Usaha menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.

(1)

viii ABSTRAK

Judul skripsi USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN dipilih berdasarkan kenyataan bahwa menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari penting untuk ditingkatkan secara terus menerus bagi kehidupan umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten. Penulis mempunyai kesan bahwa umat dalam mengikuti Ekaristi masih sebatas kewajiban dan berhenti pada ritus saja misalkan umat datang ke Gereja hanya sekedar datang, duduk, dan mendengarkan saja tanpa ada perwujudan konkrit dalam kehidupan sehari-hari. Umat belum sungguh-sungguh menyadari pentingnya menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.

Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana umat beriman Kristiani dapat menemukan dan menghayati makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat kehidupan umat yang banyak tantangan dan persoalan hidup, umat beriman Kristiani sangat membutuhkan pendampingan iman agar mereka memiliki kehidupan rohani yang kuat. Oleh karena itu untuk mengkaji persoalan yang dihadapi umat dibutuhkan data yang akurat. Untuk maksud itu, studi pustaka yang besumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan pandangan dari para ahli serta penelitian untuk mendapatkan data diperlukan demi mendapatkan inspirasi yang dapat digunakan sebagi usulan program pendampingan iman bagi umat untuk semakin menemukan dan menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis dalam skripsi ini mengusulkan suatu program katekese model

Shared Christian Praxis (SCP) sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan umat akan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Umat melalui program ini diharapkan dapat semakin menemukan, mendalami, dan menghayati makna sakramen Ekaristi sehingga iman mereka dapat bertumbuh dan berkembang. Selain itu umat juga dapat mewujudkan pertobatan diri yang membawanya pada perubahan pola hidup demi Kerajaan Allah.


(2)

ix ABSTRACT

This thesis takes EFFORT TO FIND THE MEANING OF SACRAMENT EUCHARIST FOR FAITH DEVELOPMENT OF THE COMMUNITY CHRISTIAN OF SAINT ANTONIUS JOTON THE WORKER OF CHURCH SAINT JOSEPH GONDANGWINANGUN KLATEN ENVIROMENT as it’s title base on the truth that know the true meaning of the Eucharist Sacrament in daily life are important to develop continuously for the life of the environment of Saint Antonius Joton the worker of church saint Joseph Gondangwinangun Klaten environment.

The writer has an impression that people when they join the Eucharist Sacrament they just do it because it’s their duty and stop only at a certain rite for example when people come to the church they just come, sit, and listen without concrete manifestation in daily life. People haven really know the importance of the Eucharist Sacrament in their daily life.

The main issues in this thesis are how a Christian could and into the meaning of Eucharist Sacrament for the sake of their faith development in daily life. Remembering the life of people that have many challenge and life problem, Christian extremely needed the spiritual mentoring, so they have a strong spiritual life. Because of that in examining the issues that people face many accurate data are needed. For that purpose, reference that source of the Bible, Church documents, and from the expert point of view with some research to get the data that needed, to get an inspiration that can be used as a program’s suggestion of spiritual mentoring for people to found and into the meaning of Eucharist Sacrament in daily life.

The writer of this thesis suggests a model of catechecital’s program of Shared Christian Praxis (SCP) as a way to develop people into the meaning of Eucharist Sacrament in daily life. Through this program people hoped can find, deep into and into the meaning of Eucharist Sacrament so their faith can grow and develop. More than that people can realize early repent that can make a new change in their life circle for the sake of the Kingdom of Heaven.


(3)

USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO

ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Disusun Oleh : Yulius Swantoro NIM : 081124043

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Kedua orangtua , kakak, adik, sahabat, yang telah memberi motivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Para pembimbing dan dosen yang telah membimbing penulis dengan sabar selama proses belajar di Kampus IPPAK

Seluruh umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan penelitian demi kelancaran penulisan skripsi ini.


(7)

v MOTTO

Selesaikanlah segala perkerjaan tanpa berkeluh kesah: “Allah yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan

meneruskannya…” (Flp. 1:6)


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.


(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yulius Swantoro

NIM : 081124043

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis memberikan wewenang bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah penulis yang berjudul USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian penulis memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin maupun memberikan royalti kepada penulis, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya.


(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN dipilih berdasarkan kenyataan bahwa menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari penting untuk ditingkatkan secara terus menerus bagi kehidupan umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten. Penulis mempunyai kesan bahwa umat dalam mengikuti Ekaristi masih sebatas kewajiban dan berhenti pada ritus saja misalkan umat datang ke Gereja hanya sekedar datang, duduk, dan mendengarkan saja tanpa ada perwujudan konkrit dalam kehidupan sehari-hari. Umat belum sungguh-sungguh menyadari pentingnya menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.

Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana umat beriman Kristiani dapat menemukan dan menghayati makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat kehidupan umat yang banyak tantangan dan persoalan hidup, umat beriman Kristiani sangat membutuhkan pendampingan iman agar mereka memiliki kehidupan rohani yang kuat. Oleh karena itu untuk mengkaji persoalan yang dihadapi umat dibutuhkan data yang akurat. Untuk maksud itu, studi pustaka yang besumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan pandangan dari para ahli serta penelitian untuk mendapatkan data diperlukan demi mendapatkan inspirasi yang dapat digunakan sebagi usulan program pendampingan iman bagi umat untuk semakin menemukan dan menghayati makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis dalam skripsi ini mengusulkan suatu program katekese model

Shared Christian Praxis (SCP) sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan umat akan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Umat melalui program ini diharapkan dapat semakin menemukan, mendalami, dan menghayati makna sakramen Ekaristi sehingga iman mereka dapat bertumbuh dan berkembang. Selain itu umat juga dapat mewujudkan pertobatan diri yang membawanya pada perubahan pola hidup demi Kerajaan Allah.


(11)

ix ABSTRACT

This thesis takes EFFORT TO FIND THE MEANING OF SACRAMENT EUCHARIST FOR FAITH DEVELOPMENT OF THE COMMUNITY CHRISTIAN OF SAINT ANTONIUS JOTON THE WORKER OF CHURCH SAINT JOSEPH GONDANGWINANGUN KLATEN ENVIROMENT as it’s title base on the truth that know the true meaning of the Eucharist Sacrament in daily life are important to develop continuously for the life of the environment of Saint Antonius Joton the worker of church saint Joseph Gondangwinangun Klaten environment.

The writer has an impression that people when they join the Eucharist Sacrament they just do it because it’s their duty and stop only at a certain rite for example when people come to the church they just come, sit, and listen without concrete manifestation in daily life. People haven really know the importance of the Eucharist Sacrament in their daily life.

The main issues in this thesis are how a Christian could and into the meaning of Eucharist Sacrament for the sake of their faith development in daily life. Remembering the life of people that have many challenge and life problem, Christian extremely needed the spiritual mentoring, so they have a strong spiritual life. Because of that in examining the issues that people face many accurate data are needed. For that purpose, reference that source of the Bible, Church documents, and from the expert point of view with some research to get the data that needed, to get an inspiration that can be used as a program’s suggestion of spiritual mentoring for people to found and into the meaning of Eucharist Sacrament in daily life.

The writer of this thesis suggests a model of catechecital’s program of Shared Christian Praxis (SCP) as a way to develop people into the meaning of Eucharist Sacrament in daily life. Through this program people hoped can find, deep into and into the meaning of Eucharist Sacrament so their faith can grow and develop. More than that people can realize early repent that can make a new change in their life circle for the sake of the Kingdom of Heaven.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab karena berkat kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN.

Skripsi ini lahir dari pengalaman yang penulis saksikan dan amati sebagai umat di Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja

Gondangwinangun Klaten. Sebagian besar umat telah menghayati makna sakramen

Ekaristi namun penghayatannya masih membutuhkan pendampingan terus menerus sampai iman mereka berkembang secara dewasa. Skripsi ini merupakan sumbangan pemikiran kepada seluruh umat beriman Katolik agar mereka dapat semakin menghayati pentingnya makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.

Selama proses penulisan dan penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada: 1. Drs. FX. Heryatno W.W., S.J., M.Ed. selaku Kaprodi IPPAK Universitas

Sanata Dharma yang sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik dan pembimbing utama yang selalu mendampingi, memberikan perhatian, dan memotivasi penulis serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(13)

xi

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J. selaku dosen penguji kedua yang telah berkenan memberikan arahan dan masukan-masukan yang sungguh berguna demi kelengkapan skripsi ini.

3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M.Si, selaku dosen penguji ketiga yang memberikan perhatian serta dukungan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Segenap staf dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan dorongan kepada penulis.

5. Keluarga tercinta: bapak, ibu, kakak, yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan. Segenap sahabat-sahabat mahasiswa angakatan 2008 dan lintas angkatan yang dengan caranya telah mendukung, belajar bersama, berbagi suka-duka bersama demi menciptakan sebuah keluarga IPPAK yang akrab penuh persaudaraan.

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang dengan tulus hati memberikan masukan dan dorongan sampai selesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini sungguh bermanfaat.


