Dibalik Piala Dunia dalam Brazil

Pipi Sapitri/E74212070
Ranjau Biografi/Pepih Nugraha
Cetakan Pertama, Oktober 2013
Bentang Pustaka/xxii+178

Awas, Jebakan!!
Didalam hidup, pasti pernah suatu hari kita merasa “tercerahkan” atau
merasa sangat terinspirasi berkat serangkaian paragraph yang kita baca di
media, baik cetak maupun online atau berupa buku yang menceritakan
tentang kisah hidup seseorang yang kita kagumi

atau bahkan seseorang

yang tidak kita tahu siapa, tapi memberikan kesan tersendiri dalam diri kita
setelah selesai membacanya. Bacaan itu disebut biografi. Biasanya jenis
tulisan biografi adalah soft news yang memungkinkan pembaca merasa
santai

ketika

membacanya


dan

tidak

kering

sehingga

figure

yang

ditampilkan dalam tulisan biografi serasa hidup ibarat seperti menonton film.
Mengapa

biografi

menjadi


menarik?

Karena

ia

menganalisis

dan

menerangkan serangkaian kejadian dalam hidup seseorang. Biografi ditulis
dalam bahasa tutur atau gaya bercerita yang menawan dan mendekatkan
antara pembaca dan tokoh yang di sosokkan. Dalam setiap buku biografi,
pembaca di harapkan akan menemukan hubungan, keterangan arti dari
tindakan tertentu atau misteri hidup seseorang, serta penjelasan mengenai
tindakan dan perilaku hidupnya.
Ternyata, biografi yang kita baca memiliki jebakan-jebakan tersendiri yang
jika diperhatikan secara seksama maka ia bisa melemahkan tulisan biografi
tersebut. Penulis yang juga merupakan seorang penulis kolom “Sosok”
dalam harian Kompas ini membeberkan ranjau atau jebakan yang biasanya

ia jumpai ketika menulis tulisannya.

Di dalam buku ini dijelaskan 11 jebakan yang harus di waspadai bahkan
harus di hindari oleh seorang biograf. Buku ini mungkin lebih pantas untuk
ditujukan bagi penulis yang bisa langsung mempraktekkan teknik yang ada
dalam buku ini tetapi baik juga bila dibaca oleh masyarakat awam karena
buku ini membantu kita untuk lebih kritis dalam melihat dan membaca
biografi. Kelebihan dari buku ini yaitu karena sang penulis adalah sekaligus
seorang biograf, maka setiap ranjau atau jebakan yang di paparkan penulis
pasti diikuti dengan contoh sehingga semakin memperjelas maksud tulisan
sang penulis.
Berikut ini adalah 11 ranjau atau jebakan yang harus dihindari seorang
biograf atau siapa saja yang ingin menulis biografi:
-

Ranjau #1 (Narasumber yang Berbohong)

Bukan hanya jurnalis yang berbohong mengenai berita yang ia muat,
ternyata sang narasumber juga memiliki kesempatan yang sama untuk
melaksanakan aksi ini. Penulis pada saat itu menulis tentang seorang

blogger tunanetra, Eko Ramaditya Adikara. Dalam tulisan Pepih yang
menerangkan kemampuan khusus Rama yang tidak biasa seperti layaknya
penyandang orang-orang berkebutuhan khusus akhirnya menjadi sebuah
jebakan bagi penulis karena dua tahun setelah tulisan mengenai Rama terbit
terungkap kebohongan Rama yang dituliskan oleh seorang Kompasianer ,
Syaifuddin Sayuti. Penulis (Pepih) mengatakan bahwa pada saat itu ia
terlajur “silau” dengan keahlian Rama yang ia lihat dengan mata kepala
sendiri sehingga lengah dengan satu fakta yang tidak sempat di verifikasi
oleh penulis. Tetapi menurut St. Sularto, wakil Pemimpin Umum Harian
Kompas bahwa sang jurnalis tidak bisa disalahkan dalam hal ini karena hal
ini lebih berkaitan dengan moral sang narasumber yang secara sengaja
merencakan kebohongan saat wawancara di lakukan, dan sangat tidak
mungkin untuk melakukan verifikasi verbatim kata per kata atau kalimat
demi kalimat ucapan sang narasumber.

