PERSEPSI SISWA KELAS VII DAN KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL KONSELORNYA TAHUN AJARAN 20072008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseli
PERSEPSI SISWA KELAS VII DAN KELAS VIII
SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL KONSELORNYA
TAHUN AJARAN 2007/2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
UNINGTYAS G.T.K
NIM : 021114062
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagiamana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, 25 Februari 2009 Penulis Uningtyas Guno Tali Kusumawati MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Tuhan akan membuat s egala sesuatu indah pada waktunya” (Pengkotbah 3: 11)
“Cobaan adalah cara terbaik yang diberikan Oleh Tuhan agar kita mencapai kehidupan yang lebih baik, Sehingga kita tahan uji untuk menjadi baik dan tangguh Sekalipun dalam kondisi terburuk”
(No Name) “ Tuhan tahu, tapi menunggu” (Leo Tolstoy)
Skripsi ini kupersembahkan untuk: ABSTRAK PERSEPSI SISWA KELAS VII DAN KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TENTANG KOMPETENSI PROFESIONAL KONSELORNYA TAHUN AJARAN 2007/2008 Uningtyas Guno Tali Kusumawati
Universitas Sanata Dharma 2009 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran persepsi siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 tentang kompetensi profesional konselornya.
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswa kelas VII dan VII SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 334 siswa. Sampel
penelitian berjumlah 105 siswa (30% dari populasi). Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik penarikan sampel berkelompok secara acak (cluster
random sampling ).Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
“kuesioner persepsi siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Stella Duce tentang
kompetensi profesional konselornya” dengan52 item dan empat alternative
jawaban yaitu; sangat setuju; setuju; tidak setuju; dan sangat tidak setuju.
Validitas yang digunakan adalah validitas isi. Taraf reliabilitas uji coba kuesioner
signifikan pada taraf signifikansi 5% (r tt =0,92>0,30). Teknik pengolahan data
dalam penelitian ini adalah kategorisasi jenjang (Azwar, 1999: 108) yang terdiri
dari kategori sangat buruk, buruk, sedang, baik, dan sangat baik.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) 64 siswa (60,95%) memiliki
persepsi yang sangat baik, 40 siswa (38,10%) memiliki persepsi yang baik, 1
siswa (0,95%) memiliki persepsi sedang, dan tidak ada siswa yang memiliki
persepsi buruk dan sangat buruk (0%). (2) Dari enam aspek kompetensi
profesional konselor yang dipersepsikan oleh siswa yang tergolong kategori
sangat kompeten yaitu: menguasai konsep perilaku dan perkembangan individu
mencapai 88,18%, menguasai konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan
konseling mencapai 85,47%, mengenal secara mendalam siswa yang dilayani
mencapai 83,57%, menguasai teori dan prosedur bimbingan dan konseling
mencapai 83,49%, menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang
memandirikan mencapai 81,98% dan yang tergolong dalam kategori kompeten
yaitu menguasai konsep dan praksis asesmen mencapai 79,52%.