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……… vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penulisan ... 9

D.Manfaat Penulisan ... 10

E. Metode Penulisan ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT..……….. 14

A.Sakramen Ekaristi ... 15

1. Pengertian dan Makna Sakramen pada Umumnya ... 15

a. Pengertian Sakramen ... 15

b. Makna Sakramen ... 18

2. Pengertian dan Makna Sakramen Ekaristi ... 19

a. Pengertian Sakamen Ekaristi ... 19


(15)

xiii

1) Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang

Sehabis-habisnya ... 21

2) Ekaristi sebagai Perjamuan yang Mempersatukan Umat dengan Allah, Umat dengan Umat ... 23

3) Ekaristi sebagai Permohonan Seruan datang-Nya Karunia Roh Kudus (Epiklese) ... 24

4) Ekaristi Memampukan Kita untuk Tinggal dalam Kristus ... 25

5) Ekaristi sebagai Sumber untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Umat dalam Menghadapi Persoalan Hidup ... 27

B.Iman Umat ... 27

1. Pengertian Iman... 27

2. Iman Gereja akan Yesus Kristus ... 28

3. Pentingnya Iman di dalam Hidup Umat ... 29

4. Dasar Iman Umat ... 30

5. Ciri-ciri Iman Kristiani yang Dewasa ... 32

C.Ekaristi sebagai Tempat Pengembangan Iman Umat ... 33

1. Pengembangan Iman Umat ... 34

2. Ekaristi Memberikan Semangat untuk Berbagi kepada Sesama ... 35

3. Ekaristi Memampukan Umat untuk Bersaksi kepada Sesama ... 37

BAB III. PENGHAYATAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN TERHADAP MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN ... 39

A. Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten ... 40

1. Sejarah Paroki dan Perkembangannya ... 40

a. Tahun 1963-1970: Awal Berdiri ... 40

b. Tahun 1980-2000: Gagasan Pembentukan Paroki ... 40


(16)

xiv

2. Situasi Umum Umat Paroki Santo Yusuf Pekerja

Gondangwinangun Klaten ... 43

3. Gambaran Umum Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten ... 45

a. Letak dan Batas-batas Geografis Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten ... 45

b. Kegiatan Umat dalam Gereja maupun Masyarakat ... 46

c. Situasi Sosial Kemasyarakatan ... 48

d. Perkembangan Umat ... 48

B. Penelitian tentang Penghayatan Umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten Terhadap Makna Sakramen Ekaristi... 49

1. Desain Penelitian ... 49

a. Latar Belakang Penelitian ... 49

b. Tujuan Penelitian ... 50

c. Jenis Penelitian ... 51

d. Instrumen Pengumpulan Data ... 51

e. Responden ... 53

f. Waktu Pelaksanaan ... 54

g. Variabel Penelitian ... 54

h. Kisi-kisi Instrumen ... 54

2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

a. Laporan Hasil Penelitian ... 56

1) Identitas ... 62

2) Pemahaman Ekaristi ... 62

3) Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi ... 63

4) Faktor Penyebab umat mengikuti Ekaristi sebatas kewajiban dan ritus ... 66


(17)

xv

5) Harapan umat untuk meningkatkan penghayatan

Ekaristi demi pengembangan iman ... 67

b. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

1. Identitas Responden ... 68

2. Pemahaman Sakramen Ekaristi ... 69

3. Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi ... 72

4. Faktor Penyebab ... 80

5. Harapan umat untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi demi pengembangan iman... 83

3. Refleksi ... 84

4. Kesimpulan Penelitian ... 87

BAB IV. KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN UMAT AKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI ... 90

A. Katekese Model SCP ... 91

1. Pengertian SCP ... 91

a. Praxis ... 91

b. Christian ... 92

c. Shared ... 92

2. Tujuan Katekse Model SCP ... 93

3. Langkah-Langkah Katekese Model SCP ... 94

a. Langkah 0: Pemusatan Aktivitas ... 94

b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual ... 95

c. Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual ... 95

d. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau ... 96

e. Langkah IV: Interpretasi Dialektis Antara Tradisi dan Visi umat dengan Tradisi dan Visi Kristiani ... 97 f. Langkah V: Keterlibatan Baru demi Makin


(18)

xvi

Terwujudnya Kerajaan Allah di Tengah-tengah Dunia .... 98

B. Usulan Program Katekese dengan Model SCP bagi Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten ... 98

1. Latar Belakang ... 99

2. Tema dan Tujuan Program Katekese ... 101

C. Gambaran Pelaksanaan Program ... 104

D. Matriks Program ... 105

E. Contoh persiapan Katekese Model SCP ... 108

1. Identitas Pertemuan ... 108

2. Pemikiran Dasar ... 109

3. Mengembangkan Langkah-Langkah ... 110

BAB V. PENUTUP ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125

LAMPIRAN ... 127

Lampiran 1: Surat Penelitian untuk Paroki ... (1)

Lampiran 2: Surat Penelitian untuk Ketua Lingkungan ... (2)

Lampiran 3: Surat Pernyataan Penelitian ... (3)

Lampiran 4: Kuesioner Untuk Umat Lingkungan St. Antonius ... (4)


(19)

xvii

DAFTAR SINGKATAN A.Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.7-8.

B.Dokumen Resmi Gereja

CT : Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese), Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masakini, 16 Oktober 1979.

KGK : Katekismus Gereja Katolik

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

SC : Sacrosanctum Concilium, Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.

C.Daftar Singkat Lain Art : Artikel

DSA : Doa Syukur Agung

Kan : Kanon


(20)

xviii KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

KKGK : Kompendium Katekismus Gereja Katolik KLMTD : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel LCD : Liquid Crystal Display

MB : Madah Bakti

OMK : Orang Muda Katolik

Pr. : Praja

PS : Puji Syukur

PIA : Pembinaan Iman Anak

PPDP : Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki

§ : Paragraf

St : Santo

SCP : Shared Christian Praxis

WK : Wanita Katolik


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gereja melalui Konsili Trente menetapkan bahwa ada tujuh Sakramen, yaitu sakramen Baptis, sakramen Ekaristi, sakramen Krisma, sakramen Perkawinan, sakramen Tobat, sakramen Minyak Suci, dan sakramen Imamat. Sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan dari Allah (Janssen, 1993: 9). Melalui dan dalam sakramen, Gereja menjalin persatuan yang mesra dengan Allah dan seluruh umat-Nya (Lumen Gensium. Art.1). Di dalam Gereja Katolik, Ekaristi merupakan salah satu sakramen Gereja. Seluruh sakramen Gereja berpusat pada sakramen Ekaristi. Sakramen Ekaristi sebagai pusat karena di dalamnya Gereja merayakan dan mengenangkan misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus, sekaligus Gereja menimba kekayaan rohani dan rahmat keselamatan dari Allah bagi umat-Nya.

Sakramen Ekaristi mengingatkan umat-Nya bahwa penyelamat yakni Yesus Kristus mengadakan kurban tubuh dan darah-Nya. Hal ini sebagai jaminan hidup bagi umat yang percaya bahwa kelak kita diundang untuk masuk ke dalam kemuliaan bersama Kristus (zaman eskatologis). Melalui sakramen Ekaristi umat menimba kekuatan untuk bersatu dan bertindak sebagai murid-murid Yesus Kristus. Konsili Vatikan II dalam Lumen Gentium art.11 menegaskan bahwa:

Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam


(22)

persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan cara sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari Tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan (Lumen Gentium, art.11).

Pernyataan para Bapa Gereja ini, penting untuk dimengerti dan direnungkan oleh seluruh umat Allah. Melalui Ekaristi umat dapat memperoleh kekuatan, kesegaran hidup, serta kepenuhan rahmat yang berlimpah dari Allah. Umat yang sungguh memaknai Ekaristi memiliki relasi yang erat dengan Allah dan memiliki keberanian untuk bersaksi mewartakan kabar gembira dalam kehidupan sehari-hari.

Sakramen Ekaristi merupakan suatu anugerah cinta kasih Allah yang membawa pembaharuan hidup manusia. Sakramen Ekaristi dikatakan sebagai anugerah, karena Ekaristi adalah sumber atau pusat dan puncak seluruh hidup Gereja (KGK, 1993: 336). Selain itu, Ekaristi juga menjadi jantung hidup Gereja (Sinaga, 2005: 6). Gereja mendapatkan aliran hidup, untuk bertumbuh, dan berkembang ke arah persatuannya dengan Allah sebagai tubuh mistik Kristus.

Sakramen Ekaristi menjadi pusat dan puncak hidup Gereja karena semua kegiatan Gereja baik bersifat duniawi maupun rohani berhubungan erat dengan Kristus yang hadir dalam Ekaristi, yang memberi kekuatan sekaligus menguduskan tindakan Gereja dalam rangka karya keselamatan Allah di dunia. Umat hidup di dalam dunia dan menggarami dunia dengan nilai-nilai injili, hanya mungkin jika umat menimba kekuatan dari Ekaristi. Ekaristi memberikan penghidupan rohani, dan menjadikan kita taat dalam iman kepercayaan kepada Allah, sekaligus memiliki perhatian khusus dalam menjalankan hidup di dunia.


(23)

Gereja mengajarkan kepada kita bagaimana memaknai perjamuan Ekaristi setiap kali kita merayakannya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus bersama dengan para murid sebelum Ia memasuki misteri sengsara dan wafat-Nya. Yesus menghendaki agar perjamuan makan ini selalu dikenang dan dilakukan oleh umat-Nya dalam perayaan suci yakni Ekaristi. Gereja setiap kali merayakan Ekaristi sebagai bentuk kenangan akan Paska Kristus. Yesus mengambil roti dan mengucap syukur dan membagikan kepada para murid sambil berkata “ Terimalah dan makanlah ! Inilah tubuhKu yang dikurbankan bagimu”. Setelah perjamuan Yesus mengambil Piala yang berisi anggur dan mengucap syukur sambil mengedarkannya dan berkata “Terimalah dan minumlah ! Inilah piala darahKu, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Kenangkanlah Aku dengan merayakan peristiwa ini” (DSA). Apa yang telah dilakukan Yesus dilanjutkan oleh Gereja yang didoakan oleh imam pada waktu konsekrasi. Uskup atau imam menjadi pelayan sakramen Ekaristi, bertindak sebagai perantara pribadi Kristus sendiri. Ekaristi sebagai tindakan pengudusan yang paling istimewa oleh Allah terhadap umat beriman. Ekaristi sebagai pusat perjumpaan antara umat beriman dengan sang Ilahi, mengulang kembali peristiwa pemecahan roti, pengucapan syukur, pembagian roti seperti yang dilakukan Yesus dalam perjamuan malam terakhir bersama dengan para murid-Nya.

