BAB - 7 RENCANA PENGEMBANGAN SPAM

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM) BAB - 7 RENCANA PENGEMBANGAN SPAM

  

7.1 KEBIJAKAN, STRUKTUR DAN POLA PEMANFAATAN

RUANG WILAYAH

  

7.1.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Pemanfaatan Ruang

Wilayah

  Pola ruang adalah distribusi peruntukkan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya. Pola ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, baik untuk pemanfaatan yang berfungsi lindung maupun budidaya yang belum ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Pola ruang wilayah kabupaten dikembangkan dengan sepenuhnya memperhatikan pola ruang wilayah yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.

  Kebijakan strategi Pengembangan Struktur Tata Ruang Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah:

  1. Rencana Pengembangan dan Kriteria Kawasan Lindung

LAPORAN AKHIR

  3 Wetamrian hutan produksi dan konservasi

  

9 Wermaktian Hutan produksi, konservasi dan hutan produksi terbatas

10 wuarlabobar Kawasan konservasi laut

  8 Molumaru Hutan produksi terbatas, hutan produksi konservasi, hutan suaka margasatwa

  7 Yaru Hutan produksi

  6 Tanimbar Utara hutan produksi, konservasi dan hutan suaka alam

  5 Nirunmas hutan produksi dan konservasi

  4 Kormomolin hutan produksi dan konservasi

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan komponen dalam penataan ruang baik yang dilakukan berdasarkan wilayah administratif, kegiatan kawasan, maupun nilai strategis kawasan. Yang termasuk dalam kawasan lindung adalah: (1)

  1 Selaru hutan produksi dan konservasi

  

Tabel 7-1 Rencana Kawasan Lindung

No Kecamatan Rencana

  (5) Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa dan terumbu karang.

  (4) Kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir; dan

  (3) Kawasan suaka alam dan cagar alam, antara lain, kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam, suaka margasatwa serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

  (2) Kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk dan kawasan sekitar mata air;

  Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahannya, antara lain, kawasan hutan lindung, kawasan bergambut dan kawasan resapan air;

  2 Tanimbar Selatan hutan produksi dan konservasi

LAPORAN AKHIR

  

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 7-1 Peta Rencana Kawasan Lindung

  2. Rencana Zonasi Kawasan Rawan Bencana Rencana zonasi menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. Pada kawasan zona rawan bencana, pola pengelolaan kawasan dilakukan melalui pengaturan kegiatan manusia di kawasan rawan bencana untuk melindungi manusia dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia.

  Tujuan dari pengaturan kegiatan manusia di kawasan rawan bencana adalah mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan serta menghindari berbagai usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana.

  Zonasi kawasan rawan bencana gempa bumi ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1)

  Kawasan yang memiliki seismisitas tinggi, yaitu dengan melihat sejarah terjadinya gempa bumi; (2)

  Kawasan dengan yang mempunyai nilai percepatan tanah (Peak Ground Acceleration) yang cukup tinggi;

  (3) Secara tektonik, kawasan tersebut cukup aktif, banyak dijumpai sesar/patahan aktif.

  Zonasi kawasan bencana tsunami ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1)

  Secara regional merupakan daerah sering terjadi gempa (seismisitas aktif); (2)

  Kawasan terletak di wilayah pantai menghadap laut dan terbuka, tidak terhalang pulau; (3)

  Kawasan terletak di wilayah tektonik aktif dan dekat zona penajaman lempeng (subduction zone). Zonasi kawasan rawan bencana tanah longsor ditetapkan berdasarkan kriteria berikut: (1)

  Kawasan yang memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah cukup tinggi;

LAPORAN AKHIR

  2 Tanimbar Selatan Tinggi, Sedang

  10 Wermaktian Tinggi, Sedang

  9 Wuarlabobar Tinggi, Sedang

  8 Molumaru Tinggi, Sedang

  7 Yaru Tinggi, Sedang

  6 Tanimbar Utara Tinggi, Sedang

  5 Nirunmas Tinggi, Sedang

  4 Kormomolin Tinggi

  3 Wetamrian Tinggi, Sedang

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  (2) Kawasan rawan bencana gunung api;

  Tabel 7-2 Kawasan Rawan Bencana No Kecamatan Keterangan

  (8) Budidaya pertanian hortikultura dan rumah peristirahatan di kawasan pegunungan dengan kemiringan di atas 40%.

  Kawasan dimana alih fungsi lahan ini terjadi, baik dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya, atau dari kawasan budidaya dengan karakteristik menyerupai kawasan lindung menjadi kawasan budidaya yang tidak menunjang fungsi konservasi lingkungan hidup;

  Kawasan dengan jenis batuan/litologi yang mengandung lempung; (7)

  Kawasan dengan kondisi kelerengan yang cukup terjal; (6)

  Kawasan dengan patahan aktif dan banyak terdapat retakan; (5)

  VII –XII (Berhubungan dengan kerusakan gedung); (4)

  (3) Kawasan rawan gempa bumi dengan skala MMI (Mercalc Modified Intensity)

  1 Selaru Tinggi, Sedang

LAPORAN AKHIR

  

