7.1. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SIDOARJO - DOCRPIJM 39df87608e BAB VIIBAB 7 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN SDA

BAB 7 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN SIDOARJO

7.1. ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SIDOARJO

7.1.1. Visi

  Visi merupakan panduan ke arah masa depan bagi suatu organisasi. Visi umumnya masih bersifat umum dan luas. Visi menjelaskan kemana organisasi akan berjalan dalam bentuk konseptual dan sangat umum. Akan tetapi, juga tingkat pendidikan yang diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada usia 15 tahun keatas dan rata-rata lama sekolah, serta tingkat kehidupan yang layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan. Dari kondisi ini, diharapkan, seluruh aspek kehidupan masyarakat, yang meliputi pendapatan, kesehatan, pendidikan, keadaan sosial budaya, keamanan, ketertiban, kedamaian dan peradaban telah sampai pada pencapaian taraf puncak baik lahir maupun batin.

  b.

  Mandiri adalah kondisi masyarakat yang mampu mengembangkan potensi diri dan sumber daya yang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupannya tanpa harus tergantung pada pihak luar. Pada tataran masyarakat, mandiri adalah masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan layak. Sedangkan pada tataran pemerintah daerah, mandiri adalah mampu membiayai pembangunannya dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan daerahnya tanpa harus tergantung dengan luar. Terdapat lima indikator bagi terwujudnya pemerintah daerah yang mandiri, yaitu:

  1. Rasio PAD terhadap APBD > 20 %, ini berarti pendapatan asli daerah (PAD) mampu membiayai pembangunan dan pemerintahan.

  2. Rasio kemandirian keuangan adalah pendapatan asli daerah (PAD) dibagi dengan bantuan pemerintah pusat dan propinsi serta pinjaman, dengan semakin kecil rasio ini menggambarkan semakin mandirinya daerah.

3. Optimalisasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ini berarti

  Pemerintah daerah selalu berupaya mendorong pembangunan di c.

  Berkeadilan adalah terwujudnya pembangunan dan pelayanan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh partisipasi seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Kabupaten Sidoarjo. Serta diukur dengan indeks ketimpangan antar wilayah.

7.1.2. Misi

  Pernyataan misi sangat penting untuk penentuan tujuan secara efektif dan penting untuk penyusunan strategi. Misi akan digunakan oleh Aparatur Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sebagai pemandu dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan dan pengambilan keputusannya. Perumusan misi dilakukan bersama oleh perwakilan dari: Dinas, Badan, Kantor, Instansi, dan DPRD Kabupaten Sidoarjo dengan mempertimbangkan lingkungan eksternal (kesempatan (Opportunity) dan ancaman (Threat)) dan kemampuan internal (kekuatan (Strong) dan kelemahan (Weakness)) Kabupaten Sidoarjo.

  Misi yang merupakan perwujudan visi pembangunan Kabupaten Sidoarjo Tahun 2011

  • –2015 dijabarkan ke dalam 8 misi, dijalankan secara berkesinambungan dan sinergis, serta memfokuskan pada pengembangan sektor-sektor ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia sebagai basis pembangunan kemakmuran masyarakat Sidoarjo yang mandiri. Adapun 8 misi utama Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut:

  1. Misi 1: Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.

  Dalam upaya mewujudkan masyarakat Sidoarjo yang sejahtera harus didasarkan pada sistem ekonomi kerakyatan dan pengembangan sektor unggulan, terutama yang banyak menyerap tenaga kerja dan berorientasi pada ekspor yang didukung dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi untuk memperkuat landasan pembangunan yang berkelanjutan dan meningkatkan daya saing serta berorientasi pada globalisasi ekonomi.

  3. Misi 3: Meningkatkan tatanan kehidupan masyarakat yang berkepribadian, beriman serta dapat memelihara kerukunan, ketentraman, dan ketertiban. Peningkatan ketaatan umat beragama merupakan salah satu upaya meingkatkan kualitas kehidupan masyarakat Sidoarjo seutuhnya. Dalam pengelolaannya negara menjamin kemerdekaan memeluk agama sedangkan pemerintah berkewajiban melindungi penduduk dalam melaksanakan ajaran agama dan ibadah. Pemerintah harus memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dengan rukun, lancar, dan tertib, baik intern maupun maupun antar umat beragama.

  4. Misi 4: Mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan dengan prinsip pembangunan berbasis masyarakat dan kesetaraan gender.

