BAB IV – PROFIL KOTA PEKANBARU - DOCRPIJM 1508724060RPI2JM Pekanbaru BAB 4 Profil Kab Kota OK
RPI2JM Kota Pekanbaru
BAB IV – PROFIL KOTA
PEKANBARU
4.1.
Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah
Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1987
tanggal 7 September 1987, terdiri dari 8 wilayah kecamatan dari 5 kecamatan
yang ada sebelumnya, dengan luas wilayah 446,5 Km 2, setelah diadakan
pengukuran dan pematokan oleh Badan Pertanahan Nasional Riau, luas Kota
Pekanbaru selanjutnya di verifikasi menjadi 632,26 Km 2.
Dengan bergulirnya otonomi daerah pada tahun 2000 dan untuk
terciptanya tertib pemerintahan serta pembinaan pada wilayah yang cukup
luas ini, maka dibentuklah Kecamatan baru yang ditetapkan berdasarkan
Perda Kota Pekanbaru No. 3 Tahun 2003 sehingga menjadi 12 kecamatan.
Demikian pula dengan Kelurahan/Desa dimekarkan menjadi 58 (dari 45
Kelurahan/Desa yang ada sebelumnya) berdasarkan Perda Kota Pekanbaru
No. 4 Tahun 2003.
Letak Kota Pekanbaru sangat dipengaruhi oleh keberadaan Sungai Siak
yang membelah kota menjadi di wilayah. Sungai Siak ini pulalah yang
kemudian menjadi acuan orientasi Utara – Selatan kota, dimana wilayah di
atas Sungai Siak di identifikasikan sebagai daerah Utara Kota, dan sebaliknya
daerah di bawah Sungai Siak diidentifikasi sebagai daerah Selatan Kota.
Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101 014’ – 101034’ BT
dan 0025’ – 0045’ LU, dengan batas administrasi sebagai berikut:
IV - 1 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
- Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kabupaten Siak dan
Kabupaten Kampar
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan
Kabupaten Pelalawan
- Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Kabupaten Siak dan
Kabupaten Pelalawan
- Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kabupaten Kampar
Secara spasial, Pekanbaru memiliki lokasi yang sangat strategis sebagai
kota transit yang menghubungkan kota-kota utama di pulau Sumatera.
Keuntungan lokasional ini, harus dicermati sebagai potensi dan masalah yang
harus diantisipasi agar pembangunan kota ke depan benar-benar dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, dan mereduksi kemungkinan
dampak/pengaruh negatif yang akan ditimbulkan.
Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan, dengan luas
632,26 km2. Luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
TABEL 2.1 LUAS WILAYAH KOTA PEKANBARU MENURUT
KECAMATAN
No
Kecamatan
Luas (km2)
Persentase (%)
1
Pekanbaru Kota
2,26
0,36
2
Sail
3,26
0,52
3
Sukajadi
3,76
0,59
4
Lima Puluh
4,04
0,64
5
Senapelan
6,65
1,05
6
Bukit Raya
22,05
3,49
7
Marpoyan Damai
29,74
4,70
8
Payung Sekaki
43,24
6,84
IV - 2 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
No
Kecamatan
Luas (km2)
Persentase (%)
9
Tampan
59,81
9,46
10
Rumbai
128,85
20,38
11
Rumbai Pesisir
157,33
24,88
12
Tenayan Raya
171,27
27,09
632,26
100,00
Jumlah
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2014
4.2.
Gambaran Demografi
4.2.1. Jumlah penduduk
Penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2014 sebanyak 1.021.710 jiwa,
yang terdiri dari 497.443 jiwa penduduk laki-laki dan 524.267 jiwa penduduk
perempuan dengan seks rasio sebesar 105. Apabila dibandingkan antara
jumlah penduduk dengan luas wilayah Kota Pekanbaru, dapat diketahui
bahwa rata-rata kepadatan penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2014
sebesar 1.595 jiwa/km2
Tabel 2 - 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut
Kecamatan di Kota Pekanbaru Tahun 2014
Perempu
Jumlah
an
Sukajadi
29.042
28.074
57.116
Pekanbaru Kota
17.566
16.764
34.330
Sail
13.680
13.300
26.980
Limapuluh
25.941
25.353
51.294
Senapelan
22.625
22.330
44.955
Rumbai
35.060
32.736
67.796
Bukit raya
51.870
49.475
101.345
Tampan
90.329
84.667
174.996
Marpoyan Damai
75.377
70.637
146.014
Tenayan Raya
73.215
68.707
141.922
Payung Sekaki
51.225
48.878
100.103
Rumbai Pesisir
38.337
36.522
74.859
TOTAL
524.267
497.443
1.021.710
Sumber : Disdukcapil Kota Pekanbaru, status data 21 Agustus 2014
Kecamatan
Laki-laki
IV - 3 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Tabel 2 - 2 Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kota Pekanbaru Tahun 2014
Kecamatan
Luas
Wilayah
(km2)
3,76
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk (jiwa/km2)
Sukajadi
57.116
15.190
Pekanbaru
2,26
Kota
34.330
15.190
Sail
3,26
26.980
8.276
Limapuluh
4,04
51.294
12.697
Senapelan
6,65
44.955
6.760
Rumbai
128,85
67.796
526
Bukit raya
22,05
101.345
4.596
Tampan
59,81
174.996
2.926
Marpoyan
29,79
146.014
4.901
Damai
Tenayan Raya
171,27
141.922
829
Payung
Sekaki
51,36
100.103
1.949
Rumbai
Pesisir
157,33
74.859
476
Jumlah
640,43
1.021.710
1.595
Sumber : Disdukcapil Kota Pekanbaru, Pekanbaru Dalam Angka
Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk
terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju
pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju
pertumbuhan penduduknya.
Etnis Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah
sekitar 37,96% dari total penduduk kota. Mereka umumnya bekerja sebagai
profesional dan pedagang. Jumlah mereka yang cukup besar, telah
mengantarkan Bahasa Minang sebagai salah satu bahasa pergaulan yang
digunakan oleh penduduk kota Pekanbaru selain Bahasa Melayu atau
Bahasa Indonesia.
Selain itu, etnis yang juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu,
Jawa, Batak, dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari
Tanjungpinang ke Pekanbaru pada tahun 1959, memiliki andil besar
menempatkan Suku Melayu mendominasi struktur birokrasi pemerintahan
IV - 4 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
kota. Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan
berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.
Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa
pendudukan tentara Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai
pekerja romusha dalam proyek pembangunan rel kereta api. Sampai tahun
1950 kelompok etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota
Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan
menjadi kawasan perkantoran dan bisnis, mendorong kelompok masyarakat
ini mencari lahan pengganti di luar kota, namun banyak juga yang beralih
okupansi.
4.2.2. Jumlah penduduk miskin
Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu terjadi di belahan
dunia dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Berdasarkan data
yang diperoleh dari BPS Riau, jumlah penduduk miskin di Kota Pekanbaru
pada tahun 2012 sebesar 32.901 jiwa dengan garis kemiskinan sebesar Rp
353.801. Jumlah penduduk miskin ini mengalami kecenderungan penurunan
dari tahun 2003 sampai tahun 2012. Ada tahun 2003, jumlah penduduk
miskin sebesar 34.600 jiwa. Sedangkan pada tahun 2012, jumlah penduduk
miskin mengalami penurunan sebesar 4,9 % menjadi sebesar 32.012 jiwa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut.
Jumlah Penduduk Miskin Tahun Kota Pekanbaru Tahun 2003-2012
No
Tahun
Jumlah
1
2003
34.600
2
2004
30.200
3
2005
18.000
4
2006
16.300
5
2007
17.710
6
2008
29.744
7
2009
33.418
8
2010
38.200
9
2011
32.338
IV - 5 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
10
2012
32.901
Sumber : BPS Riau, 2013
Grafik Jumlah Penduduk Miskin Tahun Kota Pekanbaru 2003-2012
Sumber : Analisa, 2014
4.2.3. Laju pertumbuhan penduduk
Laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun (2005 – 2010) tercatat
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan yang giat
dilaksanakan.Rata-rata laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2005 – 2010
adalah 4,90% per tahunnya.
Pada tahun 2005 hingga 2008, perkembangan penduduk menunjukkan
trend posistif (meningkat), namun pada tahun 2009 – 2010 di beberapa
kecamatan seperti Kecamatan Limapuluh, Sail, Pekanbaru Kota, Senapelan
dan Sukajadi mengalami trend negatif (menurun).
Kecamatan yang mempunyai laju
pertumbuhan tertinggi di Kota
Pekanbaru pada tahun 2010 adalah Kecamatan Tampan, yakni sebesar
17,9% sedangkan Kecamatan pekanbaru Kota merupakan kecamatan
dengan laju pertumbuhan penduduk terendah, dengan angka 0.3%.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan
Tahun 2005-2010
IV - 6 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Jumlah (Jiwa)
No.
Rerata
Kecamatan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
(%)
1
Tampan
71.428
93.409
97.296
101.661
106.160
169.655
17,9
2
Payung Sekaki
66.097
70.139
72.009
73.205
74.439
86.584
5,1
3
Bukit Raya
74.320
80.401
83.508
85.697
87.586
91.914
3,6
111.125
116.563
121.574
126.316
127.369
125.697
2,1
4
Marpoyan
Damai
5
Tenayan Raya
82.289
93.231
97.281
99.879
102.494
123.155
11,2
6
Lima Puluh
42.043
44.173
44.386
44.564
42.759
41.333
0,9
7
Sail
21.994
23.071
23.182
23.379
22.335
21.438
0,9
30.129
30.016
31.199
31.355
30.092
25.062
0,3
8
Pekanbaru
Kota
9
Sukajadi
48.433
53.777
55.829
55.986
52.989
47.174
0,9
10
Senapelan
36.391
38.246
38.920
39.436
37.614
36.434
1,0
11
Rumbai
46.051
48.306
50.174
51.258
51.772
64.624
7,6
12
Rumbai Pesisir
59.525
62.135
64.541
66.477
67.179
64.698
1,6
689.825
753.467
779.899
799.213
802.788
897.768
4,9
Jumlah
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2011 dan Hasil Analisa, 2012
4.2.4. Persebaran penduduk
Pola distribusi penduduk di Kota Pekanbaru dicerminkan oleh besar
kecilnya jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk yang terdistribusi
pada setiap kecamatan. Seperti halnya yang terjadi pada kota – kota lainnya,
bahwa penyebaran penduduk relatif dipengaruhi oleh kecenderungan
penduduk terkonsentrasi pada tempat dimana askes terhadap faslilitas
pelayanan kota dengan biaya transportasi yang rendah merupakan pilihan
utama penduduk dalam menentukan tempat tinggal.
IV - 7 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Dalam hal ini, rendahnya nilai lahan tidak akan banyak memberikan daya
tarik yang dapat mempengaruhi minat penduduk untuk bertempat tinggal di
lokasi-lokasi yang relatif masih kosong, namun memiliki tingkat pelayanan
prasarana dan sarana kota yang rendah.
Penyebaran Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan Tahun 2010
No
Kecamatan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
Tampan
169,655
18,9
2
Payung Sekaki
86,584
9,64
3
Bukit Raya
91,914
10,24
4
Marpoyan Damai
125,697
14
5
Tenayan Raya
123,155
13,72
6
Lima Puluh
41,333
4,6
7
Sail
21,438
2,39
8
Pekanbaru Kota
25,062
2,79
9
Sukajadi
47,174
5,25
10
Senapelan
36,434
4,06
11
Rumbai
64,624
7,2
12
Rumbai Pesisir
64,698
7,21
897,768
100
Jumlah
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2011
Pada tahun 2010, konsentrasi tertinggi penduduk adalah di Kecamatan
Tampan (18.9%), diikuti Kecamatan Tenayan Raya (13.72%) dan Kecamatan
Bukit Raya (10.24%). Sedangkan konsentrasi terendah penduduk berada di
Kecamatan Sail, yaitu hanya 2.39% diikuti Kecamatan Pekanbaru Kota
(2.79%). Dari data tabel di atas dapat terlihat bahwa penyebaran penduduk di
Kota Pekanbaru tidak merata.
IV - 8 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
4.3.
Gambaran topografi
1. Ketinggian
Kota Pekanbaru terletak pada bagian ketinggian 10 – 50 meter di
atas permukaan laut. Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar
dengan ketinggian rata-rata antara 10-20 meter di atas permukaan laut.
Sedangkan kawasan Tenayan dan sekitarnya umumnya mempunyai
ketinggian antara 25-50 meter di atas permukaan laut. Kawasan yang
relatif tinggi dan berbukit terutama dibagian utara kota, khususnya di
Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan ketinggian rata-rata
sekitar 50 meter di atas permukaan laut.
Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (44%) mempunyai tingkat
kemiringan antara 0-2% atau relatif datar. Sedangkan wilayah kota yang
agak landai hanya sekitar 17%, landai (21%), dan sangat landai (13%).
Sedangkan yang relatif curam hanya sekitar 4-5% yang terdapat di
Kecamatan Rumbai Pesisir.
2. Morfologi
Morfologi Kota Pekanbaru sebagian besar terdiri dari dataran
aluvium, selebihnya terdiri dari perbukitan. Bentuk morfologi Kota
Pekanbaru dibagi menjadi:
-
Satuan Morfologi Dataran
Sebarannya menempati daerah Kecamatan Kota Pekanbaru,
Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, Sail, sebagian wilayah Rumbai,
sebagian wilayah Rumbai Pesisir, Bukit Raya, sebagian wilayah
Tenayan Raya, serta wilayah Tampan, Marpoyan Damai, dan
Payung Sekaki, dengan proporsi kurang lebih 65% dari luas
keseluruhan Kota Pekanbaru. Daerah ini merupakan daerah
IV - 9 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
endapan sungai dan rawa. Sebagian merupakan daerah dataran
banjir (flood plain), sedangkan daerah rawa meliputi daerah bagian
Barat Daya dan Tengah. Kemiringan lerengnya kurang dari 5 %,
kecuali pada lembah-lembah, dan makin bergelombang ke arah
Utara.
