Peran film “Cheng-Cheng Po� untuk mananamkan semangat perdamaian bagi remaja Katolik di Stasi Santo Antonius Padua, Paroki Santo Hendrikus, Melolo, Sumba Timur - USD Repository

  

PERAN FILM “CHENG-CHENG PO”

UNTUK MENANAMKAN SEMANGAT PERDAMAIAN

BAGI REMAJA KATOLIK DI STASI SANTO ANTONIUS PADUA,

PAROKI SANTO HENDRIKUS, MELOLO, SUMBA TIMUR

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu

  Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Magdalena Mada Hede NIM: 051124028

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada () Hendrikus Hede Lobo & Lusia Dia Bunga;

  Kakak-kakak & adik-adikku, Para remaja Katolik di Stasi St. Antonius Padua, Palakahembi, Sumba Timur

  

MOTTO

  “Aku adalah aku, tanpa Dia aku bukanlah siapa-siapa”

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul ”PERAN FILM ’CHENG-CHENG PO’ UNTUK

  

MENANAMKAN SEMANGAT PERDAMAIAN BAGI REMAJA KATOLIK DI

STASI SANTO ANTONIUS PADUA, PAROKI SANTO HENDRIKUS, MELOLO,

SUMBA TIMUR”. Adapun penulisan ini berawal dari keprihatinan penulis bahwa tindakan

  kekerasan, pertikaian, pelanggaran HAM, penindasan terhadap kaum perempuan dan anak, dan konflik baik karena perbedaan suku, budaya, maupun bahasa, semua itu menjadi problem yang belum dapat diselesaikan. Situasi itu mengakibatkan hidup manusia menjadi tidak nyaman, damai dan tentram. Menciptakan dunia yang damai adalah tanggung jawab setiap pribadi. Remaja Katolik stasi St. Antonius Padua pun ikut bertanggung jawab dalam tugas ini.

  Remaja Katolik stasi St. Antonis Padua adalah penerus Gereja pada masa yang akan datang dan mereka ini diharapkan mampu menjadi pewarta kabar gembira (damai). Seiring dengan perkembangan jaman terlebih dalam dunia hiburan (film) kebanyakan remaja terpengaruh oleh tawaran-tawaran negatif dan akhirnya mempengaruhi pembentukan karakter para remaja. Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa remaja Katolik di stasi St. Antonius Padua pun telah terpengaruh oleh tawaran-tawaran negatif dari media hiburan (film). Hal ini terlihat jelas dari pola pikir, cara berbicara, bertindak dan masih banyak lagi. Oleh karena itu diperlukan suatu pendampingan iman lewat katekese dengan menggunakan media audio visual. Menggunakan media audio visual (film) dalam katekese diharapkan remaja stasi St. Antonius Padua mampu mengambil hal yang positif dari tayangan yang ada.

  Katekese dengan menggunakan media (film Cheng-cheng Po), dinilai sesuai dengan situasi para remaja di stasi St. Antonius Padua. Oleh karena itu penulis mengadakan eksperimen dengan menggunakan film “Cheng-cheng Po” sebagai salah satu cara untuk menanamkan nilai semangat perdamaian. Dari praktik katekese audio visual dan evaluasi, penulis dapat menyimpulkan bahwa proses katekese dengan menggunakan film “Cheng- cheng Po” dapat menanamkan semangat perdamaian bagi remaja Katolik di stasi St. Antonius Padua. Berdasarkan kenyataan di atas, penulis berharap agar Gereja terus mengupayakan katekese audio visual bagi remaja untuk menanamkan semangat perdamaian. Hal ini sangat penting karena remaja adalah pribadi yang sedang bertumbuh menuju kedewasaan, oleh karena itu mereka perlu dibimbing.

  

ABSTRACT

  This writing entitled “THE ROLE OF THE MOVIE OF CHENG-CHENG PO”

  

TO BUILD UP THE SPIRIT OF PEACE TO THE CATHOLIC TEENAGERS THE

STATION OF SANTO ANTONY OF PADUA OF SANTO HENDRICK PARISH IN

MELOLO EAST-SUMBA. This writing appears for the observation of the writer

  concerning to the violence toward women and child and the conflict of discrimination, culture, language which have no way out; can not be solved up to this present moment. People live in the situation of violence where they find that peace and harmony seems to be far from them. Everyone, however, is responsible to create and to and bring peace to our world as well as the Catholic youth too.

  The teenagers of St Antony of Padua station are the successors of the Church in the future. Therefore, they are demanded to proclaim the good news to the world (Peace). Living in the modern life, many teenagers have been influenced by the worldly things that effect their personality and characteristic as a human person. According to the observation of the writer, there so many teenagers of St Antony of Padua station have been influenced by the worldly entertainments too. This problem can be seen from the way they think, speak, and behave etc. Therefore they need a good guidance for their faith through catechism through the means of the audio visual media. Actually, the teenagers of St Antony of Padua station are demanded to grasp or to take the positive thing from whatever has been presented or shown through this audio visual media.

  Catechism through this media (The movie of “Cheng-Cheng Po”) is appropriate to the teenagers of St. Antony of Padua satiation. That is the reason why the writer used this method for her experiment toward teenagers in building up the sense of peace. From what she has done, a conclusion appears that the catechism through the movie of “Cheng-Cheng Po” can be really helpful to teenagers of St. Antony of Padua station to be aware what the peace really is. Therefore, the writer hope that the Church can continue using this audio visual catechism for the betterment of the teenagers regarding to build up the sense of peace. The most important is that they are still young and they really need the guidance for their growth as a human person.

