Transposisi dan Kualitas Terjemahan Buku Bilingual Science Biology For Junior High School Grade IX
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penerjemahan
Pada dewasa ini kegiatan penerjemahan merupakan sebuah kegiatan yang
penting untuk mentransfer makna dari BSu ke BSa. Penerjemahan sangat
dibutuhkan untuk menerjemahkan text di segala bidang baik bidang linguistik
(bahasa), pertanian, teknik, hukum, sosial dan masih banyak lagi bidang-bidang
yang lain. Jika tidak ada penerjemah, maka sebuah text BSu akan sulit untuk
dipahami. Oleh karena itu, seseorang penerjemah memiliki peranan yang penting
dalam sebuah proses penerjemahan.
Kegiatan penerjemahan sudah dilakukan sejak zaman dahulu yaitu pada
abad ke II. Banyak sekali definisi mengenai penerjemahan. Nida dan Taber
(1969:12) berpendapat bahwa penerjemahan adalah menciptakan kembali makna
dalam BSa padanan alami yang paling mendekati pesan dalam BSu, pertama
dalam makna dan kedua dalam gaya bahasa. Sedangkan menurut Larson (1999),
penerjemahan merupakan proses pemindahan makna dari BSu ke dalam BSa. Hal
yang sangat penting untuk diingat adalah masalah kesepadanan makna, artinya
makna dari BSu benar-benar dapat tersampaikan ke dalam BSa dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Kompetensi Penerjemah
Albir dalam Fedoua Mansouri (2005:46) mendefinisikan kompetensi
penerjemah sebagai kemampuan menterjemah (the ability of knowing how to
translate). Kompetensi penerjemah sangat diperlukan agar seseorang dapat
menerjemahkan teks BSu dengan baik ke dalam BSa. Kompetensi ini erat
kaitannya dengan pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang penerjemahan
dan pengetahuan prosedural (tahu bagaimana cara menerjemahkan). Menurut
Neubert (dalam Nababan, 2003:4, kompetensi penerjemahan dibagi menjadi 5
yaitu:
1. Language competence (kompetensi bahasa)
Kompetensi bahasa merupakan kemampuan penerjemah dalam menguasai dan
memahami bahasa, baik menguasai BSu dan BSa. Kompetensi ini merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang penerjemah yang meliputi
kemampuan memahami morfologi, susunan gramatikal dan leksikal yang
terdapat pada bahasa tersebut.
2. Textual Competence (Kompetensi Tekstual)
Kompetensi teks yaitu seorang penerjemah harus mampu menguasai teks
dengan baik. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus dapat merangkai
kalimat sesuai dengan susunan gramatikal, kohesi, koherensi ke dalam BSa
dengan baik.
3. Domain/Subjek Spesifik Competence (Kompetensi Bidang Ilmu)
Kompetensi ini berkaitan terhadap bidang ilmu yang diterjemahkan oleh
seorang penerjemah. Seorang penerjemah harus benar-benar menguasai materi
Universitas Sumatera Utara
teks yang diterjemahkan supaya hasilnya benar-benar dapat dipahami oleh si
pembaca.
4. Cultural competence (kompetensi budaya)
Kompetensi
budaya
merupakan
kemampuan
penerjemah
untuk
menerjemahkan nilai-nilai budaya yang terdapat di dalam bahasa tersebut.
Nilai-nilai budaya tersebut meliputi kondisi, situasi, adat istiadat, dan normanorma
budaya
yang
terkandung
pada
masyarakat
tersebut
yang
mempengaruhi pola pikir dan melandasi pola tindakan manusia.
5. Transfer competence (kompetensi mengalihkan teks)
Kompetensi mengalihkan teks yaitu kompetensi dalam mentransfer makna
BSu ke dalam BSa.
2.3 Pengertian Pergeseran
Penerjemahan merupakan kegiatan mengungkapkan kembali makna atau
pesan dari BSu ke dalam BSa. Karena adanya sistem kaidah antara BSu dan BSa
yang berbeda, maka kegiatan penerjemahan berhubungan dengan pergeseran.
Al-zoubi dan Al-hasna (2001) mendefiniskan pergeseran sebagai tindakan wajib
yang ditentukan oleh adanya perbedaan struktural antara dua sistem bahasa yang
terlibat dalam proses terjemahan. Pergeseran ini dilakukan oleh seorang
penerjemah karena seorang penerjemah tidak mempunyai pilihan lain agar hasil
terjemahannya lebih wajar, tidak kaku dan mudah dipahami oleh si pembaca. Hal
senada juga disampaikan oleh Machali (2000:11) dengan mengatakan bahwa
untuk mencapai kesepadanan dalam penerjemahan dalam memecahkan masalah
Universitas Sumatera Utara
tersebut seringkali digunakan pergeseran, baik transposisi maupun pergeseran
makna.
2.4 Transposisi
Menurut
Catford
(1965:73),
transposisi
adalah
suatu
prosedur
penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke BSa.
Catford lebih jauh menguraikan empat jenis transposisi yaitu:
2.4.1
Transposisi structure shift adalah pergeseran pada tataran struktur kata
dalam frasa atau klausa pada proses penerjemahan. Transposisi structure
shift, misalnya: dari frasa berstruktur diterangkan-menerangkan (DM)
menjadi frasa berstruktur menerangkan-diterangkan (MD) “Shifts from
MH (Modifier + Head) to MHQ (Modifier Head Qualifier) (Simanjuntak,
2011: 31).
Contoh:
BSu
BSa
The beautiful girl is my sister
M
D
Gadis yang cantik itu adalah adik saya
D
M
Pada kalimat BSu tersebut di atas, terdapat kata beautiful merupakan
adjektiva atau modifier yang menerangkan nomina girl pada BSu dan
kemudian bergeser strukturnya menjadi diterangkan-menerangkan (DM)
yaitu gadis yang cantik pada BSa. Kemudian menurut Catford transposisi
dari kalimat aktif menjadi pasif juga termasuk ke dalam transposisi
structure shift.
Universitas Sumatera Utara
Contoh aktif ke pasif
BSu:
All kinds of organisms try to produces offspring so that they can preserve
thier species
BSa:
Semua jenis organisme berusaha untuk menghasilkan keturunan sehingga
kelangsungan hidup jenis organisme dapat dipertahankan
Kata preserve yang pada BSu seharusnya diterjemahkan menjadi
„mempertahankan‟ dalam kalimat aktif. Namun pada BSa diterjemahkan
menjadi „dipertahankan‟ dalam kalimat pasif.
2.4.2
Transposisi class shifts adalah transposisi kelas kata tertentu pada BSu
bergeser menjadi jenis kata lain pada BSa (comprise shift from one part of
speech to another), misalnya dari nomina menjadi verba atau dari verba
menjadi nomina. Berikut ini merupakan contoh transposisi kelas kata:
b. Transposisi kelas kata dari adjektiva ke nomina:
BSu
BSa
At the time the wall of the uterus
pada saat yang sama terjadi
Becomes thicker
pula
penebalan
dinding
rahim
Pada contoh kalimat di atas, kata thicker pada BSu adalah termasuk
kelas adjektiva yang diterjemahkan menjadi penebalan ke dalam BSa
yang termasuk kelas kata nomina.
Universitas Sumatera Utara
c. Transposisi kelas kata dari verba menjadi nomina:
BSu:
Flowers that are pollinated by wind usually do not have petals
BSa:
Bunga yang penyerbukannya dibantu angin biasanya tidak memiliki
Mahkota bunga
Pada contoh kalimat tersebut di atas, kata pollinated pada BSu yang
berkelas kata verba diterjemahkan menjadi penyerbukannya yang
kelas katanya berubah menjadi nomina pada BSa. Transposisi
structure shift kelas bisa saja terjadi dari adjektiva ke nomina, verba
ke nomina atau pergeseran kelas lainya. Catford (1974:78)
menyatakan transposisi class shift dilakukan untuk mendapatkan
terjemahan yang sewajar mungkin.
Transposisi unit shift adalah Jenis transposisi dari kata ke frasa,
2.4.3
frasa ke klausa, tataran klausa ke kalimat atau dari tataran kalimat ke
wacana. Berikut merupakan contoh transposisi unit shift yaitu:
d.
Transposisi unit shift dari kata ke frasa
BSu:
The boys are playing football in yard
BSa:
Anak laki-laki tersebut sedang bermain sepak bola di halaman
Universitas Sumatera Utara
Pada contoh di atas, kata boys yang merupakan tataran kata pada BSu
mengalami pergeseran menjadi tataran frasa pada BSa yaitu “anak
laki-laki”.
Transposisi unit shift dari frasa ke klausa
e.
BSu
BSa
After watching TV
Setelah dia menonton buku
Pada contoh di atas, frasa after watching TV pada BSu mengalami
pergeseran menjadi klausa dalam BSa, yaitu setelah “dia menonton
tv”. Kalimat pada BSa tersebut terdapat subjek dia yang membentuk
tataran klausa karena terdiri dari subjek dan predikat.
Transposisi unit shift dari klausa ke kalimat
c.
BSu:
The brain proceses the impulse and sends message by motor neurons
to the hand, which eventually pick up the newspaper which is then
read
BSa:
Otak mengelolah impuls, kemudian mengirim melalui saraf motor ke
tangan, akhirnya, tangan mengambil koran yang kemudian dibaca.