Ketinggiannya kurang dari 50 m di atas muka laut (dpl), tersusun
oleh batuan yang terdiri dari material lepas berukuran lempung,
lempung tufan, lanau, pasir, kerikil-kerakal, sisa-sisa tumbuhan,
hasil proses abrasi dan erosi sungai dan rawa gambut. Pemanfaatan
lahan di daerah ini umumnya dimanfaatkan sebagai lahan
permukiman, kebun campuran, dan pertanian berupa persawahan
dan ladang. Aliran Sungai Siak termasuk sebagian atau seluruhnya
masuk dalam satuan morfologi ini.
Proses erosi sungai yang terjadi sudah mengarah lateral
sehingga penampang sungai membentuk huruf ”U” serta alur sungai
yang membentuk adanya meander. Mengingat proses tersebut
maka sungai-sungai yang mengalir pada morfologi ini sangat
berperan dalam mengisi air tanah (influent stream). Kondisi sungai
ini selalu berair, berkelok-kelok dan membentuk pola aliran
mendaun dan sejajar.
-
Satuan Morfologi Perbukitan Rendah
Satuan morfologi ini terdapat setempat di bagian Utara, sebagian
daerah Selatan, Timur dan Barat memanjang dari Barat Laut –
Tenggara, umumnya tersusun oleh batu lumpur, batu pasir, sedikit
batu lanau, batuan malihan, dan granit.
Ketinggian satuan ini berkisar antara 20 hingga 35 meter di atas
permukaan laut (dpl), membentuk perbukitan rendah yang ditumbuhi
semak dan alang-alang dengan kemiringan lereng kurang dari 20%.
IV - 10 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Sungai yang mengalir di daerah ini berpola aliran meranting (sub
dendritik) dan sub paralel, sebagian besar merupakan sungai-sungai
yang airnya dipasok oleh air tanah (efluent stream).
-
Satuan Morfologi Perbukitan Sedang
Satuan morfologi ini menempati bagian Utara daerah Kota
Pekanbaru,
merupakan
daerah
perbukitan
dengan
arah
punggungannya memanjang dengan arah Barat Laut – Tenggara
yang ditumbuhi oleh tanaman keras sebagai hutan lindung.
Ketinggiannya dari muka air laut adalah sekitar 40 m.
Daerah perbukitan ini disusun oleh batuan yang terdiri atas
batuan lava, lahar, dan batuan malihan yang umumnya bertonjolan
kasar dan agak tajam dengan kemiringan lereng kurang dari 40 %.
Bentuk perbukitan tersebut nampaknya telah dipengaruhi oleh
adanya struktur kekar, sesar-sesar lokal dan bidang foliasi pada
batuan malihan, sehingga struktur geologi membentuk perbukitan
sedang dengan lereng yang agak curam. Adanya pengaruh tersebut
juga tercermin dari pola alirannya yang secara umum paralel hingga
sub paralel.
3. Kemiringan Lereng
Secara umum kondisi wilayah Kota Pekanbaru sebagian besar
arealnya mempunyai kelas lereng datar dengan luas 38.624 Ha,
yang terdiri dari 2 (dua) kelas kemiringan lereng yaitu kemiringan
lerengnya 0 – 2% dengan luas 27.818 Ha dan sekitar 10.806 Ha
kemiringan lereng 2 – 8% yang sesuai untuk pengembangan
pembangunan kota. Kemiringan 0 – 2% ini terletak di daerah bagian
Selatan, sedangkan kemiringan lereng 2 – 8% terletak menyebar di
bagian Tenggara Kota Pekanbaru dan sebagian lagi di daerah
Utara.
Untuk kemiringan dengan kelas kelerengan 26 – 40% yang
merupakan daerah agak curam mempunyai luasan terkecil yaitu
2.917 Ha, yang terletak di daerah Utara dan juga daerah Tenggara
IV - 11 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru, tepatnya di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir,
dan Kecamatan Tenayan Raya. Lahan dengan kondisi morfologi
demikian umumnya cenderung memiliki faktor pembatas yang cukup
tinggi terutama untuk kegiatan terbangun, oleh karena itu pada
lokasi dengan tipikal kemiringan seperti ini pengembangannya lebih
diarahkan sebagai kawasan konservasi.
Luas Kelas Kemiringan Lereng Kota Pekanbaru
No
Kemiringan Lereng
Luas(Ha)
Persentase(%)
1
Datar 0-2 %
27.818
44,00
2
Agak Landai 2-15 %
10.806
17.09
3
Landai 15-40%
13.405
21.20
4
Sangat Landai
8.280
13.10
5
Agak Curam
2.917
4.61
63.226
100.00
Total
Sumber : Draft RTRW Kota Pekanbaru 2013-2033
Berdasarkan keadaan topografi, maka pengembangan wilayah Kota
Pekanbaru adalah sebagai berikut :
1. Kemiringan
0 – 2% (datar), lahan pada interval ini masuk dalam
klasifikasi sangat layak bagi pengembangan semua kegiatan
budidaya karena kondisi permukaan tanah yang datar.
Wilayah
dengan kemiringan ini memanjang dari Barat ke Timur di sepanjang
Sungai Siak yang mencakup dan Kecamatan Payung Sekaki,
Tampan, Marpoyan Damai, Bukit Raya,
Pekanbaru Kota,
Sail,
Senapelan, Sukajadi, Lima Puluh, dan sebagian Kecamatan Rumbai,
sebagian Rumbai Pesisir, Kecamatan, serta sebagian Tenayan
Raya.
2. Kemiringaan 2 – 15% (datar s/d landai), memiliki kelayakan fisik bagi
pengembangan
kegiatan
IV - 12 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
budidaya.
Wilayah
yang
tercakup
RPI2JM Kota Pekanbaru
kedalamnya adalah sebagian di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir,
Tenayan Raya dan Bukit Raya.
3. Lahan dengan kemiringan 15 – 40% (agak landai s/d agak curam),
pemanfaatan lahan pada interval ini masih memungkinkan bagi
pengembangan kegiatan budidaya terbangun secara terbatas, yang
meliputi Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir, dan Tenayan Raya
seluas 2.917 Hektar (4,61%)
Dari uraian di atas, maka pengembangan fisik di Kota Pekanbaru tidak
menghadapi kendala morfologi lahan dan pengembangan fisik kawasan
sebagai kawasan permukiman karena dapat dilakukan di semua kecamatan
yang ada di Kota Pekanbaru. Sedangkan untuk ketinggian 26 – 40%, sangat
sesuai bagi pengembangan kawasan konservasi tepatnya di Kecamatan
Rumbai, Rumbai Pesisir, dan Tenayan Raya.
4.4.
Gambaran hidrologi
Kondisi hidrologi dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu kondisi hidrologi
air permukaan dan air tanah.
1. Hidrologi air permukaan pada umumnya berasal dari sungai–sungai yang
mengalir di Kota Pekanbaru yaitu Sungai Siak, mengalir dari Barat ke
Timur di dalam kota, dengan panjang 300 Km dan kedalaman 29 meter
serta lebar 100 – 400 meter yang mempunyai anak – anak sungai seperti
: Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul, Pengambang, Ukai,
Sago, Senapelan, Limau, dan Tampan.
2. Hidrologi air tanah kurang baik sebagai air minum, khususnya hidrologi air
tanah dangkal dari Formasi Petani. Sedangkan untuk air tanah dangkal
dari Formasi Minas memiliki potensi ketersediaan air yang cukup banyak,
mengingat kondisi batuan Formasi Minas memiliki permeabilitas dan
porositas yang tinggi.
Aliran Sungai di Kota Pekanbaru di antaranya sebagai berikut :
IV - 13 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
- Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata
8 meter, dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran ratarata 0,75 liter/detik
- Sungai Senapelan, merupakan penampung utama bagi wilayah
sebelah Barat Jl. Jendral Sudirman dan sebelah utara Jalan Tuanku
Tambusai, dengan lebar rata-rata 3-4 meter
- Sungai Sail, merupakan penampung utama bagi wilayah sekitar Pasar
Laket yang dibatasi Jl. Pelajar di sebelah barat, Jl. Pepaya di sebelah
timur, Jl. Mangga di sebelah utara dan Jl. Tuanku Tambusai di selatan
- Sungai Sago, merupakan penampung bagi wilayah sebelah barat Jl.
Sudirman, Sungai Lunau, Sungai Tanjung Datuk I dan II
Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada,
seperti; sungai, rawa, dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak;
- Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak;
- Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak
Sungai Siak;
- Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem
gravitasi yang tergantung pada kondisi topografi.
Kondisi topografi
Pekanbaru yang relatif datar menyebabkan sistem pengaliran air hujan
tidak dapat terjadi dengan baik.
Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa
di sebelah utara Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa
ini dibagi 2 (dua) oleh Jl. Yos Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa
sebelah timur.
Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak
merupakan kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi
kawasan ini terletak pada daerah yang relatif rendah dengan ketinggian
elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air laut dan setiap
musim hujan sering mengalami banjir.
IV - 14 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
4.5.
Gambaran geologi
Pembahasan geologi daerah perencanaan disamping mengenai jenis,
sebaran dan sifat fisik batuan/ tanah, struktur geologi, juga geomorfologinya,
yaitu gambaran yang berkaitan dengan bentang alam dalam hubungannya
dengan jenis batuan pembentuknya.
1. Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya
(M.C.G. Clarke dkk,1982.) dengan skala 1: 250.000, wilayah Kota
Pekanbaru secara umum terbentuk dari batuan sedimen berumur
Plistosen
–
Holosen,
serta
endapan
aluvium
yang
proses
penyusun
daerah
pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang.
Secara
Lithostratigrafi
tidak
resmi
batuan
perencanaan dapat dipisahkan menjadi 4 (empat) satuan batuan
sebagai berikut :
-
Satuan Batulumpur (Tup)
Tersusun dari batulumpur, mengandung karbonan, lignit, sedikit
batu lanau dan batu pasir, yang tersebar luas di bagian Utara dan
membentuk daerah yang relatif datar hingga berbukit landai, seluas
lebih kurang 30 % dari luas daerah perencanaan. Ciri – ciri satuan
tufa ini adalah kandungan batulumpur yang dominan.Satuan batuan
ini termasuk dalam Formasi Petani yang terendapkan pada Kala
Pliosen Awal – Tengah.
-
Satuan Pasir (Qpmi)
Tersusun dari kerikil, kerakal, pasir dan lempung yang tersebar di
bagian Utara dan Selatan seluas lebih kurang 35% dari luas daerah
perencanaan,
membentuk
perbukitan
landai
sampai
agak
terjal.Satuan batuan ini termasuk dalam Formasi Minas yang
terbentuk pada Kala Plistosen.
-
Satuan Aluvium Tua (Qp)
IV - 15 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Satuan batuan ini penyebarannya relatif hampir sama dengan
satuan batuan lempung tufan (Qpke) tersusun oleh kerikil, pasir,
lempung, sisa – sisa tumbuhan dan rawa gambut dan tersebar di
bagian Utara, Selatan dan Barat kurang dari 10% dari luas daerah
perencanaan,
dan
merupakan
batuan
endapan
lepas
yang
membentuk pedataran yang luas. Batuannya berwama abu – abu
kehitaman, satuan batuan ini terbentuk pada Kala Plistosen Akhir.
-
Satuan Aluvium Muda (Qh)
Sebaran satuan ini meliputi sepanjang Sungai Siak dan anak –
anak sungainya, dengan luas sebaran kurang dari 5% dari luas
daerah perencanaan. Litologinya terdiri dari lempung, pasir dan
kerikil serta endapan sungai atau rawa lainnya dengan ketebalan
mencapai 4m. Proses pengendapannya masih berlangsung hingga
kini.
2. Struktur Geologi
Berdasarkan pada peta geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya
(M.C.G. Clarke dkk,1982.) dengan skala 1:250.000, struktur geologi
yang terdapat di Kota Pekanbaru terdiri dari sesar mendatar dengan
arah umum Barat Laut – Tenggara, lipatan Sinklin dan Antiklin dengan
arah penunjaman berarah relatif Timur Laut – Barat Daya.
Struktur – struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan
Sumatera, sementara itu sesar – sesar mendatar ini termasuk dalam
sistem patahan Semangko, diduga terjadi pada Kala Miosen Tengah.
Struktur geologi dengan skala regional misalnya Sesar Semangko
yang relatif berarah Barat Laut – Tenggara atau relatif searah dengan
Pulau Sumatera dapat berfungsi sebagai pemicu terjadinya gempa di
sepanjang/ disekitar zona sesar tersebut.
3. Jenis tanah
Secara umum kondisi tanah di Kota Pekanbaru mempunyai daya
pikul (T tanah) antara 0,7 kg/cm2 - 1 kg/cm2, kecuali di beberapa lokasi
IV - 16 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
yang berdekatan dengan anak sungai (T tanah) antara 0,4 kg/cm 2 - 0,6
kg/cm2.
Kedalaman efektif tanahnya (top soil) sebagian besar kurang dari
atau sama dengan 50 cm yang terdapat di bagian tengah. Kedalaman
efektif tanah 50 – 75 cm terdapat di bagian Selatan dan kedalaman lebih
dari 100 cm terdapat di bagian Utara Kota Pekanbaru.
