HUBUNGAN PENGUNGKAPAN DIRI TERHADAP KEPUASAN HUBUNGAN ROMANTIS PADA DEWASA AWAL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

HUBUNGAN PENGUNGKAPAN DIRI TERHADAP KEPUASAN

HUBUNGAN ROMANTIS PADA DEWASA AWAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperloleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

  

Program Studi Psikologi

Oleh :

Frans Wihadi Sihombing

  

NIM : 089114079

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

  “ Nama baik lebih ber harga dar i pada kekayaan besar, dikasihi or ang lebih baik dari pada per ak dan emas,(Ams 22: 1).”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  …dan ku persembahkan untuk..

  Yesus Kristus Bapak dan Ibu yang tercinta, atas kasih sayang dan pengor banan, kesabar an yang tiada tara, ser ta doanya yang selalu menyer tai langkahku dalam mengarungi hidup ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Frans Wihadi Sihombing ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan pengungkapan diri terhadap kepuasan hubungan romantis pada dewasa awal yang berpacaran. Subjek dalam penelitian ini adalah usia dewasa awal yaitu antara 18 hingga 40 tahun yang memiliki hubungan romantis berpacaran dan belum menikah. Alat pengumpul data terdiri dari dua alat ukur, Skala Pengungkapan Diri yang disusun berdasarkan dimensi pengungkapan diri (Devito, 1986) dan Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Koefisien reliabilitas pada skala pengun gkapan diri sebesar α = 0,881.

  Sedangkan pada Relationship Assessment Scale sebesar α = 0,779. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,275 dengan signifikansi sebesar 0,004. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pengungkapan diri terhadap kepuasan hubungan romantis pada dewasa awal yang berpacaran.

  Kata kunci: Pengungkapan diri, Kepuasan hubungan romantis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

CORRELATION BETWEEN SELF DISCLOSURE TOWARDS SATISFACTION IN ROMANTIC RELATIONSHIP AMONG PEOPLE

  Frans Wihadi Sihombing ABSTRACT

  The purpose of the study was to examine correlation between self disclosure towards satisfaction in romantic relationship among people in early adolescence whom were dating. Participants of the study were people in early adolescence (18 to 40 years old) whom were in romantic relationship and were not married. Measurement instruments were consisted of two scales: Self Disclosure scale which was developed based on dimensions of self disclosure (Devito, 1986) and Relationship Assessment Scale (Hendrick, 1988). Reliability coefficient or α of Self Disclosure scale was 0,881 whereas reliability coefficient or α of Relationship Assessment Scale was 0,779. The result of data analysis showed correlation coefficient of 0,275 and significance level or p = 0,004. It showed that there was significant correlation between self disclosure and satisfaction in romantic relationship among people in early adolescence whom were dating.

  Key words: Self disclosure, Satisfaction in romantic relationship

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan kemuliaan kepada sumber sukacita, sumber segala inspirasi, hikmat dan pengetahuan, Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih dan kebaikan-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

  Berbagai pihak yang terlibat senantiasa memberikan bantuan yang sangat berarti bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

  Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

  1. Dr. Ch. Siwi Handayani, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma beserta seluruh staf akademik dan non-akademik yang telah mendukung kelancaran studi penulis selama ini.

  2. Agnes Indar E., M. Psi., Psi, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak dukungan dan arahan selama penulis menjalani studi.

  3. C. Siswa Widyatmoko, M. Psi, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing dan memberi motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

  4. C. Wijoyo Adi Nugroho, M.Psi dan Monica E. Madyaningrum, M.Psych selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat berharga kepada penulis untuk memperbaiki skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Mbak Haksi Mayawati, S. Psi, yang meluangkan waktu untuk membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

  6. Kedua orang tuaku yang tercinta, yang tak pernah lelah mendoakan serta memberikan dukungan selama penulis menuntut ilmu. Terima kasih atas ketulusan dan cinta tanpa syarat yang diberikan sehingga penulis diberkati melalui tugas ini.

  7. Sahabat program studi psikologi, sahabat di gereja GKI Gejayan, di Yogyakarta dan sahabat dimanapun berada yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih telah memberikan dukungan serta semangat di saat penulis mengalami rintangan selama mengerjakan skripsi ini.

  Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Tuhan YME membalas kebaikan teman-teman. Amin.

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. ……... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING....………................... ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iii

HALAMAN MOTTO............................................................................... ……... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN…...........…….………..…...………………….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................. vi

ABSTRAK……………………………………………………….……………... vii

ABSTRACT..……………………………………………………….........……... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………….. ix

KATA PENGANTAR...........…..……………………………………………… x

DAFTAR ISI......................................................................…………………….. xii

DAFTAR TABEL………………………………………………………..…….. xv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………........... xvi

  

BAB I : PENDAHULUAN………..……………………………………………. 1

A. Latar Belakang…………….……………………………………….…… 1

B. Rumusan Masalah…..…………………………………………………... 6

C. Tujuan Penelitian………….…………………..……………………..….. 6

D. Manfaat Penelitian………….…………………….…………...…...…… 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...… ………………………………....……… 8

A. Kepuasan Hubungan Romantis……………….…..……….…….……… 8

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1. Definisi Kepuasan…………………………….……………........... 8

  2. Definisi Hubungan Romantis……..………………………………. 8

  3. Definisi Kepuasan Hubungan Romantis……………...…............... 13

  4. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hubungan Romantis….…. 13

  5. Manfaat Kepuasan dalam Hubungan Romantis………………...... 14

  B. Pengungkapan Diri…………………………….………….….……......... 15

  1. Definisi Pengungkapan Diri……………………………...……….. 15

  2. Dimensi Pengungkapan Diri…….……………………...………… 16

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Diri..………… 18

  4. Manfaat Pengungkapan Diri……….……………………..………. 21

  5. Karakteristik Pengungkapan Diri dalam Perkembangan Relasional23

  C. Dewasa Awal……….………………………………………..…….….... 23

  1. Definisi Dewasa Awal………………………….………………… 23

  2. Masa Perkembangan Dewasa Awal………………………………. 24

  D. Pengungkapan Diri dan Kepuasan Hubungan Romantis Dewasa Awal... 27

  E. Hipotesis Penelitian……..……………………………………………..... 30

  

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN…………………………….……… 31

A. Jenis Penelitian………………………………………………………….. 31 B. Identifikasi Variabel……………………………………………..……… 31 C. Definisi Oprasional………………………...………………………......... 31

  D. Subjek Penelitian…………………....…………………………............... 34

  2. Validitas dan Reliabilitas Relationship Assesment Scale………….43

  2. Uji Liniearitas……………..……………………...………………. 48 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1. Uji Normalitas……………..………..……………………………. 46

  

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…....……………… 46

A. Pelaksanaan Penelitian……….…………………….…………………… 46 B. Data Demografi Subjek Penelitian……….…………………….………. 46 C. Uji Asumsi……..…………...…………………………………………… 46

  2. Uji Hipotesis……………………….………………………..……. 45

  1. Uji Asumsi………………………….…………………………….. 44

  G. Tehnik Analisis Data……………………...…………………………… 44

  d. Hasil Uji Coba Skala Pengungkapan Diri………………..…. 41

  E. Metode Pengumpulan Data……………………………………………... 35

  c. Reliabilitas……………………………...………………….…... 41

  b. Seleksi Aitem………………………………………….………. 40

  a. Uji Validitas……………...……………………………….…… 39

  1. Validitas dan Reliabilitas Skala Pengungkapan Diri……….…...... 39

  F. Validitas dan Reliabilitas….……………………………………………. 39

  2. Skala Relationship Assessment Scale…………………………….. 38

  1. Skala Pengungkapan Diri………………………………………… 35

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  D. Hasil Penelitian……….…………….…...…………………………...…. 49

  1. Uji Hipotesis…………………..……...…..…………………..…... 49

  2. Uji Tambahan………………..……………………………....…… 50

  E. Pembahasan…………..…..….…...……..…………………...………..… 52

  

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……..……………………….……... 61

A. Kesimpulan……….………………………………...…………………... 61 B. Saran…………………………………………………………………… 62

DAFTAR PUSTAKA……………………...……………….………………….. 62

LAMPIRAN……..…………………………………………………………….. 65

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue print Skala Pengungkapan Diri………...………………………….. 36

