UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERANALOGI SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERANALOGI

SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM DALAM

PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

Oleh Evi Lestari

0901288

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERANALOGI

SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM DALAM

PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)

Oleh Evi Lestari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengengetahuan Sosial

© Evi Lestari 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Evi Lestari

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERANALOGI SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM DALAM PROSES

PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014198601 1 001

Pembimbing II

Drs. R.H. Achmad Iriyadi NIP. 19611219 198803 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

Prof. Dr. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 033


(4)

ii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERANALOGI SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)”. Tujuan utama pada penulisan skripsi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan beranalogi siswa melalui layanan profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni, (1) Guru masih terfokus pada penggunaan media konvensional, belum digunakannya media film dalam pembelajaran di kelas, (2) Pemberian tugas yang kurang memotivasi siswa dalam mengembangkan potensinya terutama dalam beranalogi sebagai upaya memacu berfikir kritis dan keaktifan siswa di kelas, dan (3) Evaluasi yang digunakan oleh guru masih terfokus pada tes tertulis. Hal tersebut menjadi tolak ukur peneliti untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI. Perbaikan hal tersebut dilakukan melalui penggunaan media film dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan beranalogi siswa dalam berbagai macam proses pembelajaran yaitu, menyimak film, mengisi Lembar Kerja Siswa, dan berdiskusi dengan hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui PTK masalah-masalah yang ada di dalam pendidikan dan kelas dapat dikaji, ditingkatkan, dan diselesaikan dengan baik. Sehingga, menciptakan proses pembelajaran yang lebih baik terhadap guru dan siswa di sekolah. Prosedur atau desain penelitian ini mengadopsi pada desain penelitian Kemmis dan M.C Taggart yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi terbuka, dokumentasi, dan wawancara. Penelitian ini terdiri dari empat siklus dan delapan tindakan. Hasil penelitian yang penulis peroleh menunjukan bahwa penggunaan media film dalam pembelajaran sejarah mampu meningkatkan kemampuan beranalogi siswa dengan menggunakan pendekatan konsep. Penggunaan media film ini dapat menciptakan pembelajaran yang menarik, dan memfokuskan siswa dan mengaktifkan siswa melalui proses diskusi kelompok untuk melihat aktifitas dan isi dari analogi-analogi siswa yang relevan dengan film. Sebelum digunakannya media film sebagai media pembelajaran di kelas XI IPS 3 ini keadaan kelas tidak kondusif dan pembelajaran sejarah menjadi monoton. Tetapi setelah digunakannya media film dalam proses pembelajaran di kelas, terjadi perubahan yaitu, meningkatnya antusias belajar siswa, keaktifan siswa dalam berdiskusi, serta kemampuan beranalogi siswa. Kesimpulan akhir yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa penggunaaan media film mampu meningkatkan kemampuan beranalogi siswa dengan menggunakan pendekatan konsep melalui pembelajaran sejarah, dilihat dari data-data yang diperoleh dari indikator-indikator yang telah ditetapkan sebelumnya dari hasil


(5)

iii

kesepakatan antara peneliti, mitra peneliti, dan dosen pembimbing. Hasil dari penelitian ini bukanlah merupakan hasil yang sempurna, sehingga perlu adanya penelitian yang lebih lanjut mengenai penggunaan media film.


(6)

viii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat dan Signifikansi Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual... 9

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ... 9

2. Karakteristik Pembelajaran Kontektual ... 10

3. Pengertian Kemampuan Analogi ... 11

4. Macam-macam Analogi ... 12

5. Cara Penilaian Analogi ... 14

B. Media Pembelajaran ... 15

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 15

2. Fungsi Media Pembelajaran ... 16

3. Jenis Media Pembelajaran... 17

C. Kekurangan dan Kelebihan Media Film ... 20 BAB III METODE PENELITIAN


(7)

ix

A. Metode Penelitian ... 23

B. Prosedur Penelitian ... 25

1. Perencanaan ... 27

2. Tindakan. ... 29

3. Observasi... 29

4. Refleksi ... 30

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Definisi Operasional ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Analisi Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan Meningkatkan Kemampuan Berananlogi Siswa Melalui Penggunaan Media Film dalam Pembelajaran Sejarah ... 50

1. Deskripsi Pembelajaran Siklus 1 (Tindakan 1 dan 2) ... 50

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus 1 (Tindakan 1 dan 2) ... 50

b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 (Tindakan 1 dan 2) ... 53

c. Observasi PembelajaranSiklus 1 (Tindakan 1 dan 2) ... 56

d. Refleksi Pembelajaran Siklus 1 (Tindakan 1 dan 2) ... 62

2. Deskripsi Pembelajaran Siklus II (Tindakan 1 dan 2) ... 63

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus II (Tindakan 1 dan 2) ... 63

b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II (Tindakan 1 dan 2) ... 64

c. Observasi Pembelajaran Siklus II (Tindakan 1 dan 2) ... 67

d. Refleksi Pembelajaran Siklus II (Tindakan 1 dan 2) ... 73

3. Deskripsi Pembelajaran Siklus III (Tindakan 1 dan 2) ... 74

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus III (Tindakan 1 dan 2). ... 74


(8)

x

c. Observasi Pembelajaran Siklus III (Tindakan 1 dan 2) ... 80

d. Refleksi Pembelajaran Siklus III (Tindakan 1 dan 2) ... 86

4. Deskripsi Pembelajaran Siklus IV (Tindakan 1 dan 2) ... 87

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus IV (Tindakan 1 dan 2) ... 87

b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus IV (Tindakan 1 dan 2) ... 88

c. Observasi Pembelajaran Siklus IV (Tindakan 1 dan 2) ... 92

d. Refleksi Pembelajaran Siklus IV (Tindakan 1 dan 2) ... 98

B. Deskripsi Hasil Pengolahan data dan Analisis Hasil Penggunaan Media Film terhadap Peningkatan Kemampuan Beranalogi Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan dan Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Berawal dari observasi di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI, peneliti menemukan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada saat proses pembelajaran sejarah berlangsung. Pada saat guru masuk ke dalam kelas, keadaan siswa masih belum kondusif untuk melaksanakan pembelajaran. Siswa terlihat masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing bahkan sebagian dari mereka masih ada yang memakai pakaian olahraga dan tidak sedikit pula ada yang masih makan dan minum walaupun guru sudah ada di dalam kelas. Beberapa menit kemudian, guru mengarahkan siswa untuk segera memulai dan berkonsentrasi karena pelajaran akan dimulai, tetapi hanya 3 siswa saja yang memperhatikan dan siap untuk belajar, sementara 20 siswa lainnya sibuk dengan urusan masing-masing. Hal tersebut memperlihatkan bahwa siswa kurang memiliki antusiasme terhadap pembelajaran sejarah.

Temuan lain peneliti peroleh pada saat pembelajaran berlangsung, saat itu guru menggunakan metode ceramah dengan memberikan arahan kepada siswa untuk menulis materi yang akan dijelaskan oleh guru. Namun proses tersebut tidak berjalan dengan lancar, karena dari 25 siswa, hanya 5 orang siswa saja yang mencatat dengan baik. Ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa, hanya beberapa siswa saja yang menjawab dengan serius. Hal tersebut mengindikasikan siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran sehingga pada proses pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang ikut terlibat dan siswa yang lainnya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, peneliti menemukan bahwa siswa lebih tertarik bermain Handphone, mendengarkan musik, dan melihat film atau video-video di laptopnya dari pada memperhatikan guru.


(10)

2 

Bahkan diantara mereka banyak sekali yang mempunyai hobi menonton film dan membuat video dari Handphonenya sendiri. Pada proses pembelajaran ini, guru menggunakan metode ceramah dengan hanya memakai media pembelajaran dua buah yakni spidol dan whiteboard, sehingga terlihat bahwa ketika proses pembelajaran berlangsung guru tidak memanfaatkan media yang menarik yang dapat berguna sebagai alat bantu mengajar.

Permasalahan-permasalahan di atas menunjukan bahwa ternyata masih kurangnya pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas yang seharusnya memiliki peran penting dalam pembentukan karakter siswa, dan menyiapkan peserta didik yang memiliki nilai-nilai kerja keras, disiplin, cinta tanah air dan lain-lain. Sebagaimana yang di utarakan oleh Supriatna (2007: 1) menyatakan bahwa:

“Pembelajaran sejarah atau IPS di sekolah menengah memiliki peran yang penting untuk ikut serta dalam menyiapkan peserta didik memiliki kemampuan dalam mengembangkan nilai-nilai kerja keras, pandangan yang berorientasi ke depan, hemat, jujur disiplin, kecintaan pada diri dan lingkungan serta semangat kemandirian atau kewiraswastaan.”

Sementara itu, pendidikan merupakan suatu interaksi sosial antara peserta didik dan pendidik, pelaksanaan pendidikan bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dari peserta didik. Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang (Hasan, 1996: 2). Pendidikan karakter yang sekarang sedang gencar-gencarnya dikembangkan juga menjadi salah satu tujuan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah pancasila (Warta Balitbang, 2011). Berdasarkan hal tersebut pembelajaran sejarah mempunyai tujuan khusus sama seperti tujuan mata pelajaran lain, adapun tujuan pendidikan sejarah pada tingkat SMA dalam blog Teaching Of History


(11)

(http://teachingofhistory.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaran-sejarah.html, diunduh 3 Januari 2012) yaitu:

1).Mendorong siswa berfikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang; 2) Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari; dan 3) Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat (pusat kurikulum, 2002).