Fisiografi grup aluvial berdasarkan klasifikasi tanah USDA, tanahnya
didominasi oleh Dystropepts dengan asosiasi Tropofulvents dan
Tropaquents, sedangkan pada fisiografi dataran (plain) jenis tanah yang
mendominasi adalah Topaquents pada areal datar, Humitropepts pada
areal datar berombak, dan Kandiudults pada areal berombak sampai
perbukitan. Tanah – tanah tersebut terbentuk dari bahan induk sedimen
halus masam sehingga walaupun tanah sama tetapi mempunyai
perbedaan kepekaan terhadap erosi atau berdasarkan klasifikasi tanah
PPT (1983) termasuk dalam jenis tanah podsolik dan sebagian aluvial.
Untuk lebih jelasnya, grup fisiografi tanah dan satuan lahan di Kota
Pekanbaru dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Grup Fisiografi Tanah Dan Satuan Lahankota Pekanbaru
No
1
2
Grup
Fisiografi/
Satuan
Lahan
Aluvial
Aneka Bentuk
Lokasi
Komposisi
Tanah
(Kecamatan)
(Gol./PPT/USDA)
Uraian
Dataran
banjir
dari
sungai yang bermeander
Sedimen
tidak
dibedakaan
Tampan
Lereng < 3%
Marpoyan
Damai
Tenayan
Raya
Lima Puluh
Rumbai
Rumbai
Pesisir
Rumbai
Rumbai
Daerah permukiman
Kota besar dan daerah
IV - 17 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
Payung
Sekaki
Bukit Raya
Spodosol/Podzolik
Gleiik/Tropaquepts
Inceptisol/Kambisol
Distrik/Dyspropepts
Entisol/Litosol/
Tropofluvents
Tropohemists
Luas
Ha
%
3.919
6,20
6.024
9,53
RPI2JM Kota Pekanbaru
3
pembangunan
Dataran
banjir
dari
sungai yang bermeander
Sedimen
tidak
dibedakaan
Batuan sedimen halus
dan kasar
Masam
Lereng < 3%
Datar
sampai
bergelombang (< 8%)
Berombak
Dataran
4
Berombak
sampai
bergelombang
Berbukit kecil
Perbukitan kecil (lereng
> 16%)
Kubah gambut oligotrofik
air tawar
Kedalaman gambut 0.5 2 meter
Datar sampai sedikit
cembung
Kubah
Gambut
Sumber :
Pesisir
Semua
Kecamatan
Ultisol/Podzolik
Kandik/Kandiudults
Inceptisol/Kambisol
Distrik/Dyspropepts
Hapludox
49.461
78,23
3.822
6,04
Hapluduts
Humittropepts
Ultisol/Podzolik
Merah/Paleudults
Spodosol/Podzolik
Gleiik/Tropaquepts
Entisol/Litosol/
Tropofluvents
Tropohemists
Payung
Sekaki
Rumbai
Troposaprits
Tropohemists
Tropofibrits
Sulfihemits
63.226
Jumlah
Rancangan Kegiatan Rehabilitas Hitan dan Lahan (RHL) Kota
Pekanbaru, 2004
.
4.6.
Gambaran klimatologi
Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum
berkisar antara 31,00C-33,40C dengan suhu udara minimum berkisar antara
23,40C-24,40C. Curah hujan antara 73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban
maksimum berkisar antara 85,5%-93,2% dan kelembaban minimum berkisar
antara 57,0-67,7%.
Berikut tabel banyaknya curah hujan dan banyaknya hari hujan yang
terjadi di Kota Pekanbaru pada tahun 2006 – 2010:
Banyak Curah Hujan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 (mm)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
2006
317.1
106.9
173.8
203.3
363.8
233.9
2007
278.9
206.2
234.2
371.1
307.8
180.7
2008
245.2
140.1
410.8
341.5
105.0
263.6
IV - 18 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
2009
173.9
148.5
551.4
343.2
216.2
123.4
2010
375.6
204.6
434.4
379.9
373.3
271.8
Rata-Rata
278.1
161.3
360.9
327.8
273.2
214.7
100,00
RPI2JM Kota Pekanbaru
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah
391.1
279.9
124.5
195.9
168.7
487.2
3,046.1
181.6
207.8
336.5
501.7
396.3
148.4
3,351.2
195.2
253.7
451.4
197.4
318.7
146.3
3,068.9
73.9
278.6
256.7
293.7
346.8
584.1
3,390.4
321.8
191.5
466.6
120.7
147.8
213.9
3,501.9
232.7
242.3
327.1
261.9
275.7
316.0
3,271.7
Sumber : Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
Banyak Hari Hujan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 (Hari)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah
Sumber :
4.7.
2006
19
14
16
18
18
13
16
10
15
19
21
22
201
2007
21
18
17
21
18
18
20
19
21
23
21
20
237
2008
20
14
22
20
12
13
13
18
19
19
20
19
209
2009
14
12
23
21
14
9
11
17
18
17
21
21
198
2010
23
16
20
19
16
17
19
20
24
15
10
22
221
Rata-Rata
19
15
20
20
16
14
16
17
19
19
19
21
213
Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
Kondisi sosial ekonomi
4.7.1. Struktur
Penduduk
Berdasarkan
Mata
Pencaharian/Tingkat
Kesejahteraan
Penduduk Kota Pekanbaru terbanyak yang bermatapencaharian sebagai
Perdagangan, Rumah Mukim dan Hotel, yaitu sebanyak 10.947 jiwa.
Sedangkan jumlah penduduk yang bermatapencaharian terkecil adalah di
sektor listrik/gas sebanyak 997 jiwa.
Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Berdasarkan Mata Pencaharian
No
Jenis Lapangan Usaha
1.
Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Peternakan
2.
Pertambangan dan Penggalian
3.
Industri Pengolahan
IV - 19 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
Jumlah
14.773
3.488
29.203
RPI2JM Kota Pekanbaru
4.
Listrik/Gas
997
5.
Bangunan
34.963
6.
Perdagangan, Rumah Mukim dan Hotel
7.
Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi
23.991
8.
Keuangan, Asuransi, dan Komunikasi dan Tanah Jasa Perusahaan
26.817
9.
Jasa Kesejahteraan Sosial
93.060
163.029
Jumlah
389.921
Sumber: Kota Pekanbaru Dalam Angka 2013
4.7.2. Kondisi Ekonomi
4.7.2.1.
PDRB
Pertumbuhan ekonomi
secara umum dapat ditunjukkan oleh angka
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan besaran nilai PDRB
merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai
keberhasilan
pembangunan
suatu
daerah,
atau
dengan
kata
lain
pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan
nilai PDRB. Di sisi lain, inflasi merupakan angka pembanding lain yang juga
erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Tabel berikut
ini menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Kota Pekanbaru dari
tahun 2006 – 2010.
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2010
Tahun
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Inflasi (%)
2006
10,15
6,32
2007
9,89
7,53
2008
9,05
9,02
2009
8,81
1,94
2010
8,98
6,80
Rata-rata
9,38
6,32
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011
IV - 20 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Untuk skala provinsi, kota Pekanbaru merupakan penyumbang terbesar
dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau. Hal ini cukup wajar mengingat Kota
Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau yang aktivitas ekonominya cukup
besar dan pusat peredaran barang dan jasa. Tabel 2.15 menggambarkan
kondisi
tersebut
secara
jelas
dan
terlihat
oleh
kita
bagaimana
kontribusikabupaten dan kota lain yang ada di Provinsi Riau
dalam
pembentukan PDRB Provinsi Riau.
TABEL 2.16 KONTRIBUSI PDRB KABUPATEN/KOTA DILUAR MIGAS
PROVINSI RIAU TAHUN 2006 – 2010
Tahun
No
Kabupaten/Kota
2006
2007
2008
2009
1
Pekanbaru
17,38
17,18
17,70
17,52
2
Indragiri Hilir
12,48
12,69
12,54
10,64
3
Siak
10,68
11,00
11,25
12,22
4
Bengkalis
10,88
10,52
9,82
584
5
Pelalawan
8,48
8,48
8,45
8,51
6
Indragiri Hulu
7,56
7,80
8,10
8,41
7
Rokan Hilir
8,42
8,27
8,06
8,44
8
Kampar
7,78
7,85
7,71
7,97
9
Kuantan Singingi
6,96
6,96
6,90
6,92
10
Rokan Hulu
6,52
6,42
6,52
5,84
11
Dumai
2,86
2,83
2,93
3,04
12
Kep. Meranti (pemekaran)
2,90
2,87
2,87
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010
IV - 21 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Tabel 2.16 menjelaskan perbandingan pertumbuhan ekonomi Kota
Pekanbaru dengan Provinsi Riau. Pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru
dengan berbagai komponen dan sektor pembentuknya relatif lebih tinggi dari
Provinsi Riau.
TABEL 2.17 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA
PEKANBARU DENGAN PROVINSI RIAUTAHUN 2006 – 2010
Sektor/
PDRB ADHB
No
Lapangan
2006
2007
2008
Usaha
1 Pertanian
160,956
181,711
209,726
2 Pertambangan
2,511
3,140
3,954
dan
Penggalian
3 Industri
4.947,946 5.586,983 6.432,910
Pengolahan
4 Listrik,
Gas
196,667
227,120
260,620
dan Air Bersih
5 Bangunan
1.949,113 2.965,165 4.231,766
6 Perdagangan,
4.019,169 5.090,377 6.504,844
Hotel
&
Restoran
7 Angkutan dan
1.392,535 1.585,349 1.844,506
Komunikasi
8 Keuangan,
2.033,029 2.476,144 3.103,018
Sewa
dan
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa
1.778,614 2.003,412 2.325,186
PDRB
16.480,545 20.119,043 24.916,535
Keterangan
: * Tahun 2009 angka sementara
2009
2010
239,152
4,798
274,001
5,896
6.901,226
7.427,790
291,976
328,920
6.130,136
7.778,112
8.811,458
9.464,316
2.136,932
2.490,941
3.875,254
4.859,600
2.680,345 3.090,556
30.037,936 36.753,481
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010
4.7.2.2.
Ekonomi Kerakyatan
Sebagai pusat perdagangan dan jasa, Kota Pekanbaru juga memiliki
program pembangunan ekonomi kerakyatan yang memberikan perhatian
khusus kepada upaya peningkatan ekonomi dan partisipasi rakyat, yang
merupakan bagian dari upaya mempercepat pengentasan kemiskinan di
perkotaan.
IV - 22 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Di Kota Pekanbaru, yang tercakup di ekonomi kerakyatan, yaitu industri
kecil dan menengah serta koperasi dan pengusaha kecil. Gambaran
perkembangan koperasi di Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Data Keragaman Koperasi di Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
No
1
Keragaman
Jumlah
Satuan
2006
2007
2008
2009
2010
Unit
771
814
880
904
930
Unit
558
601
558
710
735
Unit
213
213
292
194
195
Orang
83.264
101.020
105.467
105.485
105.593
Unit
129
152
149
202
359
Koperasi
2
Koperasi
Aktif
3
Koperasi
Tidak Aktif
4
Jumlah
Anggota
5
RAT
6
Manajer
Orang
30
50
57
57
63
7
Karyawan
Orang
401
928
1.042
1.031
1.174
8
Modal
Rp M
59,01
137,77
157,00
163,28
202,88
Sendiri
9
Modal Luar
Rp M
37,07
251,41
291,00
317,80
381,38
10
Volume
Rp M
188,24
547,60
483,00
574,91
722,29
Rp M
12,01
22,72
24,81
24,67
29,97
Usaha
11
SHU
Sumber:
Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, Des 2010
Perkembangan pertumbuhan UMKM di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada
Tabel 2.25 di bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan kecenderungan UMKM
yang meningkat sebesar 0,2 % pertahun.
Sementara itu, perkembangan
Lembaga keuangan berupa Bank Perkreditan Rakyat tumbuh rata-rata 0,2 %
pertahun. Sedangkan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dua
IV - 23 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni 18 %
pertahun.
Berkaitan dengan perkembangan usaha Kecil akan menjadi tantangan
dimasa akan datang, melihat kepada data tersebut, perkembangan usaha
kecil tidak terjadi perkembangan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 716
usaha kecil pertahun, sedangkan perkembangan usaha Mikro di Kota
Pekanbaru terjadi peningkatan walaupun pergerakannya tidak terlalu tinggi.
Pertumbuhan UMKM Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Jumlah UMKM
Tahun
Target Realisasi
%
Target Realisasi
%
Target Realisasi
%
Target Realisasi
%
2006
7.000
6.898
98,5
700
648
92,6
120
98
81,7
7.820
7.644
97,7
2007
7.300
7.293
99,9
730
675
92,5
130
115
88,5
8.160
8.083
99,1
2008
7.500
7.457
99,4
750
710
94,7
140
127
90,7
8.390
8.294
98,9
2009
7.700
7.829
101,7
800
758
94,8
150
131
87,3
8.650
8.718
100,8
2010
8.000
8.168
102,1
820
789
96,2
160
136
85,0
8.980
9.093
101,3
Sumber:
4.7.2.3.
Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, 2011
Ekonomi Daerah
1. Iklim Investasi
Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan
perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru.
Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai
sekitar 40 juta US$. Nilai ini naik 0,88% (3 juta US$) dibandingkan
tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap
ekspor ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan
turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi
peningkatan
yang
signifikan
ditahun
2010
menjadi
108
juta
US$.Permasalahan masa akan datang adalah ketersediaan dan dana
IV - 24 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan dalam
jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa depan.
2. Perkembangan Perdagangan
Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan
perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor
di Pekanbaru.
Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai
sekitar 40 juta US$, nilai ini naik 0,88 % (3 juta US$) dibandingkan tahun
2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor
ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan
turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi
peningkatan yang signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
Perkembangang nilai perdagangannya (baik ekspor mupun impor)
Kota Pekanbaru cendrung fluktuatif namun di akhir tahun 2009 sampai
tahun 2010 terjadi kenaikan baik nilai volume ekspor (sekitar 30%)
maupun impor (hampir 300%).
