ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MAGELANG NOMOR PERKARA 0054Pdt.G2015PA.Mgl TENTANG PERMOHONAN NOVASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MAGELANG NOMOR PERKARA 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl TENTANG PERMOHONAN NOVASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh :

RIFAI RIF’AN 214-12-010 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH F A K U L T A S S Y A R I A H

  

7 Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : RIFAI RIF’AN NIM : 214-12-010 Jurusan : S1-Hukum Ekonomi Syariah (HES) Fakultas : Syariah Menyetakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli hasil

karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari karya orang lain, kecuali

yang secara tertulis diacu dalum penelitian ini dan disebutkan dalam acuan daftar

pustaka.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Lamp : 4 (empat) eksemplar Salatiga Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada : Yth. Dekan Fakultas Syariah di Salatiga Assalamualaikum Wr.Wb

  Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara : Nama : RIFAI RIF’AN NIM : 214-12-010 Judul : Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Magelang Nomor

  Perkara0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl Tentang Permohonan Novasi dapat diajukan dalam sidang munaqasyah.

  Demikian untuk menjadikan periksa. Wassalamualaikum Wr. Wb

  Jl. NakulaSadewa VA No 9 Telp. (0298) 3419400 Fak 323433 Salatiga 50722 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MAGELANG

  PERKARA NOMOR 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl TENTANG PERMOHONAN NOVASI DISUSUN OLEH RIFAI RIF’AN 214 -12 -010

  Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari selasa, tanggal 20 juni 2017 dan dinyatakan LULUS, sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Hukum Islam

  Susunan Dewan Panitia Penguji Ketua penguji : Drs. Badwan, M. Ag Sekertaris penguji : Evi Aryani, M.H Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, S. HI., M.Si.

  Penguji II : Lutfiana Zahriani, S.H., M.H.

  

MOTTO

Aku akan terus melukis wajah tuhan,

Setelah itu aku akan lenyap.

  

Tapi apabila tidak dapat kulukis,

Haram bagiku untuk berhenti melukis!

  

PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan skripsi ini kepada:

  

Ayahanda Karsono dan Ibunda Nikmatun

Yang tidak henti-hentinya selalu mendo’akan, membimbing dan

mendukungku.

Almamaterku Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Syariah IAIN Salatiga

  

Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012

Rakyat pegonesia SKA ‘11

Dan sahabat serta teman-teman yang lain yang senantiasa

memberikan motivasi dan dukungan

  ABSTRAK

  . 2017. Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Magelang

  Rif’an, Rifai

  Nomor Perkara 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl. Skripsi. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) salatiga. Pembimbing: Evi Aryani, M.H.

  : penyelesaian, sengketa, ekonomi syariah, novasi

  Kata kunci

  Banyak masalah sengketa yang terjadi dalam masyarakat tentang sengketa ekonomi. Ada beberapa cara yang bisa dipilih para pihak yang yang membuat perjanjian untuk menyelesaikan masalah sengketa jika terjadi dikemudian hari diantara pihak-pihak tersebut. Diantaranya untuk menyelesaikan sengketa tersebut adalah: litigasi, dan non-litigasi. Litigasi adalah melalui pengadilan dan non-litigasi adalah melalui Badan Arbritasi Nasional (BANI) atau Badan Arbritase Syariah Nasional (BASYARNAS). Dan yang menjadi bahasan adalah tentang gugatan yang terdaftar dalam kepaniteraan Pengadilan Agama Magelang dengan Nomor Perkara 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl Tentang Permohonan Novasi. Berdasarkan perkara Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi telah dilakukan penelitian di Pengadilan Agama Magelang, untuk menganalisis putusan Hakim Pengadilan Agama Magelang Perkara Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi.

  Pendeakatan yang digunaka peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan yang memandang hukum sebagai doktrin atau seperangkat aturan yang bersifat normatif. Pendekatan ini dilakukan melalui upaya pengkajian atau penelitian hukum kepustakaan. Dalam hal ini peneliti menganalisis asas-asas hukum, norma hukum, dan pendapat para sarjana.

  Hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa dalam perkara ini Majelis Hakim Pengadilan Agama Magelang telah sesuai untuk menolak gugatan atau NO (niet onvankelijk varklaat), meskipun dalam Undang-Undang yang mengatur tentang Kewenangan Absolut Pengadilan Agama yang berwenang memutus perkara sengketa ekonomi syariah, akan tetapi dalam kebebasan berkontrak yang disepakati oleh para pihak menunjuk BASYARNAS sebagai badan yang menyelesaikan sengketa diantara kedua belah pihak yang berkontrak. Yang mana dalam akta perjanjian Nomor 09 pasal 6 ayat (2). Jadi jelaslah pengadilan tidak berwenang, karena perjajian yang disepakati menunjuk BASYARNAS sebagai badan penyelesain sengketa yang terjadi diantara para pihak. Dan jika dalam proses arbritase tidak terjadi kesepakatan atau ada pihak yang tidak puas maka perkara ini baru bisa diperkarakan melalui jalur litigasi atau Pengadilan Agama.

