagai kurikulum yang terintegrasi ke dalam pembelajaran pendidikan luar sekolah telah dilakukan oleh Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) yang beralamat di Jl. Raya Pangalengan No. 438 Banjaran kabupaten Bandung. Yayasan tersebut telah menyelenggarakan program kursus kewirausahaan merakit komputer dengan mengintegrasikan teknologi Informasi ke dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran tatap muka (konvensional). Kursus ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan agar warga belajar mempunyai kecakapan dan keahlian di bidang merakit komputer secara profesional sebagai bekal bagi kehidupan di masa yang akan datang.

Pengelolaan pembelajaran berbasis teknologi informasi (TI) yang diterapkan di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) adalah dengan menggunakan aplikasi moodle (modular object-oriented dynamic learning environment) dalam mendukung pembelajaran e-learning. Dengan asumsi sebagai berikut:

1. Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (instruktur, gedung, laboratorium, buku dll.),

2. Menghemat waktu dalam proses belajar-mengajar, 3. Mengurangi biaya perjalanan,


(15)

4. Menjangkau wilayah yang lebih luas selama wilayah tersebut terhubung dengan internet, dan

5. Melatih warga belajar agar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

Penggunaan aplikasi (program software) moodle ini dianggap lebih populer dan memiliki fitur yang lengkap. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya pengguna moodle sebanyak 51.960 situs yang tercatat pada bulan juli 2010 (http://www.moodle.org/stats/) dengan pertumbuhan komunitasnya mencapai ratusan ribu user.

Moodle merupakan course management system (CMS) yang juga dikenal sebagai learning management system (LMS) atau virtual learning environment (VLE). Learning management system (LMS) atau virtual learning environment (VLE) adalah paket perangkat lunak yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis web atau internet. Moodle merupakan salah satu aplikasi dari konsep dan mekanisme belajar-mengajar yang memanfaatkan teknologi informasi dan lebih dikenal dengan nama e-learning.

Moodle memiliki beraneka ragam fitur, di antaranya lebih dari 80 bahasa dari 195 negara termasuk bahasa Indonesia, tersedianya management situs keseluruhan, tersedianya manajemen user, manajemen mata latih/bahan ajar, tersedianya plug in atau modul tambahan yang dapat digunakan seperti chat, poling, forum, jurnal, kuis, dll.

Moodle dapat digunakan secara bebas sebagai produk open source di bawah lisensi GNU (General Public License), artinya meski memiliki hak cipta,


(16)

moodle tetap memberikan kebabasan bagi siapa saja untuk meng-copy, menggunakan dan atau memodifikasinya.

Upaya ini merupakan modal dasar pembangunan sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan kegiatan belajar pendidikan luar sekolah khususnya yang berkaitan dengan SDM (sumber daya manusia). Kursus merakit komputer tidak hanya berorientasi pada pemberian pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga berorientasi pada kemandirian wirausaha sebagai hasil belajar sehingga mereka dapat berusaha sendiri untuk membuka lapangan kerja sendiri atau mampu berwirausaha dan mengembangkan kepada orang lain yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa teknologi informasi mampu diintegrasikan ke dalam kurikulum kursus. Pengintegrasian ini dapat menghasilkan proses pembelajaran dua arah baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa menghilangkan makna tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, Peneliti merasa tertarik untuk mengkaji pengelolaan pembelajaran kursus

kewirausahaan berbasis teknologi informasi di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Dengan internet, tutor dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan subyek (peserta didik). Demikian pula, peserta didik dapat memperoleh informasi dalam ruang lingkup yang lebih luas, yakni dari berbagai


(17)

sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut "cyber teaching" atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang populer saat ini ialah e-learning, yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.

Di sisi lain, penyelenggaraan pembelajaran kursus kewirausahaan masih mengalami beberapa kendala, salah satunya adalah keterbatasan akses informasi kegiatan belajar-mengajar (KBM). Warga belajar atau peserta didik mengalami kesulitan untuk memperoleh informasi mata latih tertentu, uji evaluasi mata latih, dan akses informasi atau pertemuan tatap muka karena disebabkan keterbatasan warga belajar, di antaranya:

1. pendidikan kursus memerlukan pendekatan lain, tidak hanya mengarah pada tatap muka,

2. jumlah warga belajar yang menyebar di setiap daerahnya,

3. keterbatasan warga belajar membeli buku-buku untuk mata latih tertentu, 4. banyaknya warga belajar karyawan (sedang bekerja) sehingga kesulitan untuk

membagi waktu belajar konvensional (class room),

5. tenaga ahli merakit komputer (produksi, upgrade) masih sedikit sehingga menjadi peluang untuk berwirausaha di bidang komputer (PC),

6. struktur dan tenaga pengelola setiap lemabaga kursus berbasis teknologi informasi masih sedikit,


(18)

7. sulitnya komunikasi dengan tutor karena proses belajar-mengajar hanya dilakukan satu kali dalam satu minggu dengan jumlah jam pelajaran/mata latih yang terbatas,

8. kesulitan warga belajar untuk melakukan bimbingan atau bertemu dengan tutor jika tutor tidak hadir disebabkan kecenderungan proses belajar-mengajar dilakukan hanya melalui tatap muka,

9. pendekatan teknologi sebagai media belajar dapat mempermudah kegiatan belajar-mengajar yang belum optimal,

10. kegiatan belajar mandiri dirasa masih kurang dan tidak terkontrol,

11. pendidikan kursus belum sepenuhnya meningkatkan kemampuan berwirausaha yang disebabkan layanan akses yang kurang memadai.

C. Rumusan dan Batasan Masalah

Agar Penelitian tidak terlalu meluas, Peneliti merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, yaitu “bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi (blended learning) dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha, serta faktor pendukung dan penghambat pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI yang dilaksanakan oleh Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung”?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, Peneliti membatasi penelitian ini pada penerapan fungsi manajemen kursus dan pembelajaran, termasuk


(19)

mengungkap faktor-faktor penghambat dan pendukung pembelajaran kursus berbasis TI dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.

2. Mendeskripsikan pengorganisasian pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.

3. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.

