PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP KOMPONEN KIMIA TEH DAUN SISIK NAGA (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price.).

PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP KOMPONEN KIMIA
TEH DAUN SISIK NAGA (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price.)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknologi Pertanian

Oleh:
AZMY UZANDY
0911122053

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

vii

Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Komponen Kimia Teh Daun Sisik

Naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price.)
Azmy Uzandy*, Novelina** dan Deivy Andhika Permata**
*Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, ** Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Padang 25163
email: azmyuzandy@yahoo.co.id

ABSTRAK
Sisik naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price.) merupakan tumbuhan obat
yang kaya akan manfaat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komponen fitokimia,
pengaruh suhu pengeringan, angka lempeng total, aktivitas antioksidan dan tingkat
toksisitas teh daun sisik naga. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Teknologi
Hasil Pertanian Universitas Andalas, Padang pada bulan April hingga Juni 2014. Desain
penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
dan 3 pengulangan. Metode tersebut dilakukan melalui proses pengeringan pada suhu
50oC (perlakuan A), 60oC (perlakuan B), 70oC (perlakuan C), 80oC (perlakuan D) dan
90oC (perlakuan E). Setelah itu, analisis kadar air, kadar abu dan total fenol dilakukan
terhadap produk. Analisis aktivitas antioksidan, angka lempeng total, uji toksisitas,
HPLC-DAD dan LC-DAD-MS dilakukan terhadap produk terbaik. Berdasarkan analisis
bahan baku daun sisik naga, diperoleh kadar air sebesar 88,65%, kadar abu 1,62% dan
aktivitas antioksidan 46,50%, sedangkan uji kualitatif fitokimia memberikan hasil positif

pada senyawa triterpenoid, flavonoid, saponin, fenolik dan tanin. Produk teh daun sisik
naga terbaik adalah teh daun sisik naga dengan suhu pengeringan 70oC selama 325 menit.
Produk tersebut memiliki kadar air sebesar 7,14%, kadar abu 12,50%, total fenol 0,03%,
aktivitas antioksidan 10,42%, angka lempeng total 1,2x103 koloni/gram dan nilai LC50
2,03 ppm. Selain itu, kandungan flavonoid senyawa rutin yang didapatkan dari uji
kuantitatif HPLC-DAD sebesar 25,31% yang diklarifikasi dengan data LC-DAD-MS.
Naringenin juga terdeteksi dengan LC-DAD-MS melalui penafsiran rasio massa terhadap
muatannya (m/z).
Kata kunci: Antioksidan, Komponen Kimia, Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price, Teh
Daun Sisik Naga

1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah dengan iklim tropis yang memiliki banyak
sumber daya alam hayati, karena didominasi oleh hutan hujan tropis yang tumbuh
subur di dalamnya. Sumber daya alam hayati yang dimiliki ini tentu memiliki
kandungan yang memberi manfaat bagi sekitarnya. Namun, masih banyak yang
belum diketahui secara baik sehingga banyak yang beranggapan bahwa tumbuhan

tersebut hanyalah gulma atau sejenisnya. Sisik naga merupakan salah satu
tumbuhan tersebut adalah daun sisik naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G
Price.). Tanaman ini adalah salah satu tumbuhan yang tumbuh dan tersebar secara
liar di seluruh daerah Asia tropik dan memiliki penamaan yang berbeda-beda
tergantung pada daerah tempat tumbuhnya (Fatimah, 2009). Daun sisik naga
merupakan tumbuhan epifit yang tumbuh menempel pada tumbuhan lain, tetapi
bukan parasit karena dapat membuat makanan sendiri. Tumbuhan ini di Indonesia
melimpah dan dapat ditemukan pada batang, cabang pohon-pohon yang sudah tua,
besar, dan perdu (Sahid, Dingse, Parluhutan dan Marhaenus, 2013).
Hasil beberapa penelitian terhadap daun sisik naga menemukan bahwa
tumbuhan ini memiliki beberapa kandungan yang sangat bermanfaat, yaitu
senyawa flavonoid, tanin, steroid atau triterpenoid, minyak atsiri, dan glikosida
yang diduga berpotensi sebagai antikanker (Fatimah, 2009; Dalimunteh dan
Poppy, 2011). Sebelumnya, Abdillah (2006) menemukan bahwa hasil analisis
fitokimia daun sisik naga menunjukkan adanya kandungan senyawa aktif
flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Ekstrak air daun sisik naga yang digunakan
dalam penelitian tersebut diketahui mampu menghambat pertumbuhan sel tumor
secara in vitro dan kemungkinan penggunaannya dalam pengobatan penyakit
tumor baik pada hewan dan manusia.
Dalimartha (2002) juga mengemukakan bahwa sisik naga berkhasiat untuk