ABSTRACT
THE PERCEPTIONS OF THE SECOND AND THE THIRD
GRADE STUDENTS OF STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA JUNIOR HIGH
SCHOOL OF ON COUNSELOR’S PROFESSIONAL COMPETENCE
IN THE ACADEMIC YEAR OF 2007/2008
Uningtyas Guno Tali Kusumawati
Sanata Darma University
2009
This research was a descriptive research which aimed to figure out the
description of the perceptions of the second and the third grade students of Stella
Duce 2 Yogyakarta Junior High School On Counselor’s Professional Competence
in the Academic Year of 2007/2008.The research participants were 334 of the second and the third grade
students of Stella Duce 2 Yogyakarta Junior High. Research samples were 105
students (30% of population). A sampling technique was cluster random in which
groups were randomly selected.Research instrument applied in this research was questionnaires of the
students on counselor’s professional competence consisting of 52 items with four
alternative answers, which were strongly agree, agree, disagree, and strongly
disagree. The validity applied was content validity. The test of reliability showed
that r =0,92>0,30 with 5% significance degree. The technique of analysis in this
ttresearch was category consisting of very bad, bad, average, good, and very good
category (Azwar, 1999: 108).The research result showed that: (1) 64 students (60,95%) had very good
perceptions, 40 students (38,10%) had good perceptions, 1 student (0,95%) had
average perception, and none of them had bad and very bad perception (0%). (2)
from six aspects of counselor’s professional competence: the mastery of
individual behavior and development concept (88,18%), the mastery ofresearch’s concept and research’s practice in guidance and counseling(85,47%),
the further understanding of serve students (83,49%), the mastery of guidance’s
and counseling’s theory and procedure (83,49%), the implementation of
independently guidance and counseling service (81,98%) all of them were
classified as good competence category, and the mastery of assessment’s concept
and assessment’s practice (79,52%) was classified as competence category.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama: Uningtyas Guno Tali Kusumawati Nomor Mahasiswa: 021114062Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Persepsi siswa kelas VII
dan kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tentang kompetensi profesional
konselornya tahun ajaran 2007/2008” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal 25 Februari 2009 Yang menyatakan Uningtyas Guno Tali Kusumawati
Syukur dan terima kasih kepada-Mu Tuhan, atas segala kasih dan penyertaan-
Mu kepada peneliti selama penulisan skripsi ini. Berkat kasih dan kemurahan-Mu,
peneliti dapat menulis skiripsi ini sampai selesai. Penulisan skripsi ini merupakan
sebuah perjuangan peneliti sebagai akademisi.Skirpsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling. Peneliti menyadari
bahwa skripsi ini tidak akan pernah selesai tanpa bantuan, dukungan dan perhatian
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si, Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah memberi dukungan, saran, motivasi, bimbingan, dan dorongan yang berguna bagi peneliti hingga tersusun skripsi ini.
2. Panitia Penguji skripsi yang memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mempertanggungjawabkan dan mempertahankan skripsi ini.
3. Bapak Dr. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Dra. S. Listyawati SN selaku kepala sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, Ibu Theresia Marfuah, S.Pd dan Bp Yanuarius Yala AP, S.Pd selaku koordinator dan staf BK SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah memberikan ijin dan kesempatan pada penulis untuk melakukan uji coba dan penelitian.
5. Ibu Endang Suryaningtyas Tuti “ Mom thank’s for your love, support, motivation, and prayer. I’m proud of being your dougther, you’r really an extraordinary woman “ 6.
Alm Simbah Martinah Sukiman, banyak pelajaran hidup yang telah aku dapat darimu, maturnuwun sanget mbah.
8. Bapak Pranyoto, terimakasih untuk semua pengalaman hidup yang engkau berikan dan pernah kita alami bersama dalam keluarga. No matter what happened, no matter what you do, you still my father till now.
9. Teman-teman dan sahabat di BK, Ina “Inoel” (temen kulinerku, yang memperkenalkan Jogja padaku, selalu bersedia membantuku), Nena, Esti, Sari, Nadia, Ririz, Yala, Yunar, Petrus, Bangun, Bebe, Nana, Sisil, Siska, Br Edi, Sr Frederika, Sr Vero, Sr Noren, Fr Paul, Br Teguh, teman-teman yang selalu memberikan keceriaan (Idha, Uthe, Mega, Ima, Arya), dan teman-teman satu bimbingan (Tuti, Paula, Mbak Octa, Hayu, Arie 03, Sonya) terimakasih untuk persahabatan yang hangat, menyenangkan, apa adanya, dan tanpa syarat.
10. Sahabat-sahabatku Uthe muanieszt (teman curhatku, teman masakku, teman berantemku), Sari (teman di segala suasana, teman yang selalu siap membantuku), Dianing, and Reni. Lewat sharing, canda tawa dan perbedaan pendapat, kita semakin mengenal satu sama lain. Keep viva our friendship.