4. Mendeskripsikan pengawasan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.

5. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI dalam mempersiapkan


(20)

kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Beberapa tahun belakangan ini, teknologi informasi berkembang dengan begitu pesat sehingga hal tersebut dapat merubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi. Informasi yang didapat tidak hanya dari surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga dari sumber‐sumber informasi lain, salah satunya melalui jaringan internet. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori ilmu pendidikan terutama tentang penyelenggaraan dan pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan, dan dapat memberikan sumbangan terhadap konsep pengelolaan pembelajaran kursus berbasis teknologi informasi sebagai bahan untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi pengelolaan suatu pembelajaran kursus kewirausahaan.

2. Secara praktis

a. Sebagai bahan kajian instansi dan lembaga terkait yang berfungsi untuk mengelola berbagai kegiatan pendidikan kursus.

b. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pendidikan dan program kursus dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia di


(21)

Indonesia serta memperkaya dan menunjang konsep pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah.

c. Sebagai pengalaman praktis bagi Peneliti dalam mengaplikasikan konsep dan teori yang diperoleh selama perkuliahan pada program studi Pendidikan Luar Sekolah UPI.

F. Anggapan Dasar

1. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala (2010: 62), pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

2. Menurut Sagala (2010: 64), pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar-mengajar.

3. Menurut Terry dalam Sagala (2010:140), fungsi manajemen dalam pembelajaran merupakan fungsi yang khas terdiri atas tindakan–tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya lain. 4. Undang-undang No. 20 tahun 2003 bahwa kursus dan pelatihan


(22)

keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

5. Pembelajaran jarak jauh merupakan pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat yang berorientasi pada kepentingan, kondisi, dan karakteristik pembelajan, Munir (2010: 11).

6. Melalui teknologi informasi dan komunikasi, ada suatu peningkatan keterhubungan orang dalam bidang pendidikan. Lingkungan pendidikan global dipandang dalam beberapa hal untuk menjadi jawaban terhadap kemiskinan dan permasalahan lain melalui meningkatnya peluang belajar yang terdistribusi, Munir (2009:4).

7. Teknologi dianggap sebagai suatu disiplin ilmu yang seharusnya dikuasai oleh pembelajar sebagai bekal dalam proses pembelajaran dan kehidupannya. Untuk itu, pengajar dapat mengintegrasikan teknologi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, dan evaluasi pembelajaran, Munir (2009:3).

G. Pertanyaan Penelitian

Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, Peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana merencanakan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?


(23)

2. Bagaimana mengorganisir pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam memersiapkan kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?

3. Bagaimana melaksanakan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?

4. Bagaimana mengawasi pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?

5. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?

H. Definisi Operasional 1. Pengelolaan

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengelolaan berarti penyelenggaraan sedangkan menurut Sudjana (2000:1) pengelolaan didefinisikan sebagai berikut: “management as working together with or through people, individual or groups, to accomplish organizational goal” jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, manajemen adalah kegiatan bekerjasama atau melalui orang lain, baik perorangan maupun kelompok untuk mencapai tujuan organisasi


(24)

Adapun yang dimaksud dalam pengelolaan ini adalah upaya sistematis yang dilakukan pengelola dan tutor, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian hingga tahap pengawasan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2. Pembelajaran

Menurut Corey dalam Sagala (2010: 61), pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Pembelajaran merupakan subset khusus pendidikan.

Adapun yang dimaksud pembelajaran dalam penelitian ini adalah interaksi edukasi yang dilakukan tutor atau pengelola kursus dengan warga belajar sehingga terjadi proses komunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Kursus

Soemardi dalam Srimulyani (2003: 25) mengemukakan bahwa kursus merupakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar pendidikan formal dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam bidang tertentu. Konsep kursus dalam penelitian ini lebih menekankan pada aspek pemilihan pengetahuan dan keterampilan hanya dalam bidang tertentu, misalnya kursus budidaya jamur, kursus tata rias rambut, kursus merakit komputer dll.

4. Kewirausahaan

Kamil (2010: 120) mengemukakan bahwa kewirausahaan adalah kegiatan usaha baru atau peningkatan dan pengembangan usaha yang mereka miliki


(25)

sebagai hasil pelatihan yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yang berguna sebagai penopang kehidupan keluarga.

Adapun kewirausahaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya untuk mempersiapkan (merencanakan) jiwa usaha peserta kursus yang diselenggarakan oleh lembaga kursus.

5. Teknologi Informasi

Menurut Atler, Martin, dan Lucas (dalam Munir 2010: 8) teknologi informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi, atau menampilkan data.

Teknologi informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perangkat software dan hardware yang mampu mendukung proses pembelajaran kursus sehingga terjadi interaksi edukatif antara tutor dan warga belajar melalui media elektronik.

6. Kemampuan Berwirausaha

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 49), kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Menurut Meredith dalam Suharyadi (2007: 6) mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang mampu mengantisipasi peluang usaha, mengelola sumber daya untuk mendapatkan keuntungan dan bertindak dengan tepat menuju sukses.

Kemampuan berwirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan perilaku peserta kursus dalam merencanakan atau mempersiapkan


(26)

kegiatan usaha di bidang merakit komputer setelah mereka selesai mengikuti kursus di Yayasan Pengembangan Masyarakat.

I. Kerangka Pikir

Penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) adalah web centric course, yakni penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet dan sebagian lagi melalui tatap muka, fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini, tutor memberikan petunjuk pada warga belajar untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya, warga belajar juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, warga belajar dan tutor lebih banyak berdiskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.

Pembelajaran virtual learning yang diterapkan dengan menggunakan aplikasi moodle adalah sebuah nama untuk

sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah media pembelajaran ke dalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan warga belajar untuk masuk ke dalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran dengan menggunakan moodle sehingga warga belajara dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik, dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah singkatan dari modular object oriented dynamic learning environment.

Dengan konsep ini, sistem pembelajaran tidak akan terbatas ruang dan waktu, seorang tutor dapat memberikan materi pembelajaran dari mana saja.


(27)

Begitu juga, seorang warga belajar dapat mengikuti pembelajaran dari mana saja bahkan proses kegiatan tes ataupun kuis dapat dilakukan dengan jarak jauh. Seorang tutor dapat membuat materi soal ujian secara online dengan sangat mudah. Selain itu, pelaksanaan ujian atau kuis juga dapat dilakukan secara online sehingga tidak membutuhkan kehadiran peserta ujian dalam suatu tempat. Peserta ujian dapat mengikuti ujian di rumah, kantor, warnet bahkan di saat perjalanan dengan membawa laptop yang sudah terkoneksi dengan internet.