Jadi, gerakan ini disebut gerak yang disadari
Pada contoh di atas, klausa which eventually pick up the newspaper
which is then read dalam BSu mengalami pergeseran menjadi kalimat
dalam BSa, yaitu tangan mengambil koran yang kemudian dibaca.
Jadi, gerakan ini disebut gerak yang disadari. Klausa dalam BSu
Universitas Sumatera Utara
tersebut merupakan klausa terikat karena terdapat kata which yang
menerangkan kata „tangan‟ dalam klausa bebas sebelumnya yaitu The
brain proceses the impulse and sends message by motor neurons to
the hand. Klausa terikat tersebut merupakan bentuk klausa adjektiva
di mana kata which menduduki posisi subjek dalam klausa tersebut.
Oleh karena itu, setelah bergabung akan terbentuk sebuah kalimat The
brain proceses the impulse and sends message by motor neurons to
the hand, which eventually pick up the newspaper which is then
read.
Transposisi unit shift pada tataran morfem
d.
BSu
BSa
Imbalance
tidak seimbang
Morfem im – pada imbalance dalam bahasa inggris mengalami
pergeseran menjadi tataran kata yaitu tidak, kalau digabungkan maka
memiliki arti tidak seimbang.
2.4.4
Transposisi intra-system shift banyak terjadi pada kasus-kasus yang
melibatkan sistem internal pembentukan bahasa dalam terjemahan.
Contohnya seperti pembentukan kata tunggal dan kata jamak. Tiap bahasa
memiliki bentuk tunggal dan jamak yang berbeda sesuai dengan aturan
yang berlaku dalam sebuah bahasa.
Universitas Sumatera Utara
Contoh:
BSu:
People have different perceptionabout her
BSa:
Orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai dia
Dari penjelasan tersebut di atas sangat jelas people yang menunjukan
jamak yang memiliki arti orang-orang diterjemahkan menjadi „orang‟
yang menunjukan tunggal.
2.5
Satuan Sintaksis
2.5.1 Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu.
Menurut Chaer (1994:208), kata terdiri dari dua jenis yaitu:
1) Kata penuh (fullword), yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna,
mempunyai kemungkinan mengalami proses morfologi, merupakan kelas
terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Yang
termasuk kata penuh adalah nomina, verba, adjektiva, kata keterangan, dan
kata yang menyatakan mengenai bilangan (numeralia) seperti: makan
(eat), sepatu (shoes), cantik (beautiful), sembilan (nine), dan lain-lain.
2) Kata tugas (function word), yaitu kata yang secara leksikal tidak
mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas
tertutup, dan tidak dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kategori ini adalah
preposisi (kata depan) da
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif.
Pendapat ini dikemukakan oleh Kridalaksana (2001:59). Contoh frasa dalam
bahasa Inggris misalnya playing soccer (bermain sepak bola), a beautiful house
(sebuah rumah yang baru), dan funny girl (perempuan yang lucu), dan lain-lain.
Frasa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi beberapa jenis, sesuai dengan
komponen-komponen penyusun dan fungsinya, yaitu:
1) Frasa nomina, digunakan sebagai nomina dan salah satu fungsinya dalam
kalimat adalah sebagai subjek.
Contoh:
BSu:
BSa:
She cooks the rice
Dia memasak nasi
2) Frasa adjektiva, digunakan sebagai adjektiva yang menerangkan nomina.
Contoh:
BSu:
BSa:
Green is my favorite color
Hijau adalah warna kesukaanku
3) Frasa adverbia, digunakan sebagai kata keterangan.
Contoh:
BSu:
BSa:
She speaks English very fluently.
Dia
berbicara
bahasa
Inggris
dengan sangat lancar
4) Frasa verba, dalam kalimat berfungsi sebagai predikat. Frasa ini dapat
berbentuk kelompok kata ataupun satu kata.
Universitas Sumatera Utara
Contoh:
BSa:
BSu:
My father and I smiled.
Ayah saya dan saya tersenyum
5) Frasa preposisi, dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan, ditandai dengan
hadirnya preposisi sebagai unsur pembentuk frasa.
Contoh:
BSu:
She stayed in the house last night
BSu:
Dia tinggal di rumah tadi malam
2.5.3 Klausa
Kridalaksana (2001:110) menyatakan bahwa klausa adalah satuan
gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan
predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Hal senada juga
disampaikan oleh Chaer (1994:231) dengan mengatakan bahwa klausa sebagai
satuan sintaksis yang berupa runtutan kata-kata berfungsi predikatif. Fungsi
subjek dan predikat merupakan fungsi yang harus ada dalam konstruksi klausa. Ia
juga mengemukakan bahwa klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal
karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klausa adalah kumpulan
kata-kata yang memiliki subjek dan predikat. Klausa dalam bahasa Inggris dibagi
menjadi dua, yaitu:
1.
Main clause, yaitu klausa yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat.
Contoh:
Universitas Sumatera Utara
2.
BSu:
BSa:
The girl eats
S
V
Anak perempuan tersebut makan
S
P
Subordinate clause, yaitu klausa yang hadir bersama main klausa untuk
mengungkapkan ide tambahan. Klausa ini tidak bisa berdiri sendiri.
Contoh:
BSu:
The girl who eats at the corner is my cousin
subordinate clause
main clause
BSa:
Anak perempuan yang makan diujung sana adalah saudara sepupu saya
anak kalimat
induk kalimat
2.5.4
Kalimat
Selanjutnya, Alwi, dkk (2000:311) mengatakan bahwa kalimat merupakan
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, memiliki pola intonasi final dan
secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Alwi, dkk. membagi kalimat
menjadi:
Universitas Sumatera Utara
1) Kalimat Tunggal
Menurut Alwi, dkk (2003:39) kalimat tunggal adalah kalimat yang proposinya
satu sehingga predikatnya pun satu.
Contoh Kalimat Tunggal
BSu:
BSa:
She cooks in the kitchen
dia memasak di dapur
Contoh kalimat non inti
BSu:
BSa:
I didn‟t eat meatball yesterday
Saya tidak makan bakso kemarin
2) Kalimat majemuk
Menurut Alwi, dkk ( 2003: 40), kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat
yang tidak dapat dijadikan satu kesatuan. Karena sifat itu, maka kalimat majemuk
selalu berwujud dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
a. Kalimat majemuk setara yaitu apabila kalimat itu menyatakan hubungan
koordinatif (sejajar/setara). Kalimat majemuk setara gabungan konjungsinya
adalah dan, atau, tetapi.
Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi dan, atau dan
tetapi.
BSu:
BSa:
She eats and drinks in the kichen
Dia makan dan minum di dapur
Universitas Sumatera Utara
Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi atau
BSu:
BSa:
He wants to go or stay in here
dia ingin pergi atau tinggal di sini
Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi tetapi
BSu:
BSa:
I tried to speak Spanish, but my
Saya mencoba berbicara bahasa
friend tried to speak English.
Spanyol, tetapi teman saya berusaha
berbicara bahasa Inggris
b. Kalimat majemuk bertingkat yaitu terdiri dari dua atau lebih subjek dan
predikat. Berdasarkan jenis anak kalimatnya, kalimat majemuk bertingkat
(KMB) dapat ditandai dengan kata keterangan waktu seperti: setelah, ketika,
waktu, saat, setelah, sebelum, sesudah, sehabis, sejak, selesai, tatkala,
sementara, seraya, selama, sampai.
Contoh kalimat majemuk bertingkat
BSu:
BSa:
We visited the museum before it closed
Kami mengunjungi musium sebelum
tutup
3) Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Jika klausa pada satu kalimat lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur
subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Jika tidak
lengkap, maka disebut kalimat minor.
Universitas Sumatera Utara
Contoh kalimat mayor:
BSu:
BSa:
I go to school every day
Saya pergi ke sekolah setiap hari
Contoh kalimat minor:
BSu:
BSa:
No smoking!
Jangan merokok!
4) Kalimat Verbal dan Kalimat Non–verbal
Kalimat verbal dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya
berupa verba atau frasa verba. Sedangkan kalimat non - verbal adalah kalimat
yang predikatnya bukan kata atau frasa verbal. Karena banyaknya tipe verba,
maka setiap bahasa mempunyai cara tersendiri untuk membentuk kalimat ini.
Dalam bahasa Inggris dikenal adanya kalimat transitif dan intransitif, yang
predikatnya berupa verba transitif atau intransitif.
Contoh kalimat verbal transitif:
BSu:
BSa:
He kicks the ball
Dia menendang bola
Contoh kalimat di atas merupakan kalimat transitif karena verba harus diikuti
objek.
Contoh kalimat verbal intransitif:
BSu:
BSa:
You sleep
Kamu tidur
Contoh kalimat di atas merupakan kalimat intransitif karena setelah verba tidak
diikuti objek.
Universitas Sumatera Utara
Contoh kalimat non-verbal/nominal:
BSu:
BSa:
My brother is clever
Abang saya pintar
Contoh di atas merupakan kalimat non-verbal atau kalimat nominal yang mana
predikat clever bukan kata kerja melainkan adjektiva.
3. Kalimat aktif
Hasan Alwi (1998:345) menyatakan bahwa kalimat aktif merupakan kalimat
yang verba-nya transitif. Karena verba yang digunakan adalah transitif, maka
paling tidak ada tiga unsur wajib di dalam kalimat, yakni subjek, predikat, dan
objek. Verba transitif bentuk aktif yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah
verba yang memakai prefiks me- dan ber-. Berikut ini adalah contoh
penggunaan kalimat pasif.