Tabel 2. Spesifikasi Aitem-aitem Skala Pengungkapan Diri……………………… 36

Tabel 3. Skor Jawaban Subjek pada Skala Pengungkapan Diri…………………... 37

Tabel 4. Skala Pengungkapan Diri Sebelum dan Sesudah Uji Coba………...……. 42

Tabel 5. Spesifikasi Aitem-aitem Skala Pengungkapan Diri Setelah Uji Coba…... 43

Tabel 6. Tabulasi data demografi subjek penelitian………………………………. 47

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas………..……………………………………………. 48

Tabel 8. Uji Levene’s……………………………………………………….……... 51

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Skala Pengungkapan Diri sebelum di uji coba………….……...…... 66

Lampiran B : Skala Pengungkapan Diri setelah di uji coba……………...……...… 71

Lampiran C : Relationship Assesment Scale sebelum di adaptasi.....……….…….. 75

Lampiran D : Relationship Assesment Scale setelah di adaptasi…………………... 77

Lampiran E : Hasil Analisis Aitem dan Reliabilitas…………………………...….. 79

Lampiran F : Data Penelitian……………………………………………………… 85

Lampiran G : Uji Asumsi…………….………………...…..….……………....…... 101

Lampiran H : Hasil Uji Hipotesis dan Uji Tambahan………………...…………… 103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tren perceraian di Indonesia meningkat drastis. Berdasarkan data Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag), kasus perceraian meningkat hingga

  70% dalam jenjang waktu 5 tahun. Terakhir pada tahun 2010, terdapat 285.184 kasus perceraian di Pengadilan Agama dari seluruh Indonesia.

  Perceraian yang terjadi ditandai dengan adanya pertengkaran di dalam keluarga. Menurut Scanzoi (dalam Dewi & Basti, 2008), salah satu penyebab terjadinya konflik dalam rumah tangga yaitu masalah komunikasi. Hal ini didukung pernyataan tokoh perempuan Indonesia, Prof. Dr Meutia Hatta yang menyatakan bahwa intensitas komunikasi yang rendah pada pasangan suami istri berpengaruh terhadap romantisme di dalam keluarga (Poskotanews, 2012).

  Intensitas komunikasi yang rendah dapat dilihat dari salah satu hasil penelitian Dewi dan Basti (2008) yang menyatakan bahwa para istri yang tinggal bersama suami lebih banyak melakukan aksi diam atau menghindar dari pasangannya saat terjadi konflik dalam rumah tangga. Hal ini mengindikasikan bahwa kurang adanya komunikasi yang baik dalam suatu hubungan (Dewi & Basti, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Pada umumnya, setiap individu mengalami masa berpacaran terlebih dahulu sebelum masuk dalam suatu hubungan pernikahan. Levesqu (dalam Newman, 2006) menyebutkan bahwa berpacaran merupakan salah satu bentuk dari hubungan romantis. Hubungan romantis merupakan suatu hubungan yang melibatkan hubungan yang emosional, dimana di dalamnya terdapat unsur kesukarelaan dan pengorbanan dari kedua pasangan untuk saling menjaga suatu hubungan (Furman et al, 1999). Dalam hubungan berpacaran, individu juga akan mengalami masalah komunikasi sehingga terdapat suatu penelitian yang mencoba menemukan resolusi atau strategi mengatasi konflik dalam hubungan romantis (Sanderson & Karetsky, 2002). Oleh karena itu suatu komunikasi yang baik dan efektif diperlukan dalam suatu hubungan karena di dalamnya terdapat penyatuan dua individu dengan keunikan kepribadian, latar belakang budaya serta pengalaman yang berbeda satu dengan lainnya (Dewi & Basti, 2008).

  Menurut Devito (2011), komunikasi yang efektif salah satunya ditandai dengan adanya keterbukaan (openness). Keterbukaan merupakan suatu tipe komunikasi tentang ide, informasi, perasaan, keinginan, motivasi, dan gagasan yang pada umumnya tersimpan dan hendaknya diungkapkan secara bebas dan terbuka kepada orang lain. Kualitas keterbukaan mengacu pada kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan. Kesediaan membuka diri atau yang sering disebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pengungkapan diri, merupakan aspek yang penting dalam menjalin komunikasi yang efektif dan memuaskan (Devito, 2011).