120,000,000.00
volume (US$)
100,000,000.00
80,000,000.00
EKSPOR FOB
60,000,000.00
IMPOR CIF
40,000,000.00
20,000,000.00
-
2006
2007
2008
2009
2010
EKSPOR FOB 59,957,073. 43,113,114. 36,970,677. 39,774,044. 107,610,455
IMPOR CIF
70,299,497. 69,919,098. 81,767,676. 66,071,578. 107,948,065
tahun
Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011
Gambar 2.17 Perkembangan perdagangan Kota Pekanbaru 2006-2010
IV - 25 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Walaupun dari segi nilai ekspor dan impor relatif seimbang, namun
terjadi lonjakan prosentase nilai kenaikan impor melebihi ekspor. Ini
menandakan
masih
perdagangan
Kota
perlu
digali
Pekanbaru
kemampuan
untuk
ekspor
komoditi
menyeimbangkan
kenaikan
prosentase impornya.
Permasalahan yang mendesak saat ini datang adalah terbatasanya
aksespendanaan pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur
jalan, listrik, air bersih dan sistem komunikasi dalam jangka pendek
untuk menarik investasi potensial dimasa depan.
3. Perkembangan Perindustrian
Terjadi penurunan jumlah (unit) industri besar dan sedang (sekitar
20%) selaras dengan penurunan jumlah pekerja dan karyawannya.
Kondisi terparah adalah pada kondisi industri besar dimana terjadi
penurunan karyawan sampai 50% (dari 6000 orang sampai 3000 orang
dalam periode 3 tahun, 2007-2010).
30
25
unit
20
INDUSTRI BESAR
15
INDUSTRI SEDANG
10
5
0
2006
2007
2008
2009
2010
INDUSTRI BESAR
13
11
11
7
INDUSTRI SEDANG
24
25
25
18
tahun
Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011
Gambar 2.18 Perkembangan jumlah industri di Kota Pekanbaru Tahun
2006-2010
IV - 26 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
7000
tenaga kerja (orang)
6000
5000
4000
INDUSTRI BESAR
3000
INDUSTRI SEDANG
2000
1000
0
2006
2007
2008
2009
2010
INDUSTRI BESAR
5795
4274
4274
2932
INDUSTRI SEDANG
887
954
954
680
tahun
Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011
Perkembangan jumlah pekerja industri di Pekanbaru Tahun 2006-2010
Perlu dicermati faktor-faktor apa yang mengakibatkan hal ini terjadi,
bagaimana menanggulanginya dalam tataran kebijakan, regulasi dan fasilitas
infrastruktur dasar yang perludisiapkan agar iklim usaha di Kota Pekanbaru
dapat menggairahkan bagi industri besar dan sedang.
4.7.3. Kondisi Pendidikan
Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sasaran
dari pembangunan pendidikan. Pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui
tiga program utama, yaitu: perluasan dan pemerataaan kesempatan
memperoleh
pendidikan,
tercapainya
efektifitas
dan
efisiensi
penyelenggaraan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Kinerja
pemerintah Kota Pekanbaru di bidang pendidikan dapat disampaikan sebagai
berikut ini.
IV - 27 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
100
99.9
99.87
99.8
99.8
99.77
99.7
99.7
99.6
99.5
99.5
99.4
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011
Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 10
tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Nilai AMH dari
tahun 2006 sampai 2010 yang terus naik dengan angka di atas 99,5 %,
bahkan pada tahun 2010 mencapai nilai 99,87% menunjukkan bahwa hampir
seluruh penduduk kota Pekanbaru berusia 10 tahun ke atas memiliki
kemampuan membaca dan menulis. Artinya hampir seluruh penduduk Kota
Pekanbaru mampu membaca dan menulis.
11.5
11.45
11.4
11.35
11.3
11.3
11.32
11.33
11.3
11.25
11.2
11.15
11.1
11.05
11
2007
2008
2009
2010
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011
Angka Rata-rata Lama Sekolah Kota Pekanbaru Tahun 2007-2010
IV - 28 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Pada Gambar berikut dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010,
rata-rata penduduk Kota Pekanbaru yang berusia 15 tahun ke atas telah
menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani selama 11,311,33 tahun atau setingkat SMA/MA. Capaian ini termasuk kategori sangat
baik, mengingat capaian sampai tingkat SLTA ini melampaui program wajib
belajar 9 tahun, dan hampir (94,4%) mencapai target maksimal, yaitu program
wajib belajar 12 tahun. Namun demikian, karena lamanya bersekolah ini juga
merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu yang diharapkan
akan meningkatkan pendapatan individu dengan naiknya nilai rata-rata lama
sekolah ini, maka setiap individu dan pemerintah kota Pekanbaru akan terus
meningkatkan angka ini sampai tingkat tertinggi di perguruan tinggi, sehingga
akumulasi modal manusia Pekanbaru ini setiap tahun semakin meningkat.
(% )
140
131.15
135.59
115.59
120
99.72
98.26
100
96.19
89.07
121.55
122.74
110.72
111.32
89.07
89.69
SD
SMP
80
60
SMA
56.42
46.74
40
2006
2007
2008
2009
2010
(Tahun)
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011
APK Tingkat SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah siswa pada
masing-masing tingkat pendidikan SD/MI; SLTP da, SLTA, dibagi dengan
jumlah penduduk berusia 7-12 tahun untuk SD/MI; 13-15 tahun untuk SLTP
dan 16-18 tahun untuk SLTA. Nilai APK bias jadi lebih dari 100%, karena
siswa SD/MI misalnya, ada yang berusia kurang dari 7 tahun, dan ada juga
yang berusia lebih dari 12 tahun; begitu juga dengan siswa SLTP dan SLTA
IV - 29 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
yang sangat mungkin ada yang berusia di luar dari range usia 13-15 tahun
dan 16-18 tahun.
Dapat dilihat pada berikut bahwa nilai APK Tingkat SD/MI pada tahun
2006-2010 sudah di atas 100%, walaupun sempat ada tren turun dari tahun
2007 ke tahun 2008, tapi kemudian nilai APK kembali naik dalam 3 tahun
berikutnya. Tren nilai APK untuk tingkat SLTP sempat turun dari tahun 2006
sampai 2008, dengan nilai APK di bawah 100%, tetapi pada tahun 2009 dan
2010 nilai APK SLTP di atas 100%. Sedangkan APK untuk SLTA pada 2
tahun pertama dari 2006-2010 sangat rendah (46,74% dan 56,42%), namun
pada 3 tahun terakhir (2008-2010) nilai APK SLTA naik signifikan pada angka
di atas 80%, bahkan pada tahun 2010, hanya tinggal sekitar 10% saja anak
usia 16-18 tahun yang belum mengenyam pendidikan setingkat SLTA.
Angka Partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang
sama. APM SD-SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai
2010 dipaparkan pada Gambar 2.12 di bawah ini. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa partisipasi sekolah penduduk usia SD/MI rata-rata sejak tahun
2006 sampai 2010 sudah di atas 100%. Nilai APM SD di atas 100% ini
menunjukkan bahwa siswa SD di Kota Pekanbaru juga bukan hanya
penduduk Kota Pekanbaru, namun juga penduduk luar Kota Pekanbaru, yaitu
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak yang bertempat tinggal di daerah
perbatasan.
Sedangkan untuk penduduk usia SLTP sejak tahun 2006 menunjukkan
tren yang selalu naik dari nilai APM 72,5% menjadi 94,92% pada tahun 2010.
Artinya hanya sekitar 5% saja
penduduk usia 13-15 tahun yang belum
bersekolah di tingkat SLTP. Untuk penduduk usia 16-18 tahun, dengan nilai
APM masih di bawah 65%, menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya baik
penambahan fasilitas maupun kesempatan bagi penduduk usia 16-18 tahun
agar dapat mengenyam pendidikan tingkat SLTA.
IV - 30 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
(% )
120
112.2
110
110.25
104.59
100
102
94.92
99.6
94.15
90
SD
84.43
80
SMP
72.5
70
74.48
SMA
64.98
64.98
63.62
60
50
49.01
40
2006
2007
2008
2009
2010
(Tahun)
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011
APM SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) merupakan persentase jumlah
penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi menurut
pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Capaian APT penduduk berumur
10 tahun ke atas Kota Pekanbaru pada tahun 2005-2010 ditampilkan pada
Tabel 2.8. Dari Tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 APT
SLTA (SMA/MA/ SMK/sederajat) adalah 39,83%, selanjutnya APT SLTP
(SMP/MTs/sederajat) adalah 19,57%.
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah
Tertinggi Yang Dimiliki Pada Tahun 2005-2010 Kota Pekanbaru
Ijazah Tertinggi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tidak punya ijazah
11.58
12.54
11.79
12.94
11.43
12.56
SD/MI/Sederajat
19.25
16.82
17.35
16.09
17.65
15.38
SLTP/MTS/Sederajat
20.00
18.16
21.12
19.78
21.94
19.57
37.63
40.54
36.01
37.32
37.65
39.83
D I/ D II / D III
4.20
4.12
5.75
4.80
4.13
4.56
D IV / S1 / S2 / S3
7.34
7.81
7.98
9.07
7.20
8.10
SLTA/SMU/MA/SMK/
Sederajat
IV - 31 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Jumlah
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber:
BPS Kota Pekanbaru 2011
Sejak tahun 2005 sampai 2010, sebagian besar tenaga kerja yang
tersedia berpendidikan sampai dengan SLTA, selanjutnya peringkat kedua
background pendidikan tenaga kerja adalah tamatan SLTP, sedangkan
tenaga
kerja
lulusan
sarjana
(DIV/S1/S2/S3)
hanya
sekitar
8,1%.
Pembangunan pendidikan diarahkan agar tenga kerja berpendidikan sarjana
adalah yang dominan.
4.7.4. Kondisi Sarana Peribadatan
Merupakan inti dan sasaran pembangunan itu sebagaimana yang tertuang
dalam undang-undang dasar negara republik Indonesia 1945 adalah
pembangunan manusia seutuhnya, lahir dan batin. Ibadah merupakan salah
satu kunci untuk mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya. Oleh karena
itu sangat diperlukan sarana tempat ibadah demi untuk merealisasikan hal
tersebut. Di bawah ini adalah tabel rasio ketersediaan tempat ibadah di kota
Pekanbaru:
Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah di Kota Pekanbaru (2006-2010)
No
Sarana Ibadah
1
2
Mesjid
Penduduk Beragama
Islam
Rasio
Mesjid-Pddk
agama Islam
Gereja
Penduduk Katolik
Penduduk Protestan
Jumlah
Pendidikan
Kotolik + Protestan
Rasio
Gereja
–
Penduduk (K + P)
Pura
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Penduduk
Agama
Hindu
Rasio
Pura
–
2006
535
586900
2007
531
593355
Tahun
2008
569
600495
2009
579
607281
2010
588
614312
1097
1117
1055
1048
1044
72
35777
40217
75994
62
36869
41385
78254
66
38679
43746
82425
66
40446
45227
85673
92
44253
49766
94019
1055
1262
1248
1298
1021
1
1
1
1
1
2258
2306
2311
2320
2425
2258
2306
2311
2320
2425
IV - 32 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
No
12
13
14
15
16
17
18
19
Sarana Ibadah
Penduduk
Agama
Hindu
Wihara
Penduduk
Agama
Budha
Rasio
Wihara
–
Penduduk Budha
Jumlah Penduduk
Rasio
Mesjid
–
Penduduk
Rasio
Gereja
–
Penduduk
Rasio
Pura
–
Penduduk
Rasio
Wihara
–
Penduduk
Sumber:
2006
2007
Tahun
2008
12
16262
12
16582
13
17089
13
17113
17
21571
1355
1381
1314
1316
1268
681414
1410
690497
1468
702320
1404
712387
1386
732327
1537
10478
12579
12109
12163
9825
754467
779899
799213
802788
903902
62872
64991
61277
61752
53170
2009
2010
Dinas Sosial Kota Pekanbaru 2011
4.7.5. Kondisi Sarana Kesehatan
Pembangunan di Kota Pekanbaru dalam kurun 5 tahun terakhir telah
memberikan kontribusi besar pada pelayanan kesehatan masyarakat.
Dampak pembangunan bidang kesehatan di Kota Pekanbaru selama 5 tahun
terakhir telah dapat dirasakan oleh masyarakat. Pemerintah Kota telah
melakukan
berbagai
meningkatkan
derajat
program
dam
kesehatan
kegiatan
masyarakat.
yang
ditujukan
Tingkat
untuk
keberhasilan
pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat pada indikator kinerja utama
bidang kesehatan yang diantaranya meliputi Angka Kelangsungan Hidup Bayi
(AKHB), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Usia Harapan Hidup (AHH),
Persentase Balita Gizi Buruk, dan sebagainya yang dijelaskan pada paparan
berikut ini.
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup
sampai usia 1 tahun, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah
kematian bayi usia di bawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Dapat dilihat pada berikut di bawah
bahwa AKHB hampir mencapai nilai maksimum, dan AKB hanya kurang dari
4, yang bermakna bahwa dari 1000 orang bayi yang lahir hidup pada tahun
IV - 33 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
2006 sampai 2010 hanya kurang dari 4 orang bayi saja yang meninggal
sebelum berusia 1 tahun.
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Tahun 2006-2010 Kota
Pekanbaru
No
Uraian
1
Angka kematian bayi per
1000 kelahiran hidup
2
Angka
kelangsungan
hidup bayi
2006
2007
2008
2009
2010
1,30
0,76
1,03
3,92
3,70
998,7
999,24
998,97
996,08
996,30
Sumber:
Profil Kesehatan Kota Pekanbaru – Dinas Kesehatan, 2011
Catatan:
Data kematian bayi tersebut merupakan data yang tercatat pada fasilitas
kesehatan Kota Pekanbaru
Angka Usia Harapan Hidup (AH
BAB IV – PROFIL KOTA
PEKANBARU
4.1.
Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah
Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1987
tanggal 7 September 1987, terdiri dari 8 wilayah kecamatan dari 5 kecamatan
yang ada sebelumnya, dengan luas wilayah 446,5 Km 2, setelah diadakan
pengukuran dan pematokan oleh Badan Pertanahan Nasional Riau, luas Kota
Pekanbaru selanjutnya di verifikasi menjadi 632,26 Km 2.
Dengan bergulirnya otonomi daerah pada tahun 2000 dan untuk
terciptanya tertib pemerintahan serta pembinaan pada wilayah yang cukup
luas ini, maka dibentuklah Kecamatan baru yang ditetapkan berdasarkan
Perda Kota Pekanbaru No. 3 Tahun 2003 sehingga menjadi 12 kecamatan.
Demikian pula dengan Kelurahan/Desa dimekarkan menjadi 58 (dari 45
Kelurahan/Desa yang ada sebelumnya) berdasarkan Perda Kota Pekanbaru
No. 4 Tahun 2003.
Letak Kota Pekanbaru sangat dipengaruhi oleh keberadaan Sungai Siak
yang membelah kota menjadi di wilayah. Sungai Siak ini pulalah yang
kemudian menjadi acuan orientasi Utara – Selatan kota, dimana wilayah di
atas Sungai Siak di identifikasikan sebagai daerah Utara Kota, dan sebaliknya
daerah di bawah Sungai Siak diidentifikasi sebagai daerah Selatan Kota.
Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101 014’ – 101034’ BT
dan 0025’ – 0045’ LU, dengan batas administrasi sebagai berikut:
IV - 1 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
- Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kabupaten Siak dan
Kabupaten Kampar
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan
Kabupaten Pelalawan
- Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Kabupaten Siak dan
Kabupaten Pelalawan
- Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kabupaten Kampar
Secara spasial, Pekanbaru memiliki lokasi yang sangat strategis sebagai
kota transit yang menghubungkan kota-kota utama di pulau Sumatera.
Keuntungan lokasional ini, harus dicermati sebagai potensi dan masalah yang
harus diantisipasi agar pembangunan kota ke depan benar-benar dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, dan mereduksi kemungkinan
dampak/pengaruh negatif yang akan ditimbulkan.
Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan, dengan luas
632,26 km2. Luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
TABEL 2.1 LUAS WILAYAH KOTA PEKANBARU MENURUT
KECAMATAN
No
Kecamatan
Luas (km2)
Persentase (%)
1
Pekanbaru Kota
2,26
0,36
2
Sail
3,26
0,52
3
Sukajadi
3,76
0,59
4
Lima Puluh
4,04
0,64
5
Senapelan
6,65
1,05
6
Bukit Raya
22,05
3,49
7
Marpoyan Damai
29,74
4,70
8
Payung Sekaki
43,24
6,84
IV - 2 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
No
Kecamatan
Luas (km2)
Persentase (%)
9
Tampan
59,81
9,46
10
Rumbai
128,85
20,38
11
Rumbai Pesisir
157,33
24,88
12
Tenayan Raya
171,27
27,09
632,26
100,00
Jumlah
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2014
4.2.
Gambaran Demografi
4.2.1. Jumlah penduduk
Penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2014 sebanyak 1.021.710 jiwa,
yang terdiri dari 497.443 jiwa penduduk laki-laki dan 524.267 jiwa penduduk
perempuan dengan seks rasio sebesar 105. Apabila dibandingkan antara
jumlah penduduk dengan luas wilayah Kota Pekanbaru, dapat diketahui
bahwa rata-rata kepadatan penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2014
sebesar 1.595 jiwa/km2
Tabel 2 - 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut
Kecamatan di Kota Pekanbaru Tahun 2014
Perempu
Jumlah
an
Sukajadi
29.042
28.074
57.116
Pekanbaru Kota
17.566
16.764
34.330
Sail
13.680
13.300
26.980
Limapuluh
25.941
25.353
51.294
Senapelan
22.625
22.330
44.955
Rumbai
35.060
32.736
67.796
Bukit raya
51.870
49.475
101.345
Tampan
90.329
84.667
174.996
Marpoyan Damai
75.377
70.637
146.014
Tenayan Raya
73.215
68.707
141.922
Payung Sekaki
51.225
48.878
100.103
Rumbai Pesisir
38.337
36.522
74.859
TOTAL
524.267
497.443
1.021.710
Sumber : Disdukcapil Kota Pekanbaru, status data 21 Agustus 2014
Kecamatan
Laki-laki
IV - 3 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Tabel 2 - 2 Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kota Pekanbaru Tahun 2014
Kecamatan
Luas
Wilayah
(km2)
3,76
Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk (jiwa/km2)
Sukajadi
57.116
15.190
Pekanbaru
2,26
Kota
34.330
15.190
Sail
3,26
26.980
8.276
Limapuluh
4,04
51.294
12.697
Senapelan
6,65
44.955
6.760
Rumbai
128,85
67.796
526
Bukit raya
22,05
101.345
4.596
Tampan
59,81
174.996
2.926
Marpoyan
29,79
146.014
4.901
Damai
Tenayan Raya
171,27
141.922
829
Payung
Sekaki
51,36
100.103
1.949
Rumbai
Pesisir
157,33
74.859
476
Jumlah
640,43
1.021.710
1.595
Sumber : Disdukcapil Kota Pekanbaru, Pekanbaru Dalam Angka
Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk
terbanyak di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju
pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju
pertumbuhan penduduknya.
Etnis Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah
sekitar 37,96% dari total penduduk kota. Mereka umumnya bekerja sebagai
profesional dan pedagang. Jumlah mereka yang cukup besar, telah
mengantarkan Bahasa Minang sebagai salah satu bahasa pergaulan yang
digunakan oleh penduduk kota Pekanbaru selain Bahasa Melayu atau
Bahasa Indonesia.
Selain itu, etnis yang juga memiliki proporsi cukup besar adalah Melayu,
Jawa, Batak, dan Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari
Tanjungpinang ke Pekanbaru pada tahun 1959, memiliki andil besar
menempatkan Suku Melayu mendominasi struktur birokrasi pemerintahan
IV - 4 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
kota. Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan
berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.
Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa
pendudukan tentara Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai
pekerja romusha dalam proyek pembangunan rel kereta api. Sampai tahun
1950 kelompok etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota
Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan
menjadi kawasan perkantoran dan bisnis, mendorong kelompok masyarakat
ini mencari lahan pengganti di luar kota, namun banyak juga yang beralih
okupansi.
4.2.2. Jumlah penduduk miskin
Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu terjadi di belahan
dunia dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Berdasarkan data
yang diperoleh dari BPS Riau, jumlah penduduk miskin di Kota Pekanbaru
pada tahun 2012 sebesar 32.901 jiwa dengan garis kemiskinan sebesar Rp
353.801. Jumlah penduduk miskin ini mengalami kecenderungan penurunan
dari tahun 2003 sampai tahun 2012. Ada tahun 2003, jumlah penduduk
miskin sebesar 34.600 jiwa. Sedangkan pada tahun 2012, jumlah penduduk
miskin mengalami penurunan sebesar 4,9 % menjadi sebesar 32.012 jiwa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut.
Jumlah Penduduk Miskin Tahun Kota Pekanbaru Tahun 2003-2012
No
Tahun
Jumlah
1
2003
34.600
2
2004
30.200
3
2005
18.000
4
2006
16.300
5
2007
17.710
6
2008
29.744
7
2009
33.418
8
2010
38.200
9
2011
32.338
IV - 5 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
10
2012
32.901
Sumber : BPS Riau, 2013
Grafik Jumlah Penduduk Miskin Tahun Kota Pekanbaru 2003-2012
Sumber : Analisa, 2014
4.2.3. Laju pertumbuhan penduduk
Laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun (2005 – 2010) tercatat
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan yang giat
dilaksanakan.Rata-rata laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2005 – 2010
adalah 4,90% per tahunnya.
Pada tahun 2005 hingga 2008, perkembangan penduduk menunjukkan
trend posistif (meningkat), namun pada tahun 2009 – 2010 di beberapa
kecamatan seperti Kecamatan Limapuluh, Sail, Pekanbaru Kota, Senapelan
dan Sukajadi mengalami trend negatif (menurun).
Kecamatan yang mempunyai laju
pertumbuhan tertinggi di Kota
Pekanbaru pada tahun 2010 adalah Kecamatan Tampan, yakni sebesar
17,9% sedangkan Kecamatan pekanbaru Kota merupakan kecamatan
dengan laju pertumbuhan penduduk terendah, dengan angka 0.3%.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan
Tahun 2005-2010
IV - 6 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Jumlah (Jiwa)
No.
Rerata
Kecamatan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
(%)
1
Tampan
71.428
93.409
97.296
101.661
106.160
169.655
17,9
2
Payung Sekaki
66.097
70.139
72.009
73.205
74.439
86.584
5,1
3
Bukit Raya
74.320
80.401
83.508
85.697
87.586
91.914
3,6
111.125
116.563
121.574
126.316
127.369
125.697
2,1
4
Marpoyan
Damai
5
Tenayan Raya
82.289
93.231
97.281
99.879
102.494
123.155
11,2
6
Lima Puluh
42.043
44.173
44.386
44.564
42.759
41.333
0,9
7
Sail
21.994
23.071
23.182
23.379
22.335
21.438
0,9
30.129
30.016
31.199
31.355
30.092
25.062
0,3
8
Pekanbaru
Kota
9
Sukajadi
48.433
53.777
55.829
55.986
52.989
47.174
0,9
10
Senapelan
36.391
38.246
38.920
39.436
37.614
36.434
1,0
11
Rumbai
46.051
48.306
50.174
51.258
51.772
64.624
7,6
12
Rumbai Pesisir
59.525
62.135
64.541
66.477
67.179
64.698
1,6
689.825
753.467
779.899
799.213
802.788
897.768
4,9
Jumlah
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2011 dan Hasil Analisa, 2012
4.2.4. Persebaran penduduk
Pola distribusi penduduk di Kota Pekanbaru dicerminkan oleh besar
kecilnya jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk yang terdistribusi
pada setiap kecamatan. Seperti halnya yang terjadi pada kota – kota lainnya,
bahwa penyebaran penduduk relatif dipengaruhi oleh kecenderungan
penduduk terkonsentrasi pada tempat dimana askes terhadap faslilitas
pelayanan kota dengan biaya transportasi yang rendah merupakan pilihan
utama penduduk dalam menentukan tempat tinggal.
IV - 7 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Dalam hal ini, rendahnya nilai lahan tidak akan banyak memberikan daya
tarik yang dapat mempengaruhi minat penduduk untuk bertempat tinggal di
lokasi-lokasi yang relatif masih kosong, namun memiliki tingkat pelayanan
prasarana dan sarana kota yang rendah.
Penyebaran Penduduk Kota Pekanbaru Menurut Kecamatan Tahun 2010
No
Kecamatan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
Tampan
169,655
18,9
2
Payung Sekaki
86,584
9,64
3
Bukit Raya
91,914
10,24
4
Marpoyan Damai
125,697
14
5
Tenayan Raya
123,155
13,72
6
Lima Puluh
41,333
4,6
7
Sail
21,438
2,39
8
Pekanbaru Kota
25,062
2,79
9
Sukajadi
47,174
5,25
10
Senapelan
36,434
4,06
11
Rumbai
64,624
7,2
12
Rumbai Pesisir
64,698
7,21
897,768
100
Jumlah
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2011
Pada tahun 2010, konsentrasi tertinggi penduduk adalah di Kecamatan
Tampan (18.9%), diikuti Kecamatan Tenayan Raya (13.72%) dan Kecamatan
Bukit Raya (10.24%). Sedangkan konsentrasi terendah penduduk berada di
Kecamatan Sail, yaitu hanya 2.39% diikuti Kecamatan Pekanbaru Kota
(2.79%). Dari data tabel di atas dapat terlihat bahwa penyebaran penduduk di
Kota Pekanbaru tidak merata.
IV - 8 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
4.3.
Gambaran topografi
1. Ketinggian
Kota Pekanbaru terletak pada bagian ketinggian 10 – 50 meter di
atas permukaan laut. Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar
dengan ketinggian rata-rata antara 10-20 meter di atas permukaan laut.
Sedangkan kawasan Tenayan dan sekitarnya umumnya mempunyai
ketinggian antara 25-50 meter di atas permukaan laut. Kawasan yang
relatif tinggi dan berbukit terutama dibagian utara kota, khususnya di
Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan ketinggian rata-rata
sekitar 50 meter di atas permukaan laut.
Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (44%) mempunyai tingkat
kemiringan antara 0-2% atau relatif datar. Sedangkan wilayah kota yang
agak landai hanya sekitar 17%, landai (21%), dan sangat landai (13%).
Sedangkan yang relatif curam hanya sekitar 4-5% yang terdapat di
Kecamatan Rumbai Pesisir.
2. Morfologi
Morfologi Kota Pekanbaru sebagian besar terdiri dari dataran
aluvium, selebihnya terdiri dari perbukitan. Bentuk morfologi Kota
Pekanbaru dibagi menjadi:
-
Satuan Morfologi Dataran
Sebarannya menempati daerah Kecamatan Kota Pekanbaru,
Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, Sail, sebagian wilayah Rumbai,
sebagian wilayah Rumbai Pesisir, Bukit Raya, sebagian wilayah
Tenayan Raya, serta wilayah Tampan, Marpoyan Damai, dan
Payung Sekaki, dengan proporsi kurang lebih 65% dari luas
keseluruhan Kota Pekanbaru. Daerah ini merupakan daerah
IV - 9 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
endapan sungai dan rawa. Sebagian merupakan daerah dataran
banjir (flood plain), sedangkan daerah rawa meliputi daerah bagian
Barat Daya dan Tengah. Kemiringan lerengnya kurang dari 5 %,
kecuali pada lembah-lembah, dan makin bergelombang ke arah
Utara.