BSu:
BSa
She sang a song
Dia menyanyikan sebuah lagu
Hasan Alwi (2002:405) juga mengatakan bahwa kalimat aktif juga berawalan
ke-, namun akhirannya tidak „an‟. Apabila berakhiran „an‟ pada kata kerja
(verba) tersebut merupakan nomina bukan kata kerja. Contoh kalimatnya:
BSu:
BSa:
The man goes out
Lelaki itu keluar
Universitas Sumatera Utara
4. Kalimat pasif
Hasan Alwi (1998:345) menyatakan bahwa kalimat pasif merupakan kalimat
yang verba-nya memakai prefiks di- atau ter-. Sedangkan frase verba pasif
dalam bahasa Inggris diawali dengan tobe dan diikuti oleh verba bentuk ketiga
atau past participle, misalnya drunk, seen, dan watched atau disingkat tobe +
third form (past participle). Berikut merupakan contohnya:
BSu:
Modern biotechnology can be built up because there are new discoveries in
microbiology
BSa:
Bioteknologi modern dapat dikembangkan karena ada penemuan baru di
bidang mikrobiologi
2.6
Parameter Penerjemahan yang Berkualitas
Tidak semua hasil penerjemahan dapat berterima di masyarakat.
Kebanyakan hasil penerjemahan hanya mengutamakan kuantitas bukan kualitas
penerjemahan itu sendiri, (Nababan, et al. 2011: 44) penerjemahan yang
berkualitas harus memenuhi tiga aspek yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Keakuratan
Keakuratan merupakan istilah yang digunakan untuk menilai kualitas
penerjemahan dengan melakukan pengevaluasian penerjemahan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah teks BSu dan teks BSa sudah sepadan
atau belum (Hoed, 2006:52). Sementara itu, Machali (2000:110) menyatakan
bahwa untuk mencapai kesepadanan makna antara BSu dan BSa selain
melakukan transposisi penting juga dilihat dari aspek linguistik (struktur
gramatikal), semantik, dan pragmatik. Jadi, keakuratan tidak hanya dilihat dari
ketepatan pemilihan kata atau diksi, tetapi juga ketepatan gramatikal,
kesepadanan makna, dan pragmatik. Berikut merupakan instrumen penilaian
keakuratan terjemahan yang dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Instrumen Penilai Keakuratan Terjemahan
Kategori
Terjemahan
Skor
Parameter Kualitatif
Akurat
3
Kurang akurat
2
Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat
atau teks BSu dialihkan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi
makna
Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa,
klausa, kalimat atau teks BSu sudah dialihkan
secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun,
masih terdapat distorsi makna atau terjemahan
makna ganda (taksa) atau ada makna yang
dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan.
Tidak Akurat
1
Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat
atau teks BSu dialihkan secara tidak akurat ke
dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (deleted).
Sumber: Nababan (2012: 50)
Universitas Sumatera Utara
2. Keberterimaan
Keberterimaan berarti sebuah hasil penerjemahan terasa alamiah dan tidak
kaku ketika dibaca. Keberterimaan dapat dicapai apabila suatu penerjemahan
sudah dialihkan sesuai dengan kaidah-kaidah, norma-norma dan budaya yang
berlaku ke dalam BSa. Hal ini menjadikan keberterimaan merupakan salah
satu faktor penting dalam proses penerjemahan. Walaupun sebuah hasil
penerjemahan telah akurat dari segi isi dan pesannya, namun apabila cara
pengungkapannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya BSa,
hasil penerjemahan belum dikategorikan berterima. Selain itu konsep
keberterimaan juga mengacu kepada menghindari penggunaan kata-kata yang
kurang lazim dibaca atau didengar oleh pembaca sasaran maka terjemahan
tersebut tidak memenuhi konsep keberterimaan suatu terjemahan. Berikut
merupakan instrumen penilaian keberterimaan terjemahan yang dapat dilihat
pada tabel 2.2
Tabel 2.2
Instrumen Penilai Keberterimaan Terjemahan
Kategori
Terjemahan
Skor
Parameter Kualitatif
Berterima
3
Kurang Berterima
2
Tidak Berterima
1
Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang
digunakan lazim digunakan dan akrab bagi
pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan
sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia
Pada umumnya terjemahan sudah terasa alamiah;
namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah
teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal.
Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya
terjemahan; istilah teknis yang digunakan tidak
lazim digunakan dan tidak akrab bagi pembaca;
frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia
Sumber: Nababan (2012:51)
3. Keterbacaan
Keterbacaan dapat mengacu apakah teks BSa dapat dipahami dan dimengerti oleh
si pembaca. Nababan (1999:64:71) juga menambahkan bahwa ada beberapa faktor
lain yang dapat mempengaruhi keterbacaan teks terjemahan, antara lain; a)
penggunaan kata-kata baru, b) penggunaan kata asing atau daerah, c) penggunaan
kata taksa, d) penggunaan kalimat tidak lengkap, e) panjang rata-rata kalimat, f)
penggunaan kalimat kompleks, dan f) alur pikiran yang tidak runtut dan tidak
logis. Selain faktor-faktor tersebut, isi teks, rupa tulisan dan kemampuan pembaca
atau penerjemah juga berperan dalam menentukan tingkat keterbacaan teks.
Berikut merupakan instrumen penilaian keterbacaan terjemahan yang dapat dilihat
pada tabel 2.3
Tabel 2.3
Instrumen penilai Keterbacaan Terjemahan
Kategori
Terjemahan
Skor
Parameter Kualitatif
Tingkat
Keterbacaan
Tinggi
Tingkat
Keterbacaan
Sedang
3
Tingkat
Keterbacaan
Rendah
1
Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks
terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh
pembaca.
Pada umumnya terjemahan dapat dipahami oleh
pembaca; namun ada bagian tertentu yang harus
dibaca lebih dari satu kali untuk memahami
terjemahan.
Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca
2
Sumber: Nababan (2012:51)
Universitas Sumatera Utara
2.7
Penelitian Relevan
Penelitian-penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini adalah:
1.
Risnawaty (2011) dalam penelitiannya berjudul Pergeseran Makna
Tekstual dalam Terjemahan Teks Popular “See You at The Top”
membahas tentang analisis pergeseran makna tekstual yang terdapat dalam
sebuah buku teks dengan judul “See you at the Top” dan versi
terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan untuk
menganalisis makna tekstual terjemahan novel tersebut adalah teori
Halliday (1994, 2004) dan Hasan (1980) yang secara khusus menganalisis
hubungan tema-rema dan kohesi. Kemudian teori Larson (1984) dan
Zellermeyer (1987) secara khusus menganalisis pergeseran dalam
penerjemahan. Metode riset yang digunakan adalah metode kualitatif
deskriptif dengan mengadopsi usulan Miles dan Huberman (1994)
khususnya dalam tahapan dalam penganalisaan data. Aspek-aspek yang
dianalisis adalah pergeseran dalam bidang (1) kohesi gramatikal dan
bandingannya; (2) kohesi leksikal terutama yang berkaitan dengan (i)
sinonim; (ii) kolokasi; (iii) meronim; (iv) hyponim; (3) Transposisi, (4)
konjungsi‟ (5) rema-rema. Disamping itu, dampak dari pergeseran dalam
penerjemahan,
khususnya
ekivalensi,
perluasaan
medan
makna,
penyempitan makna, dan penilaian hasil penerjemahan. Terdapat 10
pergeseran makna tekstual, terutama sekali dalam (1) makna tunggal
dalam BSu menjadi makna tunggal juga dalam BT, (2) penggantian
pengulangan adjektiva dalam BSu dan BSa, (3) penggantian ellipsis, (4)
Universitas Sumatera Utara
penggantian substitusi, (5) penggantian refren dan penambahan (addition);
(6) penggantian dalam aspek kohesi meliputi (i) sinonim; (ii) antonim; (iii)
kolokasi; (iv) meronim, (v) hiponim, (vi) pergeseran transposisi; (8)
pergeseran struktural; (9) pergeseran konjungsi; dan (10) pergeseran dalam
tema-rema. Ada 3 faktor semantik, (3) faktor linguistik. Pergeseran dalam
perbedaan leksikon gramatikal dan ellipsis sekitar 367 dan dari
penambahan (addition) sekitar 712; dan substitusi sekitar 65.Sebagai
simpulan bahwa unsur-unsur penambahan lebih mendominasi pergeseran
makna tekstual.
Dari penjelasan di atas, penelitian Risnawaty memiliki persamaan dengan
penelitian ini karena membahas transposisi. Perbedaannya penelitian
Risnawaty menggunakan teori Halliday, sedangkan penelitian sipenulis
menggunakan teori Catford.