KATA PENGANTAR

  Syukur dan pujian kepada Tuhan karena keagungan cinta-Nya yang telah penulis terima, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ”PERAN FILM

  

’CHENG-CHENG PO’ UNTUK MENANAMKAN SEMANGAT PERDAMAIAN

BAGI REMAJA KATOLIK DI STASI SANTO ANTONIUS PADUA, PAROKI

SANTO HENDRIKUS, MELOLO, SUMBA TIMUR”.

  Penulisan skripsi ini sungguh telah menyerap perhatian, dorongan serta bantuan dari orang-orang yang sungguh memiliki cinta. Oleh karena itu pada kesempatan ini, secara istimewa penulis menghaturkan terima kasih yang tulus kepada: 1.

  Drs. Y.I. Iswarahadi S.J., M.A. selaku dosen pembimbing I dan dosen penguji utama yang begitu sabar, tulus, dan setia mendampingi dan mendukung penulis dari awal hingga penulisan skripsi ini selesai.

  2. Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus dosen penguji II yang selama ini telah mendampingi dan mendukung penulis selama kuliah di

  IPPAK.

  3. Dra. Y. Supriyati, M.Pd., selaku dosen penguji III atas kesediaannya dalam memberikan masukan dan saran demi menyempurnakan skripsi ini.

  4. Seluruh staf dosen dan karyawan IPPAK-USD Yogyakarta yang telah membantu dan mendidik penulis selama studi.

5. Bapak Martinus Luna, selaku guru agama dan sekaligus pendamping umat di stasi St.

  Antonius Padua yang dengan tulus membantu dan mendukung penulis selama praktik kateksese audio visual.

  6. Bapak Marsel, Yohan, Agus, Arky, dan Putri Hede yang telah membantu penulis mulai dari penyebaran kuesioner hingga pelaksanaan katekese.

  7. Fr. Flori, BHK yang telah menemani dan yang selalu memotivasi penulis sejak awal masuk kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

  8. Keluarga bapak Agus yang telah membantu penulis dengan tulus baik secara materi , doa, perhatian, dan juga cintanya sejak masuk kuliah hingga lulus.

  9. Martin Lamury. Terimakasih untuk cinta, kritik, saran, sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

  10. Papa () dan Mama, kakak-kakak, dan adik-adik penulis, yang sudah mendukung penulis baik secara materi, perhatian, cinta, dan doa.

  11. Teman-teman remaja Katolik stasi St. Antonius Padua, yang telah ambil bagian dan membantu penulis baik dari penelitian hingga pelaksanaan katekese.

  12. Teman-teman angkatan 2005-2006, kehadiran kalian telah memotivasi penulis untuk tidak menyerah dan terus berjuang dalam menyelesaikan studi di IPPAK.

  13. Sahabatku ada Henny, Anas, Eri, Lisna, Nuri, Desy, dan Lusy, kehadiran kalian membawa warna tersendiri dalam hidup penulis.

  14. Semua saja yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

  Menyadari akan keterbatasan yang dimiliki maka penulis sangat mengharapkan masukan dan saran guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini tidak hanya sebagai prasyaratan kelulusan saja namun dapat juga bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

  Yogyakarta, 2 September 2009 Penulis,

  Magdalena Mada Hede

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ iv MOTTO ...............................................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................................ vi PERNYATAAN PUBLIKASI .......................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................................... viii ABSTRACT ...................................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................................ x DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xi

  BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang Penulisan Skripsi .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4 C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 4 D. Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 5 E. Metode Penulisan ........................................................................................................... 5 F. Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 6 BAB II. MEDIA AUDIO VISUAL DAN KATEKESE .................................................... 8 A. Media Audio Visual ...................................................................................................... 8 1. Pengertian Audio Visual ........................................................................................ 9 2. Katekese Audio Visual .........................................................................................10 3. Pandangan Gereja Katolik tentang Media Komunikasi ........................................11 a. Pandangan Gereja Katolik dalam Inter Mirifica .............................................11 b. Pandangan Gereja Katolik dalam Communio Et Progressio ..........................13 c. Pandangan Gereja Katolik dalam Aetatis Novae ...........................................13 B. Pengertian Katekese .................................................................................................... 14 1. Tujuan Katekese .................................................................................................... 16 2. Isi Katekese ........................................................................................................... 16 3. Proses Katekese .................................................................................................... 16

  4. Peserta Katekese ................................................................................................... 17 C. Katekese melaui Film untuk Menanamkan Semangat Perdamaian ............................ 17 1.

  Pengertian Film dan Jenis Film............................................................................. 17 2. Kedudukan Film di Mata Remaja ......................................................................... 18 3. Kekuatan dan Kelemahan Film ............................................................................. 18 4. Peranan Film untuk Menanamkan Semangat Perdamaian ................................... 19

  D. Gambaran tentang Perdamaian ................................................................................... 20 1.

  Pengertian Perdamaian .......................................................................................... 20 2. Perdamaian menurut Mahatma Gandhi ................................................................ 20 3. Perdamaian menurut Kitab Suci ........................................................................... 21

  

E. Kaum Remaja dan Permasalahnnya ............................................................................. 22

  BAB III. SITUASI REMAJA KATOLIK DI STASI SANTO ANTONIUS PADUA, PAROKI SANTO HENDRIKUS, MELOLO, SUMBA TIMUR DAN USAHA UNTUK MENANAMKAN SEMANGAT PERDAMAIAN MELALUI FILM ”CHENG-CHENG PO” ...................................................... 26 A. Gambaran situasi Remaja Katolik di Stasi St. Antonius Padua, Paroki St. Hendrikus, Melolo, Sumba Timur ............................................................. 26

  1. Pembagian Basis .................................................................................................... 27

  2. Jumlah Umat ........................................................................................................... 27

  3. Situasi Kaum Muda dan Permasalahannya ............................................................. 27 B. Penelitian dan Pembahasan ......................................................................................... 28

  1. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 28

  2. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 28

  3. Metode Penelitian ................................................................................................... 28 4.