Istilah perjamuan makan pada zaman para rasul, zaman sekarang Gereja menyebutkannya dengan perayaan Ekaristi. Melalui perayaan inilah Gereja di seluruh dunia mengenang anugerah cinta kasih yang telah diberikan oleh Allah


(24)

melalui Yesus Kristus kepada umat manusia. Di dalam Ekaristi, Yesus menunjukkan kebersamaan-Nya dengan manusia, mau berelasi dengan siapa saja, dan bersatu menjadi satu keluarga (Grün, 1998: 29).

Di dalam Perjanjian Baru ada empat kisah tentang perjamuan malam terakhir. Hal ini dapat kita temukan di dalam injil Sinoptik dan surat-surat Paulus yaitu Mat 26:26-29; Mrk 14:22-25; Luk 22:15-20; 1Kor 11:23-26 (Martasudjita, 2005: 219). Dari keempat kisah ini, ada peristiwa penting yang memberikan pengajaran atas Ekaristi yaitu tindakan kenabian Yesus yang melaksanakan rencana karya keselamatan Allah bagi umat-Nya di dunia. Konsekuensi dari Yesus melakukan tindakan kenabian adalah melalui persitiwa salib. Yesus melakukan tindakan simbolis untuk memperlihatkan bahwa diri-Nya menyerahkan diri secara total dan taat pada kehendak Bapa dengan rela wafat di kayu salib sebagai bukti cinta Yesus yang total kepada umat manusia. Sebagai murid Kristus kita diajak untuk meneladani sikap Yesus yang taat dan rela berkorban untuk banyak orang.

Yesus menyatakan kehadiran diri-Nya dalam rupa roti dan anggur dalam Ekaristi. Roti melambangkan Tubuh Yesus yang diserahkan kepada manusia, dan untuk dipecah-pecahkan, dibagi-bagikan untuk banyak orang. Anggur melambangkan penumpahan darah-Nya yang menjadi Perjanjian Baru abadi antara Allah dan manusia, manusia dengan manusia. Kematian Yesus memiliki arti pengorbanan diri secara sukarela bagi para murid dan sebagai bentuk cinta kasih-Nya kepada semua manusia. Yesus mengajak para murid untuk ambil bagian dalam perjamuan maka secara langsung mengajak murid-murid-Nya untuk


(25)

bersatu dalam kematian-Nya. Kita bersatu dengan Yesus secara pribadi berarti menerima undangan-Nya untuk masuk dalam kemuliaan-Nya, dan menerima rahmat pengampunan dosa. Ekaristi mempersatukan kita dengan Yesus melalui iman. Persatuan ini nampak dalam penghayatan umat dalam Ekaristi. Ekaristi memberikan kekuatan untuk hidup baru melalui pertobatan sejati.

Yesus setelah mengucapkan syukur memberikan sebuah perintah untuk mengenangkan peristiwa perjamuan. Ekaristi menjadi suatu peristiwa untuk mengenang kembali pemecahan roti, doa syukur, dan penyambutan Tubuh dan Darah Kristus. Yesus hadir bagi kita melalui Ekaristi. Yesus hadir di dunia menjadi nyata melalui Gereja yakni cara hidup atau kesaksian yang dilakukan oleh para pengikut-Nya. Ekaristi menciptakan persaudaraan sejati tidak hanya sesama umat beriman melainkan antar umat beragama lain. Umat Kristiani yang hidup di tengah dunia dan berdampingan dengan umat beragama lain dengan latar belakang yang berbeda-beda dengan cara pandang yang sama bahwa umat di luar Gereja menjadi satu keluarga.

Pemahaman Ekaristi dalam tulisan Yohanes lebih menekankan aspek cinta kasih yang ditunjukkan Yesus ketika Yesus membasuh kaki para murid-Nya. Peristiwa ini mengajak kita untuk menggali dan menemukan pokok-pokok makna Ekaristi yaitu perendahan diri yang dilukiskan dengan ungkapan kasih Yesus yang sehabis-habisnya, perendahan diri hingga wafat-Nya disimbolkan dengan pelayanan pembasuhan kaki peserta perjamuan, pembasuhan kaki melukiskan makna Ekaristi dan menjadi ungkapan kasih Yesus yang tetap kepada para muridNya. Ekaristi juga menjadi suatu misteri dan tanda iman. Artinya, Ekaristi


(26)

menjadi suatu misteri Ilahi sekaligus tanda bagi perwahyuan diri Yesus seluruhnya dan menjadi tawaran bagi manusia untuk berpartisipasi dalam hidup Yesus (Martasudjita, 2005: 240-246).

Ekaristi sebagai sumber persatuan mesra dengan Kristus. Umat menyambut Tubuh dan Darah Yesus Kristus serta turut serta dalam pengurbanan diri-Nya menunjukkan kesediaan untuk bersatu dengan-Nya, sebagaimana Kristus telah mengatakan-Nya, “Dia yang makan tubuh-Ku dan minum darahKu, tinggal dalam Aku dan Aku dalam Dia” (Yoh 6: 57). Sakramen Ekaristi sesungguhnya merupakan makanan bagi hidup rohani, sebab dari sakramen mengalir kekuatan bagi jiwa dan raga menjadi lebih sempurna. Sempurna berarti kita dipenuhi oleh rahmat Allah dan terlindung dari dosa. Sakramen Ekaristi sebagai sumber kehidupan, rahmat dan anugerah cinta kasih bagi kita karena Yesus Kristus hadir di dalam-Nya. Ia hadir dalam sakramen Ekaristi dengan karya penebusan-Nya yang utuh.

Umat Kristiani pada masa penganiayaan mengalami penderitaan dan dikejar-kejar. Mereka dikejar dan dibunuh bahkan tidak diperbolehkan melakukan upacara keagamaan. Umat Kristiani takut untuk merayakan dan menyambut Ekaristi secara terbuka selama penganiayaan. Mereka merayakan Ekaristi secara sembunyi-sembunyi. Umat Kristiani dalam menyambut Ekaristi diperbolehkan untuk membawa pulang Tubuh Kristus. Umat juga diperbolehkan untuk membawa hosti bagi orang lain, terutama bagi orang yang dipenjara yang menjalani hukuman mati sebagai saksi iman. Sebagai contoh; kisah Tarsisius yang mati karena iman yang melindungi hosti. Kisah ini menunjukan bahwa bahwa


(27)

betapa bermaknanya hosti bagi umat Kristiani. Peristiwa ini menunjukkan pemaknaan yang konkret yaitu mengorbankan diri untuk melindungi hosti (Loret, 1989: 23).

Gereja Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten merupakan Paroki hasil pemekaran dari Paroki Santa Maria Bunda Kristus Wedi Klaten. Gereja Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten memiliki umat yang tersebar di 7 wilayah, dan 23 lingkungan. Umat paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten aktif di dalam mengikuti perayaan Ekaristi sebagai salah satu contohnya adalah lingkungan Santo Antonius Joton. Umat lingkungan Santo Antonius Joton menyediakan waktu untuk bersama Tuhan. Umat sungguh menghormati perayaan Ekaristi, lewat sikap liturgis dalam berdoa di dalam Gereja dan menunjukkan rasa hormat pada saat konsekrasi. Berdasarkan pengamatan penulis, umat sering ke Gereja dan mengikuti perayaan Ekaristi namun bersifat ritualis. Umat menghadiri perayaan Ekaristi hanya sampai pada hal-hal yang bersifat ritual, seperti: umat datang di gereja, duduk mendengarkan sabda, menerima komuni dan setelah mengikuti perayaan tidak ada perwujudan tindakan yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh umat kurang terlibat dalam pendalaman iman, ada kegiatan di masyarakat jarang kelihatan, kurang partisipasi terhadap orang yang menderita. Sikap semacam ini menjadi tanda bahwa umat perlu didampingi supaya iman mereka dapat lebih berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Sumber kekuatan orang Kristiani adalah Ekaristi, karena di dalam Ekaristi, misteri akan sengsara, wafat, dan kebangkitan menjadi inti dari iman Kristiani akan Yesus Kristus.


(28)

Penulis sebagai warga lingkungan St. Antonius mempunyai kesan kepada umat bahwa mereka masih mengikuti Ekaristi sebagai kewajiban dan berhenti pada hal bersifat ritualis. Mereka mengikuti perayaan Ekaristi belum sampai pada kedalaman dan menemukan maknanya bagi diri sendiri dan dalam kehidupan sehari-hari. Pada hal Ekaristi merupakan pusat dan puncak kekuatan hidup umat Kristiani. Selain itu umat diharapkan dalam mengikuti Ekaristi tidak cukup hanya hadir, duduk, dan mendengarkan tetapi juga sesudahnya diutus hadir ke tengah dunia yang menanti keterlibatan nyatanya yakni bersedia mencintai sesama sehabis-habisnya. Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis bermaksud ingin memberikan sumbangan pemikiran sebagai usaha menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat di lingkungan St. Atonius Joton. Penulis merumuskan judul skripsi: USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN.


(29)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa makna sakramen Ekaristi untuk hidup umat?

2. Sejauh mana umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten sudah menghayati makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka?

3. Model katekese macam apa yang dapat membantu umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten menemukan makna sakramen Ekaristi untuk pengembangan iman mereka?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.

2. Menggambarkan sejauh mana penghayatan sakramen Ekaristi di dalam pengembangan iman umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.

3. Memberi sumbangan pemikiran yang berupa usulan program pendampingan model katekese yang dapat membantu umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten semakin menemukan,


(30)

memahami, dan menghayati makna sakramen Ekaristi khususnya dalam pengembangan iman mereka.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang makna sakramen Ekaristi demi mengembangkan iman dalam kehidupan sehari-hari.