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 7-2 Kawasan Rawan Bencana

  3. Rencana Pengembangan dan Kriteria Kawasan Budidaya Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang mempunyai fungsi utama budidaya, antara lain seperti kawasan hutan produksi, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata, dan permukiman. Sebelum menyusun arahan fungsi kawasan budidaya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, terlebih dahulu perlu dipahami kriteria- kriteria yang perlu dipenuhi oleh berbagai aktivitas dalam suatu kawasan budidaya. Tabel 4.2. menguraikan tentang berbagai jenis kawasan budidaya dengan definisi dan kriteria yang diperlukannya. Di samping Keppres Nomor 57/1989 dan Keppres Nomor 32/1990, aspek lainnya yang juga turut dipertimbangkan dalam mengarahkan fungsi berbagai kawasan budidaya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah: (1)

  Potensi sumberdaya alam dan kesesuaian lahan, seperti potensi pertanian, perkebunan, perikanan dan sebagainya; (2)

  Lingkungan buatan, yang tercermin dari pola penggunaan lahan dan sebaran pusat-pusat aktivitasnya; (3)

  Zonasi rawan bencana, meliputi rawan gempa, rawan tsunami, rawan banjir, rawan longsor, rawan abrasi pantai, dan sebagainya; (4)

  Sinergitas, keterkaitan, dan kemungkinan konflik antar penggunaan lahan; (5)

  Ketersediaan prasarana wilayah, seperti aksesibiltas, ketersediaan fasilitas umumdan fasilitas sosial, serta jaringan utilitas; (6)

  Keseimbangan pertumbuhan wilayah; dan (7) Kelestarian fungsi ekosistem keseluruhan.

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM) Tabel 7-3 Rencana Kawasan Budidaya No Kecamatan Keterangan

  1 Selaru Hutan suaka alam, hutan sekunder, hutan primer, tanaman pertanian, sagu dan bakau

  2 Tanimbar Selatan Hutan suaka alam, hutan sekunder, hutan primer, tanaman pertanian, sagu dan bakau

  3 Wetamrian Hutan sekunder, hutan primer, tanaman pertanian, sagu dan bakau

  4 Kormomolin Hutan sekunder, hutan primer, tanaman pertanian, sagu dan bakau

  5 Nirunmas Hutan sekunder, hutan primer, tanaman pertanian, sagu dan bakau

  6 Tanimbar Utara Hutan sekunder, hutan primer, tanaman pertanian, sagu dan bakau

  7 Yaru Hutan sekunder, hutan primer, tanaman pertanian, sagu dan bakau

  8 Molumaru Hutan sekunder, hutan primer, tanaman pertanian, sagu dan bakau, tanaman campuran

  9 Wuarlabobar Hutan suaka alam, hutan sekunder, hutan primer, tanaman pertanian, sagu dan bakau

  10 Wermaktian Hutan suaka alam, hutan sekunder, hutan primer, tanaman pertanian, sagu dan bakau

LAPORAN AKHIR

  

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 7-3 Peta Kesesuaian Lahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  7.1.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat

  Rencana pola ruang merupakan gambaran letak, ukuran, fungsi dari kegiatan- kegiatan budidaya dan lindung. Isi rencana pola ruang adalah delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan budidaya dan delineasi kawasan lindung. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan hasil padu serasi antara daya dukung sumber daya yang dimiliki, kepentingan perlindungan lingkungan dan kepentingan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Dengan demikian Pola Ruang adalah cerminan visi dan misi pembangunan Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan prinsip produktif dan berkesinambungan. Berdasarkan penjelasan terkait pola ruang kawasan lindung dan budidaya sebelumnya, maka pola ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang berhasil dirumuskan dapat dilihat pada Gambar 4.7, sementara alokasi dan besarannya dapat dilihat pada Tabel 4.12. Beberapa pertimbangan pokok yang dianut dalam merumuskan pola ruang Wilayah Maluku Tenggara Barat tersebut antara lain meliputi: (1)

  Karakteristik wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang berupa pulau-pulau menuntut adanya keterpaduan atau integrasi antara pola ruang daratan dan pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Pertimbangan ini ditindaklanjuti dalam rencana dengan mengembangkan strategi pemanfaatan ruang dalam suatu kerangka pembangunan berbasis Agro-Marineculture. Perwujudannya dalam pola ruang adalah terbentuknya suatu economic space (ruang-ruang ekonomi) yang mencerminkan keterkaitan antara pusat produksi-pusat industri-pusat distribusi dari komoditas unggulan laut maupun darat di wilayah Maluku Tenggara Barat.

  (2) Ketentuan perundangan untuk menjaga daya dukung lingkungan yang dituangkan dalam ketentuan minimal luas hutan sebesar 30% dari wilayah sungai (termasuk

  DAS) dan pulau. Amanat ini dituangkan dalam pola ruang wilayah Kabupatan Maluku Tenggara Barat yang menetapkan sekitar 89.96% dari luas wilayahnya sebagai kawasan hutan, termasuk di dalamnya kawasan hutan produksi konversi sebesar 56%.