Ketinggiannya kurang dari 50 m di atas muka laut (dpl), tersusun
oleh batuan yang terdiri dari material lepas berukuran lempung,
lempung tufan, lanau, pasir, kerikil-kerakal, sisa-sisa tumbuhan,
hasil proses abrasi dan erosi sungai dan rawa gambut. Pemanfaatan
lahan di daerah ini umumnya dimanfaatkan sebagai lahan
permukiman, kebun campuran, dan pertanian berupa persawahan
dan ladang. Aliran Sungai Siak termasuk sebagian atau seluruhnya
masuk dalam satuan morfologi ini.
Proses erosi sungai yang terjadi sudah mengarah lateral
sehingga penampang sungai membentuk huruf ”U” serta alur sungai
yang membentuk adanya meander. Mengingat proses tersebut
maka sungai-sungai yang mengalir pada morfologi ini sangat
berperan dalam mengisi air tanah (influent stream). Kondisi sungai
ini selalu berair, berkelok-kelok dan membentuk pola aliran
mendaun dan sejajar.
-
Satuan Morfologi Perbukitan Rendah
Satuan morfologi ini terdapat setempat di bagian Utara, sebagian
daerah Selatan, Timur dan Barat memanjang dari Barat Laut –
Tenggara, umumnya tersusun oleh batu lumpur, batu pasir, sedikit
batu lanau, batuan malihan, dan granit.
Ketinggian satuan ini berkisar antara 20 hingga 35 meter di atas
permukaan laut (dpl), membentuk perbukitan rendah yang ditumbuhi
semak dan alang-alang dengan kemiringan lereng kurang dari 20%.
IV - 10 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Sungai yang mengalir di daerah ini berpola aliran meranting (sub
dendritik) dan sub paralel, sebagian besar merupakan sungai-sungai
yang airnya dipasok oleh air tanah (efluent stream).
-
Satuan Morfologi Perbukitan Sedang
Satuan morfologi ini menempati bagian Utara daerah Kota
Pekanbaru,
merupakan
daerah
perbukitan
dengan
arah
punggungannya memanjang dengan arah Barat Laut – Tenggara
yang ditumbuhi oleh tanaman keras sebagai hutan lindung.
Ketinggiannya dari muka air laut adalah sekitar 40 m.
Daerah perbukitan ini disusun oleh batuan yang terdiri atas
batuan lava, lahar, dan batuan malihan yang umumnya bertonjolan
kasar dan agak tajam dengan kemiringan lereng kurang dari 40 %.
Bentuk perbukitan tersebut nampaknya telah dipengaruhi oleh
adanya struktur kekar, sesar-sesar lokal dan bidang foliasi pada
batuan malihan, sehingga struktur geologi membentuk perbukitan
sedang dengan lereng yang agak curam. Adanya pengaruh tersebut
juga tercermin dari pola alirannya yang secara umum paralel hingga
sub paralel.
3. Kemiringan Lereng
Secara umum kondisi wilayah Kota Pekanbaru sebagian besar
arealnya mempunyai kelas lereng datar dengan luas 38.624 Ha,
yang terdiri dari 2 (dua) kelas kemiringan lereng yaitu kemiringan
lerengnya 0 – 2% dengan luas 27.818 Ha dan sekitar 10.806 Ha
kemiringan lereng 2 – 8% yang sesuai untuk pengembangan
pembangunan kota. Kemiringan 0 – 2% ini terletak di daerah bagian
Selatan, sedangkan kemiringan lereng 2 – 8% terletak menyebar di
bagian Tenggara Kota Pekanbaru dan sebagian lagi di daerah
Utara.
Untuk kemiringan dengan kelas kelerengan 26 – 40% yang
merupakan daerah agak curam mempunyai luasan terkecil yaitu
2.917 Ha, yang terletak di daerah Utara dan juga daerah Tenggara
IV - 11 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru, tepatnya di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir,
dan Kecamatan Tenayan Raya. Lahan dengan kondisi morfologi
demikian umumnya cenderung memiliki faktor pembatas yang cukup
tinggi terutama untuk kegiatan terbangun, oleh karena itu pada
lokasi dengan tipikal kemiringan seperti ini pengembangannya lebih
diarahkan sebagai kawasan konservasi.
Luas Kelas Kemiringan Lereng Kota Pekanbaru
No
Kemiringan Lereng
Luas(Ha)
Persentase(%)
1
Datar 0-2 %
27.818
44,00
2
Agak Landai 2-15 %
10.806
17.09
3
Landai 15-40%
13.405
21.20
4
Sangat Landai
8.280
13.10
5
Agak Curam
2.917
4.61
63.226
100.00
Total
Sumber : Draft RTRW Kota Pekanbaru 2013-2033
Berdasarkan keadaan topografi, maka pengembangan wilayah Kota
Pekanbaru adalah sebagai berikut :
1. Kemiringan
0 – 2% (datar), lahan pada interval ini masuk dalam
klasifikasi sangat layak bagi pengembangan semua kegiatan
budidaya karena kondisi permukaan tanah yang datar.
Wilayah
dengan kemiringan ini memanjang dari Barat ke Timur di sepanjang
Sungai Siak yang mencakup dan Kecamatan Payung Sekaki,
Tampan, Marpoyan Damai, Bukit Raya,
Pekanbaru Kota,
Sail,
Senapelan, Sukajadi, Lima Puluh, dan sebagian Kecamatan Rumbai,
sebagian Rumbai Pesisir, Kecamatan, serta sebagian Tenayan
Raya.
2. Kemiringaan 2 – 15% (datar s/d landai), memiliki kelayakan fisik bagi
pengembangan
kegiatan
IV - 12 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
budidaya.
Wilayah
yang
tercakup
RPI2JM Kota Pekanbaru
kedalamnya adalah sebagian di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir,
Tenayan Raya dan Bukit Raya.
3. Lahan dengan kemiringan 15 – 40% (agak landai s/d agak curam),
pemanfaatan lahan pada interval ini masih memungkinkan bagi
pengembangan kegiatan budidaya terbangun secara terbatas, yang
meliputi Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir, dan Tenayan Raya
seluas 2.917 Hektar (4,61%)
Dari uraian di atas, maka pengembangan fisik di Kota Pekanbaru tidak
menghadapi kendala morfologi lahan dan pengembangan fisik kawasan
sebagai kawasan permukiman karena dapat dilakukan di semua kecamatan
yang ada di Kota Pekanbaru. Sedangkan untuk ketinggian 26 – 40%, sangat
sesuai bagi pengembangan kawasan konservasi tepatnya di Kecamatan
Rumbai, Rumbai Pesisir, dan Tenayan Raya.
4.4.
Gambaran hidrologi
Kondisi hidrologi dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu kondisi hidrologi
air permukaan dan air tanah.
1. Hidrologi air permukaan pada umumnya berasal dari sungai–sungai yang
mengalir di Kota Pekanbaru yaitu Sungai Siak, mengalir dari Barat ke
Timur di dalam kota, dengan panjang 300 Km dan kedalaman 29 meter
serta lebar 100 – 400 meter yang mempunyai anak – anak sungai seperti
: Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam, Setukul, Pengambang, Ukai,
Sago, Senapelan, Limau, dan Tampan.
2. Hidrologi air tanah kurang baik sebagai air minum, khususnya hidrologi air
tanah dangkal dari Formasi Petani. Sedangkan untuk air tanah dangkal
dari Formasi Minas memiliki potensi ketersediaan air yang cukup banyak,
mengingat kondisi batuan Formasi Minas memiliki permeabilitas dan
porositas yang tinggi.
Aliran Sungai di Kota Pekanbaru di antaranya sebagai berikut :
IV - 13 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
- Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata
8 meter, dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran ratarata 0,75 liter/detik
- Sungai Senapelan, merupakan penampung utama bagi wilayah
sebelah Barat Jl. Jendral Sudirman dan sebelah utara Jalan Tuanku
Tambusai, dengan lebar rata-rata 3-4 meter
- Sungai Sail, merupakan penampung utama bagi wilayah sekitar Pasar
Laket yang dibatasi Jl. Pelajar di sebelah barat, Jl. Pepaya di sebelah
timur, Jl. Mangga di sebelah utara dan Jl. Tuanku Tambusai di selatan
- Sungai Sago, merupakan penampung bagi wilayah sebelah barat Jl.
Sudirman, Sungai Lunau, Sungai Tanjung Datuk I dan II
Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada,
seperti; sungai, rawa, dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak;
- Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak;
- Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak
Sungai Siak;
- Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem
gravitasi yang tergantung pada kondisi topografi.
Kondisi topografi
Pekanbaru yang relatif datar menyebabkan sistem pengaliran air hujan
tidak dapat terjadi dengan baik.
Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa
di sebelah utara Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa
ini dibagi 2 (dua) oleh Jl. Yos Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa
sebelah timur.
Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak
merupakan kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi
kawasan ini terletak pada daerah yang relatif rendah dengan ketinggian
elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air laut dan setiap
musim hujan sering mengalami banjir.
IV - 14 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
4.5.
Gambaran geologi
Pembahasan geologi daerah perencanaan disamping mengenai jenis,
sebaran dan sifat fisik batuan/ tanah, struktur geologi, juga geomorfologinya,
yaitu gambaran yang berkaitan dengan bentang alam dalam hubungannya
dengan jenis batuan pembentuknya.
1. Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya
(M.C.G. Clarke dkk,1982.) dengan skala 1: 250.000, wilayah Kota
Pekanbaru secara umum terbentuk dari batuan sedimen berumur
Plistosen
–
Holosen,
serta
endapan
aluvium
yang
proses
penyusun
daerah
pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang.
Secara
Lithostratigrafi
tidak
resmi
batuan
perencanaan dapat dipisahkan menjadi 4 (empat) satuan batuan
sebagai berikut :
-
Satuan Batulumpur (Tup)
Tersusun dari batulumpur, mengandung karbonan, lignit, sedikit
batu lanau dan batu pasir, yang tersebar luas di bagian Utara dan
membentuk daerah yang relatif datar hingga berbukit landai, seluas
lebih kurang 30 % dari luas daerah perencanaan. Ciri – ciri satuan
tufa ini adalah kandungan batulumpur yang dominan.Satuan batuan
ini termasuk dalam Formasi Petani yang terendapkan pada Kala
Pliosen Awal – Tengah.
-
Satuan Pasir (Qpmi)
Tersusun dari kerikil, kerakal, pasir dan lempung yang tersebar di
bagian Utara dan Selatan seluas lebih kurang 35% dari luas daerah
perencanaan,
membentuk
perbukitan
landai
sampai
agak
terjal.Satuan batuan ini termasuk dalam Formasi Minas yang
terbentuk pada Kala Plistosen.
-
Satuan Aluvium Tua (Qp)
IV - 15 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Satuan batuan ini penyebarannya relatif hampir sama dengan
satuan batuan lempung tufan (Qpke) tersusun oleh kerikil, pasir,
lempung, sisa – sisa tumbuhan dan rawa gambut dan tersebar di
bagian Utara, Selatan dan Barat kurang dari 10% dari luas daerah
perencanaan,
dan
merupakan
batuan
endapan
lepas
yang
membentuk pedataran yang luas. Batuannya berwama abu – abu
kehitaman, satuan batuan ini terbentuk pada Kala Plistosen Akhir.
-
Satuan Aluvium Muda (Qh)
Sebaran satuan ini meliputi sepanjang Sungai Siak dan anak –
anak sungainya, dengan luas sebaran kurang dari 5% dari luas
daerah perencanaan. Litologinya terdiri dari lempung, pasir dan
kerikil serta endapan sungai atau rawa lainnya dengan ketebalan
mencapai 4m. Proses pengendapannya masih berlangsung hingga
kini.
2. Struktur Geologi
Berdasarkan pada peta geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya
(M.C.G. Clarke dkk,1982.) dengan skala 1:250.000, struktur geologi
yang terdapat di Kota Pekanbaru terdiri dari sesar mendatar dengan
arah umum Barat Laut – Tenggara, lipatan Sinklin dan Antiklin dengan
arah penunjaman berarah relatif Timur Laut – Barat Daya.
Struktur – struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan
Sumatera, sementara itu sesar – sesar mendatar ini termasuk dalam
sistem patahan Semangko, diduga terjadi pada Kala Miosen Tengah.
Struktur geologi dengan skala regional misalnya Sesar Semangko
yang relatif berarah Barat Laut – Tenggara atau relatif searah dengan
Pulau Sumatera dapat berfungsi sebagai pemicu terjadinya gempa di
sepanjang/ disekitar zona sesar tersebut.
3. Jenis tanah
Secara umum kondisi tanah di Kota Pekanbaru mempunyai daya
pikul (T tanah) antara 0,7 kg/cm2 - 1 kg/cm2, kecuali di beberapa lokasi
IV - 16 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
yang berdekatan dengan anak sungai (T tanah) antara 0,4 kg/cm 2 - 0,6
kg/cm2.
Kedalaman efektif tanahnya (top soil) sebagian besar kurang dari
atau sama dengan 50 cm yang terdapat di bagian tengah. Kedalaman
efektif tanah 50 – 75 cm terdapat di bagian Selatan dan kedalaman lebih
dari 100 cm terdapat di bagian Utara Kota Pekanbaru.
Fisiografi grup aluvial berdasarkan klasifikasi tanah USDA, tanahnya
didominasi oleh Dystropepts dengan asosiasi Tropofulvents dan
Tropaquents, sedangkan pada fisiografi dataran (plain) jenis tanah yang
mendominasi adalah Topaquents pada areal datar, Humitropepts pada
areal datar berombak, dan Kandiudults pada areal berombak sampai
perbukitan. Tanah – tanah tersebut terbentuk dari bahan induk sedimen
halus masam sehingga walaupun tanah sama tetapi mempunyai
perbedaan kepekaan terhadap erosi atau berdasarkan klasifikasi tanah
PPT (1983) termasuk dalam jenis tanah podsolik dan sebagian aluvial.