2. Membantu Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten semakin menghayati akan sakramen Ekaristi demi pengembangan iman.

3. Memberikan sumbangan kepada umat dalam memaknai sakramen Ekaristi demi pengembangan iman Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.

E. Metode Penulisan

Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Dengan metode ini, penulis menggambarkan sejauh mana umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten dapat menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka. Penulis juga mencoba memahami apa yang menjadi hambatan umat untuk dapat menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka. Kemudian penulis mengusulkan program katekese yang dapat membantu umat menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat


(31)

Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.

F.

Sistematika Penulisan

Penulis dalam Skripsi ini memilih judul “Usaha Menemukan Makna Sakramen Ekaristi demi Pengembangan Iman Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten”, untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari skripsi ini, maka penulis menyampaikan pokok-pokok uraian dalam lima bab.

Bab I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan yang hendak penulis susun.

Bab II membahas sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat, yang meliputi makna sakramen Ekaristi yang bersumber pada Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, serta pandangan dari para ahli. Dalam bab ini terdapat tiga bagian: bagian pertama membahas sakramen Ekaristi yang meliputi tentang pengertian dan makna sakramen pada umumnya, pengertian dan makna sakramen Ekaristi.

Bagian kedua bab ini membicarakan tentang iman umat, yang meliputi pengertian iman, iman Gereja akan Yesus Kristus, pentingnya iman di dalam hidup umat, dasar iman umat, serta ciri-ciri iman Kristiani yang dewasa. Bagian ketiga bab ini membahas mengenai Ekaristi sebagai tempat pengembangan iman umat, yang meliputi pengembangan iman umat, Ekaristi memberikan semangat


(32)

untuk berbagi kepada sesama, dan Ekaristi memampukan umat untuk bersaksi kepada sesama.

Bab III membahas penghayatan umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf pekerja Gondangwinangun Klaten terhadap makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman. Dalam bab ini terdapat dua bagian. Bagian pertama membahas Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, yang meliputi sejarah paroki dan perkembangannya, situasi umum umat paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, gambaran umum umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.

Bagian kedua menyampaikan penelitian tentang penghayatan umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten terhadap makna sakramen Ekaristi, yang meliputi desain penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, refleksi, serta kesimpulan penelitian.

Bab IV membahas katekese model SCP sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan umat akan makna sakramen Ekaristi. Bab ini dibagi menjadi 5 bagian: Bagian pertama bab ini membicarakan katekese model SCP, yang meliputi pengertian SCP, tujuan katekese model SCP, langkah-langkah katekese model SCP. Bagian kedua menyampaikan usulan program katekese dengan model SCP bagi umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, yang meliputi latar belakang, tema dan tujuan program katekese. Bagian ketiga memberikan gambaran pelaksanaan program. Bagian keempat dalam bab ini membahas matriks program. Pada bagian kelima contoh


(33)

persiapan katekese model SCP yang meliputi identitas pertemuan, pemikiran dasar serta pengembangan langkah-langkahnya.

Bab V merupakan bab terakhir sekaligus sebagai penutup dari seluruh pembahasan mengenai usaha menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, yang meliputi kesimpulan serta saran.


(34)

BAB II

SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT

Bab II ini penulis menguraikan sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat yang memiliki kesinambungan dengan pembahasan pada bab sebelumnya. Dimana yang menjadi pokok permasalahan pada skripsi ini yakni keprihatinan penulis terhadap umat dalam memaknai Ekaristi, yang selama ini penulis melihat umat mengikuti Ekaristi masih bersifat ritualis dan kenyataannya tidak semua umat mampu menghayati sakramen Ekaristi dalam kehidupan beriman. Permasalahan inilah yang hendak penulis angkat dalam skripsi. Penulis memberikan sumbangan pemikiran dari berbagai sumber untuk membantu umat menemukan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam bab ini, penulis membahas sakramen Ekaristi dan maknanya melalui Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan dari para ahli. Seluruh sakramen Gereja berpusat pada sakramen Ekaristi. Sakramen Ekaristi sebagai pusat karena di dalamnya Gereja merayakan dan mengenangkan misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus, sekaligus Gereja menimba kekayaan rohani dan rahmat keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Bersumber dari Ekaristi umat dapat memperkuat imannya untuk bertahan menghadapi berbagai persoalan hidup. Selain itu melalui Ekaristi umat mampu untuk mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Allah. Ekaristi juga memampukan umat-Nya untuk berkarya di tengah dunia.


(35)

Bab II lebih merupakan kajian pustaka. Penulis pada bab ini membagi uraian menjadi tiga bagian, yakni pada bagian pertama penulis menjelaskan sakramen Ekaristi pada umumnya. Pada bagian kedua penulis menjelaskan tentang iman umat. Kemudian secara khusus pada bagian ketiga penulis menjelaskan Ekaristi sebagai tempat pengembangan iman umat.

Penulis pada bagian awal bab ini menjelaskan tentang sakramen Ekaristi yang bertujuan untuk membantu umat semakin memahami sakramen Ekaristi demi pengembangan iman dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat penting bagi umat untuk memahami sakramen Ekaristi karena dengan Ekaristi umat diharapkan mampu menemukan nilai-nilai hidup rohani demi terwujudnya Kerajaan Allah di dunia. Melalui Ekaristi umat memperoleh kekuatan rohani untuk berkembang dalam iman serta menghadapi berbagai permasalahan hidup dan memampukan diri untuk bersaksi bagi sesama.

A.Sakramen Ekaristi

1. Pengertian dan Makna Sakramen pada Umumnya a. Pengertian Sakramen

Sakramen yang berasal dari bahasa latin sacramentum, terdiri dari kata

sacro, sacer yang artinya kudus, suci, lingkungan orang kudus, bidang yang suci.

Sacrare berarti menyucikan, menguduskan, mengkhususkan sesuatu atau seseorang bagi bidang yang suci atau kudus. Jadi, sacramentum itu menunjuk pada suatu hal yang menguduskan (Martasudjita, 2003: 61).


(36)

Penulis menyampaikan pengertian sakramen dari dokumen Gereja yakni

Kompendium Katekismus Gereja Katolik (2009: art. 224) yang menyatakan bahwa “sakramen merupakan tanda yang mendatangkan rahmat”. Sakramen-sakramen yang kita terima dari Gereja sungguh memberikan rahmat yang dapat dirasakan yakni kedamaian, ketentraman, persaudaraan, kerukunan, kasih sesama, dan sebagainya.

Menurut Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983 Kan. 840: “sakramen merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman”. Sakramen yang kita terima dalam Gereja memberikan kekuatan, menciptakan dan memperkokoh persatuan umat. Umat Kristiani yang menerima sakramen sungguh dipersatukan dalam Gereja dalam persekutuan Roh Kudus, sekaligus umat dipersatukan dengan Allah dalam kemuliaan-Nya.

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) (1996: 400) mendefinisikan: “sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan, dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat Allah yang menyelamatkan”. Jadi sakramen itu sungguh-sungguh nyata datang dari Allah yang menyelamatkan umat. Hanya saja keselamatan yang datang itu melalui sakramen-sakarmen dan dapat dirasakan ketika kita dapat menghayatinya dalam hidup sehari-hari.

Menurut Janssen (1993: 38): “sakramen adalah suatu tanda lahir yang ditetapkan oleh Kristus dan terdiri dari suatu perbuatan (materi) dan perkataan yang menerangkannya sebagai lambang rahmat yang tidak kelihatan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri si penerima”. Umat Kristiani yang


(37)

menerima sakramen dalam Gereja melambangkan kesatuan Allah dengan umat-Nya melalui rahmat dalam sakramen. Allah mencurahkan rahmat keselamatan bagi umat yang menerima sakramen, khususnya dalam sakramen Ekaristi, sebagaimana peristiwa keselamatan yang telah dilakukan oleh Yesus terhadap umat-Nya.

Sakramen yang ada di dalam Gereja menunjukkan suatu “simbol atau

lambang” keagaman. Simbol pada umumnya menyampaikan suatu hal yang

konkret dalam kehidupan yang melambangkan kehadiran sang Ilahi. Dengan demikian simbol memiliki peran yaitu menghadirkan sang Ilahi dalam Gereja. Jadi sakramen menurut Groenen (1990: 20) ialah “simbol religius keagamaan”.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis lebih tertarik dengan pernyataan KWI yakni sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan, dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat Allah yang menyelamatkan. Sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi dapat dilihat dalam Gereja yakni sakramen Pembaptisan, sakramen Komuni, sakramen Krisma, dan sakramen Tobat. Sakramen Pembaptisan menandakan bahwa umat dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putra-putri Allah serta menjadi anggota murid-murid Kristus yang dikasihi-Nya serta Gereja. Sakramen komuni menandakan, menampakkan dan melaksanakan perintah Tuhan sebelum wafat dan kebangkitan-Nya. Sakramen ini menunjukkan suatu kesatuan, ikatan cinta kasih yang sungguh dipenuhi oleh rahmat karunia Roh Kudus. Sakramen Penguatan menandakan penyempurnaan rahmat Pembaptisan yang telah dikaruniakan oleh Roh Kudus, dimana sakramen


(38)

ini memberikan daya kekutan Roh Kudus supaya umat mampu bersaksi dalam hidup sehari-hari. Sakramen Tobat menandakan perolehan pengampunan dari belas Kasih Allah atas segala kesalahan yang membuat kekecewaan terhadap-Nya serta disatukan kembali dalam Gereja atas dosa yang telah dilakukan atas sesama dalam hidup dan membantu umat dalam pertobatan (KGK, 1993: 312-360). Hal ini menjadi peristiwa konkret yang penulis lihat, terima dan ini sungguh memberikan rasa kedamaian, kebahagian, kesatuan, dan persaudaraan yang terjadi dalam hidup.

b. Makna Sakramen

Sakramen merupakan suatu misteri yang tak dapat dipahami secara tuntas oleh manusia. Misteri yang dimaksudkan di sini adalah rahasia karya keselamatan yang berasal dari Allah sendiri (KWI, 1996: 400). Kata misteri atau mysterion

(Yunani) dipergunakan untuk menerjemahkan sebuah kata Ibrani sôd. Mysterion

berasal dari kata my, kata kerja myein, yang memiliki arti menutup mulut atau mata sebagai reaksi atas pengalaman yang mengatasi nalar, pengalaman yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Dengan demikian mysterion memiliki sebuah makna dasar yaitu berhubungan dengan pengalaman akan Yang Ilahi, yakni suatu pengalaman batin yang tidak terlukiskan dengan kata-kata karena pengalaman perjumpaan dengan Yang Ilahi (Martasudjita, 2003: 62).