  Komunikasi yang memuaskan terjadi ketika harapan seseorang untuk dapat berinteraksi terpenuhi. Selain itu, individu akan mengalami kebahagiaan dan kepuasan dalam hubungannya ketika ia merasa dipahami oleh dirinya atau pasangannya (Cahn, dalam Anderson & Emmers-Sommer, 2006). Bersikap terbuka terhadap pasangan juga menjadikan kedua pasangan peka terhadap kritik, keputusan dan kemungkinan kekecewaan terhadap pencapaian harapan- harapannya (Dewi & Basti, 2008).

  Kepuasan dalam hubungan adalah derajat dimana individu merasa puas dengan hubungannya dan merupakan indikator kuat dalam keberhasilan sebuah hubungan yang intim (Anderson & Emmer-Sommer, 2006). Kepuasan dalam hubungan juga dapat didefinisikan sebagai pemenuhan dari keinginan, kebutuhan, selera, kesenangan yang diperoleh dari sumber pemuas dalam suatu hubungan (Lurding, 2005). Salah satu cara untuk menjaga hubungan pada tingkat yang memuaskan adalah dengan pengungkapan diri (Lurding, 2005).

  Devito (2011) mengartikan pengungkapan diri sebagai salah satu tipe komunikasi yang meliputi informasi tentang diri dan biasanya dirahasiakan dari orang lain. Individu yang mengalami kesulitan mengungkapkan informasi tentang diri mereka sendiri dapat mengalami kesulitan mencapai tingkat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dan perasaan, individu menjadi lebih mampu untuk berbagi dan memahami informasi secara timbal balik (Seamon, 2003).

  Seni pengungkapan diri adalah memberikan informasi kepada orang lain dengan cara tepat dan dilakukan di saat yang tepat pula (Lurding, 2005).

  Individu yang tidak saling mengungkapkan, sering tidak dapat menyesuaikan diri dan tidak puas dengan hubungan mereka (Seamon, 2003). Demirtas dan Tezer (2012) menyebutkan beberapa studi (Argyle, 2001; Diener, Gohm, Suh, dan Oishi, 2000; Khaleque dan Rohner, 2004) menunjukkan bahwa kebahagiaan berhubungan erat dengan kepuasan yang bersumber dari kualitas hubungan romantis. Kualitas hubungan romantis dipengaruhi oleh pengungkapan diri yang pada gilirannya mempengaruhi isi, makna, dan dampak dari pengungkapan (Branje & Meeus, 2004).

  Menurut Sadarjoen (dalam Dewi dan Basti, 2008), hubungan yang tidak berkualitas disebabkan karena tidak adanya keintiman. Sehingga hal ini menjadi salah satu sumber konflik dalam sebuah hubungan (Sadarjoen, dalam Dewi dan Basti, 2008). Keintiman merupakan faktor yang penting dalam perkembangan dan kepuasan dalam hubungan (Anderson & Emmer-Sommer, 2006). Keintiman bisa diperoleh melalui pengungkapan diri (Lurding, 2005).

  Lippert dan Prager (dalam Branje & Meeus, 2004) mengatakan bahwa pengungkapan diri dapat menciptakan suasana yang nyaman antara individu dan pasangan. Hal ini diperlukan dalam mengembangkan hubungan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dibutuhkan bagi pengungkapan diri dalam sebuah hubungan (Branje & Meeus, 2004).

  Keintiman yang dapat diperoleh melalui pengungkapan diri tersebut, erat kaitannya dengan kepuasan. Terkait kepuasan dalam hubungan romantis, komunikasi yang terbuka dan pengungkapan diri dapat meningkatkan kemampuan individu dalam mengelola konflik secara lebih positif dengan saling meningkatkan kesadaran dan empati dalam hubungan (Sanderson & Karetsky, 2002).

  Penelitian-penelitian terkait pengungkapan diri dan kepuasan dalam hubungan tersebut telah banyak dilakukan di luar negeri. Peneliti ingin melihat hubungan antara pengungkapan diri dengan kepuasan dalam hubungan romantis pada karakteristik budaya Indonesia. Hasil penelitian Draper, Pittard, dan Sterling (2008) mengungkapkan bahwa partisipan Asia memiliki keunikan dibandingkan ras lain yaitu lebih sulit terbuka dalam percakapan dengan topik yang mendalam. Kekhasan orang Asia yang lebih sulit terlibat dalam percakapan yang rawan dan mendalam tersebut menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti terkait dengan kepuasan dalam hubungan romantis.