  Responden .............................................................................................................. 29 5. Instrumen Penelitian ............................................................................................... 29 6. Waktu Tempat Penelitian ....................................................................................... 29 7. Hasil Penelitian ....................................................................................................... 30 8. Rangkuman Hasil Penelitian .................................................................................. 50

  BAB IV. PERAN FILM “CHENG-CHENG PO” UNTUK MENANAMKAN SEMANGAT PERDAMAIAN REMAJA KATOLIK DI STASI SANTO ANTONIUS PADUA, PAROKI SANTO HENDRIKUS, MELOLO, SUMBA TIMUR ................................................... 51 A. Pengertian Program ..................................................................................................... 51 B. Latar Belakang Penyususnan Program ....................................................................... 52 C. Alasan Pemilihan Tema .............................................................................................. 52 D. Program Katekese serta Contoh Persiapan Katekese bagi Remaja Katolik untuk Menanamkan Semangat Perdamaian di Stasi St. Antonius Padua, Palakahembi, Paroki St. Hendrikus, Melolo, Sumba Timur melalui Media Film “Cheng-cheng Po” .............................................................................................. 54 1.

  Program katekese audio visual bagi remaja Katolik stasi St. Antonius Padua, Paroki St. Hendrikus, Melolo, Sumba Timur melalui Media Film “Cheng-cheng Po” ......................................... 54 2. Contoh Persiapan Katekese bagi Remaja Katolik stasi St. Antonius Padua, Paroki St. Hendrikus, Melolo,

  Sumba Timur ........................................................................................................ 54 E. Praktik Katekese dengan Menggunakan Media Film “Cheng-cheng Po” untuk Menanamkan Semangat Perdamaian di Stasi St. Antonius Padua,

  Paroki St. Hendrikus, Melolo, Sumba Timur ............................................................. 54 1.

  Pelaksanaan Katekese Bagi Remaja I ................................................................... 55 2. Pelaksanaan Katekese Bagi Remaja II .................................................................. 64 F. Evaluasi Pelaksanaan Program Katekese .................................................................... 73 1.

  Hasil Evaluasi Pertemuan I ................................................................................... 73 2. Hasil Evaluasi Pertemuan II.................................................................................. 74 G. Rangkuman ................................................................................................................. 78

  BAB V. PENUTUP .......................................................................................................... 79 A. Kesimpulan ................................................................................................................. 79 B. Saran ........................................................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 81 LAMPIRAN ...................................................................................................................... 82 Lampiran 1: Kuesioner Penelitian .................................................................................... (1) Lampiran 2: Program Katekese Audio Visual ................................................................. (6)

  Lampiran 3: Contoh Persiapan Katekese ......................................................................... (8) Lampiran 4: Lembar Evaluasi Evaluator Pertemuan I ................................................... (14) Lampiran 3: Lembar Evaluator Pertemuan II ................................................................ (18) Lampiran 4: Cerita ”Sandubaya dan Lala Seruni” ......................................................... (20) Lampiran 5: Foto-foto Peserta Katekese Audio Visual ................................................. (23) Lampiran 6: Daftar Hadir Peserta Pertemuan I .............................................................. (24) Lampiran 7: Daftar Hadir Peserta Pertemuan II ............................................................ (25) Lampiran 8: Film ”Cheng-cheng Po” dalam Bentuk Compact Disc ............................. (28)

DAFTAR SINGKATAN

  A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AN : Aetatis Novae , Instruksi Pastoral Dewan Kepausan untuk Komunikasi

Sosial tentang Tantangan Komunikasi Dewasa ini, 2 Februari 1992.

  

CP : Communio Et Progressio, Intruksi Pastoral tentang Sumbangan Media

  bagi Kemajuan Umat Manusia serta Komitmen Orang Katolik terhadap Media, 23 Mei 1971.

  IM : Inter Mirifica, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Upaya-upaya Komunikasi Sosial, 4 Desember 1963.

  CT : Catechesi Traedendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese, 16 Oktober 1979.