Untuk lebih jelasnya, grup fisiografi tanah dan satuan lahan di Kota
Pekanbaru dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Grup Fisiografi Tanah Dan Satuan Lahankota Pekanbaru
No
1
2
Grup
Fisiografi/
Satuan
Lahan
Aluvial
Aneka Bentuk
Lokasi
Komposisi
Tanah
(Kecamatan)
(Gol./PPT/USDA)
Uraian
Dataran
banjir
dari
sungai yang bermeander
Sedimen
tidak
dibedakaan
Tampan
Lereng < 3%
Marpoyan
Damai
Tenayan
Raya
Lima Puluh
Rumbai
Rumbai
Pesisir
Rumbai
Rumbai
Daerah permukiman
Kota besar dan daerah
IV - 17 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
Payung
Sekaki
Bukit Raya
Spodosol/Podzolik
Gleiik/Tropaquepts
Inceptisol/Kambisol
Distrik/Dyspropepts
Entisol/Litosol/
Tropofluvents
Tropohemists
Luas
Ha
%
3.919
6,20
6.024
9,53
RPI2JM Kota Pekanbaru
3
pembangunan
Dataran
banjir
dari
sungai yang bermeander
Sedimen
tidak
dibedakaan
Batuan sedimen halus
dan kasar
Masam
Lereng < 3%
Datar
sampai
bergelombang (< 8%)
Berombak
Dataran
4
Berombak
sampai
bergelombang
Berbukit kecil
Perbukitan kecil (lereng
> 16%)
Kubah gambut oligotrofik
air tawar
Kedalaman gambut 0.5 2 meter
Datar sampai sedikit
cembung
Kubah
Gambut
Sumber :
Pesisir
Semua
Kecamatan
Ultisol/Podzolik
Kandik/Kandiudults
Inceptisol/Kambisol
Distrik/Dyspropepts
Hapludox
49.461
78,23
3.822
6,04
Hapluduts
Humittropepts
Ultisol/Podzolik
Merah/Paleudults
Spodosol/Podzolik
Gleiik/Tropaquepts
Entisol/Litosol/
Tropofluvents
Tropohemists
Payung
Sekaki
Rumbai
Troposaprits
Tropohemists
Tropofibrits
Sulfihemits
63.226
Jumlah
Rancangan Kegiatan Rehabilitas Hitan dan Lahan (RHL) Kota
Pekanbaru, 2004
.
4.6.
Gambaran klimatologi
Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum
berkisar antara 31,00C-33,40C dengan suhu udara minimum berkisar antara
23,40C-24,40C. Curah hujan antara 73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban
maksimum berkisar antara 85,5%-93,2% dan kelembaban minimum berkisar
antara 57,0-67,7%.
Berikut tabel banyaknya curah hujan dan banyaknya hari hujan yang
terjadi di Kota Pekanbaru pada tahun 2006 – 2010:
Banyak Curah Hujan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 (mm)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
2006
317.1
106.9
173.8
203.3
363.8
233.9
2007
278.9
206.2
234.2
371.1
307.8
180.7
2008
245.2
140.1
410.8
341.5
105.0
263.6
IV - 18 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
2009
173.9
148.5
551.4
343.2
216.2
123.4
2010
375.6
204.6
434.4
379.9
373.3
271.8
Rata-Rata
278.1
161.3
360.9
327.8
273.2
214.7
100,00
RPI2JM Kota Pekanbaru
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah
391.1
279.9
124.5
195.9
168.7
487.2
3,046.1
181.6
207.8
336.5
501.7
396.3
148.4
3,351.2
195.2
253.7
451.4
197.4
318.7
146.3
3,068.9
73.9
278.6
256.7
293.7
346.8
584.1
3,390.4
321.8
191.5
466.6
120.7
147.8
213.9
3,501.9
232.7
242.3
327.1
261.9
275.7
316.0
3,271.7
Sumber : Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
Banyak Hari Hujan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 (Hari)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah
Sumber :
4.7.
2006
19
14
16
18
18
13
16
10
15
19
21
22
201
2007
21
18
17
21
18
18
20
19
21
23
21
20
237
2008
20
14
22
20
12
13
13
18
19
19
20
19
209
2009
14
12
23
21
14
9
11
17
18
17
21
21
198
2010
23
16
20
19
16
17
19
20
24
15
10
22
221
Rata-Rata
19
15
20
20
16
14
16
17
19
19
19
21
213
Stasiun Meteorologi Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
Kondisi sosial ekonomi
4.7.1. Struktur
Penduduk
Berdasarkan
Mata
Pencaharian/Tingkat
Kesejahteraan
Penduduk Kota Pekanbaru terbanyak yang bermatapencaharian sebagai
Perdagangan, Rumah Mukim dan Hotel, yaitu sebanyak 10.947 jiwa.
Sedangkan jumlah penduduk yang bermatapencaharian terkecil adalah di
sektor listrik/gas sebanyak 997 jiwa.
Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Berdasarkan Mata Pencaharian
No
Jenis Lapangan Usaha
1.
Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Peternakan
2.
Pertambangan dan Penggalian
3.
Industri Pengolahan
IV - 19 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
Jumlah
14.773
3.488
29.203
RPI2JM Kota Pekanbaru
4.
Listrik/Gas
997
5.
Bangunan
34.963
6.
Perdagangan, Rumah Mukim dan Hotel
7.
Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi
23.991
8.
Keuangan, Asuransi, dan Komunikasi dan Tanah Jasa Perusahaan
26.817
9.
Jasa Kesejahteraan Sosial
93.060
163.029
Jumlah
389.921
Sumber: Kota Pekanbaru Dalam Angka 2013
4.7.2. Kondisi Ekonomi
4.7.2.1.
PDRB
Pertumbuhan ekonomi
secara umum dapat ditunjukkan oleh angka
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan besaran nilai PDRB
merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai
keberhasilan
pembangunan
suatu
daerah,
atau
dengan
kata
lain
pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan
nilai PDRB. Di sisi lain, inflasi merupakan angka pembanding lain yang juga
erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Tabel berikut
ini menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Kota Pekanbaru dari
tahun 2006 – 2010.
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kota Pekanbaru Tahun 2006 – 2010
Tahun
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Inflasi (%)
2006
10,15
6,32
2007
9,89
7,53
2008
9,05
9,02
2009
8,81
1,94
2010
8,98
6,80
Rata-rata
9,38
6,32
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011
IV - 20 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Untuk skala provinsi, kota Pekanbaru merupakan penyumbang terbesar
dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau. Hal ini cukup wajar mengingat Kota
Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau yang aktivitas ekonominya cukup
besar dan pusat peredaran barang dan jasa. Tabel 2.15 menggambarkan
kondisi
tersebut
secara
jelas
dan
terlihat
oleh
kita
bagaimana
kontribusikabupaten dan kota lain yang ada di Provinsi Riau
dalam
pembentukan PDRB Provinsi Riau.
TABEL 2.16 KONTRIBUSI PDRB KABUPATEN/KOTA DILUAR MIGAS
PROVINSI RIAU TAHUN 2006 – 2010
Tahun
No
Kabupaten/Kota
2006
2007
2008
2009
1
Pekanbaru
17,38
17,18
17,70
17,52
2
Indragiri Hilir
12,48
12,69
12,54
10,64
3
Siak
10,68
11,00
11,25
12,22
4
Bengkalis
10,88
10,52
9,82
584
5
Pelalawan
8,48
8,48
8,45
8,51
6
Indragiri Hulu
7,56
7,80
8,10
8,41
7
Rokan Hilir
8,42
8,27
8,06
8,44
8
Kampar
7,78
7,85
7,71
7,97
9
Kuantan Singingi
6,96
6,96
6,90
6,92
10
Rokan Hulu
6,52
6,42
6,52
5,84
11
Dumai
2,86
2,83
2,93
3,04
12
Kep. Meranti (pemekaran)
2,90
2,87
2,87
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010
IV - 21 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Tabel 2.16 menjelaskan perbandingan pertumbuhan ekonomi Kota
Pekanbaru dengan Provinsi Riau. Pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru
dengan berbagai komponen dan sektor pembentuknya relatif lebih tinggi dari
Provinsi Riau.
TABEL 2.17 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA
PEKANBARU DENGAN PROVINSI RIAUTAHUN 2006 – 2010
Sektor/
PDRB ADHB
No
Lapangan
2006
2007
2008
Usaha
1 Pertanian
160,956
181,711
209,726
2 Pertambangan
2,511
3,140
3,954
dan
Penggalian
3 Industri
4.947,946 5.586,983 6.432,910
Pengolahan
4 Listrik,
Gas
196,667
227,120
260,620
dan Air Bersih
5 Bangunan
1.949,113 2.965,165 4.231,766
6 Perdagangan,
4.019,169 5.090,377 6.504,844
Hotel
&
Restoran
7 Angkutan dan
1.392,535 1.585,349 1.844,506
Komunikasi
8 Keuangan,
2.033,029 2.476,144 3.103,018
Sewa
dan
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-jasa
1.778,614 2.003,412 2.325,186
PDRB
16.480,545 20.119,043 24.916,535
Keterangan
: * Tahun 2009 angka sementara
2009
2010
239,152
4,798
274,001
5,896
6.901,226
7.427,790
291,976
328,920
6.130,136
7.778,112
8.811,458
9.464,316
2.136,932
2.490,941
3.875,254
4.859,600
2.680,345 3.090,556
30.037,936 36.753,481
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010
4.7.2.2.
Ekonomi Kerakyatan
Sebagai pusat perdagangan dan jasa, Kota Pekanbaru juga memiliki
program pembangunan ekonomi kerakyatan yang memberikan perhatian
khusus kepada upaya peningkatan ekonomi dan partisipasi rakyat, yang
merupakan bagian dari upaya mempercepat pengentasan kemiskinan di
perkotaan.
IV - 22 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Di Kota Pekanbaru, yang tercakup di ekonomi kerakyatan, yaitu industri
kecil dan menengah serta koperasi dan pengusaha kecil. Gambaran
perkembangan koperasi di Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Data Keragaman Koperasi di Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
No
1
Keragaman
Jumlah
Satuan
2006
2007
2008
2009
2010
Unit
771
814
880
904
930
Unit
558
601
558
710
735
Unit
213
213
292
194
195
Orang
83.264
101.020
105.467
105.485
105.593
Unit
129
152
149
202
359
Koperasi
2
Koperasi
Aktif
3
Koperasi
Tidak Aktif
4
Jumlah
Anggota
5
RAT
6
Manajer
Orang
30
50
57
57
63
7
Karyawan
Orang
401
928
1.042
1.031
1.174
8
Modal
Rp M
59,01
137,77
157,00
163,28
202,88
Sendiri
9
Modal Luar
Rp M
37,07
251,41
291,00
317,80
381,38
10
Volume
Rp M
188,24
547,60
483,00
574,91
722,29
Rp M
12,01
22,72
24,81
24,67
29,97
Usaha
11
SHU
Sumber:
Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, Des 2010
Perkembangan pertumbuhan UMKM di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada
Tabel 2.25 di bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan kecenderungan UMKM
yang meningkat sebesar 0,2 % pertahun.
Sementara itu, perkembangan
Lembaga keuangan berupa Bank Perkreditan Rakyat tumbuh rata-rata 0,2 %
pertahun. Sedangkan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dua
IV - 23 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni 18 %
pertahun.
Berkaitan dengan perkembangan usaha Kecil akan menjadi tantangan
dimasa akan datang, melihat kepada data tersebut, perkembangan usaha
kecil tidak terjadi perkembangan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 716
usaha kecil pertahun, sedangkan perkembangan usaha Mikro di Kota
Pekanbaru terjadi peningkatan walaupun pergerakannya tidak terlalu tinggi.
Pertumbuhan UMKM Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Jumlah UMKM
Tahun
Target Realisasi
%
Target Realisasi
%
Target Realisasi
%
Target Realisasi
%
2006
7.000
6.898
98,5
700
648
92,6
120
98
81,7
7.820
7.644
97,7
2007
7.300
7.293
99,9
730
675
92,5
130
115
88,5
8.160
8.083
99,1
2008
7.500
7.457
99,4
750
710
94,7
140
127
90,7
8.390
8.294
98,9
2009
7.700
7.829
101,7
800
758
94,8
150
131
87,3
8.650
8.718
100,8
2010
8.000
8.168
102,1
820
789
96,2
160
136
85,0
8.980
9.093
101,3
Sumber:
4.7.2.3.
Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, 2011
Ekonomi Daerah
1. Iklim Investasi
Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan
perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru.
Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai
sekitar 40 juta US$. Nilai ini naik 0,88% (3 juta US$) dibandingkan
tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap
ekspor ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan
turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi
peningkatan
yang
signifikan
ditahun
2010
menjadi
108
juta
US$.Permasalahan masa akan datang adalah ketersediaan dan dana
IV - 24 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan dalam
jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa depan.
2. Perkembangan Perdagangan
Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan
perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor
di Pekanbaru.
Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai
sekitar 40 juta US$, nilai ini naik 0,88 % (3 juta US$) dibandingkan tahun
2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor
ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan
turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi
peningkatan yang signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
Perkembangang nilai perdagangannya (baik ekspor mupun impor)
Kota Pekanbaru cendrung fluktuatif namun di akhir tahun 2009 sampai
tahun 2010 terjadi kenaikan baik nilai volume ekspor (sekitar 30%)
maupun impor (hampir 300%).