KATA PENGANTAR

  Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan.Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsiini.

  Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat, dan teman-teman, syafa’at beliau sangat penulis nantikan dihari pembalasan nanti.

  Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari’ah, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul : “Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Magelang Nomor Perkara 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl Tentang Permohonan Novasi.” Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena inilah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terimakasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga.

  3. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di IAIN Salatiga sekaligus selaku dosen pembiming yang selalu memberi arahan, pemahaman, dan selalu membagi ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Hakim dan Staf Pengadilan Agama Magelang yan telah membantu proses penelitian.

  5. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf Administrasi Fakultas Syari’ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

  6. Ayah dan Ibu selaku orangtua yang sangat penulis cintai dan tidak ada duanya, usaha, do’a dan pengorbanan serta restu yang tiada habisnya sehingga penulis bisa menyelesaikan tanggungjawab ini sampai tahap akhir menyelesaikan tugas skripsi ini.

  7. Sahabat-sahabatku Eko Mulyono, Dita Septikawati, Wahyu Gumelar, Masadah, Istiqomah, M. Lutfi Hakim, M. Zakariah, Vanda arifa, Tri Setyorini, M. Yusuf, yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk penulis dalam menyusun skripsi ini.

  8. Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2012 di IAIN Salatiga yang telah memberikan warna dan cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

  9. Rakyat pegonesia cah teles, otong, brint, pakdhe, balong, gleyor, johan yang senantiasa memberikan dukungan dalam menyusun skripsi ini

  10. Kemala putri kustiani yang selalu memberikan dukungan semagat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

  Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang sepantasnya dan yang lebih dari apa yang telah mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilimpahkan rahmat dan cita-Nya. Amin.

  Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan agar mudah dibaca dan dipahami.

  Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

  Salatiga, Penulis, Rifai Rif’an

  DAFTAR ISI COVER

  ..................................................................................................... i

  

SURAT PERNYATAAN ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii

PENGESAHAN SKRIPSI

  ....................................................................... iv

  

MOTTO .................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi

ABSTRAK

  ................................................................................................ vii

  

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN

  ............................................................................ xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 E. Penegasan Istilah ............................................................................ 7 F. Kajian Pustaka ................................................................................ 8 G. Metode Penelitian........................................................................... 13 H. Sistematika Penulisan .................................................................... 16 BAB II KERANGKA TEORI A. Perjanjian Dalam Hukum Positif ................................................... 18 B. Perjanjian Dalam Hukum islam ..................................................... 24 C. Utang Piutang Dalam Hukum Positif ............................................. 26 D. Utang Piutang Dalam Hukum Islam .............................................. 27

  E. Novasi (Pembaharuan Utang) ........................................................ 31

  F. Ekonomi Syariah ............................................................................ 38

  G. Alternatif Penyelesaian Sengketa ................................................... 42

  BAB III PAPARAN PERKARA A. Paparan Perkara Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl Tentang Permohonan Novasi ....................................................................... 60

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM NOMOR

0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl TENTANG PERMOHONAN NOVASI DI

PENGADILAN AGAMA MAGELANG

  A. Pertimbangan putusan hakim Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi............................................................ 66 B. Putusan hakim Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi ........................................................................ 72 C. Analisis pertimbangan putusan hakim Nomor

  0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi ................. 73

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 77 B. Saran-saran .................................................................................... 78 DAFTAR PUSTAKA

  ............................................................................... 81

  LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................... 84

  DAFTAR LAMPIRAN

  1. Salinan Putusan Nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl

  2. Surat Keterangan Observasi

  3. Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi

  4. Surat Permohonan Izin Penelitian

  5. Lembar Konsultasi Skripsi

  6. Daftar Nilai SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syariat Islam adalah hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang

  diturunkan Allah untuk manusia melalui Nabi Muhammad baik yang terkandung dalam Al-Quran maupun Sunnah Nabi, yang berwujud perkataan, perbuatan dan ketetapan, atau pengesahan.

  Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad untuk segenap umat manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu, ilmu tauhid yang mutlak tidak boleh diragukan lagi karena didasarkan pada keyakinan agama islam. Yang kedua adalah Akhlak, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan penyempurnaan jiwa. Seperti harus berbuat benar, harus memenuhi janji, harus amanah, dilarang berdusta dan berkhianat.

  Dan yang ketiga adalah ilmu fiqh yang bermakna peraturan yang mengatur antara manusia dengan manusia dan manusia dengan tuhan. Ilmu fiqh mengandung dua bagian penting, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah adalah yang menjelaskan hubungan manusia dengan tuhannya, sedangkan muamalah adalah yang menjelaskan tentang hubungan manusia dengan manusia.

