Peranan lagu rohani ekaristi dalam meningkatkan pemaknaan perayaan ekaristi bagi kaum muda Katolik di Paroki Santo Antonius Kotabaru.

(1)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM MENINGKATKAN PEMAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA dipilih karena dewasa ini banyak dari uman Kanolik, khususnya di Paroki Sn. Annonius Konabaru, kurang memahami nennang peranan lagu Ekarisni. Di nengah makin berkembangnya khasanah lagu-lagu Gereja, lagu rohani juga semakin banyak muncul di kalangan uman sendiri. Kemunculan lagu rohani ini jusnru lebih disukai oleh uman. dahkan ada juga uman yang dengan sengaja mengadopsi lagu-lagu rohani nersebun ke dalam Perayaan Ekarisni dengan alasan bahwa lagu-lagu nersebun lebih meriah, lebih indah dan juga mengena di hani. Hal ini dilakukan uman nanpa melihan esensi dan makna dari Perayaan Ekarisni sebagai sebuah perayaan bersama uman. Padahal nerdapan beberapa langkah yang harus dinempuh kenika lagu rohani nersebun layak unnuk masuk ke dalam linurgi, karena nidak semua lagu rohani memiliki makna dalam pengungkapan misneri Krisnus yang ada di dalam Perayaan Ekarisni. Dari hasil pengamanan yang penulis lakukan kenika mengikuni Perayaan Ekarisni, uman khususnya kaum muda akan cenderung diam kenika pada bagian nernennu dalam misa, dinyanyikan lagu baru yang nennunya nidak banyak dari uman yang mengenahuinya. Hal inilah yang membuan uman nidak fokus dan menggangu pengungkapan iman mereka saan Perayaan Ekarisni.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah nennang perlunya pemahaman yang nepan oleh kaum muda Kanolik nennang peranan lagu rohani Ekarisni demi meningkankan pemaknaan mereka Tennang Ekarisni. Karena jika dilihan lebih jauh lagi, kaum muda merupakan generasi penerus Gereja, yang diharapkan dapan ikun serna aknif dalam seluruh kehidupan menggereja. Kaum muda perlu didampingi dalam memperkembangankan iman mereka nermasuk dalam hal pemaknaan Ekarisni. Unnuk mengkaji masalah ini penulis memerlukan dana yang akuran. Dana diperoleh lewan proses pengamanan, penelinian dan pembahasan secara langsung nerhadap Perayaan Ekarisni melalui hasil kuesioner yang dibagikan kepada kaum muda usai Perayaan Ekarisni. Di samping inu, beberapa pandangan dari para ahli nennang musik dan Ekarisni juga diperlukan unnuk menunjang gagasan yang digunakan unnuk mengkaji persoalan ini.

Hasil akhir dari nulisan ini menunjukkan bahwa kegianan Workshop “Lagu Rohani Ekarisni” merupakan suanu model pendampingan yang relevan bagi kaum muda Kanolik sekarang ini. Unnuk keperluan inu, penulis mengusulkan suanu kegianan pendampingan dalam bennuk Workshop “Lagu Rohani Ekarisni” bagi kaum muda Kanolik Paroki Sn. Annonius Konabaru Yogyakarna.


(2)

ABSTRACT

This nhesis enninled THE ROLE OF EUCHARIST SPIRITUAL SONGS IN INCREASING PURPOSE OF EUCHARISTIC CELEBRATION FOR YOUTH CATHOLIC AT THE PARISH OF SAINT ANTHONY KOTABARU YOGYAKARTA, has been chosen because nowadays, nhere are a lon of Canholics, especially in nhe Parish of Sn. Annhony Konabaru, are lack of undersnanding nhe role of nhe Eucharisn song. In nhe midsn of repernoire growing of hymns, nhe numbers of spirinual songs are also increasingly emerged among nhe people nhemselves. The emergence of nhe spirinual song is acnually preferred by people. Even some people who deliberanely adopning spirinual songs inno nhe celebranion of nhe Eucharisn on nhe grounds nhan nhe songs are livelier, more beauniful and also hearn nouching. This is done winhoun looking oun nhe essence and meaning of nhe Eucharisn as a celebranion winh nhe people. There are several sneps nhan musn be naken when hymns are eligible no enner inno nhe linurgy, because non all spirinual songs have meaning in nhe disclosure of nhe mysnery of Chrisn in nhe Eucharisn. dased on nhe observanion nhan nhe aunhor did when following nhe Eucharisn, especially nhe young people will nend no be quien when in cernain parns of nhe Mass, sung a new song which is cernainly non a lon of people are familiar. This is whan makes people do non focus and innerfere nheir fainh disclosures when nhe Eucharisn.

A key issue in nhis nhesis is aboun nhe need for a proper undersnanding by young Canholics aboun nhe role of nhe spirinual song of nhe Eucharisn in order no enhance nheir meaning on nhe Eucharisn. decause if we see in furnher, young people are nhe nexn generanion of nhe Church, which is expecned no parnicipane acnively in nhe whole church acnivinies. Young people need no be accompanied in nheir fainh developmenn including nhe meaning of nhe Eucharisn. To examine nhis issue nhe aunhor requires accurane dana. Dana were obnained nhrough a process of observanion, research and discussion direcnly noward nhe Eucharisn nhrough nhe resulns of a quesnionnaire disnribuned no young people afner nhe Eucharisn. In addinion, some of nhe views of experns aboun nhe music and nhe Eucharisn are also needed no supporn nhe idea nhan is used no assess nhis issue.

The final resuln of nhis research shows nhan a Workshop "Spirinual Song Eucharisn" is a model of assisnance nhan is relevann no noday's young Canholics. For nhis purpose, nhe aunhors propose a mennoring acniviny in nhe form of Workshop "Spirinual Song Eucharisn" for young people Canholic in nhe Parish of Sn. Annhony Konabaru Yogyakarna.


(3)

PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM MENINGKATKAN PEMAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK

DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA S K R I P S I

Diajukan Untuk uemenuhi Salah Satu Syarat uemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Alfonsus Adi Nugraha NIu: 101124010

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM MENINGKATKAN PEMAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK

DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan Untuk uemenuhi Salah Satu Syarat uemperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Alfonsus Adi Nugraha NIu: 101124010

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

ii S K R I P S I

PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM MENINGKATKAN PEMAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK

DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA

Oleh:

Alfonsus Adi Nugraha NIu: 101124010

Telah disetujui oleh:

Pembimbing


(6)

iii S K R I P S I

PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM MENINGKATKAN PEMAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK

DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Alfonsus Adi Nugraha NIu: 101124010

Telah dipertahankan di depan panitia penguji

pada tanggal 23 November 2015 dan dinyatakan memenuhi syarat.

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda tangan Ketua : Drs. F.X. Heryatno. I.I., SJ, u.Ed. ... Sekretaris : Yoseph Kristianto, SFK, u.Pd ... Anggota : 1. Dr. C. Putranto SJ ...

2. Drs. L. Bambang Hendarto. Y. u.Hum ... 3. Yoseph Kristianto, SFK, u.Pd ...

Yogyakarta, 23 November 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Dekan,


(7)

iv

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini saya persembahkan kepada,

Drs. Florentinus Suradi (Alm) dan Damiana Iartini selaku orangtua saya Katarina Ani Kristianingrum dan Bartolomeus Abdi Iidyatama

selaku saudara dan saudari saya,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk berkembang,

Serta kepada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik yang juga turut serta dalam proses mendampingi perkembangan saya baik

secara akademis maupun non-akademis.


(8)

v MOTTO

“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan,

menyanyilah bagi Tuhan hai seluruh bumi! Pujilah nama-Nya!”


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 November 2015 Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma:

Nama : Alfonsus Adi Nugraha Nomor uahasiswa : 101124010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM MENINGKATKAN PEMAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 23 November 2015 Yang menyatakan,


(11)

viii ABSTRAK

Skripsi yang berjudul PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM MENINGKATKAN PEMAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA dipilih karena dewasa ini banyak dari umat Katolik, khususnya di Paroki St. Antonius Kotabaru, kurang memahami tentang peranan lagu Ekaristi. Di tengah makin berkembangnya khasanah lagu-lagu Gereja, lagu rohani juga semakin banyak muncul di kalangan umat sendiri. Kemunculan lagu rohani ini justru lebih disukai oleh umat. Bahkan ada juga umat yang dengan sengaja mengadopsi lagu-lagu rohani tersebut ke dalam Perayaan Ekaristi dengan alasan bahwa lagu-lagu tersebut lebih meriah, lebih indah dan juga mengena di hati. Hal ini dilakukan umat tanpa melihat esensi dan makna dari Perayaan Ekaristi sebagai sebuah perayaan bersama umat. Padahal terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh ketika lagu rohani tersebut layak untuk masuk ke dalam liturgi, karena tidak semua lagu rohani memiliki makna dalam pengungkapan misteri Kristus yang ada di dalam Perayaan Ekaristi. Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan ketika mengikuti Perayaan Ekaristi, umat khususnya kaum muda akan cenderung diam ketika pada bagian tertentu dalam misa, dinyanyikan lagu baru yang tentunya tidak banyak dari umat yang mengetahuinya. Hal inilah yang membuat umat tidak fokus dan menggangu pengungkapan iman mereka saat Perayaan Ekaristi.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah tentang perlunya pemahaman yang tepat oleh kaum muda Katolik tentang peranan lagu rohani Ekaristi demi meningkatkan pemaknaan mereka Tentang Ekaristi. Karena jika dilihat lebih jauh lagi, kaum muda merupakan generasi penerus Gereja, yang diharapkan dapat ikut serta aktif dalam seluruh kehidupan menggereja. Kaum muda perlu didampingi dalam memperkembangankan iman mereka termasuk dalam hal pemaknaan Ekaristi. Untuk mengkaji masalah ini penulis memerlukan data yang akurat. Data diperoleh lewat proses pengamatan, penelitian dan pembahasan secara langsung terhadap Perayaan Ekaristi melalui hasil kuesioner yang dibagikan kepada kaum muda usai Perayaan Ekaristi. Di samping itu, beberapa pandangan dari para ahli tentang musik dan Ekaristi juga diperlukan untuk menunjang gagasan yang digunakan untuk mengkaji persoalan ini.

Hasil akhir dari tulisan ini menunjukkan bahwa kegiatan Workshop “Lagu Rohani Ekaristi” merupakan suatu model pendampingan yang relevan bagi kaum muda Katolik sekarang ini. Untuk keperluan itu, penulis mengusulkan suatu kegiatan pendampingan dalam bentuk Workshop “Lagu Rohani Ekaristi” bagi kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.