Berbagai bentuk materi pembelajaran dapat dimasukkan dalam aplikasi moodle ini dan berbagai sumber dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran. Naskah tulisan yang ditulis dari aplikasi pengolah kata microsoft word, materi presentasi yang berasal dari microsoft power point, animasi flash dan materi dalam format audio dan video dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran.

Beberapa aktivitas pembelajaran yang didukung oleh moodle adalah (1) assignment, fasilitas ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada peserta pembelajaran secara online. Peserta pembelajaran dapat mengakses materi tugas dan mengumpulkan hasil tugas mereka dengan mengirimkan file hasil pekerjaan mereka, (2) chat, fasilitas ini digunakan untuk melakukan proses chatting (percakapan online), pengajar dan peserta pembelajaran dapat melakukan dialog teks secara online, (3) forum, sebuah forum diskusi secara online dapat diciptakan dalam membahas suatu materi pembelajaran. Antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat membahas topik-topik belajar dalam suatu forum diskusi, (4) kuis, dengan fasilitas ini memungkinkan untuk dilakukan ujian ataupun tes secara online, dan (5) survey, fasilitas ini digunakan untuk melakukan jejak pendapat.


(28)

Fokus permasalahan penelitian yang dirancang didasarkan pada grand design pengelolaan pembelajaran, yakni dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen pembelajaran sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi (internet) dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha.

2. Pengorganisasian pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi (internet) dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha.

3. Pelaksanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi (internet) dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha.

4. Pengawasan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi (internet) dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha.

5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat serta langkah-langkah yang diambil pengelola untuk mengatasi hambatan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi yang dilaksanakan oleh Yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung ?


(29)

Sumber: Kerangka Pikir Peneliti, 2011 Input

pembelajaran 1. Visi dan Misi

YPM

2. Warga belajar 3. Tutor

4. Pengelola 5. Materi/kurikulum 6. Media

7. Kondisi

lingkungan WB Pengawasa Pemnelajara

Fungsi Manajemen Pembelajaran

Proses Pembelajaran

Web Centric Course

Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat proses pembelajaran (web centric courser) serta bagaimana mengatasi hambatan tersebut Software: Moodle Aplika Perencanaan Pemnelajaran Pengorganisasian Pemnelajaran Pelaksanaan Pemnelajaran asan ajaran Output Pembelajaran 1. Kemampuan Kejuruan “merakit komputer” 2. Sikap Wirausaha : plikasi


(30)

85

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Objek Penelitian merupakan komponen utama yang memiliki kedudukan penting dalam suatu Penelitian karena di dalam objek Penelitian ini terdapat variabel-variabel yang menjadi kajian untuk diteliti.

Program kursus dilaksanakan oleh yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) yang berlokasi di Jl. Raya Pangalengan No. 438 Banjaran kabupaten Bandung. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di Lab. Site. Adapun mitra kerja YPM adalah rumah belajar masyarakat yang berlokasi di Jl. Dayeuhkolot Km. 365 desa Citeurep kec. Dayeuhkolot kabupaten Bandung. Lokasi Penelitian tersebut merupakan tempat belajar atau kursus warga belajar secara conventional sekaligus lokasi operator dan tutor dalam mengupdate pembelajaran berbasis TI (server virtual learning).

Dalam Penelitian ini, subjek yang akan diteliti terdiri atas tiga bagian. Pertama sebagai “sumber informasi” adalah penyelenggara atau pengelola yang dapat memberikan informasi dan data tentang dirinya serta bagaimana pengalamannya yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dan peranannya dalam proses pengelolaan pembelajaran. Kedua, “sumber informan” adalah tutor dan warga belajar kursus kewirausahaan sebagai sumber data lain yang dapat memberikan


(31)

sekaligus sebagai trianggulasi untuk menjamin akurasi data.

Subjek Penelitian memiliki karakteristik untuk dikaji berdasarkan metode Penelitian yang digunakan, di antaranya penyelenggara, tutor, dan warga belajar. Penyelenggara merupakan pihak pengelola program pembelajaran yang memiliki kewenangan dalam mengadministrasikan proses pembelajaran, mengawasi proses pembelajaran, mengembangkan model program pembelajaran, dan memiliki kewenangan yang paling tinggi di dalam pengelolaan program pembelajaran. Tutor merupakan tenaga pendidik yang bertugas memberikan pengajaran kepada warga belajar melalui proses (interaksi edukasi) dengan berbagai metode, pendekatan, dan strategi pembelajaran serta berbagai media yang mendukung proses pembelajaran terutama dalam proses pembelajaran berbasis teknologi informasi (virtual learning) dan proses pembelajaran tatap muka (conventional learning) sehingga tutor memiliki kemampuan untuk mengoprasikan komputer terutama internet. Warga belajar merupakan peserta didik atau sasaran dalam proses pendidikan untuk dibina, di didik, dan dibimbing melalui interaksi edukatif dengan model pembelajaran web centric course atau “blended learning system” (penggabungan pembelajaran tatap muka dengan berbasis internet).

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Hakikat Penelitian dipandang sebagai upaya menjawab permasalahan secara sistematik dengan metode-metode tertentu melalui pengumpulan data empiris mengolah dan mencari kesimpulan atas jawaban masalah tersebut. Untuk mendukung objektivitas Penelitian ini, Peneliti menempuh langkah-langkah


(32)

yang muncul dalam Penelitian.

Dalam pelaksanaanya, Penelitian ini berfokus pada gambaran pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI dengan mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat serta mendeskripsikan solusi atas penanganan berbagai hambatan tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pendekatan kualitatif dalam Penelitian ini digunakan untuk mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, memahami bahasa ,dan tafsiran mereka tentang aktivitas yang ditekuninya.

Pendekatan kualitatif dianggap sesuai dalam Penelitian ini dengan alasan sebagai berikut: 1) lebih mudah berhadapan dengan kenyataan, 2) menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara Peneliti dan responden, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Lexy J.Moleong, 1993:5)

Dalam Penelitian ini, Peneliti memperhatikan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, kemudian ditafsirkan dan diberi makna sesuai tujuan penelitian yakni mendeskripsikan tentang pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dan faktor penghambat serta solusi dalam memecahkan hambatan tersebut. Upaya mengungkap data dalam penelitian ini dilakukan dengan penelusuran dan mencari informasi kepada pengelola atau penyelenggara, warga belajar, dan tutor kursus kewirausahaan.