11. Kost Legi 32 A, kost Bima Sakti 37, kost Samirono, kost Nolobangsan, beserta seluruh penghuninya yang telah memberikan warna-warni dalam perjalanan hidup penulis.
12. Mudika Carolus Magelang. Kalian selalu ribut “uwis rampung durung? Kapan?” penulis semakin tertantang untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk persahabatan dan persaudaraan kita selama ini.
13. Mudika FX Sapen, PS FX Sapen, terimakasih untuk keceriaan, canda tawa, dan semangat yang penulis dapatkan selama beberapa waktu. Di sini penulis dapat
semakin bertumbuh dan mempergunakan talenta yang diberikan oleh Tuhan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini, jauh dari sempurna karena itu penulis sangat
berterima kasih dan menghargai setiap kritik dan saran terhadap karya ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................... v
ABSTRAK .............................................................................................. vi
ABSTRACT .............................................................................................. vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................1 A.
1 Latar Belakang Masalah ..........................................................
B.
7 Rumusan Masalah ...................................................................
C.
8 Tujuan Penelitian ....................................................................
D.
8 Manfaat Penelitian ..................................................................
E.
9 Definisi Operasional ...............................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................
11
2.
13 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Persepsi ...........
B.
17 Konselor Sekolah ....................................................................
1.
17 Definisi Konselor Sekolah .............................................
2.
18 Tugas Konselor Sekolah ................................................
3.
21 Karakteristik Konselor ...................................................
C.
23 Kompetensi Konselor ..............................................................
1.
23 Pengertian Kompetensi Konselor ...................................
2.
24 Kompetensi Profesional Konselor ..................................
D.
30 Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional Konselornya BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...............................................
32 A.
32 Jenis Penelitian ........................................................................
B.
32 Populasi dan Sampel ...............................................................
C.
35 Instrumen Penelitian ...............................................................
1.
35 Jenis Alat Ukur ...............................................................
2.
35 Format Pernyataan .........................................................
3.
36 Penentuan Skor ..............................................................
4.
37 Kisi-kisi Kuesioner ........................................................
5.
38 Uji Coba Instrumen Penelitian .......................................
D.
40 Pertanggungjawaban Instrumen Penelitian .............................
1.
40 Validitas Instrumen Penelitian .......................................
2.
41 Uji Daya Beda ................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
48 A.
48 Hasil Penelitian .......................................................................
B.
51 Pembahasan .............................................................................
BAB V PENUTUP .................................................................................
56 A.
56 Ringkasan ................................................................................
B.
58 Kesimpulan .............................................................................
C.
58 Saran ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
61 LAMPIRAN ...........................................................................................
64
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Jumlah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta ..............................................................................
33 Tabel 2 : Sampel penelitian ....................................................................
35 Tabel 3 : Kisi-kisi kuesioner persepsi siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tentang kompetensi profesional konselornya tahun ajaran 2007/2008 sebelum uji coba ..........
37 Tabel 4 : Jumlah responden uji coba kuesioner .....................................
39 Tabel 5 : Distribusi item kuesioner persepsi siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tentang kompetensi profesional konselornya tahun ajaran 2007/2008 setelah uji coba .............
42 Tabel 6 : Kualifikasi koefisien korelasi .................................................
43 Tabel 7 : Distribusi kuesioner persepsi siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tentang kompetensi profesional konselornya tahun ajaran 2007/2008 .......................................
45 Tabel 8 : Kategorisasi persepsi siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tentang kompetensi profesional konselornya tahun ajaran 2007/2008 .......................................
47 Tabel 9 : Persepsi siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tentang kompetensiprofesional konselornya tahun ajaran 2007/2008 ............................................................
48
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner uji coba penelitian .............................................
