IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MEDIA GADGET UNTUK MEMBERI KEMUDAHAN DALAM PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Studi Kasus di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI.

(1)

MEMBERI KEMUDAHAN DALAM PELAKSANAAN PROSES

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Kasus di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

A. B. C.

Oleh Novie Stephen

1103310

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Kasus di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI)

Oleh

NOVIE STEPHEN

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Novie Stephen 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak


(3)

(4)

(5)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Novie Stephen (1103310) Implementasi Penggunaan Media Gadget untuk Memberi Kemudahan dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran PKn (Studi Kasus di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI)

Gadget sebagai bentuk berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi menjadi lebih praktis dan canggih, merupakan bagian dari kehidupan masyarakat modern saat ini yang menjadi suatu kebutuhan penting dalam setiap aktivitas kehidupan. Penggunaan gadget sebagai media pembelajaran harus dilakukan secara efektif dan efisien, mampu membangun suasana belajar mengajar yang mudah, menyenangkan, kritis, dan kreatif bagi siswa. Bagaimana implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaiamana penggunaan media gadget oleh para siswa di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI? (2) Apa saja indikator kemudahan dari penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI? (3) Bagaimana pengawasan pihak Sekolah terhadap penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI? (4) Apa saja yang menjadi kendala penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI? (5) Bagaimana tindakan yang dilakukan dalam upaya mencapai hasil positif bagi penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI? Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan UPI, sedangkan yang menjadi subjek adalah Pelaksana Pendidikan berkaitan dengan media pembelajaran seperti guru PDK, guru PKn, Wakasek Kurikulum, Wakasek Kesiswaan, dan siswa kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI. Hasil Penelitian yang penulis peroleh yaitu: (1) Penggunaa media gadget di SMA Laboratorium Percontohan UPI bertujuan untuk mempermudah, memberikan inovasi, referensi belajar, dan sarana interaksi antara guru dengan siswa untuk kelancaran proses pembelajaran PKn. (2) Indikator kemudahan dalam proses pembelajaran PKn yaitu metode yang tepat, melatih siswa untuk kritis dan demokratis, dan penggunaan media pembelajaran yang menarik dan tidak monoton. (3) Pengawasan penggunaan media gadget dilaksanakan pihak sekolah dalam bentuk CCTV, pengawasan oleh guru, dan pengawasan melalui razia. (4) Kesulitan penggunaan media gadget yaitu sinyal internet acsses yang lemah, SDM untuk mengurus fasilitas Sekolah, kesiapan guru merealisasikan e-learning, penyalahgunaan gadget, pengawasan guru terkendala jam pelajaran yang pendek dan komunikasi. (5) Pembiasaan positif dalam


(6)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penggunaan gadget yaitu saat siswa disiplin dalam menentukan waktu penggunaan gadget, pembiasaan menghargai karya saat mengakses internet, bertanggung jawab dan jujur dengan tidak mengakses konten-konten yang dilarang.

Kata Kunci: Gadget, kemudahan, pembelajaran PKn ABSTRACT

Novie Stephen (1103310) The Implementation of the use of gadget medium to give an easiness in Civics learning process (Case Study in Class XI SMA Laboratorium Percontohan UPI)

Gadget as a product of the advancement of communication and information is currently part of a lifestyle of modern society that becomes a necessity in everyday's life. The use of gadget medium of learning should be conducted effectively and efficiently, able to build a learning atmosphere which are easy, fun, critical, and creative for students. How is the implementation of the use of gadget medium to provide an easiness in the implementation of Civics learning process, thus the problem formulations are as follow: (1) How is the use of gadget medium by students in class XI SMA Laboratorium Percontohan UPI? (2) What are indicators of the easiness of the use of gadget medium in the implementation of Civics learning process in class XI SMA Laboraturium Percontohan UPI? (3) How is the school control towards the use of gadget medium in the implementation of Civics learning process in class XI SMA Laboraturium Percontohan UPI? (4) What are the obstacles in the use of gadget medium in the implementation of Civics learning process in class XI SMA Laboraturium Percontohan UPI? (5) What act is taken in order to achieve positive results for the use of gadget medium in the implementation of Civics learning process in class XI SMA Laboraturium Percontohan UPI? The approach taken in this study is qualitative, whereas the method used is case study. This research was conducted in SMA Laboraturium Percontohan UPI. While the subjects are education implementers related to the instructional media such as PDK teacher, Civics teacher, Vice Principal of Curriculum, Vice Principal of Student, and students in class XI SMA Laboraturium Percontohan UPI. The results of the study that the author obtained: (1) The use of gadget in SMA Laboraturium Percontohan UPI aims to facilitate, provide information, as a reference to learn and means of interaction between teachers and students in order to smooth Civics learning process, (2) Indicators of the easiness in Civics learning process are supported learning process with appropriate methods, train students to be critical and democratic, and the use of media that is interesting and not monotonous. (3) Supervision of the use of gadget medium is implemented in school through CCTV, supervision by teachers and raids. (4) The difficulties of the use of gadget


(7)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

medium are weak internet access, lack of human resources to take care of school facilities, teacher readiness to apply e-learning, gadgets abuse by students, supervision by a teacher is constrained by the short hours of lessons and lack of communication between teachers and students. (5) Positive habituation in the use of gadget are when the teacher stimulates students to be discipline in determining the time of using gadget, the habituation to make students able to appreciate the work/writing of others when accessing the internet, the habituation to make students be responsible and honest with no access to content that is prohibited.


(8)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTA ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Media Gadget ... 8

1. Hakikat Media dan Media Pembelajaran ... 8

2. Tujuan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran ... 9

3. Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Media Pembelajaran ... 10

4. Gadget sebagai Bentuk Teknologi Komunikasi dan Informasi ... 18

B. Proses Pembelajaran PKn ... 32

1. Pengertian Pembelajaran PKn ... 32

2. Manfaat Media dalam Pembelajaran PKn... 35

C. Penggunaan Gadget Ditinjau dari Pelaksanaan Proses Pembelajaran PKn ... 38


(9)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kriteria Gadget sebagai Media dalam Pembelajaran PKn ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Pendekatan Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 45

C. Teknik Pengumpulan Data ... 48

1. Observasi ... 48

2. Wawancara ... 52

3. Studi Dokumentasi ... 53

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 55

1. Tahap Pra-lapangan ... 55

2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 58

3. Tahap Pelaporan ... 61

E. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 62

1. Subjek Penelitian ... 62

2. Lokasi Penelitian ... 62

E. Teknik Pengolahan dan Analsisi Data ... 63

1. Teknik Pengolahan Data ... 63

2. Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 69

1. Gambaran Umum Subjek dan Lokasi Penelitian ... 69

2. Sistem Pendidikan SMA Laboratorium Percontohan UPI ... 70

3. Peserta Didik dan Tenaga Pendidik SMA Laboratorium Percontohan UPI ... 71

4. Pimpinan SMA Laboratorium Percontohan UPI ... 72

5. Sarana dan Prasarana SMA Laboratorium Percontohan UPI ... 72


(10)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Hasil Wawancara ... 74

2. Hasil Observasi ... 88

3. Hasil Studi Dokumentasi ... 91

C. Analisis Hasil Penelitian ... 97

1. Penggunaan Gadget oleh Siswa di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI ... 97

2. Indikator Kemudahan Penggunaan Media Gadget dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran PKn di Kelas XI SMAaboratorium Percontohan UPI ... 103

3. Pengawasan Pihak Sekolah terhadap Penggunaan Media Gadget dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran PKn di KElas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI ... 108

4. Kesulitan Penggunaan Media Gadget dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran PKn di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI ... 112

5. Upaya Mencapai Hasil Positif Penggunaan Media Gadget dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran PKn di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI ... 114

D. Pembahasan Penelitian ... 116

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 124

A. Simpulan ... 124

B. Rekomendasi ... 127 DAFTAR PUSTAKA


(11)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan


(12)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman yang serba instan sekarang ini, hampir semua kebutuhan sehari-hari manusia selalu bergantung pada teknologi yang sudah mengglobal. Dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali kita selalu di temani canggihnya teknologi. Ini merupakan suatu hal yang wajar dan kita tidak bisa menghindarinya. Namun jika perkembangan teknologi yang tak terkendali menghinggapi generasi muda, apakah yang akan terjadi? Khususnya anak-anak yang masih labil dan cenderung hanya mengikut-ngikuti saja tanpa tahu akibat yang akan di terima mereka. Perkembangan teknologi termasuk gadget yang banyak dimiliki anak remaja menjadi salah satu alasan banyaknya permasalahan di masyarakat, termasuk budaya Indonesia yang makin lama makin tersingkrikan dengan kebudayaan luar dari adanya teknologi itu sendiri.