(33)

dicapai melalui penelitian. Adapun penelitian yang Peneliti lakukan bertujuan untuk memperoleh data mengenai studi pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi di yayasan Pengembangan Masyarakat. Selanjutnya, dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus ini akan melibatkan Peneliti dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap perilaku responden sebelum dan sesudah melaksanakan pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi.

Winarno Surakhmad (1990:143) mengatakan bahwa studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Sejalan Winarno dalam Nana Sudjana, (2001: 69) mengungkapkan juga bahwa studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, Peneliti mengklasifikasikannya ke dalam dua kriteria, yakni data primer dan data sekunder. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan analisis secara langsung dengan cara pertama, penyelenggara atau pengelola yang dapat memberikan informasi, kedua, tutor dan warga belajar kursus kewirausahaan. Data sekunder dikumpulkan melalui Penelitian kepustakaan.


(34)

utama dalam Penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dukumen dan yang lainnya. Sumber data utama merupakan kata-kata dan tindakan sehingga wawancara dan pengamatan atau observasi merupakan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Selain kedua teknik pengumpulan data utama di atas, digunakan juga metode dan studi dokumentasi sebagai metode pendukung. Adapun teknik pengumpulan data dalam Penelitian menyesuaikan dengan pendapat di atas yaitu teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan melalui langkah-langkah berikut.

a. Melakukan observasi, yakni pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mengetahui keadaan sesungguhnya. Objek yang diteliti ini meliputi lingkungan atau iklim belajar, sarana dan prasarana yang mendukung, program atau aplikasi komputer yang digunakan, hingga bentuk interaksi yang dilakukan antara tutor dan warga belajar.

b. Melakukan wawancara kepada penyelenggara, tutor, dan warga belajar sebagai responden program kursus kewirausahaan berbasis IT. Cara ini dilakukan agar dapat mengungkap fakta yang terjadi di lapangan.

c. Studi Literatur, digunakan untuk memperoleh pendapat para ahli dari berbagai sumber bacaan baik berupa teori maupun konsep-konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas sebagai landasan berpijak dan landasan


(35)

penelitian ini.

2. Teknik Sampel

Cara memperoleh informasi tentang pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI, sampel penelitian dipilih secara purporsif (sesuai dengan tujuan). S. Nasution (1988:11) menyatakan bahwa metode naturalistik tidak menggunakan populasi sampel yang banyak. Sampel atau subjek penelitian biasanya sedikit dan dipilih berdasarkan tujuan (purporsive) penelitian. Pendapat dari S. Nasution dapat disimpulkan bahwa pendekatan penelitian kualitatif tidak membutuhkan populasi dan sampel yang banyak.

Hasil studi penjajagan dan observasi serta melakukan diskusi dengan pihak penyelanggara, didapat informasi bahwa keseluruhan populasi terdiri atas 1 orang penyelenggara, 2 orang tutor, dan 10 orang warga belajar. Oleh karena itu, Peneliti menggunakan sampel 1 orang penyelenggara, 2 orang tutor, dan 3 orang warga belajar. Jadi, subjek dalam penelitian ini berjumlah 6 orang.

Untuk keperluan trianggulasi, Peneliti menetapkan informan yang meliputi pihak tutor kursus kewirausahaan yang secara langsung melaksanakan operasional pembelajaran dan pihak warga belajar kursus yang telah menggunakan fasilitas pembelajaran berbasis teknologi informasi. Warga belajar yang dipilih disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria tersebut di antaranya aktif dalam proses pembelajaran dan telah menggunakan fasilitas pembelajaran berbasis teknologi (E-Learning). Informan tersebut diharapkan dapat memberikan


(36)

lengkap, objektif, terinci, akurat, dan terpercaya.

Untuk mempermudah Peneliti dalam mengumpulkan data, peneliti membuat kisi-kisi pengamatan dan pedoman wawancara yang berfungsi untuk menentukan operasional penelitian, merumuskan pertanyaan penelitian, dan membuat instrument penelitian.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Penelitian

Pertanyaan Penelitian Aspek yang

Diteliti

Indikator Jenis

Instrumen

Sumber Data

1. Bagaimana Perencanaan

Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Dalam Mempersiapkan Kemampuan

Berwirausaha di Yayasan

Pengembangan Masyarakat (YPM) Kabupaten Bandung

2. Bagaimana Pengorganisasian Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Dalam Memersiapkan Kemampuan

Berwirausaha di Yayasan

Pengembangan Masyarakat (YPM)

1. Perencanaan

2. Pengorganisasian

a. Pihak yang terlibat dalam penyusunan rencana pembelajaran b. Langkah-langkah yang

ditempuh dalam penyusunan rencana pembelajaran

c. Cara mengidentifikasi kebutuhan belajar d. Jenis kebutuhan yang

dapat diidentifikasi e. Komponen-komponen

yang direncanakan pembelajaran

f. Penetapan program pembelajaran

g. Penetapan strategi pembelajaran

h. Penetapan tutor i. Rekruitment warga

belajar

j. Penggalian dana belajar k. Penggalian sarana

belajar

a. Mengorganisasikan materi pembelajaran berdasarkan urutan konsep dan prinsip materi pembelajaran. b. Mengorganisir sumber

belajar dari buku, internet, laboratorium dan perpustakaan. c. Menentukan pola

pembelajaran beserta pola penilaian hasil

Pedoman Observasi, Pedoman Wawancara, Pedoman Studi Dokumentasi Pedoman Observasi, Pedoman Wawancara, Pedoman Studi Dokumentasi Pengelola Sumber Belajar Pengelola Sumber Belajar Warga Belajar


(37)

Kabupaten Bandung

3. Bagaimana Pelaksanaan

Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Dalam Memersiapkan Kemampuan

Berwirausaha di Yayasan

Pengembangan Masyarakat (YPM) Kabupaten Bandung

4. Bagaimana Pengawasan

Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Dalam Mempersiapkan Kemampuan

Berwirausaha di Yayasan

Pengembangan Masyarakat (YPM) Kabupaten Bandung

5. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat serta

3. Pelaksanaan

4. Pengawasan

5. Faktor Pendukung, Faktor

belajar.