2
Nurhayuna (2013) dalam penelitiannya berjudul Teknik, Pergeseran dan
Tingkat Keterbacaan Terjemahan Buku Bilingual Kumpulan Cerita Kasih
Ibu I love You Mom. Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis
teknik penerjemahan, pergeseran dan keterbacaan pada terjemahan buku
bilingual cerita anak. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengindetifikasi
teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah, 2)
mengidentifikasi pergeseran yang terjadi pada terjemahan cerita anak, 3)
mengukur tingkat keterbacaan terjemahan, yang tujuannya untuk
membuktikan bahwa peranan terjemahan teks cerita anak terhadap media
belajar bahasa asing dapat dilihat dari keberhasilan suatu proses
Universitas Sumatera Utara
penerjemahan yang berdasarkan tujuan terjemahan sehingga hasilnya
merefleksikan kebutuhan orang yang memerlukannya. Metode penelitian
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif atas data
terpancang merujuk pada teori analisis data kualitatif Miles and Huberman
melalui tahap pengumpulan data, penyajian data, reduksi dan verifikasi
atau kesimpulan. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual
kumpulan cerita kasih ibu “I Love You Mom” dan untuk menilai tingkat
keterbacaan terjemahan buku bilingual cerita anak, penulis meminta 21
siswa yang duduk di kelas VIII sekolah menengah pertama. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan (8) teknik penerjemahan
yang digunakan berdasarkan teori Molina dan Albir, di antaranya adalah 1)
transposisi sebanyak 102 data (26,4%), 2) modulasi sebanyak 94 data
(24,4%), 3) kompensasi sebanyak 68 data (17,6%), 4) literal sebanyak 54
data (12%), 5) penghilangan sebanyak 29 data (7,5%), 6) penambahan
sebanyak 28 data (7,25%) ,7) borrowing sebanyak 10 data (2,6%). Dan
diklasifikasikan pada Peminjaman murni 3 data (0,77 %), peminjaman
alamiah sebanyak 7 data (1,8). 8) Kesepadanan Lazim 1 data (0,25).
Sementara transposisi yang terjadi dalam proses penerjemahan teks cerita
anak adalah 1) structure shift sebanyak 88 data (86,3%), 2) Unit shift
sebanyak 11 data (10,8%) dan Class shift sebanyak 3 data (2,9%). Dalam
proses analisis teknik dan pergeseran pada penelitian ini, diperoleh tingkat
keterbacaan tinggi sebanyak 369 data (95,5%) dan tingkat keterbacaan
rendah sebanyak 17 data (4,4%).
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Nurhayuna dengan penelitian
ini adalah pada penelitian ini juga membahas mengenai transposisi berupa
structure shift, unit shift, dan class shift seperti penjelasan sebelumnya.
Kemudian, Pada penelitian Nurhayuna menggunakan teori Molina dan
Albir, sedangkan penelitian ini menggunakan teori Catford.
3
Susilawati (2010) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi dan
Modulasi pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk – Produk
Oriflame. Penelitian ini mengindentifikasi bentuk transposisi dan modulasi
yang terdapat pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk
Oriflame terhadap kualitas terjemahan dalam hal keakuratan dan
kebeterimaan. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa dari 172 data yang
diteliti terdapat 64% data yang dikategorikan sebagai transposisi akurat.
Dinilai dari sisi kebeterimaan, sebanyak 72,2% dinilai sebagai transposisi
berterima. Sementara itu hasil penelitian terhadap penilaian bentuk-bentuk
modulasi tercatat 62,8% data yang dinilai akurat dan hasil keberterimaan
bentuk modulasi adalah 78,5% data dikategorikan modulasi berterima.
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Susilawati dengan penelitian
ini adalah sama-sama penelitian ini membahas mengenai transposisi yang
mengacu pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat.
Perbedaan penelitian Susilawati dengan penelitian ini adalah penelitian ini
menggunakan teori Rochayah Machali sebagai pisau bedah dalam
penelitian tersebut, sedangkan penelitian ini menggunakan teori Catford.
Universitas Sumatera Utara
4
Munif
(2010)
dalam
penelitiannya
berjudul
Pergeseran
Dalam
Penerjemahan Klausa pasif Dari Novel The Lord Of The Rings : The
Return Of The King Karya JRR Tolkien oleh Gita Yuliani K. Penelitian ini
mendeskripsikan jenis-jenis transposisi dan mengetahui ketepatan
penerjemahan klausa pasif dari novel tersebut. Hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut; 1) bentuk-bentuk pergeseran dalam penerjemahan klausa
pasif meliputi; transposisi unit shift ada 12 data (14%), transposisi
structure shift ada 43 data (60%).
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Munif dengan penelitian ini
adalah penelitian berfokus pada transposisi yaitu yang spesifiknya pada
structure shift.
Perbedaan penelitian Munif dengan penelitian ini adalah di dalam
penelitian ini membahas transposisi tidak hanya mengacu pada transposisi
structure shift, tetapi juga membahas transposisi unit shift, class shift, dan
intra system shift.
5.
Akiriningsih (2012) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi
pada buku Buku Psychology of Tourism. Pada penelitian ini membahas
transposisi yang hanya berfokus kepada structure shift dan class shift.
Data pada penelitian ini terdiri dari 150 data, terdapat 123 (82%) data class
shift dan sisanya sebanyak 27 (18%) data unit shift. Dalam hal tingkat
keakuratan, diperoleh 126 data (84%) dengan kategori akurat, 22 data
(14,67%) dengan kategori kurang akurat, dan 2 data (1,33%) dengan
kategori tidak akurat. Tingkat keberterimaan, diperoleh 124 data (82,67%)
Universitas Sumatera Utara
dengan kategori berterima, 20 data (13,33%) dengan kategori kurang
berterima, dan 6 data (4%) dengan kategori tidak berterima, sedangkan
untuk tingkat keterbacaan diperoleh 145 data (96,67%) dengan kategori
keterbacaan tinggi dan sisanya 5 data (3,33%) dengan kategori
keterbacaan sedang.
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian ini dengan penelitian
sipenulis adalah keduanya berfokus pada transposisi yaitu structure shift,
class shift dan juga menggunakan teori yang sama yang dikemukakan oleh
Catford.
Perbedaan penelitian Akiriningsih dengan penelitian ini adalah penelitian
ini membahas 4 transposisi yang tidak hanya mengacu pada transposisi
structure shift, class shift, tetapi juga membahas transposisi unit shift, dan
intra system shift.
6.
Yuliana (2006) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi pada
terjemahan “Harry Potter dan Pangeran berdarah campuran”. Pada
penelitian ini membahas transposisi yaitu structure shift,class shift, unit
shift dan intra system shift. Transposisi pada penelitian ini mempunyai
peran yang sangat penting dalam penerjemahan karena bahasa sumber
sering kali mempunyai struktur yang berbeda dari struktur bahasa sasaran.
Dengan menggunakan transposisi, maka penerjemah bisa menyesuaikan
terjemahan dalam BSa dengan lebih luwes dan mudah untuk dibaca. Tanpa
menggunakan transposisi, suatu terjemahan akan terasa kaku dan bahkan
bisa tidak memiliki makna karena struktur yang tidak disesuaikan dengan
Universitas Sumatera Utara
bahasa sasaran akan sangat membingungkan bagi para pembacanya.
Tujuan penulisan thesis ini adalah untuk menjabarkan penggunaan
transposisi dalam proses penerjemahan khususnya dalam penerjemahan
novel Harry Potter and the Half-Blood Prince ke dalam bahasa Indonesia
dengan judul Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran. Dalam
penelitian ini ingin mengetahui kapan penerjemah harus menggunakan
transposisi dan kapan penerjemah tidak perlu menggunakan transposisi.
Adapun metode yang digunakan yaitu untuk mendapatkan data dengan
metode random dan purposive. Dari analisa yang dilakukan pada thesis ini
ada beberapa kesimpulan, antara lain: 1) Transposisi dilakukan karena
adanya perbedaan struktur bahasa. 2) Penerjemah melakukan transposisi
semata-mata untuk mendapatkan terjemahan yang se-natural mungkin. 3)
Dari 24 data, terdapat 9 data yang menggunakan transposisi intra system
shift, 3 data yang menggunakan transposisi structure shift, 6 data
menggunakan transposisi class shift, dan 19 data menggunakan transposisi
tingkatan (unit shift).
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Yuliana dengan penelitian
ini adalah pada penelitian ini sama-sama membahas transposisi yaitu
transposisi structure shift, class shift, unit shift, dan intra system shift.
Perbedaan penelitian Yuliana dengan penelitian ini adalah Yuliana
membahas kajian sastra novel sedangkan penelitian ini membahas buku
biologi.
Universitas Sumatera Utara
7.
Silalahi (2009) dalam penelitiannya berjudul Dampak Teknik, dan Ideologi
Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing
dalam Bahasa Indonesia. Pada penelitian Silalahi membahas kualitas
terjemahan pada buku teks medical surgical nursing yang didapatkan hasil
penelitiannya 338 (64,75%) diterjemahkan secara akurat, 136 (26,05%)
kurang akurat, dan 48 (9,20%) tidak akurat. Dari aspek keberterimaannya,
396 (75,86%) berterima, 91 (17,44%) kurang berterima dan 35 (6,70%)
tidak berterima. Sementara itu, 493 (96,29%) data sasaran mempunyai
tingkat keterbacaan tinggi dan 19 (3,71%) mempunyai tingkat keterbacaan
sedang.
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Silalahi dengan penelitian ini
adalah penulis sama-sama mengadopsi instrumen kualitas terjemahan yang
mencakup keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan.
Perbedaan penelitian Silalahi dengan penelitian ini adalah pada penelitian
ini tidak membahas teknik dan ideologi terjemahan.
Universitas Sumatera Utara
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penerjemahan
Pada dewasa ini kegiatan penerjemahan merupakan sebuah kegiatan yang
penting untuk mentransfer makna dari BSu ke BSa. Penerjemahan sangat
dibutuhkan untuk menerjemahkan text di segala bidang baik bidang linguistik
(bahasa), pertanian, teknik, hukum, sosial dan masih banyak lagi bidang-bidang
yang lain. Jika tidak ada penerjemah, maka sebuah text BSu akan sulit untuk
dipahami. Oleh karena itu, seseorang penerjemah memiliki peranan yang penting
dalam sebuah proses penerjemahan.