64 Lampiran 2 Tabulasi uji coba penelitian ................................................
69 Lampiran 3 Hasil uji reliabilitas kuesioner ............................................
75 Lampiran 4 Kuesioner penelitian ...........................................................
87 Lampiran 5 Tabulasi skor penelitian ......................................................
91 Lampiran 6 Kategorisasi persepsi siswa ................................................
97 Lampiran 7 Presentase skor berdasarkan aspek-aspek kompetensi
profesional konselor ........................................................... 100
Lampiran 8 Surat-surat keterangan ........................................................ 117
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah. A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat di segala bidang kehidupan, menuntut adanya berbagai perubahan. Dunia pendidikan pun tidak
luput dari berbagai tuntutan. Sekolah sebagai institusi pendidikan mempunyai peranan yang besar dalam membantu siswa belajar mengenai berbagai aspek kehidupan. Pendidikan di sekolah dilaksanakan melalui penyelenggaraan pengajaran, pelatihan, dan pembimbingan. Sejumlah sekolah mulai menempatkan pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian penting dalam program sekolah. Para pendidik mulai menyadari pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling di sebuah sekolah.
Mappiare (1984) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan secara sistematis-metodis dari seseorang yang memiliki kompetensi memadai dalam menerapkan pendekatan, metode dan teknik layanan kepada individu agar lebih memahami diri, menerima diri dan mampu memecahkan persoalan-persoalan secara lebih memadai sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya.
Dewasa ini Bimbingan dan Konseling pun juga mengalami
Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun 2006, peranan Bimbingan dan
Konseling menjadi semakin penting. Dalam KTSP, komponen pengembangan
diri dapat memberikan peluang bagi Bimbingan dan Konseling dalam rangka
pembuktian kinerja. Bimbingan dan Konseling mendapat jam pertemuan yang
terjadwal seperti mata pelajaran yang lain, dengan demikian konselor dapat
menjalankan fungsi BK. Dalam panduan KTSP (2006) diuraikan bahwa
pngembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
guru. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi atau dibimbing oleh konselor
sebagai program dan layanan yang dilaksanakan melalui bimbingan dan
konseling. Pengembangan diri bertujuan untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai kebutuhan, bakat, dan minat peserta didik yang
disesuaikan dengan kondisi sekolah.Dengan adanya jam pertemuan terjadwal bagi Bimbingan dan
Konseling dalam KTSP, diharapkan layanan Bimbingan dan Konseling dapat
dilaksanakan dengan optimal. Konselor mendapat kesempatan mendampingi
belajar siswa, sehingga siswa dapat mencapai standar kelulusan yang
ditetapkan oleh sekolah. Dengan adanya standar kelulusan dalam penentuan
kelulusan peserta didik, maka staf pendidik dituntut profesional dalam
menjalankan tugasnya. Konselor sebagai salah satu staf pendidik juga dituntut
bekerja secara profesional.Konselor sekolah ialah tenaga profesional, baik pria maupun wanita
yang mendapatkan pendidikan khusus dalam bidang Bimbingan dan
Konseling, yang memiliki ijazah sarjana dari FIP-IKIP, jurusan/program studi
(Sukardi, 1984). Surya (2004) mengemukakan bahwa konselor harus
mempunyai kompetensi karena klien datang pada konselor untuk belajar dan
mengembangkan kompetensi klien yang dibutuhkan untuk mencapai hidup
yang lebih efektif dan bahagia. ABKIN (2005) menguraikan bahwa
kompetensi pribadi adalah kemampuan konselor sekolah dalam menyadari
keunikannya sendiri, kelemahan dan kelebihannya sehingga dapat dijadikan
panutan bagi siswa. Kompetensi sosial adalah kemampuan konselor sekolah
dalam berinteraksi dengan orang lain sedangkan kompetensi profesional
adalah kemampuan konselor sekolah dalam mempergunakan pengetahuan dan
kepandaian khususnya dalam melaksanakan layanan Bimbingan dan
Konseling.Para ahli sebelum tahun 2000 juga telah membicarakan mengenai