Berbicara tentang generasi muda khususnya anak-anak usia sekolah, maka kita akan langsung melihat peran sekolah. Sekolah merupakan tempat siswa atau peserta didik mendapatkan pembelajaran dan di sekolah terjadi proses interaksi siswa dengan semua komponen sekolah. Faktor siswa dalam bertingkah laku tidak hanya dari faktor keluarga, dan lingkungan masyarakat, tapi juga sekolah. Tidak bisa dipungkiri sekolah menjadi faktor dominan dalam mempengaruhi perilaku siswa. Dari mulai interaksi siswa dengan teman sebayanya, dengan guru baik itu di dalam kelas atau hubungan guru dengan siswa di luar pembelajaran di kelas. Selain itu arus globalisasi yang terjadi saat ini sedikit banyaknya mempengaruhi perilaku siswa, dimana terdapat pergeseran perspektif tentang proses belajar


(13)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengajar atau lazimnya kita sebut pembelajaran. Sekarang ini siswa-siswa di persekolahan sudah banyak berpandangan bahwa dengan menggunakan gadget kita dapat lebih mudah dan cepat mencari alternatif pemecahan saat mereka belajar di dalam kelas sekalipun.

Hal ini menjadi problem tersendiri bagi guru dan sekolah, ketika para siswa mulai membawa barang-barang elektronik serta teknologi informasi (gadget) kedalam proses pembelajaran khususnya di kelas. Guru tidak bisa menampik bahwa perkembangan teknologi dan informasi saat ini sudah sangat pesat dan seringkali memudahkan dan membantu siswa untuk belajar lebih beragam serta efektif. Bukan hanya komputer jingjing yang biasa kita sebut laptop tapi juga smartphone, i-pad, tablet dan berbagai jenis gadget lainnya telah menjadi barang konsumsi para siswa. Hal ini menjadi konsekuensi tersendiri bagi masyarakat, orang tua, guru dan sekolah untuk memfilter para pelajar dari konten-konten yang tidak mendidik dan merusak perkembangan remaja siswa. Sesuai dengan pendapat (Uno, 2010: 38) bahwa:

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi logisya akan sangat mempengaruhi perkembangan Teknologi Pendidikan. Dengan makin luasnya masyarakat yang melek komputer, maka perkembangan Teknologi Pendidikan pun akan ikut berkembang, baik melalui aplikasi program-program komputer sebagai media informasi.

Maka dari itu kita tidak bisa menyalahkan perkembangan zaman yang sudah berada dalam era digital dan arus globalisasi sekarang ini. Namun dengan kontrol dari orang terdekat, guru dan Sekolah dan dengan pemanfaatan gadget yang bijaksana, perlahan tapi pasti dampak negatif dari perkembagan gadget akan


(14)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan kualitas dan jangkauan apabila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting”.

Bahkan akan dapat menambah banyak inovasi dalam proses pembelajaran, jika guru kreatif dalam mamadukan metode dan media pembelajaran yang berasal dari koten-konten yang guru dan siswa kembangkan dari internet dalam gadget-gadget yang ada. Hal ini menjadi salah satu motivasi dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi agar pendidik dan peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran khususnya, umumnya tujuan pendidikan di Indonesia. Sesuai pendapat (Uno, 2010: 60) yakni “Masuknya pengaruh globalisasi maka pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktifitas kerja saat itu dan kompetitif”.

Sebenarnya seperti apa kemudahan yang diperoleh siswa ketika mereka mulai menggunakan teknologi komunikasi dan informasi (gadget) dalam proses pembelajaran? Menurut (Bedah Tekno: Aplikasi Smartphone untuk Mendukung Kegiatan Pendidikan, 2013) menjelaskan bahwa:

Beberapa pabrikan telepon genggam cerdas atau smartphone menyadari kebutuhan penggunanya dengan menciptakan berbagai aplikasi guna menunjang kegiatan belajar mengajar. Kemudahan belajar dengan bantuan gadget dapat menjadi poin positif dari makin populernya telepon genggam di berbagai kalangan masyarakat. Beberapa aplikasi dibuat untuk keperluan membantu siswa dalam belajar, sedangkan aplikasi lainnya dibuat untuk memudahkan guru dalam mengelola jadwal atau nilai hingga memonitor perkembangan belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan dari pernyataan diatas, kita juga akan menyadari kemudahan yang diberikan gadget memang dirasakan oleh masyarakat pada umumnya, dan kita tidak bisa menjadi orang yang menutup mata dari teknologi


(15)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang makin hari makin berkembang pesat. Hal ini berkaitan dengan kompetensi dan kinerja di dalam pekerjaan atau pun dunia pendidikan yang sangat kompetitif. Akan tetapi jika penggunaan gadget (laptop, notebook, handphone, smartphone, tablet) yang sekarang ini banyak digunaan remaja-remaja khususnya remaja SMA tidak digunakan dengan tanggungjawab, namun sangat bebas dan mengurangi kualitas belajar mengajar di kelas, maka hal inilah yang tidak diharapkan. Menurut (Ahmad, 2013) bahwa “disisi lain kehadiran serba high tech ini tidak lantas menjadikan mereka robot-robot digital yang bisu, angkuh dan egois”. Dalam hal ini jangan sampai pengetahuan mereka meningkat dengan kemudahan yang ditawarkan teknologi dalam gadget namun karakter mereka makin mengkhawatirkan. Para siswa akan cenderung manja, mudah putus asa jika masalah pelajaran tidak bisa terselesaikan, cenderung individualis karena asik dengan gadget yang mereka miliki, dan siswa yang tidak memiliki gadget kemungkinan minder dan tidak percaya diri saat mereka bergaul.

Oleh karenanya menjadi tugas guru untuk tetap memberikan human touch yang menjadikan anak-anak tetap santun, berempati dan berjiwa sosial. Para guru juga harus tetap mendampingi dan mengarahkan muridnya agar bisa memanfaatkan teknologi secara sehat demi masa depan Indonesia yang lebih baik. “Guru modern tidak cukup hanya bisa menggunakan teknologi terbaru namun juga harus bisa membangun rasa senang belajar yang kemudian memunculkan daya pikir kritis dan jiwa kreatif siswanya” (Ahmad, 2013).

Dengan demikian permasalahan-permasalahan tersebut menjadikan alasan penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam permasalahan penggunaan gadget sebagai media pembelajaran untuk memberikan kemudahan siswa dalam proses belajar mengajar. Berkaitan dengan kemudahan siswa dalam belajar, apakah menjadi benar-benar efektif ketika gadget di perbolehkan


(16)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan di dalam kelas. Khusunya di Kota Bandung yang sudah modern dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap gadget cukup tinggi.

Oleh karena itu penulis mengambil judul peneleitian skripsinya dengan judul Implementasi Penggunaan Media Gadget Untuk Memberi Kemudahan Dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran PKn (Studi Kasus di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI).

B. Identifikasi Masalah

Peneliti hendak mengidentifaksikan masalah untuk mencari pengimplementasian penggunaan media gadget untuk Memberi Kemudahan dalam Proses Pembelajaran Pkn, yang dalam penelitian akan dilakukan di beberapa kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI.

C. Rumusan Masalah

Penelitian ini ingin melihat dan menemukan “Implementasi Penggunaan

Media Gadget untuk Memberi Kemudahan dalam Proses Pembelajaran PKn (Studi Kasus di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI)”.

Untuk memperinci permasalahan yang akan dicari dan diteliti, peneliti membagi masalah menjadi beberapa sub masalah, yaitu:

1. Bagaiamana penggunaan media gadget oleh para siswa di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI?

2. Apa saja indikator kemudahan dari penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI?


(17)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimana pengawasan pihak Sekolah terhadap penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI?