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM) Tabel 7-4 Kawasan Budidaya No Kecamatan Keterangan

  1 Selaru Kawasan hutan bakau, kawasan perkebunan, kawasan hutan produksi konversi dan kawasan permukiman

  2 Tanimbar Selatan Kawasan hutan produksi konversi, kawasan hutan lindung, kawasan perkebunan, kawasan pertanian dan kawasan permukiman

  3 Wetamrian Kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi konversi, kawasan perkebunan, kawasan permukiman

  4 Kormomolin Hutan suaka alam, kawasan perkebunan, kawasan hutan produksi konversi, kawasan pertanian, kawasan permukiman

  5 Nirunmas Kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi terbatas, kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan hutan produksi konversi, kawasan permukiman

  6 Tanimbar Utara Kawasan hutan produksi terbatas, kawasan perkebunan, kawasan pertanian, kawasan hutan produksi konversi, kawasan permukiman, kawasan cagar alam

7 Yaru Kawasan hutan lindung, kawasan permukiman

  8 Molumaru Kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi konversi, kawasan cagar alam dan kawasan permukiman

  9 Wuarlabobar Hutan suak alam, kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi terbatas, kawasan pertanian, kawasan produksi konversi, kawasan cagar alam, kawasan perkebunan kawasan permukiman

  10 Wermaktian Kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi konversi, hutan suaka alam, kawasan hutan produksi terbatas, kawasan perkebunan, kawasan pertanian dan kawasan permukiman

LAPORAN AKHIR

  

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 7-4 Peta Rencana Kawasan Budidaya

  Beberapa hal penting terkait perumusan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat antara lain meliputi: (1)

  Kawasan lindung (daratan) di Kabupaten Maluku Tenggara Barat direncanakan mencapai 45.9% dari total luas wilayah daratan Maluku Tenggara Barat yang terdiri dari Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam dan kawasan sempadan pantai, sungai dan danau;

  (2) Kawasan Perlidungan pesisir dan laut di wilayah Maluku Tenggara Barat direncanakan minimal mencapai luasan sekitar 197.401,96 hektar yang direncanakan dapat menjadi Kawasan Konservasi Perairan;

  (3) Proporsi kawasan hutan yang termasuk kawasan lindung dan budidaya direncanakan mencapai luasan sebesar 78.9% dari luas wilayah sehingga diharapkan mampu memberikan daya dukung pembangunan Kabupaten Maluku Tenggara Barat secara berkelanjutan (di luar Sempadan Pantai);

  (4) Pengembangan kawasan budidaya pertanian dan perkebunan direncanakan mencapai proporsi 9.96% dari luas wilayah. Namun upaya pengembangan ke depan dapat mengandalkan pada alih fungsi kawasan hutan produksi konversi yang masih memiliki proporsi luas kawasan sekitar 45.99% dari total luas wilayah daratan Maluku Tenggara Barat;

  (5) Pengembangan kawasan perkotaan diperkirakan akan memanfaatkan lahan dengan proporsi maksimal 1% dengan intensitas terbesar di kawasan perkotaan

  Saumlaki. Dalam pengembangannya kawasan prioritas pengembangan perkotaan dalam 5-10 tahun pertama adalah di kawasan inti berupa kawasan untuk mendukung Saumlaki sebagai PKSN.

  Tabel 7-5 Rencana Pola Ruang

  No Kecamatan Keterangan

  1 Selaru Hutan produksi, hutan produksi konversi

  2 Tanimbar Selatan Hutan produksi konversi, perkebunan, hutan produksi

  3 Wetamrian Hutan produksi terbatas, hutan produksi konversi, perkebunan, hutan

produksi, hutan suaka margasatwa

  

4 Kormomolin Hutan suaka margasatwa, hutan produksi, perkebunan,, hutan produksi

konversi

  5 Nirunmas Hutan produksi terbatas, perkebunan, hutan produksi, hutan produksi konversi

  

6 Tanimbar Utara Perkebunan, hutan produksi, hutan produksi konversi, hutan suaka alam

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM) No Kecamatan Keterangan

7 Yaru Hutan produksi

  8 Molumaru Hutan produksi konversi, hutan produksi terbatas, hutan suaka alam, hutan produksi

  

9 Wuarlabobar Hutan suaka alam, hutan suaka margasatwa, hutan produksi, perkebunan,

hutan lindung, hutan produksi konversi, hutan produksi terbatas

  10 Wermaktian Hutan lindung, hutan produksi konversi, hutan produksi, hutan suaka margasatwa, hutan bakau

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 7-5 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat

7.2 RENCANA SISTEM PELAYANAN

  Rencana sistem pelayanan untuk SPAM Kabupaten Maluku Tenggara Barat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sistem pelayanan perpipaan PDAM, sistem pelayanan perpipaan Non PDAM dan sistem pelayanan non perpipaan. Sistem pelayanan perpipaan PDAM direncanakan untuk wilayah yang saat sekarang sudah terlayani oleh sistem PDAM dan seluruh ibukota kecamatan berikut desa-desa yang berada di sekitar wilayah ibukota kecamatan. Sistem pelayanan perpipaan Non PDAM direncanakan untuk desa-desa yang berada jauh dari lokasi ibukota kecamatan dan sudah memiliki sistem penyediaan air minum perdesaan atau belum memiliki sistem penyediaan air minum perdesaan tetapi memiliki sumber air baku. Sedangkan sistem pelayanan non perpipaan direncanakan untuk desa-desa yang berada jauh dari lokasi ibukota kecamatan serta tidak memiliki sumber air baku.

  7.2.1 Rencana Sistem Pelayanan Jaringan Perpipaan PDAM

  Sistem pelayanan jaringan perpipaan PDAM yang direncanakan meliputi seluruh wilayah ibukota kecamatan dan desa yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, yang merupakan wilayah pelayanan eksisting PDAM meliputi : IKK Tanimbar Selatan (Kota Saumlaki), IKK Tanimbar Utara (Kota Larat), IKK Selaru, IKK Wermakitan dan Desa Kandar Serta wilayah rencana pengembangan PDAM meliputi : IKK Yaru, IKK Wuarlabobar, IKK Nirun Mas, IKK Kormomolin, IKK Molu Maru Sumber air baku yang akan digunakan sebagian merupakan sumber air baku eksisting SPAM PDAM maupun SPAM Perdesaan dan sebagian lagi merupakan sumber air baru yang belum dimanfaatkan dengan mempertimbangkan kecukupan debit sumber air baku terhadap kebutuhan sistem yang direncanakan.