  Partisipasi masyarakat dan kesetaraan gender merupakan strategi pembangunan yang berkembang dari masa ke masa yang dinamis sesuai dengan konteks peradaban. Paradigma pembangunan ini berbasis komunitas dengan memberikan tempat utama bagi prakarsa, keanekaragaman lokal, dan

  Pemberdayaan investasi daerah perlu dilakukan terhadap semua komponen yaitu pemerintah, masyarakat, dan swasta. Salah satu aspek yang diberdayakan di Kabupaten Sidoarjo adalah investasi daerah yaitu investasi yang dilakukan oleh komponen pemerintah, masyarakat, dan swasta.

7. Misi 7: Meningkatkan kualitas dan pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan.

  Upaya pemerintah daerah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan atau yang disebut dengan pembangunan berkelanjutan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memperhatikan faktor lingkungan, dengan berbasis pada gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup, dan gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.

  8. Misi 8: Menumbuhkembangkan iklim demokrasi yang sehat, santun serta menjunjung tinggi norma dan etika masyarakat.

  Mengembangkan demokrasi, norma, dan etika masyarakat merupakan upaya menuju Kabupaten Sidoarjo yang demokratis,mandiri dan sejahtera. Perlu adanya upaya yang serius dan intens dari segenap aparatur daerah untuk mensosialisasikan cara-cara demokrasi yang ideal secara simultan dan berkelanjutan. peningkatan pelanggan PDAM dan sebagian HIPPAM, sedangkan proyeksi cakupan pelayanan air bersih HIPPAM didasarkan atas kemampuan Idle Capacity yang ada atau optimalisasi Idle Capcity. Sehingga pelayanan PDAM 32,15% dengan penduduk terlayani 651.268.

  Skenario Pengembangan SPAM oleh PDAM Berikut ini adalah skenario pengembangan air bersih oleh PDAM Kabupaten Sidoarjo : ฀ Pembangunan IPA Baru (Desa Kedungkendo) = 100 l/dt Pembangunan IPA ini direncanakan untuk melayani Kecamatan Tanggulangin, Candi dan daerah Sugihwaras. ฀ Upgrating IPA Siwalanpanji = 150 l/dt Upgrating dilaksanakan pada tahun 2008. Upgrating dilakukan untuk mengoptimalkan baik kualitas maupun kuantitas air baku yang diolah. Selama ini, kualitas air baku di IPA Siwalanpanji tergolong buruk, sehingga diperlukan sistem pengolahan yang lebih baik untuk dapat menghasilkan air distribusi yang memenuhi baku mutu. Selain itu, diharapkan dari pengolahan tersebut menghasilkan air produksi sebesar 100

  • – 200 Lt/det. Upgrating IPA Siwalanpanji ini adalah untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan Buduran, Gedangan dan Sidoarjo.

  ฀ Pengembangan Sistem Pelayaran Pengembangan wilayah distribusi di daerah pesisir di Kecamatan Sedati.

  Direncanakan PDAM Delta Tirta Sidoarjo akan memasang pipa dengan diameter 150 mm, serta menempatkan booster di daerah Tambakoso dengan kapasitas 200 Lt/det untuk menambah tekanan distribusi ke pelanggan.Pengembangan wilayah distribusi ini membutuhkan pipa

  ฀ Rencana pemasangan pipa distribusi induk khusus ke wilayah Sukodono yang terkoneksi secara langsung dengan pipa dari IPA Tawangsari. Pemasangan tersebut adalah untuk melayani kawasan permukiman baru di Kecamatan Sukodono. Pipa tersebut juga difungsikan untuk memenuhi kebutuhan air di daerah Trosobo, Kecamatan Taman, yang sebelumnya terkoneksi dengan pipa dari jaringan Waru. Sehingga, pada akhirnya distribusi air ke arah Kecamatan Sidoarjo akan murni dilayani dengan dua pompa berkapasitas 100 Lt/det, dengan headpompa sebesar 60 m. Program ini akan dilaksanakan pada tahun 2008. ฀ Pembangunan IPA Baru (IPA Bakalan) = 1.000 l/dt Dari skenario pemenuhan kebutuhan air yang juga telah disesuaikan dengan peningkatan pelayanan PDAM Kabupaten Sidoarjo, pada tahun 2011 akan terjadi kekurangan air sebesar 395 Lt/det. Apabila program dari mata air Krabyakan, Umbulan dan Banyubiru (Kabupaten Pasuruan) belum bisa terealisasi, maka IPA Bakalan akan menjadi pilihan yang paling utama, dimana pada IPA ini direncanakan berkapasitas hingga 1.000 Lt/det, dibagi menjadi 2 tahap, tahap 1 tahun 2010 sebesar 500 lt/dt dan tahap berikutnya tahun 2013 500 lt/dt, dengan menggunakan pipa distribusi induk berdiameter 1000 mm, 800 mm, 400 mm, 300 mm, 200 mm dan 150 mm dengan total panjang pipa ±