Kegiatan penerjemahan sudah dilakukan sejak zaman dahulu yaitu pada
abad ke II. Banyak sekali definisi mengenai penerjemahan. Nida dan Taber
(1969:12) berpendapat bahwa penerjemahan adalah menciptakan kembali makna
dalam BSa padanan alami yang paling mendekati pesan dalam BSu, pertama
dalam makna dan kedua dalam gaya bahasa. Sedangkan menurut Larson (1999),
penerjemahan merupakan proses pemindahan makna dari BSu ke dalam BSa. Hal
yang sangat penting untuk diingat adalah masalah kesepadanan makna, artinya
makna dari BSu benar-benar dapat tersampaikan ke dalam BSa dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
2.2
Kompetensi Penerjemah
Albir dalam Fedoua Mansouri (2005:46) mendefinisikan kompetensi
penerjemah sebagai kemampuan menterjemah (the ability of knowing how to
translate). Kompetensi penerjemah sangat diperlukan agar seseorang dapat
menerjemahkan teks BSu dengan baik ke dalam BSa. Kompetensi ini erat
kaitannya dengan pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang penerjemahan
dan pengetahuan prosedural (tahu bagaimana cara menerjemahkan). Menurut
Neubert (dalam Nababan, 2003:4, kompetensi penerjemahan dibagi menjadi 5
yaitu:
1. Language competence (kompetensi bahasa)
Kompetensi bahasa merupakan kemampuan penerjemah dalam menguasai dan
memahami bahasa, baik menguasai BSu dan BSa. Kompetensi ini merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang penerjemah yang meliputi
kemampuan memahami morfologi, susunan gramatikal dan leksikal yang
terdapat pada bahasa tersebut.
2. Textual Competence (Kompetensi Tekstual)
Kompetensi teks yaitu seorang penerjemah harus mampu menguasai teks
dengan baik. Dalam hal ini, seorang penerjemah harus dapat merangkai
kalimat sesuai dengan susunan gramatikal, kohesi, koherensi ke dalam BSa
dengan baik.
3. Domain/Subjek Spesifik Competence (Kompetensi Bidang Ilmu)
Kompetensi ini berkaitan terhadap bidang ilmu yang diterjemahkan oleh
seorang penerjemah. Seorang penerjemah harus benar-benar menguasai materi
Universitas Sumatera Utara
teks yang diterjemahkan supaya hasilnya benar-benar dapat dipahami oleh si
pembaca.
4. Cultural competence (kompetensi budaya)
Kompetensi
budaya
merupakan
kemampuan
penerjemah
untuk
menerjemahkan nilai-nilai budaya yang terdapat di dalam bahasa tersebut.
Nilai-nilai budaya tersebut meliputi kondisi, situasi, adat istiadat, dan normanorma
budaya
yang
terkandung
pada
masyarakat
tersebut
yang
mempengaruhi pola pikir dan melandasi pola tindakan manusia.
5. Transfer competence (kompetensi mengalihkan teks)
Kompetensi mengalihkan teks yaitu kompetensi dalam mentransfer makna
BSu ke dalam BSa.
2.3 Pengertian Pergeseran
Penerjemahan merupakan kegiatan mengungkapkan kembali makna atau
pesan dari BSu ke dalam BSa. Karena adanya sistem kaidah antara BSu dan BSa
yang berbeda, maka kegiatan penerjemahan berhubungan dengan pergeseran.
Al-zoubi dan Al-hasna (2001) mendefiniskan pergeseran sebagai tindakan wajib
yang ditentukan oleh adanya perbedaan struktural antara dua sistem bahasa yang
terlibat dalam proses terjemahan. Pergeseran ini dilakukan oleh seorang
penerjemah karena seorang penerjemah tidak mempunyai pilihan lain agar hasil
terjemahannya lebih wajar, tidak kaku dan mudah dipahami oleh si pembaca. Hal
senada juga disampaikan oleh Machali (2000:11) dengan mengatakan bahwa
untuk mencapai kesepadanan dalam penerjemahan dalam memecahkan masalah
Universitas Sumatera Utara
tersebut seringkali digunakan pergeseran, baik transposisi maupun pergeseran
makna.
2.4 Transposisi
Menurut
Catford
(1965:73),
transposisi
adalah
suatu
prosedur
penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke BSa.
Catford lebih jauh menguraikan empat jenis transposisi yaitu:
2.4.1
Transposisi structure shift adalah pergeseran pada tataran struktur kata
dalam frasa atau klausa pada proses penerjemahan. Transposisi structure
shift, misalnya: dari frasa berstruktur diterangkan-menerangkan (DM)
menjadi frasa berstruktur menerangkan-diterangkan (MD) “Shifts from
MH (Modifier + Head) to MHQ (Modifier Head Qualifier) (Simanjuntak,
2011: 31).
Contoh:
BSu
BSa
The beautiful girl is my sister
M
D
Gadis yang cantik itu adalah adik saya
D
M
Pada kalimat BSu tersebut di atas, terdapat kata beautiful merupakan
adjektiva atau modifier yang menerangkan nomina girl pada BSu dan
kemudian bergeser strukturnya menjadi diterangkan-menerangkan (DM)
yaitu gadis yang cantik pada BSa. Kemudian menurut Catford transposisi
dari kalimat aktif menjadi pasif juga termasuk ke dalam transposisi
structure shift.
Universitas Sumatera Utara
Contoh aktif ke pasif
BSu:
All kinds of organisms try to produces offspring so that they can preserve
thier species
BSa:
Semua jenis organisme berusaha untuk menghasilkan keturunan sehingga
kelangsungan hidup jenis organisme dapat dipertahankan
Kata preserve yang pada BSu seharusnya diterjemahkan menjadi
„mempertahankan‟ dalam kalimat aktif. Namun pada BSa diterjemahkan
menjadi „dipertahankan‟ dalam kalimat pasif.
2.4.2
Transposisi class shifts adalah transposisi kelas kata tertentu pada BSu
bergeser menjadi jenis kata lain pada BSa (comprise shift from one part of
speech to another), misalnya dari nomina menjadi verba atau dari verba
menjadi nomina. Berikut ini merupakan contoh transposisi kelas kata:
b. Transposisi kelas kata dari adjektiva ke nomina:
BSu
BSa
At the time the wall of the uterus
pada saat yang sama terjadi
Becomes thicker
pula
penebalan
dinding
rahim
Pada contoh kalimat di atas, kata thicker pada BSu adalah termasuk
kelas adjektiva yang diterjemahkan menjadi penebalan ke dalam BSa
yang termasuk kelas kata nomina.
Universitas Sumatera Utara
c. Transposisi kelas kata dari verba menjadi nomina:
BSu:
Flowers that are pollinated by wind usually do not have petals
BSa:
Bunga yang penyerbukannya dibantu angin biasanya tidak memiliki
Mahkota bunga
Pada contoh kalimat tersebut di atas, kata pollinated pada BSu yang
berkelas kata verba diterjemahkan menjadi penyerbukannya yang
kelas katanya berubah menjadi nomina pada BSa. Transposisi
structure shift kelas bisa saja terjadi dari adjektiva ke nomina, verba
ke nomina atau pergeseran kelas lainya. Catford (1974:78)
menyatakan transposisi class shift dilakukan untuk mendapatkan
terjemahan yang sewajar mungkin.
Transposisi unit shift adalah Jenis transposisi dari kata ke frasa,
2.4.3
frasa ke klausa, tataran klausa ke kalimat atau dari tataran kalimat ke
wacana. Berikut merupakan contoh transposisi unit shift yaitu:
d.
Transposisi unit shift dari kata ke frasa
BSu:
The boys are playing football in yard
BSa:
Anak laki-laki tersebut sedang bermain sepak bola di halaman
Universitas Sumatera Utara
Pada contoh di atas, kata boys yang merupakan tataran kata pada BSu
mengalami pergeseran menjadi tataran frasa pada BSa yaitu “anak
laki-laki”.
Transposisi unit shift dari frasa ke klausa
e.
BSu
BSa
After watching TV
Setelah dia menonton buku
Pada contoh di atas, frasa after watching TV pada BSu mengalami
pergeseran menjadi klausa dalam BSa, yaitu setelah “dia menonton
tv”. Kalimat pada BSa tersebut terdapat subjek dia yang membentuk
tataran klausa karena terdiri dari subjek dan predikat.
Transposisi unit shift dari klausa ke kalimat
c.
BSu:
The brain proceses the impulse and sends message by motor neurons
to the hand, which eventually pick up the newspaper which is then
read
BSa:
Otak mengelolah impuls, kemudian mengirim melalui saraf motor ke
tangan, akhirnya, tangan mengambil koran yang kemudian dibaca.
Jadi, gerakan ini disebut gerak yang disadari
Pada contoh di atas, klausa which eventually pick up the newspaper
which is then read dalam BSu mengalami pergeseran menjadi kalimat
dalam BSa, yaitu tangan mengambil koran yang kemudian dibaca.