4. Kesulitan apa saja yang menjadi kendala penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI?

5. Bagaimana tindakan yang dilakukan dalam upaya mencapai hasil positif bagi penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mencari dari Implementasi Penggunaan Media Gadget Untuk Memberi Kemudahan Dalam Proses Pembelajaran PKn (Studi Kasus di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI).

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tentang:

a. Untuk mengetahui penggunaan media gadget oleh para siswa di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI.

b. Untuk mengetahui indikator kemudahan dari penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA SMA Laboratorium Percontohan UPI.

c. Untuk mengetahui pengontrolan pihak Sekolah terhadap penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI.


(18)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Untuk mengetahui kesulitan yang menjadi kendala penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI.

e. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan dalam upaya mencapai hasil positif bagi penggunaan media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Secara keilmuan diharapkan agar memberikan kontribusi kepada pengembangan media dan proses pembelajaran PKn. Lebih spesifik diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan manajemen sekolah dalam inovasi pembelajaran.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis

Bagi penulis dapat menjadi suatu patokan ketika penulis kelak menjadi seorang pendidik. Dalam hal membina dan mengawasi siswa agar menjadi pendidik yang mampu menumbuhkan siswa-siswa yang kreatif, lebih modern, dan mempunyai jiwa kompetensi yang tinggi. Namun tidak hanya menciptakan para siswa yang unggul di zamannya, tetapi melalui ketauladanan yang dibiasakan dalam pembelajaran di kelas.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini memberikan pandangan kepada siswa tentang pentingnya control diri dalam memanfaatkan atau menggunakan gadget di kelas. Bahwa


(19)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penggunaan gadget itu sangat diperlukan untuk memudahkan belajar di Sekolah, tapi dengan cara yang bertanggung jawab dan bijaksana. Sehingga akan lebih baik jika penggunaan gadget itu di kontrol oleh kesadaran siswa sendiri. Agar menjadi siswa yang tidak menyimpang dari aturan yang berlaku dan memiliki moralitas yang tinggi.

c. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan bahan evaluasi bagi guru, agar dapat menjadi guru yang melek teknologi, paham akan karakter peserta didik yang semakin dinamis dan mengikuti perkembangan arus globalisasi. Sehingga antara guru dan siswa dapat saling mendukung dan mencapai tujuan pembelajaran yang di cita-citakan.

F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I :

Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, Identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II :

Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis.

BAB III :

Metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan penelitian yang digunakan dalam penelitian yang penulis teliti.


(20)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian dan pembahasa. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang Implementasi Penggunaan Gadget Sebagai Media Pembelajaran untuk Memberi Kemudahan dalam Proses Pembelajaran PKn (Studi Kasus di Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI)

BAB V :

Simpulan dan rekomendasi. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi.


(21)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena permasalahan berhubungan dengan manusia yang secara fundamental bergantung pada pengamatan. Menurut Moleong (2006, hlm.6) menyatakan bahwa :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenommena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dengan demikian dalam pendekatan penelitian kualitatif bertujuan untuk menemukan fenomena yang khusus dalam setiap temuan-temuan dari kondisi subjek yang diteliti. Temuan-temuan tersebut dengan rinci dideskripsikan dalam setiap kata-kata yang bersifat holistik, tidak menginterpretasikan objek dan subjek penelitian secara hipotesis dan variabel. Oleh karenanya pendekatan penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode-metode alamiah.

Oleh karenanya dalam pendekatan penelitian kualitatif penggunaan metode-metode atau cara-cara pelaksanaan penelitian kualitatif. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013, hlm.14) bahwa:

Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.


(22)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode penelitian naturalistik/alamiah dapat dimaknai dari pandangan fenomenlogis, yang berarti penekanan pada pengalaman-pengalaman subjektif manusia yang berdasarkan fakta dan kondisi real di lapangan. Penelitian alamiah berbeda dengan ilmiah, ilmiah atau istilah lainnya pendekatan keilmuan bersumber dari pandangan positivisme sedangkan pendekatan naturalistik/alamiah bersumber dari pandangan fenomenologis yang memaknai kenyataan sebagai bentuk jamak, dan merupakan keutuhan yang saling mempengaruhi membentuk sebab akibat.

Namun tidak hanya bersifat naturalistik, pendekatan penelitian kualitatif pun berlandaskan postpositivisme, seperti yang di kemukakan Sugiyono (2013, hlm.15) yakni:

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Metode penelitian kualitatif berarti menekankan pendekatan yang alami atau naturalistik. Dalam meinterpretasikan penelitian yang bersifat naturalistik, seorang peneliti melakukan penelitian sedalam dan sejauh mungkin ketika melihat berbagai macam fenomena yang muncul. Supaya permasalahan yang hendak diteliti dapat dideskripsikan dengan jelas dan menghasilkan generalisasi yang sesuai di lapangan. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian kualitatif bersifat induktif karena seorang peneliti akan mengumpulkan data terlebih dahulu dan setelahnya baru dapat menyimpulkannya dalam bentuk pernyataan yang umum.

Penelitian kualitatif memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengeksplorasi pengamatan yang dilakukannya, karena peneliti menjadi instumen yang ikut berpartisipasi dalam pengamatan. Peneliti mencari data-data di lapangan


(23)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan pengamatan dan pendekatan yang mendalam. Namun tidak sembarangan peneliti melakukan mengkonstruksi fokus penelitian yang diteliti. Karena peneliti sebagai instrument harus berwawasan luas, mampu menganalisis dan bertanya sehingga penelitian yang dilakukan menjadi jelas dan bermakna.

Selain bersifat alamiah, induktif dan instrument penelilitan adalah peneliti itu sendiri, dalam penelitian kulaitatif juga lebih bersifat deskriptif, yakni data yang dikumpulkan dalam bentuk narasi yang menjadi bukti-bukti untuk diinterpretasikan guna mendukung kebenaran proposisi dalam penelitian. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013, hlm.22) bahwa karakteristik dari penelitian kualitatif adalah:

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci

2. Penelitian lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna (data dibalik yang teramati)

Inilah yang mendasari bahwa dalam penelitian kualitatif perlu proses yang panjang dan mendalam, tidak hanya sebatas meneliti dari permukaannya saja. Terkait dengan penelitian kualitatif dan karakteristiknya, fokus penelitian merupakan hal yang penting. Karena dengan memilih fokus penelitian, peneliti dapat memahami secara lebih luas dan mendalam tentangsituasi sosial yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Dalam suatu lapangan penelitian yang terkait dengan Implentasi penggunaan media gadget di SMA Laboratorium Percontohan UPI. Ketika menetapkan fokus penelitian pada proses pembelajaran PKn di beberapa kelas maka peneliti hendak melakukan penjelajahan umum terlebih dahulu untuk


(24)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan gambaran umum masalah yang terjadi di Sekolah tersebut. Setelah itu barulah peneliti mendapatkan fokus penelitiannya yang akan memermudah pemahaman tentang situasi sosial yang real terjadi disana.

Penelitian kualitatif memang melihat permasalahan pada prosesnya sehingga fokus penelitian pun harus benar-benar dipilih sesuai gambaran umum yang didapat. Supaya proses penelitian yang dilakukan benar-benar medalam. Menurut Sanapiah Faisal (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 288) mengmukakan empat alternatif untuk menetapkan fokus yaitu:

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan. Informan dalam lembaga pendidikan, bisa Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua Murid, Murid, pakar Pendidikan dan sebagainya.

2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain. Domain dalam pendidikan bisa kurikulum, proses belajar mengajar, sarana prasarna, tenaga pendidik dan kependidikan, manejemen, pembiayaan, sistem evaluasi, pandangan hidup kompetensi dan sebagainya

3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk mengambangkan iptek. Temuan berarti sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dalam pendidikan misalnya menemukan metode mengajar matematika yang mudah dipahami dan menyenangkan

4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada. Penelitian ini bersifat pengembangan, yaitu ingin melengkapi dan memperluas teori yang telah ada.