LAPORAN AKHIR

  1. Watmuri Mata Air/Gravitasi

  Sumber : Survey Primer Konsultan, 2016 Dinas Pekerjaan Umum Prop. Maluku, Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan & Energi Kab. MTB

  9. Molu maru Wulmasa Mata Air/Gravitasi Tutunametal Mata Air/Gravitasi

  8. Kormomolin Lorwembun Mata Air/Gravitasi Alusi Tamrian Mata Air/Gravitasi Meyano Bab Mata Air/Gravitasi Meyano Das Mata Air/Gravitasi Kilmasa Mata Air/Gravitasi Lumasebu Mata Air/Gravitasi

  7. Wermaktian Wermatang Mata Air/Gravitasi Merantutul Mata Air/Gravitasi

  6. Aruidas Mata Air/Gravitasi

  5. Aruibab Mata Air/Gravitasi

  4. Sangliat Dol Mata Air/Gravitasi

  3. Amdasa Mata Air/Gravitasi

  2. Atubul Da Mata Air/Gravitasi

  Tumbur Mata Air/Gravitasi

  6. Wertamrian

1.

  2. Manglusi Mata Air/Gravitasi

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  7.2.2 Rencana Sistem Pelayanan Jaringan Perpipaan Perdesaan

  1. Walerang Mata Air/Gravitasi

  4. Yaru

  2. Fursui Mata Air/Pompa

  1. Werain Mata Air/Pompa

  3. Selaru

  2. Kelaan Mata Air /Pompa

  1. Keliobar Mata Air/Gravitasi

  2. Kecamatan Tanimbar Utara

  2. Bomaki Mata Air/Gravitasi

  1. Latdalam Mata Air/Gravitasi

  1. Tanimbar Selatan

  

Tabel 7-6 Rencana Wilayah Pelayanan SPAM Jaringan Perpipaan Perdesaan

No. Kecamatan Desa Sumber Air Baku/ Pengaliran

  Sistem pelayanan jaringan perpipaan perdesaan umumnya dibangun melalui swadaya masyarakat, bantuan pemerintah daerah dan melalui program pemberdayaan masyarakat. Sebagian besar memanfaatkan mata air atau air permukaan yang ada disekitar desa kemudian dibuat bangunan penangkap air sederhana selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke wilayah desa. Jenis pelayanan ke masyarakat umumnya menggunakan Hidran Umum. Adapun lokasi desa yang direncanakan menggunakan sistem jaringan perpipaan perdesaan adalah sebagai berikut :

  5. Nirunmas

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  7.2.3 Rencana Sistem Pelayanan Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)

  Tujuan utama pengembangan sistem pelayanan bukan jaringan perpipaan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dimaksudkan untuk meningkatkan persentase akses penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat terhadap air minum. Sistem bukan jaringan perpipaan yang direncanakan berupa sumur dangkal (sumur bor/sumur gali) baik individual maupun komunal. Sistem ini diperuntukan bagi daerah yang tidak dapat terjangkau oleh sistem perpipaan serta tidak memiliki sumber mata air, akan tetapi daerah ini memiliki air tanah relatif baik.

  Tabel 7-7 Rencana Wilayah Pelayanan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) No. Kecamatan Desa

  1. Lermatang

  1 Tanimbar Selatan

  2. Matakus

  1. Lelingluan

  2 Kecamatan Tanimbar Utara

  2. Lamdesar Timur

  3. Lamdesar Barat

  1. Namtabung

  3 Selaru

  2. Lingat

  1. Batu Putih

  4 Wermaktian

  2. Makatian

  1. Sangliat Krawain

  5 Wertamrian

  2. Atubul Dol

  1. Awear

  6 Yaru

  2. Sofyanin

  3. Adodo Fordata

  1. Kilon

  2. Abat

  3. Labobar

  4. Karatat

  7 Wuarlabobar

  5. Awear rumngeur

  6. Watmasa

  7. Lingada

  8. Teineman

  8 Nirunmas

  1. Waturu

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  No. Kecamatan Desa

  2. Arma

  1. Alusi Krawain

  9 Kormomolin

  2. Meyano Raya

  1. Nurkat

  10 Molo Maru

  4. Wadankou

  Sumber : Survey Primer Konsultan, 2016 Dinas Pekerjaan Umum Prop. Maluku, Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan & Energi Kab. MTB

LAPORAN AKHIR

  

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

LAPORAN AKHIR

  

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

7.3 RENCANA PENGEMBANGAN SPAM

  Rencana Pengembangan SPAM Kabupaten Maluku Tenggara Barat disusun untuk periode desain tahun 2017 – 2035. Perencanaan akan dibagi dalam 3 (tiga) tahap.

   Merupakan program untuk pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2017 sampai dengan tahun 2021. Dalam program pengembangan SPAM tahap I ini ini lebih difokuskan pada program rehabilitasi dan optimalisasi sitem SPAM eksisting dan peningkatan kapasitas SPAM.

  Program Pembangunan SPAM Tahap I Tahun 2017 s/d 2021

   Merupakan program pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2022 sampai dengan tahun 2026. Dengan program pembangunan unit SPAM baru dan peningkatan kapasitas SPAM.