(12)

ix ABSTRACT

This thesis entitled THE ROLE OF EUCHARIST SPIRITUAL SONGS IN INCREASING PURPOSE OF EUCHARISTIC CELEBRATION FOR YOUTH CATHOLIC AT THE PARISH OF SAINT ANTHONY KOTABARU YOGYAKARTA, has been chosen because nowadays, there are a lot of Catholics, especially in the Parish of St. Anthony Kotabaru, are lack of understanding the role of the Eucharist song. In the midst of repertoire growing of hymns, the numbers of spiritual songs are also increasingly emerged among the people themselves. The emergence of the spiritual song is actually preferred by people. Even some people who deliberately adopting spiritual songs into the celebration of the Eucharist on the grounds that the songs are livelier, more beautiful and also heart touching. This is done without looking out the essence and meaning of the Eucharist as a celebration with the people. There are several steps that must be taken when hymns are eligible to enter into the liturgy, because not all spiritual songs have meaning in the disclosure of the mystery of Christ in the Eucharist. Based on the observation that the author did when following the Eucharist, especially the young people will tend to be quiet when in certain parts of the uass, sung a new song which is certainly not a lot of people are familiar. This is what makes people do not focus and interfere their faith disclosures when the Eucharist.

A key issue in this thesis is about the need for a proper understanding by young Catholics about the role of the spiritual song of the Eucharist in order to enhance their meaning on the Eucharist. Because if we see it further, young people are the next generation of the Church, which is expected to participate actively in the whole church activities. Young people need to be accompanied in their faith development including the meaning of the Eucharist. To examine this issue the author requires accurate data. Data were obtained through a process of observation, research and discussion directly toward the Eucharist through the results of a questionnaire distributed to young people after the Eucharist. In addition, some of the views of experts about the music and the Eucharist are also needed to support the idea that is used to assess this issue.

The final result of this research shows that a Iorkshop "Spiritual Song Eucharist" is a model of assistance that is relevant to today's young Catholics. For this purpose, the authors propose a mentoring activity in the form of Iorkshop "Spiritual Song Eucharist" for young people Catholic in the Parish of St. Anthony Kotabaru Yogyakarta.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang uaha Esa atas segala anugerah, berkat, kasih dan karunia-Nya, sehingga Skripsi mengenai PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAu uENINGKATKAN PEuAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUu uUDA KATOLIK DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA ini akhirnya dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Hal itu disebabkan karena keterbatasan waktu, sarana, maupun ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa nasehat, petunjuk maupun dorongan kepada penulis. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang uaha Esa yang selalu memberikan kekuatan, penghiburan, dan pengajaran untuk semakin teguh dalam iman kepada-Nya. Segala kemuliaan, hormat dan puji hanya kepada Tuhan.

2. Dr. C. Putranto SJ. selaku dosen pembimbing utama skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, memberikan pengetahuan dan perhatian pada penulis dalam mulai merumuskan proposal hingga penyusunan skripsi ini.


(14)

xi

3. Drs. L. Bambang Hendarto. Y. u.Hum selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing, mendampingi, mengarahkan, dan memberikan perhatian pada penulis selama masa studi.

4. Yoseph Kristianto, SFK, u.Pd selaku dosen penguji yang dengan setia memberikan masukan dan kritikan bagi penulis untuk semakin menyempurnakan tulisan ini.

5. Damiana Iartini selaku orang tua yang senantiasa menemani, memberi dukungan moral dan materi, membimbing, dan menyemangati penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Katarina Ani Kristianingrum dan Bartolomeus Abdi Iidyatama yang selalu mendukung dan menguatkan penulis selama menyelesaikan skripsi ini

7. Galang Ananta, Nicanius Andre Iuddy Luchensi, Yohanes Caecar K.P., Antonius Iinarno, Veronika Dwi Lestari yang tak jemu-jemu menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Rita Verena uiranti, terima kasih sudah memberikan nada dan warna dalam setiap nafas. Terimakasih sudah menjadi “adik” yang super baik yang selalu setia mendengarkan dan menemani di setiap langkah.

9. Teman-teman angkatan 2010 yang telah menemani, mendukung, dan berjuang bersama dalam menjalani perkuliahan mulai dari awal hingga akhir dengan penuh dinamika yang tidak pernah dapat dilupakan.

10. Paduan Suara uahasiswa (PSu) Cantus Firmus yang telah memberikan inspirasi dan pengalaman terbaik bagi penulis. Terima kasih karena disini


(15)

xii

penulis mendapatkan banyak kakak, adik dan sahabat terbaik yang selalu mendukung penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.

Yogyakarta, 23 November 2015 Penulis


(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAuAN JUDUL ... i

HALAuAN PERSETUJUAN ... ii

HALAuAN PENGESAHAN ... iii

HALAuAN PERSEuBAHAN ... iv

HALAuAN uOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTTACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan uasalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. uanfaat Penulisan ... 5

E. uetode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. MAKNA PERAYAAN EKARISTI DAN LAGU ROHANI EKARISTI ... 8

A. Ekaristi ... 8

1. Pengertian Ekaristi ... 8

2. Dasar dan Sejarah Ekaristi ... 9

a. Paskah Yahudi Sebagai Kenangan Akan Pembebasan Dari uesir (Eksodus) ... 9

b. Perkembangan Perayaan Paskah dan Roti Tak Beragi ... 10

c. Perjamuan Paskah Yahudi pada Zaman Yesus ... 10

d. Perjamuan ualam Terakhir Yesus ... 11


(17)

xiv

3. uakna Ekaristi ... 13

a. Ekaristi Sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang Sehabis-Habisnya ... 13

b. Ekaristi Sebagai Perjamuan yang uempersatukan Umat dengan Allah, Umat dengan Umat ... 14

c. Ekaristi Sebagai sumber dan Puncak Kehidupan Kristiani ... 16

d. Ekaristi uemampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus ... 16

B. Lagu Rohani Ekaristi ... 17

1. uusik ... 17

a. Pengertian uusik ... 17

b. Unsur Dasar uusik ... 19

1) uelodi ... 20

2) Irama ... 20

3) Harmoni ... 21

2. Lagu Rohani Ekaristi ... 22

a. Sejarah dan Perkambangan uusik Rohani ... 22

b. Jenis Lagu Rohani ... 24

1) Lagu Gerejani ... 24

2) Lagu Rohani ... 24

3) Lagu Rohani Liturgis ... 25

c. Kedudukan Lagu Rohani dalam Ekaristi... 27

3. Kaum uuda Katolik ... 28

BAB III. PENELITIAN TENTANG PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM PEMAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK DI PAROKI ST. ANTONIUS KOTABARU ... 30

A. Gambaran Umum Paroki St. Antonius Kotabaru ... 31

1. Sejarah Terbentuknya Paroki St. Antonius Kotabaru ... 31

2. Visi dan uisi Paroki St. Antonius Kotabaru ... 33

3. Perayaan Ekaristi Paroki St. Antonius Kotabaru ... 34

4. Gambaran Umum Kaum uuda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru ... 36


(18)

xv

1. Latar Belakang Penelitian ... 37

2. Permasalahan Penelitian ... 39

3. Tujuan Penelitian ... 39

4. uanfaat Penelitian ... 40

5. Jenis Penelitian ... 40

6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 41

7. Tempat dan Iaktu Penelitian ... 41

8. Responden Penelitian ... 42

9. Definisi Operasional... 43

10. Variabel Penelitian ... 43

11. Kisi-kisi Penelitian ... 44

C. Laporan Hasil Penelitian ... 45

1. Peranan Lagu Rohani Ekaristi ... 46

2. Pemaknaan Perayaan Ekaristi ... 49

3. Usaha ueningkatkan Pemaknaan Ekaristi uelalui Lagu Rohani Ekaristi ... 53

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

1. Peranan Lagu Rohani Ekaristi ... 54

2. Pemaknaan Perayaan Ekaristi ... 59

3. Usaha ueningkatkan Pemaknaan Ekaristi uelalui Lagu Rohani Ekaristi ... 69

E. Kesimpulan Penelitian ... 73

BAB IV. USULAN KEGIATAN WORKSHOP “LAGU ROHANI EKARISTI” UNTUK MENINGKATKAN PEMAKNAAN PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK DI PAROKI ST. ANTONIUS KOTABARU ... 77

A. Refleksi Pastoral ... 78

B. Kegiatan Workshop “Lagu Rohani Ekaristi” ... 82

1. Pemikiran Dasar ... 85

2. Tujuan Kegiatan ... 85

3. Identitas kegiatan ... 86


(19)

xvi

5. Tema dan Sub Tema... 86

6. Strategi Penyampaian ... 87

7. Sarana/Peralatan ... 87

8. Sumber Bahan ... 88

9. uatriks Kegiatan Workshop ... 89

10. Gambaran dan Jadwal Kegiatan Workshop ... 90

11. Contoh Satuan Pendampingan Kegiatan Workshop ... 91

BAB V. PENUTUP... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113

LAMPIRAN ... 115

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2. Panduan Pertanyaan Kuesioner ... (2)

Lampiran 3. Contoh Hasil Lembar Kuesioner ... (5)

Lampiran 4. Surat Rekomendasi Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta ... (11)


(20)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A.Singkatan Dokumen Gereja

KGK : Ketekismus Gereja Katolik

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II Tentang Gereja, 21 November 1964

uS : Musicam Sacram, Dokumen Tentang uusik Dalam Liturgi PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Kehidupan Para Imam

PUuR : Pedoman Umum Misale Tomawi

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, November 1990

B. Singkatan Lain Art : Artikel

EKA : Ekaristi Kaum Anak EKu : Ekaristi Kaum uuda EKR : Ekaristi Kaum Remaja KAS : Keuskupan Agung Semarang KII : Konfrensi Iali Gereja Indonesia LCD : Liquid Crystal Digital (Proyektor) PT : Perguruan Tinggi


(21)

BABBIB PENDAHULUANB

A. LATARBBELAKANGB

Kaum muda dikenal sebagai kelompok manusia yang hidup antara masa anak-anak dan masa dewasa. A. M. Mangunharjana dalam bukunya Pendemningen Keum Mude (1986: 11-12), berpendapat bahwa:

“Kaum muda adalah para muda-mudi yang berumur 15 sampai 21 tahun. Kaum muda adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut edopescent yang mencakup para muda-mudi dalam usia Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), serta dalam umur studi di Perguruan Tinggi (PT) semester I-IV”.