  Muamalah dalam penjelasan yang lebih luas, yaitu bagian yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya. Seperti hukum atau aturan yang mengatur tentang harta benda hak milik, akad-akad, kontrak atau perjanjian dan kerjasama.Semisal jual beli, sewa-menyewa (ijaroh), gadai (rohan), kongsi (syirkah) dan lain-lain yang mengatur urusan harta benda seseorang, kelompok dan segala sangkut pautnya seperti hak dan kekuasaan. (El Ghandur, 2006: 12)

  Hukum islam telah mengatur semua dengan sangat terperinci dan memiliki dasar yang jelas, hukum islam merupakan hukum yang mutlak dan harus di taati oleh seluruh umat islam berdasarkan QS an-nisa’ : 59

  

           

             

    

  

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan

ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang

sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

  Berdasarkan ayat tersebut, sumber islam yang disepakati adalah Quran, hadis, ijma’, dan qiyas. Dan sekarang yang berlaku selain dalam masa setelah rasul adalah undang-undang yang berlaku dan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.Dalam ranah ini pengadilan agama yang telah ditunjuk oleh pemerintah sebagai pemimpin untuk mengadili dengan adil dan sesuai syariat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada sekarang.

  Peradilan Agama, sebagai salah satu jalur penyelesaian sengketa secara litigasi mempunyai wewenang dalam hal ini.Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Pengadilan Agama adalah lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 ini memberikan perubahan yang sangat signifikan terutama soal kewenangan absolute Peradilan Agama tersebut. Sebelumnya, Pengadilan Agama berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 hanya berwewenang menyelesaikan sengketa perkawinan, waris, wasiat, hibah wakaf, zakat, infak dan sedekah. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Peradilan Agama tidak lagi mempunyai kewenangan sebatas menyelesaikan perdata perkawinan dan waris akan tetapi telah diperluas dengan kewenangan dalam keperdataan lainnya (Hudiata, 2015: 24).

  Hal yang sangat menarik dan membuat undang-undang hasil perubahan ini berbeda dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah adanya kebolehan non muslim menundukkan diri secara suka rela kepada hukum Islam. Ketentuan seperti ini dapat dilihat dalam penjelasan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang menyatakan, bahwa “yang dimaksud dengan antara orang-orang yang beragama Islam” adalah termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan diri dengan suka rela kepda hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama sesuai dengan ketentuan pasal ini. Dengan demikian maka penjelasan pasal 49 ini memberikan peluang Peradilan agama menyelesaikan sengketa non muslim sepanjang yang disengketakan termasuk kewenangan absolut Peradilan Agama. (Rasyid dan Syaifuddin, 2009: 13) Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia sendiri tergolong cukup pesat. Mulai dari berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun

  1991 menjadi pembuka jalan bagi lembaga keuangan syariah lain baik yang bank maupun non-bank untuk lebih berani melawan arus lembaga keuangan konvesional dengan menerapkan prinsip syariah. Hal ini terjadi karena permintaanmasyarakat yang membutuhkan suatu sistem alternatif yang selain menyediakan jasa keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah.(Ikatan Bankir Indonesia, 2014: 3)

  Dengan begitu pesatnya perkembangan ekonomi syariah yang terjadi di Indonesia inilah yang melandasi sebagian besar peluasan kewenangan pengadilan agama untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi syariah dengan disahkannya Undang-Umdamg nomor 3 tahun 2006, yang berisi pengadilan agama berwenang utuk mengadili masalah ekonomi syariah.

  Dalam masa sekarang makin banyak terjadi masalah ekonomi syariah atau muamalah dalam kehidupan masyarakat, berbagai macam muamalah yang dapat diketahui menurut hukum islam antara lain adalah; jual beli, utang piutang, sewa menyewa, yang mana dalam masing-masing bagiannya memiliki bagian pengertianya sendiri-sendiri. Salah satunya adalah utang piutang yang pada masa sekarang telah banyak bentuk dalam perjanjian hutang piutang dan juga akibat dan timbal balik yang didapat dari utang piutang. Ada banyak akibat yang timbul akibat utang piutang, entah itu akad yang dipakai ataupun akibat daripembayaran hutang yang macet atau kredit macet yang sekarang banyak terjadi. Dari akibat kredit macet itu sendiri banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi akibat utang piutang tersebut.

  Banyak masalah sengketa yang terjadi dalam masyarakat tentang sengketa ekonomi, dan banyak sekali yang terjadi adalah antara nasabah dan pihak bank. Ada beberapa cara yang bisa dipilih para pihak yang yang membuat perjanjian untuk menyelesaikan masalah sengketa jika terjadi dikemudian hari diantara pihak-pihak tersebut. Tergantung apa yang menjadi kesepakatan atau yang sudah ada dalam kontrak yang dibuat dalam perjanjian oleh para pihak yang berkontrak tersebut. Diantara banyak cara yang bisa dijadikan untuk menyelesaikan sengketa tersebut adalah: negosiasi, konsiliasi, mediasi, litigasi, dan non-litigasi.