  25 Km. Kebutuhan air baku untuk kegiatan produksi adalah ditambahkan 20% dari kebutuhan air baku di atas. Untuk IPA Bakalan memanfaatkan sumber air baku yang berasal dari Saluran

  Mangetan. IPA Bakalan dapat memanfaatkan debit yang besar sebab intake IPA tersebut berada di bagian hilir Saluran Mangetan (Dam Bakalan). dan diharapkan penyaluran air dari IPA tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

  b.

  Alternatif II Pada alternatif II, akan dimulai dengan pembangunan IPA Krian dan IPA Kedungkendo dengan total kapasitas 20 l/dt dan 100 l/dt pada tahun 2008.

  Selain itu juga dilakukan upgrating/optimalisasi dari IPA Siwalanpanji pada tahun yang sama. Dengan dilaksanakannya pembangunan tersebut diatas, diharapkan pada tahun 2009 ketiga IPA yang direncanakan dapat mulai beroperasi.

7.2. RENCANA PENGEMBANGAN HIPPAM

  Sasaran rencana/program bagi pengembangan HIPPAM ke depan didasarkan pada kemampuan Idle Capacity yang ada, dan berdasarkan hasil Proyeksi Cakupan Pelayanan HIPPAM pada Bab 6 (tabel 6.14). rata-rata dapat di optimalkan atau di kembangkan sampai dengan tahun 2017, akan tetapi optimalisasi ini hanya pada desa yang terdapat unit produksi HIPPAM dan desa-desa terdekat.

  Namun ada juga HIPPAM yang tidak dapat di optimalkan sampai dengan tahun 2017, HIPPAM yang tidak dapat dioptimalkan sampai dengan tahun 2017 adalah HIPPAM Desa Sentul hanya mampu sampai 2007, dan HIPPAM yang terdapat di Kecamatan Porong sudah tidak dapat di optimalkan lagi dengan alasan isu porong, yaitu kasus lumpur porong.

  Dalam pengembangan air bersih HIPPAM ini akan dijelaskan secara rinci berdasarkan pengembangan pengembangan pedesaan. Akan tetapi dalam pengembangannya perlu adanya analisa dengan asumsi- i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Desa Banjarpanji sendiri dengan penambahan SR sebesar 323 unit sampai dengan tahun 2017 dengan tingkat pelayanan 100% atau penduduk yang terlayani 1.292 jiwa. ii. Pengembangan ke Desa Kendalpecaben sampai tahun 2017 dengan menambah Sambungan Rumah (SR) sebayak 401 SR dengan penduduk yang terlayani 1.604 jiwa. iii. Memberikan pelatihan tentang Pengelolaan HIPPAM dari segi teknis, manajemen, pengoperasian dan pemeliharaan.

  2. HIPPAM Desa Sentul Program pengembangan HIPPAM Desa Sentul Kecamatan Tulangan ini adalah sebagai berikut : i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Desa Sentul sendiri dengan penambahan SR sebesar 288 unit sampai dengan tahun 2017 dengan tingkat pelayanan 39,03% atau penduduk yang terlayani 1.153 jiwa. ii. Memberikan pelatihan tentang Pengelolaan HIPPAM dari segi teknis, manajemen, pengoperasian dan pemeliharaan.

  3. HIPPAM Desa Putat Program pengembangan HIPPAM Desa Putat Kecamatan Tulangan ini adalah sebagai berikut : i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Desa Putat sendiri dengan penambahan SR sebesar 478 unit sampai dengan tahun 2017 dengan tingkat pelayanan 100% atau penduduk yang terlayani 1.910 jiwa. ii. Pengembangan ke Desa Banjarasri sampai tahun 2017 dengan menambah Sambungan Rumah (SR) sebayak 938 SR dengan penduduk yang terlayani 3.750 jiwa. iii. Pengadaan 1 unit Istalansi Pengolahan Air (IPA) iv. Memberikan pelatihan tentang Pengelolaan HIPPAM dari segi teknis, manajemen, pengoperasian dan pemeliharaan.