Peneliti sendiri menetapkan fokus penelitian pada permasalahan yang sebelumnya telah disarankan oleh guru dan beberapa pihak lainnya. Sehingga peneliti menyipulkan untuk melaksanakan penelitian terkait Implentasi penggunaan media gadget di SMa Laboratorium Percontohan UPI. Peneliti mengharapkan dengan situasi sosial yang terjadi secara alamiah di lingkungan Sekolah tersebut dapat menemukan alternatis dan teori baru tentang topik peneltian yang diSamati.


(25)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian ada yang disebut dengan metode. Metode adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian, Sesuai dengan pendapat Danial (2010, hlm.61) yang menyatakan bahwa:

Metode pada dasarnya merupakan alat yang digunakan untuk mencapai sesuatu, begitu juga dalam penelitian, namun tidak sederhana itu artinya memiliki karakteristik yang kompleks, tidak sekedar alat belaka tetapi ada tujuan tertentu dengan menggunakan alat itu, diperlukan langkah-langkah, program, jadwal, pengujian, jaminan ketercapaian dan kehandalan alat itu, akibatnya tidak heran metode ini merupakan suatu ilmu tersendiri (metodologi). Dalam tulisan ilmiah metode adalah kuncinya, jika metodenya keliru maka bahasan dan substansinya tidak akan diperoleh. Dari pendapat diatas kita mengetahui istilah metode di identikan dengan istilah lain yakni metodologi yang merupakan ilmu tersendiri. Seperti di jelaskan oleh Mulyana (2010, hlm 145) bahwa:

Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat peneliti pahami bahwa metode atau dalam istilah keilmuan disebut metodologi penelitian merupakan alat atau bisa disebut juga prosedur untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini berarti tujuan penelitian yang akan kita dapat. Metode penelitian menjadi suatu kunci aga peneliti menemukan jawaban dari permasalahan yang diteliti, yang mengarahkan peneliti kepada kajian penelitian yang substansial dan tidak keluar dari topik penelitian.

Metode penelitian digunakan peneliti untu menemukan data-data yang faktual. Metode memberikan arahan kepada peneliti agar memperoleh informasi


(26)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari sumber yang relevan, dengan cara yang benar, dan proses serta prosedur yang sudah teruji kefektifannya dalam berbagai penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus atau case study. Menurut Myers (dalam Sarosa, 2012, hlm. 117) menjelaskan bahwa:

Studi kasus digunakan untuk meneliti kejadian nyata di masa kini (kontemporer) dimana peneliti tidak dapat mengendalikannya (tidak seperti dalam eksperimen) dan mungkin saja semua kejadian yang diamati terjadi dalam waktu yang bersamaan.

Tujuan dari metode studi kasus sendiri adalah untuk menemukan faktor atau permasalahan yang relevan dan dapat diaplikasikan dalam situasi yang mirip. Studi kasus yang peneliti lakukan sendiri berusaha untuk mengkaji pengimplementasian penggunaan media gadget dalam memberi kemudahan siswa ketika proses pembelajaran PKn dilakukan. Dengan obyeknya dalah siswa kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI. Peneliti berharap menemukan data-data yang aktual, mampu menemukan hasil yang dapat menguji teori, dapat menjelaskan faktor dan akibatnya, dan mampu membandingkan teori.

Metode penelitian studi kasus dalam penelitian kualitatif sering kali diragukan keberadaanya. Namun metode studi kasus dapat digunakan dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan catatan langkah-langkah pengumpulan datanya harus benar dan langkah-langkah pengolahan datanya harus sistematik. Sejalan degnan pendapat Sarosa (2012, hlm. 121) yaitu:

Fokus utama dalam aliran postpositivistik yakni meningkatkan kredibilitas dan kualitas penelitian case study. Triangulasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kredibilitas dan kualitas penelitian kualitatif.

Peneliti berpandangan bahwa dengan metode studi kasus berbagai informasi di lapangan dapat diperoleh secara akurat dan mendalam. Karena sebelumnya tekah dijelaskan bahwa dengan metode studi kasus, fenomena dan


(27)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

situasi sosial akan dapat disimpulkan dengan mudah. Salah satunya dengan basic data studi kasus yang dapat digunakan untuk menjaga rantai bukti/ data-data yang ada. Dalam kenyataannnya banyak teori dan peneliti yang menganut metode studi kasus, yang menitikberatkan pokok penggunaan studi kasus dalam menelaah suatu lingkungan sosial secara cermat dan intensif.

Dalam metode studi kasus dilakukan secara terperinci, mendalam, memberikan pandangan yang lengkap tentang situasi sosial yang diteliti. Hal ini dipahami peneliti sebagai sustu metode yang memberikan kesempatan peneliti mencari informasi yang kompleks dan beragam menjadi mudah untuk disimpulkan. Sesuai dengan pendapat Mulyana (2010, hlm. 203):

Sebagai metode yang bersifat multidimensional dan menelaah suatu kasus secara menyeluruh, hasil dari studi kasus dapat menyarankan pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis yang dapat diuji melalui survei atau eksperimen.

Semakin jelas dipahami metode studi kasus berpijak pada pemahaman penelitian kualitatif yang bersifat induktif dan menempatkan peneliti sebagai instrument. Karena dalam metode studi kasus sendiri peran peneliti sangat sentral, yakni dalam tahap pengumpulan data, berupa wawancara, observasi, studi dokumentasi dan teknik lainnya.

Salah satu pendapat yang mendukung penggunaan studi kasus Lincoln dan Guba (dalam Mulyana, 2010, hlm. 201), mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara peneliti dengan responden


(28)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tapi juga keterpercayaan (trustworthiness).

5. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.

6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Selain dari tujuan metode studi kasus sendiri, pernyataan diatas cukup mendukung penggunaan metode ini dalam topik penelitian ini sendiri, yang meneliti penggunaan gadget untuk memudahkan siswa dalam belajar PKn. Semoga nantinya dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan penggunaan media pembelajaran PKn yang efektif di Persekolahan. Khususnya media yang muncul akibat kehidupan sosial masyarakat zaman sekarang yang modern dan terbarukan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dan dalam pendekatan lainpun merupakan hal yang sangat penting. Karena dalam pengumpulan data kita akan memperoleh jawaban berupa data-data dari lapangan dan informasi-informasi penting lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013, hlm. 308) yaitu “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tuuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penenilitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data atau informasi dengan cara melakukan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek dalam kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung.


(29)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik obsevasi merupakan pintu awal seorang peneliti melihat gambaran umum tentang situasi sosial yang diteliti. Dalam observasi, peneliti langsung melihat dan terlibat apa yang ada di lapanagan. Bukan hanya dari informasi pihak lain saja, tapi peneliti mengetahui langsung mengenai permasalahan yang dicari, peneliti mengetahui tentang penggunaan gadget sebagai media pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI.

Mulai dari mengamati secara sekilas/ tidak di sengaja dan observasi yang di rencanakan sebelumnya. Sesuai dengan pendapat Riduwan (2011, hlm. 76) bahwa “observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan”. Oleh karena itu peneliti dalam teknik pengumpulan data ini berusaha menlibatkan diri dengan responden dan fenomena lainnya tentang penggunaan media gadget dalam pembelajaran PKn.

Menurut pendapat Marshall dalam Sugiyono (2013, hlm. 310) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Sesuai dengan pendapat tersebut, sudah barang tentu jika peneliti melakukan observasi dengan benar maka tidak hanya mengamati perilaku situasi sosial setiap objek, tapi peneliti akan sampai pada tahap memaknai berbagai perilaku yang terlihat. Peneliti bukan hanya melihat, tapi akan mendengar dan merasakan apa yang terjadi di lapangan. Sehingga akan menimbulkan konsep perilaku yang baru atau konsep yang dapat mengembangkan teori terdahulu.

Pada penelitian ini, observasi dilakukan dengan pengamatan terhadap Sekolah yang para peserta didiknya sudah terbiasa menggunakan gadget sebagai media dan bahan ajar mereka. Salah satunya yang dipilih peneliti adalah SMA


(30)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Laboratorium Pecontohan UPI dengan di khususkan pada objek penelitiannya yaitu peerta didik kelas sebelas. Pengamatan dilakukan dengan observasi secara langsung terhadap penggunaan media gadget dalam pembelajaran PKn. Diawali dengan mengamati kondisi faktual di lapangan, pengamatan terhadap penggunaan gadget oleh peseta didik, pengamatan terhadap aktivitas guru dalam membelajarkan PKn dengan media gadget, dan aktivitas lain yang secara tidak sengaja dapat diamati oleh peneliti.