Tujuan pembelajaran di atas menjadi tolak ukur para pendidik untuk melaksanakan pendidikan sejarah secara baik, pada poin yang kedua kita bisa lihat bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, dalam kenyataanya masih banyak siswa yang berfikir pelajaran sejarah hanya bergulat pada masa lalu saja. Sehingga dalam proses pembelajaran berlangsung pun masih tidak efektif dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang seharusnya tercapai. Pembelajaran sejarah menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap gampang (hanya hapalan saja) dan sepele oleh peserta didik, sehingga timbul rasa bosan dan jenuh dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah yang terjadi pada umumnya. Mereka bahkan lebih tertarik menonton film atau video-video yang mereka download sendiri dari pada memperhatikan guru pada saat proses belajar.

Tujuan pembelajaran sejarah point kedua yaitu peserta didik dapat memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari ini dapat dikembangkan dengan pembelajaran sejarah meggunakan pendekatan kritis, menurut Evans(Supriatna, 2007:11) bahwa:

“Pembelajaran kritis dalam sejarah dapat mendorong dialog kritis, baik antara guru dan siswa maupun dikalangan siswa sendiri baik mengenali masalah-masalah sosial yang sedang mereka hadapi serta melakukan proses

inquiry untuk mengidentifikasi masalah sosial serta pemecahannya”.

Dengan menggunakan pendekatan kritis di atas siswa diharapkan dapat memahami dan menganalogikan dari materi yang telah disampaikan sebelumnya dengan kehidupannya sehari-hari. Menganalogikan merupakan kegiatan membadingkan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan


(12)

4 

memperlihatkan kesamaan segi dan fungsi dari kedua hal yang dibahsanya (Keraf, 1989: 89). Pembelajaran dengan beranalogi yang dimaksudkan oleh peneliti adalah siswa dapat membandingkan peristiwa yang ada dalam kehidupannya sehari-hari dengan bentuk yang sama dengan peristiwa yang ada di dalam film. Kemampuan beranalogi pun dapat mendorong siswa agar lebih memahami materi yang disampaikan sekaligus mengembangkan nilai-nilai yang harus dimiliki siswa seperti pada pendidikan karakter di atas.

Solusi yang mungkin dapat diambil terhadap kesenjangan tujuan pembelajaran dengan kenyataan yang ada, yaitu dengan guru menyajikan media pembelajaran yang dapat menarik siswa, Sudrajat dalam (Haryani 2012: 22) menjelaskan bahwa media memiliki beberapa fungsi, di antaranya:

1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.

2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.

3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. 6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.

Media pembelajaran dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok besar yaitu media audio, visual, audio-visual, dan gerak (Munadi, 2008:55). Pertama, media audio hanya melibatkan indra pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata, contoh dari media audio adalah rekaman yang disalurkan melalui radio, rekaman melalui tape recorder. Kedua, media

visual adalah media yang melibatkan indra penglihatan, contohnya yaitu gambar (sketsa, lukisan, dan foto), grafik, diagram, bagan, dan peta, dan media visual

noncetak yaitu media visual yang memiliki tiga dimensi, berupa model, seperti miniatur, mock up, specimen, dan diorama. Ketiga, media audio-visual adalah media yang melibatkan indra pengdengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu


(13)

proses, contohnya film dan video. Keempat, multimedia adalah media yang melibatkan berbagai indra dalam proses pembelajaran, yaitu segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui komputer dan internet, bisa juga melalui pengalaman berbuat atau pengalaman terlibat misalnya karyawisata, permainan, forum teater, dan sebagainya.

Rohani (1997: 97) memandang media audio visual adalah “media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengar dan yang dapat dilihat dan didengar”. Salah satu jenis dari media audio visual yaitu adalah film dibandingkan dengan media-media yang lain, media film mempunyai kelebihan seperti yang di ungkapkan oleh Rohani (1997: 97) salah satu dari kelebihan media film adalah dapat menikmati kejadian dalam waktu yang lama pada suatu proses atau peristiwa tertentu.

Berkenaan dengan pelajaran sejarah yang pada umumnya menceritakan suatu peristiwa masa lalu, maka dari poin kedua kita bisa lihat bahwa media film cukup baik dalam mengembangkan pembelajaran sejarah. Seperti yang telah diungkapkan oleh Oemar Hamalik (1985:30) beliau berpendapat bahwa “media pendidikan membangkitkan keinginan dan minat-minat yang baru”. Selain itu, siswa-siswa yang notabennya meyukai film, musik, dan video-video. Dalam kenyataannya siswa tidak terlepas dari teknologi dalam kehidupan sehari-harinya seperti: handphone, laptop, i-pond, internet, dan lain-lain. Maka, dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik seperti film diharapkan akan menarik perhatian siswa dan membangkitkan minat belajar, akibatnya bila minat belajar meningkat maka keseriusan siswa dalam pembelajaran pun akan meningkat dan pemahaman siswa juga akan meningkat pula sehingga dia akan dapat menganalogikan isi dari film yang telah ditayangkan dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Terkalit dengan penggunaan media film dalam proses pembelajaran sejarah di kelas, penulis mempelajari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,


(14)

6 

yaitu oleh Haryani (2012) bahwa penggunaan media film efektif digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis resensi film pada saat pembelajaran sejarah. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2010) bahwa kemampuan menulis pada siswa dapat efektif dengan menggunakan media film dokumenter.

Dengan demikian, untuk mengatasi permasalahan mengenai pemahaman materi siswa yang rendah, peneliti mencoba untuk menerapkan media film sejarah yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan beranalogi dari film dengan kehidupannya sehari-hari di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil tema mengenai: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Beranalogi Siswa melalui Penggunaan Media Film dalam Proses Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengenaiBagaimana upaya meningkatkan kemampuan beranalogi siswa melalui penggunaan media film dalam proses pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA laboratorium Percontohan UPI.

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis memfokuskan kajian penelitian ini, maka rumusan permasalahan tersebut dibuat menjadi pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran sejarah melalui media film sebagai upaya meningkatkan kemampuan beranalogi siswa di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI?


(15)

2. Bagaimana mengembangkan langkah-langkah pembelajaran sejarah melalui media film sebagai upaya meningkatkan kemampuan beranalogi siswa di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI?

3. Bagaimana hasil dari penggunaan media film di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI?

4. Bagaimana kendala-kendala guru ketika menerapkan media film dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya meningkatkan kemampuan beranalogi siswa di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan di atas, secara umum adalah untuk memperoleh gambaran secara faktual dan aktual mengenai penggunaan media film dapat memunculkan kemampuan beranalogi siswa di SMA Laboratorium Percontohan UPI secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengkaji perencanaan dari penggunaan media film 2. Mengkaji penerapan dari media film

3. Melihat hasil yang diperoleh dari penggunaan media film

4. Mengadakan perubahan, perbaikan, atau peningkatan terhadap penggunaan media film

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung. Khususnya untuk mata pelajaran sejarah manfaat praktis yang diharapkan yaitu:

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan serta keterampilan dalam menerapkan media pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar selanjutnya. 2. Bagi siswa, akan meningkatkan kemampuan beranalogi siswa menggunakan


(16)

8 

3. Bagi guru, dapat memperbaiki permasalahan pembelajaran yang dihadapi dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk meningkatkan mutu pembelajarannya.

4. Bagi sekolah, akan bermanfaat dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran sejarah di SMA Laboratorium Percontohan UPI.

E. Struktur Organisasi

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada penulis bab ini secara garis besar penulis memaparkan masalah yang dikaji. Adapun sub bab yang ada di dalamnya terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Memaparkan landasan teori yang diambil dari literatur, sebagai fondasi dalam pelaksanaan penelitian, dalam bab ini dipaparkan mengenai sumber– sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Memaparkan mengenai serangkaian tahapan yang akan ditempuh penulis ketika melakukan penelitian guna mendapatkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan permasalahan yang sedang dikaji, mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai pada pengolahan data, definisi operasional dan laporan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Memaparkan serangkaian isi yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hasil, dan kendala yang telah ditempuh pada proses penelitian yaitu tentang media


(17)

film dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan karya ilmiah yang berisi kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan di dalam batasan masalah.

  


(18)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memamparkan mengenai metode penelitian yang

digunakan dalam kajian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan

Beranalogi Siswa melalui Penggunaan Media Film dalam Proses Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)”. Adapun beberapa hal yang dipaparkan pada bab ini adalah: Metode Penelitian, Prosedur Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian, Instrument Penelitian, dan teknik Pengumpulan dan Analisis Data.

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Seperti yang diungkapkan oleh Hopkins (1993) bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di ruang kelas (Arifin. 2011: 97). Maka, tujuan utama dari Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI secara berkesinambungan, serta dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan pada saat pembelajaran sebelumnya.

Kemmis (1983) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri rekleftif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari kegiatan praktek sosial atau kependidikan mereka, pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini (Wiriaatmadja. 2012: 12).

Menurut Arifin (2011: 100-101) tujuan dan manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas yaitu:


(19)

1. Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah SMA Laboratorium Percontohan UPI dan LPTK.

2. Penelitian Tindakan Kelas juga dapat membantu guru dan tenaga kependidikan untuk mengatasi masalah pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas khususnya kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI.