  5. HIPPAM Desa Kedungrejo Program pengembangan HIPPAM Desa Kedungrejo Kecamatan Jabon ini adalah sebagai berikut : i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Desa Kedungrejo sendiri dengan penambahan SR sebesar 1.060 unit sampai dengan tahun 2017 dengan tingkat pelayanan 100% atau penduduk yang terlayani 4.240 jiwa. ii. Pengadaan 1 unit Istalansi Pengolahan Air (IPA) iii. Memberikan pelatihan tentang Pengelolaan HIPPAM dari segi teknis, manajemen, pengoperasian dan pemeliharaan.

  6. HIPPAM Desa Semambung Program pengembangan HIPPAM Desa Semambung Kecamatan Jabon ini adalah sebagai berikut : i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Desa Semambung sendiri dengan penambahan SR sebesar 325 unit sampai dengan tahun 2017 dengan tingkat pelayanan 100% atau penduduk yang terlayani 1.301 jiwa. ii. Pengembangan ke Desa Kupang sampai tahun 2017 dengan menambah ii. Pengembangan ke Desa Tambakkalisogo sampai tahun 2017 dengan menambah Sambungan Rumah (SR) sebayak 643 SR dengan penduduk yang terlayani 2.571 jiwa. iii. Pengadaan 1 unit Istalansi Pengolahan Air (IPA) iv. Memberikan pelatihan tentang Pengelolaan HIPPAM dari segi teknis, manajemen, pengoperasian dan pemeliharaan.

  8. HIPPAM Desa Gisikcemandi Program pengembangan HIPPAM Desa Gisikcemandi Kecamatan Sedati ini adalah sebagai berikut : i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Desa Gisikcemandin sendiri dengan penambahan SR sebesar 510 unit sampai dengan tahun 2017 dengan tingkat pelayanan 100% atau penduduk yang terlayani 2.039 jiwa. ii. Pengembangan ke Desa Cemandi sampai tahun 2017 dengan menambah

  Sambungan Rumah (SR) sebayak 750 SR dengan penduduk yang terlayani 3.001 jiwa. iii. Pengadaan 1 unit Istalansi Pengolahan Air (IPA) iv. Memberikan pelatihan tentang Pengelolaan HIPPAM dari segi teknis, manajemen, pengoperasian dan pemeliharaan.

  9. HIPPAM Desa Tambakcemandi Program pengembangan HIPPAM Desa Tambakcemandi Kecamatan Sedati ini adalah sebagai berikut : i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Desa Tambakcemandi i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Desa Kedungsukodani sendiri dengan penambahan SR sebesar 554 unit sampai dengan tahun 2017 dengan tingkat pelayanan 100% atau penduduk yang terlayani 2.214 jiwa. ii. Pengembangan ke Desa Singkalan sampai tahun 2017 dengan menambah

  Sambungan Rumah (SR) sebayak 615 SR dengan penduduk yang terlayani 2.462 jiwa. iii. Memberikan pelatihan tentang Pengelolaan HIPPAM dari segi teknis, manajemen, pengoperasian dan pemeliharaan.

  11. HIPPAM Desa Sidorejo Program pengembangan HIPPAM Desa Sidorejo Kecamatan Krian ini adalah sebagai berikut : i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Desa Sidorejo sendiri dengan penambahan SR sebesar 504 unit sampai dengan tahun 2017 dengan tingkat pelayanan 100% atau penduduk yang terlayani 2.014 jiwa. ii. Pengembangan ke Desa Barengkrajan sampai tahun 2017 dengan menambah

  Sambungan Rumah (SR) sebayak 756 SR dengan penduduk yang terlayani 3.026 jiwa. iii. Memberikan pelatihan tentang Pengelolaan HIPPAM dari segi teknis, manajemen, pengoperasian dan pemeliharaan.