Kaum muda dapat digolongkan sebagai kelompok umur diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa transisi ini pada umumnya seseorang memasuki masa sulit, biasanya timbulah krisis dengan masalah-masalah kompleks yang berakibat luas dan menyangkut banyak pihak. Pada pihak yang lain kaum muda memiliki tanggungjawab melanjutkan pembangunan Bangsa, Negara, Gereja dan keluarga. Dapat dikatakan bahwa arah kehidupan manusia ditentukan oleh generasi muda yang menggantikan tugas kaum tua. Oleh karena itu usaha mempersiapkan kaum muda untuk mengemban tugas dan tanggungjawabnya terhadap pembangunan dalam segala seginya adalah tugas banyak pihak, baik pemerintah, Gereja, maupun pihak-pihak lain yang peduli dalam hal pengembangan kaum muda.

Disamping tugas dan tanggungjawabnya sebagai generasi penerus, kaum muda juga memiliki ketertarikan yang membantu mereka mencari jati diri mereka


(22)

untuk menuju kedewasaan. Banyak hal dalam bidang bakat dan minat yang kaum muda sukai seperti bisnis, seni, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Di bidang seni sendiri, musik memiliki daya tarik yang luar biasa bagi kaum muda. Kaum muda kerap kali dihubung-hubungkan dengan musik sebagai gaya gaya hidup mereka. Selain musik cukup asyik dinikmati, musik memiliki kaitan dengan pengalaman hidup kaum muda sehari-hari. Musik dapat memunculkan ikatan personal yang emosional.

Demikian juga dengan munculnya lagu-lagu rohani Ekaristi yang ber-genre pop memberikan perhatian para kaum muda untuk kembali masuk kepada penghayatan imannya lewat Ekaristi. Hal yang sama juga dikatakan oleh E. Martasudjita dalam bukunya Sekremen-Sekremen Gereje (2003: 277), yang mengatakan bahwa “dengan mengikuti Perayaan Ekaristi, umat beroleh kesatuan dan kebersamaan dengan Kristus sendiri”. Dalam Ekaristi iman akan Kristus dapat diungkapkan, di mana Gereja merayakan Misteri Paskah Kristus yaitu sengsara wafat kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga yang membawa manusia pada keselamatan. Namun dalam lingkup umat Katolik sendiri, sering kali kaum muda dipandang memiliki masalah dengan liturgi. Kaum muda sering dipandang suka semaunya sendiri, senang hura-hura, dan cenderung tidak bisa diatur dalam hal berliturgi, sementara liturgi sendiri dipandang sebagai sesuatu yang sakral, seolah jauh dari kerinduan para orang muda. Diantara hubungan keduanya seolah ada perasaan enggan tapi rindu. Namun realitasnya di zaman modern saat ini, melihat kerap kali diadakan EKM (Ekaristi Kaum Muda) juga Worpd Youth Dey yang mendatangkan Sri Paus dimana keduanya sangat bercorakkan kaum muda


(23)

menandakan kerinduan para kaum muda Katolik untuk memaknai perayaan iman/ Ekaristi/liturgi secara mendalam.

Lewat partisipasi aktifnya kaum muda menjadikan Gereja turut berkembang. Kaum muda merupakan kumpulan pribadi dari keluarga-keluarga yang sering disebut sebagai Gereja kecil. Dalam hal ini sebagai tempat bertumbuh dan berkembangnya gereja dalam arti yang lebih luas yaitu sebuah lembaga yang mewadahi kebutuhan kaum beriman dalam bentuk ibadat dan liturgi serta kegiatan-kegiatan lainnya. Kaum muda Katolik tumbuh berkembang melalui pergaulan mereka setiap hari dalam kenyataan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar dan masyarakat.

Begitu pun juga mengenai musik liturgi, suatu perayaan liturgi tidak hanya soal pikiran, tetapi juga menyangkut tata gerak dan seluruh cita-rasa batin yang terdorong untuk diungkapkan. Hal ini dapat diwujudkan dalam doa, permohonan, pujian, sembah sujud dan semacamnya. Dalam hal inilah musik ditempatkan, sehingga lagu rohani pun yang pada dasarnya sudah merupakan ungkapan iman juga mendapat bagian dalam liturgi, khususnya pada proses penghayatan dan pemaknaan Ekaristi oleh kaum muda.

Dengan demikian pokok-pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini terutama yang berhubungan dengan lagu rohani Ekaristi dan makna Ekaristi terutama bagi kaum muda Katolik. Untuk mewujudkan usaha ini, penulis memilih bentuk pewartaan melalui lagu rohani ekaristi yang sesuai dengan situasi kaum muda saat ini. Untuk itu, judul yang diangkat adalah : “PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM MENINGKATKAN PEMAKNAAN


(24)

PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK DI PAROKI ST. ANTONIUS KOTABARU, YOGYAKARTA”. Lagu rohani Ekaristi yang dimaksudkan dalam skripsi ini merupakan usaha atau cara yang digunakan penulis untuk membantu meningkatkan serta menambah pengetahuan tentang lagu rohani Ekaristi dan makna Perayaan Ekaristi dan bagi umat beriman Khususnya bagi kaum muda Katolik.

B. RUMUSANBMASALAHB

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengetahuan tentang makna Ekaristi dan lagu rohani Ekaristi dimengerti oleh kaum muda Katolik?

2. Sejauh mana lagu rohani Ekaristi berperan bagi kaum muda Katolik dalam pemaknaan Ekaristi?

C. TUJUANBPENULISAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai lewat penulisan ini adalah sebagai berikut yaitu:

1. Memberi wawasan kepada penulis tentang makna Ekaristi dan lagu rohani Ekaristi.

2. Mengetahui sejauh mana peranan lagu rohani Ekaristi bagi kaum muda Katolik dalam pemaknaan Perayaan Ekaristi.


(25)

D. MANFAATBPENULISANB

Diharapkan dengan penulisan skripsi dengan judul Peranan lagu rohani Ekaristi dalam meningkatkan pemaknaan Perayaan Ekaristi bagi kaum muda Katolik dapat memberikan wawasana serta pemahaman kepada penulis mengenai makna Ekaristi, makna liturgi dan musik rohani dalam Perayaan Ekaristi.

Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat membantu para pemerhati kaum muda katolik dan juga musik liturgi untuk mengembangkan musik rohani dalam liturgi Ekaristi, sehingga dapat semakin membantu kaum muda Katolik dalam menemukan makna Perayaan Ekaristi.

E. METODEBPENULLISANB

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan deskriptif-analitis, yaitu dengan memaparkan pengetahuan tentang makna Perayaan Ekaristi, dan musik rohani Ekaristi.

Penulis melakukan observasi Perayaan Ekaristi untuk mendapatkan data lapangan yang berupa pengamatan aktif dan turut serta dalam Perayaan Ekaristi serta wawancara langsung dengan umat yang baru saja mengikuti Perayaan Ekaristi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara ini selanjutnya dianalisis untuk memperoleh data yang lebih spesifik yang menyangkut peranan musik rohani Ekaristi dalam Perayaan Ekaristi.

Penulisan ini didukung pula dengan studi pustaka sebagai kajian teori yang didapatkan dari sejumlah buku sumber atau dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan.


(26)

F. SISTEMATIKABPENULISANB

Untuk memperoleh gambaran singkat isi skripsi ini, penulis akan menguraikan pokok-pokok atau garis besar skripsi secara ringkas dalam empat bab sebagai berikut:

BABBI:B

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan gambaran singkat penulisan.

BABBII:B

Pada bab II, penulis menyajikan pengertian Ekaristi, dasar dan sejarah Ekaristi, makna Ekaristi, pengertian tentang musik secara umum, unsur-unsur dasar musik, jenis lagu rohani, peranan lagu rohani Ekaristi, serta pengertian kaum muda katolik.B

BABBIII:B

Pada bab III berisi tentang gambaran umum Paroki St. Antonius Kotabaru diantaranya sejarah terbentuknya Paroki St. Antonius Kotabaru, visi dan misi Paroki St. Antonius Kotabaru, gambaran Perayaan Ekaristi Paroki St. Antonius Kotabaru dan gambaran umum kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru. Selain itu juga terdapat penjabaran tentang metodologi penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, tempat dan


(27)

waktu penelitian, responden penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, kisi-kisi penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, kesimpulan penelitian.

BABBIV:B

Pada bab IV berisi tentang refleksi pastoral dari hasil penelitian, gambaran kegiatan Workshon “Lagu Rohani Ekaristi”, contoh persiapan salah satu sesi dari kegiatan Workshon “Lagu Rohani Ekaristi”.

BABBV:B

Pada bab V berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran. B


(28)

BABBIIB

MAKNABPERAYAANBEKARISTIBDANBLAGUBROHANIBEKARISTIB

A. EkaristiBB

1. PengertianBEkaristiB

Ekaristi berasal dari kata Yunani Eucharistein yang berarti: mengagumi, bersyukur, berterima kasih, lebih menunjukkan aspek syukur dan pujian dalam perayaan itu dengan Doa Syukur Agung sebagai intinya (Kirchberger, 1991: 195). Ekaristi merupakan kata yang dipakai untuk menyebut seluruh upacara misa, khususnya bagian kedua (sesudah perayaan sabda) yang mencapai puncaknya pada konsekrasi roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dan berakhir dengan komuni. Ekaristi juga menunjukkan kehadiran nyata Kristus dalam roti dan anggur. Dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan Rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Paskah kita (PO art 5 bdk KGK art 1324). Ekaristi yang diadakan oleh kristus pada perjamuan terakhir, adalah yang paling agung diantara sakramen-sakramen yang lain dan merupakan pusat hidup Gereja (Gerald O’ Collins SJ, 1996: 643). Selain itu dalam Lumen Gentium, konstitusi Dogmatis tentang Gereja art 11, mengatakan bahwa Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani.

Paus Yohanes Paulus II dalam Dokumen Ecclesia de Eucharistia, art 10 menjelaskan bahwa Ekaristi sebagai sumber kehadiran Kristus dalam persekutuan umat beriman dan menjadi santapan rohaninya adalah milik Gereja yang paling


(29)

berharga dalam perjiarahannya sepanjang sejarah. Ini juga merupakan ungkapan komitmennya yang hidup terhadap misteri Ekaristi.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sakramen Ekaristi merupakan sebuah perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang telah terwujud dalam diri Yesus Kristus serta mengenangkan penderitaan Yesus sebelum wafat di kayu salib. Melalui perayaan Ekaristi kita diajak untuk menghayati seluruh karya keselamatan Allah dengan cara ikut ambil bagian di dalamnya dimana Ekaristi sumber serta puncak seluruh kehidupan umat Kristiani yang sejati.