a. Program yang dikembangkan

b. Metoda yang digunakan

c. Jenis metode yang digunakan

d. Langkah-langkah metode yang digunakan e. Waktu pelaksanaan f. Tempat pelaksanaan g. Media yang digunakan h. Evaluasi pembelajaran i. Peran tutor

j. Peran warga belajar k. Penetapan strategi

pembelajaran

l. Media yang digunakan m. Contoh penggunaannya a. Bentuk pemantauan

pembelajaran

b. Bentuk supervise pembelajaran

c. Bentuk evaluasi pembelajaran

d. Bentuk pelaporan pembelajaran

e. Bentuk tindak lanjut pembelajaran

f. Pihak yang memantau, supervise,

mengevaluasi,

melaporkan dan menindaklanjuti program kursus g. Pendekatan yang

digunakan

h. Frekuensi penilaian i. Hasil evaluasi

j. Hasil pembelajaran dipandang dari pengetahuan, sikap, keterampilan

k. Barang/produk yang dihasilkan

a. Status dan Struktur Organisasi TI

b. Sumber daya manusia

Pedoman Observasi, Pedoman Wawancara, Pedoman Studi Dokumentasi Pedoman Observasi, Pedoman Wawancara, Pedoman Studi Dokumentasi Pedoman Observasi, Pedoman Pengelola Sumber Belajar Warga Belajar Pengelola Sumber Belajar Warga Belajar Pengelola Sumber Belajar


(38)

bagaimana Pengelola Kursus mengatasi hambatan

Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Berbasis Teknologi Informasi Dalam Mempersiapkan Kemampuan

Berwirausaha di Yayasan

Pengembangan Masyarakat (YPM) Kabupaten Bandung.

Penghambat, Upaya mengatasi hambatan

kursus kewirausahaan berbasis TI

c. Dukungan

pimpinan/pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan

d. Sarana dan prasarana (fisik)

e. Otomasi e-learning f. Anggaran

g. Warga belajar h. Kurikulum

i. Proses Pembelajaran j. Teknis Penilaian k. Ujian Lembaga l. Hasil pembelajaran

Wawancara, Pedoman Studi Dokumentasi Warga Belajar

D. Langkah-langkah Penelitian

Prosedur penelitian kualitatif menurut Moleong (1998: 239) meliputi tiga tahapan yakni: 1) tahap orientasi untuk mendapatkan informasi tentang apa yang penting untuk ditemukan, 2) tahap eksplorasi untuk menemukan sesuatu secara terpokus, dan 3) tahap member check untuk mengecek temuan menurut prosedur dan memperoleh laporan akhir. Tahapan penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Tahap orientasi

Orientasi dalam penelitian kualitatif dilakukan unuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap mengenai masalah yang hendak diteliti. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a) melakukan studi pendahuluan dan penjajagan ke lapangan yakni ke masyarakat untuk mengidentifikasi permasalahan atau fokus penelitian,

b) mempersiapkan berbagai referensi seperti buku, brosur, dan referensi lainnya yang berkaitan dengan fokus penelitian,


(39)

e) mengurus perizinan untuk mengadakan penelitian. 2. Tahap ekplorasi

Tahap ini merupakan tahap awal kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menggali informasi dan pengumpulan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut.

a) Menerima penjelasan dari pihak penyelanggara program yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran, dan faktor penghambat serta pemecahan hambatan tersebut yang dilaksanakan oleh pengelola yayasan Pengembangan Masyarakat.

b) Melakukan wawancara secara lisan kepada subjek penelitian untuk memperoleh informasi tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran, dan faktor penghambat serta pemecahan hambatan tersebut yang dilaksanakan oleh pengelola yayasan Pengembangan Masyarakat.

c) Menggali dokumentasi program mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran, dan faktor penghambat serta pemecahan hambatan tersebut yang dilaksanakan oleh pengelola yayasan Pengembangan Masyarakat.

d) Membuat catatan hasil data yang terkumpul dari sumber penelitian.

e) Memilih, menyusun, dan mengklasifikasikan data sesuai jenis aspek-aspek penelitian.

3. Tahap member check

Tahap ini merupakan tahap seleksi dan penafsiran data. Setiap data yang telah diperoleh selalu dicek ulang dan diteliti kembali kepada sumber aslinya,


(40)

diolah dan ditafsirkan. Kegiatan ini dilakukan selama penelitian berlangsung sampai penelitian dianggap selesai.

E. Teknik Analisis Data

1. Tahapan Teknis Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Data yang dianalisis meliputi data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis data tersebut ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3.1

Komponen dalam Analisis Data

Sumber : Sugiyono (2007)

Data Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusions: Drawing/verifying


(41)

Peneliti melakukan analisis data dimulai dari data hasil studi pendahuluan atau data skunder yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah Peneliti melakukan observasi secara lebih mendalam.

Dalam hal ini, data yang pertama kali Peneliti observasi adalah mengenai latar belakang permasalahan di yayasan Pengembangan Masyarakat, profil lembaga, jumlah warga belajar, tutor, struktur organisasi, dan program-program yang bergerak di dalamnya. Peneliti menganggap program kursus kewirausahaan berbasis TI ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terlebih bila dilihat dari strategi pembelajarannya yang menggabungkan (blended model) antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan media internet (aplikasi moodle).

b. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang telah diperoleh dari hasil observasi dan wawancara di lapangan, kemudian dicatat secara teliti dan rinci untuk dianalisis secara lebih mendalam. Setelah data yang diperoleh dari hasil observasi dirasa cukup, dilakukanlah analisis data melalui reduksi data, merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting dengan menentukan tema dan polanya.

Dalam hal ini, Peneliti menemukan komponen-komponen yang terdapat dalam pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI (Teknologi Informasi) pada pengelolaan program pembelajaran kewirausahaan berbasis TI, yakni


(42)

belajar.

c. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antarkategori. Dalam tahapan ini, Peneliti melakukan urutan sistematis dengan kategori-kategori tertentu pada pengelolaan program kursus kewirausahaan berbasis TI untuk kemudian dianalisis dengan menghubungkan antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya.

d. Conclusion Drawing/Verification

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono, conclusion drawing/verification adalah tahapan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat atas kesimpulan yang dibuat sementara. Akan tetapi, jika pada tahap awal kesimpulan yang dibuat telah sesuai dengan bukti-bukti yang ditemukan di lapangan dan konsisten serta dapat dipertanggungjawabkan, kesimpulan yang dibuat Peneliti saat kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih samar tetapi setelah dilakukan penelitian, objek tersebut menjadi jelas. Temuan tersebut dapat berupa hubungan kausal/interaktif, hipotesis, atau teori.