Sakramen memiliki makna pengudusan yang bersumber dari tindakan Allah. Hal ini menjadi tanda bahwa aksi atau perbuatan baik manusia menjadi rahmat yang menguduskan sekaligus menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan


(39)

pekerjaan Allah. Aksi atau perbuatan yang baik dapat terwujud berkat adanya campur tangan Allah. Sakramen sungguh bermakna bagi manusia yang menerimanya ketika manusia itu mampu mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari (KWI, 1996: 400).

2. Pengertian dan Makna Sakramen Ekaristi a. Pengertian Sakamen Ekaristi

Ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang artinya puji syukur.

Eucharistia merupakan kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa Yunani

eucharistein yang berarti memuji, dan mengucap syukur. Eucharistein dalam Perjanjian Baru, misal dalam Mat. 26: 27; Luk. 22: 19.20 digunakan bersama-sama dengan kata eulogein Mat. 26: 26; 1Kor 10: 16 yang memiliki arti memuji-bersyukur. Pengertian ini digunakan untuk menerjemahkan kata dari bahasa Ibrani

barekh artinya memuji dan memberkati. Barekh atau barekhah dalam tradisi liturgi Yahudi dipergunakan dalam konteks doa berkat perjamuan yang berisi pujian, syukur, dan permohonan. Doa berkat dalam tradisi Yahudi berlangsung dalam perjamuan makan Yahudi yakni doa berkat atas roti dan piala. Dengan demikian Ekaristi dapat dimengerti sebagai doa berkat yang berlangsung dalam perjamuan makan Yahudi (Martasudjita 2005: 28).

Di samping ini penulis menyampaikan pengertian Ekaristi dari dokumen Gereja. Kompendium Katekismus Gereja Katolik (2009: 99) menyatakan Ekaristi sebagai kurban Tubuh dan Darah Tuhan Yesus sendiri yang ditetapkan-Nya untuk mengabadikan kurban salib selama perjalanan waktu sampai kembali-Nya dalam


(40)

kemuliaan. Seluruh perjalanan hidup Yesus diabadikan di dalam Gereja. Gereja menjadi tempat yang dipercaya oleh-Nya untuk mengabadikan kenangan wafat dan kebangkitan-Nya. Hal ini menjadi tanda bahwa di dalam Ekaristi terlihat adanya kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan paskah, dimana rahmat dan jaminan kemuliaan yang akan datang dicurahkan kepada umat-Nya. Ekaristi menurut KHK 1983 (kan. 899 § 1) adalah tindakan Kristus sendiri dan Gereja; di dalamnya Kristus Tuhan, melalui pelayanan imam, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan kehadiran-Nya secara substansial dalam rupa roti dan anggur, serta memberikan diri-Nya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang menggabungkan diri dalam persembahan-Nya.

Di bawah ini penulis menyampaikan pengertian Ekaristi dari pandangan para Bapa Gereja. Santo Ignatius dari Antiokia berpendapat Ekaristi itu membangun kesatuan Gereja. Bilamana orang menerima Ekaristi maka ia disatukan dengan Yesus Kristus, Ekaristi bukanlah barang atau benda, melainkan peristiwa dan sarana untuk identifikasi dengan Kristus. Santo Yustinus juga berpendapat Ekaristi adalah kurban rohani sebab Ekaristi itu adalah doa yang benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi itu merupakan kenangan akan penderitaan Yesus, sekaligus akan penciptaan dan penebusan. Dalam kenangan tersebut, peristiwa inkarnasi juga dihadirkan. Dan Santo Irenius berpendapat Ekaristi merupakan kurban pujian-syukur. Dia berpendapat demikian karena dalam Ekaristi diungkapkan pujian-syukur atas pencipataan, tentu saja atas peristiwa penebusan Yesus Kristus (Martasudjita 2005: 28).


(41)

Sedang Sumarno (2009: 29) dalam manuskripnya yang berjudul

Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki, menyatakan bahwa Ekaristi adalah “ungkapan iman dalam bentuk perayaan syukur, yang jauh dari tindakan resmi protokoler, suatu upacara formal dengan suatu aturan dan tata cara tertentu”.

Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian Ekaristi adalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang telah terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya. Di dalam Ekaristi kita mengenangkan penderitaan Yesus sebelum penyerahan diri pada kayu salib untuk keselamatan seluruh umat beriman. Selain itu juga dalam Ekaristi kita berdoa memohon kehadiran Roh Kudus dalam perjamuan Ekaristi untuk memberkati roti dan anggur yang disantap bersama supaya menjadi santapan rohani. Roh Kudus juga yang menjadikan karya keselamatan Allah terwujud dalam dunia. Dan hal yang terpenting dalam Ekaristi kita diajak untuk menghayati seluruh karya keselamatan Allah dengan cara ikut ambil bagian di dalamnya.

b. Makna sakramen Ekaristi

1) Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang Sehabis-habisnya Yesus selama hidup menumpahkan cinta kasih-Nya yang tanpa batas atau sehabis-habisnya kepada para murid-Nya. Hal ini tersirat dalam Yoh. 13:1 yang berbunyi “sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia


(42)

senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya”. Ia memberikan pelayanan dengan kasih yang sungguh luar biasa. Ia mengasihi murid-murid-Nya tanpa batas dan menyayangi mereka sampai akhir hayat. Yesus memberikan kasih-Nya secara total kepada mereka sampai pada kesudahan dan Ia rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan para murid serta seluruh umat beriman.

Kematian Yesus di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya kepada para murid serta seluruh umat manusia demi persatuan dengan Allah. Ia mengorbankan diri di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Ia memiliki jiwa pengorbanan yang sungguh luar biasa dan memiliki kasih yang sungguh total terhadap sahabat-sahabat-Nya. Hal ini dapat dilihat dalam Yoh 15: 13 yang berbunyi “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabatnya”. Yesus memberikan teladan bagaimana memberikan kasih terhadap sesama. Yesus mengajarkan nilai cinta kasih yang sungguh-sungguh menyentuh hati bagi sahabat-sahabat-Nya, tiada kasih yang sempurna selain kasih yang rela memberikan nyawa-Nya untuk orang yang dikasihi-Nya.

Yesus memberikan anugerah cinta kasih yang tanpa batas kepada para murid serta umat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan keselamatan bagi semua orang. Oleh sebab itu untuk mengenang anugerah-Nya, Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi suatu kenangan akan anugerah cinta kasih yang mendalam dan memiliki kekuatan untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah (Martasudjita, 2005: 295-296).


(43)

2) Ekaristi sebagai Perjamuan yang Mempersatukan Umat dengan Allah, Umat dengan Umat

Konsili Vatikan II mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah (SC 47). Hal ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi menjadi tempat untuk mengenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang berakhir dengan wafat dan kebangkitan-Nya (Martasudjita, 2005: 297-298).

Pada zaman dahulu perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah (Grün, 1998: 29). Perjamuan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang dan mengajak para murid serta umat untuk berkumpul bersama dengan-Nya menjadi satu kesatuan keluarga besar. Perjamuan ini membuat umat merasakan kerinduan untuk berkumpul bersama. Hal ini menjadi tanda bahwa Allah solider atau peduli dengan umat, dan umat peduli dengan sesama dalam suatu kebersamaan. Perjamuan memampukan umat untuk dapat saling menjalin relasi dengan orang lain, entah itu orang yang dikenal maupun orang yang sama sekali tidak dikenal. Perjamuan Ekaristi sungguh mempersatukan umat di dalam tubuh Kristus. Perjamuan Ekaristi memberikan kedamaian, kesadaran, kesembuhan, dan kerinduan untuk kembali bersatu dengan Allah. Perjamuan ini sebagai tanda bahwa Allah sungguh baik dan berbelas kasih kepada umat-Nya.

Umat dalam mengikuti perjamuan Ekaristi diajak untuk bersatu dengan Allah melalui terang Roh Kudus (Koinonia). Koinonia merupakan bentuk keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk suatu persaudaraan antar umat beriman dengan terang Roh Kudus. LG 7 menyatakan “Dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta dalam Tubuh


(44)

Tuhan; maka, kita diangkat untuk bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita”. Hal ini menjadi tempat dihimpunnya persatuan antara umat dengan Allah, umat dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah selalu hadir di tengah hidup umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiran-Nya (Martasudjita, 2005: 358). Tuhan Yesus sendiri Bersabda “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18: 20).