Observasi dalam pelaksanaannya terbagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan pada perilaku peneliti terhadap objek atau observer. Menurut Faisal dalam Sugiyono (2013, hlm. 311) mengklasifikasikan observasi menjadi “observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation, dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation), yang akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Observasi partisipatif

Parisipatif mengandung makna ikut serta atau berperan serta. Observasi partisipatif menurut Sugiyono (2013, hlm. 311) yaitu “peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian”. Jika disesuaikan dengan penelitian ini maka peneliti dapat mengamati langsung para peserta didik yang menggunakan gadget dalam pembelajran PKn, bagaimana guru memberikan kesempatan peserta didiknya mengunakan fasilitas internet dalam gadget mereka, dan aturan main dari guru dan peserta didik tentang pembelajaran PKn yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi.

Menurut pendapat Sarosa (2012, hlm. 57) da 9 dimensi situasi sosial dalam obsevasi partisipati/ studi lapangan yaitu:


(31)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Tempat

2) Pelaku yang terlibat

3) Aktifitas yang dilakukan para pelaku 4) Objek atau benda fisik yang ada

5) Perilaku tunggal yang dilakukan para pelaku

6) Peristiwa atau rentetan aktifitas yang saling terkait yang dilakukan oleh pelaku

7) Waktu

8) Tujuan yang hendak dicapai para pelaku

9) Perasaan yang dirasakan atau diekspresikan para pelaku

Berkaitan dengan dimensi situasi sosial dalam observasi partisipatif, setidaknya seorang peneliti dapat mengamati berbagai macam hal yang dilihat, dirasakan dan di dengar saat berada di lapangan. Tidak hanya memperhatikan perilaku para peserta didik dan guru saja, tapi juga rentetan aktifitas yang dapat di interpretasikan sebagai suatu hal yang saling berhubungan. Situasi tempat dan waktu pun sangat penting, tidak hanya proses pembelajaran PKn yang dilakukan dikelas saja namun aktifitas dan kejadian lain antara guru dan peserta didik dalam berinteraksi menggunakan gadget mereka dapat menjadi informasi yang mendukung keberagaman data yang diperoleh.

b. Observasi terang-terangan dan tersamar

Ketika seorang peneliti melakukan penelitian di lapanagan, dalam menggunakan teknik pengumpulan data observasi ini, akan dipilih salah satu mana yang kira-kira mempermudah proses pengumpulan data. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2013, hlm. 312) yaitu:

Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan


(32)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan terus terang maka peneliti tidak akan dizinkan untuk melakukan observasi.

Penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan observasi terang-terangan, karena terlebih dahulu peneliti melakukan proses perizinan kepada pihak Sekolah. Pihak Sekolah yang peneliti hubungi adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas dan Bidang Kurikulum.

c. Observasi tidak terstruktur

Selain dua teknik observasi yang telah dijelaskan sebelumnya, ada juga yang disebut observasi tidak berstruktur. Observasi ini menanggulangi hasil temuan di lapangan yang tidak terduga, namun masih dianggap penting sebagai data yang menunjang tahap pengolahan data nantinya. Tidak harus berupa pertanyaan yang terstruktur, namun pertanyaan yang spontan untuk para responden. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 312) mengatakan bahwa “observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi”. Pelaksaannya tanpa ada persiapan dan dilakukan hanya dengan berpedoman pada rambu-rambu umum dari pengamatan.

Sudah kita ketahui bersama bahwa fokus pendekatan penelitian kualitatif kadang kala akan berubah di lapangan sesuai situasi sosial yang diteliti, karena pada hakikatnya pendekatan kualitatif tidak mengacu pada suatu teori tapi juga dapat merubah suatu teori dengan teori baru yang lebih akurat. Sehingga dalam proses pengumpulan datanya pun jelas akan ada proses yang tidak terduga.

2. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Menurut Danial dan Wasriah (2009, hlm.23) “Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan


(33)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh”. Dengan cara berdialog antara peneliti dengan guru dan peserta didik serta pihak lain yang terlibat, maka akan didapat data dan inforamsi yang diinginkan. Data yang diperoleh akan dapat dipertanggungjawabkan, karena langsung dari sumber datanya, tidak hanya melalui proses mengamati saja, tapi interaksi yang mendalam saat wawancara akan menunjang keakuratan data.

Para pihak yang akan diwawancarai oleh peneliti adalah peserta didik, Kepala Sekolah guru PKn, guru lainnya dan pihak lain yang dianggap berkontribusi dalam penggunaan media gadget sebagai proses untuk memudahkan peserta didik dalam pembelajaran. Sebenarnya dibandingkan dengan dengan observasi, teknik wawancara dapat mengungkap informasi yang lebih spesifik, karena berkaitan dengan pengalaman individu atau kelompok dalam situasi sosial yang kadang jarang terlihat ketika diamati. Sesuai dengan pendapat Susan dan Stainback (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 318) yang mengatakan bahwa:

Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal lain yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situas dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Oleh karenanya ketika peneliti melakukan wawancara akan di damping dengan teknik observasi, keduanya saling melengkapi supaya tidak membuang waktu mejadi sia-sia. Disamping itu menurut Myers (dalam Sarosa, 2012, hlm. 53) untuk mngatasi berbagai maslah wawancara menyaranka beberapa hal sebagai berikut:

a. Mewawancarai beberapa partisipan yang memiliki sudut pandang yang berbeda/ triangulasi subjek penelitian.

b. Mesikpun peneliti menguasai teknik wawancara tidak terstruktur, ada baiknya tetap membuat panduan wawancara yang baik

c. Peneliti menggunakan kata-kata dari partisipan untuk memberikan pertanyaan lanjutan atau komentar atas jawaban partisipan, agar partispan


(34)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merasa lebih nyaman dan lebih percaya pada peneliti sehingga bisa lebih terbuka

d. Peneliti sebaiknya terbuka dan fleksibel terhadap ide baru dan sumber data baru sesuai temuan di lapangan

e. Sebaiknya wawancara direkam jika memungkinkan. Merekam wawancara akan sangat membantu dalam dokumentasi. Peneliti dapat menunjukan dalam laporannya kutipan langsung menggunakan kata-kata yang memang benar-benar dipakai partisipan.

Dengan demikian penggunaan teknik wawancara mendalam tidak akan sangat menunjang kelancaraproses pengumpulan data, jika mempertimbangakan alternatif diatas. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan seorang peserta didik, jangan terlalu formal dan serius. Peneliti dapat berusaha berbicara seperti antara teman dengan teman. Karena dengan gaya bicara yang akrab, maka informasi mengenai kemudahan pembelajaran PKn di kelas dengan adanya gadget akan mudah peneliti peroleh.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrif, buku-buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data melalui studi dokumentai atau ada beberapa buku lain yang menyebutnya dokumentasi, membuat seorang peneliti lebih kaya akan informasi. Karena observasi dan wawancara yang peneliti lakukan akan lebih baik dan akurat jika di sertai dengan dokumen-dokumen.

Salah satunya berupa dokumen sejarah, dokumen probadi dan dokumen penting lainnya. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2013, hlm. 329) yang disebut dokumen adalah “Catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. Sehingga dokumen yang penulis dapat dalam penelitian secara umumnya dapat berbentuk tulisan seperti catatan sejarah yang kita sebutkan sebelumnya, biografi salah


(35)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

satunya autobiografi, dan peraturan. Sedangkan berupa gambar, seperti foto peserta didik yang sedang menggunakan gadget untuk mencari tugas mata pelajaran PKn. Untuk dokumen berbentuk karya bisa saja ditemukan karya peserta didik berupa film tentang tugas PKn sebagai salah satu kemajuan pembelajaran karena adanya gadget.