  Dari beberapa cara menyelesaikan perkara sengketa yang terjadi, peneliti tertarik untuk membahas tentang jalur litigasi dan non-litigasi. Yang merupakan penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi) dan arbritase (non-litigasi). Dalam penyelasain sengketa pada umumnya harus kesepakatan antara pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya melalui jalur apa yaang menjadi kesepakatan. Jika yang disepakati adalah jalur litigasi, maka jalur yang dipilih adalah melalui pengadilan. Dan dalam hal ini pengadilan agama mempunyai wewenang karena sudah menjadi pilihan pihak-pihak yang bersengketa, khususnya sengketa ekonomi syariah. Dan juga dengan adanya undang-undang yang telah mengatur wewenang pengadilan tersebut. Jika jalur non-litigasi yang dipilih para pihak, maka yang menjadi penengah diantara pihak yang menjadi penengah adalah Badan Arbritasi Nasional (BANI) atau jika yang terjadi adalah tentang sengketa ekonomi syariah adalah melalui Badan Arbritase Syariah Nasional (BASYARNAS). Yang terjadi antara nasabah dan bank yang bersengketa dan setuju menunjuk jalur yang ada untuk menyelesaian sengketa tersebut.

  Dalam hal ini peneliti mengambil perkara yang terdaftar dalam kepaniteraan pengadilan agama magelang dengan nomor perkara 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi yang diajukan oleh pengugat.

B. Rumusan Masalah

  Adapun rumusan masalah penelitian ini dan hendak ditemukan jawabannya adalah: Apa yang menjadi pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Magelang dalam memutus perkara Nomor: 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai oleh Penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja pertimbangan hakim Pengadilan Agama Magelanng dalam memutus perkara nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber khazanah pengetahuan tentang penyelesaian sengketa ekonomi syariah bagi Perpustakaan IAIN Salatiga.

  b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perkembangan dunia muamalah dan menjadi rujukan atau acuan terhadap penelitian selanjutnya.

  2. Manfaat Praktis

  a. Dapat memberikan gambaran pada masyarakat umum terhadap praktek penyelesaian sengketa ekonomi syariah di Pengadilan Agama Magelang.

  b. Sebagai bahan evaluasi pemerintah terhadap pelaksanaan Undang- undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama di seluruh Pengadilan Agama di Indonesia.

E. Penegasan Istilah

  1. Putusan adalah kesimpulan akhir yang diambil oleh majelis hakim yang diberi wewenang untuk itu didalam menyelesaikan atau mengakhiri suatu sengketa atau perkara, yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan oleh hakim dalam persidangan yang terbuka untuk umum.

  

  2. Permohonan adalah suatu permohonan atau beberapa orang pemohon kepada ketua pengadilan yang berwenang menetapkan suatu hal yang tidak menganung sengketa (Darwan,2002: 2)

  3. Novasi adalah pembaharuan utang merupakan salah satu penyebab hapusnya perikatan. Novasi dapat diartikan sebagai perjanjian yang mengantikan perikatan yang lama dengan perikatan yang baru. Perikatan tersebut dapat terjadi pada kreditur, debitur, maupun objek perikatan (Budiono, 2010: 177) F.

Kajian Pustaka

  Dalam kajian pustaka selain untuk mengkaji penelitian terdahulu sebagai referensi dalam penelitian juga membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini belum pernah diteliti pada penelitian terdahulu oleh peneliti lain.

  Skripsi Ni Made Asri Mas Lestari (2016) yang berjudul “Analisi Putusan Hakim Mahkamah Agung RI no 45K/PDT.SUS-Pailit/2013 Mengenai Adanya Utang (Pailitnya PT.SRI MELAMIN REJEKI)”. Dan hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa alasan Majelis Hakim mengabulkan Permohonan Kasasi dari pihak Kreditur adalah karena Majelis Hakim menganggap BAR Hutang Piutang merupakan suatu bukti nyata 1 Buku Pedoman Kerja Hakim dan Panitera Pengadilan Agama se-Wilayah Pengadilan

  Tinggi Agama Makasar.hlm. 59 adanya utang yang lahir dari Perjanjian Penyediaan Bahan Baku dan Utilitas serta Penyerapan Off Gas. Bukti tersebut juga dianggap telah memenuhi konsep pembuktian sederhana yang dianut UUKPKPU. Pendapat ini tentu bertentangan dengan putusan Judex Factie, yang beranggapan sebaliknya.

  Sehingga sebenarnya dalam meneliti perkara ini, Majelis Hakim diharapkan juga menguasai bidang hukum yang berkaitan dengan perkara.Pada skripsi ini jelas sangat berbeda denan penelitian yang dilakukan peneliti yang membahas permohonan novasi, karena dalam penelitian sebelumnya membahas tentang perkara pailit.

  Skripsi Amarullah Saifuddin (2015) dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Proses Penyelesaian Perkara Wanprestasi Dalam perjanjian Utang piutang (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)”. Dengan hasil penelitian Utang piutang merupakan perjanjian antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya dan objek yang diperjanjikan pada umumnya adalah uang.