kompetensi. Belkin (Winkel, 1997: 198-199) mengatakan ada 3 kualitas
kepribadian yang hampir sama dengan kompetensi pribadi dan kompetensi
sosial yang hendaknya dimiliki oleh konselor sekolah yaitu; mengenal diri
sendiri yang ditandai dengan merasa aman dengan diri sendiri, percaya
dengan orang lain, memiliki keteguhan hati; memahami orang lain yang
ditandai dengan keterbukaan hati, kemampuan berempati: mampu
berkomunikasi dengan orang lain yang ditandai dengan bertindak sejati, bebas
dari mengusai orang lain, mampu mendengarkan dengan baik, mampu
menghargai orang lain.Menurut Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Indonesia atau ABKIN
(2005: 12) seorang konselor harus berkompeten dalam hal: penguasaan
penguasaan konsep prilaku dan perkembangan individu, penguasaan konsep
dan praksis asesmen, penguasaan konsep dan praksis bimbingan dan
konseling, pengelolaan program bimbingan dan konseling, penguasaan konsep
dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling. Dalam Undang-Undang
Guru dan Dosen tahun 2006, pasal 10 dinyatakan bahwa “kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konselor perlu memiliki
kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
mendukung tercapainya tujuan pelayanan bimbingan dan konseling. Layanan
bimbingan dan konseling memiliki beberapa tujuan. Menurut Yusuf (2005)
tujuan pelayanan bimbingan dan konseling adalah agar siswa dapat: (1)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki dengan optimal;
(2) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat serta
lingkungan kerjanya; (3) merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir serta kehidupannya di masa datang; (4) mengatasi
hambatan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Dengan adanya tuntutan akan kompetensi konselor saat ini, diharapkan
konselor dapat memperbaiki citra yang semula dianggap sebagai polisi
sekolah menjadi citra yang lebih baik, seperti konselor adalah sahabat semua
siswa.Namun kegiatan Bimbingan dan Konseling di lapangan masih
guru yang mengajar bidang studi dikelas atau guru yang hanya mengurusi
siswa-siswa bermasalah. Adanya pandangan negatif ini menyebabkan siswa
enggan datang kepada guru pembimbing. Prayitno mengemukakan (1987: 12)
bahwa masih terdapat kesalahpahaman peran bimbingan dan konseling; guru
pembimbing dianggap sebagai polisi sekolah. Bimbingan dan konseling
diperuntukan bagi siswa yang bermasalah saja. Bimbingan dan konseling
menggunakan cara yang sama untuk memecahkan semua masalah. Bimbingan
dan konseling adalah pemberian nasehat.Sejalan dengan adanya anggapan yang keliru tersebut, dapat dilihat
dari kenyataan di lapangan, bahwa guru pembimbing di sekolah-sekolah saat
ini belum semuanya berasal dari lulusan jurusan Bimbingan dan Konseling
atau Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Banyak sekolah yang menugaskan
guru-guru bidang studi tertentu yang dianggap memiliki ketertarikan terhadap
layanan bimbingan dan konseling ataupun menunjuk guru-guru tertentu dilihat
dari kepribadiannya tanpa melihat latar belakang pendidikannya sebagai guru
pembimbing. Widajati (2004) mengatakan pada kurikulum 1994, adanya alih
fungsi guru mata pelajaran bahasa asing dan kesenian untuk menjadi guru
pembimbing dengan mengikuti pelatihan, seminar.Dari uraian diatas tampak adanya perbedaan antara guru pembimbing
dan konselor. Guru pembimbing banyak yang tidak dibekali ilmu bimbingan
dan konseling karena berasal dari disiplin ilmu yang berbeda-beda dan guru
pembimbing merangkap sebagai tenaga pengajar. Sedangkan konselor adalah
tenaga profesional yang menyelenggarakan layanan Bimbingan dan Konseling
konselor memiliki keahlian dalam bimbingan kelompok dan konseling,
konselor merupakan tenaga kependidikan yang tidak merangkap sebagai
tenaga pengajar.Dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada salah satu
kompetensi saja yaitu kompetensi profesional. Kompetensi profesional
berkaitan dengan ketrampilan konselor dalam menyelenggarakan layanan
bimbingan kelompok dan pemberian konseling, ketrampilan dalam mengenal
konseli, dan penguasaan terhadap teori dan prosedur bimbingan dan konseling.