Keberadaan dokumen mempermudah peneliti dalam memahami fenomena dan situasi sosial yang terlihat selama peneltian dilakukan. Salah satu manfaatnya untuk memprediksikan aktifitas di masa yang akan datang. Dalam konteks meneliti peserta didik di dalam kelas, seorang guru/ wali kelas biasanya memiliki catatan khusus sikap masing-masing anak. Hal tersebut dapat menjadi dokumen yang sangat membantu ketika sedang mengamati pembelajaran PKn di dalam kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2010, hlm. 217) menyatakan bahwa “Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.

Sumber data berupa dokumen, selain berbentuk hard file yang berbentuk foto, data/ dokumen, buku-buku yang relevan, karya-karya yang dapat dijadikan referensi seorang peneliti. Ternyata ada dokumen lainyang berbentuk catatan elektronik. Hal ini menjadi suatu hal yang wajar, karena kemajuan teknologi komunikasi dan informasi saat ini membuat penyebaran informasi dapat kita lihat dalam bentuk catatan elektronik. Sejalan dengan pendapat Sarosa (2012, hlm. 61) menyebutkan bahwa:

Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy). Dokumen dapat berupa buku, artikel media masa, catatan harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto dan lainnya.


(36)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kita sekarang dapat memahmi bahwa ada banyak sekali jenis dan bentuk studi dokumentasi yang diperoleh seorang peneliti. Pertanyaan selanjutnya, Bagaiaman seorang peeliti dapat menganalisi data dari berbagai jenis dokumen sebagai sebuah data yang cocok/ relevan dan bermanfaat bagi kelancaran proses pengumpulan data dalam penelitian. Seorang peneliti tidak boleh sembarangan menggunakan dokumentasi tanpa mengetahui proposisi dokumentasi tersebut dalam penelitiannya. Oleh karena itu menurut Payne dalam Sarosa (2012, hlm. 63) kualitas dokumen dapat dilihat dari 4 komponen berikut:

a. Otentik, yaitu keaslian da nasal dokumen tersebut tidak diragukan. b. Kredibel, yaitu dokumen yang digunakan bebas dari kesalahan dan

penulisnya dapat dipercaya.

c. Representatif, yaitu apakah dokumen yang digunakan adalah yang biasa dijumpai atau langka. Apakah banyak dokumen lain yang sejenis? Semakin banyak dokumen yang berisi hal yang sama membuat proses verifikasi menjadi lebih mudah.

d. Makna, yaitu apakah dokumen yang didapat jelas dan dapat dipahami. Makna juga merujuk pada dokumen seharusnya dibaca dan diinterpretasikan.

Dengan demikian ketika penulis mengumpulkan data berupa dokumen-dokumen hendaknya memperhatikan hal-hal diatas, supaya perolehan data tetap tidak keluar dari substansi penelitiannya.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian menurut Bogdan (dalam Moleong 2010, hlm. 126) menyajikan tiga tahapan yaitu “Pra-lapangan, kegiatan lapangan dan analisis intensif”. Setelah melihat pendapat tersebut penulis menginterpretasikan pembagian tahap-tahap penelitian mengacu pada pendapat Moloeng dan pertimbangan penulis sendiri, yang terbagi menjadi tiga tahapan penelitian, yakni sebagai berikut:


(37)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Tahap Pra-lapangan

Dalam tahap pra-lapangan ada beberapa tahapan yang akan dilalui peneliti yaitu:

a. Menyusun Rancangan Penelitian dan Memilih Lapangan Penelitian

Penyusunan rancangan penelitian dan memilih lapangan penelitian penulis satukan karena pertimbangan bahasannya yang saling berkaitan. Pemilihan lapangan penelitian berdasarkan pertimbangan waktu, tempat, relevansi pokok kajian yang akan di teliti dengan situasi sosial di lokasi penelitian. Tidak hanya mempertimbangkan kemudahan bagi peneliti ketika memutuskan untuk mengadaka penelitian di lokasi tersebut. Tapi juga mementingkan ada atau bisa tidaknya fokus permasalahan tersebut di teliti di lokasi penelitian itu. Sehingga selain memudahkan peneliti tapi juga tidak menyamarkan topik penelitian yang akan di lakukan. Menurut Moleong (2010, hlm. 128) bahwa:

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian; untuk itu pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Oleh karena itu dalam tahap pemilihan lapangan penelitian ini peneliti memilih SMA Laboratorium Percontohan UPI sebagai lokasi penelitian. Karena fenomena penggunaan media gadget dalam pembelajaran PKn, sudah terlihat dalam keseharian para peserta didiknya.

b. Mengajukan Perizinan

Perizinan bertujuan supaya penelitian yang dilakukan telah diketahui dan mendapat persetujuan dari berbagai pihak. Supaya secara formal dan legal, penelitian yang akan dilakukan telah disetujui. Sehingga jika dalam proses penelitian ada beberapa hambatan, maka dengan memperlihatkan perizinan, akan


(38)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Prosedur penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut;

1) Mengajukan permohonan izin mengadakan penelitian kepada jurusan dimana peneliti melkasanakan pendidikannya yaitu Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Setelah itu peneliti direkomendasikan kepada Pembantu Dekan I Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang selanjutnya diteruskan kepada Kepala BAAK UPI.

2) Pembantu Rektor Bidang Akademik atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan izin penelitian.

c. Menjajaki dan Menilai Lapangan

Menjajaki dan menilai lapangan merupkan tahap pra lapangan diman peneliti mulai melihat gambaran dan orientasi lapangan tempat penelitian. Menurut Moleong (2010, hlm. 130) bahwa:

Maksud dan tujuan penajajakan lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik dan keadaan alam…. Jika peneliti telah mengenalnya, maksud dan tujuan lainnya ialah untuk membuat peneliti mempersiapkan diri, mental maupun fisik serta menyiapkan perlengakapan yang diperlukan. Pengenalan lapangan dimaksudkan pula untuk menilai keadaan, situasi, latar dan konteksnya, apakah terdapat kesesuaian dengan masalah, hipotesis kerja teori substantive seperti yang digambarkan dan dipikirkan sebelumnya oleh peneliti.

Dengan demikian peneliti akan mengenal dan memahami pandangan hidup objek peneliaian yang diteliti, dan aspek sosial lainnya. Sehingga nantinya ketika peneliti mengamati perilaku peserta didik dalam belajar PKn, dengan pertimbangan lainnya peneliti damat meganalisis secara objektif apa yang dilihatnya.


(39)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian yang baik haruslah melakukan pengumpulan data dari nara sumber yang dapat dipercaya. Salah satu nya adalah keberadaan informan dalam suatu penelitian. Menurut Moleong (2010, hlm. 132) yaitu “Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. Seorang informan menjadi seseorang yang cukup mempengaruhi pemahaman peneliti terhadap objek penelitiannya. Dalam konteks penelitian ini, misalkan peneliti menjadikan guru mata pelajaran PKn, sebagai infroman yang berperan memberikan informasi mengenai tingkah laku peserta didik kelas sebelas dalam menggunakan gadgetnya di kelas, dan informasi penting lainnya.

e. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Dalam tahap persiapan perlengkapan penelitian, peneliti dituntut untuk secara cermat mempersiapkan alat, bahan, dan perlengkapan lain yang penting. Tidak hanya kesiapan pisik peneliti saja yang diprioritaskan tapi hal lain yang dibutuhkan saat penelitian sudah harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Hal ini untuk memaksimalkan proses penelitian yang akan dilakukan. Sejalan dengan pendapat Moleong (2010, hlm. 134) yaitu “yang penting ialah agar peneliti sejauh mungkin sudah menyiapkan segala alat dan perlengkapan penelitian yang diperlukan sebelum ia terjun ke dalam kancah penelitian”.