(43)

Dalam penelitian ini, Peneliti telah memiliki batasan untuk menjelaskan, mengkaji, dan mengeksplorasi hasil penelitian. Batasan tersebut bertujuan sebagai fokus penelitian seperti yang dijelaskan pada sebelumnya yang telah disusun ke dalam batasan masalah. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, Peneliti telah menyusun alur dan langkah-langkah Penelitian sebagai berikut.

Gambar 3.2

Alur dan Langkah Penelitian

Sumber: Alur Penelitian Peneliti, 2011 Pra – Pelaksanaan

Lapangan

Pengolahan Data

!

" #

" $

% " & & ' % "

( ) * +

& % ' ,

% " & & ' % "

( ) * +

& % ' ,

% " & & ' % "

( ) * +

& % ' ,

% ' " & & ' % "

( ) * +

& % ' -,

! . " /

" " " & & '

% " ( ) 0 ,

PERENCANAAN PENGORGANISASIAN

PELAKSANAAN PENGAWASAN

Faktor-faktor apa yang

mendukung dan menghambat serta bagaimana pengelola kursus mengatasi hambatan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN


(44)

194

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, Peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana merencanakan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?

Perencanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI di yayasan Pengembangan Masyarakat diawali dengan melakukan identifikasi calon peserta didik. Penyusunan desain pembelajaran dan pengadaan media pembelajaran ditentukan oleh pihak penyelenggaraan program kursus merakit komputer, tutor sebagai sumber belajar, dan komponen-komponen dalam rancangan/desain pembelajaran yang sudah disusun sesuai dengan hal-hal pokok yang sebenarnya.

Penerapan strategi pembelajaran kursus berbasis teknologi adalah dengan menggunakan model blended learning system sehingga dalam perencanaan pembelajarannya memiliki dua pendekatan, yakni perencanaan tatap muka (conventional learning) dan perencanaan berbasis teknologi informasi (virtual learning). Perencanaan pembelajaran merupakan langkah-langkah prapelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan oleh tutor sehingga perencanaan pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya perencanaan administrasi pendidikan.


(45)

teknologi informasi yang disusun merupakan langkah kolaboratif atau kerja sama

yang dibuat dengan mengikutsertakan personal lembaga, di antaranya pengelola program kursus dan tutor keterampilan merakit komputer. Pendekatan partisipatif dilakukan dalam langkah kolaboratif perencanaan pembelajaran sehingga pembagian tugas dan fungsi masing-masing personal dalam program kursus dibuat jelas. Setiap personal diharapkan mampu memunculkan perasaan untuk saling memiliki (sense of belonging) sehingga dapat memberikan dorongan kepada pengelola program dan tutor untuk mencapai indikator pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

2. Bagaimana mengorganisir pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam memersiapkan kemampuan berwirausaha di yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?

Pengorganisasian pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI di yayasan Pengembangan Masyarakat memiliki karakteristik tersendiri, yakni uraian tugas yang jelas untuk setiap posisi mulai dari posisi tim penyelenggara, tutor, pendamping tutor, penyelenggara ujian, sampai posisi peserta kursus.

Pengorganisasian pembelajaran, secara khusus, merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pembelajaran. Penggarapan strategi pengorganisasian pembelajaran tidak bisa dipisahkan dari karakteristik struktur isi materi kursus, ini disebabkan oleh karena struktur isi materi kursus memiliki implikasi yang amat penting bagi upaya pembuatan urutan dan sintesis antar isi suatu materi,


(46)

struktur konseptual, dan struktur teoritik.

3. Bagaimana melaksanakan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?

Perbedaan Pembelajaran konventional dengan virtual yaitu kelas ‘tradisional’, tutor dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada warga belajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘virtual’ fokus utamanya adalah warga belajar. Warga belajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘virtual’ akan ‘memaksa’ warga belajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Warga belajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.

Perlu digaris bawahi, bahwa kedudukan media pembelajaran internet bukan dijadikan hal utama, karena kedudukan virtual learning terhadap conventional learning adalah sebagai suplemen dan komplemen dalam menjadikan tutor sebagai hal yang terpenting dalam proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI di yayasan Pengembangan Masyarakat, persentase pembelajaran ideal (kurikulum merakit komputer) pada umumnya berjumlah 120 Jam @ 60 menit, yakni 70% praktik sebanyak 84 jam dan 30% teori sebanyak 36 Jam. Penerapan model blended learning system ini ternyata mampu meminimalisasi jumlah jam pelajaran sebanyak hampir 50% dengan analisis sebagai berikut: total jumlah jam pelajaran


(47)

sebanyak18 jam.

Sebagian besar, materi yang disampaikan oleh tutor dapat dipahami oleh peserta kursus. Fasilitas yang digunakan dalam pendidikan keterampilan masih terbatas karena hal ini bergantung dari kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh yayasan Pengembangan Masyarakat.

4. Bagaimana mengawasi pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis teknologi informasi dalam mempersiapkan kemampuan berwirausaha di yayasan Pengembangan Masyarakat (YPM) kabupaten Bandung?

Proses monitoring dalam pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI di yayasan Pengembangan Masyarakat, salah satunya didukung oleh instrumen monitoring dan administratif kegiatan belajar-mengajar. Dalam hal ini, tutor harus memberikan laporan pembelajaran secara tertulis dalam agenda pembelajaran, setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.

Penilaian yang dilakukan di yayasan Pengembangan Masyarakat kabupaten Bandung pertama kali dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI pada kejuruan merakit komputer. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta sebelum diberikan materi-materi pelatihan (pretest). Selain itu, dilakukan juga penilaian terhadap kelengkapan-kelengkapan pendukung dalam penyelenggaraan kursus. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan sebagian besar peserta kursus mampu mempraktikkan hasil dari kegiatan yang dilaksanakan oleh yayasan Pengembangan Masyarakat.


(48)

Berbasis Teknologi Informasi serta Bagaimana Pengelola Mengatasi Hambatan Tersebut

Faktor pendukung dalam terciptanya pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI di YPM kabupaten Bandung adalah pertama, adanya yang mencakup sistem pembiayaan dan arah pengembangan. Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi dan komunikasi (memadukan dua pendekatan tatap muka dan virtual). Dengan demikian, hal yang dikembangkan tidak sebatas operasional atau latihan penggunaan komputer. Ketiga, persiapan tenaga pengajar, dan keempat, penyediaan perangkat kerasnya.