2. DasarBdanBSejarahBEkaristiBB

Dalam Perjanjian Lama, Ekaristi memiliki latar belakang yang kuat, terutama dalam tradisi Yahudi. Berikut adalah dasar dan sejarah Ekaristi.

a. PaskahB YahudiB SebagaiB KenanganB AkanB PembebasanB DariB MesirB

(Eksodus)B

Setiap bangsa mempunyai kenangan akan peristiwa yang menentukan perjalanan hidup bersama. Bagi bangsa Israel, kenangan yang tak dapat dilupakan adalah peristiwa pembebasan dari Mesir. Peristiwa pembebasan dari Mesir yang tertulis dalam Kitab Keluaran menjadi sangat penting karena diikuti oleh penggambaran di padang gurun dan pembentukan bangsa Israel sebagai umat Allah dalam ikatan perjanjian (Prasetyantha 2008: 19).

Perayaan Ekaristi Gereja berakar pada tradisi perjamuan makan (Paskah) Yahudi. Adapun Inti pokok tradisi perjamuan makan Yahudi adalah doa sebelum


(30)

perjamuan yang berisi doa syukur atas Roti, perjamuan makan, lalu doa sesudah perjamuan yang berisi doa syukur atas piala (Martasudjita, 2005: 273).

b. PerkembanganBPerayaanBPaskahBdanBRotiBTakBBeragiB

Secara kronologis, umat Israel menempatkan titik awal terjadinya Perayaan Paskah dan roti tak beragi pada peristiwa keluaran dari Mesir. Hari Raya Paskah dan Roti Tak Beragi bersama-sama diberi nama perayaan Paskah. Perayaan Paskah mempunyai akarnya pada tradisi para gembala, sedangkan perayaan Roti Tak Beragi pada mulanya berakar pada perayaan di lingkungan para petani (Prasetyantha 2008: 22).

c. PerjamuanBPaskahBYahudiBpadaBZamanBYesusB

Pada Zaman Yesus, Perayaan Paskah tetap menjadi perayaan keagamaan Yahudi yang utama. Pada pagi hari, umat mengumpulkan semua ragi, membawanya ke Bait Allah untuk dibakar bersama-sama oleh para imam. Dan pada sore hari dilaksanakan penyembelihan kambing dan domba yang dilakukan di Bait Allah, dan setelah matahari terbenam dimulailah perjamuan Paskah yang dilaksanakan di dalam keluarga atau di dalam kelompok, dengan cara mengelilingi meja perjamuan Paskah dengan jumlah paling sedikit sepuluh orang. Namun jika di dalam satu keluarga tidak memenuhi jumlah minimal tersebut, mereka dapat mengundang keluarga lain untuk bergabung. Adapun tujuannya yaitu agar anak domba Paskah dapat disantap sampai habis, tanpa sisa. Sesuai dengan peraturan, seluruh daging kurban harus habis, dimakan dan


(31)

tulang-tulangnya dibakar. Adapun peserta perjamuan biasanya memakai pakaian putih, menyantap makanan dengan setengah berbaring, mengitari meja perjamuan yang berukuran rendah (Prasetyantha, 2008: 25).

Peristiwa makan bersama ini merupakan gambaran dari perjamuan Paskah Yahudi di zaman Yesus. Di dalam perjanjian lama peraturan tentang perjamuan paskah ini dapat kita temukan pada Kel 12: 1-13: 6. Macam-macam makanan yang disantap di dalam perjamuan Paskah mempunyai maknanya masing-masing. Semuanya dikaitkan dengan peristiwa keluaran dari Mesir (Eksodus). Anak domba Paskah dipakai sebagai kenangan akan belas kasih Allah yang telah “ melewati” rumah-rumah nenek moyang Israel di tanah Mesir dan tidak membinasakan anak-anak sulung mereka (Kel 12: 27). Adapun beberapa lambang yang digunakan dalam paskah yang dapat dilihat antara lain; sayur pahit melambangkan kondisi perbudakan yang membawa kepahitan hidup bangsa Israel karena bangsa Mesir (Kel 1: 14) sedangkan Roti tak beragi melambangkan penderitaan di masa lalu dan dikaitkan dengan situasi yang tergesa-gesa ketika bangsa Israel hendak meninggalkan Mesir (Prasetyantha 2008: 28).

d. PerjamuanBMalamBTerakhirBYesusBB

Hari Kustono. Pr, dalam buku yang disunting Prasetyantha (2008: 29) mengatakan bahwa pada awal berkembangnya jemaat Kristiani, perjamuan Tuhan sudah menjadi salah satu faktor utama yang meneguhkan ikatan persaudaraan antar anggota jemaat dan antar komunitas Gerejani. Perjamuan Tuhan menjadi sarana utama untuk menyatukan umat dengan Kristus sang penebus. Dalam Mat


(32)

26: 18 Kisah perjamuan malam terakhir dapat kita duga bahwa Yesus telah merencanakan perjamuan tersebut dengan meminta salah seorang pengikutnya untuk menyiapkan tempat untuk perjamuan malam.

e. EkaristiBMenurutBPandanganBBapa-bapaBGerejaBB

Santo Yustinus Martir dalam buku karangan Martasudjita (2005: 205). memandang Ekaristi sebagai suatu ibadah atau liturgi Kristiani. Ekaristi merupakan kurban rohani sebab Ekaristi merupakan doa yang benar dan pujian syukur yang tepat. Pujian syukur tersebut meliputi kurban kepada Allah, kenangan akan penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan. Yustinus yakin bahwa santapan Ekaristi adalah tubuh dan darah Yesus Kristus sendiri

Santo Ignatius dari Antiokhia, dalam suratnya kepada umat Philadelpia mengatakan untuk mengusahakan merayakan satu Ekaristi, karena ini hanyalah tubuh Tuhan kita Yesus Kristus dan hanya satu piala untuk persatuan dengan darah-Nya dan hanya satu Altar (Martasudjita, 2005: 249). Selain itu Santo Ignatius mengajarkan bahwa Roti Ekaristi sebagai tubuh Tuhan sendiri, yakni Yesus Kristus yang telah mempersembahkan diri dalam roti dan anggur Ekaristi.

Menurut santo Ireneus Lyon, Ekaristi pertama-tama adalah kurban pujian syukur. Dalam Ekaristi diungkapkan pujian syukur atas penciptaan, dan atas penebusan Yesus Kristus. Adapun tujuan makanan Ekaristi adalah penyampaian Sang Logos. Artinya dengan menerima santapan Ekaristi orang disatukan dalam kebersamaan abadi dengan Yesus Kristus (Martasudjita, 2005: 250-251).


(33)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan Perjanjian Lama, Ekaristi merupakan perayaan karya keselamatan Allah dalam suatu perayaan syukur yang dilakukan oleh Bangsa Israel yang berhasil keluar dari Mesir. Perayaan Syukur itu berupa perjamuan makan (Paskah) dengan menyantap santapan roti tak beragi dan domba yang telah dipersembahkan. Sedangkan Ekaristi pada jaman Yesus dan pandangan para Bapa Gereja sebagai perayaan Syukur atas karya Keselamatan Allah dan pengampunan dosa yang telah hadir melalui diri Yesus. Ekaristi sebagai kenangan akan perjamuan malam terakhir Yesus bersama dengan para Rasul, penderitaan Yesus serta penebusanNya melalui tubuh dan darahNya yang disimbolkan melalui Roti dan Anggur yang telah Ia berkati, dipecah dan dibagikan kepada para murid.

3. MaknaBEkaristiB

a. EkaristiBsebagaiBUngkapanBCintaBKasihBYesusByangBSehabis-habisnyaB

Kasih Yesus kepada muridNya ia curahkan selama masa hidupNya seperti halnya yang tertulis dalam dalam Yoh 13: 1 yang berbunyi ”sementara itu sebelum hari raya paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi sampai kepada kesudahannya”. Ia mengasihi murid-murid-Nya dengan kasih yang sungguh luar biasa, tanpa batas hingga rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan para Murid serta seluruh umat beriman.


(34)

Dengan wafat-Nya di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya yang total kepada para Murid serta seluruh manusia demi persatuan dengan Allah. Ia mengorbankan diri di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah bagi umatNya. Ia memiliki jiwa pengorbanan yang sungguh luar biasa dan memiliki kasih yang total terhadap sahabat-sahabat-Nya.

Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan keselamatan bagi semua orang dengan anugerah cinta kasih yang tanpa batas kepada para murid serta umat-Nya. Oleh karena itu untuk mengenang anugerah-Nya Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi suatu kenangan untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah (Martasudjita, 2005: 295-296).

b. EkaristiB sebagaiBPerjamuanByangB MempersatukanB UmatB denganBAllah,B

UmatBdenganBumatB

Dalam Ekaristi, umat mengenangkan janji Kristus yang diberikan yaitu TubuhNya yang diserahkan demi keselamatan manusia dan DarahNya dicurahkan sebagai jaminan perjanjian baru demi pengampunan dosa semua orang (Kirchberger, 1991: 195). Ekaristi menjadi sarana bagi umat kristiani untuk mengadakan perjamuan pengenangan akan misteri Kristus. Ekaristi merupakan suatu perjamuan pengenangan karena umat yang turut membawakan kurban dipersatukan dengan Allah.

Menurut Grun (1998: 29) perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah. Allah mengundang para murid dan juga umat-Nya dalam sebuah


(35)

perjamuan untuk menjadikan mereka satu keluarga dalam kerajaan-Nya. Perjamuan menjadi tanda bahwa Allah peduli dengan umat-Nya, disamping itu juga memampukan umat untuk menjalin relasi dengan sesamanya. Ekaristi menjadi daya kekuatan bagi umat untuk senantiasa merindukan kesatuan dengan Allah. Oleh karena itu umat yang mengikuti perjamuan/perayaan Ekaristi diajak untuk bersatu dengan Allah melalui terang Roh Kudus (Koinonia). Koinonia adalah suatu bentuk keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk suatu persaudaraan antar umat beriman dalam terang Roh Kudus.

Dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta dalam tubuh Tuhan; maka kita pun diangkat untuk bersama-sama bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita (LG 7). Hal ini menjadi tempat persatuan antara umat dengan Allah, umat dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah sendiri selalu hadir di tengah hidup umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiranNya (Martasudjita, 2005: 358). Hal ini dapat kita lihat ketika Tuhan Yesus bersabda “sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku disitu Aku ada ditengah-tengah mereka” (Mat 18: 20).

Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci. Sacrosanctum Concilium, art 47, mengatakan bahwa Ekaristi sebagai perjamuan Paskah. Hal ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi menjadi tempat untuk mengenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang berakhir dengan wafat dan kebangkitanNya (Martasudjita, 2005: 297-298).