Ada beberapa perlengkapan yag peneliti butuhkan saat berlangsungnya penelitian, seperti surat izin penelitian, kontak dengan informan, alat tulis, alat perekam, kamera atau handphone, komputer atau laptop, map, dan yang lainnya. Karena lokasi penelitian yang ditentukan tidak terlalu jauh atau dapat dijangkau peneliti maka aspek pengaturan perjalanan tidak terlalu diperhitungkan.

f. Persoalan Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang harus selalu diperhatikan sebagai seorang peneliti. Peneliti sebagai orang luar yang masuk ke dalam


(40)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lingkungan asing diman terdapat berbagai macam kebiasaan, kebudayaan, nilai dan norma yang berbeda dengan kehidupan peneliti sendiri. Hal ini menjadi sebuah tantangan dan pembiasaan bagi peneliti agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan penelitiannya. Ketika peneliti melakukan pengmupulan data berupa wawancara dan observasi, sudah barang tentu selalu berhadapan dengan informan yang beragam. Disinilah peneliti dituntut untuk menghilangkan egoitas dalam berbicara dan bertingkah laku. Menurut Moleong (2010, hlm. 134) yaitu:

Perosalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Persoalan etika akan muncul jika peneliti tetap berpegang pada latar belakang, norma, adat, kebiasaan, dan kebudayaannya sendiri dalam menghadapi konteks latar penelitiannya. Jika hal demikian terjadi, maka benturan nilai, konflik, frustasi, dan semacamnya, dapat diramalkan akan terjadi. Akibatnya besar sekali pada kemurnia pengumpulan data.

Oleh karena itu etika sangat diperhatikan dalam setiap proses penelitian. Jangan sampai informan merasa tidak nyaman dan hanya memberikan informasi seadanya saja. Tentunya hal itu dapat merugikan kita sebagai peneliti. Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran PKn, hendaknya melihat kesiapan guru tersebut, apakah dalam keadaan tidak sibuk, perhatikan pula gaya berbicaranya, sedikit demi sedikit peneliti harus memahami konsep pemikirannya seperti apat, Peneliti akan belajara mengikuti cara penyampaiannya dalam memberkan informasi, jangan sekali-kali meyela atau memberikan pertanyaan yang tidak sesuai dengan gaya berbicaranya. Intinya adalah dalam beretika harus sopan, jujur, terbuka, menahan diri dari emosi, menghargai pendapat narasumber dan atau informasn, dan tunjukkan antusias kita dalam bertanya.


(41)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Moeloeng (2010, hlm. 137) tahapan dalam pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian yaitu “memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperan serta sambil mengumpulkan data”. Ketiganya akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Pemahaman peneliti akan objek penelitian akan mempengaruhi penyerapan informasi dari informan. Ketika penliti tidak memahami kebiasaan di lingkungan objek penelitian, maka peneliti tidak akan mudah untuk diterima oleh narasumber dan objek penelitiannya. Hal ini mempersulit peneliti untuk mencari informasi yang mendalam. Menurut Moleong (2010, hlm. 137) yaitu:

Untuk memasuki pekerjaan di lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di samping itu, ia perlu mempersiapkan dirinya, baik secara pisik maupun secara mental di samping ia harus mengingat persoalan etika sebagai yang telah diuraikan di muka.

Peneliti harus memahami latar penelitian dalam artian dia mampu menempatkan dirinya sebagai peneliti yang baik, ketika diposisikan pada latar suatu kelas maka peneliti hanya dapat mengamati saja tanpa ada interaksi yang mencolok, sedangkan ketika berada pada jam-jam istirahat peneliti dapat berinteraksi dengan peserta didik dengan cara mewawancarai mereka, menanyakan bagaimana mereka dapat menggunaak gadget ketika pembalajaran PKn berlangsung. Hal tersebut harus selalu di perhatikan, jangan sampai sikap kita berbenturan dengan kebiasaan mereka. Menurut kita menyapa dengan nada yang tinggi tidak masalah, tapi bagi peseta didik sapaann tersebut cenderung berlebihan.

Dalam proses penelitian peneliti juga harus memperhatikan penampilannya, mulai dari cara berpakaian yang harus disesuaikan dengan


(42)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kebiasaan di lingkungan penelitian. Bukan hanya penampilan berpakaian tapi penampilan perilaku kita. Menurut Moleong (2010, hlm. 138) bahwa:

Penampilan pisik bukan hanya ditampakkan melalui cara berpakaian. Dapat pula diperlihatkan melalui cara bertingkah laku. Cara bertingkah laku ialah tata cara, tindakan, lenggak-lenggok, cara menegur, dan semacamnya yang diperlihatkan oleh peneliti sewaktu ia berada di tengah-tengah masyarakat tempat ia bekerja sebagai pengumpul data.

Oleh karena itu hubungan baik antara peneliti dan narasumber hendakany diperhatikan, tapi jangan sampai peneliti juga melupakan tujuan utama penelitian sendiri. Peneliti harus memperhatikan kefektifan waktu dalam mengumpulkan data. Jangan samapi membuang-buang waktu saja, semua proses penelitian dari mulai menentukan lokasi penelitian sampain kepada penyususnan laporan haruslah diperhatikan.

b. Memasuki Lapangan

Ketika seorang peneliti memasuki lapangan, peneliti harus benar-benar membina hubungan yang harmonis dengan nara sumbernya, dengan mempelajari tingkah lakunya peneliti dapat mengakrabkan diri dengan innforman. Dengan mempelajarai bahsa serta gaya berbahasa juga peneliti dapat mendapatkan banyak keuntungan, karena informaan akan merasa lebih dekat dengan peneliti dan lebih jujur dan sukarela dalam memberikan informasi yang diinginkan peneliti.Peranan penelitipun sangat penting, dimaa peneliti harus mampu mengarahkan pengamatan kepada fokus penelitiannya, peneliti harus mampu berbaur dan mencari serat mengarahkan informasi secara mendalam.

c. Berperan-serta sambil Mengumpulkan Data

Berperan-serta sambil mengumpulkan data, berarti peneliti dapat mengambil peran yang cukup sentral dalam proses pengumpulan data. Peran peneliti dalam hal ini sangat kompleks dan harus selalu siap baik dari kondisi


(43)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pisik dan mentalnya. Salah satunya peran mengarahkan batas studi. Mulai dari jdwal batas studi, penjajakan laoangan dan yang lainnya semuanya harus dapat diperhitungkan. Intinya peneliti harus mampu mengendalikan diri dalam situasi sosial dimana peneliti pun ikut terlibat.

Menurut Moleong (2010, hlm. 144) selain batas studi pencatatan lapang pun harus diperhatikan, karena:

Catatan lapangan tidak lain adalah catatan yang dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan wawancara, atau menyaksikan kejadian tertentu. Biasanya berupa kata-kata kunci, singkatan, pokok-pokok utama saja, kemudian dilengkapi dan disempurnakan apabila sudah pulang ke tempat tinggal.

Peran serta peneliti dalam hal mencatat data harus diperhatikan supaya tidak kehilangan data yang penting dan data tetap terkumpulkan. Data yang terkumpulkan juga harus tetap diingat dengan cara pengarsipan yang baik, pola pengumpulan yang mudah diingat dan pola penggambarab garis besar informasi dalam setiap catatan data.

Aspek pisik peneliti sering kali mencapai titik kejenuhan. Apakah itu karena gangguan kesehatan, pola istirahat yang tidak baik. Semua itu harus diperhatikan, sebab jika peneliti tidak dapat mengatur kondisi pisik dan mentalnya, maka peneltian akan terhambat. Usahakan peneliti mengistirahatkan diri dan berekreasi supaya muncul inspirasi setelah kembali ke aktifitas penelitiannya. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam berperan serta sambil mengumpulkan data adalah analisis data saat berada di lapangan.

Analisis data di lapangan membantu peneliti untuk analisis awal sebelum analisis yang intensif nantinya. Proses analisis di lapangan dapat berupa pencocokan degan data yang sebelumnya di catat, apakah terjadi kontradiksi, dan


(44)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam proses ini peneliti mulai mengetahui permasalahannya sudah berkembang sampai sejauh mana.

3. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan merupakan tujuan administrasi dari proses penelitian. Peneliti melakukan tahap penyusunan laporan dengan memperhatikan sistematika yang menjadi acuannya. Salah satunya menurut Moleong (2010, hlm. 348) dalam tingkat perguruan tinggi yaitu:

Penulisan laporan hasil penelitian itu berfungsi untuk memenuhi keperluan studi akademis. Setiap kali mahasiswa akan mengakhiri studi, salah satu tuntutan akademisnya ialah diwajibkan (bagi jalur tesis) mengadakan penelitian dan menyusun tesis untuk studi S1 dan S2, serta disertasi untuk S3. Penyusunan ini dibawah bimbingan dosen mata kuliah keahlian dan mata kuliah metodologi penelitian.