Jadi, gerakan ini disebut gerak yang disadari. Klausa dalam BSu
Universitas Sumatera Utara
tersebut merupakan klausa terikat karena terdapat kata which yang
menerangkan kata „tangan‟ dalam klausa bebas sebelumnya yaitu The
brain proceses the impulse and sends message by motor neurons to
the hand. Klausa terikat tersebut merupakan bentuk klausa adjektiva
di mana kata which menduduki posisi subjek dalam klausa tersebut.
Oleh karena itu, setelah bergabung akan terbentuk sebuah kalimat The
brain proceses the impulse and sends message by motor neurons to
the hand, which eventually pick up the newspaper which is then
read.
Transposisi unit shift pada tataran morfem
d.
BSu
BSa
Imbalance
tidak seimbang
Morfem im – pada imbalance dalam bahasa inggris mengalami
pergeseran menjadi tataran kata yaitu tidak, kalau digabungkan maka
memiliki arti tidak seimbang.
2.4.4
Transposisi intra-system shift banyak terjadi pada kasus-kasus yang
melibatkan sistem internal pembentukan bahasa dalam terjemahan.
Contohnya seperti pembentukan kata tunggal dan kata jamak. Tiap bahasa
memiliki bentuk tunggal dan jamak yang berbeda sesuai dengan aturan
yang berlaku dalam sebuah bahasa.
Universitas Sumatera Utara
Contoh:
BSu:
People have different perceptionabout her
BSa:
Orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai dia
Dari penjelasan tersebut di atas sangat jelas people yang menunjukan
jamak yang memiliki arti orang-orang diterjemahkan menjadi „orang‟
yang menunjukan tunggal.
2.5
Satuan Sintaksis
2.5.1 Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu.
Menurut Chaer (1994:208), kata terdiri dari dua jenis yaitu:
1) Kata penuh (fullword), yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna,
mempunyai kemungkinan mengalami proses morfologi, merupakan kelas
terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Yang
termasuk kata penuh adalah nomina, verba, adjektiva, kata keterangan, dan
kata yang menyatakan mengenai bilangan (numeralia) seperti: makan
(eat), sepatu (shoes), cantik (beautiful), sembilan (nine), dan lain-lain.
2) Kata tugas (function word), yaitu kata yang secara leksikal tidak
mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas
tertutup, dan tidak dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kategori ini adalah
preposisi (kata depan) da
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif.
Pendapat ini dikemukakan oleh Kridalaksana (2001:59). Contoh frasa dalam
bahasa Inggris misalnya playing soccer (bermain sepak bola), a beautiful house
(sebuah rumah yang baru), dan funny girl (perempuan yang lucu), dan lain-lain.
Frasa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi beberapa jenis, sesuai dengan
komponen-komponen penyusun dan fungsinya, yaitu:
1) Frasa nomina, digunakan sebagai nomina dan salah satu fungsinya dalam
kalimat adalah sebagai subjek.
Contoh:
BSu:
BSa:
She cooks the rice
Dia memasak nasi
2) Frasa adjektiva, digunakan sebagai adjektiva yang menerangkan nomina.
Contoh:
BSu:
BSa:
Green is my favorite color
Hijau adalah warna kesukaanku
3) Frasa adverbia, digunakan sebagai kata keterangan.
Contoh:
BSu:
BSa:
She speaks English very fluently.
Dia
berbicara
bahasa
Inggris
dengan sangat lancar
4) Frasa verba, dalam kalimat berfungsi sebagai predikat. Frasa ini dapat
berbentuk kelompok kata ataupun satu kata.
Universitas Sumatera Utara
Contoh:
BSa:
BSu:
My father and I smiled.
Ayah saya dan saya tersenyum
5) Frasa preposisi, dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan, ditandai dengan
hadirnya preposisi sebagai unsur pembentuk frasa.
Contoh:
BSu:
She stayed in the house last night
BSu:
Dia tinggal di rumah tadi malam
2.5.3 Klausa
Kridalaksana (2001:110) menyatakan bahwa klausa adalah satuan
gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan
predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Hal senada juga
disampaikan oleh Chaer (1994:231) dengan mengatakan bahwa klausa sebagai
satuan sintaksis yang berupa runtutan kata-kata berfungsi predikatif. Fungsi
subjek dan predikat merupakan fungsi yang harus ada dalam konstruksi klausa. Ia
juga mengemukakan bahwa klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal
karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klausa adalah kumpulan
kata-kata yang memiliki subjek dan predikat. Klausa dalam bahasa Inggris dibagi
menjadi dua, yaitu:
1.
Main clause, yaitu klausa yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat.
Contoh:
Universitas Sumatera Utara
2.
BSu:
BSa:
The girl eats
S
V
Anak perempuan tersebut makan
S
P
Subordinate clause, yaitu klausa yang hadir bersama main klausa untuk
mengungkapkan ide tambahan. Klausa ini tidak bisa berdiri sendiri.
Contoh:
BSu:
The girl who eats at the corner is my cousin
subordinate clause
main clause
BSa:
Anak perempuan yang makan diujung sana adalah saudara sepupu saya
anak kalimat
induk kalimat
2.5.4
Kalimat
Selanjutnya, Alwi, dkk (2000:311) mengatakan bahwa kalimat merupakan
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, memiliki pola intonasi final dan
secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Alwi, dkk. membagi kalimat
menjadi:
Universitas Sumatera Utara
1) Kalimat Tunggal
Menurut Alwi, dkk (2003:39) kalimat tunggal adalah kalimat yang proposinya
satu sehingga predikatnya pun satu.
Contoh Kalimat Tunggal
BSu:
BSa:
She cooks in the kitchen
dia memasak di dapur
Contoh kalimat non inti
BSu:
BSa:
I didn‟t eat meatball yesterday
Saya tidak makan bakso kemarin
2) Kalimat majemuk
Menurut Alwi, dkk ( 2003: 40), kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat
yang tidak dapat dijadikan satu kesatuan. Karena sifat itu, maka kalimat majemuk
selalu berwujud dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
a. Kalimat majemuk setara yaitu apabila kalimat itu menyatakan hubungan
koordinatif (sejajar/setara). Kalimat majemuk setara gabungan konjungsinya
adalah dan, atau, tetapi.
Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi dan, atau dan
tetapi.
BSu:
BSa:
She eats and drinks in the kichen
Dia makan dan minum di dapur
Universitas Sumatera Utara
Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi atau
BSu:
BSa:
He wants to go or stay in here
dia ingin pergi atau tinggal di sini
Contoh kalimat majemuk setara dengan menggunakan konjungsi tetapi
BSu:
BSa:
I tried to speak Spanish, but my
Saya mencoba berbicara bahasa
friend tried to speak English.
Spanyol, tetapi teman saya berusaha
berbicara bahasa Inggris
b. Kalimat majemuk bertingkat yaitu terdiri dari dua atau lebih subjek dan
predikat. Berdasarkan jenis anak kalimatnya, kalimat majemuk bertingkat
(KMB) dapat ditandai dengan kata keterangan waktu seperti: setelah, ketika,
waktu, saat, setelah, sebelum, sesudah, sehabis, sejak, selesai, tatkala,
sementara, seraya, selama, sampai.
Contoh kalimat majemuk bertingkat
BSu:
BSa:
We visited the museum before it closed
Kami mengunjungi musium sebelum
tutup
3) Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Jika klausa pada satu kalimat lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur
subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Jika tidak
lengkap, maka disebut kalimat minor.
Universitas Sumatera Utara
Contoh kalimat mayor:
BSu:
BSa:
I go to school every day
Saya pergi ke sekolah setiap hari
Contoh kalimat minor:
BSu:
BSa:
No smoking!
Jangan merokok!
4) Kalimat Verbal dan Kalimat Non–verbal
Kalimat verbal dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya
berupa verba atau frasa verba. Sedangkan kalimat non - verbal adalah kalimat
yang predikatnya bukan kata atau frasa verbal. Karena banyaknya tipe verba,
maka setiap bahasa mempunyai cara tersendiri untuk membentuk kalimat ini.
Dalam bahasa Inggris dikenal adanya kalimat transitif dan intransitif, yang
predikatnya berupa verba transitif atau intransitif.
Contoh kalimat verbal transitif:
BSu:
BSa:
He kicks the ball
Dia menendang bola
Contoh kalimat di atas merupakan kalimat transitif karena verba harus diikuti
objek.
Contoh kalimat verbal intransitif:
BSu:
BSa:
You sleep
Kamu tidur
Contoh kalimat di atas merupakan kalimat intransitif karena setelah verba tidak
diikuti objek.
Universitas Sumatera Utara
Contoh kalimat non-verbal/nominal:
BSu:
BSa:
My brother is clever
Abang saya pintar
Contoh di atas merupakan kalimat non-verbal atau kalimat nominal yang mana
predikat clever bukan kata kerja melainkan adjektiva.
3. Kalimat aktif
Hasan Alwi (1998:345) menyatakan bahwa kalimat aktif merupakan kalimat
yang verba-nya transitif. Karena verba yang digunakan adalah transitif, maka
paling tidak ada tiga unsur wajib di dalam kalimat, yakni subjek, predikat, dan
objek. Verba transitif bentuk aktif yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah
verba yang memakai prefiks me- dan ber-. Berikut ini adalah contoh
penggunaan kalimat pasif.
