kesejahteraan lansia di pasar minggu

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Negara Indonesia bertanggung jawab penuh terhadap kesejahteraan rakyat. Hal ini tertera pada pasal 27 ayat 2 Undang-undang dasar 1945 yang berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”

Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusialaan, dan ketentaraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani , dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan pancasila (UU N0. 13 tahun 1998).

Jumlah penduduk yang semakin pesat membuat manusia saling bersaing satu sama lain untuk mempertahakan hidup dan memperoleh kehidupan yang layak. Persaingan untuk memenuhi kebutuhan tidak tergantung oleh kelompok umur atau usia. Kini anak-anak sudah banyak yang bekerja untuk mendapatakn kebutuhan hidup yang layak, begitu juga usia remaja, dewasa dan lanjut usia. Semuanya mereka lakukan untuk memnuhi kebutuhan yang layak dan meningkatkan kesejahteraan diri mauoun keluarga.

Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas . jumlah lanjut usia diindonesia semakin tahun semakin pesat. Saat ini di Indonesia ada 23,9 juta orang tergolong lansia. Dari jumlah itu, menurut data di Kementerian Sosial, 3 juta (tepatnya 2.994.330) di antaranya telantar. Indonesia termasuk lima besar negara berpenduduk lansia terbesar di dunia. Jumlahnya pun terus meningkat dari waktu ke waktu. Jika pada tahun 1970 penduduk lansia sekitar 5,3 juta jiwa (4,48 persen), tahun 1990 menjadi 12,7 juta


(2)

jiwa (6,29 persen) dan tahun 2000 mencapai 14,4 juta (7,18 persen). Tahun 2020 diproyeksikan menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,34 persen dari total penduduk.

Pandangan masyarakat pada umumnya terhadap lanjut usia adalah menganggapnya seperti beban . Padahal saat ini keberadaan lanjut usia sudah dipandang sebagai potensi yang bisa memberikan konstribusi dalam pembangunan. Seiring dengan angka harapan hidup yang semakin baik, maka jumlah lanjut usia semakin meningkat . Lanjut usia memiliki potensi , maka mereka perlu mendapatkan penguatan agar mereka tidak menjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial(PMKS) yang akan membebani keluarganya . Hal ini penting, mengingat nilai kekeluargaan didalam masyarakat sudah mulai melemah.

Lanjut usia sebagai individu tetap membutuhkan teman untuk berbagai, baik dalam keluarga maupun didalam lingkungan sosialnya. Mengingat usianya yang sudah lanjut mereka memiliki keterbatasan mobilitas dan berdampak pada relasi sosial mereka. Relasi sosial menjadi sempit dan ini akan berdampak pada aspek psikologis lanjut usia itu sendiri . Mereka menjadi merasa terasing dan tidak punya harapan hidup (hopeles) yang lebih baik di masa tuanya .

Saat ini pelayanan terhadap lanjut usia baik potensial maupun terlantar masih sangat terbatas. Layanan lanjut usia yang diselenggarakan pemerintah lebih banyak berbasis panti sosial dan lebih banyak diperntukan bagi lanjut usia non potensial. Masih banyak lanjut usia terlantar di masyarakat yang potensial.

Banyak orang beranggapan bahwa setiap orang yang sudah lanjut usia sudah seharusnya merasakan kedamaian dan ketenagan yaitu bahwa para lanjut usia dapat santai menikmati hidup, hasil jerih payah nya dimasa muda. Berbgai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati. Namun kenyataanya sering ditemukan para lanjut usia yang bekerja terutama di pasar, mereka menghabiskan keseharian bekerja dipasar unutuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai jenis pkerjaan dilakukan oleh lansia diantara nya sebagai tukang


(3)

gerobak, penjual sayur, penjual pecah belah, pemetik cabe dan lain sebagai Jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun .

Hasil observasi yang dilakukan oleh peniliti ada sekitar 20 an lanjut usia yang bekerja dipasar minggu baik itu laki-laki maupun perempuan. Lanjut usia tidak seharusnya bekerja dipasar, hal ini dikarenakan kondisi fisik yang semakin melemah. Kondisi sosial lanjut usia biasanya semakin memburuk baik terhadap keluarga maupun masyarakat.

Oleh sebab itu , perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui mengetahui bagaimana kesejahteraan lanjut usia baik material maupun nonmaterial yang berkerja di pasar minggu kota bengkulu.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kesejahteraan lanjut usia yang bekerja dipasar minguu kota bengkulu

1.3 Tujuan peenelitian

Untuk mengetahui kesejahteraan lanjut usia yang bekerja dipasar minggu kota Bengkulu

1.4 Manfaat penelitian a. Manfaat secara teoritis

 Dapat dijadikan bahan acuan dan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait kesejahteraan lanjut usai. Dan untuk menunjang Proses akademik ilmu kesejahteraan sosial.

b. manfaat praktis

 Peneiliti dapat memberikan gambaran kesejahteraan lanjut usia yang bekerja dipasar minggu kota Bengkulu.