  B. Singkatan Lain

  Art : artikel dsb : dan sebagainya DVD : Digital Video Disc FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Fr : Frekuensi Fr : Frater HAM : Hak Asasi Manusia

  IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KK : Kepala Keluarga

  MUDIKA : Muda Mudi Katolik No : Nomor RI : Republik Indonesia St : Santo Sta : Santa SD : Sekolah Dasar SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SOTARAE : Situasi, Obyektif, Tema, Analisis, Rangkuman, Aksi, Evaluasi Sr : Suster TK : Taman Kanak-kanak USD : Universitas Sanata Dharma

  VCD : Video Compact Disc

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan, penulis membahas mengenai latar belakang, perumusan

  masalah, tujuan, manfaat, metode, dan sistematika penulisan skripsi. Untuk lebih memperjelas hal-hal tersebut, berikut ini adalah uraiannya:

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi

  Akhir-akhir ini tindakan kekerasan, pertikaian, pelanggaran HAM, penindasan terhadap kaum perempuan dan anak, dan konflik baik karena perbedaan suku, budaya, maupun bahasa menjadi problem bagi seluruh dunia. Kita di Indonesia pun mengalaminya dan problem ini membawa banyak penderitaan dan membuat orang tidak berdaya untuk mengatasinya. Orang menjadi mudah marah dan menaruh dendam, curiga, egois, dan masih banyak lagi. Akibatnya hidup manusia menjadi tidak nyaman, damai dan tentram. Usaha memupuk hidup yang tentram dan mewujudkan perdamaian menjadi amat sulit karena berbagai kesulitan dan tantangan yang dihadapi jaman sekarang khususnya bagi para remaja. Misalnya, pengaruh teknologi yang semakin canggih, pola hidup instan, membuat orang tidak lagi tahan menderita ataupun menghadapi kesulitan bahkan kebanyakan orang lebih cenderung untuk memilih jalan konflik dan perang.

  Masalah yang memprihatinkan di atas tentunya telah merusak relasi baik antara sesama manusia, manusia dan ciptaan lain, dan antara manusia dan Sang Pencipta. Melihat kenyataan ini, Gereja tidak tinggal diam dan mengamatinya saja. Oleh karena itu Gereja mengajak semua umat beriman untuk ikut ambil bagian dalam menciptakan perdamaian.

  Perdamaian merupakan suatu usaha dan perjuangan yang tiada henti-hentinya dilakukan oleh Gereja. Bahkan sekarang ini usaha untuk mewujudkan perdamaian diserukan di seluruh penjuru dunia. Menciptakan perdamaian tidak mungkin sekali jadi, namun membutuhkan waktu dan proses terus-menerus. Diana Mavunduse dan Simon Oxley (2006: 3) dalam bukunya Mengapa Tindak Kekerasan? Mengapa Bukan Damai? mengutip apa yang dikatakan Mother Theresa bahwa: “Perdamaian bukanlah sesuatu yang Anda inginkan, perdamaian adalah sesuatu yang Anda harus ciptakan, sesuatu yang Anda kerjakan, sesuatu yang menjadi bagian dari dirimu, sesuatu yang harus Anda berikan”.

  Kutipan ini merupakan sebuah ajakan bagi siapa saja untuk menjadi pemberi dan pencipta perdamaian. Ajakan ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Demikian juga usaha menanamkan semangat perdamaian bagi remaja di jaman sekarang sangatlah sulit. Hal ini dikatakan sulit karena melihat perkembangan dunia yang sangat pesat di mana perdamaian menjadi suatu hal yang sulit untuk dimiliki apalagi untuk dialami.

  Remaja di stasi St. Antonius Padua Palakahembi, Paroki St. Hendrikus, Melolo, Sumba Timur adalah bagian dari Gereja. Mereka adalah remaja yang memiliki ciri, sifat, perkembangan, dan mengalami persoalan yang kiranya sama dengan remaja yang lainnya.

  Selain itu mereka juga memiliki tanggung jawab penuh dalam mengambil bagian dalam kehidupan menggereja, maupun tugas perutusan Gereja. Tanggung jawab itu bukanlah hal yang mudah untuk diemban. Selain itu sebagian hidup dari para remaja sudah tidak terpisahkan lagi oleh budaya atau tren dari media komunikasi yang memiliki berbagai macam tawaran hidup baik yang positif atau yang negatif.

  Bertitik tolak dari kenyataan di atas, kita dipanggil untuk menjadi tanda bahwa Allah menghendaki keselamatan bagi setiap orang. Berarti kita diutus untuk mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah kepada sesama. Untuk menanggapi situasi itu maka di Indonesia telah dirintis apa yang disebut dengan katekese yang bertitik tolak dari keprihatinan jemaat atau masyarakat. Katekese umat pada prinsipnya adalah bagaimana membina iman umat agar terlibat dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya muncul istilah katekese audio visual.

  Media audio visual menjadi salah satu alternatif yang dipakai oleh Gereja dalam mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah di jaman modern ini. Media ini digunakan agar mempermudah umat dalam mengkomunikasikan imannya. Selain itu juga, katekese audio visual juga memberi kesempatan untuk membentuk suatu kelompok orang beriman, di mana komunikasi antarumat lebih kuat dan lebih mendalam.

  Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa terpanggil untuk mengadakan penelitian dengan judul ”PERAN FILM ’CHENG-CHENG PO’ UNTUK MENANAMKAN

  

SEMANGAT PERDAMAIAN BAGI REMAJA KATOLIK DI STASI SANTO

ANTONIUS PADUA, PAROKI SANTO HENDRIKUS, MELOLO, SUMBA TIMUR”.

  Melalui penelitian ini peneliti pada gilirannya ingin mendalami proses katekese audio visual dengan menggunakan film sebagai salah satu cara dalam pewartaan iman di dalam Gereja.

  Penulis memilih film “Cheng-cheng Po” sebagai suatu sarana dalam usaha menanamkan semangat perdamaian bagi remaja Katolik khususnya remaja di stasi St. Antonius Padua.