  Kedudukan pihak yang satu sebagai pihak yang memberikan pinjaman (kreditur), sedang pihak yang lain adalah pihak yang menerima pinjaman uang tersebut (debitur). Inti dari perjanjian utang-piutang adalah kreditur memberikan pinjaman uang kepada debitur, dan debitur wajib mengembalikannya dalam waktu yang telah ditentukan disertai dengan bunganya. Pengembalian utang dilakukan dengan cara mengangsur setiap bulan. Peristiwa yang banyak terjadi pengembalian utang yang wajib dibayar oleh debitur acapkali tidak sebagaimana yang telah diperjanjikan. apabila debitur tidak melakukan apa yang dijanjikannya maka dapat dikatakan ia melakukan wanprestasi atau ingkar janji. Dalam skripsi yang ditulis saudara Amarullah Saifuddin membahas kasus wanprestasi atau cacat perjanjian dan dalam penelitian ini peneliti mebahas novasi atau permbaharuan hutang sebagai kajian utamanya.

  Tesis Nenny Yulianny, SH (2005) yang berjudul “Kajian Penyelesain Perkara Utang Piutang Putusan Pengadilan Niaga Dalam Hubungannya Dalam Pengertian SumirBerdasarkan Undang-undang No 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan”. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa criteria dan ukuran suatu perkara dikatakan sumir sehingga dapat diajukan sebagai perkara Kepailitan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 adalah hanya terhadap utang, Kreditur, Debitur dan jatuh tempo yang sudah dapat ditagih dalam pengertian yang sempit, sebab hanya terhadap sengketa Utang Piutang yang berakar dari perjanjian Pinjam Meminjam Uang saja dan tidak termasuk barang dan jasa, subyek hukumnya adalah Kreditur sebagai pihak yang meminjamkan uang dan Debitur yang meminjam uang, dimana debitur wajib mengembalikan uang yang dipinjamnya sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Jika Debitur gagal mengembalikan uang Kreditur sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka terjadilah apa yang disebutkan sebagai utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, sehingga proses penyelesaian sengketa Utang Piutangnya dapat diselesaikan secara cepat, sederhana dengan biaya yang ringan di Pengadilan Niaga. Pengertian utang, kreditur, debitur, jatuh tempo dan sudah dapat ditagih secara luas proses penyelesaian sengketanya ditangani oleh Pengadilan Negeri. Hal ini menunjukkan penyelesaian sengketa di Pengadilan Niaga hanya dilaksanakan secara cepat dan sederhana, sedangkan biaya ringan dan penyelesaian secara tuntas belum dapat dilaksanakan karena biaya pendaftaran US $ 5.000 dan biaya pengacara US $ 5.000 – US $ 10.000 bukan biaya yang murah.

  Kehadiran Pengadilan Niaga belum menciptakan iklim yang kondusif bagi pelaku bisnis karena putusannya sering menimbulkan masalah baru.Pada tesis yang diteliti oleh saudari nenny ini menjadikan jatuh tempo sebuah perjanjian hutang yang kasusnya diajukan pada pengadilan niaga, sementara pada kasus novasi yang diteliti oleh peneliti membahas mengenai pembaharuan hutang.

  Skripsi Martha Noviyaditya (2010) yang berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak tanggungan” dengan hasil penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian hukum ini adalah bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada kreditur saat debitur wanprestasi menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 yaitu perjanjian kredit yang dituangkan dalam bentuk akta, baik berupa akta di bawah tangan maupun akta autentik sesuai dengan Penjelasan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, bahwa dengan diterbitkannya Sertifikat Hak Tanggungan oleh Kantor Pertanahan sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan, yang memiliki irah-irah dan mempunyai kekuatan eksekutorial sama seperti putusan hakim berkekuatan hukum tetap, maka apabila debitur cidera janji atau wanprestasi, dapat meminta bantuan secara langsung kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk melakukan eksekusi melalui pelelangan umum guna memperoleh pelunasan piutang kreditur. Serta penafsiran dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang memberikan perlindungan hukum kepada kreditur, yaitu ketentuan Pasal 1 angka 1 tentang hak preference seorang kreditur; Pasal 6, Pasal 14 ayat (1), (2), dan (3) serta Pasal 20 ayat (2) dan(3) tentang eksekusi Hak Tanggungan;

  Pasal 11 ayat (2) tentang janji yang harus dicantumkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) untuk melindungi kreditur ketika debitur wanprestasi, serta ketentuan Pasal 7 tentang asas droit desuite yang menyatakan bahwa Hak Tanggungan tetap menjamin objeknya sekalipun beralih kepada pihak ketiga sehingga akan tetap menjamin pelunasan piutang kreditur. Skripsi saudari martha membahas tentang hak jaminan yang dijadikan hak tanggungan piutang dan terjadi wanprestasi didalam perjanjian tersebut, berbeda dengan pembaharuan hutang atau novasi. Meskipun juga hak jaminan didalamnya namun tetap jelas berbeda karena yang terjadi adalah wanprestasi bukan permohonan hutang.