BSu:
BSa
She sang a song
Dia menyanyikan sebuah lagu
Hasan Alwi (2002:405) juga mengatakan bahwa kalimat aktif juga berawalan
ke-, namun akhirannya tidak „an‟. Apabila berakhiran „an‟ pada kata kerja
(verba) tersebut merupakan nomina bukan kata kerja. Contoh kalimatnya:
BSu:
BSa:
The man goes out
Lelaki itu keluar
Universitas Sumatera Utara
4. Kalimat pasif
Hasan Alwi (1998:345) menyatakan bahwa kalimat pasif merupakan kalimat
yang verba-nya memakai prefiks di- atau ter-. Sedangkan frase verba pasif
dalam bahasa Inggris diawali dengan tobe dan diikuti oleh verba bentuk ketiga
atau past participle, misalnya drunk, seen, dan watched atau disingkat tobe +
third form (past participle). Berikut merupakan contohnya:
BSu:
Modern biotechnology can be built up because there are new discoveries in
microbiology
BSa:
Bioteknologi modern dapat dikembangkan karena ada penemuan baru di
bidang mikrobiologi
2.6
Parameter Penerjemahan yang Berkualitas
Tidak semua hasil penerjemahan dapat berterima di masyarakat.
Kebanyakan hasil penerjemahan hanya mengutamakan kuantitas bukan kualitas
penerjemahan itu sendiri, (Nababan, et al. 2011: 44) penerjemahan yang
berkualitas harus memenuhi tiga aspek yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Keakuratan
Keakuratan merupakan istilah yang digunakan untuk menilai kualitas
penerjemahan dengan melakukan pengevaluasian penerjemahan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah teks BSu dan teks BSa sudah sepadan
atau belum (Hoed, 2006:52). Sementara itu, Machali (2000:110) menyatakan
bahwa untuk mencapai kesepadanan makna antara BSu dan BSa selain
melakukan transposisi penting juga dilihat dari aspek linguistik (struktur
gramatikal), semantik, dan pragmatik. Jadi, keakuratan tidak hanya dilihat dari
ketepatan pemilihan kata atau diksi, tetapi juga ketepatan gramatikal,
kesepadanan makna, dan pragmatik. Berikut merupakan instrumen penilaian
keakuratan terjemahan yang dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Instrumen Penilai Keakuratan Terjemahan
Kategori
Terjemahan
Skor
Parameter Kualitatif
Akurat
3
Kurang akurat
2
Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat
atau teks BSu dialihkan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran; sama sekali tidak terjadi distorsi
makna
Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa,
klausa, kalimat atau teks BSu sudah dialihkan
secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun,
masih terdapat distorsi makna atau terjemahan
makna ganda (taksa) atau ada makna yang
dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan.
Tidak Akurat
1
Makna kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat
atau teks BSu dialihkan secara tidak akurat ke
dalam bahasa sasaran atau dihilangkan (deleted).
Sumber: Nababan (2012: 50)
Universitas Sumatera Utara
2. Keberterimaan
Keberterimaan berarti sebuah hasil penerjemahan terasa alamiah dan tidak
kaku ketika dibaca. Keberterimaan dapat dicapai apabila suatu penerjemahan
sudah dialihkan sesuai dengan kaidah-kaidah, norma-norma dan budaya yang
berlaku ke dalam BSa. Hal ini menjadikan keberterimaan merupakan salah
satu faktor penting dalam proses penerjemahan. Walaupun sebuah hasil
penerjemahan telah akurat dari segi isi dan pesannya, namun apabila cara
pengungkapannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah, norma dan budaya BSa,
hasil penerjemahan belum dikategorikan berterima. Selain itu konsep
keberterimaan juga mengacu kepada menghindari penggunaan kata-kata yang
kurang lazim dibaca atau didengar oleh pembaca sasaran maka terjemahan
tersebut tidak memenuhi konsep keberterimaan suatu terjemahan. Berikut
merupakan instrumen penilaian keberterimaan terjemahan yang dapat dilihat
pada tabel 2.2
Tabel 2.2
Instrumen Penilai Keberterimaan Terjemahan
Kategori
Terjemahan
Skor
Parameter Kualitatif
Berterima
3
Kurang Berterima
2
Tidak Berterima
1
Terjemahan terasa alamiah; istilah teknis yang
digunakan lazim digunakan dan akrab bagi
pembaca; frasa, klausa dan kalimat yang digunakan
sudah sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia
Pada umumnya terjemahan sudah terasa alamiah;
namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah
teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal.
Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya
terjemahan; istilah teknis yang digunakan tidak
lazim digunakan dan tidak akrab bagi pembaca;
frasa, klausa dan kalimat yang digunakan tidak
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia
Sumber: Nababan (2012:51)
3. Keterbacaan
Keterbacaan dapat mengacu apakah teks BSa dapat dipahami dan dimengerti oleh
si pembaca. Nababan (1999:64:71) juga menambahkan bahwa ada beberapa faktor
lain yang dapat mempengaruhi keterbacaan teks terjemahan, antara lain; a)
penggunaan kata-kata baru, b) penggunaan kata asing atau daerah, c) penggunaan
kata taksa, d) penggunaan kalimat tidak lengkap, e) panjang rata-rata kalimat, f)
penggunaan kalimat kompleks, dan f) alur pikiran yang tidak runtut dan tidak
logis. Selain faktor-faktor tersebut, isi teks, rupa tulisan dan kemampuan pembaca
atau penerjemah juga berperan dalam menentukan tingkat keterbacaan teks.
Berikut merupakan instrumen penilaian keterbacaan terjemahan yang dapat dilihat
pada tabel 2.3
Tabel 2.3
Instrumen penilai Keterbacaan Terjemahan
Kategori
Terjemahan
Skor
Parameter Kualitatif
Tingkat
Keterbacaan
Tinggi
Tingkat
Keterbacaan
Sedang
3
Tingkat
Keterbacaan
Rendah
1
Kata, istilah teknis, frasa, klausa, kalimat atau teks
terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh
pembaca.
Pada umumnya terjemahan dapat dipahami oleh
pembaca; namun ada bagian tertentu yang harus
dibaca lebih dari satu kali untuk memahami
terjemahan.
Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca
2
Sumber: Nababan (2012:51)
Universitas Sumatera Utara
2.7
Penelitian Relevan
Penelitian-penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini adalah:
1.
Risnawaty (2011) dalam penelitiannya berjudul Pergeseran Makna
Tekstual dalam Terjemahan Teks Popular “See You at The Top”
membahas tentang analisis pergeseran makna tekstual yang terdapat dalam
sebuah buku teks dengan judul “See you at the Top” dan versi
terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan untuk
menganalisis makna tekstual terjemahan novel tersebut adalah teori
Halliday (1994, 2004) dan Hasan (1980) yang secara khusus menganalisis
hubungan tema-rema dan kohesi. Kemudian teori Larson (1984) dan
Zellermeyer (1987) secara khusus menganalisis pergeseran dalam
penerjemahan. Metode riset yang digunakan adalah metode kualitatif
deskriptif dengan mengadopsi usulan Miles dan Huberman (1994)
khususnya dalam tahapan dalam penganalisaan data. Aspek-aspek yang
dianalisis adalah pergeseran dalam bidang (1) kohesi gramatikal dan
bandingannya; (2) kohesi leksikal terutama yang berkaitan dengan (i)
sinonim; (ii) kolokasi; (iii) meronim; (iv) hyponim; (3) Transposisi, (4)
konjungsi‟ (5) rema-rema. Disamping itu, dampak dari pergeseran dalam
penerjemahan,
khususnya
ekivalensi,
perluasaan
medan
makna,
penyempitan makna, dan penilaian hasil penerjemahan. Terdapat 10
pergeseran makna tekstual, terutama sekali dalam (1) makna tunggal
dalam BSu menjadi makna tunggal juga dalam BT, (2) penggantian
pengulangan adjektiva dalam BSu dan BSa, (3) penggantian ellipsis, (4)
Universitas Sumatera Utara
penggantian substitusi, (5) penggantian refren dan penambahan (addition);
(6) penggantian dalam aspek kohesi meliputi (i) sinonim; (ii) antonim; (iii)
kolokasi; (iv) meronim, (v) hiponim, (vi) pergeseran transposisi; (8)
pergeseran struktural; (9) pergeseran konjungsi; dan (10) pergeseran dalam
tema-rema. Ada 3 faktor semantik, (3) faktor linguistik. Pergeseran dalam
perbedaan leksikon gramatikal dan ellipsis sekitar 367 dan dari
penambahan (addition) sekitar 712; dan substitusi sekitar 65.Sebagai
simpulan bahwa unsur-unsur penambahan lebih mendominasi pergeseran
makna tekstual.
Dari penjelasan di atas, penelitian Risnawaty memiliki persamaan dengan
penelitian ini karena membahas transposisi. Perbedaannya penelitian
Risnawaty menggunakan teori Halliday, sedangkan penelitian sipenulis
menggunakan teori Catford.