  Film “Cheng-cheng Po” mengandung nilai persaudaraan, adanya suatu penghargaan atas perbedaan baik itu perbedaan warna kulit, suku, dan bahasa, adanya solidaritas. Nilai-nilai itu menunjukkan adanya perdamaian di mana ada rasa tenteram, tenang, keadaan tidak ada permusuhan, dan warga dapat hidup berdampingan antara satu dan yang lain.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan diungkapkan dalam skripsi ini, yaitu:

1. Bagaimanakah gambaran situasi remaja Katolik terhadap media audio visual? 2.

  Sejauh mana perdamaian menjadi suatu cara hidup bagi remaja Katolik di stasi St.

  Antonius Padua? 3. Sejauh mana media audio visual dimanfaatkan oleh Gereja dalam pewartaan iman? 4.

  Sejauh mana peran media audio visual khususnya film “Cheng-cheng Po” dalam usaha menanamkan semangat perdamaian bagi remaja Katolik di stasi St. Antonius Padua, Paroki St. Hendrikus, Melolo, Sumba Timur?

C. Tujuan Penulisan

  Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka penulisan ini mempunyai tujuan, yaitu:

  1. Untuk mengetahui gambaran situasi remaja Katolik di stasi St. Antonius Padua Paroki St. Hendrikus, Melolo, Sumba Timur.

  2. Untuk mengetahui sejauh mana Gereja memanfaatkan media audio visual dalam pewartaan iman.

  3. Untuk membangun sikap kritis dan tanggap dalam diri remaja Katolik stasi St.

  Antonius Padua dalam melihat masalah-masalah perdamaian yang terjadi saat ini dalam kehidupan sehari-hari.

  4. Untuk memaparkan peranan media audio visual khususnya film “Cheng-cheng Po” dalam usaha menanamkan semangat perdamaian bagi remaja Katolik di stasi St.

  Antonius Padua, Paroki St. Hendrikus, Melolo, Sumba Timur.

D. Manfaat Penulisan

  Berdasarkan tujuan penulisan yang telah diuraikan di atas, maka penulisan ini diharapkan dapat berguna untuk:

  1. Tulisan ini memberi sumbangan bagi karya pewartaan dengan model katekese audio visual.

  2. Para pembaca belajar serta menambah pengetahuan sehubungan dengan pewartaan iman melalui media audio visual.

  3. Tulisan ini menambah pemahaman akan pentingnya peran katekese audio visual dalam bidang pewartaan iman.

E. Metode Penulisan

  Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis dan argumentatif didasarkan pada studi pustaka. Penulis juga akan menggunakan metode penelitian sederhana di mana penulis terlebih dahulu menyebarkan kuesioner terhadap obyek yang akan diteliti. Setelah melakukan analisis terhadap data yang diperoleh melalui kuesioner, maka penulis akan mengadakan eksperimen program katekese dengan menggunakan film ”Cheng-cheng Po”. Dari pelaksanaan usulan program katekese dengan menggunakan media film penulis akan melakukan evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana film ”Cheng-cheng Po” berperan dalam menanamkan semangat perdamaian bagi remaja katolik.

F. Sistematika Penulisan

  Tulisan ini terdiri dari lima bab. Adapun garis besar bab tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

  BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisikan pokok-pokok latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II. MEDIA AUDIO VISUAL DAN KATEKESE Dalam bab ini penulis berbicara mengenai ketekese audio visual dan film ”Cheng- cheng Po” untuk menanamkan semangat perdamaian bagi remaja Katolik. Pada bab ini penulis akan mengurai lima hal pokok, yaitu menguraikan pengertian media audio visual, katekese dan film ”Cheng-cheng Po” sebagai sarana untuk menanamkan semangat perdamaian bari remaja Katolik, Gambaran tentang Perdamaian, Kaum Remaja dan Permasalahannya.

  BAB III. SITUASI REMAJA KATOLIK DI STASI SANTO ANTONIUS PADUA, PAROKI SANTO HENDRIKUS, MELOLO, SUMBA TIMUR DAN USAHA

  UNTUK MENANAMKAN SEMANGAT PERDAMAIAN MELALUI FILM ”CHENG-CHENG PO” Isi dari bab ini adalah situasi remaja Katolik di stasi St. Antonius Padua, Paroki St.

  Hendrikus, Melolo, Sumba Timur. Isi dari bab ini juga tentang perencanaan dan pelaksanaan penelitian di stasi St. Antonius Padua, Paroki St. Hendrikus, Melolo, Sumba Timur. Hal-hal yang akan dibahas antara lain seputar situasi yang terjadi dan hal itu berkaitan dengan remaja di stasi tersebut, hasil penelitian dan analisis.

  BAB IV. PROGRAM KATEKESE MELALUI FILM “CHENG-CHENG PO” UNTUK MENANAMKAN SEMANGAT PERDAMAIAN REMAJA KATOLIK DI STASI SANTO ANTONIUS PADUA, PAROKI SANTO HENDRIKUS, MELOLO, SUMBA TIMUR Pada bagian ini penulis akan menguraikan pengertian program, latar belakang penyusunan program, alasan pemilihan tema, program katekese dengan menggunakan film ”Cheng-cheng Po”, contoh persiapan, dan praktik katekese bagi remaja Katolik St. Antonius Padua, Paroki St. Hendrikus, Melolo, Sumba Timur, dan evaluasi kegiatan.