  Program Pembangunan SPAM Tahap II Tahun 2022 s/d 2026

   Merupakan program pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2027 sampai dengan tahun 2035. Dalam program ini lebih kepada peningkatan kapasitas dan pelayanan SPAM.

  Program Pembangunan SPAM Tahap III Tahun 2027 s/d 2035

7.3.1 Rencana Sistem SPAM

7.3.1.1 SPAM Ibukota Kabupaten

  Rencana program pembangunan SPAM Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat terdiri dari 3 tahap pembangunan, yaitu : 

  Rencana Program Pengembangan SPAM Tahap I (Tahun 2017 S/D Tahun 2021) Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air minum dalam Kota Saumlaki, luar Kota Saumlaki dan pengembangan pelayanan permukiman baru sepanjang jalan arah bandara sampai dengan tahun 2021. Dari hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air minum, diketahui kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan air minum adalah sebagai berikut:

   Kebutuhan air minum luar Kota Saumlaki 14,30 liter/detik

  Kebutuhan air minum dalam Kota Saumlaki 54,05 liter/detik

   Kebutuhan air minum permukiman baru arah bandara 2,0 liter/detik

   Total Kebutuhan Air Minum 70,35 liter/detik

   Jumlah Sambungan 4.347 SR dan 87 HU 

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Dengan rincian sebagai berikut : Tabel 7-8 Proyeksi Kebutuhan Air Minum dan Potensi Jumlah Sambungan Dalam

  Kota Saumlaki, Luar Kota Saumlaki dan Wilayah Pengembangan Permukiman Baru Tahap I Tahun 2017 s/d 2021

  Kebutuhan Jumlah Sambungan

  Unit SPAM Air Minum SR HU

  (liter/detik) SPAM Ibukota Kabupaten (Kota Saumlaki) :

  A. Dalam Kota

  • Kel. Saumlaki 29.22 1.934

  39

  • Desa Olilit 18.11 889

  18

  • Desa Sifnana 6.72 445

  9 Jumlah 54.05 3.268

  65 B. Luar Kota

  • Desa lauran 5.03 333

  7

  • Desa Kabyarat

  1.36

  90

  2

  • Desa Ilngei 3.81 252

  5

  • Desa Wowonda 4.10 272

  5 Jumlah 14.30 947

  19 C. Pengembangan Pelayanan

  • Permukiman Baru Arah Bandara 2.00 132

  3

  • Industri

  0.00

  • Impact

  0.00 Jumlah 2.00 132

  3 Jumlah A+B+C 70.35 4.347

  87 Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2016

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Kapasitas SPAM eksisting 35 liter/detik, terdiri dari : SPAM Mata Air Wemomolin 20 liter/detik

   SPAM Mata Air Bomaki 15 liter/detik

   Kebutuhan air minum dalam Kota Saumlaki, luar Kota Saumlaki dan wilayah permukiman baru sepanjang jalan arah bandara baru sebesar 70,35 liter/detik, terdapat kekurangan kapastas produksi sebesar ±35 liter/detik, untuk menutupi kekurangan tersebut direncanakan akan disuplai dari Sistem Mata Air Bomaki eksisting, penambahan kapasitas produksi dari sumber eksisting Mata Air Wemomolin dan sumber baru Mata Air Nunume Ulun dan Sungai Lorubungan. Rencana program dan rencana SPAM Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahap I, diuraikan sebagai berikut :

  A. Sistem Mata Air Bomaki Sistem Mata Air Bomaki eksisting kapasitas 15 liter/detik akan tetap sesuai dengan rencana sistem yang ada sekarang, yaitu mensuplai kebutuhan air minum melalui reservoir Bomaki eksisting untuk Kota Saumlaki sebesar 15 liter/detik khususnya untuk pelayanan Kota Saumlaki zona bawah.

  B. Sistem Mata Air Wemomolin Kapasitas eksisting sistem Mata Air Wemomolin ini 20 liter/detik, dalam tahap ini direncanakan penambahan kapasitas SPAM sebesar 10 liter/detik dengan menambah unit pompa transmisi kapasitas 10 liter/detik, sehingga total kapasitas menjadi 30 liter/detik yang dialirkan ke unit reservoir Ilngei eksisting. Dari kapasitas 30 liter/detik yang masuk ke unit reservoir eksisting Ilngei direncanakan untuk mensuplai kebutuhan air minum Kota Saumlaki zona atas dan zona bawah, dimana 20 liter/detik di alirkan ke unit reservoir eksisting bandara lama dan 10 liter/detik dialirkan ke unit reservoir eksisting belakang DPRD melalui pipa transmisi air minum baru HDPE Ø 200 mm dan Ø 150 mm sepanjang ± 9.200 m yang dikoneksikan dengan pipa transmisi air minum eksisting untuk koneksi ke reservoir belakang DPRD. Adapun program yang direncanakan dari penambahan kapasitas SPAM Mata Air Wemomolin 10 liter/detik adalah sebagai berikut :

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Unit Air Baku

  • Pengadaan dan pemasangan pompa air baku centrifugal Q = 10 liter/detik, head 60 m.