3. Meningkatkan kemampuan dan layanan professional guru dan tenaga kependidikan

4. Mengembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah SMA Laboratorim Percontohan UPI dan LPTK.

5. Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan guru dan tenaga pendidikan khususnya di sekolah SMA Laboratorium Percontohan UPI dalam melakukan penelitian tindakan kelas.

6. Meningkatkan kerja sama professional di antara guru dan tenaga kependidikan di sekolah SMA Laboratorium Percontohan UPI dan LPTK. Metode penelitian yang dipakai oleh penulis untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini digunakan karena melalui metode ini guru dapat lebih mengenal keadaan kelas dengan baik, metode ini juga praktis dilakukan penelitian secara langsung yang ditujukan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Seperti yang diungkapkan Wiriaatmadja (2012: 13) bahwa “secara ringkas, penelitian tindakan kelas bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”. Dengan penelitian ini diharapkan kemampuan beranalogi siswa dapat meningkat dengan baik dan juga meningkatkan kinerja guru dalam mengajar. Karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Sukardi (2008: 211) adalah sebagai berikut:

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.


(20)

25 

2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.

3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.

4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflectif thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa PTK (Penelitian Tindakan Kelas) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengobservasi kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan selanjutnya memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut pada proses pembelajaran berikutnya. Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru pamong pelajaran sejarah SMA Laboratorium UPI yaitu bapak Afis Winarko, S.Pd, Dosen Pembimbing I, Drs. Nana Supriatna, M.Ed, Dosen Pembimbing II, Drs. R. H. Achmad Iriyadi. Kolaborasi tersebut mempermudah dalam proses penelitian tindakan kelas yang dilakukan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Laboratorium Percontohan UPI yang berlokasi di Jl. Senjaya Guru kampus Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung. Karakteristik dari siswa-siswi di SMA tersebut yaitu aktif tetapi kurangnya ketertarikan mereka terhadap pembelajaran sejarah. Oleh karena itu, peneliti berusaha malakukan penelitian yang membuat mereka tertarik terhadap pembelajaran sejarah yaitu dengan digunakannya media film sebagai media pembelajaran.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti yaitu adanya beberapa siklus yang terdiri dari dua tindakan dalam setiap siklus. Hal ini ditujukan untuk


(21)

menjelaskan dan menganalisis secara keseluruhan terhadap masalah yang terjadi pada proses penelitian. Peneliti juga melakukan penulisan hasil observasi pada setiap siklus.

Desain Penelitian yang dipakai oleh penulis adalah desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart yaitu dalam bentuk siklus yang mempunyai ciri khas sendiri karena peneliti menyusun setiap siklus terdapat dua tindakan yang biasanya hanya satu tindakan. Hal tersebut terjadi karena peneliti menyesuaikan jadwal kelas XI IPS 3 yang jatuh pada hari selasa dua jam dan rabu satu jam. Selain itu, karena desain model ini sangat sederhana dan cocok apabila diterapkan pada penelitian ini, yang ditujukan untuk menghindari rasa bosan siswa terhadap tampilan film. Tahapan-tahapan siklus tersebut meliputi perencanaan merupakan tahapan awal mengobservasi masalah dan menentukan solusi pada masalah tersebut, serta merencanakan penelitian. Tahapan kedua adalah pelaksanaan yaitu menguji cobakan strategi pemecahan masalah yang telah diambil pada perencanaan awal yaitu di kelas XI IPS 3. Tahap ketiga yaitu observasi yang merupakan pengamatan dan analisis dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung di kelas XI IPS 3. Dan tahap terakhir yaitu kegiatan refleksi yang merupakan evaluasi dari seluruh aktifitas yang telah dilakukan serta solusi yang dapat diambil untuk perbaikan pada proses siklus selanjutnya. Adapun gambar desainnya sebagai berikut:


(22)

27 

Adopsi Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2012:66)

Dari gambar di atas, desain yang menggunakan empat komponen penelitian tindakan yaitu:

1. Perencanaan

Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus berorientasi ke depan dan bersifat fleksibel. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategi yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam proses belajar mengajar dan mengenal rintangan yang sebenarnya.

Dalam tahap ini peneliti akan menyusun serangkaian rencana kegiatan dan tindakan yang akan dilakukan bersama guru mitra untuk mendapatkan hasil yang baik berdasarkan analisa masalah yang didapatkan. Pada penelitian ini rencana yang disusun adalah:

Refleksi

Observasi

Siklus I Rencana

tindakan1 dan 2

Rencana tindakan 1 dan 2

Pra

Rencana tindakan 1 dan 2 Observasi

Observasi

Refleksi Refleksi

Siklus II

Siklus III


(23)

a. Meminta kesediaan guru untuk menjadi kolaborator peneliti dalam penelitian yang akan dilaksanakan di SMA Laboratorium Percontohan UPI yaitu kepada bapak Afis Winarko, S.Pd.

b. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator mengenai waktu penelitian yang akan dilaksanakan siklus I pada hari selasa dan rabu tanggal 25 dan 26 Maret. Siklus II pada hari selasa dan rabu tanggal 8 dan 9 April. Siklus III dilaksanakan hari selasa dan rabu tanggal 22 dan 23 April. Dan siklus IV dilaksanakan hari selasa dan rabu tanggal 29 dan 30 April 2013.

c. Menyusun materi pembelajaran yang sesuai dengan film dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa, yaitu:

d. Pada siklus I Standar kompetensinya adalah Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang. Dengan Kompetensi dasar: “Menganalisis proses interaksi Indonesia-Jepang dan dampak kependudukan militer Jepang terhadap kehidupan masyarakat Indonesia”. Maka, materi pokok pelajarannya: Kependudukan Jepang di Indonesia.

Untuk siklus II peneliti menggunakan Standar Kompetensi yaitu Menganalisis sejarah dunia yang mempengaruhi sejarah Bangsa Indonesia dari abad ke-18 sampai dengan abad ke-20. Dan Kompetensi Dasar adalah

“Membedakan pengaruh Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia terhadap perkembangan pergerakan nasional Indonesia”. Maka, pokok pelajaran tentang Revolusi Prancis.

Siklus III dan Siklus IV untuk Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya sama dengan siklus II akan tetapi untuk materi berbeda. Siklus III materi pokoknya tentang Revolusi Amerika, lalu untuk siklus IV tentang Revolusi Rusia.

Alasan peneliti mengambil materi tersebut karena sesuai dengan SKKD yang pada saat itu harus diajarkan di kelas XI IPS 3. Sesuai dengan kronologis pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di sekolah.


(24)

29 

a. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan saat pembelajaran dalam penelitian di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI.

b. Mencari film yang cocok untuk dikembangkan dalam materi pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Film yang akan digunakan pada siklus I adalah film Tora! Tora! Tora! (film ini menceritakan tentang perjuangan tentara-tentara Jepang yang akan menyerang pangkalan udara Amerika yaitu

Pearl Harbor yang disutradarai oleh Richard Fleischer dan Akira Kurosawa

yang dikeluarkan tahun 1970), siklus II menggunakan film Marie Antoinet

(mengkisahkan kehidupan kerajaan Versaiye hingga menimbulkan Judul film: Marie Antoinette, Sutradara: Sofia Coppola, Skenario: Sofia Coppola,

Pemain: Kirsten Dunst, Jason, Schwartzman, Judy Davis, dan lain-lain. Masa putar: 123 menit, tahun: 2006, produksi: Columbia Pictures). Siklus III menggunakan film The Patriot (mengkisahkan perjuangan seorang yang ingin memerdekakan negaranya sendiri film tahun 2000), dan siklus IV menggunakan film dokumenter biografi Lenin (kisah hidup Lenin).

c. Adapun alasan-alasan penulis memilih film tersebut yaitu karena film tersebut sesuai dengan SKKD yang akan dibahas pada proses pembelajaran, selain itu juga film-film tersebut menggambarkan kondisi yang cukup sesuai dengan fakta-fakta sejarah dari segi peristiwa dan setting dan latar film-film tersebut.

d. Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam PBM sehingga dapat mengukur proses pembelajaran. Penilaian dengan Lembar Kerja Siswa dan format Penilaian diskusi.

e. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan mitra peneliti.

f. Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh dari penelitian 2. Tindakan


(25)

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan atau pelaksanaan yang terkontrol secara seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini yakni:

a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan, yaitu tindakan yang sesuai dengan silabus dan rencana pengajaran yang telah disusun di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI.

b. Memutar dan menyimak film siklus I adalah film Tora! Tora! Tora!, siklus II menggunakan film Marie Antoinet, siklus III menggunakan film The Patriot, dan siklus IV menggunakan film dokumenter biografi Lenin.

c. Mengoptimalkan penggunaan media film dalam kegiatan belajar mengajar. d. Mengadakan evaluasi tes, melihat ferformance dan menagih LKS siswa,

tentunya dengan rubrik yang telah dibuat oleh guru. e. Menggunakan instrument penelitian yang telah disusun. f. Melakukan diskusi balikan dengan mitra penelitian.

g. Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan. h. Melaksanakan pengolahan data

3. Obeservasi

Pada tahap ketiga ini pelaksanaan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan.Pada kegiatan observasi ini, peneliti melakukan:

a. Pengamatan terhadap keadaan kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium UPI yang diteliti.

b. Mengamati kemampuan dilihat dalam tes, ferformance, dan hasil produk siswa dalam upaya meningkatkan kemampuan beranalogi siswa dari film dengan kehidupan sehari-hari.