-

Ranjau #2 (Pentingkah menampilkan tokoh Kontroversial?)

Contoh tulisan yang dipakai oleh penulis untuk kasus ini adalah pada saat

penulis menulis sosok Andi Alfian Malaranggeng di tahun 1999. Pada saat itu
isi dari tulisannya adalah mengenai prestasi Andi sebagai akademisi muda
berbakat yang baru saja menyelesaikan sekolah S3-nya dan sekembalinya ke
Indonesia langsung memberikan sumbangsih pada Negara dengan ikut
dalam menyusun RUU Politik. Jika dilihat dengan konteks kekinian penulis
beranggapan bahwa menampilkan Andi sebagai wajah dalam kolom Sosok di
Kompas akan sangat tidak dianjurkan karena menampilkan sisi inspiratif
seseorang saat ia tersandung masalah besar akan memunculkan pertanyaan
“ada apa?”
-

Ranjau #3 (Jangan Terlalu Dekat Dengan Narasumber)

Hal ini menjadi penting untuk dijadikan sebuah alert, mengingat berdasarkan
pengalaman penulis yang dekat dengan berbagai macam narasumber
(dalam hal ini politisi) seharusnya tidak membuat tulisan kita terpengaruh
akibat faktor kedekatan tersebut. Jika si jurnalis sudah tidak bisa mengatur
posisi antara dirinya dan narasumbernya maka yang terjadi adalah tulisan
yang kurang greget karena hanya berisi puja dan puji. Kata kuncinya adalah
seimbang dan sewajarnya tidak berlebih-lebihan. “Menjaga jarak” adalah

istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan relasi paling ideal
antara jurnalis dengan narasumber yang akan di tulisnya sebagai sosok atau
biografi.
-

Ranjau #4 (Pastikan Tidak Ada Unsur Eksploitasi)

Maksud dari ranjau nomor 4 ini adalah bahwa sang penulis harus
memastikan bahwa dalam tulisannya tidak ada unsur eksploitasi seseorang

atas orang lain. Untuk masalah ini, penulis memberikan contoh tulisannya
tentang seorang artist lokal asli Makassar, Abdul Rasyid Arthado yang lihai
memainkan gitar. Unsur eksplotasi yang terdapat dalam sosok ini adalah, ia
turut mempekerjakan dua anaknya yang masih dibawah umur yang
kebetulan menurunkan darah seni Rasyid untuk ngamen demi menyambung
hidup keluarganya.

Jika sejak awal seorang jurnalis atau penulis sudah

mengetahui reputasi tokoh yang di akan ditulisnya, cara yang terbaik adalah

dengan membatalkannya. Sebab, bisa saja si tokoh yang justru mencari
jurnalis atau penulis agar dirinya bisa diprofilkan, sekalipun harus membayar
jurnalis
-

Ranjau #5 (Punya Alasan yang Kuat dan Subjektif dalam Memprofilkan
Seorang Tokoh)

Untuk

menjelaskan

ranjau

di

nomor

ini,


penulis

menceritakan

pengalamannya saat menulis tentang Alexandra Kosteniuk seorang cantik
runner-up juara dunia catur. Pada saat itu penulis mendapat pertanyaan
“kenapa kamu tidak menampilkan sang juara? Jangan-jangan kamu berpikir
seksis

ya?”.

Semua

pertayaan-pertanyaan

serupa

bisa

di


paparkan

alasannya oleh penulis dengan jelas dan sangat subjektif tentang mengapa
ia memilih Alexandra ketimbang Zhu Chen sang juara dunia. Hal yang kita
pelajari adalah bahwa alasan untuk menulis sosok harus kuat dan jika ada
yang mempertanyakan mengapa kita menulis tokoh tertentu maka kita
mampu memparkan alasannya dengan indah seindah kita menuliskannya
-

Ranjau #6 (Hindari Kultus Individu)

Kultus individu atau pemujaan yang berlebihan terhadap seseorang adalah
sesuatu yang harus dihindari seorang penulis tatkala ia ingin menghasilkan
tulisan yang berimbang dan proporsional. Pengalaman penulis dalam
menggambarkan ranjau jenis ini adalah ketika ia diminta untuk menulis
tentang sosok Jendral (Purn) Rudini dimana sang penulis sudah menaruh

kagum sebelumnya. Tetapi penulis menempatkan sisi kekagumannya dalam
ranah privasi dan bersikap jujur kepada pembaca.