  Tesis Ni Made Dewi Lestari (2011) yang berjudul “Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Melanggar Perjanjian Utang” dengan hasil analisis menunjukkan bahwa perusahaan pelanggar perjanjian utang melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan jumlah akrual diskresioner sebelum perioda pelanggaran perjanjian utang. Selanjutnya, manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pelanggar perjanjian utang lebih besar dibanding perusahaan bukan pelanggar perjanjian utang pada perioda yang sama.Sama halnya dalam tesis berikut ini karena dalam penelitian sebelumnya adalah wanprestasi atau cacat perjanjian bukan wanprstasi. Jadi bisa disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti tentang novasi perkara nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl ini belum pernah diteliti dan keaslian tulisan peneliti bisa dibuktikan.

G. Metode Penelitian

  Metode penelitian adalah cara kerja meneliti, mengkaji, dan menganalisis objek penelitian untuk mencari hasil atau kesimpulan tertentu.

  Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:

  1. Jenis Penelitian

  a. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu menjelaskan dan menguraikan data-data yang ada kemudian menganalisisnya lebih dalam untuk mendapatkan kesimpulan dan jawaban.

  b. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan yang memandang hukum sebagai doktrin atau seperangkat aturan yang bersifat normatif. Pendekatan ini dilakukan melalui upaya pengkajian atau penelitian hukum kepustakaan. Dalam hal ini peneliti menganalisis asas-asas hukum, norma hukum, dan pendapat para sarjana.

  2. Kehadiran peneliti Untuk memperoleh data tentang penelitian ini, maka peneliti terjun langsung kelapangan. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrumen kunci yang langsung melibatkan diri dalam memperoleh data.

  3. Lokasi penelitian Lokasi yang dijadikan penelitian peneliti untuk memperoleh data adalah pengadilan agama magelang, alasan mengapa pengadilan agama magelang menjadi lokasi penelitian dikarena sesuai dengan pokok bahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini tercatat dipaniteraan pengadilan agama magelang.

  4. Data dan Sumber data

  a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi. Dan dalam wawancara sebagai narasumber adalah hakim yang pengadilan agama magelang yang memeriksa dan memutus pekara.

  b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, skripsi, dan peraturan perundang-undangan. Data sekunder tersebut, dapat dibagi menjadi: 1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.

  Terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait objek penelitian. Putusan pegadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap juga menjadi bahan hukum primer. 2) Bahan Hukum Sekunder, adalah buku-buku dan tulisan ilmiah yang terkait objek penelitian ini. (Ali, 2009:106) Selain menggunakan data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi, peneliti juga menggunakan data yang diperoleh dari Undang-undang, penelitian atau skripsi dan buku-buku yang ada relevansinya dengan penelitian ini sebagai sumber data sekunder.

  5. Teknik Pengumpulan Data

  a. Dokumentasi Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mencari dan mengumpulkan undang-undang,dokumen, buku, skripsi yang menjadi sumber data primer dan sekunder yang relevan. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan serta sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

  6. Metode Analisis Data Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif, yaitu proses yuridis dari hukum yang ada pada putusan nomor 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang menjadi sumber hukum bagi Hakim dalam putusan tersebut.

  Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang sistematis dan mudah dipahami, sistematikanya disusun sebagai berikut: Bab pertama, adalah pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah sebagai dasar untuk merumuskan masalah. Kemudian tujuan dan manfaat penelitian, kemudian penegasan istilah yang dipakai dalam penelitian, lalu kajian pustaka untuk menegaskan bahwa penelitian ini belum pernah diteliti orang lain. Bab ini ditutup dengan metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab kedua, berisikan pembahasan teoritik yang akan membahas mengenaiperjanjian menurut hukum positif dan islam, utang piutang menurut hukum positif dan islam, novasi, ekonomi syariah, dan penyelesaian sengketa.

  Bab ketiga, pemaparan kasus 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl tentang permohonan novasi.

  Bab keempat, peneliti akan menganalisa putusan nomor: 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl. untuk mengetahui permasalahan dalam sengketa ekonomi syariah tersebut, serta untuk mengetahui dasar hukum apa yang dipakai oleh Hakim dalam menjatuhkan putusan nomor: 0054/Pdt.G/2015/PA.Mgl.

  Bab kelima, merupakan penutup dari penelitian. Peneliti akan menyusun kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, juga berisi jawaban atas pokok permasalahan pada penelitian. Dan bab kelima ditutup dengan saran-saran.

BAB II KERANGKA TEORITIK A. Perjanjian dalam Hukum Positif

  1. Pengertian perjanjian Perjanjian adalah suatu perbuatan kesepakatan antr seseorang atau beberapa orang dengan seseorang atau beberapa orang lainnya untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu. (Pasaribu dan Lubis, 1996: 1)

  Beberapa ahli lain yang mengartikan perjanjian. Menurut Prof. Sri soedewi masychoen sofwan yang memberikan batasan mengenai perjanjian adalah sebagai suatu perbuatan hukum dimana seorang atau lebih mengikat diri seorang lain atau lebih. Sementara menurut Prof. Dr.