berbagai pengobatan, antara lain dondongan (portitis), pembesaran kelenjar getah
bening (cervical lymphadenitis), sakit kuning (jaundice), disentri, infeksi saluran
kencing, batuk, abses, paru-paru, mimisan, berak berdarah, muntah darah,
pendarahan rahim, keputihan (leukore), kanker payudara dan digigit ular. Menurut
Sahid et al. (2013), yang telah melakukan penelitian bahwa ekstrak metanol daun

2

sisik naga memiliki efek sitotoksik terhadap sel leukemia P388 yang ditunjukkan
dengan penghambatan pertumbuhan sel leukemia sebanyak 50%.
Dari beberapa hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa daun
sisik naga merupakan tumbuhan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Namun, saat ini belum ada usaha penyederhanaan yang dilakukan agar produk ini
dapat dikonsumsi dengan mudah oleh masyarakat. Oleh karena itu, penulis
mengolah tumbuhan ini menjadi produk olahan yang dapat dinikmati oleh
berbagai kalangan dalam berbagai keadaaan, yaitu teh. Berbagai macam bahan
alam telah dimanfaatkan untuk pemanfaatan teh, seperti daun gaharu (Febryan,
2013) dan pucuk daun jambu biji (Desmaisis, 2013). Akan tetapi, berdasarkan
pengamatan yang telah penulis lakukan, belum ditemukannya daun sisik naga
sebagai bahan baku pembuatan teh.

Sementara itu, dalam proses pembuatan teh dari daun sisik naga ini diduga
dapat terjadi penurunan kandungan utama yang bermanfaat bagi pencegahan
berbagai penyakit tersebut di atas. Hal ini disebabkan oleh pengolahan teh yang
dilakukan oleh pabrik teh di Indonesia menggunakan suhu 50-850C dengan waktu
pengeringan + 80-90 menit, dimana suhu ini akan mempengaruhi mutu teh yang
akan dihasilkan. Semakin tinggi suhu, maka kandungan kimia atau komponen
aktif yang terdapat dalam daun teh akan berkurang dan hilang, seperti kandungan
antioksidan, katekin, vitamin C, dan lain-lain (Sulistyo, 2003).
Menurut Miean dan Mohamed (2001), komponen aktif dalam daun teh
yang mempunyai kemampuan antioksidan paling efektif adalah polifenol. Akan
tetapi, komponen polifenol tersebut mudah rusak oleh panas. Oleh karena itu,
dalam proses pengeringan daun teh harus diperhatikan suhu pengeringan yang
digunakan, ini bertujuan untuk menjaga komponen aktif yang terdapat dalam daun
teh tetap terjaga. Pengolahan teh dengan menggunakan suhu pengeringan tertentu
sangat mempengaruhi mutu dan komposisi kimia yang terdapat pada produk teh
yang dihasilkan. Suhu pengeringan teh yang tinggi mengakibatkan kerusakan
pada mutu produk teh yang dihasilkan.
Oleh karena itu, untuk mengetahui komponen kimia dan pengaruh suhu
pengeringan terhadap teh hijau daun sisik naga, maka dilakukan penelitian dengan


3

judul “Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Komponen Kimia Teh Daun
Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price.)”.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui komponen kimia yang terdapat dalam daun sisik naga.
2. Mengetahui pengaruh suhu pengeringan terhadap komponen kimia teh daun
sisik naga.
3. Mengetahui angka lempeng total, aktivitas antioksidan dan tingkat toksisitas
teh daun sisik naga.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi kepada masyarakat tentang komponen kimia yang terdapat dalam teh
daun sisik naga.

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

7 53 83

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

2 28 83

Uji aktivitas antioksidan dan penetapan karakter ekstrak tumbuhan sisik naga (Pyrrosia piloselloides (L.) M.G Price) pohon inang teh (Camellia sinensis (L.) O.K) dengan metode 2,2-diphenyl-1-picrylhidrazil (DPPH).

0 10 123

In vitro antioxidant and cytotoxicity activity of extract and fraction pyrrosia piloselloides (L) M.G Price.

0 0 7

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 14

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

1 2 5

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 13

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

0 0 3

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-heksan Etilasetat dan Etanol Daun Sisik Naga (Pyrrosia piloselloides (L) M.G.Price)

1 1 20