3) Ekaristi sebagai Permohonan Seruan datang-Nya Karunia Roh Kudus (Epiklese)

Epiklese merupakan bagian pokok dalam Doa Syukur Agung (DSA). Hal ini merupakan faktor utama terjadinya karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Keselamatan yang datang tidaklah datang dengan begitu saja tetapi ada yang membawa atau mengkaruniakannya yaitu Roh Kudus. Roh Kuduslah yang membuat keselamatan itu dapat sampai pada semua orang beriman. Pada waktu Ekaristi imam dan umat berdoa bersama memohon kepada Allah supaya mengkuduskan persembahan yang berupa roti dan anggur melalui Roh-Nya agar menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Di sinilah karunia Roh Kudus sungguh bekerja dan memberikan hidup bagi umat-Nya yang telah dikasihi oleh Allah. Tanpa kehadiran Roh Kudus keselamatan yang telah dipercayakan di dalam Gereja tidak terjadi dan rencana keselamatan Allah hanya terlihat abstrak tanpa ada perwujudan yang nyata. Berkat karya Roh Kudus rencana Keselamatan Allah sungguh-sungguh terjadi dalam diri Kristus dan di dalam Gereja (Martasudjita, 2005: 357-358).


(45)

Epiklese bukan hanya doa permohonan untuk Roh Kudus supaya turun untuk mengkuduskan roti dan anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus. Epiklese juga mengkuduskan umat Allah yang sungguh beriman. Berkat Roh Kuduslah umat Allah yang beriman memperoleh kesatuan diri dengan Allah melalui Tubuh dan Darah Kristus. Dengan demikian umat yang telah dikuduskan melalui karya Roh Kudus memperoleh hubungan yang mesra dengan Allah dan umat menjadi buah karya Roh Kudus yang telah disucikan atas segala perbuatan yang baik (Martasudjita, 2005: 358).

4) Ekaristi Memampukan Kita untuk Tinggal dalam Kristus

Di dalam Yohanes 1:39 Yesus bersabda: “Marilah dan kamu akan melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia”. Yesus mengundang para murid untuk tinggal bersama Dia. Yesus mengundang mereka untuk masuk dan bersatu dalam persekutuan dengan-Nya. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami, merasakan, menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus. Dengan demikian para murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi dalam perutusan pewartaan kabar gembira ke seluruh dunia (Martasudjita, 2012: 21).

Pengalaman pribadi para murid masuk dan tinggal bersama Kristus menjadi tujuan utama dari seluruh hidup umat beriman. Pengalaman pribadi ini menjadi salah satu wujud kesaksian untuk bersatu dengan Tuhan yang menjadi ujung tombak dalam bersaksi bagi orang lain. Hal ini nampak di dalam 1Yoh 1: 1-3 yang berbunyi,


(46)

Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.

Perikop ini mengungkapkan pengalaman tinggal dalam Kristus yang terlihat dalam pernyataan berikut: apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hal ini menunjukkan suatu kesatuan dan pengalaman iman yang luar biasa. Pengalaman tinggal bersama-Nya membuat kita sadar bahwa hidup bersama-Nya membawa suatu anugerah yang terindah, kedamain, cinta kasih, dalam seluruh hidup Kristus. Pengalaman inilah yang harus kita bawa bagi orang lain dalam hidup bersama di tengah-tengah dunia (Martasudjita, 2012: 22).

Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud di dalam Ekaristi. Di dalam Ekaristi Yesus menjadi Roti Hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Roti Hidup ini memberikan kehidupan bagi umat di seluruh dunia. Melalui Ekaristi umat diajak untuk masuk dan bersatu di dalam misteri Ekaristi, yakni mengenangkan misteri wafat dan kebangkitan-Nya. Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud dalam penyambutan Komuni Suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh dan darah-Nya dalam Komuni Suci menjadi tanda bahwa kita “tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita” (Martasudjita, 2012: 23).


(47)

5) Ekaristi sebagai Sumber untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Umat dalam Menghadapi Persoalan Hidup.

Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekaristi umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup sehari-hari (Martasudjita, 2012: 57). Umat dalam kehidupan sesehari-hari-sehari-hari memiliki permasalahan hidup yang kompleks. Umat tentunya ingin keluar dari permasalahan dan ingin memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Untuk itulah umat Kristiani selalu merayakan Ekaristi untuk menimba kekuatan dari Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Selain itu juga umat dapat memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar gembira dari Allah kepada seluruh bangsa. Untuk itulah umat Kristiani tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya campur tangan Allah.

B. Iman Umat 1. Pengertian Iman

Iman adalah anugerah cuma-cuma dari Allah dan tersedia bagi semua orang yang dengan rendah hati mencarinya. Iman adalah tindakan pribadi sejauh menjadi jawaban bebas pribadi manusia kepada Allah yang mewahyukan Diri-Nya (KKGK, art. 28).

Iman adalah penyerahan total dari manusia kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan dengan sukarela. (KWI, 1996: 128).

Katekismus Gereja Katolik art. 153 dan 155 menyatakan iman adalah satu anugerah Allah, satu kebajikan adikodrati yang dicurahkan oleh-Nya. Iman adalah


(48)

satu kegiatan akal budi yang menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang digerakan oleh Allah dengan perantaraan rahmat-Nya.

Iman merupakan tanggapan bebas manusia terhadap Sabda Allah. Iman merupakan jawaban pribadi dan menyeluruh dari manusia terhadap Sabda Tuhan. Iman merupakan anugerah karya Allah sendiri (Adisusanto, 2011: 34, 3-5).

Berdasarkan pengertian di atas menurut penulis, iman adalah tanggapan atau jawaban dari pihak manusia secara bebas terhadap wahyu atau Firman Allah, melalui kegiatan akal budi menerima kebenaran ilahi yang digerakkan oleh Allah dengan perantaraan rahmat-Nya. Rahmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia melalui Gereja-Nya, memampukan manusia menerima kebenaran ilahi, yang terdapat dalam Kitab Suci, ajaran-ajaran Gereja, dan Tradisi Gereja. Oleh karena itu, sebagai manusia Kristiani kita dipanggil untuk selalu mensyukuri anugerah Allah yang secara cuma-cuma mengalir dalam hidup dan perutusan kita, melalui doa, refleksi dan kontemplasi, dan terwujud dalam perbuatan cinta kasih.

2. Iman Gereja akan Yesus Kristus

Di dalam Gereja, yang menjadi pusat iman Kristiani adalah Yesus Kristus. Dari pewartaan yang telah dilakukan oleh Yesus, Gereja sungguh berpegang teguh dalam iman untuk mewartakan-Nya ke seluruh dunia. Peristiwa-peristiwa hidup Yesus Kristus menjadi sumber kekuatan hidup Gereja. Gereja menjadi tempat untuk memupuk iman Kristiani dan mewartakan pola hidup Yesus, sehingga hidup Yesus menjadi pola hidup murid-murid-Nya. Dengan menumbuhkan dan memupuk iman melalui Gereja berarti kita menghidupi dan mengambil bagian


(49)

dari Gereja dan juga menanamkan sikap percaya bahwa Yesus Kristus selalu hadir di dalamnya.

Peristiwa misteri paskah menjadi titik tolak kehidupan Gereja. Iman yang tumbuh dalam Gereja berasal dari Yesus Kristus yang telah mengalami sengsara, wafat, dan bangkit. Dengan peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus membuat Gereja-gereja yang ada di dunia ini mulai berkembang. Berkembangnya Gereja berawal dari pengalaman kebangkitan Yesus dan juga pengalaman para murid-Nya yang mengalami kebangkitan-Nya. Kebangkitan Yesus Kristus yang telah dirasakan para murid mulai membentuk sebuah kelompok perdana yang lama kelamaan menjadi besar dan akhirnya terbentuk sebuah Gereja. Kehadiran Gereja sebagai tanda pengharapan kelanjutan misi Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat-Nya dan menghantar mereka mencapai kepenuhan hidup. Gereja juga memiliki tugas yang penting yaitu mewartakan Injil ke seluruh bangsa. Dengan pewartaan Injil maka Gereja menjadi hidup seturut kehendak Allah (Martasudjita, 2010: 83-87).

3. Pentingnya Iman di dalam Hidup Umat

Iman menjadi hal yang penting bagi umat dalam menjalani peziarahan hidup di dunia. Iman memampukan umat untuk dapat menemukan Allah yang hadir di dalam kehidupan mereka. Seperti dalam Mrk 10: 51-52 yang berbunyi

“Tanya Yesus kepadanya: Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?

Jawab orang buta itu: Rabuni, supaya aku dapat melihat! Lalu kata Yesus kepadanya: Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau! Pada saat itu juga


(50)

melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya”. Orang buta yang terdapat dalam perikop tadi menunjukkan bahwa iman yang dimilikinya menuntun untuk menemukan Tuhan yang hadir dalam diri Yesus. Iman membawanya pada suatu keselamatan yang sungguh luar biasa bagi orang yang percaya kepada-Nya. Iman mendorong umat untuk selalu mengikuti Tuhan. Tuhan memberikan sabda-Nya melalui Injil supaya umat mampu menemukan nilai-nilai kerajaan Allah yang memberikan peneguhan, kebahagiaan di dalam peziarahan hidup.

Iman umat dapat memampukannya untuk memaknai, menghidupi, menemukan nilai hidup, dan bertahan dalam menghadapi persoalan hidup. Umat di tengah kenyataan dunia dan dengan segala pengalaman hidupnya mengalami banyak rintangan dalam penderitaan. Umat beriman dalam situasi seperti ini, memiliki harapan yang mengalir dari sikap iman: “Barang siapa menabur harapan menuai hidup baru” (Galatia 6:8). Situasi krisis multi dimensi yang berkepanjangan seperti sekarang ini mendorong umat untuk semakin dekat dengan Allah, dan dengan kekuatan dan kuasa Allah manusia mampu mengandalkan Allah menghadapi penderitaannya (KWI, 1996: 2-3).