  R. Wirjono prodjodikoro, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara kedua elah pihak, dimana sstu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak untuk menentukan pelaksanaan perjanjian tesebut. (Aryani, 2012: 1-2)

  Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Menurut definisi perjanjian klasik, perjanjian adalah peruatan hukum bukan hubungan hukum. Pasal 1313 KUHPedata mengatakan bahwa perjanjian adalah suatu peruatan hukum satu orang mengikat dirinya dengan satu orang atau lebih. (Aryani, 2012: 2)

  Sementara menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne yang diartikan perjanjian adalah“suatu hubungan hukum atara dua pihak berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.” (Salim, 2003: 26)

  2. Syarat-syarat perjanjian Syarat sah perjanjian telah diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata, adalah sebagai berikut: a. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang memuat perjanjian (sepakat).

  b. Ada kecakapan pihak-pihak membuat perjanjian.

  c. Ada sesuatu hal tertentu.

  d. Ada sesuatu sebab yang halal. (Aryani, 2012: 5)

  3. Unsur-unsur perjanjian Dalam KUHPerada Definisi perjanjian pada pasal 1313 adalah:

  a. Tidak jelas, karena setiap perbuatan bisa disebut perjanjian,

  b. Tidak tampak asas konsensualisme, dan

  c. Bersifat dualisme Tidak jelasnya definisi ini desebabkan dalam rumusan tersebut hanya disebut perbuatan saja, maka yang bukan perbuatan hukum pun disebut dengan perjanjian. untuk memperjanjian itu maka harus dicari dalam doktrik, jadi menurut doktrin teori lama unsur-unsur perjanjian adalah sebagai berikut:

  a. Adanya perbuatan hukum, b. Persesuaian pernyataan kehendak dari beberapa orang,

  c. Persesuaian kehendak harus dipublikasikan/dinyatakan,

  d. Perbuatan hukum terjadi karena kerjasama antara dua orang atau lebih,

  e. Pernyataan kehendak yang sesuai harus saling bergantung satu sama lain, f. Kehendak ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum,

  g. Akibat hukum itu untuk kepentingan yang satu atas beban yang lain atau timbal balik, dan h. Persesuaian kehendak harus dengan mengingat peraturan perundang- undangan. (Salim, 2003: 25)

  Sementara unsur perjanjian yang dikatakan oleh Charless L, Knapp dan Nathan M Crystal unsur-unsur yang harus dipenuhi adalah: a. Adanya kesepakatan tentang fakta antara kedua belah pihak,

  b. Persetujuan dibuat secara tertulis,

  c. Adanya orang yang berhak dan berkewajiban untuk membuat. (Salim, 2003: 26)

  4. Asas-asas dasar perjanjian Syarat sahnya perjanjian dalam pasa 1320 KUHPerdata menetapkan bahwa suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dari tiga asas pokok, yaitu: (Herliene Budiono, Aryani, 2012: 10-11)

  a. Asas konsensualisme, bahwa perjanjian tebentuk karena adanya perjumpaan kehendak dai pihak-pihak. Perjaanjian pada pokoknya dapat dibuat bebas, tidak terikat bentuk dan tercapai tidak secara formil tetapi cukup melalui konsensus belaka.

  b. Asas kekuatan mengikat perjanjian, asas kekuatan mengikat atau asas pacta sunt servanda yang berarti bahwa janji itu mengikat.

  c. Asas kebebasan berkontrak, bahwa para pihak menurut kehendak bebasnya masing-masing dapat diuat perjanjian dan setiap orang bebas mengikat diri dengan siapapun yang ia kehendaki.

  5. Pelaksanaan perjanjian Perjanjian telah dibuat mengikat kedua belah pihak dan melahirkan prestasi para pihak entuk prestasi dalam perjanjian berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dan memberikan sesuatu. Ada dua kemungkinan suatu perjanjian tidak dapat dilaksanakan, yaitu: (Aryani, 2012: 19)

  a. Keadaan memasa atau overmacht Adalah suatu keadaan atau peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya akan terjadi sehingga menghalangi seorang debitur untuk melakukan prestasi. Keadaan tersebut diluar kesalahan debitur.

  b. Wanprestasi Adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau terlambat melakukan suatu prestasi, seorang debitur tidak dapat melaksanakan prestasi dan tidak dapat membuktikan bahwa tidak dapat melaksanakan prestasi itu diluar kesalahanya atau karena adanya maka debitur dalam hal ini adalah bersalah.

  overmacht

  6. Batalnya perjanjian Secara umum tentang pembatalan perrjanjian tidak mungkin dilaksanakan, sebab dasar perjanjian adalah kesepakatan kedua belah pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut, namun demikian pembatalan perjanjian dapat dilakukan apabila: (Pasaribu dan Lubis, 1996: 4-6) a. Jangka waktu perjanjian telah berakhir

  Lazimnya suatu perjanjian selalu didasarrkan kepada jangka waktu tertentu (mempunyai jangka waktu yang terbatas), maka apabila telah sampai kepada waktu yang telah diperjanjikan, secara otomatis (langsung tanpa ada perbuatan hukum lain) batallah perjanjian yang telah diadakan para pihak.

  b. Salah satu pihak menyimpang dari apa yang diperjanjikan Apabila salah satu pihak telah melakukan perbuatan menyimpang dari apa yang telah diperjanjikan, maka pihak lain dapat membatalkan perjanjian tersebut.

  c. Jika adda ukti kelancangan dan bukti pengkhianatan (penipuan).