  12. HIPPAM Dusun Bocokkulon Program pengembangan HIPPAM Dusun Bocokkulon Desa Bocok Kecamatan

  Tarik ini adalah sebagai berikut : i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Dusun Bocoklor sendiri dengan penambahan SR sebesar 131 unit sampai dengan tahun 2017 dengan tingkat pelayanan 100% atau penduduk yang terlayani 525 jiwa. ii. Pengembangan ke Desa Singogaleh sampai tahun 2017 dengan menambah

  Sambungan Rumah (SR) sebayak 1.001 SR dengan penduduk yang terlayani 4.003 jiwa. iii. Memberikan pelatihan tentang Pengelolaan HIPPAM dari segi teknis, manajemen, pengoperasian dan pemeliharaan.

  14. HIPPAM Dusun Bocok Program pengembangan HIPPAM Dusun Bocok Desa Bocok Kecamatan Tarik ini adalah sebagai berikut : i. Dengan Idle Capacity yang ada dapat dikembangkan ke Dusun Bocok sendiri dengan penambahan SR sebesar 140 unit sampai dengan tahun 2017 dengan tingkat pelayanan 100% atau penduduk yang terlayani 560 jiwa. ii. Pengembangan ke Desa yang berada dalam wilayah Kabupaten Mojokerto sampai tahun 2017 dengan menambah Sambungan Rumah (SR) sebayak 983

  SR dengan penduduk yang terlayani 3.934 jiwa. iii. Memberikan pelatihan tentang Pengelolaan HIPPAM dari segi teknis, manajemen, pengoperasian dan pemeliharaan.

7.3. ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) Visi:

  Bersama Mewujudkan Sidoarjo yang Sehat dengan Sistem Pengelolaan Sanitasi yang berkelanjutan.

  Misi:

  1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

  2. Menyelenggarakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat (private dan public sector) yang efektif dan efisien.

  3. Mewujudkan pengelolaan air limbah baik industri maupun pemukiman.

  4. Menyelenggarakan pengelolaan drainase yang berkualitas dan memadai.

  5. Meningkatkan fasilitas dan akses layanan kesehatan, air bersih dan sanitasi.

  A Sub-sektor Air Limbah

  Secara umum dikenal dua (2) sistem pengelolaan air limbah domestik, yaitu:

  1. Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off site system); yaitu system penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Off site system dapat dimulai dari kawasan bisnis seperti kawasan perhotelan dan perkantoran, pertokoan dan pusat pasar.

  2. Sistem pengelolaan air limbah setempat (on site system); yaitu system

  1. Masalah layanan pengelolaan air limbah

  a. Banyak masyarakat yang masih membuang air limbah domestik (grey water ) ke dalam saluran drainase secara langsung.

  b. Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan air limbah domestik masih sangat rendah.

  c.

  Kurangnya kesadaran masyarakat Kabupaten Sidoarjo untuk menguras tangki septik mengindikasikan banyaknya tangki septik yang tidak aman atau diduga cubluk, sehingga sangat berpotensi untuk mencemari tanah dan badan air sekitarnya.

  d.

  Sangat sedikitnya perusahaan penyedot lumpur tinja dan volume tinja yang terangkut menunjukan bahwa masih sangat sedikit rumah tangga yang melakukan penyedotan terhadap septiktanknya. Hal ini diperkuat dengan hasil survey EHRA bahwa dari rumah tangga yang pernah mengosongkan tangki septik 4.04 % mengosongkan sendiri, 14.42 % menggunakan layanan sedot tinja dan 3.37 % menyuruh tukang untuk mengosongkan.

  e.

  Pelaku Industri khususnya home industri belum seluruhnya mempunyai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang berfungsi secara baik.

  f.

  Jarangnya permintaan masyarakat atas jasa layanan pengurasan limbah tinja dan kerusakan IPLT menyebabkan pemanfaatan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) tidak berjalan optimal.

  2. Masalah ketersediaan dana

  a. Keterbatasan alokasi dana Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mengakibatkan sistem pengolahan air limbah rumah tangga secara lengkap dan tuntas

  3. Masalah kelembagaan dan peraturan perundang-undangan

  a. Kebijakan penerapan hukum dan perangkat peraturan perundangan yang diperlukan dalam pengelolaan sistem air limbah rumah tangga belum kuat dan memadai.

  b.

  Belum optimalnya koordinasi antar instansi terkait dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah.

  c.

  Belum ada Perda yang mengatur tentang pengolahan air limbah rumah tangga termasuk ijin pembuangan air limbah domestik.

  d.