(26)

31 

Tahap terakhir yaitu refleksi yang merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Pada kegiatan ini peneliti melakukan:

a. Kegiatan diskusi balikan dengan kolaborator maupun mitra yaitu bapak Afis Winarko S.Pd. dan siswa setelah tindakan dilakukan.

b. Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk siklus selanjutnya.

C. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Laboratorium Percontohan UPI yang beralamatkan di Jl. Setia Budi No. 229. Subjek yang dijadikan kelas penelitian adalah kelas XI IPS 3. Yang bertindak sebagai kolaborator peneliti adalah guru sejarah SMA Laboratorium UPI, yaitu bapak Afis Winarko SPd.

Alasan memilih kelas XI IPS 3 untuk dijadikan subjek penelitian, karena berdasarkan hasil ujian akhir sekolah semester ganjil menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran sejarah rendah. Selain itu proses pembelajaran di dalam kelas pada saat guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, peneliti mendapatkan gambaran, siswa kurang aktif dalam pembelajaran sejarah, siswa terlihat pasif, mereka hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa merespon, hal ini terbukti dengan kurangnya antusias siswa dalam mengemukakan pendapat, bertanya, menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Kemudian Pada saat berdiskusi guru mencoba memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengelola materi, namun menurut pengamatan peneliti pemahaman siswa masih dirasa kurang, karena yang bertanya hanya kelompok itu saja, pendapat yang dilontarkan hanya dari siswa itu saja, tanpa adanya, sanggahan dan jawaban dari tim penyaji, dan semuanya diterima bulat-bulat dan semua pertanyaan yang di lontarkan semua jawabannya ada di dalam buku sumber ajar.


(27)

Karakter kelas XI IPS 3 berdasarkan pengamatan sebenarnya banyak siswa yang memiliki potensi belajar yang baik, namun perlu ada suatu cara yang dilakukan oleh guru agar kemampuan yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang dengan baik peneliti melihat penggunaan media film cocok untuk di kelas ini dalam solusi menyelesaikan masalah ini. Dan untuk membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, guru mencoba memacu siswa untuk berfikir

contekstual dengan cara meningkatkan kemampuan beranalogi.

D. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka dibawah ini terdapat beberapa definisi operasional yang akan menjelaskan secara rinci mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : 1. Pembelajaran Sejarah dengan Menggunakan Media Film.

Media pembelajaran merupakan salah satu aspek yang penting dalam metodologi pengajaran yang fungsinya sebagai alat bantu mengajar yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Sudjana dan Rivai, 2010:1). Media yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah media film. Media film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal yang dijadikan media pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dari segi kognitif, afektif, dan psikomotoris yaitu dengan menggunakan tes, ferformance, dan juga dapat menghasilkan produk. Film pada hakikatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar mengajar yang mengkombinasikan dua macam indera pada saat yang sama (Sudjana, 1995: 102). Pada umumnya, setiap orang akan lebih cepat mengingat dan mengerti bila ia berhadapan langsung yaitu apa yang dipandang dan didengarnya dari pada harus membaca atau hanya mendengarkan saja.


(28)

33 

Film adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk mempelajari peristiwa-peristiwa masa lampau. film ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menyimak film yang telah dipersiapkan, selanjutnya menceritakan kembali secara kronologis film yang telah disimaknya dan meminta siswa untuk menuangkannya menjadi sebuah cerita pendek. film memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas.

Media film dianggap perlu digunakan karena Pembelajaran sejarah yang mempelajari peristiwa-peristiwa masa lampau sangat menuntut guru untuk dapat menampilkan media yang dapat menyetimulasi siswa untuk berimajinasi, membawa para siswa untuk membayangkan suasana ketika suatu peristiwa sejarah itu terjadi. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap media film diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih mengenai materi yang ada serta dapat menganalogikan dengan kehidupannya sehari-hari.

Sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, aktualitas, sejarah in concreto, yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu atau masa yang lampau (Ismaun, 2005: 21). Film telah memberikan kemudahan terkait memahami peristiwa, nilai, ataupun tokoh yang diperankan. Adapun Langkah-langkah Pembelajarannya adalah sebagi berikut :

1. Guru mempersiapkan film sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD. 2. Guru menjelaskan materi penting yang akan ada pada film.

3. Guru memutar film, yang ditayangkan melalui OHP atau LCD proyektor melalui komputer/laptop.

4. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para siswa untuk memperhatikan dan menganalisa film.

5. Guru mempersilahkan setiap siswa untuk berimajinasi atau berfikir mengenai film yang telah ditontonnya dengan cara menganalogikan film tersebut dengan kehidupan sehari-hari mereka.


(29)

6. Melalui diskusi, siswa dapat mengemukakan pendapat dari imajinasi dan hasil analogi mereka sendiri. Hasil diskusi dari analogi film tersebut dicatat pada kertas/lembar kerja.

7. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi yang masih kurang atau belum tersampaikan sebelumnya dengan tujuan yang ingin dicapai.

8. Kesimpulan

Secara ringkasnya dapat dikatakan bahwa suatu film dikatakan baik bila memenuhi beberapa syarat, diantaranya adalah sangat menarik minat siswa dan autentik, up to date, sesuai dengan tingkat kematangan anak, bahasanya baik dan tepat, mendorong keaktifan siswa sejalan dengan isi pelajaran dan memuaskan dari segi teknik. Jenis film yang akan ditampilkan pada saat penelitian adalah film-film dokumenter, semi dokumenter, dan film-film sejarah. Adapun film yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, untuk siklus I peneliti menggunakan film Tora! Tora! Tora!. Film ini (judul Jepang: トラ・トラ・トラ!), ialah film keluaran tahun 1970, yang merupakan dramatisasi dari serangan Jepang ke Pearl Harbour dan rangkaian kesalahan besar Amerika Serikat yang memperburuk keefektifannya. Judul ini merupakan kata sandi yang digunakan Jepang untuk menandai kesuksesan serangan, menggunakan repetisi dari kata dalam bahasa Jepang untuk harimau. Film bioskop ini secara kritis dinyatakan untuk adegannya yang gamblang seperti ketepatan dokumenternya. Film ini dibuat dalam 2 produksi terpisah, 1 berdasarkan di AS, disutradarai Richard Fleischer, dan 1 berdasarkan di Jepang. Yang di Jepang awalnya disutradarai Akira Kurosawa, namun setelah 2 tahun bekerja dengan tiada hasil berguna, 20th Century Fox mengarahkan proyek ini pada Kinji Fukasaku yang melengkapinya. Penulis skenarionya ialah Ladislas Farago, Larry Forrester, Ryuzo Kikushima, dan Hideo Oguni, berdasarkan buku

Gordon W. Prange. Sinematografer Charles Wheeler, dinominasikan pada


(30)

35 

difoto oleh Ray Kellogg. Pemain dan tokoh dari film ini adalah Martin Balsam

sebagai Laksamana Husband Kimmel, Panglima Tertinggi Armada Pasifik, Soh

Yamamura sebagai Laksamana Isoroku Yamamoto, Komandan Merangkap

Armada Jepang, Joseph Cotten sebagai Sekretaris Perang Henry Stimson, Tatsuya Mihashi sebagai Komandan Minoru Genda, Edward G. Marshall sebagai Kolonel

Rufus Bratton, Kepala Intelijen Pasukan, James Whitmore sebagai Laksamana Madya William Halsey, Komandan SatGas 2, Eijiro Tono sebagai Laksamana

Madya Chuichi Nagumo, Jason Robards sebagai LetJen Walter Short, Jenderal pasukan AS yang berwibawa, Neville Brand sebagai sersan bagian yang terus-terusan memberitahukan perwira tinggi tentang serangan mendatang dan

memarahi perwira komandannya ketika itu terjadi

http://id.wikipedia.org/wiki/Tora!_Tora!_Tora! [diunduh 11 Februari 2013].

Kedua, untuk siklus II peneliti menggunakan film yang berjudul Marie Antoinette, yang disutradarai oleh Sofia Coppola, skenario Sofia Coppola, pemain Kirsten Dunst, Jason Schwartzman, Judy Davis, dan lain-lain, durasi film 123 menit, film keluaran tahun 2006, diproduksi oleh Columbia Pictures, film ini berdurasi 2 jam 2 menit 49 detik. Lewat film Marie Antoinette, yang didasarkan pada kisah sejarah ratu Prancis yang selalu berpesta, menghamburkan uang dan kemudian terkenal dengan hukum pancungnya, perempuan dalam film ini sudah

menemukan identitas dan berani untuk menghadapi “dunia”

http://senobitasinema.blogspot.com/ [diunduh 12 februari 2013].

Ketiga, untuk siklus III peneliti menggunakan film The Patriot. Produser film Roland Emmerich, Skenario oleh Robert Rodat, Pemainnya Mel Gibson,

Heath Ledger, Joely Richardson. Film yang bercerita dari kemerderkaan Amerika (1779) dari penjajahan yang dilakukan oleh Inggris Raya, film ini berdurasi 2 jam 55 menit 6 detik. Pada film ini kita akan dipertemukan dengan Benyamin Martin

(Mel Gibson) seorang petani yang kembali ke medan perang (mantan pasukan bersenjata) setelah seorang tentara inggris membunuh anak keduanya. Ikut berjuang sebagai Pemimpin pasukan Milisi, Benyamin ditemani anak pertamanya,


(31)

Gabriel Edward Martin (Heath Ledger) pada kesatuan yang sama http://www.imdb.com/title/tt0187393/ [diunduh 14 februari 2013].