120,000,000.00
volume (US$)
100,000,000.00
80,000,000.00
EKSPOR FOB
60,000,000.00
IMPOR CIF
40,000,000.00
20,000,000.00
-
2006
2007
2008
2009
2010
EKSPOR FOB 59,957,073. 43,113,114. 36,970,677. 39,774,044. 107,610,455
IMPOR CIF
70,299,497. 69,919,098. 81,767,676. 66,071,578. 107,948,065
tahun
Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011
Gambar 2.17 Perkembangan perdagangan Kota Pekanbaru 2006-2010
IV - 25 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Walaupun dari segi nilai ekspor dan impor relatif seimbang, namun
terjadi lonjakan prosentase nilai kenaikan impor melebihi ekspor. Ini
menandakan
masih
perdagangan
Kota
perlu
digali
Pekanbaru
kemampuan
untuk
ekspor
komoditi
menyeimbangkan
kenaikan
prosentase impornya.
Permasalahan yang mendesak saat ini datang adalah terbatasanya
aksespendanaan pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur
jalan, listrik, air bersih dan sistem komunikasi dalam jangka pendek
untuk menarik investasi potensial dimasa depan.
3. Perkembangan Perindustrian
Terjadi penurunan jumlah (unit) industri besar dan sedang (sekitar
20%) selaras dengan penurunan jumlah pekerja dan karyawannya.
Kondisi terparah adalah pada kondisi industri besar dimana terjadi
penurunan karyawan sampai 50% (dari 6000 orang sampai 3000 orang
dalam periode 3 tahun, 2007-2010).
30
25
unit
20
INDUSTRI BESAR
15
INDUSTRI SEDANG
10
5
0
2006
2007
2008
2009
2010
INDUSTRI BESAR
13
11
11
7
INDUSTRI SEDANG
24
25
25
18
tahun
Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011
Gambar 2.18 Perkembangan jumlah industri di Kota Pekanbaru Tahun
2006-2010
IV - 26 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
7000
tenaga kerja (orang)
6000
5000
4000
INDUSTRI BESAR
3000
INDUSTRI SEDANG
2000
1000
0
2006
2007
2008
2009
2010
INDUSTRI BESAR
5795
4274
4274
2932
INDUSTRI SEDANG
887
954
954
680
tahun
Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011
Perkembangan jumlah pekerja industri di Pekanbaru Tahun 2006-2010
Perlu dicermati faktor-faktor apa yang mengakibatkan hal ini terjadi,
bagaimana menanggulanginya dalam tataran kebijakan, regulasi dan fasilitas
infrastruktur dasar yang perludisiapkan agar iklim usaha di Kota Pekanbaru
dapat menggairahkan bagi industri besar dan sedang.
4.7.3. Kondisi Pendidikan
Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sasaran
dari pembangunan pendidikan. Pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui
tiga program utama, yaitu: perluasan dan pemerataaan kesempatan
memperoleh
pendidikan,
tercapainya
efektifitas
dan
efisiensi
penyelenggaraan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Kinerja
pemerintah Kota Pekanbaru di bidang pendidikan dapat disampaikan sebagai
berikut ini.
IV - 27 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
100
99.9
99.87
99.8
99.8
99.77
99.7
99.7
99.6
99.5
99.5
99.4
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011
Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 10
tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Nilai AMH dari
tahun 2006 sampai 2010 yang terus naik dengan angka di atas 99,5 %,
bahkan pada tahun 2010 mencapai nilai 99,87% menunjukkan bahwa hampir
seluruh penduduk kota Pekanbaru berusia 10 tahun ke atas memiliki
kemampuan membaca dan menulis. Artinya hampir seluruh penduduk Kota
Pekanbaru mampu membaca dan menulis.
11.5
11.45
11.4
11.35
11.3
11.3
11.32
11.33
11.3
11.25
11.2
11.15
11.1
11.05
11
2007
2008
2009
2010
Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011
Angka Rata-rata Lama Sekolah Kota Pekanbaru Tahun 2007-2010
IV - 28 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Pada Gambar berikut dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010,
rata-rata penduduk Kota Pekanbaru yang berusia 15 tahun ke atas telah
menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani selama 11,311,33 tahun atau setingkat SMA/MA. Capaian ini termasuk kategori sangat
baik, mengingat capaian sampai tingkat SLTA ini melampaui program wajib
belajar 9 tahun, dan hampir (94,4%) mencapai target maksimal, yaitu program
wajib belajar 12 tahun. Namun demikian, karena lamanya bersekolah ini juga
merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu yang diharapkan
akan meningkatkan pendapatan individu dengan naiknya nilai rata-rata lama
sekolah ini, maka setiap individu dan pemerintah kota Pekanbaru akan terus
meningkatkan angka ini sampai tingkat tertinggi di perguruan tinggi, sehingga
akumulasi modal manusia Pekanbaru ini setiap tahun semakin meningkat.
(% )
140
131.15
135.59
115.59
120
99.72
98.26
100
96.19
89.07
121.55
122.74
110.72
111.32
89.07
89.69
SD
SMP
80
60
SMA
56.42
46.74
40
2006
2007
2008
2009
2010
(Tahun)
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011
APK Tingkat SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah siswa pada
masing-masing tingkat pendidikan SD/MI; SLTP da, SLTA, dibagi dengan
jumlah penduduk berusia 7-12 tahun untuk SD/MI; 13-15 tahun untuk SLTP
dan 16-18 tahun untuk SLTA. Nilai APK bias jadi lebih dari 100%, karena
siswa SD/MI misalnya, ada yang berusia kurang dari 7 tahun, dan ada juga
yang berusia lebih dari 12 tahun; begitu juga dengan siswa SLTP dan SLTA
IV - 29 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
yang sangat mungkin ada yang berusia di luar dari range usia 13-15 tahun
dan 16-18 tahun.
Dapat dilihat pada berikut bahwa nilai APK Tingkat SD/MI pada tahun
2006-2010 sudah di atas 100%, walaupun sempat ada tren turun dari tahun
2007 ke tahun 2008, tapi kemudian nilai APK kembali naik dalam 3 tahun
berikutnya. Tren nilai APK untuk tingkat SLTP sempat turun dari tahun 2006
sampai 2008, dengan nilai APK di bawah 100%, tetapi pada tahun 2009 dan
2010 nilai APK SLTP di atas 100%. Sedangkan APK untuk SLTA pada 2
tahun pertama dari 2006-2010 sangat rendah (46,74% dan 56,42%), namun
pada 3 tahun terakhir (2008-2010) nilai APK SLTA naik signifikan pada angka
di atas 80%, bahkan pada tahun 2010, hanya tinggal sekitar 10% saja anak
usia 16-18 tahun yang belum mengenyam pendidikan setingkat SLTA.
Angka Partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang
sama. APM SD-SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai
2010 dipaparkan pada Gambar 2.12 di bawah ini. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa partisipasi sekolah penduduk usia SD/MI rata-rata sejak tahun
2006 sampai 2010 sudah di atas 100%. Nilai APM SD di atas 100% ini
menunjukkan bahwa siswa SD di Kota Pekanbaru juga bukan hanya
penduduk Kota Pekanbaru, namun juga penduduk luar Kota Pekanbaru, yaitu
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak yang bertempat tinggal di daerah
perbatasan.
Sedangkan untuk penduduk usia SLTP sejak tahun 2006 menunjukkan
tren yang selalu naik dari nilai APM 72,5% menjadi 94,92% pada tahun 2010.
Artinya hanya sekitar 5% saja
penduduk usia 13-15 tahun yang belum
bersekolah di tingkat SLTP. Untuk penduduk usia 16-18 tahun, dengan nilai
APM masih di bawah 65%, menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya baik
penambahan fasilitas maupun kesempatan bagi penduduk usia 16-18 tahun
agar dapat mengenyam pendidikan tingkat SLTA.
IV - 30 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
(% )
120
112.2
110
110.25
104.59
100
102
94.92
99.6
94.15
90
SD
84.43
80
SMP
72.5
70
74.48
SMA
64.98
64.98
63.62
60
50
49.01
40
2006
2007
2008
2009
2010
(Tahun)
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011
APM SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) merupakan persentase jumlah
penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi menurut
pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Capaian APT penduduk berumur
10 tahun ke atas Kota Pekanbaru pada tahun 2005-2010 ditampilkan pada
Tabel 2.8. Dari Tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 APT
SLTA (SMA/MA/ SMK/sederajat) adalah 39,83%, selanjutnya APT SLTP
(SMP/MTs/sederajat) adalah 19,57%.
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah
Tertinggi Yang Dimiliki Pada Tahun 2005-2010 Kota Pekanbaru
Ijazah Tertinggi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tidak punya ijazah
11.58
12.54
11.79
12.94
11.43
12.56
SD/MI/Sederajat
19.25
16.82
17.35
16.09
17.65
15.38
SLTP/MTS/Sederajat
20.00
18.16
21.12
19.78
21.94
19.57
37.63
40.54
36.01
37.32
37.65
39.83
D I/ D II / D III
4.20
4.12
5.75
4.80
4.13
4.56
D IV / S1 / S2 / S3
7.34
7.81
7.98
9.07
7.20
8.10
SLTA/SMU/MA/SMK/
Sederajat
IV - 31 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
Jumlah
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber:
BPS Kota Pekanbaru 2011
Sejak tahun 2005 sampai 2010, sebagian besar tenaga kerja yang
tersedia berpendidikan sampai dengan SLTA, selanjutnya peringkat kedua
background pendidikan tenaga kerja adalah tamatan SLTP, sedangkan
tenaga
kerja
lulusan
sarjana
(DIV/S1/S2/S3)
hanya
sekitar
8,1%.
Pembangunan pendidikan diarahkan agar tenga kerja berpendidikan sarjana
adalah yang dominan.
4.7.4. Kondisi Sarana Peribadatan
Merupakan inti dan sasaran pembangunan itu sebagaimana yang tertuang
dalam undang-undang dasar negara republik Indonesia 1945 adalah
pembangunan manusia seutuhnya, lahir dan batin. Ibadah merupakan salah
satu kunci untuk mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya. Oleh karena
itu sangat diperlukan sarana tempat ibadah demi untuk merealisasikan hal
tersebut. Di bawah ini adalah tabel rasio ketersediaan tempat ibadah di kota
Pekanbaru:
Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah di Kota Pekanbaru (2006-2010)
No
Sarana Ibadah
1
2
Mesjid
Penduduk Beragama
Islam
Rasio
Mesjid-Pddk
agama Islam
Gereja
Penduduk Katolik
Penduduk Protestan
Jumlah
Pendidikan
Kotolik + Protestan
Rasio
Gereja
–
Penduduk (K + P)
Pura
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Penduduk
Agama
Hindu
Rasio
Pura
–
2006
535
586900
2007
531
593355
Tahun
2008
569
600495
2009
579
607281
2010
588
614312
1097
1117
1055
1048
1044
72
35777
40217
75994
62
36869
41385
78254
66
38679
43746
82425
66
40446
45227
85673
92
44253
49766
94019
1055
1262
1248
1298
1021
1
1
1
1
1
2258
2306
2311
2320
2425
2258
2306
2311
2320
2425
IV - 32 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
No
12
13
14
15
16
17
18
19
Sarana Ibadah
Penduduk
Agama
Hindu
Wihara
Penduduk
Agama
Budha
Rasio
Wihara
–
Penduduk Budha
Jumlah Penduduk
Rasio
Mesjid
–
Penduduk
Rasio
Gereja
–
Penduduk
Rasio
Pura
–
Penduduk
Rasio
Wihara
–
Penduduk
Sumber:
2006
2007
Tahun
2008
12
16262
12
16582
13
17089
13
17113
17
21571
1355
1381
1314
1316
1268
681414
1410
690497
1468
702320
1404
712387
1386
732327
1537
10478
12579
12109
12163
9825
754467
779899
799213
802788
903902
62872
64991
61277
61752
53170
2009
2010
Dinas Sosial Kota Pekanbaru 2011
4.7.5. Kondisi Sarana Kesehatan
Pembangunan di Kota Pekanbaru dalam kurun 5 tahun terakhir telah
memberikan kontribusi besar pada pelayanan kesehatan masyarakat.
Dampak pembangunan bidang kesehatan di Kota Pekanbaru selama 5 tahun
terakhir telah dapat dirasakan oleh masyarakat. Pemerintah Kota telah
melakukan
berbagai
meningkatkan
derajat
program
dam
kesehatan
kegiatan
masyarakat.
yang
ditujukan
Tingkat
untuk
keberhasilan
pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat pada indikator kinerja utama
bidang kesehatan yang diantaranya meliputi Angka Kelangsungan Hidup Bayi
(AKHB), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Usia Harapan Hidup (AHH),
Persentase Balita Gizi Buruk, dan sebagainya yang dijelaskan pada paparan
berikut ini.
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup
sampai usia 1 tahun, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah
kematian bayi usia di bawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Dapat dilihat pada berikut di bawah
bahwa AKHB hampir mencapai nilai maksimum, dan AKB hanya kurang dari
4, yang bermakna bahwa dari 1000 orang bayi yang lahir hidup pada tahun
IV - 33 Bab IV – Profil Kota Pekanbaru
RPI2JM Kota Pekanbaru
2006 sampai 2010 hanya kurang dari 4 orang bayi saja yang meninggal
sebelum berusia 1 tahun.
Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Tahun 2006-2010 Kota
Pekanbaru
No
Uraian
1
Angka kematian bayi per
1000 kelahiran hidup
2
Angka
kelangsungan
hidup bayi
2006
2007
2008
2009
2010
1,30
0,76
1,03
3,92
3,70
998,7
999,24
998,97
996,08
996,30
Sumber:
Profil Kesehatan Kota Pekanbaru – Dinas Kesehatan, 2011
Catatan:
Data kematian bayi tersebut merupakan data yang tercatat pada fasilitas
kesehatan Kota Pekanbaru
Angka Usia Harapan Hidup (AH