  Belum diterapkannya aturan terhadap pelanggaran pembuangan air limbah industri rumah tangga oleh Pemda.

  e. Peraturan IMB belum diterapkan secara baik oleh masyarakat ataupun pengelola permukiman, khususnya mengenai pengolahan air limbah.

  f. Belumada kebijakanpengembangan per-UU-antentang PLP (Penyehatan Lingkungan Permukiman) yang bersifat operasional.

  g. Belum kuatnya kelembagaan dengan penyesuaian struktur dan kewenangan kelembagaan pengelolaan air limbah rumah tangga maupun air limbah industri rumah tangga.

  h.

  Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan baik air limbah rumah tangga maupun air limbah industri rumah tangga. i.

  Masih rendahnya kapasitas sumber daya manusia yang terkait dalam pengelolaan air limbah rumah tangga dan air limbah industri rumah tangga.

  4. Masalah peran serta masyarakat a.

  Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya b.

  Meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana jamban keluarga dengan tangki septik dari dari 47.87% pada tahun 2011 menjadi 70% pada akhir tahun 2016.

  c. Tersedianya Regulasi air limbah domestik pada tahun 2016.

  B Sub-sektor Persampahan

  Realisasi tonase sampah yang terangkut ke TPA yang dicapai pada tahun 2009 sebesar 827 ton, meningkat 243 ton (41,61%) dibanding tahun 2005 yang sebesar 584 ton.

1. Landasan Hukum/ Legal Operasional

  a. Undang-undang RI No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah b.

  Perda Kabupaten Sidoarjo No 18 Tahun 2008 tentang Retribusi Pengelolaan Sampah c. Perda TK.II Sidoarjo No 2 Tahun 1980 tentang Pembuangan Sampah d.

  Peraturan Daerah TK.II Sidoarjo No 14 Tahun 1983 Tentang Perubahan Ke. II 2/80 Angkutan Sampah e. Perda Kabupaten Sidoarjo No 19 Tahun 1998 Tentang Retribusi Pelayanan

  Persampahan / Kebersihan f. Peraturan Daerah TK.II Sidoarjo No 4 Tahun 1992 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Daerah Kabupaten Dati II

  Sidoarjo.

  g. Peraturan Daerah TK.II Sidoarjo No 6 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan

  2. Aspek Institusional

  Permasalahan persampahan merupakan salah satu prioritas yang harus dicermati dalam pembangunan. Persampahan merupakan permasalahan yang kompleks dimana untuk dapat mengatasinya, maka diperlukan suatu penanganan secara menyeluruh serta harus terus diupayakan suatu koordinasi terkait antar satuan kerja.

  Pengelolaan sampah di Kabupaten Sidoarjo dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Sidoarjo, dimana volume sampah Kabupaten Sidoarjo dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik sampah yang berasal dari pasar, perkampungan, perumahan dan kegiatan lainnya. Kerjasama dilakukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Lingkungan Hidup.

  3. Cakupan Pelayanan

  Pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Sidoarjo melayani 234.264 orang atau 15% dari jumlah penduduk total, dengan jumlah sampah yang terangkut 554 m3/hari atau 17% dari jumlah sampah total. Jumlah tersebut dilakukan oleh tenaga kerja pengelola sampah sebanyak 454 orang dengan rincian; pasukan kuning sebanyak 378 orang, sopir angkutan 21 orang, kru angkutan 48 orang, dan operator incenerator 9 orang.

  Minimnya penduduk yang terlayani disamping karena luas kawasan yang cukup besar dengan karakter yang bervariasi (pedesaan, pesisir, industri, dsb) juga karena kurannya prasarana. Sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah dikumpulkan pada TPS yang tersebar tidak merata di Kabupaten Sidoarjo.

  4. Aspek Teknis dan Teknologi

  Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yaitu 76 unit yang tersebar di 10 kecamatan yaitu : Sidoarjo, Buduran, Candi, Porong, Tanggulangin, Sedati, Waru, Gedangan, Taman dan Krian. Prasarana lainnya adalah 2 unit incenerator, yaitu di Pasar Krian dan Jl. Dr. Sutomo dan 1 unit Komposter Percontohan di Ds. Janti Kecamatan Waru.

  

5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan

Sampah

  Upaya untuk mencapai keberhasilan dalam pemecahan dan penanganan masalah-masalah kebersihan dan persampahan pada hakikatnya bukan hanya menjadi tanggung jawab satu institusi saja melainkan membutuhkan suatu kerja koordinatif yang menuntut keterlibatan seluruh stakeholders yang termasuk didalamnya unit-unit kerja terkait, masyarakat dan pihak swasta.