  Apabila salah satu pihak melakukan sesuatu kelancangan dan telah ada bukti-bukti bahwa salah satu pihak mengadakan pengkhianatan terhadap apa yang telah diperjanjikan, maka perjanjian yang telah diikat dapat dibatalkan oleh pihak lainnya.

  7. Berakhirnya perjanjian Pada KUHperdata pasal 1381 disebutkan bahwa ada beberapa cara untuk berakhirnya perjanjian adalah: a. Pembayaran

  b. Penawaran pembayaran tunai disertai dengan penitipan

  c. Pemaharuan utang

  d. Perjumpaan utang

  e. Percampuran utang

  f. Pembebasan utang

  g. Musnahnya benda yang terutang

  h. Pembatalan i. Berlakunya surat batal j. Kadaluarsa

  8. Bentuk perjanjian Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam yaiu secara tertulis dan lisan, dan berikut adalah bentuk-bentuk perjanjian secara tertulis dan lisan. Tertulis:

  a. Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh pihak bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian , tetapi tidak memiliki kekuatan untuk mengikat pihak ketiga. b. Peerjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan pihak.

  Fungsi notaris atas suatu dokumen semata-mata haya untuk melegalisir kebenaran tanda tangan para pihak.

  c. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan pleh nitaris dalam bentuk akta notaris. (Salim, 2003: 43)

  9. Jenis perjanjian Dalam perjanjian ada beberapa jenis perjanjian dan diantaranya adalah: a. Perjanjian Menurut sumber hukum

  b. Perjanjian Menurut namaya

  c. Perjanjian Menurut bentuk

  d. Perjanjian Timbal balik

  e. Perjanjian Cuma-Cuma atau denan alas yang membebani

  f. Perjanjian berdasarkan sifatnya

  g. Perjanjian dari aspek larangannya B.

Perjanjian dalam Hukum Islam 1. Pengertian

  Secara etimologis perjanjian dalam islam juga disebut sebagai akad. Kata ‘aqad dalam istilah bahasa berarti ikatan dan tali pengikat. Jika dikatakan ‘aqada al-habla maka itu menggabungkan antara dua ujung tali lalu mengikatnya. Jadi yang disebut akad adalah menghubungkan antara dua perkataan, masuk juga dalamnya janji dan sumpah, karena sumpah menguatkan niat berjanji untuk melaksanakan isi sumpah atau meninggalkannya. Demikian juga halnya dengan janji sebagai perekat hubungan antara kedua belah pihak yang berjanji dan menguatkan. (Azzam, 2010: 15) 2.

Rukun dan syarat perjanjian

  Menurut pandangan islam syarat atau rukun perjanjian atau akad adalah: a. Subjek/pelaku akad (aqid)

  b. Objek akad (ma’qud ‘alaih)

  c. Substansi akad (maudhu’ ul ‘aqd)

  d. Serah terima (ijab-qabul) (Nawawi, 2012: 22-24) 3.

Macam-macam dan sifat perjannjian

  Macam-macam dan sifat perjanjian atau akad dalam islam dapat dibedakan menjadi: a. Akad tanpa syarat, yaitu akad yang dilaksanakan langsung pada waktu selesainya akad tanpa memberikan batasan b. Akad bersyarat, yaitu akad yang dalam pelaksanaannya terdapat syarat-syarat yang telah ditentukan dalam akad.

  c. ‘Aqad mudhaf, yaitu akad yang didalam pelaksanaannya terdapat syarat-syarat mengenai penanggulangan pelaksanaan akad, pernyataan yang pelaksanaannya ditangguhkan hingga waktu yang ditentukan. (Nawawi, 2012: 26-27)

C. Utang Piutang Dalam Perspektif Hukum Positif

  1. Perngertian Utang piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian dia akan membayar yang sama dengan itu. (Rasyid,

  Pasaribu dan Lubis, 1996: 136) Pengertian utang piutang ini sama dengan perjanjian minjam meminjam yang dijumpai dalam KUHPerdata yang mana pasal 1754 yang berbunyi : “ pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.”

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TEBASAN DI DESA SUROJOYO KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 89

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

ANALISIS DOMINASI KASUS CERAI GUGAT MASYARAKAT MUSLIM KOTA SALATIGA DI PENGADILAN AGAMA (PA) SALATIGA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 119

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 119

PENOLAKAN KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) DALAM MENIKAHKAN JANDA HAMIL (Studi Kasus di KUA Kuwarasan Kabupaten Kebumen) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 106

ANALISIS PENETAPAN WALI ADHOL DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 91

STUDI ANALISIS PERANAN ADVOKAT NON MUSLIM DALAM MENANGANI PERKARA DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 100