Dengan demikian penelitian ini akan memfokuskan pada kinerja konselor
yang benar-benar dapat diamati oleh siswa. Penelitian ini hendak menggali
mengenai persepsi siswa terhadap kompetensi profesional konselor, yaitu
kemampuan atau ketrampilan konselor sekolah dalam mempergunakan
pengetahuan dan kepandaian khususnya dalam menyelenggarakan layanan
bimbingan kelompok dan pemberian konseling, ketrampilan dalam mengenal
konseli (ABKIN, 2005). Ada penelitian yang hampir serupa dengan topik ini
yang berjudul Persepsi Siswa Kelas I dan II SMA N 2 Klaten Tahun Ajaran
2003/2004 Mengenai Kompetensi Guru Pembimbing, yang dilakukan oleh
Agung Wibowo (2004). Meskipun topik ini sudah pernah diteliti, tapi penulis
tertarik untuk melakukan penelitian pada tingkat SMP karena penelitian yang
sebelumnya dilakukan pada tingkat SMA.Selain itu dari hasil diskusi penulis dengan teman-teman praktikan
selama melaksanakan PPL di SMP tahun 2005 dan PPL SMA tahun 2006,
penulis mendapatkan informasi bahwa ada beberapa guru mata pelajaran yang dan konseling, akibatnya ada siswa yang; kurang mengenal guru pembimbingnya, menganggap guru BK sebagai polisi sekolah, tidak mengetahui fungsi BK dengan demikian program BK dalam sekolah tersebut tidak berjalan (Kusumawati, 2006). Persepsi yang baik terhadap bimbingan dan konseling akan mempengaruhi sikap siswa terhadap pelayanan program bimbingan dan konseling sehingga akan menimbulkan kesadaran siswa. Bila persepsi siswa terhadap BK keliru maka akan menimbulkan sikap yang kurang
baik terhadap BK, sehingga siswa tidak memiliki kesadaran terhadap BK.
Penulis merasa prihatin dengan adanya anggapan bahwa profesi konselor dapat dilakukan oleh siapa saja. Melalui penelitian ini penulis ingin melihat gambaran pada sekolah yang guru pembimbingnya tidak memiliki latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling yang telah dipaparkan di atas akan terbukti pada sekolah yang memiliki konselor dengan latar belakang pendidikan BK. Dengan mengetahui pendapat-pendapat siswa tentang kompetensi profesional konselornya. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi profesional konselor dan mempersiapkan calon-calon konselor yang kompeten.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu: Bagaimanakah persepsi siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 tentang kompetensi profesional
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: Untuk mengetahui gambaran persepsi siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 tentang kompetensi profesional konselornya.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pengembangan pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling, khususnya mengenai kompetensi profesional konselor.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan data dan informasi yang baru bagi peneliti-peneliti lain yang ingin mengangkat topik yang berhubungan dengan kompetensi konselor.
2. Manfaat Praktis
a. Pendidikan Konselor Hasil penelitian ini digunakan untuk mempersiapkan calon-calon konselor agar kelak dapat bekerja secara profesional.
b. Sekolah 1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam c. Peneliti Penelitian ini merupakan bekal bagi peneliti sebagai calon konselor untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara profesional.
E.
Definisi Operasional
1. Persepsi Persepsi adalah suatu tanggapan, hasil interpretasi, cara pandang, pendapat, atau komentar siswa tentang kompetensi profesional konselornya.
2. Konselor sekolah Konselor sekolah adalah tenaga kependidikan yang profesional, baik pria maupun wanita yang tidak merangkap sebagai pengajar. Konselor memiliki pendidikan program strata satu, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan atau Bimbingan dan Konseling.