   Pengadaan unit genset kapasitas 20 Kva.  Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air minum

  HDPE Ø 200 sepanjang 2.400 m

  • HDPE Ø 150 sepanjang 6.800 m
  • C. Sistem Mata Air Nunume Ulun Sumber Mata Air Nunume Ulun memiliki debit ± 100 liter/detik di musim hujan dengan kualitas air yang baik, namun bila musim kemarau debitnya menyusut jauh bahkan bisa sampai kering, sehingga direncanakan sistem ini hanya dioperasikan pada saat musim hujan. Dalam tahap ini direncanakan kapasaitas SPAM Mata Air Nunume Ulun yang digunakan sebesar 30 liter/detik, namun untuk pembangunan unit bronkaptering dan pipa transmisi air bersih akan direncanakan dengan desain perencanaan sampai dengan tahap jangka panjang yaitu 60 liter/detik. Air bersih dari sumber Mata Air Nunume Ulun akan dialirkan secara gravitasi melalui pipa transmisi HDPE Ø 250 mm sepanjang ± 200 m ke unit bak penampung dari sistem Sungai Lorubungan untuk selanjutnya dialirkan ke unit reservoir Radar. Adapun program yang direncanakan dari sistem Mata Air Nunume Ulun adalah sebagai berikut :

  Unit Air Baku

  • Pembuatan unit Bronkaptering Mata Air Nunume Ulun dengan kapasitas yang disiapkan untuk mampu memproduksi air baku hingga tahap jangka panjang (tahap III) sebesar 60 liter/detik.

   Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air bersih HDPE Ø 250 mm panjang ± 200 m koneksi ke bak penampung air bersih sistem IPA Lorubungan.

  D. Sistem Sungai Lorubungan Sungai Lorubungan memiliki debit ± 2 m3/detik dengan debit yang relative konstan baik dimusim hujan ataupun kemararu, akan tetapi terjadi fluktuatif perubahan kualitas air sungai, dimana pada musim kemarau kualitas air jernih sedangkan di musim hujan air sungai menjadi keruh. Sehingga sistem ini

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  direncanakan akan dioperasikan pada saat musim kemarau saja, karena pada saat musim hujan sistem Mata Air Nunume Ulun yang akan digunakan. Akan tetapi untuk mengantisipasi terjadi masalah pada saat musim hujan di sistem Mata Air Nunume Ulun, maka sebagai langkah antisipasi direncanakan pembangunan unit IPA Lorubungan dengan konstruksi baja dengan kapasitas 30 liter/detik lengkap dengan bangunan penunjang operasional IPA. Air baku dari sungai Lorubungan dialirkan secara gravitasi melalui pipa HDPE Ø 300 mm sepanjang ± 300 m ke unit IPA selanjutnya air bersih dari hasil pengolahan dialirkan secara gravitasi ke unit bak penampung kapasitas 50 m3 yang direncanakan menampung air dari IPA Lorubungan dan dari Mata Air Nunume Ulun. melalui pipa HDPE Ø 300 mm sepanjang ± 100 m Air bersih dari bak penampung dialirkan sebesar 30 liter/detik menggunakan pompa ke reservoir Radar kapasitas 400 m3 melalui pipa GIP Ø 250 mm sepanjang ± 4.000 m untuk selanjutnya dilakukan pembagian pengaliran dimana 15 liter/detik direncanakan untuk mensuplai kebutuhan air minum wilayah luar Kota Saumlaki dan 15 liter/detik sisanya untuk mensuplai kebutuhan air minum Kota Saumlaki termasuk pengembangan pelayanan ke Desa Olilit Bagian Timur dan wilayah pengembangan permukiman baru sepanjang jalan arah bandara baru. Dengan rincian 13 liter/detik untuk Kota Saumlaki dan 2 liter/detik untuk wilayah pengembangan permukiman baru. Adapun program yang direncanakan dari sistem IPA Lorubungan adalah sebagai berikut :

  • Unit Air Baku  Pembuatan unit intake Sungai Lorubungan dengan kapasitas yang disiapkan untuk mampu memproduksi air baku hingga tahap jangka panjang (tahap III) sebesar 60 liter/detik.

   Pemasangan pipa transmisi air baku HDPE Ø 300 mm panjang ± 300 m. Unit Produksi

  • Pembuatan unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) paket kapasitas 30 liter/detik dari konstruksi plat baja.

   Pemasangan pipa transmisi air bersih HDPE Ø 300 mm panjang ± 100 m.

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

   Pembuatan bak penampung air bersih kapasitas 50 m

  3 .

   Pengadaan dan pemasangan pompa air bersih centrifugal kapasitas 30 liter/detik Head 150 m sebanyak 2 unit (1 unit operasi – 1 unit stand by).  Pemasangan intsalasi listrik PLN 197 Kva.  Pengadaan dan pemasangan genset 200 Kva.  Pembuatan bangunan penunjang (rumah pompa, rumah genset, rumah operasional, gudang bahan kimia, rumah jaga dan pos jaga).  Pemasangan pipa transmisi air bersih GIP Ø 350 mm panjang ± 4.000 m.

  • Unit Distribusi  Pembuatan unit reservoir distribusi kapasitas 400 m

  3 .

   Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi dengan rencana desain sampai kebutuhan jangka panjang : o Koneksi ke reservoir belakang DPRD dan koneksi ke pelayanan permukiman baru :

  • HDPE Ø 350 mm panjang ± 2.800 m
  • HDPE Ø 300 mm panjang ± 2.500 m
  • HDPE Ø 250 mm panjang ± 1.500 m
  • HDPE Ø 200 mm panjang ± 1.300 m
  • PVC Ø 50 mm panjang ± 6.000 m o
  • HDPE Ø 150 mm panjang ± 2.500 m
  • PVC Ø 50 mm panjang ± 3.000 m o

  Pelayanan Kota Saumlaki ke wilayah Desa Olilit bagian timur koneksi dari reservoir bandara lama :

  • HDPE Ø 100 mm panjang ± 1.500 m
  • HDPE Ø 250 mm panjang ± 1.500 m
  • HDPE Ø 200 mm panjang ± 2.000 m
  • HDPE Ø 150 mm panjang ± 3.500 m
  • HDPE Ø 100 mm panjang ± 2.700 m
  • PVC Ø 75 mm panjang ± 5.000 m
  • PVC Ø 50 mm panjang ± 10.000 m
    • Unit Pelayanan  Pemasangan Sambungan : o

  Pelayanan Luar Kota Saumlaki :

  Dalam Kota Saumlaki

  • Sambungan Rumah 1.289 unit (1.979 SR eksisting)

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Hidran Umum 56 unit (9 HU eksisting)

  • o

  Luar Kota Saumlaki Sambungan Rumah 947 unit

  • Hidran Umum 19 unit
  • o

  Permukiman baru Sambungan Rumah 132 unit

  • Hidran Umum 3 unit
  • Dengan adanya rencana pengembangan SPAM dari Sistem Mata Air Bomaki, Mata Air Wemommolin, Mata Air Nunume Ulun dan IPA Lorubungan, maka total kapasitas yang tersedia menjadi 75 liter/detik. Kebutuhan air minum dalam Kota Saumlaki 54,05 liter/detik akan di suplai 58 liter/detik sehingga masih terdapat idle capacity 3.95 liter/detik. Kebutuhan air minum luar Kota Saumlaki 14,30 liter/detik akan di suplai 15 liter/detik sehingga masih terdapat idle capacity 0.70 liter/detik. Kebutuhan air minum wilayah pengembangan permukiman baru disepanjang

  jalan arah bandara baru 2,0 liter/detik akan di suplai 2,0 Liter/detik. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan SPAM Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahap I dapat dilihat pada gambar skematik sistem dan layout rencana SPAM dibawah ini.

LAPORAN AKHIR

  

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

LAPORAN AKHIR

  

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

   Rencana Program Pengembangan SPAM Tahap II (Tahun 2022 S/D Tahun 2026)

  Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air minum sampai dengan tahun 2026 untuk wilayah dalam Kota Saumlaki, luar Kota Saumlaki, pengembangan pelayanan permukiman baru sepanjang jalan arah bandara dan rencana kawasan Industri serta rencana pembangunan Impact Dari hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air minum, diketahui kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan air minum adalah sebagai berikut:

  Kebutuhan air minum dalam Kota Saumlaki 63,83 liter/detik

   Kebutuhan air minum luar Kota Saumlaki 17,14 liter/detik

   Kebutuhan air minum permukiman baru arah bandara 2,5 liter/detik

   Kebutuhan air minum kawasan industry 5,0 liter/detik

   Kebutuhan air minum kawasan Impact 5,0 liter/detik

   Total Kebutuhan Air Minum 93,46 liter/detik

   Jumlah sambungan SR 5.216 dan HU 104

   Dengan rincian sebagai berikut : Tabel 7-9 Proyeksi Kebutuhan Air Minum dan Potensi Jumlah Sambungan Dalam

  Kota Saumlaki, Luar Kota Saumlaki dan Wilayah Pengembangan Permukiman Baru Tahap II Tahun 2022 s/d 2026

  Jumlah Kebutuhan

  Sambungan Unit SPAM Air Minum

  (liter/detik) SR HU SPAM Ibukota Kabupaten (Kota Saumlaki) :

  A. Dalam Kota

  • Kel. Saumlaki 35.00 2,318

  46

  • Desa Olilit 20.77 1,065

  21

  • Desa Sifnana 8.05 533

  11 Jumlah 63.83 3,916

  78 B. Luar Kota

  • Desa lauran 6.02 399

  8

  • Desa Kabyarat 1.63 108

  2

  • Desa Ilngei 4.57 303

  6

  • Desa Wowonda 4.92 325

  7 Jumlah 17.14 1,134

  23 C. Pengembangan Pelayanan

  • Permukiman Baru Arah Bandara 2.50 166

  3

  • Industri

  5.00

  • Impact

  5.00 Jumlah 12.50 166

  3 Jumlah A+B+C 93.46 5.216 104

  Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2016

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Kapasitas SPAM eksisting 75 liter/detik, terdiri dari :

   SPAM Mata Air Wemomolin 30 liter/detik

   SPAM Mata Air Bomaki 15 liter/detik

   SPAM Mata Air Nunueme Ulun 30 liter/detik (beroperasi musim hujan)

   SPAM IPA Lorubungan 30 liter/detik (beroperasi musim kemarau) Kebutuhan air minum dalam Kota Saumlaki, luar Kota Saumlaki dan wilayah pengembangan (permukiman baru sepanjang jalan arah bandara baru, kawasan industry dan kawasan Impact) sebesar 93,46 liter/detik, terdapat kekurangan kapastas produksi sebesar ±20 liter/detik, untuk menutupi kekurangan tersebut direncanakan akan disuplai dari Sistem Mata Air Bomaki eksisting, Mata Air Wemomolin eksisting, SPAM Mata Air Nunume Ulun eksisting dan penambahan kapasitas IPA Lorubungan.

  Rencana program dan rencana SPAM Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahap II, diuraikan sebagai berikut :

  A. Sistem Mata Air Bomaki Sistem Mata Air Bomaki eksisting kapasitas 15 liter/detik akan tetap sesuai dengan rencana sistem yang ada sekarang, yaitu mensuplai kebutuhan air minum melalui reservoir Bomaki eksisting untuk Kota Saumlaki sebesar 15 liter/detik khususnya untuk pelayanan Kota Saumlaki zona bawah.