  Penelitian ini penting dilakukan karena orang selalu akan mencari kepuasan dalam hubungan mereka. Kepuasan menandakan seberapa baik hubungan tersebut dapat bertahan di masa depan (Anderson & Emmers-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2005). Hasil penelitian ini diharapkan dapat melihat hubungan antara pengungkapan diri dengan kepuasan dalam hubungan. Ada atau tidaknya hubungan pada variabel-variabel tersebut diharapkan dapat memberi informasi dan menjadi gambaran prediksi berhasil atau tidaknya sebuah hubungan romantis di masa depan.

  B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ apakah ada hubungan

antara pengungkapan diri terhadap kepuasan dalam hubungan berpacaran?”

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara pengungkapan diri terhadap kepuasan dalam hubungan berpacaran.

  D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

  Memperkaya referensi ilmiah dalam bidang psikologi sosial khususnya relationship interpersonal mengenai pengungkapan diri sebagai bentuk komunikasi dalam suatu hubungan romantis. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Manfaat Praktis

  Memberikan informasi kepada pasangan atau orang yang sedang menjalin hubungan romantis mengenai keterkaitan antara pengungkapan diri sebagai bentuk komunikasi mereka dengan kepuasan dalam hubungan romantis mereka. Sehingga setiap pasangan perlu untuk melakukan

pengungkapan diri untuk meningkatkan kepuasan dalam hubungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Hubungan Romantis 1. Definisi Kepuasan Kepuasan berarti perihal (yang bersifat) puas; kesenangan;

  kelegaan dan sebagainya: dikejarnya untuk dirinya meskipun dengan segala pengorbanan; keinginan itu hanya ditujukan kepada kebutuhan jasmani (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

2. Definisi Hubungan Romantis

  Furman dkk (1999) menjelaskan definisi hubungan romantis berdasarkan karakteristik-karakteristik dari hubungan tersebut, yaitu: a. Keromantisan melibatkan suatu hubungan, pola yang berlangsung terus menerus dari asosiasi dan interaksi antara dua individu yang mengakui suatu hubungan dengan yang lainnya.

  b. Terdapat unsur kesukarelaan dari kedua pasangan untuk mempertahankan suatu hubungan dan dibutuhkan pengorbanan dari setiap pasangan untuk keberhasilan hubungan romantis mereka.

  c. Merupakan beberapa bentuk dari ketertarikan yang khususnya melibatkan komponen seksual. Ketertarikan seksual sering dinyatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dalam beberapa bentuk perilaku seksual, tapi tidak selalu demikian. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh pribadi, religiusitas, dan nilai-nilai budaya.

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan romantis merupakan suatu hubungan yang melibatkan kedekatan emosional, dimana didalamnya terdapat unsur sukarela dan pengorbanan dari kedua pasangan untuk saling menjaga hubungan.

  Pada hubungan romantis juga terdapat beberapa bentuk ketertarikan seksual terhadap pasangannya.

  Sternberg (1997), menyebutkan tiga komponen hubungan

romantis yang sering disebut triangular theory of love, yaitu:

1) Intimasi Intimasi meliputi perasaan dekat, terhubung, dan keterikatan dalam hubungan romantis. Rands dan Talaber (dalam Sternberg, 1997) mengidentifikasi 10 komponen dalam intimasi:

  a) Keinginan untuk memajukan kesejahteraan orang yang dicintai; b) Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai;

  c) Penghargaan yang tinggi terhadap orang yang dicintai;

  d) Mampu mengandalkan orang yang dicintai pada saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  e) Saling pengertian dengan orang yang dicintai;

  f) Berbagi tentang hal pribadi, rahasia, waktu, kepemilikan dengan orang yang dicintai; g) Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai;

  h) Memberi dukungan emosional dari orang yang dicintai; i) Dapat berkomunikasi intim, medalam dan terbuka mengenai perasaan terdalam dengan orang yang dicintai; j) Menilai dan menganggap penting orang yang dicintai.