(36)

c. EkaristiBsebagaiBSumberBdanBPuncakBKehidupanBGerejaB

Ekaristi tidak hanya pusat seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja (Martasudjita 2003: 297). Dalam hal ini LG art 11 mengatakan demikian:

“Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan.”

Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani menunjukkan sebuah pemahaman dari Konsili Vatikan II, yang tidak dapat memisahkan Ekaristi dengan kehidupan sehari-hari. Hidup sehari-hari memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber. Dari Ekaristilah mengalir kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup orang Kristiani dalam mengarungi suka duka kehidupannya. Selain itu Ekaristi juga menjadi puncak dari seluruh kegiatan umat Kristiani. Artinya, semua bidang kehidupan yang dijalani umat Kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.

d. EkaristiBMemampukanBKitaBUntukBTinggalBBdalamBKristusBB

Di dalam injil Yoh 1: 39 Yesus bersabda: ”Marilah dan kamu akan melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia”. Yesus mengundang para murid untuk


(37)

tinggal bersama Dia. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami, merasakan menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus. Dengan demikian mereka dapat bersatu dalam persekutuan denganNya. Sehingga para Murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi perutusan dalam mewartakan kabar gembira ke seluruh dunia (Martasudjita 2012: 21).

Di dalam Ekaristi Yesus menjadi roti Hidup yang diserahkan bagi umatNya. Roti hidup ini memberikan kehidupan bagi umat dimanapun berada. Melalui Ekaristi umat diajak untuk tinggal bersama Kristus, masuk dan bersatu di dalam misteri Ekaristi, yakni misteri wafat dan kebangkitanNya. Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud dalam penyambutan Komuni suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh dan darahNya dalam komuni suci menjadi tanda bahwa kita” tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita” (Martasudjita 2012: 23).

B. LaguBRohaniBEkaristiB

1. MusikB

a. PengertianBMusikB

Menurut Levinson yang disunting oleh Karina Andjani (2014: 47) di dalam buku berjudul Apa itu Musik?, mengatakan bahwa musik merupakan suara yang secara temporal diorganisir oleh seseorang, yang dimaksudkan untuk memperkaya pengalaman melalui keterlibatan aktif, seperti mendengarkan, menari, menampilkan, dengan suara yang dianggap sebagai suara. Martasudjita


(38)

(1999: 135) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Liturgi, Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, mengatakan secara Etimologis istilah “musik” berasal dari bahasa Yunani mousike yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin musica.

Kata musik tidak dapat didefinisikan hanya dari suatu segi tertentu. Musik bukan merupakan sebuah bentuk gagasan maupun hasil pemikiran, karena musik memiliki estetika tersendiri. Nilai keindahan dalam musik ditunjukan secara lugas ketika musik itu dibunyikan dan diperdengarkan. Nilai keindahan musik ditujukan kepada orang lain dan dirinya sendiri. Musik merupakan perpaduan dari bunyi akustis (bunyi yang bersifat riil/hanya bunyi) yang dialami dalam suatu dimensi ruang dan waktu. Musik memiliki dimensi waktunya tersendiri. Musik terjadi ketika berjalan sesuai dengan waktu dan keteraturan irama.

Menurut Prier (1983: 9) dalam buku Liturgi Perayaan Keselamatan berpendapat bahwa musik dapat mengungkapkan perasaan manusia. Melalui musik, orang dapat mengekspresikan diri. Musik dapat menjadi tanda cinta bagi orang lain. Dengan musik, orang menjadi tahu apa yang sedang dialami seseorang. Ungkapan kegembiraan, kesedihan, keputusasaan, kehilangan arah, dan lain-lain, dapat ditunjukkan melalui musik. Musik disebut juga sebagai bahasa universal yang dapat diterima dan dimengerti oleh setiap orang dari segala lapisan masyarakat. Musik mengatasi perbedaan batas usia manusia, jenis kelamin, dan ras. Irama dalam musik melampaui bahasa, suku, Negara, bahkan agama. Musik mampu dinikmati oleh semua kalangan karena musik merupakan suatu bentuk komunikasi antar manusia.


(39)

Bernstein & Picker (1972: 1) dalam bukunya An Introduction To Music mengatakan bahwa musik adalah suara-suara yang diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi. Musik dibentuk dari berbagai nada, melodi, ritme dan akor yang tersusun harmonis dan didukung oleh warna suara tertentu yang diterima oleh telinga. Telinga manusia mudah menerima dan menikmati akor-akor harmonis. Telinga manusia mampu menilai musik sebagai bunyi kualitatif yang mengandung arti tertentu. Musik mampu memuat arti yang luas. Makna yang terkandung dalam musik merupakan makna yang tersirat bukan tersurat. Hal ini dikarenakan makna dalam musik tidak sejelas ketika diungkapkan dengan lambang atau kata-kata. (Prier, 2010: 1)

b. UnsurBDasarBMusikB

Musik merupakan suatu peristiwa bunyi. Musik yang paling mudah dikenali dan paling sederhana diawali oleh munculnya suara manusia. Suara manusia dihasilkan dari adanya getaran pita suara pada tenggorokan. Getaran yang dihasilkan oleh pita suara diresonansikan dalam rongga mulut. Sedangkan sura yang berasal dari luar pribadi diterima oleh sistem pendengaran manusia yakni telinga sebagai suatu bunyi (Harder, 1979: 1). Setiap bunyi yang muncul tidak begitu saja disebut sebagai musik hendaknya. Pada dasarnya musik memiliki unsur pembentuk yakni melodi, irama/tempo dan harmonisasi (Banoe, 2003: 288).


(40)

1) MelodiB

Melodi dipahami sebagai sebuah urutan nada dengan jarak tertentu dan membawa makna dalam penyampaiannya. Istilah melodi dikemukakan sebagai suatu unsur utama dalam penentuan kualitas suatu karya musik (Mack, 1994: 7). Melodi berasal dari bahasa Yunani Melos yang bermakna arus. Dari akar kata inilah, melodi dalam musik dipahami sebagai sebuah cara untuk mengatur musik dengan perhitungan waktu. Penentuan pembentukan melodi disusun dengan persyaratan dalam penyampaiannya. Nada-nada yang disusun sebagai suatu melodi memiliki jarak dan ukuran tertentu. Perbedaan urutan nada didasarkan dari hasil perbandingan proporsi pada dawai gitar yang dimunculkan oleh Phytagoras. Dalam pengenalan suatu melodi tertentu harus dilihat ciri-ciri yang dimilikinya. Melodi memiliki bentuk nada yang jelas, memiliki suatu ungkapan tertentu dan nada-nadanya mampu dinyanyikan dengan baik dan jelas.

2) IramaB

Irama berkaitan erat dengan panjang pendeknya nada dan tekanan bagi melodi (Prier, 2009: 76). Irama merupakan salah satu unsur pokok musik yang mampu menghidupkan suasana dalam pembentukan lagu. Menurut Dieter Mack (1994: 7) dalam bukunya Sejarah Musik III mengatakan bahwa irama berkaitan erat dengan kesan fungsional pada musik. Selain itu kesan fungsional yang dihasilkan dari pembentukan irama mampu menunjukkan kesan tertentu dari lagu tersebut. Irama yang menggunakan nada-nada panjang memberikan kesan


(41)

kesedihan atau keputusasaan, sedangkan irama yang riang yang dibentuk dari nada-nada pendek dapat memberi nuansa kebahagiaan, keceriaan.

Irama berbeda dengan tempo. Tempo berhubungan dengan jumlah ketukan atau hitungan permenit dalam sebuah lagu. Tempo juga berhubungan erat dengan tebentuknya birama dalam lagu. Tempo secara mendasar dibagi menjadi dua yakni cepat dan lambat. Hingga pada abad 19 ditemukan metronom yakni sebuah alat yang digunakan untuk menghitung ketukan permenit. Dengan alat ini tempo dapat diperkirakan cepat lambatnya. Tempo paling cepat disebut dengan Prestissimo (220-240 ketukan per menit) hingga yang paling lambat yakni largo (40-44 ketukan per menit) (Prier, 2009b: 108).

3) HarmoniB

Harmoni termasuk satu unsur yang dapat mengkomposisikan musik. Harmoni dapat juga disebut sebagai bentuk keselarasan. Sesuatu terlihat indah apabila ada keteraturan dan keselarasan antara yang satu dengan yang lain. Phytagoras pernah menyatakan dalil mengenai harmoni yaitu “semua yang ditunjukkan dengan angka dan harmoni di dalam musik maupun di dalam alam semesta” (Prier, 1991: 30). Hal ini menunjukkan bahwa harmonisasi tidak hanya membentuk musik, namun juga membentuk keselarasan hidup. harmonisasi dalam musik membentuk suasana vertikal, keselarasan antar suara yang satu dengan yang lain ataupun suara vokal dengan instrumental. Selain harmonisasi musik dan alam, hidup manusia memiliki harmoninya tersendiri. Harmoni dalam hidup manusia terlihat dalam keselarasan antara jiwa dan badan. Harmoni kehidupan


(42)

manusia sering disebut dengan Musica Humana atau musik manusiawi (Prier, 2009b: 61).

Musik memiliki variasi tersendiri. Akor-akor tonika (do-mi-sol) dikenal sebagai bunyi harmonis. Namun musik sendiri hidup dari bentuk yang harmonis dan disharmonis. Musik yang disharmonis disebut juga suara disonan. Akor disonan merupakan suatu kejanggalan dalam musik. Akor disonan yang memiliki kejanggalan merupakan suatu bentuk variasi yang ingin diselaraskan dengan akor konsonan sehingga membentuk musik yang harmoni (Prier, 2010: 2) (Prier, 2009b: 123).

2. LaguBRohaniBEkaristiB

a. SejarahBdanBPerkembanganBLaguBRohaniB

Menurut W. Blankenburg yang disunting Karl E. Prier dalam buku berjudul Musik Gereja Zaman Sekarang (2009: 14) menggolongkan musik/lagu rohani sebagai bagian dari musik Gereja. Secara musik Gereja sendiri merupakan musik yang dipakai dalam gedung gereja atau musik khusus dari umat sebagai suatu persekutuan.