  Yang juga menjadi pertimbangan penting adalah bahwa masyarakat juga memiliki hak dan kewajiban dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan lingkungan. Hal tersebut sebagai mana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 5 yang berbunyi sebagai berikut: a.

  Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

  b.

  Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.

  c.

  Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang Kabupaten Sidoarjo sudah mulai tumbuh kesadaran akan pentingnya masalah persampahan ini. Hingga saat ini di beberapa daerah, antara lain di Kecamatan Buduran, Gedangan, Waru dan Tanggulangin telah terdapat program pengolahan sampah menjadi kompos dan biogas. Kedepan akan lebih ditingkatkan lagi keberadaan maupun eksistensi peran serta masyarakat tersebut demi mensukseskan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) seperti yang yelah diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

  Disamping program-program di atas, di Kabupaten Sidoarjo juga terdapat kegiatan masyarakat dan beberapa lembaga swadaya, komunitas dan elemen masyarakat yang memiliki peran penting dalam penanganan masalah-masalah persampahan di Kabupaten Sidoarjo.

6. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah

  Beberapa permasalahan terkait dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Sidoarjo selain oleh sampah rumah tangga, juga oleh sampah sejenis rumah tanggaj yang dihasilkan dari industri rumah tangga. Adapun permasalahannya adalah: a.

  Kurangnya partisipasi warga masyarakat dalam pengelolaan persampahan b. Masih adanya pandangan di masyarakat, pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.

  c.

  Pengolahan IPAL yang belum maksimal d.

  Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan kompos (pupuk organik) e. Terbatasnya jaringan distribusi pemasaran kompos f.

  Penurunan kualitas udara karena bau limbah cair dan tinja serta peningkatan utara terutama yang berbatasan langsung dengan Kota Surabaya, berkembang menjadi permukiman, lahan komersil dan industri.

1. Landasan Hukum/ Legal Operasional a.

  Undang-undang No. 33 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup b. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang

  Pengaturan Air d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang

  Sungai e. Keputusan Mendagri No 59 Tahun 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan

  Peraturan Menteri Dalam Negeri No.2 tentang Pedoman Penysunan Rencana Teknis Tata Ruang Kota

  f. Kepmen Kimpraswil Nomor 534/2001 tentang Standard Pelayanan Minimal Drainase

  g. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih h. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 tentang fungsi utama saluran drainase sebagai drainase wilayah dan sebagai pengendalian banjir i. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis

  Pengelolaan Drainase Perkotaan j. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi k.

  Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Mengingat sistem drainase yang ada merupakan satu bagian kesatuan utuh dari bagian dari hulu ke hilir, maka untuk penanganan secara komprehensif harus diupayakan suatu koordinasi terkait dengan pemerintah daerah lain.

3. Cakupan Pelayanan

  Luas daerah genangan banjir di Kabupaten Sidoarjo secara umum mengalami penurunan khususnya untuk daerah genangan banjir di areal pertanian. Sedangkan untuk wilayah permukiman, areal banjir mengalami peningkatan.

  

Grafik 2.16 Perkembangan Daerah Genangan Banjir

  Sumber: Dinas pengairan dan Dinas Cipta Karya

4. Aspek Teknis dan Operasional

  Untuk daerah perdesaan dan pertanian, sistem drainase diatur sesuai sistem drainase yang ada pada irigasi. Kondisi draianase di Kabupaten Sidoarjo pada umumnya cukup baik. Pengklasifikasian kondisi drainase dibagi menjadi 3 :

  ¾ drainase dengan kondisi baik, bila permukaan tanah tergenang antara 1-3 bulan. ¾ drainase dengan kondisi sedang, bila permukaan tanah tergenang antara 3-6 bulan. ¾ drainase dengan kondisi jelek, bila permukaan tanah tergenang terus- menerus lebih dari 6 bulan. Saluran pematusan di Kabupaten Sidoarjo memanfaatkan sungai yang ada sebanyak 54 sungai termasuk Kali Surabaya dan Kali Porong, dan sebagian saluran

  Campuran yaitu saluran irigasi yang berfungsi ganda sebagai saluran pembuang. Khusus daerah kota dan perumahan-perumahan yang baru, sistem pematusan yang ada menggunakan saluran kota/drainase jalan yang selanjutnya dimasukkan pada saluran pembuang kota atau langsung menuju sungai terdekat yang masih dapat sebagai buangan. Untuk daerah pedesaan dan pertanian, sistem pematusan diatur sesuai sistem drainase yang ada di irigasi.