  BAB V. PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran

BAB II MEDIA AUDIO VISUAL DAN KATEKESE Pada bab ini penulis mengurai lima hal pokok. Pertama, media audio visual di mana

  penulis akan menguraikan pengertian audio visual, katekese audio visual, serta pandangan Gereja tentang media komunikasi. Kedua, katekese, pada bagian ini penulis akan menguraikan tujuan, isi, proses, dan peserta katekese. Ketiga, katekese melalui film untuk menanamkan semangat perdamaian, gambaran tentang perdamaian, dan kaum remaja dan permasalahannya.

A. Media Audio Visual

  Arti kata “media” berasal dari kata Latin yaitu “medium”. Media merupakan bentuk jamak dari medium. Kata “medium” berarti “perantara” atau “pengantar”. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.

  Media memiliki fungsi dan menurut Iswarahadi (2003: 115-117) ada empat fungsi media. Pertama, berfungsi korelatif. Media dapat menimbulkan rasa bangga dan dapat memperteguh identitas suatu kelompok. Contohnya, pertandingan bulu tangkis. Siaran ini dapat menimbulkan rasa bangga karena termasuk anggota team bulu tangkis. Kedua, kontinyuitas. Media mampu menggali nilai-nilai spiritualitas, tradisi serta nilai-nilai dasar kehidupan dan mendorong seseorang untuk memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Media juga mampu menciptakan solidaritas. Contohnya, film “Cheng-cheng Po” dapat mendorong para penontonnya untuk menghidupi nilai-nilai yang ada. Misalnya nilai solidaritas. Dengan menghidupi nilai solidaritas maka seseorang mampu menciptakan damai bagi orang lain. Ketiga, mobilisasi. Media mampu menggerakkan massa untuk peduli terhadap kehidupan. Contohnya, media mengangkat tentang korupsi. Ada begitu banyak mahasiswa yang tergerak dan berbondong-bondong melakukan demo agar pemerintah segera membasmi para koruptor. Keempat, memberi hiburan. Ketika seseorang berhenti dari aktivitas keseharian yang melelahkan dan ingin beristirahat, maka saat inilah mereka membutuhkan media untuk melepaskan lelah. Fungsi media yang lainnya adalah sebagai pemberi informasi. Contohnya, melalui berita-berita yang disiarkan lewat televisi seseorang dapat mengetahui perkembangan yang terjadi di suatu daerah.

1. Pengertian Audio Visual

  Audio visual adalah seperangkat media komunikasi yang mampu menyampaikan pesan sejauh pesan diterima dengan panca indra. Penekanan audio visual lebih pada proses dan pesan terletak pada pengaturan tempat dan waktu (Adisusanto dan Ernestine, 1977: 8). Audio visual dapat diartikan sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan pesan. Audio visual meliputi televisi, video, sound slide, film dan lain-lain. Audio visual merupakan media yang dapat dinikmati oleh indera pendengar, namun itu dapat mengubah suatu gambaran akan sesuatu hal. Katekese audio visual adalah salah satu model dalam pewartaan iman. Dengan model ini diharapkan pewartaan yang akan disampaikan mampu diterima dan pada akhirnya mampu untuk dihayati.

  Audio visual juga merupakan seperangkat sound system yang dilengkapi dengan penampilan gambar, biasanya digunakan untuk presentasi, home theater, dsb. Audio visual menjadi media komunikasi. Audio visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audio visual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Media komunikasi tentu saja melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Film cerita, iklan, dan media pembelajaran adalah contoh media audio-visual yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi.

2. Katekese Audio Visual

  Katekese tidak dapat dipisahkan dari kenyataan dunia. Oleh karena itu katekese selalu berusaha menyesuaikan diri dengannya. Akhirnya muncul katekese kontekstual dan ini merupakan usaha Gereja untuk menjawab permasalahan yang ada di dunia. Katekese kontekstual berpijak dan berangkat atas konteks hidup dan permasalahan sosial yang dihadapi umat. Katekese juga mengarah kepada pertumbuhan iman dan hal ini terwujud lewat sikap solidaritas untuk ikut mengatasi permasalahan yang ada (Iswarahadi, 1992).

  Zaman ini adalah zaman audio visual. Katekese audio visual merupakan sebuah model pewartaan dan tentunya memiliki keunggulan. Keunggulan katekese audio visual dapat menyentuh dan merangsang daya khayal. Melihat kenyataan itu Gereja dalam pewartaannya juga menggunakan media audio visual. Pewartaan Injil memanfaatkan media dengan harapan dapat mempermudah dialog antarumat.

  Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman. Kegiatan katekese bersifat eklesial. Artinya, hal itu selalu berhubungan dengan tugas Gereja. Katekese audio visual dewasa ini merupakan sebuah upaya menyampaikan pengalaman pribadi sebagai orang kristiani. Tujuan katekese audio visual adalah untuk mempererat dan memperdalam persaudaraan. Sarana yang dapat dipakai antara lain adalah sound slide, film, video, permainan teater, wayang, gambar-gambar, tape, dan rekaman- rekaman (Eilers, 2001: 230-231).

  Dalam katekese audio visual terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, komunikasi iman dibangun bukan semata-mata sebagai pelajaran atau doktrin, melainkan sebuah pertemuan rohani. Kedua adalah tempat berkatekese. Ini penting karena untuk melakukan katekese audio visual dengan baik diperlukan tempat yang benar-benar sesuai dan mendukung. Ketiga adalah bahan atau materi katekese audio visual yang akan digunakan. Memang ada banyak bahan katekese yang tersedia tetapi belum tentu itu sesuai dalam rangka katekese yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu kita perlu selektif dalam pemilihan bahan (Adisusanto, 2001: 9-10).