  2) Gairah (passion) Dorongan ini mengarah pada romansa, ketertarikan fisik, kepuasan seksual dan fenomena yang terkait dalam hubungan percintaan. Meskipun kebutuhan seksual tampaknya mendominasi, sebenarnya ada kebutuhan lain yang berkontribusi pada pengalaman passion antara lain kebutuhan dihargai, kebutuhan memberi bantuan, kebutuhan memelihara, kebutuhan afiliasi, kebutuhan menguasai, kebutuhan untuk tunduk dan aktualisasi diri. 3) Keputusan/ Komitmen (Commitment) Komitmen merujuk pada keputusan individu untuk mencintai individu lainnya dan dalam jangka panjang memiliki keinginan untuk terus menjaga cinta itu. Komitmen memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  mencintai orang tertentu dan long-term (komitmen) yaitu komitmen untuk mempertahankan cinta tersebut. Kedua aspek ini tidak harus terjadi secara bersamaan, namun hendaknya keputusan mendahului komitmen.

  Ketiga komponen cinta saling berinteraksi satu dengan yang lain, misal intimasi yang besar dapat menyebabkan gairah atau komitmen yang besar pula dan sebaliknya. Secara umum, komponen- komponen ini terpisah, namun berinteraksi satu sama lain (Sternberg, 1997).

  Kombinasi yang berbeda dari ketiga komponen menghasilkan berbagai jenis cinta yaitu kombinasi keintiman dan komitmen dalam hubungan yang penuh cinta kasih sayang disebut compassionate love, kombinasi gairah dan keintiman dalam hubungan penuh gairah cinta disebut passionate love dan kombinasi antara keintiman, gairah dan komitmen dalam hubungan dengan cinta sempurna disebut consummate love (Sternberg, 1997).

  Lee (dalam Tung, 2007) menyebutkan 6 gaya cinta sebagai berikut: a. Eros, gaya cinta yang ditandai dengan mencari kekasih yang secara fisik merupakan presentasi diri dan merupakan perwujudan dari gambar yang sudah disimpan di dalam pikiran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  individu terhadap kekasihnya. Eros juga ditandai dengan atraksi emosional, fisik yang intens dan adanya komitmen.

  b. Ludus, gaya cinta yang menganggap cinta sebagai permainan.

  Ditandai dengan tidak adanya komitmen.

  c. Storge, gaya berdasarkan afeksi yang perlahan berkembang dan ada persahabatan.

  d. Mania, gaya cinta yang ditandai dengan adanya obsesi dan cinta yang intensif, kecemburuan, dan intansitas emosional yang besar. Mania merupakan gaya cinta yang obsesif, gabungan antara eros dan ludus.

  e. Agape, gaya cinta yang altruistik, di mana sang kekasih mencintai tanpa berharap mendapat balasan. Cinta ini melibatkan cinta persahabatan yang intens dan pengorbanan diri. Agape disebut juga cinta tanpa pamrih, gabungan antara eros dan storge.

  f. Pragma, gaya praktis yang meliputi pertimbangan secara sadar dari karakter demografi pasangan. Cinta dipandang sebagai hal praktis untuk mendapatkan pasangan yang pas. Pragma merupakan cinta yang realistis dan praktis, gabungan antara ludos dan storge.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Definisi Kepuasan Hubungan Romantis Kepuasan hubungan romantis secara umum, mengacu pada perasaan, pikiran, atau perilaku dalam hubungan seksual terkait dengan sikap, perasaan cinta, komitmen, membuka diri, dan investasi hubungan (Hendrick,1988). Definisi lain menyebutkan kepuasan hubungan romantis yaitu sejauh mana seorang individu merasa puas dengan pasangan atau hubungannya (Anderson & Emmers-Sommer, 2006).

  Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan hubungan romantis adalah sejauh mana individu puas dengan pasangan dan hubungannya yang melibatkan sikap, perasaan cinta, komitmen, membuka diri, dan investasi hubungan.

  4. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hubungan Romantis Dalam teori pertukaran sosial Thibaut dan Kelley disebutkan ada tiga faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam hubungan romantis, yaitu hal imbalan (rewards), biaya (costs), dan tingkat perbandingan (level comparison ) (Aronson, Wilson & Akert, 2005).

a. Reward

  Reward adalah elemen positif yang memuaskan dalam hubungan, yang memberikan manfaat dan memperkuat hubungan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Cost

  Cost adalah elemen negatif yang bisa jadi dapat meretakkan hubungan.