-

Ranjau #7 (Menulis Seseorang yang Tidak Pernah di Wawancarai)

Menulis seseorang yang tidak pernah di wawancarai oleh seorang penulis
seperti menjadi hal yang mustahil untuk dilakukan tetapi hal ini sangat bisa
dan sangat mungkin untuk dilakukan. Meskipun demikian, kedekatan antara
penulis dan objek yang ditulis sangat tidak terjaga. Artinya, tulisan sosok itu
menjadi sangat berjarak. Seperti penulis yang menuliskan tentang sosok
Rihanna pada tahun 2007 ketika ia masih belum booming di tanah air dan
tulisan tentangnya pun masih sangat minim. Penulis member tips bahwa kita
bisa menuliskan sosok yang berjarak ribuan kilometer dari kita asalakan kita
punya satu senjata yang dinamakan passion atau gairah dan bakat dalam
bidang yang akan kita tulis.
-

Ranjau #8 (Jangan Pernah Sepelekan Usia)

Tak jarang, orang-orang yang kita lihat wajahnya mampang di rubrik biografi
adalah orang-orang yang sudah berumur sehingga menampilkan seorang

anak kecil menjadi hal yang tabu karena dianggap bukan “pasar”nya. Sosok
yang ditampilkan oleh penulis adalah sepasang kakak beradik berusia 12 dan
6 tahun Fahma-Hania yang sudah unjuk gigi di dunia internasional berkat
hobi mereka yaitu ngoprek software. Kedua kakak beradik ini mampu
memenangi lomba pembuatan software Asia Pacific Information and
Technology Award International 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia yang diikuti
oleh 16 negara.
-

Ranjau #9 (Hati-hati Dengan Fanatisme Berlebih)

Pada ranjau nomor ini mungkin tidak ada bedanya dengan ranjau nomor 6
yang membicarakan tentang Kultus Individu. Saat kita sudah sangat fanatik
akan sesuatu baik itu berupa hal yang kongkrit ataupun tidak maka jangan
harap kita bisa menghasilkan tulisan yang berimbang dan proposional.

Contoh tulisan biografi pada ranjau nomor ini adalah kisah tentang pemilik
warung kopi di Aceh. Tulisan ini lahir dengan latar belakang penulis yang
sangat maniak kopi dan merasa ia perlu untuk “mempromosikan” warkop
favoritnya selama di Aceh ini. Tetapi pada akhirnya ia hanya akan
mendapatkan tulisan yang “itu-itu saja” kalau sudah menyinggung tentang
pengusaha. Akhirnya ia melihat sesuatu lain yang memiliki nilai keunikan
dari warung kopi tersebut yang sang pemiliknya bisa diangkat menjadi sosok
inspiratif dan akhirnya penulis terhindar dari fanatisme kopinya.
-

Ranjau #10 (Jangan Cepat Kagum, Stay Cool)

Ranjau kali ini bisa juga menyinggung ranjau nomor 6 dan sangat berkaitan
bahwa jika kita ingin dikatakan sebagai professional haruslah mampu kita
membedakan ranah privasi dan ranah publik. Dalam contoh tulisan
biografinya, penulis menampilkan sosok Oh Yeon-ho wartawan asal Korea
Selatan yang di kagumi oleh penulis karena mampu mengembangkan
sebuah situs OhmyNews.com berbasis Citizen Journalism paling sukses di
dunia.
-

Ranjau #11 (Sogokan)

Penulis disini sangat jelas dan gamblang mengatakan bahwa sogok adalah
ranjau yang paling mematikan dari semua jenis ranjau dalam menulis sosok
atau biografi. Pembaca yang kritis bisa dengan mudah membedakan mana
sebuah biografi yang benar-benar di tulis karena nilai-nilai berita yang
terkandung dalam figure seseorang yang diprofilkan atau sebatas biografi
pesanan. Jika yang kedua terjadi, buku biografi si tokoh itu tidak mungkin
ada atau tersedia di took buku sebab took buku juga akan melihat sisi
keterjualan buku itu.