Pada zaman gereja awal, abad 1-4, musik Gereja dikenal dengan musik emosional. Musik emosional memiliki unsur emosional atau segi musikal yang selalu melebihi peranan liturgis ke arah apresiasi dan seni. Musik emosional selalu berhubungan dengan Allah dan karya penciptaan-Nya. Pandangan baru mengenai musik Gereja pada zaman Renaissance untuk menjadikan manusia penting, bahwa komponis dengan ungkapan perasaan subyektif ingin menggerakkan perasaan


(43)

pendengar (affectus movere); dan penyanyi yang mementaskan sebuah karya musik berusaha untuk menggemakan kembali perasaan sang komponis (affectus exprimere). Pada zaman barok (abad 16-17) istilah liturgi dalam musik Gereja semakin di geser ke latar belakang dan diganti dengan istilah sakral. Dimana pada abad-abad sebelumnya liturgi termasuk menjadi bagian yang pokok dalam ibadat. Pengaruh dari opera dan konser mempengaruhi afek (perasaan) dalam komponis, interpreter dan pendengar musik, sehingga arti musik gereja bergeser kearah musik religius dan rohani. Musik Gereja Protestan menjadi awal lahirnya kantata, passio dan juga oratorio yakni karya musik dengan syair rohani yang berkembang di Gereja Protestan. Dalam Gereja Protestan abad 18, musik mendapat fungsi sebagai sarana dan bukan lagi sebagai bagian dari liturgi; ia bertujuan menimbulkan devosi/suasana khidmat, hal ini yang menjadika karya musik rohani pindah dari Gereja ke gedung pertunjukkan; bahwa musik gereja disesuaikan dengan tuntutan zaman. Kemudian pada zaman klasik nyanyian rohani yang menjadi bagian dari musik rohani (bukan nyanyian ibadat) muncul (Prier, 2009: 14-41).

Musik rohani merupakan musik yang diciptakan dan dipakai di luar ibadat (Prier, 2009: 14). Musik rohani merupakan hasil produk karya musik dari Gereja Protestan. Semenjak Gereja paska konsili mampu mengaburkan batas antara sakral dan profan, musik Gereja, khususnnya musik liturgi memperoleh berbagai macam inkulturasi. Inkulturasi dalam musik liturgi tersebut tidak hanya mencakup budaya kedaerahan saja namun juga masuknya budaya pop dan juga musik rohani


(44)

dengan kekhasan Gereja Protestan. Proses inkulturasi liturgi inilah yang membuat munculnya musik rohani Ekaristi.

b. JenisBLaguBRohaniB

1) LaguBGerejaniB

Menurut Bernardus B. Ujan yang tulisannya dimuat dalam Inspirasi; Lentera Yang Membebaskan (2006: 26), menjelaskan bahwa lagu Gerejani atau musik Gereja, dalam bahasa latin musica eccelsiastica adalah istilah yang digunakan oleh para pengikut Kristus atau Gereja ketika persekutuan beriman ini menyadari kekhasannya dalam mengekspresikan iman lewat musik/lagu terutama dalam ibadat atau liturgi. Istilah ini mengacu pada tatanan bunyi dengan melodi tertentu tanpa teks atau sesuai dengan bentuk teks yang mengungkapkan baik isi hati umat beriman maupun ajaran dan iman Gereja.

Musik ini dapat dihasilkan dengan bantuan alat atau instrument maupun dengan suara vokal penyanyi. Karena mengungkapkan iman yang diajarkan dan dihayati oleh umat beriman maka musik Gereja memiliki kekhasan dibandingkan dengan musik dari umat yang beragama lain meskipun dipengaruhi juga oleh musik agama lain misalnya dari musik orang Yahudi. Musik/lagu Gereja pada umumnya adalah salah satu bentuk dari musik religus atau musik rohani.

2) LaguBRohaniB

Lagu Rohani atau musik religius (musica religiosa) adalah musik yang mengungkapkan atau mengandung tema-tema rohani (Ujan, 2006: 26-27). Musik


(45)

atau lagu rohani ini dimiliki umat agama manapun. Bahkan ada tema musik-rohani yang umum diterima oleh umat manapun karena bersifat universal. Baik melodi maupun teksnya mengungkapkan pengalaman rohani yang diterima oleh orang beriman dari berbagai agama. Ketika suatu musik/lagu rohani mengungkapkan pengalaman khusus dari umat agama tertentu, maka ia menjadi musik/lagu yang khas misalnya lagu rohani khas Yahudi atau khas Hindu dan Budha atau khas Kristen dan Islam.

Lagu rohani itu jadi khas Kristiani bila mengungkapkan keyakinan iman akan Kristus Tuhan dan Penyelamat atau akan Tritunggal Mahakudus serta pokok iman lain yang diyakini orang Kristiani. Di dalam lingkup Gereja sendiri, lagu rohani dalam arti sempit berarti segala macam musik/lagu yang mengungkapkan pengalaman rohani khas Gereja tetapi tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam perayaan-perayaan liturgis (Ujan, 2006: 26).

3) LaguBRohaniBLiturgis

Lagu Liturgis atau musik suci (musica sacra) oleh Gereja Katolik merupakan segala macam musik/lagu Gerejani atau musik/lagu rohani yang digubah khusus untuk ibadat atau perayaan-perayaan liturgis (Ujan, 2006: 26). Kini istilah yang lebih populer adalah lagu rohani Ekaristi. Lagu rohani liturgis atau lagu rohani Ekaristi dalam arti tertentu mengacu pada semua macam musik yang inspirasinya atau maksud dan tujuan serta cara membawakannya mempunyai hubungan dengan iman Gereja. Tema-tema yang digunakan dalam lagu rohani Ekaristi menunjuk pada salah satu bagian dalam Perayaan Ekaristi.


(46)

Berikut merupakan hasil pemaparan oleh Bernardinus. B. Ujan (2006: 26-27) tentang ciri-ciri lagu rohani Ekaristi

Lagu rohani Ekaristi dapat dilagukan dengan suara dan bunyi alat-alat musik sebagai pengiring. Baik teks maupun musik dengan melodinya yang secara khas mengekspresikan iman Gereja yang dirayakan dalam liturgi yaitu tentang apa yang dilakukan Allah (karya agung Allah yang menyelamatkan) dan tanggapan manusia beriman (syukur-pujian, sembah-sujud, dan permohonan). Istilah lagu liturgi dipandang Gereja sebagai sebuah bagian utuh dari perayaan liturgi dan bukan sebagai suatu unsur luar yang dicopot dan dimasukkan ke dalam perayaan liturgis seakan-akan suatu barang asing atau hal lain dari liturgi lalu diletakkan di tengah perayaan liturgi.

Sebagai bagian utuh dari liturgi, lagu rohani Ekaristi itu merupakan doa dan bukan sekedar suatu ekspresi seni yang jadi bahan tontonan. Musik/Lagu liturgi itu mesti indah dan memenuhi persyaratan-persyaratan seni musik/nyanyian pada umumnya, namun lebih dari itu musik/lagu liturgi mengungkapkan doa manusia beriman. Bahkan musik atau nyanyian liturgis sebagai doa mempunyai nilai tinggi. Sebab musik-liturgi menggerakkan seluruh diri manusia yang menyanyi atau yang menggunakan alat-alat musik (budi, perasaan-hati, mata, telinga, suara, tangan atau kaki dll). Sekaligus demi harmoni dituntut kurban untuk meninggalkan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan tempat, dengan situasi, dengan maksud-tujuan musik/nyanyian liturgis yaitu demi Tuhan dan sesama. Hal ini sesuai dengan hakekat dari liturgi sebagai perayaan bersama yang melibatkan banyak orang demi kepentingan


(47)

umum (kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, bukan hanya demi diri sendiri).

c. KedudukanBLaguBRohaniBdalamBEkaristiB

Lagu rohani Ekaristi merupakan bentuk musik rohani yang dipakai dan digunakan dalam Ekaristi. Sama halnya dengan musik liturgi, musik rohani Ekaristi mampu memberikan suasana batiniah. Lagu rohani Ekaristi tidak dapat menggantikan bagian integral dalam liturgi (SC art. 112). Namun dalam Sacrosanctum Concilium, Dokumen Konsili Vatikan II tentang konstitusi Liturgi, artikel 118, mengatakan Nyanyian rohani umat hendaknya dikembangkan secara ahli, sehingga kaum beriman dapat bernyanyi dalam kegiatan-kegiatan devosional dan perayaan-perayaan ibadat, menurut kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan rubrik.

Berikut merupakan peranan dan tujuan lagu rohani menurut nilai pentingnya dan frekwensi seringknya kita pakai, kita memilih dan mengambil Perayaan Ekaristi.

1) Nyanyian Pembukaan, digunakan untuk membuka Perayaan Ekaristi,

membina kesatuan umat yang berhimpun, mengantar masuk ke dalam misteri iman yang dirayakan.

2) Nyanyian Persiapan Persembahan, berperan sebagai pengiring perarakan persembahan, maka digunakan nyanyian dengan tema persembahan.

3) Nyanyian Komuni tujuannya adalah agar umat secara batin bersatu dalam komuni juga untuk menyatakan persatuannya saceara lahiriah dalam nyanyian


(48)

bersama. Maka lagu komuni harus bertemakan komuni atau Tubuh dan Darah Kristus.

4) Nyanyian penutup berperan untuk mengahantarkan imam dan para pembantu-pembantunya meninggalkan altar dan menuju ke sakristi (fakultatif)

C. KaumBMudaBKatolikB

Sebelum membahas tentang pengertian kaum muda Katolik, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian kaum muda secara umum. Charles M. Shelton, S.J, (1988: 10) dalam bukunya Menuju Kedewasaan Kristiani, yang mengutip definisi tentang kaum muda dari persekutuan psikiater Amerika dalam Psychiatric Glossary, memberikan batasan kaum muda sebagai berikut:

“Kaum muda adalah suatu periode kronologis yang dimulai dengan proses psikis dan emosional yang membawanya ke kematangan seksual dan psikososial, diakhiri dengan terbentuknya seseorang individu yang telah mencapai kebebasan dan produktivitas sosial.”

Selanjutnya beliau mengatakan bahwa yang dapat digolongkan sebagai kaum muda tidak hanya para pelajar sekolah lanjutan atas, tetapi mereka juga yang senior di perguruan tinggi, karena kelompok orang tersebut masih dalam taraf kedewasaan. Sejalan dengan hal ini, Mangunhardjana (1986: 11-12) dalam

bukunya Pendampingan Kaum Muda juga menambahkan bahwa kaum muda

adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut adolescent, yang mencakup para muda-mudi di usia sekolah menengah tingkat atas (SMTA), serta dalam umur studi di perguruan tinggi (PT) semester I-IV.

Menurut mangunhardjana, (1986: 11) kata ‘kaum muda’ digunakan untuk menunjuk golongan, atau kelompok kaum muda yang berumur antara 15-21


(49)

tahun. Menurut undang-undang perkawinan RI tahun 1974, kaum muda meliputi para muda-mudi yang sudah melewati umur kanak-kanak dan belum mencapai batasan umur yang ditentukan oleh undang-undang untuk menikah, bagi pemuda minimal berumur 19 tahun dan pemudi minimal berumur 16 tahun.