4. Dasar Iman Umat

Umat Kristiani memiliki dasar iman. Iman yang dimiliki tidaklah datang begitu saja tanpa sebuah dasar. Dasar iman yang dimiliki oleh umat Kristiani adalah iman para rasul. Yang dimaksudkan para rasul adalah murid-murid Yesus yang disebut dua belas rasul. Kelompok ini menjadi dasar bagi umat Kristiani untuk bersaksi melalui perbuatan, tindakan, dan mendengarkan ajaran Yesus


(51)

Kristus. Apa yang dikerjakan oleh Yesus merupakan ajaran yang benar karena berasal dari Bapa yaitu ajaran cinta kasih yang memberikan suatu pertobatan bagi umat manusia.

Yesus yang dihukum sampai mati membuat orang-orang yang terdekat merasa sedih. Apa yang telah mereka yakini seolah-olah hanya kebohongan karena orang yang dianggap Mesias telah mati dan misi yang telah dirintis-Nya dianggap telah gagal. Dengan kejadian yang telah dialami, murid Yesus berdoa memohon petunjuk dari Allah. Selama penyingkiran ke tempat yang tenang dan sampai pada hari ketiga kelompok kecil murid-murid Yesus (Maria Magdalena, Petrus dan Yohanes, dan dua orang murid yang berjalan ke Emaus) dan kelompok besar (10 murid, lalu 11 murid semuanya, kelompok besar 500 orang) menyatakan dan menyakini bahwa Yesus Kristus telah bangkit dari mati. Pengalaman-pengalaman mereka ini membuat mereka berfikir apa yang harus dilakukannya untuk ke depan. Mereka merenungkan dan berdoa memohon petunjuk pada Allah. Di dalam permenungan, mereka merasakan kehadiran Allah dalam diri sehingga mereka sungguh dipenuhi Roh Allah yang bekerja dan berkarya dalam diri mereka, merekapun pergi memberikan kesaksian (Michel, 2001: 45-46).

Hal lain yang mendasari iman umat Kristiani yaitu wahyu Allah, melalui wahyu Allah, manusia disapa, Allah mengenalkan diri pada manusia. Dengan mewahyukan diri kepada manusia, Allah mengharapkan manusia untuk memberikan suatu tanggapan atas wahyu-Nya tentunya dengan sikap positif yakni mendengarkan sabda-Nya, menjalankan perintah-Nya, mewartakan kabar gembira dengan saling mengasihi. Hal ini terlihat dalam Roma 10: 14-17 yang berbunyi,


(52)

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik! Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Dengan demikian maka hubungan antara wahyu dan iman saling berkaitan. Hal ini memiliki hubungan karena dengan menanggapi wahyu Allah dengan iman maka sasaran akan lebih tepat yakni Allah mewahyukan diri-Nya dan manusia menanggapinya. Manusia menerima wahyu Allah berarti dapat mengenal siapa Allah itu dan bila ingin lebih mengenal maka ia harus bergaul dengan Allah dari hati ke hati seperti halnya manusia menyatakan cintanya kepada sesamanya. (Dister, 1991: 85-86)

5. Ciri-ciri Iman Kristiani yang Dewasa

Iman Kristiani yang dewasa memiliki dimensi iman yakni adanya keyakinan, adanya hubungan yang penuh kepercayaan, dan kehidupan agape (cinta sejati) yang hidup. Ketiga hal inilah yang mampu membawa umat Kristiani pada arah iman yang dewasa. Dimensi iman menuju kedewasaan iman Kristiani dapat diekspresikan dalam tiga kegiatan iman sebagai kegiatan keyakinan (faith as believing), iman sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting), dan iman sebagai kegiatan melakukan (faith as doing). Kegiatan ini merupakan inti dari iman yang dewasa. Umat Kristiani diarahkan pada ketiga kegiatan ini, sehingga


(53)

kedewasaan iman yang sudah ada dalam diri dapat tumbuh dan berkembang dan dimaknai dalam peziarahan hidup (Groome, 2010: 81).

Iman Kristiani yang dewasa diwujudkan melalui kegiatan di dalam hidup bersama dengan umat beriman lain di dalam dunia yakni; memupuk persaudaraan sejati, pelayanan yang tanpa syarat, pewartaan, liturgi, dan kemartiran. Dengan demikian Gereja mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah sebagai buah-buah iman. Di sisi lain iman yang dewasa juga mampu menciptakan habitus baru yakni keberpihakkan pada keprihatinan Allah bagi umat-Nya yang tersinggkir dari dunia.

C.Ekaristi sebagai Tempat Pengembangan Iman Umat

Ekaristi sebagai pusat perjumpaan antara umat beriman dengan sang Ilahi, dan juga merayakan peristiwa iman, mengenang misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Iman akan Yesus yang bangkit, dirayakan dalam Ekaristi sebagai puncak seluruh aktifitas umat beriman. Melalui Ekaristi umat beriman bertumbuh dan berkembang dalam imannya melalui pembacaan sabda dalam Ekaristi, berkumpul dalam suasana persaudaraan sejati, salam damai, pemecahan roti dan komuni suci. Hal inilah yang membuat iman umat semakin berkembang dan memperoleh daya kekuatan untuk bertindak kebaikan bagi sesama. Umat yang berkembang nampak dalam suasana meningkatnya rasa persaudaraan sejati, hadir sebagai pembawa damai, peduli dan berbagi dengan sesama yang membutuhkan, dalam hidup sehari-hari yang mengalir dari Ekaristi. Dengan demikian Ekaristi merupakan tempat pengembangan iman umat yang


(1)

(2)

Idsfe*crpnnden:

r3ap*/

Itr*

(rsolatrftcdd*

ee)

Usir

:

prtu

i'kFm$ri*nAngkcft

ttsiffuggal

:

t. Baealah

dsapn sel$ms p€rny&arfrnldafln

yqg tcsdh

*behm

da

Wimrato.

2.

Ada lima atternatifjaunim ymg tersdia

ucr*

menjaurab

pcoyffi

yane

t€rd@

dalam

tahl, ffitaraleic

SS

: Sctg$$e'lnjn

$

:

$e4ir

TS

:

Tidak$*uju

Silsbkgr

rmrilih

atterngif

javmha

$ang

sslr*i

&rgn

keadam ailau uihu*i yang

m&

r.asakan sfsr

ohsld€ngtr

ruembsi

ffie

$ngkar

(

O ) pflda kolorn yang anda

pilih

nisalnyr;

$eyatidaks*hkcKitsbSusi

t43

@

l"

N

: Netral

$T$

:

$mg*Ti&k$en{u

NO PNNHYATTAN $s

s

T$

N $TS

flt

fll

{31

ftl

fl$

f6l

{n

I Satramm Eeuisti aktivias hidun umat s*agsi Kasolikprncak

dfli

sppll

5 4 J 2

I

2. Sakramm sebapi

srmn

do

tanda

ks*lm*n

Allsh bCI*i umrt r*anrsia 5 4 3 2

t

J. $*anber knkuagn araag Katslik dlpersle,h dmi

msnsikni Ektristi 5 4 ? 2

I

4. Sa*rrsrnca yffis kito tsrirna mxrvtrcikm

hi&n

kia

5 4 3 z

I

5. eJni hadir

fu

maayakan

Ekri*i

rebrypi

kcunniibe

orm

Ktitdik saia 5 4 3 2

l

6"

E*sifd ffiidi

kebrtsfraft

*sts

tdolit

5 4 3 2

I

7. lvlsgikr$i Elnds*i herarti

uemlmgw pffiarduafli

se{ad

*basi

mrid Ysw

Krisftls 5 4 3 2

t

8. lvf+mebsdiri Ekedsni wnrbuat saya bgtqisr

Wgi

kemadn

sise

nm s€ntrti

Ywrs

5 4 3 2 I

9"

Ke*ude lang dipcaleilr

dtri Eksisti

nemhnt

saya wma&in be,rani tertibd

dslm hi&p

nrypreia

dm

nremasvargkflt

5 4 3 2 I

1CI- Sava semkin berifuail

kffila

admvn Ekaristi 5 4 3 2 I

lt

Sqna peduti dmsea

KLMIDkma r*u&pc

insDirasidai

Ekilisti

5 4 3 2 1

lx.

Sakh

rensihsi

ser

oda ags imra

sem*in enl$a

a&l*

Eheisti s 4 3 2

I

13.

lfiaf'mbut

scmakin I\rbuh

de

Darab Krirtt$

tmbu#

Eaya

b€,{offis&ame rada

Ysrts

5 4 3 2

t

14. $aya

dffi

meoghflditi

f;ksisi

bereti remBmsantkm

diti

Atlah dar sesffin rmat

l(elik

5 4 3 2

t


(3)

dssn

smsins

mnr&in

nnensihsi gksdsili r6. SEra mmbamu tCInbm menrpi ynng berboda

ke$akinan adaffi

$uild

inar| raas

dffisa

5 4 3 1

t

17. $a1a

lim&unm

sclalu terlibet

&lsn

kegieo

doa di

{

4 3 2

I

18. S*:nn

dwrglun

snddntnfirlr

beqgn ysg se&q

mcncaleimltribch

5 4 3 2 1

19"

Kebsdign

Yenrs dfilah

dmr tmmwetlsKsdi*

5

4

3 2

I

20. Irrrm

rcarasrl

n@iadi

dasa

inm

CcfiejaKatol* 5 4 3 2

I

2r.

kusn men&mng

knansasflmKtr,MTlt

dan

mmhs

scya

sffihil

F podi*i 5 4 3 2

I

n.

hmm

atrah

aaugrrah dad Allah dan

@gmaa

mrabebs$

drd

rriffi

tnflntsh 5 4 3 2

I

23. krcn saisr

ncmmpd(gr

mmknbi&n

s]ii

ffiitkm

AtlS

dd*m

s 4 3 2

I

24.