Keempat, untuk siklus IV peneliti menggunakan film dokumenter mengenai kisah hidup Lenin. Film ini berupa film potongan-potongan video-video dari dia kecil hingga dewasa menjadi seorang yang berpengaruh di Rusia pada saat itu.

Alasan Peneliti menggunakan film-film di atas karena film tersebut berhubungan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilaksanakan pada pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3. Selain itu, fakta-fakta kesejarahan yang terkandung di dalam film di atas cukup relevan dengan fakta-fakta sejarah yang ada walaupun masih ada unsur-unsur yang di fiksikan. Setting

dan alur dari film sangat cocok untuk menggambarkan keadaan pada saat itu sehingga dapat membawa siswa pada zaman tersebut. Karena film tersebut rata-rata berdurasi hingga dua jam maka peneliti menyederhanakan film tersebut karena waktu untuk menyimak film di dalam kelas hanya 60 menit, maka peneliti memotong film-film tersebut menjadi 60 menit dengan tidak menghilangkan unsur-unsur penting di dalam film tersebut.

2. Kemampuan Beranalogi Siswa

Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada peramaan dalam berbagai segi, maka aka nada pula persamaan dalam bidang lain (Kosasih, 2002: 79). Berkaitan dengan hal ini, isi pelajaran yang bermakna bagi siswa dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan dan latihan. Maka, apabila siswa telah memahami isi film dan materi yang sedang dipelajari maka secara berurutan siswa pun akan dapat menganalogikan isi dari film yang telah ditontonnya dengan kehidupan mereka sehari-hari yang kita sebut dengan kemampuan beranalogi siswa.

Pemahaman merupakan rangkaian pertama dari proses analogi. Karena logikanya, jika kita ingin menganalogikan apapun, maka kita harus dapat memahami terlebih dahulu sesuatu yang akan kita analogikan. Adapun ciri-ciri


(32)

37 

siswa telah memahami yaitu dapat dilihat dari perbuatan psikologis yang dilakukan siswa. Maka arti kemampuan beranalogi yang bersifat operasional adalah:

Kemampuan beranalogi diartikan sebagai kemampuan untuk mengerti terhadap materi, dapat dilihat dari kemampuan menterjemahkan film yang telah ditayangkan dari suatu bentuk ke bentuk lain, dengan menginterpretasikan film dengan cara menjelaskan dan merangkum. Kemapuan beranalogi disini mengandung arti dari definisi yang pertama, yakni kemampuan beranalogi diartikan kemampuan menerangkan suatu persamaan isi pokok dari film yang telah ditontonnya dengan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep yang sesuai dengan isi film yang telah ditontonnya tadi.

Pencapaian kemampuan beranalogi siswa dapat dilihat pada waktu proses belajar mengajar. Kemampuan beranalogi diartikan bilamana seseorang tersebut dapat membandingkan film yang telah ditontonnya dengan kehidupan sehari-hari mereka hingga menjadi suatu tulisan. Kegiatan belajar mengajar berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan (beranalogi) siswa dalam mencapai tujuan, ada tiga macam ranah-ranah evaluasi hasil belajar yang terkandung dalam tujuan yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Ranah afektif yaitu siswa dapat memperhatikan, dan merespon (keaktifan bertanya atau menjawab pertanyaan) dengan positif pada saat pembelajaran berlangsung, selain itu dan yang paling penting siswa juga dapat mengemukakan hubungan antara film yang telah ditontonnya dengan kehidupan sehari-harinya, peneliti menggunakan alat pedoman diskusi untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan ini. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan perseprual, keharmonisan (ketepatan), gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif.

Kemampuan beranalogi siswa adalah hasil belajar, misalnya anak didik dapat menghubungkan film yang telah ditontonnya dengan kehidupan mereka sehari-hari menggunakan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dilihatnya atau


(33)

didengarnya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas peneliti mencoba untuk membuat indikator yang dapat menjawab dari kemampuan beranalogi siswa dengan menggunakan media film, indikator tersebut antara lain:

1. Siswa dapat memahami isi dari film yang di tampilkan guru dan menyimpulkan satu konsep yang akan dijadikan analogi. Misalnya konsep Nasionalisme, konsep Demokratis, konsep Patriotisme, dan konsep Sosialisme demokratis.

2. Siswa dapat menghubungkan secara relevan isi dari film yang di tampilkan guru dengan kehidupan mereka sehari-hari, contohnya seorang prajirit perang yang rela berkorban jiwa dan raga demi bangsanya sendiri sedangkan untuk analogi dalam kehidupan sehari-hari siswa dalam konsep nasionalisme adalah selalu mengikuti upacara bendera setiap hari senin dan belajar dengan tekun, membantu orang tua di rumah.

3. Siswa dapat menarik kesimpulan dari film yang di tampilkan dan menghubungkannya dengan materi yang sedang berlangsung contohnya film Tora! Tora! Tora! Adalah film yang menceritakan salah satu perjuangan para militer Jepang bila dihubungkan dengan materi maka kemenangan Jepang dalam peristiwa penyerangan ke Pearl Harbor menjadi salah satu faktor Indonesia menjadi Negara jajahan Jepang, atau masuknya kependudukan Jepang di Indonesia.

E. Instrumen Penelitian 1. Lembar Panduan Observasi

Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi pada saat pemutaran film berlangsung, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Format observasi

Media film untuk memunculkan kemampuan beranalogi siswa dalam pembelajaran sejarah


(34)

39 

SB B CB KB 1. Menyimak film dengan suasana kondusif dan

seksama

2. Siswa mampu menyimpulkan isi pokok film

3. Siswa mampu menganalogikan isi pokok film menjadi sebuah konsep

4.

Siswa mampu menganalogikan isi film dengan kehidupan sehari-hari menggunakan konsep dalam konteks kehidupan keluarga, sekolah, atau lingkungan masyarakat

5. Siswa mampu menghubungkan isi pokok film dengan materi yang sedang berlangsung

6. Melakukan diskusi antar siswa atau dengan kelompok lain mengenai pembelajaran

7 Pengerjaan LKS

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang tersedia.

Sangat Baik : skor 4 Cukup Baik : skor 2

Baik : skor 3 Kurang Baik : Skor 1

Skor maksimal 8 aspek X 4 skor = 32

Konversi skor mentah dalam penilaian SB-KB Keterangan:

SB (Sangat Baik)= skor nilai dari 19-24 B (Baik)= skor nilai dari 13-18

CB (Cukup Baik)= skor nilai dari 7-12 KB (Kurang Baik)= skor nilai dari 1-6

SB : siswa telah mampu dengan sangat baik menganalogikan isi pokok film dengan kehidupannya sehari-hari menggunakan pendekatan konsep lebih dari tiga contoh.

B : siswa mampu dengan baik menganalogikan isi pokok film dengan kehidupannya sehari-hari dengan menggunakan konsep hanya dengan tiga contoh.

CB : siswa cukup mampu menganalogikan isi pokok film dengan kehidupannya sehari-hari tetapi hanya dapat mencontohkan dalam satu contoh.

KB : siswa dapat menyimpulkan isi pokok film tetapi tidak dapat menganalogikan dengan kehidupan sehari-harinya.


(35)

No Indikator Kelompok

1 2 3 4 5

1.

Siswa menyimak film yang dengan kondusif (tidak ribut, siswa tetap fokus menyimak dan mencatat hal-hal penting yang ada dalam film). 2. Siswa mengemukakan kesimpulan relevan

dengan film yang telah disimaknya. 3.

Siswa mampu mengemukakan konsep mengenai peristiwa/kejadian yang sesuai dengan isi pokok film yang telah disimaknya.

4.

Siswa mampu membandingkan isi pokok film dengan peristiwa/kejadian dalam kehidupannya sehari-hari menggunakan konsep yang telah dipaparkan sebelumnya.

5. Siswa mampu secara relevan menghubungkan isi pokok film dengan materi yang telah dibahas. 6.

Siswa mampu berkomunikasi dengan teman sekelompoknya dan membangun kekompakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. 7.

Siswa mampu mengemukakan pendapat sendiri dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

8.

Pendapat siswa sesuai dengan film dan peristiwa yang ada dalam kehidupan sehari-harinya, serta dengan materi yang sedang dibahas.

9.

Siswa mampu berpendapat sesuai dengan sumber bacaan yang jelas (sumber dan penulisnya) serta sesuai dengan materi yang sedang dibahas.