2
Nurhayuna (2013) dalam penelitiannya berjudul Teknik, Pergeseran dan
Tingkat Keterbacaan Terjemahan Buku Bilingual Kumpulan Cerita Kasih
Ibu I love You Mom. Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis
teknik penerjemahan, pergeseran dan keterbacaan pada terjemahan buku
bilingual cerita anak. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengindetifikasi
teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah, 2)
mengidentifikasi pergeseran yang terjadi pada terjemahan cerita anak, 3)
mengukur tingkat keterbacaan terjemahan, yang tujuannya untuk
membuktikan bahwa peranan terjemahan teks cerita anak terhadap media
belajar bahasa asing dapat dilihat dari keberhasilan suatu proses
Universitas Sumatera Utara
penerjemahan yang berdasarkan tujuan terjemahan sehingga hasilnya
merefleksikan kebutuhan orang yang memerlukannya. Metode penelitian
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif atas data
terpancang merujuk pada teori analisis data kualitatif Miles and Huberman
melalui tahap pengumpulan data, penyajian data, reduksi dan verifikasi
atau kesimpulan. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual
kumpulan cerita kasih ibu “I Love You Mom” dan untuk menilai tingkat
keterbacaan terjemahan buku bilingual cerita anak, penulis meminta 21
siswa yang duduk di kelas VIII sekolah menengah pertama. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan (8) teknik penerjemahan
yang digunakan berdasarkan teori Molina dan Albir, di antaranya adalah 1)
transposisi sebanyak 102 data (26,4%), 2) modulasi sebanyak 94 data
(24,4%), 3) kompensasi sebanyak 68 data (17,6%), 4) literal sebanyak 54
data (12%), 5) penghilangan sebanyak 29 data (7,5%), 6) penambahan
sebanyak 28 data (7,25%) ,7) borrowing sebanyak 10 data (2,6%). Dan
diklasifikasikan pada Peminjaman murni 3 data (0,77 %), peminjaman
alamiah sebanyak 7 data (1,8). 8) Kesepadanan Lazim 1 data (0,25).
Sementara transposisi yang terjadi dalam proses penerjemahan teks cerita
anak adalah 1) structure shift sebanyak 88 data (86,3%), 2) Unit shift
sebanyak 11 data (10,8%) dan Class shift sebanyak 3 data (2,9%). Dalam
proses analisis teknik dan pergeseran pada penelitian ini, diperoleh tingkat
keterbacaan tinggi sebanyak 369 data (95,5%) dan tingkat keterbacaan
rendah sebanyak 17 data (4,4%).
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Nurhayuna dengan penelitian
ini adalah pada penelitian ini juga membahas mengenai transposisi berupa
structure shift, unit shift, dan class shift seperti penjelasan sebelumnya.
Kemudian, Pada penelitian Nurhayuna menggunakan teori Molina dan
Albir, sedangkan penelitian ini menggunakan teori Catford.
3
Susilawati (2010) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi dan
Modulasi pada Terjemahan Petunjuk Pemakaian Produk – Produk
Oriflame. Penelitian ini mengindentifikasi bentuk transposisi dan modulasi
yang terdapat pada terjemahan petunjuk pemakaian produk-produk
Oriflame terhadap kualitas terjemahan dalam hal keakuratan dan
kebeterimaan. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa dari 172 data yang
diteliti terdapat 64% data yang dikategorikan sebagai transposisi akurat.
Dinilai dari sisi kebeterimaan, sebanyak 72,2% dinilai sebagai transposisi
berterima. Sementara itu hasil penelitian terhadap penilaian bentuk-bentuk
modulasi tercatat 62,8% data yang dinilai akurat dan hasil keberterimaan
bentuk modulasi adalah 78,5% data dikategorikan modulasi berterima.
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Susilawati dengan penelitian
ini adalah sama-sama penelitian ini membahas mengenai transposisi yang
mengacu pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat.
Perbedaan penelitian Susilawati dengan penelitian ini adalah penelitian ini
menggunakan teori Rochayah Machali sebagai pisau bedah dalam
penelitian tersebut, sedangkan penelitian ini menggunakan teori Catford.
Universitas Sumatera Utara
4
Munif
(2010)
dalam
penelitiannya
berjudul
Pergeseran
Dalam
Penerjemahan Klausa pasif Dari Novel The Lord Of The Rings : The
Return Of The King Karya JRR Tolkien oleh Gita Yuliani K. Penelitian ini
mendeskripsikan jenis-jenis transposisi dan mengetahui ketepatan
penerjemahan klausa pasif dari novel tersebut. Hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut; 1) bentuk-bentuk pergeseran dalam penerjemahan klausa
pasif meliputi; transposisi unit shift ada 12 data (14%), transposisi
structure shift ada 43 data (60%).
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Munif dengan penelitian ini
adalah penelitian berfokus pada transposisi yaitu yang spesifiknya pada
structure shift.
Perbedaan penelitian Munif dengan penelitian ini adalah di dalam
penelitian ini membahas transposisi tidak hanya mengacu pada transposisi
structure shift, tetapi juga membahas transposisi unit shift, class shift, dan
intra system shift.
5.
Akiriningsih (2012) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi
pada buku Buku Psychology of Tourism. Pada penelitian ini membahas
transposisi yang hanya berfokus kepada structure shift dan class shift.
Data pada penelitian ini terdiri dari 150 data, terdapat 123 (82%) data class
shift dan sisanya sebanyak 27 (18%) data unit shift. Dalam hal tingkat
keakuratan, diperoleh 126 data (84%) dengan kategori akurat, 22 data
(14,67%) dengan kategori kurang akurat, dan 2 data (1,33%) dengan
kategori tidak akurat. Tingkat keberterimaan, diperoleh 124 data (82,67%)
Universitas Sumatera Utara
dengan kategori berterima, 20 data (13,33%) dengan kategori kurang
berterima, dan 6 data (4%) dengan kategori tidak berterima, sedangkan
untuk tingkat keterbacaan diperoleh 145 data (96,67%) dengan kategori
keterbacaan tinggi dan sisanya 5 data (3,33%) dengan kategori
keterbacaan sedang.
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian ini dengan penelitian
sipenulis adalah keduanya berfokus pada transposisi yaitu structure shift,
class shift dan juga menggunakan teori yang sama yang dikemukakan oleh
Catford.
Perbedaan penelitian Akiriningsih dengan penelitian ini adalah penelitian
ini membahas 4 transposisi yang tidak hanya mengacu pada transposisi
structure shift, class shift, tetapi juga membahas transposisi unit shift, dan
intra system shift.
6.
Yuliana (2006) dalam penelitiannya berjudul Analisis Transposisi pada
terjemahan “Harry Potter dan Pangeran berdarah campuran”. Pada
penelitian ini membahas transposisi yaitu structure shift,class shift, unit
shift dan intra system shift. Transposisi pada penelitian ini mempunyai
peran yang sangat penting dalam penerjemahan karena bahasa sumber
sering kali mempunyai struktur yang berbeda dari struktur bahasa sasaran.
Dengan menggunakan transposisi, maka penerjemah bisa menyesuaikan
terjemahan dalam BSa dengan lebih luwes dan mudah untuk dibaca. Tanpa
menggunakan transposisi, suatu terjemahan akan terasa kaku dan bahkan
bisa tidak memiliki makna karena struktur yang tidak disesuaikan dengan
Universitas Sumatera Utara
bahasa sasaran akan sangat membingungkan bagi para pembacanya.
Tujuan penulisan thesis ini adalah untuk menjabarkan penggunaan
transposisi dalam proses penerjemahan khususnya dalam penerjemahan
novel Harry Potter and the Half-Blood Prince ke dalam bahasa Indonesia
dengan judul Harry Potter dan Pangeran Berdarah-Campuran. Dalam
penelitian ini ingin mengetahui kapan penerjemah harus menggunakan
transposisi dan kapan penerjemah tidak perlu menggunakan transposisi.
Adapun metode yang digunakan yaitu untuk mendapatkan data dengan
metode random dan purposive. Dari analisa yang dilakukan pada thesis ini
ada beberapa kesimpulan, antara lain: 1) Transposisi dilakukan karena
adanya perbedaan struktur bahasa. 2) Penerjemah melakukan transposisi
semata-mata untuk mendapatkan terjemahan yang se-natural mungkin. 3)
Dari 24 data, terdapat 9 data yang menggunakan transposisi intra system
shift, 3 data yang menggunakan transposisi structure shift, 6 data
menggunakan transposisi class shift, dan 19 data menggunakan transposisi
tingkatan (unit shift).
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Yuliana dengan penelitian
ini adalah pada penelitian ini sama-sama membahas transposisi yaitu
transposisi structure shift, class shift, unit shift, dan intra system shift.
Perbedaan penelitian Yuliana dengan penelitian ini adalah Yuliana
membahas kajian sastra novel sedangkan penelitian ini membahas buku
biologi.
Universitas Sumatera Utara
7.
Silalahi (2009) dalam penelitiannya berjudul Dampak Teknik, dan Ideologi
Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing
dalam Bahasa Indonesia. Pada penelitian Silalahi membahas kualitas
terjemahan pada buku teks medical surgical nursing yang didapatkan hasil
penelitiannya 338 (64,75%) diterjemahkan secara akurat, 136 (26,05%)
kurang akurat, dan 48 (9,20%) tidak akurat. Dari aspek keberterimaannya,
396 (75,86%) berterima, 91 (17,44%) kurang berterima dan 35 (6,70%)
tidak berterima. Sementara itu, 493 (96,29%) data sasaran mempunyai
tingkat keterbacaan tinggi dan 19 (3,71%) mempunyai tingkat keterbacaan
sedang.
Dari penjelasan di atas, persamaan penelitian Silalahi dengan penelitian ini
adalah penulis sama-sama mengadopsi instrumen kualitas terjemahan yang
mencakup keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan.
Perbedaan penelitian Silalahi dengan penelitian ini adalah pada penelitian
ini tidak membahas teknik dan ideologi terjemahan.
Universitas Sumatera Utara