Dari segi usia, Dr. J. Riberu (1977: 183) memberikan batasan kaum muda-mudi mereka yang lebih kurang berusia 12-24 tahun dan “bagi mereka yang bersekolah, usia ini sesuai dengan usia sekolah lanjutan dan perguruan tinggi”. Sedangkan bila ditinjau dari segi sosiologis Dr. J. Riberu mengatakan bahwa sesorang tergolong kaum muda atau orang-orang dewasa:

“Sering kali berjalan dengan status berdikari di bidang nafkah atau status keluarga. Umur sosial ini menyebabkan seseorang yang menurut usianya masih dalam jangkauan usia muda bisa dianggap sudah dewasa dan sebaliknya orang muda yang sudah melampaui usia tersebut masih dianggap muda-mudi.”

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kaum muda adalah sekelompok orang yang berumur 15-24 tahun yakni dari golongan umur pelajar hingga mahasiswa. Sehingga yang dimaksud dengan kaum muda Katolik sama seperti gambaran sebelumnya, hanya saja kaum muda Katolik lebih spesifik menunjuk pada orang-orang dalam suatu paroki yang sering dikenal sebagai “MUDIKA” (MUda-muDi KAtolik).

Dari paparan teori di atas, penulis terdorong untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang makna Ekaristi dan lagu rohani Ekaristi dimengerti oleh umat, khususny bagi kaum muda Katolik. Dan juga sejauh mana lagu rohani Ekaristi berperan bagi kaum muda katolik dalam pemaknaan Perayaan Ekaristi.


(50)

BABBIIIB B

PENELITIANBTENTANGBPERANANBLAGUBROHANIBEKARISTIB BDALAMBPEMAKNAANBPERAYAANBEKARISTIBB

BAGIBKAUMBMUDABKATOLIKB BDIBPAROKIBST.BANTONIUSBKOTABARUB

Dalam bab II telah diuraikan tentang pengertian Ekaristi baik secara umum maupun secara khusus. Pada bab II juga telah diuraikan tentang lagu rohani Ekaristi dan juga perannya dalam perayaan Ekaristi. Pada bab III ini penulis akan membahas perihal penelitian tentang lagu rohani Ekaristi dalam pemaknaan Perayaan Ekaristi bagi kaum muda Katolik paroki St. Antonius Kotabaru. Dalam bab III ini penulis mengawali dengan memberikan gambaran umum Paroki St. Antonius Kotabaru, Perayaan Ekaristi, dan juga kaum muda Katolik di paroki tersebut berikut perkembangannya.

Bagian selanjutnya penulis menjelaskan metodologi penelitian yang nantinya akan dilaksanakan. Sesudah melaksanakan penelitian, penulis membahas hasil penelitian yang terlah diperoleh dalam laporan penelitian. Dengan penelitian yang penulis lakukan, diharapkan dapat memberikan gambaran lagu rohani Ekaristi yang dapat membantu umat, khususnnya kaum muda dalam meningkatkan pemaknaan Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Kotabaru sendiri.


(51)

A. GambaranBUmumBParokiBSt.BAntoniusBKotabaruB

1. SejarahBterbentuknyaBParokiBSt.BAntoniusBKotabaruB

Berikut merupakan pemaparan yang disusun oleh A. Hani Rudi Hartoko, S.J (2013: 167-171. Profil Paroki SJ mengenai sejarah terbentuknya Paroki St. Antonius Kotabaru.

Terbentuknya Paroki Santo Antonius Kotabaru diawali dengan kegiatan misi Katolik abad 20. Pada awalnya pewartaan iman Katolik di Kotabaru dimulai pada Tahun 1918 oleh Rama F. Strater, S.J. Beliau menyewa rumah di seberang Masjid Syuhada sekarang. Rumah itu berfungsi sebagai pastoran, tempat mengajar, novisiat yang kemudian dibuka, dan sekaligus gereja. Rama Strater kemudian membeli tanah lapang dan juga kuburan dimana sekarang berdiri gereja St. Antonius, Kolese Santo Ignasius (KOLSANI., dan IPPAK. Kompleks ini diresmikan pada tanggal 18 Februari 1923, dan mulai berfungsi pada tangal 16 Juni 1923.

Sebelum gereja St. Antonius Kotabaru berdiri, gedung gereja masih berupa kapel yang terbuka untuk umum dan dikelola oleh Kolsani. Seiring dengan berkembangnya misi, umat Kotabaru semakin bertambah jumlahnya maka gedung gereja baru didirikan. Gereja St. Antonius diresmikan pada tanggal 26 September 1926 oleh Mgr. A. Van Velsen, S.J. Gereja diberi nama Santo Antonius dari Padua sesuai dari intensi donatur dari Belanda. Pada awalnya, Gereja Santo Antonius adalah gereja rektorat. Pastor Kepala adalah Rektor Kolese Santo Ignasius (KOLSANI.. Selain untuk ibadat, gereja juga berfungsi sebagai tempat latihan pelayanan bagi calon imam. Sampai tahun 1933, Gereja Santo Antonius


(52)

Kotabaru masih berstatus sebagai stasi Senopati, Loji Kecil. Baru sejak tanggal 1 Januari 1934 terpisah dari paroki Senopati, namun tetap milik Kolese.

Pada zaman penjajahan Jepang, gereja St. Antonius Kotabaru, Kolsani dan IPPAK (waktu itu Seminari Tinggi. dialihfungsikan sebagai gudang, penampungan interniran dan kantor. Maka, gereja mengalihfungsikan sebuah rumah kuno di Kumetiran sebagai gereja. Pada tahun 1945, Kumetiran mekar sebagai paroki. Setelah proklamasi, gereja dan Kolsani kembali berfungsi seperti sediakala dan gedung IPPAK menjadi kantor pemerintahan RI dan kemudian sebagai Kantor Departemen Penerangan dan Pertahanan. Setelah pengakuan kemerdekaan, Gereja mengalami perkembangan yang berarti baik melalui sekolah maupun kelas katekumen. Perkembangan pendidikan di lingkungan naungan Gereja St. Antonius Kotabaru meliputi SD, SMP dan SMA. Pada tahun 1955, IKIP Sanata Dharma mengawali kiprahnya di wilayah Kotabaru. Begitu juga dengan Skolastikat MSF dan SCJ. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua skolastikat itu dan juga seminari tinggi berpindah ke Kentungan.

Sampai dengan tahun 1965, paroki Kotabaru telah melahirkan Gereja Kumetiran, Baciro, Jetis dan Banteng. Pada tahun 1966, Gereja telah membeli tanah di Jl. I Dewa Nyoman Oka no. 18 untuk dijadikan pastoran. Para imam mulai menempati pastoran itu pada tahun 1967. Sejak tahun 1976, kolsani menyerahkan Gereja Kepada paroki. Pemisahan penuh dari Kolsani baru terjadi pada tahun 1975. Sejak itu, Gereja Santo Antonius Kotabaru lepas dari Kolsani.

Pada tahun 1985, sebuah angket telah diberikan terhadap mereka yang datang Misa di gereja Kotabaru. Dari 6.011 umat yang mengisi angket, ternyata


(53)

3.296 (54,8%. berasal dari luar paroki dan 2.715 (45,2%. berasal dari paroki Kotabaru. Rama F.X. Wiryopranata, S.J. mencanangkan Gereja Kotabaru sebagai Gereja terbuka, Paroki Kotabaru membuka lebar-lebar pintunya bagi siapapun yang ingin berperan aktif dalam semua kegiatan gerejani. Menurut Rama F.X. Wiryopranata, S.J. kebijakan ini sesuai dengan semangat Konsili Vatikan II.

2. VisiBdanBMisiBParokiBSt.BAntoniusBKotabaruB

Menurut M. Hari Prasetyo yang disunting oleh P. Mutiara Andalas, S.J (2011: 26. Bertumbuh Untuk Berbagi; 85Tahun Gereja Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta, dipaparkan Visi dan Misi Paroki Santo Antonius Kotabaru sebagai berikut;

Visi: Paroki St. Antonius Kotabaru, sebagai bagian umat Allah KAS, menjadi pribadi-pribadi umat beriman yang berlandaskan nilai-nilai Injil terutama belas kasih, keterbukaan, kebenaran, empati dan pelayanan untuk mengembangkan persekutuan umat Allah yang mampu memajukan persaudaraan sejati dengan siapapun yang berkehendak baik.

Misi: Bersumber pada persekutuan Allah Tritunggal, umat Allah Paroki Santo Antonius Kotabaru dipanggil untuk:

 Menghidupkan iman umat, terutama di kalangan kaum muda sebagai daya kekuatan dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat.  Mengembangkan semangat pewartaan kabar gembira.

 Mengembangkan pelayaanan yang lelahanan.  Memelihara kehidupan dan keutuhan alam ciptaan.

 Mewujudkan kepedulian umat kepada kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.

 Membangun sikap terbuka umat pada siapapun saja yang berkehendak baik dalam keberagaman kelompok/golongan, aneka budaya, dan keyakinan demi terwujudnya persaudaraan sejati.

 Meningkatkan wawasan dan keterampilan umat guna mengembangkan pelayanan.


(54)

3. PerayaanBEkaristiBParokiBSt.BAntoniusBKotabaruB

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai gambaran Perayaan Ekaristi di Paroki St. Antonius Kotabaru. Data yang berhubungan dengan hal-hal tersebut diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2006: 79. Usulan Katekese Sebagai Tanggapan Atas Penghayatan Ekaristi Kaum Muda Paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta.

Paroki St. Antonius Kotabaru dikenal sebagai paroki yang kreatif dalam hal pengembangan iman umatnya. Di tengah gejolak zaman dan tantangan dunia masa kini, paroki ini selalu ingin mewujudkan suatu Gereja yang terbuka. Selain Ekaristi harian dan mingguan, paroki yang memilki basis kaum muda yang kuat ini mengadakan model Ekaristi yang disesuaikan dengan keinginan umat, diantara Ekaristi Kaum Muda (EKM., Ekaristi Kaum Remaja (EKR., Ekaristi Kaum Anak (EKA., Ekaristi Karismatik, dan juga Ekaristi bahasa Jawa. Model-model Ekaristi tersebut merupakan upaya dari pihak paroki demi menampung keinginan umat yang mungkin jenuh dengan Perayaan Ekaristi yang biasanya. Waktu Perayaan-perayaan Ekaristi tersebut telah terjadwal dan diberitakan pada umat. Sehingga umat lebih leluasa memilih waktu Perayaan Ekaristi yang diminati.