   Comparison level c.

  Comparison level (standar pembanding), yaitu harapan individu mengenai tingkat rewards dan costs yang mereka inginkan dalam hubungan tertentu. Banyak orang memiliki standar pembanding yang tinggi dengan banyak rewards dan sedikit costs. Jika apa yang diterima dalam hubungan tidak sesuai dengan standar pembanding, maka individu akan kecewa dalam hubungan. Sebaliknya bila standar pembanding rendah, maka individu cenderung bahagia dengan berbagai hubungan yang dijalin.

5. Manfaat kepuasan dalam sebuah hubungan romantis

  a. Menurut Thibaut dan Kelley (dalam Aronson, Wilson & Akert, 2005), kepuasan sebuah hubungan romantis merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan komitmen dan kestabilan hubungan.

b. Demirtas dan Tezer (2012) menemukan bahwa kepuasan hidup seseorang dipengaruhi oleh kepuasan hubungan romantis mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Pengungkapan Diri

1. Definisi Pengungkapan Diri

  Cozby (dalam Seamon, 2003) menyatakan bahwa pengungkapan diri adalah pengungkapan informasi yang secara verbal dikomunikasikan kepada orang lain. Dindia dan Allen (dalam Seamon, 2003) mendeskripsikan pengungkapan diri sebagai variabel kepribadian yang stabil yang secara langsung mempengaruhi hubungan. Jourard (dalam branje & meeus, 2004) menyatakan bahwa pengungkapan diri mengarah pada komunikasi verbal tentang diri, meliputi hal pribadi, peristiwa di masa lalu dan rencana di masa depan. Definisi lain menyebutkan bahwa pengungkapan diri adalah suatu tipe komunikasi yang khusus karena individu saling berbagi tentang informasi dan perasaan yang intim dengan orang lain (Sears, Peplau & Taylor, 1991). Menurut Johnson, pengungkapan diri adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tanggapan itu di masa kini (Supratiknya, 1995). Holmes & Rempel (dalam Myers, 1999) juga menjelaskan tentang pengertian dari pengungkapan diri yaitu aspek kedekatan yang memungkinkan seseorang menyingkap diri dan pikirannya bagi orang lain. Devito (2011) mengartikan pengungkapan diri sebagai salah satu tipe komunikasi tentang informasi diri yang biasanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  diutarakan tersebut merupakan informasi baru yang belum pernah didengar orang tersebut sebelumnya dan biasanya disimpan/ dirahasiakan

untuk diceritakan kepada orang lain baik secara tertulis dan lisan.

  Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengungkapan diri adalah tipe komunikasi khusus yang ditandai dengan adanya pengungkapan informasi tentang diri, biasanya dirahasiakan/ tidak diketahui orang lain dan meliputi hal pribadi yang secara verbal

dikomunikasikan kepada orang lain dengan perasaan yang intim.

2. Dimensi Pengungkapan Diri

  Pengungkapan diri berbeda-beda bagi setiap individu dalam lima dimensi pengungkapan diri sebagai berikut (Devito, 1986): a. Jumlah Kuantitas dari pengungkapan diri dapat diukur dengan mengetahui frekuensi dengan siapa individu mengungkapkan diri dan durasi dari pesan pengungkapan diri atau waktu yang diperlukan untuk mengutarakan pernyataan pengungkapan diri individu tersebut terhadap orang lain. Hal ini berkaitan dengan seberapa banyak jumlah informasi diri yang diungkapkan. Jumlah tersebut dilihat berdasarkan frekuensi penyampaian pesan pengungkapan diri atau dengan menggunakan ukuran waktu, yakni berapa lama pesan-pesan yang mengandung pengungkapan diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  disampaikan pada keseluruhan komunikasi dengan lawan komunikasnya b. Valensi Valensi merupakan hal yang positif atau negatif dari pengungkapan diri. Individu dapat mengungkapkan diri mengenai hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan mengenai dirinya, memuji hal-hal yang ada dalam dirinya atau menjelek- jelekkan dirinya sendiri. Faktor nilai juga mempengaruhi sifat dasar dan tingkat pengungkapan diri. Dampak dari pengungkapan diri yang berbeda itu (positif/negatif) akan berbeda pula, baik pada orang yang mengungkapkan dirinya maupun pada lawan komunikasinya.