(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesejahteraan Lansia

2.1.1 Defenisi Kesejahteraan

Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusialaan, dan ketentaraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani , dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan pancasila.

2.2 Konsep Lanjut Usia (Lansia)

2.2.1 Definisi Lansia

 Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).

 Menurut UU No.13 tahun 1998 dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.

 Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).

 Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun


(5)

dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).

 Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

2.2.2 Batasan Lansia

 Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun 2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun

3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun 4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

Menurut R. siti Maryam, SKp,MKep,Sp.kom dan tim, dalam buku yang diterbitkan dengan berjudul “Asuhan Keperawatan pada Lansia” (2010) dikemukakan bahwa batasan usia lanjut ada 5 yaitu sebagai berikut :

1. Pra usia lanjut (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2. Usia lanjut


(6)

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun ke atas). Sedangkan lanjut usia adalah sudah berumur atau tua.

3. Usia lanjut risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Usia lanjut potensial

Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5. Usia lanjut tidak potensial

Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.

2.2.3 Tipe-tipe Lansia

Beberapa tipe pada usia lanjut bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonomi (R. Siti Maryam dkk 2010

t

1. Tipe Arif Bijaksana

Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,mempunyai kesibukan,bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe Mandiri

Yaitu tipe bersifat menggantikan kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,teman bergaul dan memenuhi undnagan. 3. Tipe Tidak Puas


(7)

Yaitu tipe konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkitik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari usia lanjut adalah :  Tipe optimis

 Tipe konstruktif

 Tipe dependen (ketergantungan)  Tipe defensive (bertahan)  Tipe militant dan serius

 Tipe marah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu)  Tipe putus asa (benci pada diri sendiri)

Menurut tingkat kemandiriannnya dimana dinilai dari kemampuannnya untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian katz), para usia lanjut dapat digolongkan menjadi tipe :


(8)

2. Usia lanjut mandiri dengan bantuan langsung keluarganya 3. Usia lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak langsung 4. Usia lanjut dengan bantuan badan sosial

5. Usia lanjut di panti wherda

6. Usia lanjut yang dirawat dirumah sakit 7. Usia lanjut dengan gangguan mental 2.2.4 Teori-teori Proses Penuaan

(1). Teori Biologi

 Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)

 Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang terprogramoleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

Teori radikal bebas

 Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

Teori autoimun

 Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang telah menua dianggap benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang menghancurkan sel tersebut. Selain itu atripu


(9)

tymus juga turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan produk autoantibodi.

Teori stress

 Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

Teori telomer

 Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan akan menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat memutuskan duplikat kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer itu memendek dan akhirnya tidak mampu membelah lagi.

Teori apoptosis

 Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis diberbagai organ tubuh.


(10)

 Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)

 Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut bnyak kegiatan social.

Keperibadian lanjut (Continuity theory)

 Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya.

Teori pembebasan (Disengagement theory)

 Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.

(3). Teori Lingkungan

 Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan proses penuaan.

 Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.

 Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat mempercepat proses penuaan.


(11)

 Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat proses penuaan.

2.2.5 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

 Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

(1)Perubahan Fisik

Sel

 Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.

Sistem Persyarafan

 Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.


(12)

 Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.

Sistem Pendengaran.

 Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

Sistem Cardiovaskuler.

 Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.

Sistem pengaturan temperatur tubuh

 Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.


(13)

Sistem Respirasi.

 Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.

Sistem Gastrointestinal.

 Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.

Sistem Genitourinaria.

 Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.

Sistem Endokrin.

 Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.


(14)

 Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

System Muskuloskeletal.

 Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

Perubahan Mental

 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah: 1. Perubahan fisik.

2. Kesehatan umum. 3. Tingkat pendidikan. 4. Hereditas.

5. Lingkungan.

6. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.

7. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit. 8. Kenangan lama tidak berubah.


(15)

9. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor waktu.

Perubahan Psikososial

 Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panic dan depresif.

 Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.

 Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau relasi

 Sadar akan datangnya kematian.

 Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.  Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.  Penyakit kronis.

 Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.  Gangguan syaraf panca indra.

 Gizi

 Kehilangan teman dan keluarga.  Berkurangnya kekuatan fisik.


(16)

Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu perubahan biologis, psikologis, sosiologis.

(1). Perubahan biologis meliputi :

 Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap.

 Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.

 Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan ganguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.

 Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut. Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir .

 Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut menjadi lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari.

 Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi, kesulitan berbahasa kesultan mengenal benda-benda kegagalan melakukan


(17)

aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun.

 Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

 Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering kali mengurangi minum yang mengakibatkan dehidrasi.

(2). Kemunduran psikologis

 Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.

(3). Kemunduran sosiologi

 Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.


(18)

Perawatan Lansia

 Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yaitu:

Pendekatan Psikis.

 Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan sebagai support system, interpreter dan sebagai sahabat akrab.

Pendekatan Sosial.

 Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan klien lansia, rekreasi, menonton televise, perawat harus mengadakan kontak sesama mereka, menanamkan rasa persaudaraan.

Pendekatan Spiritual.

 Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama bila lansia dalam keadaan sakit.

2.2 kesejahteraan lansia

Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa sansekerta “catera” yang berarti paying. Dan dalam kontek ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” atau paying adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, kekhawatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik lahir maupun batin.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 lokasi penelitian

Dari pengamatan yang telah dilakukan penelitian dilakukan di pasar minggu kota Bengkulu. karena dari pengamatan yang peneliti lakukan ada

beberapa lansia yang bekerja di pasar minggu kota Bengkulu. beberapa pekerjaan yang sering dilakukan oleh oleh lansia yaitu pemetik cabe (rawit, merah dan hijau), tukang sol, tukang gerobak, pedagang manisan, pedagang pecah belah dan lain beberapa pekerjaan lainnya.

3.2 metode penelitian

Metode yang akan peniliti lakukan ialah metode kualitatif. Creswell

mendefenisikan penelitian kualitatif yang kurang bertumpu pada sumber-sumber informasi, tetapi membawa ide-ide yang sama. Creswell menekankan suatu gambaran yang “kompleks dan holistik”, suatu rujukan pada naratif yang kompleks yang mengajak pembaca kedalam dimens


(1)

 Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

System Muskuloskeletal.

 Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

Perubahan Mental

 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah: 1. Perubahan fisik.

2. Kesehatan umum. 3. Tingkat pendidikan. 4. Hereditas.

5. Lingkungan.

6. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.

7. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit. 8. Kenangan lama tidak berubah.


(2)

9. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor waktu.

Perubahan Psikososial

 Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panic dan depresif.

 Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.

 Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau relasi

 Sadar akan datangnya kematian.

 Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.  Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.  Penyakit kronis.

 Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.  Gangguan syaraf panca indra.

 Gizi

 Kehilangan teman dan keluarga.  Berkurangnya kekuatan fisik.


(3)

Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu perubahan biologis, psikologis, sosiologis.

(1). Perubahan biologis meliputi :

 Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap.

 Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.

 Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan ganguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.

 Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut. Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir .

 Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut menjadi lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari.

 Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan proses informasi, kesulitan berbahasa kesultan mengenal benda-benda kegagalan melakukan


(4)

aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun.

 Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

 Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering kali mengurangi minum yang mengakibatkan dehidrasi.

(2). Kemunduran psikologis

 Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.

(3). Kemunduran sosiologi

 Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.


(5)

Perawatan Lansia

 Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yaitu:

Pendekatan Psikis.

 Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan sebagai support system, interpreter dan sebagai sahabat akrab.

Pendekatan Sosial.

 Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan klien lansia, rekreasi, menonton televise, perawat harus mengadakan kontak sesama mereka, menanamkan rasa persaudaraan.

Pendekatan Spiritual.

 Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama bila lansia dalam keadaan sakit.

2.2 kesejahteraan lansia

Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera”. Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa sansekerta “catera” yang berarti paying. Dan dalam kontek ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera” atau paying adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, kekhawatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik lahir maupun batin.


(6)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 lokasi penelitian

Dari pengamatan yang telah dilakukan penelitian dilakukan di pasar minggu kota Bengkulu. karena dari pengamatan yang peneliti lakukan ada

beberapa lansia yang bekerja di pasar minggu kota Bengkulu. beberapa pekerjaan yang sering dilakukan oleh oleh lansia yaitu pemetik cabe (rawit, merah dan hijau), tukang sol, tukang gerobak, pedagang manisan, pedagang pecah belah dan lain beberapa pekerjaan lainnya.

3.2 metode penelitian

Metode yang akan peniliti lakukan ialah metode kualitatif. Creswell

mendefenisikan penelitian kualitatif yang kurang bertumpu pada sumber-sumber informasi, tetapi membawa ide-ide yang sama. Creswell menekankan suatu gambaran yang “kompleks dan holistik”, suatu rujukan pada naratif yang kompleks yang mengajak pembaca kedalam dimens