3. Pandangan Gereja Katolik tentang Media Komunikasi Media komunikasi memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan dunia.

  Pengaruh media komunikasi juga masuk dalam kehidupan Gereja. Hal itu terjadi karena Gereja berada di tengah dunia. Hadirnya media komunikasi sangat didukung oleh Gereja dan ini terlihat dari tiga dokumen Gereja, yaitu Inter Mirifica, Communio Et Progressio, dan

  Aetatis Novae. a.

  Pandangan Gereja Katolik dalam Inter Mirifica Di zaman yang maju ini ada begitu banyak penemuan dan salah satu wujudnya adalah munculnya berbagai macam media komunikasi sosial. Media komunikasi sosial ternyata mampu menyentuh jiwa manusia, dapat menyalurkan berbagai macam berita, gagasan, dan pedoman-pedoman kepada masyarakat. Yang paling menonjol dari penemuan-penemuan itu adalah upaya-upaya yang pada hakikatnya mampu mencapai dam menggerakkan seluruh umat manusia (Inter Mirifica, Art. 1). Munculnya media komunikasi sangat berpengaruh karena informasi, berita, ide, dan gagasan-gagasan dapat disampaikan kepada khalayak ramai.

  Melihat perkembangan itu Gereja perlu berjuang demi Kerajaan Allah dan mengambil sikap di mana dengan berbagai penemuan teknologi yang ada Gereja menjadikan itu sebagai model dalam hidup umat saat ini. Gereja juga perlu waspada terhadap praktik penggunaan media komunikasi sosial karena bisa saja apa yang tejadi tidak sesuai dengan harapan.

  ”Manusia sering kali menyalahgunakan media serta melawan maksud Sang Pencipta sehingga menyebabkan kebinasaan”. (Inter Mirifica, Art. 2). Menyikapi hal ini Gereja hendaknya menjadi pelaku sekaligus pengawas dari penggunaan berbagai sarana teknologi. Dengan demikian Kerajaan Allah akan mudah diterima dan dirasakan oleh seluruh umat manusia.

  Agar penggunaan media komunikasi tepat, hendaknya kita mengetahui kaidah-kaidah, norma-norma moral, dan setia dalam mempraktikkannya. Dalam penggunaan media komunikasi kita perlu juga mengetahui tujuan dari penggunaan tersebut. Selain itu, para pengguna media komunikasi perlu mengetahui kewajiban-kewajiban dalam pemakaian media tersebut. Kewajiban itu bersifat khusus dan juga bersifat umum.

  Kewajiban yang bersifat khusus yaitu para pemakai media hendaknya menghindari program-program yang merugikan hidup rohani manusia. Selain itu mereka juga harus kritis terhadap kepentingan ekonomis di balik setiap program yang ditayangkan. Sedangkan kewajiban yang bersifat umum yaitu bahwa program atau tayangan hendaknya mengarahkan dan membina suara hati dengan upaya-upaya yang cocok (Inter Mirifica, Art. 9).

  b.

  Pandangan Gereja Katolik dalam Communio Et Progressio Manusia tidak bisa lepas dari perkembangan media. Akibat dari perkembangan media tidak dipungkiri bahwa Gereja dihadapkan dengan masalah baru dalam bidang pastoral.

  Dalam hal ini Gereja dituntut agar mengkaji ulang pola dan metode pewartaan.

  Dokumen Gereja Communio Et Progessio adalah instruksi Pastoral yang disusun atas mandat dari Konsili Vatikan II yang diterbitkan pada tanggal 23 Mei 1971 oleh Paus Paulus

  VI. Dokumen ini khusus membicarakan media komunikasi.

  Media komunikasi merupakan saluran-saluran untuk menyampaikan berita-berita dan menyuarakan sikap dan pandangan manusia masa kini dan hal ini sudah disadari oleh Gereja. Media komunikasi memberikan kemungkinan-kemungkinan yang luar biasa bagi semua orang. Dalam dokumen ini juga dikatakan bahwa selama hidup di dunia Kristus selalu menampilkan dirinya sebagai komunikator yang sempurna dan rasul-rasul menggunakan apa yang menjadi alat-alat komunikasi sosial di jaman mereka. Oleh sebab itu Gereja perlu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya yaitu mewartakan kabar suka cita Allah. Tugas pewartaan kabar suka cita Allah dapat disampaikan dengan menggunakan alat-alat komunikasi sosial yang disesuaikan dengan perkembangan jaman.

  c.

  Pandangan Gereja Katolik dalam Aetatis Novae Revolusi komunikasi berarti suatu situasi yang menunjukkan bahwa dunia mengalami pembentukan kembali secara mendasar dari unsur-unsur yang dipakai orang untuk memahami dunia di sekitar mereka, dan menguji serta mengekspresikan apa yang mereka pahami. Ciri-ciri dari revolusi komunikasi ini antara lain tersedianya gambar-gambar dan ide-ide secara terus-menerus, dan penyebarannya secara cepat bahkan dari benua ke benua, memberikan akibat yang mendalam, positif maupun negatif pada seluruh aspek kehidupan manusia (Aetatis Novae, Art. 4).