  c. Ketepatan dan Kejujuran Hal ini terkait dengan ketepatan/kecermatan dan kejujuran individu dalam mengungkapkan diri. Ketepatan dari pengungkapan diri dibatasi oleh tingkat atau kemampuan individu dalam mengetahui/mengenal dirinya sendiri. Pengungkapan diri dapat berbeda dalam hal kejujuran. Individu dapat jujur atau terlalu melebih-lebihkan, melewatkan bagian penting atau berbohong.

  d. Maksud dan Tujuan Hal ini terkait dengan seluas apa individu mengungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  individu untuk mengontrol informasi-informasi yang akan dikatakan pada orang lain. Individu cenderung menyatakan dirinya dengan maksud dan tujuan tertentu.

  e. Kedalaman Individu dapat mengungkapkan detil yang paling intim dari hidupnya. Dimensi pengungkapan diri ini mengacu pada Struktur Kepribadian Pete dengan Teori Penetrasi Sosial. Dalam Struktur Kepribadian ini, digambarkan kepribadian manusia seperti bawang, yang memiliki lapisan-lapisan yang menunjukkan derajat kedalaman orang yang menjalin relasi atau berkomunikasi. Tidak seluruh informasi yang individu sampaikan berisikan informasi yang sifatnya pribadi karena bisa bercampur dengan informasi yang bersifat umum. Hal ini terkait dengan kedalaman (depth) dan keluasan (breadth) pengungkapan diri. Sejauh mana kedalaman dalam pengungkapan diri itu akan ditentukan oleh derajat kedalaman individu dengan lawan komunikasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri

  Menurut Devito (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri yaitu : a. Pengungkapan yang dilakukan orang lain Pengungkapan diri adalah hubungan timbal balik. Artinya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  berhubungan), dimana setiap pengungkapan diri individu diterima sebagai stimulus untuk penambahan pengungkapan diri dari yang lain. Pengungkapan diri antar kedua individu akan semakin baik jika pendengar bersikap positif dan menguatkan. Individu cenderung menyukai orang lain yang mengungkapkan cerita rahasianya pada jumlah yang kira-kira sama.

  b. Jumlah pendengar Pengungkapan diri, lebih sering terjadi dalam kelompok yang kecil daripada kelompok yang besar. Dengan pendengar lebih dari satu sulit untuk mengungkapkan diri karena respon yang bisa bervariasi antara pendengar. Selain itu, jika kelompoknya lebih besar dari dua, pengungkapan diri akan menjadi pemberitaan publik sehingga bisa dianggap hal umum karena sudah banyak orang tahu.

  c. Topik Topik mempengaruhi jumlah dan tipe pengungkapan diri.

  Ditemukan bahwa pengungkapan diri mengenai uang, fisik dan kepribadian lebih jarang dibicarakan daripada hal terkait rasa dan minat, sikap dan opini, serta pekerjaan. Hal ini terjadi karena tiga topik pertama lebih sering dihubungkan dengan self-concept seseorang, dan berpotensi melukai orang tersebut.

  d. Nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Nilai (kualitas positif dan negatif) pengungkapan diri juga berpengaruh secara signifikan. Pengungkapan diri yang positif lebih disukai daripada pengungkapan diri yang negatif.

  e. Jenis kelamin Berbagai penelitian mengemukakan bahwa wanita lebih terbuka daripada pria tapi keduanya membuat pengungkapan negatif yang hampir sama dari segi jumlah dan tingkatannya.

  f. Ras, kewarganegaraan, dan umur Individu kulit hitam lebih jarang mengungkapkan diri mereka dibandingkan individu kulit putih. Terdapat juga perbedaan frekuensi pengungkapan diri dalam grup usia yang berbeda.

  Pengungkapan diri pada teman dengan gender berbeda meningkat dari usia 17-50 tahun dan menurun kembali.

  g. Penerimaan hubungan Hubungan yang dijalin dengan orang lain akan mempengaruhi kemungkinan dan frekuensi pengungkapan diri yang dilakukan. Individu cenderung mengungkapkan diri pada individu yang hangat, penuh pemahaman, memberi dukungan dan mampu menerima individu apa adanya.