Ekaristi anak diadakan sebulan sekali. Perayaan ini biasanya dihadiri anak-anak sekolah minggu lingkungan. Kekhasan perayaan ini yakni liturginya yang sengaja dikemas dalam versi anak-anak, baik rumusan doa maupun lagu-lagunya. Maka dari itu, dalam perayaan ini kerap melibatkan anak, mulai dari koor, pengantar persembahan, hingga lektor dan lektrisnya. Selain itu juga Injil dibawakan dengan berbagai bentuk seperti drama, sendra tari maupun monolog.


(55)

Berikutnya Ekaristi Kaum Remaja (EKR., hanya saja perayaan ini biasanya dihadiri dan diselenggarakan oleh anak-anank kelompok usia sekolah dasar dan menengah pertama. Sama halnya dengan EKR, Ekaristi Kaum Muda merupakan salah satu model Perayaan Ekaristi yang banyak menarik perhatian khususnya kaum muda. Ekaristi Kaum Muda ini biasanya diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Atas Katolik maupun komunitas-komunitas. Bagi komunitas tersebut EKM dijadikan ajang mengembangkan kreativitas kaum muda. Kaum muda diberi kebebasan dalam berliturgi dengan melihat batas kewajaran. Kelompok pengisi EKM tetap didampingi dalam pengemasan Perayaan Ekaristi.

Selain EKA, EKR dan juga EKM, paroki St. Antonius Kotabaru juga mengadakan Ekaristi Karismatik. Perayaan ini diadakan mengingat terdapat banyak umat yang tergabung dalam kemompok Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK., namun perayaan Ekaristi ini juga terbuka bagi umat yang cocok dengan model dan gayanya. Ekaristi bahasa Jawa diperuntukkan bagi mereka yang masih menyukai bahasa Jawa. Ekaristi bahasa Jawa tersebut mengunakan rumusan tata perayaan Ekaristi dalam bahasa Jawa, mulai dari rumusan doa hingga homili dan biasanya Ekaristi ini dilaksanakan pada Ekaristi Pertama di hari Minggu pukul 05.30. Selain itu terdapat Ekaristi Lansia yang banyak diikuti oleh para orang tua maupun para lansia.

Dari keseluruhan model Ekaristi yang ada di paroki St. Antonius Kotabaru bukan mengharuskan umat untuk menyesuaikan umur, misalnya Ekaristi Kaum Muda maka umatnya haruslah kaum muda. Model- model Ekaristi diadakan untuk


(56)

mengupayakan kecocokan ungkapan iman dan juga ekspresi rasa syukur kepada Allah. Dengan demikian umat diberikan kebebasan dalam bersyukur.

4. GambaranBUmumBKaumBMudaBKatolikBParokiBSt.BAntoniusBKotabaruB

Berikut adalah pemaparan tentang kaum muda Paroki St. Antonius Kotabaru berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Engelbertha Ranolat (2005: 57. Penghayatan Sakramen Krisma Dalam Hidup Menggereja Kaum Muda di Paroki Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta.

Gereja St. Antonius Kotabaru Yogyakarta sering disebut sebagai Gereja Kaum Muda, karena kebanyakan dari umat yang hadir mengikuti Perayaan Ekaristi mingguan merupakan kaum muda. Gereja St. Antonius Kotabaru dikenal memiliki basis kaum muda yang kuat. Melihat kenyataan yang ada, maka Gereja St. Antonius Kotabaru mendedikasikan dirinya sebagai “Gereja Kaum Muda”. Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja tidak murni dari berasal lingkup teritorial tetapi kebanyakan dari mereka berasal dari lingkup kategorial. Gereja ini terbuka bagi siapa saja yang ingin terlibat dalam hidup menggereja melalui komunitas-komunitas yang ada baik anak-anak, remaja, kaum muda, orang dewasa maupun lansia.

Paroki konsisten dalam hal pengembangan iman umat banyak melibatkan umat khususnya kaum muda dalam hal kehidupan menggereja. Sebagai Gereja Kaum Muda, Gereja ini menawarkan kepada kaum muda keterlibatan penuh dalam komunitas-komunitas yang ada, bahkan memberikan peluang yang besar bagi kaum muda untuk mengembangkan pribadi serta imannya lewat


(57)

keterlibatannya dalam hidup menggereja melalui wadah yang ada. Diantaranya dengan adanya komunitas kerja liturgi, seperti kelompok lektor, koor, organis hingga Patemon. Dengan demikian kaum muda diharapakan dapat menyalurkan bakat, kemampuan dan inspirasinya sebagai orang muda untuk dapat mengekspresikan iman mereka sebagai kaum muda. Melalui wadah-wadah tersebut, banyak dari kaum muda yang merasa diperhatikan serta mendapatkan tempat untuk mengekspresikan imannya. Selain itu kaum muda dapat menambah relasi dengan rekan muda yang lain dari berbagai paroki, sehingga kaum muda dapat berproses bersama rekan-rekan muda lainnya.

B. MetodologiBPenelitianB 1. LatarBBelakangBPenelitianB

Gereja St. Antonius Kotabaru dikenal dengan “Gereja kaum muda”, dimana sebagian besar dari jumlah umatnya ialah kaum muda. Gereja St. Antonius ini sangat bernuansakan kaum muda sehingga tidak jarang umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi, baik harian ataupun mingguan, mayoritas adalah kaum muda. Gereja ini mendedikasikan dirinya sebagai “Gereja Kaum Muda” karena melihat realita yang ada dimana sebagian besar umatnya adalah kaum muda atau kurang lebih 70% adalah umat yang berusia muda (Praba, 2001: 11.

Dari hasil wawancara singkat yang dilakukan oleh penulis sebelum penelitian, penulis menemukan bahwa alasan kaum muda merayakan Ekaristi hanya sebagai pemenuhan kewajiban dan formalitas saja. Selain itu beberapa diantara kaum muda, datang ke gereja hanya karena memiliki permohonan yang mendesak, juga karena merasa hatinya tidak tenang. Dari data tersebut diketahui


(58)

bahwa kaum muda cenderung mementingkan hal-hal yang dapat dilihat, ditangkap dan disentuh dengan panca indra.

Gereja St. Antonius Kotabaru adalah salah satu Gereja yang memiliki kepedulian besar kepada iman umat. Gereja St. Antonius Kotabaru memberlakukan 7 kali misa mingguan di gereja paroki termasuk misa harian di pagi dan sore hari. Melihat relitas yang ada saat ini, Paroki St. Antonius Kotabaru melalui para aktivis parokinya telah mengupayakan berbagai macam cara supaya umat tidak merasa bosan untuk merayakan Ekaristi. Salah satunya ialah membuat variasi dalam Ekaristi guna meningkatkan partisipasi umat dalam merayakan Ekaristi. Bentuk variasi yang sering dipakai oleh paroki ini adalah melalui lagu

atau nyanyian Ekaristi yang disusun dengan menarik setiap minggunya. Untuk hal liturgi, pihak Gereja memberikan kebebasan bagi umat dalam

menggunakan lagu rohani Ekaristi dalam setiap Perayaan Ekaristi. Bidang liturgi membebaskan pemilihan lagu rohani Ekaristi kepada umat yang bertugas koor selain lagu-lagu dan rumusan doa yang telah ditentukan.

Walaupun paroki ini membebaskan umat dalam menggunakan lagu rohani Ekaristi saat Perayaan Ekaristi, beberapa kaum muda mengungkapkan bahwa akan cenderung untuk diam ketika dinyanyikan lagu rohani Ekaristi yang belum mereka tahu saat Perayaan Ekaristi berlangsung.

Atas dasar keprihatinan di atas, melalui penelitian ini penulis mencoba memaparkan sejauh mana kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru mampu memaknai Ekaristi sebagai puncak kehidupan Kristiani. Apakah dengan


(59)

bantuan lagu rohani Ekaristi dapat membantu meningkatkan pemakanaan mereka akan Ekaristi.

2. PermasalahanBpenelitianB

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Sejauh mana pengetahuan tentang peranan lagu Rohani Ekaristi dimengerti oleh kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru?

b. Sejauh mana kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru mampu memaknai Ekaristi sebagai puncak kehidupan Kristiani?

3. TujuanBPenelitianB

Penelitian ini diadakan untuk mendapatkan gambaran lagu rohani Ekaristi yang dapat membantu kaum muda dalam memaknai Perayaan Ekaristi. Tujuannya adalah sebagai berikut:

a. Mendapatkan gambaran tentang peranan lagu rohani Ekaristi menurut kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru.

b. Mengetahui sejauh mana orang muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru mampu memaknai Ekaristi sebagai puncak kehidupan Kristiani.


(60)

4. ManfaatBPenelitianB

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan wawasana serta pemahaman kepada mengenai makna Ekaristi, makna liturgi dan lagu rohani dalam perayaan Ekaristi.

Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat membantu pihak terkait, dalam hal ini paroki dan pemerhati kaum muda Katolik, untuk mengembangkan lagu rohani Ekaristi, sehingga dapat semakin membantu kaum muda Katolik dalam menemukan makna Perayaan Ekaristi.

5. JenisBPenelitianB

Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Nana, 1990: 60.. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada, baik itu alamiah atau rekayasa manusia (Nana, 1990: 72.. Penulis menggunakan metode deskriptif analitis, metode deskriptif analitis ini sendiri merupakan metode yang menganalisis suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni kenyataan dan ketentuan yang ada (Arikunto, 2006: 230..


(61)

6. TeknikBdanBInstrumenBPengumpulanBDataB

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan lagu rohani Ekaristi dan juga makna Perayaan Ekaristi. Penyebaran angket ini diberikan kepada orang muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru yang telah mengikuti Perayaan Ekaristi harian, setelah diisi, angket dikembalikan pada peneliti.

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan aneka ragam informasi yang disusun secara sistematis. Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan angket. Angket merupakan alat penelitian yang dibagikan kepada responden bersifat terbuka, untuk memungkinkan jawaban pernyataan yang sesuai dengan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman sejujurnya. Pernyataan yang telah disusun disebarkan kepada responden, yakni orang muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru. Masing-masing angket terdiri dari dua bagian, yakni mengenai aspek identitas responden dan daftar pertanyaan untuk setiap responden.

7. TempatBdanBWaktuBPenelitianB

Penelitian ini dilaksanakan di paroki St. Antonius Kotabaru. Penyebaran angket dilakukan pada bulan Juni 2015 setelah Perayaan Ekaristi harian.


(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI