Hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja pada perawat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro - USD Repository
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT
RSUP. DR. SOERADJI TIRTONEGORO
Skripsi
Diajukan Untuk Menenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi PsikologiDisusun Oleh :
Ardian Jati Prasetyo
NIM : 069114029
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
Dalam segala perkara Tuhan punya rencana Yang lebih besar dari semua yang terpikirkan Apa pun yang Kau perbuat
Tak ada maksud jahat Sbab itu kulakukan semua denganMu Tuhan Ku tak akan menyerah Pada apa pun juga
Sebelum ku coba semua yang ku bisa Tetapi ku berserah kepada kehendakMu Hatiku percaya Tuhan punya rencana ( Jeffry S. Tjandra – Ku tak akan Menyerah )
Aku tidak dapat melakukan SEGALA SESUATU, tetapi aku dapat melakukan SESUATU. Dan apa yang aku dapat lakukan, dengan ANUGRAH TUHAN, akan aku LAKUKAN.
(Edward Hale)
Skripsi ini saya persembahkan bagi: Tuhan Yesus Kristus yang sungguh luar biasa memberkati kehidupanku Bapak , Ibu, Kakak, Adik dan keluarga besar yang telah banyak memberi dukungan
Sahabat-sahabatku dan juga kekasihku
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan yang sesungguhnya bahwa karya yang saya muat ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 3 September 2010
Ardian Jati Prasetyo
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT
RSUP. DR. SOERADJI TIRTONEGORO
Ardian Jati Prasetyo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja perawat. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja perawat. Subjek penelitian adalah 81 perawat bagian inap RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling
. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala persepsi gaya kepemimpinan transformasional dan skala stres kerja perawat. Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Sedangkan koefisien reliabilitas dari skala persepsi gaya kepemimpinan transformasional sebesar 0,905 dan koefisien reliabilitas skala stres kerja perawat sebesar 0,885. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja pada perawat digunakan teknik koefisien korelasi spearman’s rho. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar -0,272 dengan taraf signifikansi (p) 0,007. Hal ini berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja perawat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi persepsi gaya kepemimpinan transformasional maka stres kerja perawat semakin rendah.
Kata kunci : stres kerja, persepsi, gaya kepemimpinan transformasional
RELATION BETWEEN PERCEPTION ABOUT TRANSFORMATIONAL
LEADERSHIP STYLE WITH STRESS WORKING OF NURSES
IN RSUP. DR. SOERADJI TIRTONEGORO
Ardian Jati Prasetyo
ABSTRACT
The reseach aimed to know the relationship between the perception of transformationalleadership style with the work stress of nurses. The hypothesis of this research was that there was
a negative significant relationship between transformational leadership style with the work stress
of nurses. Reseach respondents were 81 nurses of RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro. In this
reseach, researchers used a purposive sampling technique. Data was collected through the
perception of scale deployment of transformational leadership style and nurses stress working
scale. The research used content validity. The coefficient reliability of perception of
transformational leadership style scale was 0.905 and coefficient reliability of stress working
scale was 0.885. To determine the relationship between the perception of transformational
leadership style and the work stress of nurses, researcher used Spearman's rho coefficient
correlation. Coefficient correlation (r) was obtained in this study amounted to -0.272 with
significance level (p) 0.007. It meant that there was a negative significace relationship between the
perception of transformational leadership style with stress working. It concluded that the higher
the perception of transformational leadership style, then the lower the stress of nurses.Keywords: stress working, perception, transformational leadership style
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Ardian Jati PrasetyoNomor Mahasiswa : 069114029
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT
RSUP. DR. SOERADJI TIRTONEGORO
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 3 September 2010 Yang menyatakan, ( Ardian Jati Prasetyo )KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas jalan dan
penyertaan yang diberikan selama mengerjakan skripsi berjudul “Hubungan
Antara Persepsi Terhadap Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Stres
Kerja pada Perawat RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro”. Skripsi ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.Tuhan telah memperkenalkan saya kepada orang-orang hebat yang tulus
membantu dan memberikan dukungan saat saya mengerjakan skripsi. Pada
kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang hebat
tersebut, yakni:
1. Bapak Minta Istono S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi untuk
segala penerimaan, nasehat, bimbingan, kesabaran, waktu, dukungan dan masukan-masukan yang telah diberikan.
2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si. selaku dekan yang selalu mendorong kami
agar cepat menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik
untuk pendampingan dan saran-sarannya.
4. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. dan Ibu Titik Kristiyani, S.Psi., M.Psi.
yang telah menguji skripsi dan memberikan saran-saran yang berharga.
5. Ibu Agnes Indar S.Psi., M.Si. atas bimbingannya saat saya menjadi asisten Tes
Proyektif: Grafis.
6. Semua dosen Fakultas Psikologi, Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah
memberikan wawasan dan ilmunya yang berharga kepada penulis.
7. Mas Muji, Mas Doni, Mbak Nanik, Mas Gandung, dan Pak Gie, yang telah
banyak membantu dan juga menjadi teman bagi para mahasiswa.
8. Direktur Umum, SDM dan Pendidikan RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten, Dra. Nining Setyawati, M.Si dan juga Kepala Bidang Keperawatan, Hj. Endang Wuryaningsih, S.Pd, M.Kes. yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian.
9. Seluruh perawat RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, terimakasih atas
bantuan dan kerjasama yang telah diberikan.
10. Bapak serta Ibuku yang tersayang, atas dukungan, kesabaran, kasih sayang
dan doa yang tak berhenti terucapkan.
11. Mas Dito, ayo mas yang semangat kamu juga bisa segera lulus, dan juga Dik
Dina atas dukungan yang diberikan.
12. Ingan Widhi Adhiningtyas, terimakasih atas kebersamaannya, waktu yang
telah diberikan dan dukungan yang diberikan bagi penulis.
13. Pimpinan Gloria Edukasindo, Bapak Drs. Eko Cahyono Tjia, Psi., M.M. yang
telah memberi saya kesempatan untuk magang, menimba ilmu, dan mencari pengalaman.
14. Seluruh Staf dan teman-teman di Gloria Edukasindo atas bantuan,
kebersamaan serta pengalaman yang diberikan.
15. Satria, Windi, Adit, Nita, Berto, Caca, Cika, Kesed, Ari, Yoga, Timo, Nobi,
Viany, Kris, Amis dan teman-teman seperjuangan yang belum saya sebutkan.
16. Sanggar Bunga Musika, Mbak Tanti dan Mbak Lina yang telah memberi
dukungan dan kesempatan mengajar vokal anak-anak.
17. Teman-teman kost, Bayu, Surya, Septian, Ugik, Agung, Totok, Mas Agung
Angkringan, Indro, Heru, Jepe, Tyok, untuk perhatian dan canda tawanya.
18. Teman-teman di Paduan Suara Eklesia GKJ Kebonarum Klaten yang telah
memberikan keceriaan dan menghilangkan segala kepenatan saat bernyanyi dan mengisi pujian bersama.19. Bety PBI yang telah membantu penulis dalam membuat abstract.
20. Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman-teman yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.Dengan penuh kesadaran diri dan dengan segala kerendahan hati, penulis
merasa penyusunan tugas akhir ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis menerima saran dan kritik mengenai penelitian ini dengan senang hati.
Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca sekalian.Yogyakarta, 3 September 2010 Ardian Jati Prasetyo
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..... i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... iii
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………… v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………… vi
ABSTRAK …………………………………………………………………. vii
ABSTRACT ……………………………………………………………….. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ….. …….. ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xiii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..... xviii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ……………………………….. 1 B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………….. 7 C. TUJUAN PENELITIAN …………………………………………... 8 D. MANFAAT PENELITIAN ………………………………………... 81. Manfaat Teoritis ……………………………………………….… 8
2. Manfaat Praktis ……………………………………………….... 8
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………... 9
A. STRES KERJA……………………………………………………... 9
1. Pengertian ……………………………………………………….. 9
2. Faktor-faktor …………………………….………………………. 12
3. Aspek ... …………………………….………….………………… 15
B. PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL…………………………………………... 18
1. Pengertian Persepsi………………………………………………. 18
2. Pengertian Kepemimpinan Secara Umum .……….……………. 20
3. Pengertian Gaya Kepemimpinan Transformasional ….…………. 21
4. Aspek-aspek ….………………………………….………………. 26
5. Efek …………. …………………………………….……………. 29
C. PERAWAT………..………………………………………………... 31
D. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN STRES
KERJA PERAWAT …………………………………………….… 33E. HIPOTESIS………..………………………………………………... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………….. 39
A. JENIS PENELITIAN ……………………………………………… 39 B. IDENTIFIKASI VARIABEL ……………………………………… 391. Variabel Bebas …………………………………………………… 39
2. Variabel Tergantung ……………………………………………... 39
C. DEFINISI OPERASIONAL ……………………………………….. 39
1. Stres Kerja ………………………………………………………. 39
2. Persepsi Gaya kepemimpinan Transformasional ………………. 40
D. SUBJEK PENELITIAN ……………………………………………. 41
E. PROSEDUR PENELITIAN ….……………………………………. 42
F. ALAT PENGAMBILAN DATA …………………………………... 43
1. Skala Stres Kerja ………………………………………………. 43
2. Skala Persepsi Gaya kepemimpinan Transformasional .………. 45
G. PERTANGGUNGJAWABAN ALAT UKUR …………………….. 47
1. Validitas ……..……………………………………………………. 47
2. Seleksi Item ..……………………………………………………. 48
3. Reliabilitas ..……………………………………………………... 52
H. METODE ANALISIS DATA ………………………………………. 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………… 55
A. GAMBARAN RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO …………. 55 B. PELAKSANAAN PENELITIAN ………………………………….. 56 C. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN …..………………………….. 57 D. DESKRIPSI DATA PENELITIAN ..……………………………… 58 E. ANALISIS DATA PENELITIAN1. Uji Asumsi …. …………………………………………………… 61
a. Uji Normalitas ...……………………………………………… 62
b. Uji Linieritas …. ………………..…………………………… 63
2. Uji Hipotesis ……………………………..…………………….. 64
F. PEMBAHASAN .....…………………………………….………….. 65
BAB V PENUTUP …………………………………………………………. 69 A. Kesimpulan ………………………………………….……………… 69 B. Saran ………………………………………………….……………... 69 DAFTAR PUSTAKA ..…………………………………………….………. 71
LAMPIRAN ……………………………………………………………….… 75
DAFTAR TABEL Tabel 1 Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional.....................… 29 Tabel 2 Blue Print Skala Stres Kerja Sebelum Uji Coba ..………………..… 45 Tabel 3 Blue Print Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional Sebelum Uji Coba ………………………………………………….. 46 Tabel 4 Susunan Butir Skala Stres Kerja Setelah Uji Coba ...........….……… 50 Tabel 5 Susunan Butir Skala Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional Setelah Uji Coba ...……….……………………… 52 Tabel 6 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian .....................................…….. 58 Tabel 7 One-sample test Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional .. 60 Tabel 8 One-sample test stres kerja ……………………..…………….…… 61 Tabel 9 Ringkasan Hasil Uji Normalitas ………………………………….... 62 Tabel 10 Hasil Perhitungan Uji Linieritas ………………..…………….…… 63
Tabel 11 Hasil Analisis Korelasi ..............………………..……….…….…… 64
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba …….…………………………………….... 76
Lampiran 2 Data Uji Coba Stres Kerja ………………….………………….. 86
Lampiran 3 Data Uji Coba Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional .. 88
Lampiran 4 Reliabilitas Uji Coba Skala Kepemimpinan Transformasional...... 91
Lampiran 5 Reliabilitas Uji Coba Skala Stres kerja ……… ..……………...… 93
Lampiran 6 Reliabilitas Data Skala Kepemimpinan Transformasional ........... 94
Lampiran 7 Reliabilitas Data Skala Stres kerja ……… …….……………...… 94
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian ………………………………………… 95Lampiran 9 Data Penelitian Stres Kerja .……………..………………….. 102
Lampiran 10 Data Penelitian Persepsi Gaya KepemimpinanTransformasional …………………………………………….. 106
Lampiran 11 Deskripsi data, Normalitas, Linieritas ...…………………….. 110
Lampiran 12 Korelasi ………………….………….. ...…………………….. 112
Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian …….. ...……………………….. 113
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan yang semakin kompleks ini, orang selalu dituntut
untuk menciptakan dan mencapai keselarasan, serta kebahagiaan hidup bersama. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan bekerja. Kerja merupakan aktivitas dasar dan dijadikan hal yang esensial dari kehidupan manusia. Seseorang bekerja karena ada harapan yang hendak dicapainya yaitu aktivitas kerja yang dilakukannya ini akan membawa pada suatu keadaan lebih baik daripada keadaan sebelumnya. Kerja juga merupakan aktivitas sosial yang memberikan isi dan makna pada kehidupan seseorang. Oleh karena itu, sumber daya manusia yang berkualitas baik akan senantiasa berusaha untuk mencapai keberhasilan seoptimal mungkin dan meningkatkan produktivitasnya
Segala bentuk kerja akan berkaitan dengan penggunaan tenaga manusia. Penggunaaan tenaga ini berbeda antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya. Pada kenyataannya suatu organisasi akan cenderung menuntut anggotanya untuk memberikan kontribusi terbaik. Oleh karena itu, sering kali ditemukan adanya kesenjangan antara performa kerja yang diharapkan dengan performa yang sesungguhnya. Kesenjangan ini akan menimbulkan ketegangan apabila terjadi berlarut-larut. Ketegangan yang berlarut-larut ini akan menyebabkan stres (Anagora & Suyati, 1995). Stres yang terus menerus
dirasakan dan tidak dapat dihadapi akan membuat seorang karyawan menjadi
jenuh dan lama-kelamaan akan berdampak buruk terhadap kinerjanya.Stres merupakan tekanan psikis atau emosi pada seseorang dimana
munculnya dipengaruhi oleh penilaian subjektif individu sendiri. Stres pada
dasarnya disebabkan kekurangmengertian manusia akan keterbatasannya
sendiri. Manusia akan mengalami stres apabila kurang mampu mengadaptasi
keinginan dengan kenyataan. Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat
individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan
antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya.
Terganggu atau tidaknya individu, tergantung juga pada persepsinya terhadap
peristiwa yang dialaminya. Dengan kata lain, bahwa suatu situasi yang penuh
stres dalam pekerjaan dapat dirasakan berbeda-beda oleh setiap orang,
dimana dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi
suatu peristiwa.Stres kerja adalah bagian dari stres kehidupan. Stres kerja (Davis, 1996)
terjadi karena adanya tuntutan pekerjaan yang tidak seimbang dengan
kemampuan individu. Stres kerja ini akan menimbulkan reaksi individual
berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku. Stres kerja ini memang tidak
dapat dielakkan dalam dunia pekerjaan. Hampir semua orang dalam
kehidupannya mengalami stres sehubungan dengan pekerjaan mereka. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh The National Institute for Occupational Safety
and Health menemukan bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan
kesehatan di rumah sakit memiliki kecenderungan tinggi terkena gangguan
mental seperti depresi dan stres (Inayati, 1996).Keadaan rumah sakit akan menentukan munculnya stres kerja. RSUP
Dr. Soeradji Tirtoegoro merupakan satu-satunya rumah sakit pusat yang ada
di Kabupaten Klaten. Sebagai salah satu rumah sakit pusat, maka pasien yang
berobat dan melakukan rawat inap sangat banyak. Di dalam suatu bangsal
atau ruangan, pasien yang dirawat inap dapat mencapai 50 pasien. Keadaan
ini dapat merepotkan perawat yang bertugas menjaga karena terkadang
jumlah perawat yang berjaga kurang memadahi. Selain itu, fasilitas yang
digunakan oleh perawat juga terbatas. Hal itu membuat kecenderungan tinggi
terkena stres kerja. Di rumah sakit ini juga terdapat peraturan mutasi, perawat
dapat dipindah kerja di ruang lainnya, yang membuat perawat harus
menyesuaikan dengan tempat kerja yang baru. Perawat juga sering
menghadapi teman kerja yang tidak dapat bekerjasama. Keadaan yang seperti
ini turut meningkatkan stres kerja perawat.Perawat merupakan profesi yang besar peranannya dalam pelayanan
kesehatan masyarakat yang menentukan kinerja rumah sakit secara
keseluruhan (Harnanti 1995). Perawat juga merupakan profesi yang bersifat
kemanusiaan yang dilandasi rasa tanggungjawab dan pengabdian sehingga
layanan keperawatan menyangkut upaya kemanusian yang pelaksanaannya
membutuhkan ketulusan, saling menghargai dan kebijaksanaan terhadap
manusia. Tugas pokok seorang perawat adalah merawat pasien untuk
mempercepat proses penyembuhan (Gunarsa, 1995). Pekerjaan seorang
perawat sangatlah berat. Dari satu sisi, seorang perawat harus menjalankan
tugas yang menyangkut kelangsungan hidup pasien yang dirawatnya. Di sisi
lain, keadaan psikologis perawat sendiri juga harus tetap terjaga. Hal ini juga
ditegaskan dengan sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa para
pekerja di bidang kesehatan mengalami stres kerja yang lebih tinggi daripada
para pekerja di bidang lain (Messer & Meldrum, 1999).Menurut hasil survei dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia)
pada tahun 2006, sekitar 50,9 persen perawat yang bekerja di empat provinsi
di Indonesia mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa
beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah
tanpa insentif memadai ). Perawat di RSUD
Pangkalpinang juga mengalami stres kerja akibat dari beban kerja yang
berlebihan. Jumlah tim medis yang ada di rumah sakit tidak sebanding
dengan jumlah pasien yang berobat, sehingga membuat perawat melayani
melebihi standar yang ideal. Disamping itu penghasilan perawat juga minim
dimana membuat perawat menjadi mudah stres ).
Kasus stres pada perawat yang lain terjadi di Kota Kyoto Jepang. Akibat
kerja lembur yang dipaksakan oleh atasannya, membuat seorang perawat
sampai bertindak kriminal untuk menghilangkan stresnya. Perawat berusia 32
tahun ini mencabuti kuku kaki dan tangan enam pasien perempuan yang
menderita lumpuh dan stroke sebagai pelampiasan atas stres pekerjaannya.
Perawat ini harus menerima hukuman penjara tiga tahun delapan bulan atas
perbuatannya ).Perawat selalu dihadapkan pada tuntutan idealisme profesi dan sering
menghadapi berbagai macam persoalan baik dari pasien maupun teman
sekerja. Perawat juga selalu berhadapan dengan hal-hal yang monoton dan
rutin. Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan rasa tertekan pada
perawat, sehingga mudah sekali mengalami stres. Pada keadaan yang seperti
ini perawat membutuhkan pemimpin yang mampu menjadi motor penggerak
dan bisa mengerti keadaan serta memberikan motivasi. Adanya pemimpin
yang memotivasi perawat melalui penanaman nilai kerja dan peningkatan
kebutuhan yang lebih tinggi, dapat menumbuhkan perasaan senang serta
tenang bagi perawat dalam bekerja. Perawat yang selalu dihadapkan pada
situasi kerja yang menuntut kecepatan dan ketepatan dalam bekerja
membutuhkan atasan yang bersedia mengerti keadaan perawat dan juga dapat
mengkoordinasi tugas dengan baik.Atasan yang mampu memberi rasa percaya dan dukungan penuh pada
tugas yang dilakukan perawat, akan membuat perawat dapat melakukan
pekerjaannya dengan maksimal. Perawat yang mendapat dorongan dan
pemenuhan kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dari atasan akan
berusaha menunjukkan prestasinya, bekerja dengan sebaiknya, dan
mengutamakan pekerjaannya daripada kepentingan pribadi. Apabila perawat
telah merasakan kenyamanan dengan pekerjaannya, maka perawat akan
terhindar dari stres kerja.Pemimpin yang memberi dorongan dan berusaha mengerti keadaan
bawahan merupakan ciri kepemimpinan transformasional. Bass (1998)
mengemukakan kepemimpinan transformasional diartikan sebagai pimpinan
yang melibatkan perubahan dalam organisasi. Kepemimpinan
transformasional juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang
membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar mau bekerja demi
sasaran tingkat tinggi yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada
saat itu. Pemimpin transformasional berusaha mencapai tujuan dengan cara
meningkatkan ketertarikan anggotanya terhadap organisasi sehingga anggota
kelompok menjadi peduli dan menerima misi organisasi. Kepemimpinan
transformasional ini juga mampu memenuhi kebutuhan individu yang lebih
tinggi yaitu seperti harga diri dan aktualisasi diri (Keller, 1992).Seorang pemimpin dapat dikatakan sebagai pemimpin transformasional,
hal tersebut dapat diukur dalam hubungannya dengan pengaruh pemimpin
tersebut terhadap bawahannya. Upaya pemimpin transformasional dalam
mempengaruhi bawahannya dapat melalui tiga cara, yaitu: 1) mendorong
bawahan lebih sadar akan pentingnya hasil suatu pekerjaan; 2) mendorong
bawahan untuk lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan
individual; 3) mengaktifkan kebutuhan – kebutuhan bawahan pada tingkat
yang lebih tinggi (Bass, 1998). Inti utama dari gaya kepemimpinan
transformasional adalah kemampuan pemimpin dalam mengubah kondisi
lingkungan kerja, motivasi kerja, pola kerja, dan nilai-nilai kerja yang
dipersepsikan bawahan sehingga mampu mengoptimalkan kinerja untuk
mencapai tujuan organisasi.Secara sederhana kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai proses untuk mengubah atau mentransformasikan dengan memenuhi kebutuhan serta penghargaan terhadap para individu sehingga terdorong untuk berubah dan meningkatkan dirinya. Podsakoff (1996) menambahkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional merupakan faktor penentu yang mempengaruhi sikap, persepsi dan perilaku individu dimana terjadi peningkatan kepercayaan terhadap pemimpin, motivasi dan mampu mengurangi sejumlah konflik yang terjadi pada organisasi.
Dengan situasi kerja yang menuntut perawat RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro untuk bertanggungjawab menangani pasien dalam keadaan cepat, tepat dan teliti dapat membuat perawat merasa kurang dapat fokus atau pun merasakan beban kerja yang berat dalam menjalankan tugasnya, oleh karena itu perawat RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro sangat rentan terkena stres kerja.
Berdasarkan latar belakang permasahan diatas, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja pada perawat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja pada perawat RSUP. Dr. Soeradji Tirtonegoro?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja pada perawat RSUP.
Dr. Soeradji Tirtonegoro.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pandangan mengenai stres kerja dan kepemimpinan transformasional dalam ilmu Psikologi Industri dan Organisasi, sehingga dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis a. Bagi para atasan/pemimpin, khususnya atasan perawat RSUP DR.
Soeradji Tirtonegoro. Hasil penelitian ini untuk memberikan gambaran dan tambahan pengetahuan tentang kepemimpinan transformasional dan stres kerja pada perawat.
b. Bagi pihak RSUP. DR. Soeradji Tirtonegoro. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan saran dalam upaya mengurangi stres kerja yaitu dengan menerapkan kepemimpinan transformasional kepada perawat. Dimana terdapat hubungan negatif antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan stres kerja. Artinya semakin positif persepsi terhadap gaya kepemimpinan transformasional maka semakin rendah stres kerja pada perawat.
BAB II LANDASAN TEORI A. Stres Kerja
1. Pengertian Stres Kerja Stres merupakan realita kehidupan sehari-hari dimana individu tidak dapat menghindarinya. Stres ini dapat terjadi dimana saja dan disebabkan oleh berbagai hal. Stres yang dialami individu akan berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Pengertian stres itu berbeda pada tiap-tiap orang, namun kebanyakan individu bereaksi negatif terhadap kata stres. Stres dianggap sebagai sesuatu yang merusak dan berdampak buruk dalam kehidupan manusia.
Menurut Cooper (1994), stres didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan individu. Stres merupakan suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Pendapat Cooper ini sejalan dengan yang diungkapkan Hager (1999) yang menjelaskan bahwa stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak apabila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Stres juga sering didasarkan pada suatu pengertian bahwa stres adalah hasil ketidaksesuaian antara individu dengan lingkungannya
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk menghadapi berbagai
tuntutan terhadap dirinya secara efektif.Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres dinamakan
stressor. Stressor ini tidak selalu mengakibatkan gangguan secara
psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu,
tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya. Faktor
kunci dari stres adalah persepsi seseorang terhadap situasi dan
kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi
yang dihadapi. Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi
oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa.Secara umum stres dapat disimpulkan sebagai tanggapan atas
keadaan yang mengancam, menekan dan tidak menyenangkan dalam diri