10. Siswa aktif (bertanya dan menjawab pertanyaan) sesuai dengan materi yang sedang dibahas. Keterangan nilai:

A= 4 B= 3 C= 2 D= 1

skor maksimal adalah jumlah butir 10 X 4 skor= 40 Konversi skor mentah dalam penilaian A-D A (Sangat Baik)= skor nilai dari 30-40

B (Baik)= skor nilai dari 20-29

C (Cukup Baik)= skor nilai dari 10-19 D (Kurang Baik)= skor nilai dari 1-9


(36)

41 

Penilaian kemampuan analogi siswa dengan kehidupan sehari-hari 1. Sedikit banyaknya peristiwa yang dianalogikan

2. Sedikit banyaknya aspek yang menjadi dasar analogi 3. Sifat dari analogi yang dibuat

4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan

5. Relevan atau tidaknya masalah yang dianalogikan dengan konsep

Pada siklus I dari pemutaran film Tora! Tora! Tora!, Siswa dapat menggunakan konsep Nasionalisme untuk menganalogikan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pada siklus II film Marie Antoinet, siswa dapat menganalogikan dengan konsep demokratis. Pada siklus III film The Patriot, siswa dapat menganalogikan dengan konsep patriotisme. Dan pada siklus IV dengan film dokumenter biografi Lenin, siswa dapat menganalogikan dengan konsep Nasional Demokratis.

2. Tugas Kelompok

Tugas kelompok dilakukan pada saat proses diskusi dilakukan, siswa diharuskan mencari sumber materi yang berhubungan dengan film serta menganalogikannya dengan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep. Pada siklus II film Marie Antoinet, siswa dapat menganalogikan dengan konsep demokratis. Pada siklus III film The Patriot, siswa dapat menganalogikan dengan konsep patriotisme. Dan pada siklus IV dengan film dokumenter biografi Lenin, siswa dapat menganalogikan dengan konsep Nasional Demokratis. Setelah itu, barulah kelompok mempresentasikan.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen yang digunakan adalah, silabus, RPP, daftar hadir siswa, daftar nilai siswa, dan lain-lain.

4. Skala Lajuan

Skala Lajuan yang dimaksudkan di dalam penelitian ini adalah beberapa pertanyaan yang di dalamnya berhubungan dengan sikap atau nilai siswa untuk


(37)

mengetahui apakah siswa selalu melakukan analogi tersebut atau tidak. Setiap siklus memiliki indikator skala yang berbeda, pada siklus I yaitu sikap Nasionalisme, siklus II yaitu sikap Demokratis, siklus III yaitu Patriotisme, dan siklus IV yaitu Nasionalisme Demokratis.

Skala Lajuan

Indikator Nilai Sosial yang dapat dianalogikan dari film oleh siswa: Nasionalisme

Nama Siswa:……… Petunujuk umum:

 Isilah nama pada kolom yang telah disediakan.

 Instrument berikut ini ditujukan untuk kegiatan penelitian dalam rangka penyususnan skripsi.

Petuntujk khusus:

 Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti

 Berilah tanda (√) dengan jujur diantara beberapa pertanyaan berikut ini jika: SS : Sangat sering, jika kegiatan atau hal tersebut rutin dilakukan dengan

frekuensi hampir setiap hari sudah menjadi kebiasaan sampai saat anda mengisis instrumen ini

S : Sering, jika kegiatan atau hal tersebut beberapa kali dilakukan dengan frekuensi lebih dari empat kali sampai saat anda mengisi instrumen ini. P : Pernah, jika kegiatan atau hal tersebut pernah dilakukan dengan frekuensi

1 sampai 2 kali sampai saat anda mengisi instrument ini.

TP : Tidak pernah, jika kegiatan atau hal tersebut belum pernah sama sekali dilakukan sampai saat anda mengisi instrument ini.

No Pernyataan

Alternatif Pilihan SS S P TP 1. Saya mengerjakan tugas dengan melihat hasil

pekerjaan teman

2. Saya meminta bantuan terhadap teman atau melihat ke buku catatan/rangkuman ketika ada soal yang tidak saya pahami pada saat ujian/ulangan

3. Saya memaksakan diri sendiri untuk melaksanakan sesuatu

4. Saya merasa malu atas kekurangan dan kelemahan diri saya sendiri

5. Saya memilih merawat salah satu anggota keluarga yang sakit, walaupun saya berencana untuk bermain


(38)

43 

bersama teman-teman saya

6. Sebagai seorang anak, saya mendengarkan nasihat dari orang tua saya

7. Saya mendahulukan membeli alat tulis untuk sekolah dari pada membeli ponsel baru

8. Saya meminjam ballpoint kepada teman walaupun saya harus menggunakan pensil unyuk menulis

9. Saya membiasakan diri untuk antri di loket pembayaran telepon, listrik, dan lainya, atau ketika membayar SPP

10. Saya mengucapkan terimakasih kepada orang yang telah berbuat baik terhadap saya

11. Saya memahami tugas dan peran saya sebagai seorang anak dalam keluarga saya

12. Saya mengerjakan tugas pekerjaan rumah misalnya menyapu, mencuci pakaian, dengan ikhlas

13. Saya menjalankan tugas piket kelas

14. Saya berusaha memakai atribut sekolah lengkap (lambang OSIS, lokasi sekolah, logo sekolah dan papan nama)

15. Saya mengikuti dalam suatu kelompok seni, seperti sanggar tari tradisional, pencak silat atau kelompok gamelan degung.

16. Saya lebih menyukai tari jaipong dari pada dance modern

17. Saya memilih berbelanja di pasar tradisional daripada di pasar modern

18. Saya memilih makan gado-gado dan bajigur dari pada makan ayam goring tepung dan soft drink

19. Saya mengikuti atau menjdi salah satu anggota pelaksana upacara bendera, pemimpin upacara, dan pelaksana lainnya

20. Saya mengikuti acara pentas kreasi seni dalam rangka memperingati HUT RI

Skala Lajuan

Indikator Nilai Sosial yang dapat dianalogikan dari film oleh siswa: Demokratis

Nama Siswa:……… Petunujuk umum:


(39)

 Instrument berikut ini ditujukan untuk kegiatan penelitian dalam rangka penyususnan skripsi.

Petuntujk khusus:

 Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti

 Berilah tanda (√) dengan jujur diantara beberapa pertanyaan berikut ini jika: SS : Sangat sering, jika kegiatan atau hal tersebut rutin dilakukan dengan

frekuensi hampir setiap hari sudah menjadi kebiasaan sampai saat anda mengisis instrumen ini

S : Sering, jika kegiatan atau hal tersebut beberapa kali dilakukan dengan frekuensi lebih dari empat kali sampai saat anda mengisi instrumen ini. P : Pernah, jika kegiatan atau hal tersebut pernah dilakukan dengan frekuensi

1 sampai 2 kali sampai saat anda mengisi instrument ini.

TP : Tidak pernah, jika kegiatan atau hal tersebut belum pernah sama sekali dilakukan sampai saat anda mengisi instrument ini.

No Pernyataan

Alternatif Pilihan SS S P TP 1. Saya mengemukakan pendapat sendiri pada saat proses

diskusi di dalam kelas

2. Saya menerima pendapat teman saya pada saat proses diskusi berlangsung

3. Saya menyanggah apabila ada teman saya yang kurang tepat dalam berpendapat saat proses diskusi

4. Saya selalu menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh guru atau teman saya pada saat proses diskusi kelas

5. Saya selalu bertanya kepada guru pada saat proses pembelajaran di kelas

6. Saya selalu menggunakan hak suara saya pada pemilihan ketua kelas dan perangkat kelas

7. Saya selalu menggunakan hak suara saya pada saat pemilihan ketua OSIS di sekolah

8. Saya selalu mencalonkan diri sebagai salah satu perangkat kelas (ketua, wakil ketua, sekertaris, dan lainnya).

9. Saya selalu mengikuti acara-acara yang diadakan oleh OSIS atau sekolah

10. Saya salalu mengikuti salah satu ekstrakulikuler di sekolah

11. Saya memahami tugas dan peran saya sebagai seorang siswa


(40)

45 

mengambil keputusan untuk bersama

13. Saya memberikan kesempatan kepada teman dan guru untuk memberikan kritik kepada saya

14. Sebelum kerja kelompok, saya berdiskusi terlebih dahulu tentang pembegian tugas kelompok dengan teman saya

15. Saya menjalankan ibadah sesuai dengan agama saya dengan ikhlas

16. Saya memberikan kesempatan kepada teman saya untuk mengemukakan pendapatnya dalam rapat berlangsung

17. Saya selalu melakukan diskusi dengan orang tua saya mengenai kelanjutan sekolah saya (memilih perguruan tinggi)

18. Saya selalu mengemukakan pendapat saya ketika orang tua saya sudah bersikap tidak adil dengan saudara saya

19. Saya menjadi salah satu anggota pelaksana upacara bendera dis sekolah

20. Saya selalu mengikuti demo yang bersifat pendidikan, dengan demo yang jelas untuk keadilan.

Skala Lajuan

Indikator Nilai Sosial yang dapat dianalogikan dari film oleh siswa: Patriotisme

Nama Siswa:……… Petunujuk umum:

 Isilah nama pada kolom yang telah disediakan.

 Instrument berikut ini ditujukan untuk kegiatan penelitian dalam rangka penyususnan skripsi.

Petuntujk khusus:

 Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti

 Berilah tanda (√) dengan jujur diantara beberapa pertanyaan berikut ini jika: SS : Sangat sering, jika kegiatan atau hal tersebut rutin dilakukan dengan

frekuensi hampir setiap hari sudah menjadi kebiasaan sampai saat anda mengisis instrumen ini

S : Sering, jika kegiatan atau hal tersebut beberapa kali dilakukan dengan frekuensi lebih dari empat kali sampai saat anda mengisi instrumen ini. P : Pernah, jika kegiatan atau hal tersebut pernah dilakukan dengan frekuensi

1 sampai 2 kali sampai saat anda mengisi instrument ini.

TP : Tidak pernah, jika kegiatan atau hal tersebut belum pernah sama sekali dilakukan sampai saat anda mengisi instrument ini.


(41)

No Pernyataan

Alternatif Pilihan SS S P TP 1. Saya selalu belajar dengan tekun

2. Saya selalu mengerjakan pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh guru sendiri

3. Saya selalu mengerjakan ulangan dengan serius dan tanpa bantuan orang lain

4. Saya selalu mengantri apabila loket pembayaran SPP, listrik, telepon, dan lainnya sedang penuh.

5. Saya selalu membuang sampah pada tempatnya

6. Bila saya faham terlebih dahulu dalam belajar dari pada teman saya, maka saya selalu membantu teman yang sedang belajar (tutor sebaya)

7. Saya selalu ikut menyanyikan lagu Indonesia raya setiap upacara bendera

8. Saya selalu memilih mengunjungi museum dari pada mengunjungi pusat perbelanjaan.

9. Saya selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

10. Saya salalu mengikuti acara-acara yang diadakan pada saat memperingati kemerdekaan RI

11. Saya memahami tugas dan peran saya sebagai seorang warga Negara yang baik

12. Saya selalu mendengarkan lagu-lagu Nasional dari pada lagu-lagu yang berbahasa Inggris

13. Saya selalu mengikuti salah satu ekstrakulikuler di sekolah

14. Saya selalu membagi tugas dengan teman saya apabila guru memberikan intruksi untuk kerja kelompok 15. Saya menjalankan ibadah sesuai dengan agama saya

dengan ikhlas

16. Saya memberikan kesempatan kepada teman saya untuk mengemukakan pendapatnya dalam proses pembejaran berlangsung

17. Saya selalu mengikuti acara-acara yang diadakan oleh sekolah dari pada bermain dengan teman saya

18. Saya selalu menjaga kebersihan di dalam kelas

19. Saya ingin menjadi salah satu perangkat kelas (ketua kelas, dll) untuk kesejahteraan kelas


(42)

47 

sekolah.

Skala Lajuan

Indikator Nilai Sosial yang dapat dianalogikan dari film oleh siswa: Sosialisme Demokratis

Nama Siswa:……… Petunujuk umum:

 Isilah nama pada kolom yang telah disediakan.

 Instrument berikut ini ditujukan untuk kegiatan penelitian dalam rangka penyususnan skripsi.

Petuntujk khusus:

 Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti

 Berilah tanda (√) dengan jujur diantara beberapa pertanyaan berikut ini jika: SS : Sangat sering, jika kegiatan atau hal tersebut rutin dilakukan dengan

frekuensi hampir setiap hari sudah menjadi kebiasaan sampai saat anda mengisis instrumen ini

S : Sering, jika kegiatan atau hal tersebut beberapa kali dilakukan dengan frekuensi lebih dari empat kali sampai saat anda mengisi instrumen ini. P : Pernah, jika kegiatan atau hal tersebut pernah dilakukan dengan frekuensi

1 sampai 2 kali sampai saat anda mengisi instrument ini.

TP : Tidak pernah, jika kegiatan atau hal tersebut belum pernah sama sekali dilakukan sampai saat anda mengisi instrument ini.

No Pernyataan

Alternatif Pilihan SS S P TP 1. Saya selalu melakukan musyawarah untuk mencapai

mufakat

2. Saya selalu mengemukakan pendapat saya pada saat proses musyawarah

3. Saya selalu menggunakan hak pilih saya dengan benar 4. Saya selalu turut serta dalam kegiatan sosial

masyarakat

5. Saya selalu ikut bekerja bakti membersihkan lingkungan bersama-sama

6. Saya selalu turut serta menjaga kelestarian lingkungan 7. Saya selalu menghargai pendapat orang lain dalam

melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat 8. Saya selalu menerima uang jajan sesuai dengan

kebutuhan saya

9. Saya selalu membeli hal yang lebih penting untuk sekolah seperti buku, ballpoint, dari pada membeli


(43)

mainan

10. Saya salalu berdo’a sebelum pelajaran dimulai

11. Saya salalu melakukan kegiatan beribadah sesuai dengan kepercayaan saya sendiri

12. Saya selalu memberi pertolongan kepada kepada orang yang membutuhkan

13. Saya selalu berbelanja di pasar tradisional dari pada di mal

14. Saya selalu selektif dalam memilih perangkat kelas (ketua kelas, wakil, sekertaris, bendahara, dll)

15. Saya selalu menghargai teman saya yang sedang melakukan ibadah

16. Saya lebih memilih makan nasi dari pada makan pizza (makanan luar)

17. Saya selalu tidak memaksakan kehendak saya dalam berorganisasi

18. Saya selalu menerima pendapat orang lain dalam musyawarah walaupun berbeda dengan pendapat saya 19. Saya ingin menjadi salah satu perangkat kelas (ketua

kelas, dll) untuk kesejahteraan kelas

20. Saya selalu menjadi panitia dalam pemilihan ketua OSIS di sekolah.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah observasi terbuka. Yaitu dengan mencatat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas ke dalam kertas yang telah disiapkan oleh peneliti, dengan tujuan untuk menggambarkan situasi kelas yang lengkap dan kronologis. Hal yang dilihat pada teknik ini yaitu aktifitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan media film. Pada siklus I dari pemutaran film Tora! Tora! Tora!, Siswa dapat menggunakan konsep Nasionalisme untuk menganalogikan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pada siklus II film Marie Antoinet, siswa dapat menganalogikan dengan konsep demokratis. Pada siklus III film The Patriot, siswa dapat menganalogikan dengan konsep patriotisme. Dan pada siklus IV


(44)

49 

dengan film dokumenter biografi Lenin, siswa dapat menganalogikan dengan konsep Nasional Demokratis.

2. Dokumentasi

Studi dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini berupa silabus, rencana pembelajaran, pedoman penilaian tes, daftar nilai, pedoman observasi, pedoman wawancara, hasil catatan lapangan (observasi), hasil tugas-tugas setiap siklus, soal-soal tes lengkap dengan kunci jawabannya.

3. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa merupakan rubrik yang diberikan kepada siswa. Lembar kerja siswa ini akan diberikan dalam bentuk soal esai yang dikerjakan secara individu, agar siswa dapat mengekspresikan jawabannya dengan leluasa, sehingga akan menggambarkan pemahaman siswa terhadap film yang telah ditayangkan dengan cara menganalogikan dengan kehidupan sehari-hari serta menghubungkan isi pokok film dengan materi yang telah diberikan oleh guru.

G. Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah pengumpulan data dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data dan alat bantu. Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian kali ini adalah bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang terkumpul dari penelitian ini yaitu data hasil observasi siswa baik pada saat pra penelitian maupun pelaksanaan tindakan, dan data lebar observasi pada saat pelaksanaan tindakan. Data-data temuan kemudian diolah dan di analisis. Melalui analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal sampai berakhirnya pelaksanaan penelitian.

Pengolahan data kuantitatif dilakukan untuk mengukur tingkat peningkatan kemampuan beranalogi siswa dengan menggunakan media film melalui penskoran. Data yang diperoleh berasal dari penilaian observer terhadap


(45)

kemampuan beranalogi siswa dan aktifitas media film. Pengolahan data kuantitatif, dilakukan melalui penentuan:

Skor media film yang diperoleh setiap kelompok siswa dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh setiap siswa mengenai aktifitas pembelajaran dengan media film dari observer melalui lembar observasi.

Adapun prosedur pengolahan data kualitatif, sebagai berikut: 1) Pengolahan Data Kualitatif

Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan seluruh data yang diperoleh berdasarkan instrumen penelitian yang telah dibuat sebelumnya, kemudian data-data tersebut di modifikasi berdasarkan jenis dan sumbernya. Lalu setelah itu pengkodean dilakukan. Selanjutnya, peneliti melakukan interpretasi terhadap seluruh data untuk memudahkan pengkategorisasian data. Kategori data dilakukan terhadap strategi belajar mengajar, proses belajar mengajar, aktifitas siswa dan guru pada saat proses belajar mengajar, penilaian proses dan hasil belajar, situasi dan kondisi kelas. Pada tahap ini, ditekankan pada aspek kemampuan beranalogi siswa setelah diterapkannya media film yang diperoleh dari hasil tes, aktifitas siswa ketika pelaksanaan diskusi, aktifitas siswa di kelas pada saat menyimak, bertanya, dan menjawab pertanyaan.

2) Validasi Data

Data yang baik adalah data yang valid. Suatu data dikatakan valid jika data tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas merupakan salah satu syarat penting dalam pelaksanaan seluruh jenis penelitian termasuk dalam PTK. Kegiatan yang bisa dilakukan dalam meningkatkan validitas yaitu:

a) Member Check

Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2012: 168) member check adalah memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber yang relevan dengan PTK (kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai administrasi sekolah, orang tua siswa dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi atau penjelasan


(1)

Evi Lestari, 2013

Upaya Meningkatkan Kemampuan Beranalogi Siswa Melalui Penggunaan Media Film Dalam Proses Pembelajaran Sejarah(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)

perpustakaan.upi.edu

pembelajaran di kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI. Proses perencanaan memiliki tahap-tahap seperti penyusunan rencana pembelajaran serta format penilaian yang akan dilakukan dengan menggunakan media film yang berlatarkan sejarah untuk meningkatkan kemampuan beranalogi siswa. Rencana pembelajaran tersebut meliputi materi pembelajaran, skenario pembelajaran, dan bentuk evaluasi pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya. Untuk format penilaian bagi siswa telah disusun format observasi tertutup, dan pengerjaan LKS (Lembar Kerja Siswa), serta Skala Lajuan untuk mengetahui nilai-nilai yang berkembang pada siswa. Sementara untuk materi pembelajaran pada siklus I yaitu mengenai Indonesia pada masa penjajahan Jepang dengan film Tora! Tora! Tora!, siklus II yaitu Revolusi Prancis dengan film Marie Antoinet, Siklus III Revolusi Amerika dengan film The Patriot, dan Siklus IV Revolusi Rusia film dokumenter Biografi Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin.

Ketiga, pada penggunaan media film untuk meningkatkan kemampuan beranalogi siswa ini mengalami kemajuan karena film akan membantu siswa untuk lebih memahami pembelajaran dan dapat menganalogikannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memacu siswa untuk mengembangkan kemampuan beranaloginya seperti pada siklus I siswa menganalogikan isi film dengan pendekatan konsep Nasionalisme. Sebagai contoh siswa menyebutkan “upacara bendera setiap hari senin”. Karena pembelajaran yang belum terfokus dengan baik maka beberapa siswa saja yang mampu dengan baik menganalogikannya. Untuk siklus II mengalami peningkatan yaitu siswa menganalogikan film tersebut dengan menggunakan konsep demokratis, diantara mereka ada yang memaparkan bahwa berpendapat dengan “menggunakan pendapat sendiri pada saat melakukan proses diskusi” ini merupakan salah satu contoh dari analogi dengan pendekatan demokratis”. Sementara untuk siklus III kemampuan beranalogi siswa meningkat dengan baik hal tersebut juga dapat dilihat pada hasil observasi indikator yang mengalami


(2)

Evi Lestari, 2013

Upaya Meningkatkan Kemampuan Beranalogi Siswa Melalui Penggunaan Media Film Dalam Proses Pembelajaran Sejarah(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)

perpustakaan.upi.edu

peningkatan. Untuk kemampuan beranalogi pada siklus III ini menggunakan pendekatan Patriotisme, banyak siswa/siswi yang mengemukakan pendapatnya mengenai analogi ini salah satunya yaitu “melestarikan lingkungan dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar”. Dan untuk siklus IV hasil pencapaian indikator mengalami penurunan hal tersebut diakibatkan oleh film yang ditayangkan kurang menarik siswa sehingga berakibat pada hasil analogi siswa yang kurang pula, contoh analogi dengan pendekatan konsep Sosialisme Nasionalime yang diungkapkan siswa yaitu “menggunakan hak pilih dengan baik untuk memilih ketua OSIS di sekolah”. Dengan demikian, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan harapan.

Berdasarkan temuan penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan rekomendasi bagi pihak terkait. Rekomendasi tersebut antara lain; pertama, media film merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media ini dapat menjadi salah satu media yang cocok digunakan para praktisi pendidikan untuk dapat mengembangkan kemampuan beranalogi siswa dengan kehidupannya sehari-hari, khususnya untuk mata pelajaran sejarah yang dianggap membosankan dan selalu bersifat hapalan. Kedua, jika tujuan yang ingin dicapai adalah untuk meningkatkan kemampuan beranalogi siswa, maka disarankan guru harus memilih film yang baik, yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD), yang kental dengan fakta-fakta kesejarahan, dan yang paling penting adalah film tersebut harus sesuai dengan minat siswa agar menumbuhkan ketertarikan siswa untuk menyimak film tersebut dengan baik. dengan demikian, secara otomatis dapat meningkatkan kemampuan beranalogi siswa sehingga siswa bukan hanya sekedar hafal mengenai fakta dan konsep sejarah namun juga memahami materi sejarah tersebut hingga dapat mengaplikasikannya menjadi sebuah analogi yang selalu mereka lakukan. Dengan begitu mata pelajaran sejarah akan lebih meningkatkan minat baca dan siswa akan


(3)

Evi Lestari, 2013

Upaya Meningkatkan Kemampuan Beranalogi Siswa Melalui Penggunaan Media Film Dalam Proses Pembelajaran Sejarah(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)

perpustakaan.upi.edu

benar-benar belajar mengenai materi sejarah. Ketiga, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan alternatif bagi sekolah, guru ataupun para praktisi pendidikan yang lain untuk dapat memperbaiki proses pembelajaran, sehingga disarankan agar penggunaan media film ini lebih dikembangkan lagi dengan baik dan dapat diimplementasikan karena untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan perlu sebuah proses berkelanjutan untuk praktisi pendidikan dalam mengembangkan berbagai media pembelajaran.


(4)

Evi Lestari, 2013

Upaya Meningkatkan Kemampuan Beranalogi Siswa Melalui Penggunaan Media Film Dalam Proses Pembelajaran Sejarah(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Anitah, S. (2010). Media pembelajaran. Kadipiro Surakarta: Yuma Pressindo. Arifin. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Arsyad, A. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dahlan, M.D. (1990). Model-model Pengajaran: Bandung: CV. Diponegoro. Hamalik. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

_______, O. (1985) Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni.

Hasan, S.H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Senayan-Jakarta: Jalan Pintu Satu. Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.

Keraf, G. (1989). Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Kosasih, E. (2002). Kompetensi Ketatabahasaan Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Perdasa Press.

Mundiri. (2012). Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Poespoprodjo, W. & Gilarso, T. (1999). Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pustaka Grafika.

Rohani. A. (1997) Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, N. (1995). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Argensindo.

______, & Rivai, A. (2010). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Argensindo.


(5)

Evi Lestari, 2013

Upaya Meningkatkan Kemampuan Beranalogi Siswa Melalui Penggunaan Media Film Dalam Proses Pembelajaran Sejarah(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumber Skripsi dan Jurnal:

Agustarini, Dwi. (2012). Pengaruh Orientasi dalam proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Interaksi Guru dengan Siswa terhadap Peningkatan Sikap Nesionalisme. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Haryani, H.B (2012). Mengembangkan Keterampilan Menulis Resensi Film dalam Pembelajaran Sejarah (PTK pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Cimahi). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Rahman, I. A. (2010). Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Berita dengan

Menggunakan Media Film Dokumenter. Skripsi Sarjana pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tanpa nama. (2011). Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam kurikulum dan kegiatan sekolah. Jurnal Warta Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional. Vol VIII/ Edisi 02/ 2011.

Sumber Internet:

Rouf, Aang. (2012). Tugas Fispol. [online] Tersedia di: http://majasari31.blogspot.com/2012/11/tugas-fispol.html, [diunduh tanggal 30 maret 2013].

Sulwesi. E. (2007). Marie Antoinette. [online] tersedia di: http://senobitasinema.blogspot.com/ [diunduh 12 februari 2013].


(6)

Evi Lestari, 2013

Upaya Meningkatkan Kemampuan Beranalogi Siswa Melalui Penggunaan Media Film Dalam Proses Pembelajaran Sejarah(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tanpa nama. (2010). Semangat Kebangsaan, Nasionalisme, Patriotisme, dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Berbegara. [online] tersedia: (http://herrypkn.blogspot.com/2012/08/semangat-kebangsaannasionalisme-dan.html) [diunduh tanggal 11 maret 2013].

Tanpa nama. (2012). Teaching Of History. Tujuan Pembelajaran Sejarah. [online] tersedia: (

http://teachingofhistory.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaran-sejarah.html) [3 Januari 2012].

Tanpa nama. (____). Tora! Tora! Tora!. [online] tersedia di: http://id.wikipedia.org/wiki/Tora!_Tora!_Tora! [diunduh 11 Februari 2013]

Tanpa nama. (____). Resensi film The Patriot. [online] tersedia di: http://www.imdb.com/title/tt0187393/[diunduh 14 februari 2013].

Zuhro, Siti. (2012). Demokrasi lokal: Perubahan dan kesinambungan nilai-nilai budaya politik lokal. [online] tersedia: 


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN SPATIAL LITERACY SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMANFAATAN MEDIA PETA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Studi Eksperimen Kuasi Siswa Kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI.

0 1 23

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN STUDENT RECAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SINTESIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : penelitian tindakan kelas di xi ips 3 SMA negeri 1 Cimahi.

4 14 47

PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKITAR SISWA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIIIA SMP Laboratorium Percontohan UPI.

0 0 47

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM PEMBELAJARAN PKn UNTUK MEMBINA KARAKTER KEWARGANEGARAAN : Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII E di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

0 9 32

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA GADGET UNTUK MEMBERI KEMUDAHAN DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Studi Kasus di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI.

0 4 62

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS : penelitian tindakan kelas vii d smpn 26 bandung.

0 2 11

PENGGUNAAN TEKNIK REMBUK SEJOLI DALAM MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS X SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI.

1 2 32

PENGGUNAAN MEDIA FILM DOKUMENTER UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR ANALISIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 9 Kota Bandung kelas VIII-6 - repository UPI S IPS 1100808 Title

0 0 3

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Kelas XI IPS SMA Laboratorium (Percontohan) - repository UPI S PEA 1003174 Title

0 0 5

Kumpulan Rumus Trigonometri Kelas XI SMA

0 0 28