Dalam kenyataannya di lapangan, ada beberapa kendala yang dihadapi, yakni pertama, minimnya dana bagi lembaga untuk pengadaan perangkat dan ruangan yang lebih strategis, kedua, minimnya tenaga ahli sebagai sumber daya manusia, masih satu orang sebagai operator yang merangkap sebagai tutor, dan ketiga, faktor lain seperti keamanan lembaga untuk menyediakan perangkat e-learning.

Dalam implementasinya, pengelola kursus wirausaha berbasis teknologi informasi memiliki langkah-langkah untuk mengatasi hambatan tersebut, di antaranya:

a. Membuat modul tes dan modul materi sebagai pendukung pembelajaran warga belajar,


(49)

pembelajaran dengan menggunakan password untuk mengurangi kecurangan

dalam praktik virtual learning,

c. Mengadakan uji langsung terhadap warga belajar secara tulis dan lisan (praktik dan nonpraktik), dan

d. Membuat jadwal khusus untuk bertemu dengan tutor secara online dan tatap muka langsung.

B. Rekomendasi

Berikut ini adalah rekomendasi penyusun untuk beberapa pihak terutama yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI.

a. Infrastruktur dan penyiapan sumber daya manusia dalam bidang TI untuk dunia pendidikan sudah berkembang sehingga upaya PNF khususnya dalam pendidikan kursus untuk memperkaya konten adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan.

b. Kebijakan institusi pendidikan dalam memanfaatkan teknologi internet melalui e-learning perlu dikaji dan dirancang secara lebih mendalam. Pada hakikatnya, E-learning adalah proses pembelajaran yang dituangkan melalui teknologi internet. Oleh karena itu, prinsip dan komunikasi pembelajaran perlu didesain seperti layaknya pembelajaran convensional.

c. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, kita dapat melihat bahwa pengelolaan pembelajaran kursus kewirausahaan berbasis TI di YPM


(50)

hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, pengelola pembelajaran perlu

melaksanakan suatu langkah kerja untuk meningkatkan sarana dan prasarana kursus serta pelayanan terhadap kegiatan kursus sesuai perkembangan yang ada. Selain itu, manajemen yayasan Pengembangan Masyarakat juga harus lebih transparan, artinya terbuka dengan partisipasi masyarakat. Dengan demikian, YPM dapat dijadikan sebagai salah satu tempat yang dapat mengusung perubahan positif dan penyesuaian kebutuhan masyarakat.

d. Arsitektur dan sistem jaringan komputer YPM perlu dirancang dengan lebih baik lagi agar proses pembelajaran kursus pun dapat berjalan dengan lebih baik.

e. Pihak pengelola/penyelenggara dan tutor harus melibatkan peserta secara penuh dalam kegiatan perencanaan sehingga seluruh kegiatan yang direncanakan dapat diketahui dan dilaksanakan oleh peserta pelatihan. Cara yang dapat dilakukan adalah melalui dialog terbuka dengan peserta mengenai perencanaan kursus yang akan disusun. Dari kegiatan dialog ini, akan muncul masukan (input) yang berharga bagi pengembangan perencanaan kursus. Selain itu, penyelenggara juga perlu mengadakan pembinaan yang lebih intensif lagi kepada peserta pelatihan khususnya pada materi kewirausahaan agar tujuan dari kursus tersebut dapat tercapai secara maksimal.

f. Selain materi keteknikan, sebaiknya pihak penyelenggara/pengelola lebih memantapkan dan menambah waktu untuk materi kewirausahaan karena waktu yang diberikan dalam materi kewirausahaan dirasa kurang mencukupi.


(51)

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari hasil kegiatan pelatihan


(52)

202

Alma, B. 2007. Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.

Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Artasasmita, R. 1985. Pedoman Merancang sistem Kursus dan Latihan. Jurusan PLS FIP UPI : Bandung.

Berliner, G. 1984. Pentingnya Perhatian. (online). Tersedia: www.infogue.com Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamzah. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Herdawardi. 2001. Studi tentang Dampak Pelatihan Keterampulan Kerja Kejuruan Pertanian terhadap Kemampuan Berwirausaha. Tesis UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Hill, Melanie, N. 1998. Staffing a Distance Learning Team: whom do you really need?, Online Journal of Distance Learning Administration. State University of West Georgia.

Kamil, M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta. _______, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Moleong, J.L. 1993. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Informasi. Bandung: Alfabeta.

Munir. 2010. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.


(53)

203

Nasution 1988. Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sirodjuddin, K. 2006. Perencanaan Pembelajaran (Hand Out Perkuliahan). Bandung: PLS FIP.

Sihabudin. 2009. Model-model Pengembangan E-learning dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Surabaya: Fakultas IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Soleh, M. 2007. Penerapan CMS (Course Management System).Thailand: Sekolah Indonesia Bangkok (SIB)

Subagyo, J. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Subana, M. dan Sudrajat. 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sudjana. D. 2000. Pendidikan Luar Sekolah Wawasan Sejarah Perkembangan Falsafah Teori Pendukung Asas. Bandung: Falah production

__________2000. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung: Falah production

Sudjana, D. 2004. Pendidikan Nonformal.Bandung : Falah production .

Sudjana, N, dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta. Suharyadi, dkk. 2007, Kewirausahaan, Bandung : Grafindo.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suprijanto. 2009. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Surakhmad, W. 1990. Pengantar Penelitian IImiah Dasar-dasar Metodik dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Srimulyani, N. 2003, Dampak Hasil Belajar Kursus terhadap Kemampuan Berwirausaha. Skripsi PLS FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.