3. Kompetensi profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan atau ketrampilan konselor sekolah dalam mempergunakan pengetahuan dan kepandaian khususnya dalam menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok dan pemberian konseling, ketrampilan dalam mengenal konseli. Kemampuan ini meliputi: penguasaan konsep perilaku dan perkembangan individu, penguasaan
mendalam siswa yang dilayani, penguasaan teori dan prosedur bimbingan
dan konseling, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang
memandirikan, dan penguasaan konsep dan praksis asesmen.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraian tentang persepsi, konselor sekolah,kompetensi konselor, dan persepsi siswa SMP terhadap kompetensi profesional
konselornya.A.
Persepsi
1. Pengertian Persepsi Sebagian besar tingkah laku manusia ditentukan oleh persepsinya terhadap obyek. Proses persepsi terjadi karena adanya rangsang dari luar diri individu. Rangsang itu diterima melalui alat indera, kemudian ditafsirkan, sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Adanya rangsang dari luar individu mengakibatkan suatu proses dalam diri individu, dan pada akhirnya individu akan memberikan tanggapan (Kartini Kartono, 1984: 57).
Persepsi merupakan proses diterimanya rangsang melalui alat indera sampai rangsang itu disadari dan dimengerti, sehingga memunculkan interpretasi terhadap rangsang tersebut (Irwanto, dkk, 2002: 71). Persepsi merupakan suatu tanggapan terhadap suatu objek, peristiwa atau pengalaman tertentu yang dapat diterima dan dimengerti oleh penerima rangsang atau stimulus sehingga menghasilkan pengetahuan tentang lingkungan sekitar. Stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai
reseptor sehingga organisme menjadi aktif (Walgito, 2004). Stimulus
dapat berasal dari dalam dan dari luar individu, tetapi kebanyakan berasal
dari luar individu.
Crow and crow (Indarti, 1999: 11) mengemukakan bahwa:
perception is the processes of organizing and interpreting sensory data according to the results of previous experiences is called perception. Perception represents the mental identification or recognition of people, things, conditions or situational that are in the present range of one or more sensory stimulation .Dari apa yang dikemukakan oleh Crow and crow (1999) persepsi
merupakan proses mengorganisasikan dan mengintepretasikan data hasil
dari pengalaman yang baru saja terjadi. Persepsi berhubungan dengan
identifikasi mental atau rekognisi dari orang-orang, benda-benda, kondisi
atau situasi yang berada dalam rentangan dari satu atau lebih stimulus
sensori.Desiderato (Rakhmat, 2005: 51) juga berpendapat bahwa persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan.
Persepsi bukan ditentukan oleh benda yang memberikan rangsang,
melainkan oleh karakteristik orang yang memberikan tanggapan itu
(Rahmat, 2005: 69). Persepsi juga diartikan sebagai pandangan,
pengamatan atau tanggapan individu terhadap benda, kejadian, tingkah
laku manusia atau hal-hal yang ditemuinya sehari-hari (Mulyono, 1978:
22). Kata lain untuk persepsi adalah paradigma yang artinya cara orang memandang sesuatu, pandangan atau keyakinan terhadap sesuatu (Covey, 2001: 31).
Dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu tanggapan, cara pandang siswa terhadap sesuatu baik itu orang, benda, kejadian, tingkah laku atau hal-hal yang ditemui dalam hidupnya pada saat berinteraksi dengan konselornya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Persepsi Persepsi bersifat subyektif; artinya bahwa ada perbedaan tanggapan terhadap obyek yang sama oleh individu yang satu dengan yang lainnya. Persepsi individu terhadap dunia nyata merupakan olahan semua informasi yang diterima oleh indera-indera yang dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan pengalaman kita (Irwanto, 2002). Mahmud (1988: 41) menjelaskan bahwa persepsi tergantung pada stimulus dan latar belakang dari stimulus tersebut, seperti; pengalaman sensori masa lalu, perasaan, prasangka, keinginan individual, sikap dan tujuan.