Peneliti sendiri melakukan tahap penyusunan laporan penelitian adalah untuk keperluan studi akademis pada jenjang S1. Jenis laoran pada Perguruan Tinggi tempat peneliti belajar dalam bentuk skripsi.

E. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Sesuai dengan yang dikemukakan Nasution (2003, hlm. 32) bahwa “subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi bertalian dengan tujuan yang ingin dicapai”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang dijadikan subjek penelitian meliputi, siswa kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung yang sudah banyak menggunakan gadget sebagai media pembelajaran dalam setia pembelajaran termasuk mata pelajaran PKn.

Selain siswa sebagai informan peneliti juga mencari informasi dari guru mata pelajaran PKn, guru TIK, guru lainnya yang di anggap berkepentingan, dan


(1)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang pendek, dan peningkatan komunikasi yang intensif antara guru dan siswa harus lebih diperhitungkan kembali.

e. Pembiasaan positif dalam penggunaan gadget ketika guru mengajak siswa disiplin dalam menentukan kapan saatnya boleh memakai gadget, siswa siswa mampu menghargai karya/ tulisan orang lain saat mengakses di internet, siswa bertanggung jawab dan bersikap jujur saat membuka internet dengan tidak mengakses konten-konten yang dilarang. Meskipun muncul hal-hal negatif yang sulit dihindari yaitu sikap individualis para siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Impelementasi Penggunaan Media

Gadget Untuk Memberi Kemudahan Dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran

PKn” mengilhami berbagai pandangan yang kiranya merupakan rekomendasi dan

atau saran yang diharapkan adanya perbaian di masa yang akan datang. Hal ini di maksudkan kepada berbagai pihak dalam upaya meningkatkan impelementasi penggunaan media gadget dalam proses pembelajaran PKn di kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI antara lain:

1. Guru SMA Laboratorium Percontohan UPI

Untuk memaksimalkan hasil pengimpelementasian media gadget dalam pelaksanaan proses pembelajaran, maka perlu adanya komitemen dan konsistensi dari seluruh guru di SMA Laboratorium Percontohan UPI. Apabila semua guru mengembangkan kemampuan berinovasi dalam media pembelajaran diharapkan siswa lebih konsisten dalam mengkuti seluruh proses pembelajaran


(2)

129

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru sebagai teladan dan panutan di Sekolah, sehingga guru ditantang untuk mampu berperilaku yang baik, disiplin, tegas dalam membimbing para siswa, dan menunjukan komitemen untuk maskimal dalam mengajar siswa.

2. SiswaSMA Laboratorium Percontohan UPI

Penerpana nilai-nilai tanggung jawab, disiplin, dan jujur para siswa dapat dilakukan melalui pembinaan, pengawasan dan bimbingan dari semua pihak, karena pada dasarnya siswa merupakan bakal penerus perjuangan bangsa. Siswa harus siap menerima dan melakukan aturan dan kewajiban apapun di lingkungan Sekolah demi untuk kebaikan siswa. Dengan demikian, siswa kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI harus senantiasa belajar menghargai orang lain, menghormati setiap nasihat guru, belajar lebih bertanggunga jawab dan jujur, dan lebih disiplin dalam segala hal.

3. Para Pengajar PKn

Para pengajar PKn di lingkungan sekola umum lainnya diharapkan mampu menerima nilai positif serta keunggulan penggunaan gadget sebagai media pembelajaran yang diterapkan di SMA Laboratorium Percontohan UPI ini yang kental dengan suasana akademik dan unggul dalam menciptakan generasi dalam aspek sosialnya.

4. Wakasek Kesiswaan SMA Laboratorium Percontohan UPI

Kualitas kepatuhan siswa di Sekola sangat ditentukan oleh pembinaan dari pihak Sekolah sendiri, Pembina kesiswaan betugas untuk mengarahkan dan membimbing siswa agar selalu berperilaku sesui dengan nilai, norma, dan aturan yang berlaku. Salah satu caranya yaitu dengan melakukan kerja sama dengan seluruh wali kelas dan koordinasi yang baik dengan orang tua siswa. Pada dasarnya kefektifan dan pengawasan penggunaan gadget sebagai media


(3)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran harus benar-benar di tingkatkan dalam berbagai bentuk pengawasan dan pembiasaan positif.

5. Wakasek Kurikulum SMA Laboratorium Percontohan UPI

Wakasek Kurikulum yang bertugas mengatur program pembelajaran di Sekolah dan mengurus pembagian tugas guru harus lebih meningkatkan kualitas pengemabngan model dan media pembelajaran. Salah satunya dengan segera memberikan pelatihan kepada para guru dalam memanfaatkan fasilitas ICT guna meningkatkan inovasi pembelajaran di kelas.

6. Peneliti Selanjutnya

Ada banyak hal-hal menarik yang bisa dikaji di SMA Laboratorium Percontohan UPI ini. Untuk itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan hasil penelitian dalam hal pengimpelementasian penggunaan media gadget sebagai media pembelajaran yang diterapkan di SMA Laboratorium Percontohan UPI untuk meningkatkan kecerdasan intelektual para siswa. Hal ini dianggap penting karena peneliti menilai bahwa penggunaan gadget sebagai media pembelajaran di SMA Laboratorium Percontohan UPI mampu memberikan inovasi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang di cita-citakan, sehingga para siswa lebih berwawasan luas, mampu berpikir global dan kritis terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat.


(4)

131

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan


(5)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari buku:

Danial dan Wasriah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Darmawan, D. (2012). Teknologi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Komaruddin dan Azra. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi Hak

Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif

Hidayatullah.

Moleong, L.J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Rahmat dkk. (2013). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Labolatorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Sapriya dan Winataputra. (2003). Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pengajaran. Bandung: Labolatorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Jakarta: PT. Indeks.

Setiawan dan Munir. (2009). Pengantar Teknologi Informasi. Bandung: UPI

Sudjana dan Rivai. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.


(6)

Novie Stephen 2015

Implementasi penggunaan media gadget untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sutarman. (2012). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sutopo, A. H. (2012). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Jakarta: Graha Ilmu.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers.

Uno dan Lamatenggo. (2010). Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wuryan dan Saefullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Labolatorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Sumber dari internet:

Ahmad. (2013). Guru dan Gadget. [Online]. Tersedia: http://www.plasagadget.com/841-guru-dan-gadget/. [21 Maret 2014].

Anonymous. (2013). Aplikasi Smartphone Untuk Mendukung Kegiatan

Pendidikan. [Online]. Tersedia:

www.bedahtekno.com/games-apps/aplikasi-smartphone-untuk-mendukung-kegiatan-pendidikan/. [21 Maret 2014].

Widianto, R. (2013). Penggunaan Handphone untuk Para Siswa. [Online].Tersedia:

http://rahmatwidianto.blogspot.com/2013/05/penggunaan-handphone-untuk-para-siswa.html.[7 Maret 2014].

Wikipedia. (2014). Gadget. [Online].Tersedia:


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKITAR SISWA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIIIA SMP Laboratorium Percontohan UPI.

0 0 47

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK DALAM PEMBELAJARAN PKn UNTUK MEMBINA KARAKTER KEWARGANEGARAAN : Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII E di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

0 9 32

STANDAR PELAYANAN MINIMUM PENDIDIKAN : Studi Kasus Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah Laboratorium-Percontohan UPI Bandung.

1 10 52

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERANALOGI SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Laboratorium Percontohan UPI.

0 1 53

PENGGUNAAN TEKNIK REMBUK SEJOLI DALAM MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS X SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI.

1 2 32

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN TENTANG AKHLAK TERCELA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA LABORATORIUM-PERCONTOHAN UPI BANDUNG.

2 11 42

KAMAMPUH SISWA KELAS X SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI DINA NULIS NASKAH BIANTARA.

0 40 28

ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS 4 SEKOLAH DASAR LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI.

0 0 37

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)DI SMA LABORATORIUM-PERCONTOHAN UPI.

0 0 51

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Kelas XI IPS SMA Laboratorium (Percontohan) - repository UPI S PEA 1003174 Title

0 0 5