Saya dmng le,bft nurrl

cr*

nnengilcd Eklt{sti

&il

pulmg hbih rnal se$e{m ledrx

deh

peryan

Dkrftti

5 4 3

,

I

25. Sfi:r"

Ekri$

m€ognrli dm

myrlari

*sfi ttta

€rt

perqontl 5 4 3 2

I

26. Safn

semg;

nlmm,

man bit*

sqikr*i

Ekisti

rms

dsdakaedi lindnramndari

ndedi

Cr@h 5 4 3 2

t

v7. DtrsiaDan$aya pergi ke g#€ia

fugnn t€tfuib.brytr hnpo

5 4 3 2

I

28. Ss5ie li*olcntornscdrg

&lib*

&h

pe*hman

tur

di

)

{

3 2

I

29.

Sking

pectplgntrr kidlry

ffir

sffin

rM

meinbm&r

rM

meilrm&an msl$a

Shdsti

dalam hi&m

sehari.ki

5

{

3 2

I

30.

KatdiesG Urnat ;.ang b€rtolqk

dsi

peqgplman

*oh

dslm

Kitlb

Suei

ffiafir'rrnetunfut

Hpa€mskema*mEknristi


(4)

$I AI{AI(

DAT{

I3U

YAFTG

BUAK

$AilA

Di

pbuah

dcse hidrrytah

seoaog

ibu

yang

kssehismy

hekerja sebsgni

s*mg

penjutl

keraqiqns-

Dalm hidr4nyq

ibu

tsmbut

dikaruniai seorang annk

yang femrna

in.r tetqtr

benrsi*

l?

tahrm.

Si ibu hsri

demi hri kebidrryannya

ruerelruni

sebngai

pmrbuat

keranjaag;

dan

deiryan

itulsh ibu

tcrsefurt

ffiarnFt

membiayai kehidupan

dia dan

anaknya

Dffigen

ketekunnnnyq

ib{t tcf*eh*

mampu rreNneiluhi

kebufirhffi

sehad-had

dia

dan anakrya,

atan

fe16pi

si

itu

tersebr*

jugn

mf,mpu

mrnyekolalrk*n

anaknya santp*i

@ie1iaary

SldP.

Ibu

ini

hidupnya amat sedsrha$fl, kehiduparurys baltsgis

tidak merasa

hrang

?pqpun' Dnlarn kehidupon nasyarakat

ihr

ini

m$miliki

tefangga yang

kaya

k*hidupannya

se*a

tcreukrryi,

t€*ryi

$uxHaIB

nmahnl,a

surarn

de

terlihat

sepi,

ia

pun selalu

*ibuk

dengao

pek€rj"aamya

smeai

lidak ada

$,aktu

ua$k

Tuhil

bahkaa fsr&sdaag

rntrk

berkuanpnl deirgan

kelnqa

Fm

tak

samtrf.

Si kaya pada suanl

ketika

kebsrqgkruhn sehirgga

hrta

sffiee

oletr

ryr

sahnm den

krisis

globalissi.

Te{api

bgbeda

deagan

lr€hi&rynil

si

ibtr'

wala*pun

krisis

globnlisasi yang

melada

negeti

mereka

ibu dan amk

krsebut tidak

hk$

karens ke*rid*pcn

ms*a

stdah

salrgat soring

gn&kan

globalisesi yang

tsrj{di

disetiae uraktu

mer,*a

Semaugpt dan k*ekrmarr rnereka dala*r bekerja

itu tidak

pdm.

SamFailah padasuahr

krtikfl,

snng

esk

itu

bertanyakryda

ibrurya

A: mak

B;

Ibu

$: $i

orang Kaya

A:

Brg tanla anak,

ffigap

ihr

sering

sekdi

pg

ke gs,r€ja? Pads hal

kita

bisa bcrjualan pads

hari

minggu"

kalens hari

ninggu itu

barryak CIrang yang ada di

parr

dan muugkin

mffika

mau membeli keraqic{rg kite?

B:

Nalt

pergi ksgrrejs

itu

ndalnh

k*rrqiih

kie

sebagai

umat

Allah

Xang telatr dikasilmni oleh

Allah.

B:

Tmy*

ibu, meirgapa

kmu

b€rke

demikian, nak?

A:

Br4

sebwnya

apa yang

ibu

dapatkan

digereja ketika

sey* melihat

ibu

pulang,

ibu tidak

m€mbawa

rya-@

Ketika saya

melihat

ibu

berdoa, yang hanya adaibu mcnrngis

tffi&

ssyac$m$*

ihr

sangat

tfitekm

sckali

p6da

&'ak$ ber&a?

B:

Ibu menangis bukan

kd€na ibu

tertekan atan mealeeal

aksr

citussi

kita

fttapi

ibnr uterasa

hhwa ibu

$elah

berdos,

dm

matton &nprm

kepdg

Allah

snpaya ibu daa kamu sslah

diba*ati

oleh

Allah

A:

Bq

deirgnn iblr

pulangti&k

merckrrra

ryapedari

gfreia

ibu

m*ih

rnau

pqi

kegereja?

B:

(sarg ibu berpikir sejenak)


(5)

men atnu tidak

ikut

ihr

kegercja

da

hari rninggu

ini?

A:

Tidak

mas

brl'

meudingan saya bekuja dirumah s4ia

k*imbang

ikur

ib*

pergi kegereja' km tidak ada

gnrqrat

B;

gailah

aak,

oh

ys

ibu

boleh

minte toloqg

enggelr"

karru nengambil air

untuk

kita minrm

dan mengisi mng

ftrs$r&

nnnti

yang karnu

grrakan

jmgan

embero

kams

embs kita

tslah

pe,nub $€mua-

Nah,

kamu

mangmbil

airdmgau

keradmg

png

adadi

dflFrkita,Ibu

rnau berangk*t semburyang

duhl

1a?

A:

(karsns

ia

amat

trtuh

tertradap

ibunya

eakn i&

n*olakukam apa

ycrg

olehibunya)

Dengan

pem&

semaqgat,

dsn

d€rrym maksrd iqgrn

m€mhuat

ibunyn

bshagi" makn

ia

mclak,rkan deagan

iklas

apa

yang

dipsri&tshkan

oleh

ihmya

tsnp"

A

belpikir

parrjaag, s*n$ anak

ter,sbut

keranjang

hrwbut

yang

ada di

dryr

dan langsung mengambil

airde,rgpr

fteagunakan

kerr{apgtarsehrr

$ementara

itu"

ksraaiang tersebut srdah sangat

kotor rupanya

Be*ati-kati

sang acffk ters€furt

rnangmbil

ah dengen eengrmakan keraqiang tersebut Gamun

*tap

sqia

toq

t€rsh$

tidak

pmuh

sampi

pda

*ahl

iburya

putang

dai

gerej*.

Setib

ibrmya Fulsng

dari gerej4

dan rneqak

untuk

mskin

siang merekA

sneirtm

anak tersebut tna$ih

juga

mengarrbil

air.

Tibslah

*bryab

pemikiran yang muncul

dari

hnak

si

anak

tebrsebut

hlu

ia

berkata'tagniruna

tong

itu

akflr' penufu" wong

rnya

mengambil

air

deagan

mensun*ru jaring

yang

bdorg-wah

itu

ini

nnau mengerjain sapa

ya'.

kryegaslah mnk iftr

prdaog *ungai daa

meuaayakm kepada

fu*yq

karanya?

A:

Bq

meugapa

ibu

meminta saya

rmtuk

meugambil

air

iri

dengnn

mengun*km

jarine

ini? Tenus

kipda

tong

yaag

bsar

ir$

skan

p€m*t kalau begini? Wab

ibu

mau

nenghrlrum

saya yang

krce

say*

eryg*

mau

di

qiak kegsreja?

B:

Nalq

ibu

tar1 mana

r*mgkin kmru

bisa

nnergisi

toog

itu

dssgan

air dengan meoginakan

jqrring

itrr

A:

Tems

mak*id ibu

apa? saya

keml

brtadry

ibn,

ibu

udah engak saystrg

smn

sayakah?

B:

Bukm

beeitu

malfur,

kamu

.hlarn

hl

ini

telah

mend@

pel4iaran yang

matbesm?

Tsnyeehk?

A:

Petajaran apa? Wong hanya ada

adald

capek? {deugan

"rada akan mflrah}

B

Aruakk*

sekarang karnu lihat apayang

tsdsdi

pada

keraqieg

kita $etelah

kfrnu

wtuknnenganbil

eir?

A:

B*

tadiknya keranjang

ini

amx

kctor, kok

s*araag ia

mqiadl

bssih?

B:

Nah,

itulsh

nak yang ibu makendkan, ibu tidak

laenshukrm

kamrr

karsra


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.

0 4 197

Katekese model SCP sebagai salah satu usaha peningkatan pelaksanaan pembinaan iman umat lingkungan Santo Yohanes Stasi Santo Yusup Balong Paroki Santa Theresia Lisieux Boro.

1 7 158

Peranan lagu rohani ekaristi dalam meningkatkan pemaknaan perayaan ekaristi bagi kaum muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru.

0 3 146

Usulan meningkatkan pemahaman tentang makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta.

0 4 149

Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul

0 2 195

SEJARAH PERKEMBANGAN GEREJA KATOLIK SANTO YUSUF JURU KARYA GONDANGWINANGUN

1 1 148

USULAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN PUTERA ALTAR KUASI PAROKI SANTO YUSUP BANDUNG, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 147

SENI KARAWITAN SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN UMAT AKAN EKARISTI DI PAROKI SANTO YAKOBUS, BANTUL, YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 151

USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN SKRIPSI

1 2 153

Makna perayaan ekaristi bagi anggota misdinar di Paroki Santo Antonius Padua Kotabaru Yogyakarta. - USD Repository

0 0 122