(1)

200

berjalan cukup baik, tetapi masih memerlukan perbaikan agar dapat mencapai

hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, pengelola pembelajaran perlu melaksanakan suatu langkah kerja untuk meningkatkan sarana dan prasarana kursus serta pelayanan terhadap kegiatan kursus sesuai perkembangan yang ada. Selain itu, manajemen yayasan Pengembangan Masyarakat juga harus lebih transparan, artinya terbuka dengan partisipasi masyarakat. Dengan demikian, YPM dapat dijadikan sebagai salah satu tempat yang dapat mengusung perubahan positif dan penyesuaian kebutuhan masyarakat.

d. Arsitektur dan sistem jaringan komputer YPM perlu dirancang dengan lebih baik lagi agar proses pembelajaran kursus pun dapat berjalan dengan lebih baik.

e. Pihak pengelola/penyelenggara dan tutor harus melibatkan peserta secara penuh dalam kegiatan perencanaan sehingga seluruh kegiatan yang direncanakan dapat diketahui dan dilaksanakan oleh peserta pelatihan. Cara yang dapat dilakukan adalah melalui dialog terbuka dengan peserta mengenai perencanaan kursus yang akan disusun. Dari kegiatan dialog ini, akan muncul masukan (input) yang berharga bagi pengembangan perencanaan kursus. Selain itu, penyelenggara juga perlu mengadakan pembinaan yang lebih intensif lagi kepada peserta pelatihan khususnya pada materi kewirausahaan agar tujuan dari kursus tersebut dapat tercapai secara maksimal.

f. Selain materi keteknikan, sebaiknya pihak penyelenggara/pengelola lebih memantapkan dan menambah waktu untuk materi kewirausahaan karena waktu yang diberikan dalam materi kewirausahaan dirasa kurang mencukupi.


(2)

201

g. Setelah mengikuti program kursus, peserta diharapkan dapat memanfaatkan

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari hasil kegiatan pelatihan serta dapat bersikap lebih mandiri dalam berwirausaha.


(3)

202

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. 2007. Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.

Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Artasasmita, R. 1985. Pedoman Merancang sistem Kursus dan Latihan. Jurusan PLS FIP UPI : Bandung.

Berliner, G. 1984. Pentingnya Perhatian. (online). Tersedia: www.infogue.com Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamzah. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Herdawardi. 2001. Studi tentang Dampak Pelatihan Keterampulan Kerja Kejuruan Pertanian terhadap Kemampuan Berwirausaha. Tesis UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Hill, Melanie, N. 1998. Staffing a Distance Learning Team: whom do you really need?, Online Journal of Distance Learning Administration. State University of West Georgia.

Kamil, M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta. _______, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Moleong, J.L. 1993. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Informasi. Bandung: Alfabeta.

Munir. 2010. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.


(4)

203

Nana, S. dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nasution 1988. Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sirodjuddin, K. 2006. Perencanaan Pembelajaran (Hand Out Perkuliahan). Bandung: PLS FIP.

Sihabudin. 2009. Model-model Pengembangan E-learning dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Surabaya: Fakultas IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Soleh, M. 2007. Penerapan CMS (Course Management System).Thailand: Sekolah Indonesia Bangkok (SIB)

Subagyo, J. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Subana, M. dan Sudrajat. 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Sudjana. D. 2000. Pendidikan Luar Sekolah Wawasan Sejarah Perkembangan Falsafah Teori Pendukung Asas. Bandung: Falah production

__________2000. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung: Falah production

Sudjana, D. 2004. Pendidikan Nonformal.Bandung : Falah production .

Sudjana, N, dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta. Suharyadi, dkk. 2007, Kewirausahaan, Bandung : Grafindo.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suprijanto. 2009. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Surakhmad, W. 1990. Pengantar Penelitian IImiah Dasar-dasar Metodik dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Srimulyani, N. 2003, Dampak Hasil Belajar Kursus terhadap Kemampuan Berwirausaha. Skripsi PLS FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan.


(5)

204

Winarsih, W. 2002. Studi Kasus Kewirausahaan Anak Jalanan Pasca Pelatihan Kewirausahaan Taruna Mandiri di Rumah Singgah Yayasan Limas Kab. Bandung, Skripsi PLS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber departemen :

Peraturan Pemerintah Nomor 19. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41/2007. Tentang Standar Proses. Tersedia: http://www/zulkarnainidiran.files.wordpress.com/.../paradigma-baru-dalam-strategi-pembelajaran.doc

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Sinar Grafika.

Sumber internet :

Adri, M. 2008. Konsep Dasar E-Learning dengan Moodle. Tersedia: http://www.muhammadadri.net

Asep. 2010. Definisi Web Centrik Course. (online). Tersedia: http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id

Kemendiknas. 2010. Kajian Model Konseptual Sistem ePembelajaran. (online). Tersedia:http://www.kemdiknas.go.id/media/390882/kajian%20model%20ko nseptual%20sistem%20e-pembelajaran.pdf

Kumar J.C, 2002. Definisi Blended Learning System. (online). Tersedia: http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id.

Kurniawan, A. 2009. Pendidikan Nonformal Sebagai Alternatif. Tersedia: http://www.padang-today.com

Muhaimin, _______. Prinsip-prinsip pembelajaran. (online). Tersedia: www.infogue.com

Olim, A. 2010. Pendidikan Keaksaraan Keluarga dan Minat Baca. (online). Tersedia: http://www.ayiolim.wordpress.com

Olim, A. 2010. Pengantar Media Pembelajaran. (online). Tersedia: http://www.ayiolim.wordpress.com

Olim, A. 2010. Perencanaan Pendidikan Nonformal Sebagai Pendekatan Terpadu. (online). Tersedia: http://www.ayiolim.wordpress.com


(6)

205

Olim, A. 2010. Memenuhi Harapan Peningkatan Pendidikan Jawa Barat Dalam Kerangka Pendidikan Untuk Berkelanjutan. (online). Tersedia: http://www.ayiolim.wordpress.com

Sanjaya, A. Pengertian Administrasi Pendidikan. (online). Tersedia: www.aadesanjaya.blogspot.com

Sumadi, S. 1984. Prinsip Pembelajaran. (online). Tersedia: www.infogue.com Widhiartha, 2009. TIK dalam Penidikan Nonformal. (online). Tersedia :

http://widhiartha.multiply.com

_________. 2010. Grafik pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia. (online). Tersedia: http://www.sharingvision.blz/2011/02/07/ grafik-eksponensial-survei-pengguna-internet-indonesia-2006-2010/

_________.2006. Teknologi Informasi didalam Pembelajaran. (online). Tersedia: http://www.jugaguru.com/article/all/tahun/2006/bulan/10/tanggal/05/id/176 ________.2010. Pengguna Aplikasi Moodle. (online). Tersedia:

http://www.moodle.org/stats/

_______,_______ , Pembelajaran Tutorial Moodle. (online). Tersedia: www.infogue.com