  B. Sistem Mata Air Wemomolin Kapasitas eksisting sistem Mata Air Wemomolin 30 liter/detik, akan tetap sesuai dengan rencana sistem yang ada, dimana dari kapasitas tersebut digunakan untuk mensuplai kebutuhan air minum Kota Saumlaki zona atas dan zona bawah dengan pembagian 20 liter/detik di alirkan ke unit reservoir eksisting bandara lama dan 10 liter/detik dialirkan ke unit reservoir eksisting belakang DPRD.

  C. Sistem Mata Air Nunume Ulun Sistem Mata Air Nunume Ulun telah dipersiapkan unttuk desain sampai tahap jangka panjang yaitu 60 liter/detik, sehingga pada tahap ini tidak dilakukan program peningkatan kapasitas. Sistem ini tetap hanya dioperasikan pada saat musim hujan saja,

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

  Air bersih dari sumber Mata Air Nunume Ulun dialirkan secara gravitasi ke unit bak penampung dari sistem Sungai Lorubungan untuk selanjutnya dialirkan ke unit reservoir Radar.

  D. Sistem IPA Lorubungan Dalam pengembangan SPAM tahap II ini, direncanakan penambahan kapasitas SPAM IPA Lorubungan sebesar 20 liter/detik, sehingga total kapasitas IPA menjadi 50 liter/detik (30 liter/detik tahap I + 20 liter/detik tahap II) dan penambahan pompa transmisi air minum kapasitas 20 liter/detik serta penambahan kapasitas reservoir Radar 400 m3 sehingga total kapasitas reservoir Radar 800 m3 (2x400 m3) dengan rencana desain untuk sampai tahap III. Sedangkan untuk unit intake, pipa transmisi air baku, pipa transmisi air bersih dan pipa transmisi air minum tidak dilakukan penambahan unit karena telah di desain untuk perencanaan jangka panjang (untuk 60 liter/detik). Air baku dari sungai Lorubungan dialirkan secara gravitasi ke unit IPA kapasitas 50 liter/detik selanjutnya air bersih dari hasil pengolahan dialirkan secara gravitasi ke unit bak penampung kapasitas 50 m3 yang menampung air dari sistem IPA Lorubungan dan dari Mata Air Nunume Ulun.

  Air bersih dari bak penampung dialirkan sebesar 50 liter/detik menggunakan pompa ke reservoir Radar kapasitas 800 m3(2x 400 m3) untuk selanjutnya dilakukan pembagian pengaliran dimana 17,5 liter/detik direncanakan untuk mensuplai kebutuhan air minum wilayah luar Kota Saumlaki dan 32,5 liter/detik sisanya untuk mensuplai kebutuhan air minum Kota Saumlaki dan wilayah pengembangan permukiman baru sepanjang jalan arah bandara baru serta rencana pengembangan pelayanan ke rencana kawasan industry dan kawasan Impact. Dengan rincian 15 liter/detik untuk Kota Saumlaki dan 12,5 liter/detik untuk wilayah pengembangan permukiman baru. Adapun program yang direncanakan dari sistem IPA Lorubungan adalah sebagai berikut :

  • Unit Produksi  Penambahan unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) paket kapasitas 20 liter/detik dari konstruksi plat baja.

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

   Pengadaan dan pemasangan pompa centrifugal kapasitas 20 liter/detik Head 150 m sebanyak 2 unit (1 unit operasi – 1 unit stand by).  Penambahan daya intsalasi listrik yang dibutuhkan 121 Kva sehingga total daya listrik menjadi 318 Kva. Urutan pemasangan daya listrik PLN yang di digunakan 329 Kva  Penambahan genset 150 Kva.

  • Unit Distribusi

  3 .

   Penambahan unit reservoir distribusi kapasitas 400 m  Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi dengan rencana desain sampai kebutuhan jangka panjang : o

  Rencana pengembangan pelayanan ke kawasan industri : HDPE Ø 200 mm panjang ± 2.000 m

  • o

  Rencana pengembangan pelayanan ke kawasan Impact : HDPE Ø 200 mm panjang ± 2.300 m

  • HDPE Ø 150 mm panjang ± 2.000 m
  • o

  Pelayanan permukiman baru : PVC Ø 50 mm panjang ± 2.000 m

  • o

  Pelayanan Kota Saumlaki ke wilayah Desa Olilit bagian timur : PVC Ø 50 mm panjang ± 3.000 m

  • o

  Pelayanan Luar Kota Saumlaki : PVC Ø 50 mm panjang ± 5.000 m

  • Unit Pelayanan 

   Pemasangan Sambungan : o Dalam Kota Saumlaki

  Sambungan Rumah 648 unit

  • Hidran Umum 13 unit
  • o

  Luar Kota Saumlaki Sambungan Rumah 187 unit

  • Hidran Umum 4 unit
  • o

  Permukiman baru Sambungan Rumah 34 unit

  • Hidran Umum 0 unit
  • Dengan adanya rencana penambahan kapasitas SPAM IPA Lorubungan menjadi 50 liter/detik (satu sistem dengan Mata Air Nunume Ulun) ditambah kapasitas SPAM eksisting Mata Air Bomaki 15 liter/detik, Mata Air Wemommolin 30 liter/detik, maka total kapasitas yang tersedia menjadi 95 liter/detik.

LAPORAN AKHIR

  Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)