Persepsi diawali dengan proses penginderaan, selanjutnya akan memunculkan aktivitas kognitif yang bersifat psikologis. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi yaitu: (a) perhatian yang selektif; (b) ciri-ciri rangsang; (c) nilai-nilai dan kebutuhan individu; (d) pengalaman terdahulu; (e) objek yang dipersepsi; (f) alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf. Keenam faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut (Irwanto, 2002; Soemanto 1988; Walgito, 2003): a. Perhatian yang selektif Setiap saat individu berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi dengan lingkungan mempengaruhi individu untuk menerima rangsang dari dunia sekitar. Rangsang atau stimulus yang diterima individu sangatlah beragam. Hal ini mendorong individu hanya memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang tertentu. Perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu terhadap suatu objek atau sekumpulan objek (Walgito, 2003: 98). Individu menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya setiap saat. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang tertentu saja. Dengan demikian objek atau gejala-gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamat (Irwanto, 2002: 96-97).
Perhatian juga mempengaruhi persepsi. Ada begitu banyak rangsang atau stimuli di sekitar manusia dan ia tidak dapat menerima semua stimuli itu. Hal ini berarti manusia perlu selektif dalam menerima stimuli. Perhatian akan mengarahkan manusia memusatkan diri hanya pada sebagian stimuli yang mungkin dapat diterima pada suatu waktu. Dengan kata lain, persepsi manusia mengenai sesuatu tidak pada semua bagian melainkan hanya sebagian saja sesuai dengan pusat perhatiannya.
Di dalam diri konselor ada begitu banyak hal yang dapat diterima oleh siswa, tetapi tidak semuanya dapat diterima oleh siswa. Perhatian siswa hanya terpusat pada beberapa hal saja. Melalui perhatian inilah siswa membuat persepsinya mengenai konselornya.
b. Ciri-ciri rangsang Perhatian individu terhadap rangsang turut ditentukan oleh ciri-ciri yang dimilikinya. Berdasarkan gerakan, individu lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang bergerak daripada yang diam.
Berdasarkan ukuran, individu lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang besar daripada rangsang yang kecil. Berdasarkan intensitas, individu lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang kuat daripada yang lemah. Berdasarkan kontrasitas, individu lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang kontras dengan latar belakang daripada rangsang yang biasa (Irwanto, 2002: 97). Rangsang dengan warna yang kontras akan lebih menarik perhatian dan akan lebih mudah diterima oleh individu. Misalnya; warna pakaian yang dipakai oleh konselor. Konselor yang mengenakan pakaian berwarna lembut atau cerah akan lebih menarik perhatian siswa.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu Perhatian individu terhadap rangsang turut ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai tinggi dan sesuai dengan kebutuhannya. Individu akan lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang bernilai baginya lebih dari pada rangsang yang kurang bernilai. Setiap individu memiliki prioritas nilai. Prioritas nilai bagi setiap individu berbeda-beda. Karena itu persepsi individu dapat berbeda-beda sesuai dengan prioritas nilai. Individu juga akan lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang sesuai dengan kebutuhannya daripada rangsang yang kurang sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, perhatian individu terhadap rangsang bersifat subyektif, berbeda antara individu yang satu dari yang lainnya (Irwanto, 2002: 97).
d. Pengalaman terdahulu Perhatian individu terhadap rangsang turut ditentukan oleh pengalaman akan rangsangan yang dimiliki individu sebelumnya. Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana individu mempersepsi dunianya (Irwanto, 2002: 97). Perhatian individu ditentukan juga oleh pengetahuan individu sebagai hasil pengalaman terdahulu. Pengetahuan hasil pengalaman terdahulu dapat berupa pengetahuan bersifat kognitif (mengetahui sesuatu berguna/bermanfaat atau tidak berguna/tidak bermanfaat) dan pengetahuan yang bersifat afektif (merasa puas/tidak puas terhadap sesuatu). Pengetahuan yang bersifat kognitif dan afektif menjadi dasar untuk bertindak/melakukan sesuatu.