  Kondisi drainase di wilayah Kabupaten Sidoarjo pada umumnya cukup baik. Karena permukaan tanah tergenang hanya dalam kurun waktu 1-3 bulan. Permukaan tanah tergenang yang terjadi tidak secara terus menerus lebih dari 6 bulan. Secara garis besar system irigasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

  Luas daerah irigasi : 32. 360 Ha (tahun 1971) di saluran drainase untuk menaikan elevasi permukaan air sehingga dapat dialirkan ke sawah secara grafitasi maupun dipompa.

  Adanya bendung-bendung di dalam saluran drainase akan menghambat aliran ketika mengalir debit banjir. Akibatnya air dalam saluran meluap ke lahan di kanan- kirinya dan air hujan yang jatuh di lahan tidak dapat mengalir ke saluran drainase.

5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan

  Untuk keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pembersihan saluran drainase lingkungan pada Kabupaten Sidoarjo dikelola oleh masyarakat (RT & RW) melalui media kegiatan kerja bakti lingkungan. Namun peran serta masyarakat dalam pengelolaan/ menjaga drainase lingkungan Kabupaten Sidoarjo masih perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan sarana drainase lingkungan, khususnya terkait kebiasaan dari masyarakat membuang sampah pada saluran drainase yang dapat menyumbat aliran air dan berdampak pada pengurangan kapasitas saluran. Selain itu, juga masih banyaknya saluran drainase yang digunakan sebagai sarana jamban untuk BAB, khususnya oleh kawasan bantaran sungai.

  Disisi lain saat ini peran serta masyarakat dalam sektor drainase di Kabupaten Sidoarjo sudah mulai terbentuk. Masyarakat sudah mulai berperan aktif untuk segera melaporkan apabila ada kerusakan ataupun gangguan pada saluran/sistem drainase.

  Dalam forum Musrenbang, masyarakat selalu menyalurkan aspirasinya mengenai perbaikan jalan maupun pembangunan jalan baru di wilayah mereka. Kemudian juga telah terbentuk suatu Program Kali Bersih (Prokasih) yang mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam tujuannya untuk menjaga kebersihan sungai dan saluran-saluran drainase di Kabupaten Sidoarjo. Memang pada kenyataannya kesadaran masyarakat b.

  Terjadinya penumpukan sampah di ruas saluran maupun di dinding saluran yang belum di plengseng yang dapat menghambat aliran air.

  c.

  Di beberapa tempat belum terdapat treatment seperti plengsengan, terutama pada bagian ruas saluran yang kondisi tebingnya rawan terhadap longsor, erosi dan pada belokan-belokan saluran

  d. Karena kurangnya kemiringan saluran yaitu pada ruas-ruas tertentu yang dapat disebabkan oleh endapan mengakibatkan tumbuhnya tanaman liar sehingga menghambat dan mengurangi kapasitas aliran e. Kurang atau terlambatnya pemeliharaan terhadap jaringan drainase akan mempercepat usia guna dan kerusakan.

  f. Beberapa tempat kondisi tanggul yang berfungsi sebagai jalan inspeksi sudah terkikis dan longsor.

  Selain permasalahan tersebut, juga terdapat permasalahan terkait timbulnya genangan di Kabupaten Sidoarjo, dimana pada musim hujan setiap tahunnya selalu timbul genangan air yang disebabkan saluran drainase yang ada tidak dapat mengalirkan air limpasan hujan dengan cepat, hal ini disebabkan adanya endapan dan sampah pada saluran drainase yang ada. Disamping itu rendahnya elevasi daerah tersebut dibandingkan letak saluran drainase yang ada menyebabkan terjadinya genangan di daerah tersebut.

  Di beberapa wilayah daerah, saluran yang ada masih berupa saluran alam, dimana model saluran tersebut sukar untuk dipertahankan dan diandalkan, karena adanya erosi dan proses sedimentasi berlangsung dengan cepat yang suatu saat dapat menyumbat saluran-saluran sekunder.

  Untuk mengantisipasi terjadinya banjir dibutuhkan suatu perencanaan detail