  Kehadiran media komunikasi dilihat oleh Gereja sebagai peluang untuk mencapai hal ini. Gereja melihat media komunikasi sebagai sarana untuk memajukan komunikasi dan kesatuan di antara manusia selama hari-hari ziarah mereka di dunia (Aetatis Novae, Art. 8). Oleh karena itu, Gereja memberi perhatian yang lebih terhadap kegiatan komunikasi dan kinerjanya. Gereja secara tegas mengatakan bahwa ”komunikasi pada hakikatnya adalah menyampaikan Kabar Baik (Injil) Yesus Kristus. Dengan kata lain bahwa hakikat dari komunikasi dalam konteks jaman sekarang adalah kesaksian tentang keadilan dan kesatuan di antara berbagai umat, bangsa, dan budaya” (Aetatis Novae, Art. 9).

  Media komunikasi diharapkan memberi kesaksian tentang Injil dan menggerakkan umat manusia untuk secara bersama-sama menciptakan perdamaian dunia. Selain itu media komunikasi sosial juga digunakan oleh Gereja sebagai sarana pemersatu di dalam tubuhnya sendiri.

B. Pengertian Katekese

  Arti kata katekese berasal dari kata Yunani “katechein” sebagai hasil bentukan dari kata “kat” yang artinya pergi atau meluas, dan “echo” yang memiliki arti menggemakan atau menyuarakan keluar (Telaumbanua, 1999: 4). Kata katechein sebagai bentukan kata berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Katekese juga dimengerti sebagai ilmu karena disejajarkan dengan ilmu pastoral dan ilmu teologi.

  Dalam suatu naskah kerja katekese Mencari Arah Katekese tulisan Setyakarjana dengan bantuan Dewan Harian PWI-Katekese dirumuskan: “Katekese adalah usaha saling menolong terus-menerus dari setiap orang untuk meng-arti-kan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup Kristus yang dewasa penuh” (Setyakarjana, 1976: 38).

  Katekese adalah suatu bentuk pembinaan iman bagi anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa yang merupakan usaha saling menolong terus menerus dari setiap orang dengan tujuan agar iman umat berkembang menurut pola Yesus Kristus menuju hidup Kristiani yang dewasa penuh. Katekese tersebut dilaksanakan oleh umat yang saling mengkomunikasikan imannya, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati dengan semakin sempurna (Telaumbanua, 1999: 4).

  Paus Yohanes Paulus II dalam dukumen Catechesi Traedendae, memberi arti katekese sebagai: Pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dan dengan maksud menghantar para pendengar memasuki hidup Kristen” (CT, art. 18). Kutipan ini mau menegaskan bahwa katekese adalah pembinaan iman bagi semua orang beriman tanpa memandang usia. Katekese adalah usaha Gereja untuk menolong umat dengan harapan agar mereka semakin memahami, menghayati dan mengembangkan serta mewujudkan imannya dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui usaha ini Gereja bercita-cita agar umat membangun diri menuju kematangan iman sebagai orang kristiani.

  1. Tujuan Katekese

  Setiap kegiatan tentu memiliki tujuannya. Demikian halnya dengan katekese. Tujuan katekese adalah mengembangkan dan menghidupkan iman umat. Berkat rahmat Allah manusia diubah menjadi ciptaan yang baru sesuai dengan ajaran dan cara hidup Kristus. Akhirnya tujuan katekese adalah menghantar umat beriman agar sampai pada kepenuhan hidup sebagai orang kristen yang beriman mendalam. Selain itu juga katekese bertujuan untuk menggugah serta memupuk iman, serta menolong manusia agar mampu menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari.

  2. Isi Katekese

  Isi yang terdapat dalam katekese adalah pewartaan Injil itu secara menyeluruh yaitu warta gembira keselamatan. Dalam katekese juga diungkapkan rahasia Kristus yang bangkit sebagai kepenuhan akan wahyu Ilahi yang memanggil manusia. Oleh karena itu wahyu sekaligus mendasari katekese.

3. Proses Katekese

  Kegiatan katekese bertitik tolak dari pengalaman hidup, Kitab Suci, atau tradisi-tradisi suci Gereja. Dalam pelaksanaan katekese pada dasarnya ada tiga tahap. Adapun tiga tahap dalam proses katekese adalah sebagai berikut: a.

  Pada tahap awal, para peserta melihat kembali peristiwa kehidupannya sehari-hari, baik itu yang dialami secara pribadi maupun secara bersama dengan orang lain (pengalaman hidup keseharian).

  b.

  Pada tahap awal itu peserta akan sampai pada suatu penyadaran bahwa manusia memiliki keterbatasan dimana adanya ketergantungan kepada Allah. Pada tahap ini peserta semakin menyadari sapaan Allah dalam hidupnya, dimana pengalaman hidupnya mengandung makna yang akan menjadi pengalaman iman dimana Allah mewarnai hidupnya.

  c.

  Pada tahap terakhir peserta mencari dan menemukan visi-visi baru kristiani dengan melihat relevansi sabda Allah di dalam kehidupannya sehari-hari.

4. Peserta Katekese

  Para peserta katekese adalah semua orang beriman (anak-anak, kaum muda, dan orangtua) yang telah dipermandikan. Melalui katekese mereka dimungkinkan untuk

C. Katekese melalui Film untuk Menanamkan Semangat Perdamaian

  Film bukanlah hal yang asing bahkan sebaliknya film menjadi suatu sarana hiburan, khususnya bagi kaum remaja. Film dengan mudah diterima karena menarik untuk dinikmati.

  Melalui film seseorang dapat memperkaya pengalaman. Selain itu film dapat memberi sumbangan inspirasi kepada seseorang untuk mengatasi suatu permasalahan hidup.