Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori

2.1.1

Teori Atribusi
Heider (1958) menyatakan bahwa teori atribusi merupakan teori yang

menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif
tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang
menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan
ditentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter, sikap, ataupun eksternal
misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh
terhadap perilaku individu. Teori atribusi dijelaskan bahwa terdapat perilaku yang
berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu, maka dapat dikatakan
bahwa hanya melihat perilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik
orang tersebut serta dapat juga memprediksi perilaku seseorang dalam

menghadapi situasi tertentu.
Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu
penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan
suatu faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas.
Disamping itu, etika pemeriksa juga akan mampu memperlemah dan
kemungkinan juga mampu memperkuat pengaruh faktor internal tersebut. Apabila
sikap auditor sesuai dengan etika profesi yang berlaku, maka kualitas hasil audit
yang dilakukan semakin baik. Sedangkan apabila sikap auditor tidak sesuai etika
profesi yang berlaku, maka dikhawatirkan terjadi penyimpangan yang tidak

Universitas Sumatera Utara

bertanggung jawab berakibat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
auditor pemerintah.
Dengan demikian, teori atribusi menjelaskan bahwa manusia itu rasional
dan didorong untuk mengidentifikasi dan memahami struktur penyebab dari
lingkungan mereka berada. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori
atribusi karena teori ini dapat menjelaskan faktor internal pemeriksa khusunya
karakteristik personal yaitu indepensi, pengalaman kerja dan pengetahuan yang
berpengaruh terhadap kinerja auditor.

2.1.2

Teori Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan prilaku yang relatif permanen,

terjadi sebagai hasil pengalaman (Robbins, 2004). Perubahan perilaku
menunjukkan bahwa pembelajaran telah terjadi dalam cara tertentu. Pembelajaran
terjadi ketika seorang individu berprilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil
dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berprilaku
sebelumnya. Pengalaman bisa didapat secara langsung melalui pengamatan,
latihan, ataupun bisa didapatkan secara tidak langsung.
Teori pembelajaran (learning theory) juga menguraikan bahwa seseorang
dapat belajar dengan mengamati apa yang terjadi pada individu lain dan hanya
dengan diberi tahu mengenai sesuatu, seperti belajar dari pengalaman langsung.
Teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan atau
pelatihan dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran. Teori pembelajaran ini
sangat relevan untuk menjelaskan perubahan perilaku etika pemeriksa yang
mampu mempengaruhi hubungan dari tingkat pendidikan dan pendidikan

Universitas Sumatera Utara


berkelanjutan yang dimiliki oleh auditor dalam melaksanakan pemeriksaan
terhadap kinerja auditor yang dihasilkan.
2.1.3

Kinerja Auditor

Marsdiasmo (2009) pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk
memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan
untuk membantu perbaikan kinerja pemerintah yang berfokus kepada tujuan dan
sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan publik.
Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumberdaya
dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan
untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.
Terselenggaranya pemerintah yang baik dan bersih dilingkungan birokrasi
tentunya tidak terlepas dari komitmen yang bertanggung jawab disemua lapisan
tatanan birokrat, baik dimulai dari lapisan paling bawah maupun di tingkat
pimpinan yang tinggi akan fungsinya sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat

mau bersama – sama membangun prilaku yang dapat memberikan kenyamanan
dan pelayanan yang baik kepada publik, terselanggaranaya pelayanan publik
kepada masyarakat (publik servat) yang prima, tentunya tidak terlepas dari
tanggungjawab para penyelenggaraan pemerintah yang penuh kesadaran telah
melakukan efisiensi dalam segala bentuk kegiatan, terutama dalam penghemat di
bidang anggaran kerja, sehingga diharapkan akan memberikan manfaat dan
keuntungan sosial bagi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Lamatenggo (2009) Pengawasan yang dilaksanakan Aparat Pengawas
Intern Pemerintah diharapkan dapat memberikan masukan kepada pimpinan
penyelenggara pemerintahan mengenai hasil, hambatan, dan penyimpangan yang
terjadi atas jalannya pemerintahan dan pembangunan yang menjadi tanggung
jawab para pimpinan penyelenggara pemerintahan yang berdampak pada kinerja
Instansi Pemerintah, sehingga terpenuhinya pencapaian kinerja dari sasaran
pemeriksaan/pengawasan yang sesuai dengan target yang dapat dikategorikan
baik merupakan suatu hal yang diharapkan bersama.
Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 tahun 1999 tentang
Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan kepada setiap

instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintah negara untuk
mempertanggung-jawabkan pelaksa-naan tugas pokok dan fungsinya serta
kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan
strategik yang ditetapkan oleh masing-masing instansi. Pertanggungjawaban yang
dimaksud berupa laporan yang disampaikan kepada atasan masing-masing
lembaga pengawasan

dan penilaian akuntabilitas,

yang pada

akhirnya

disampaikan kepada Presiden selaku kepala pemerintahan.
Lebih lanjut Mulyono (2009) menjelaskan, Kinerja Aparat Pengawas
Intern Pemerintah merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output)
individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh
kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta
keinginan untuk berprestasi lebih baik.
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia bahwa Komite Standar

Audit bertugas untuk merumuskan dan mengembangkan standar audit. Standar

Universitas Sumatera Utara

Audit dimaksudkan agar pelaksanaan audit intern berkualitas, sehingga siapapun
auditor yang melaksanakan audit intern diharapkan menghasilkan suatu mutu
hasil audit intern yang sama ketika Auditor tersebut melaksanakan penugasan
sesuai dengan Standar Audit yang bersangkutan. Peran Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti
kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan yang dapat
menciptakan nilai tambah pada produk atau layanan instansi pemerintah. Kinerja
APIP menggunakan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia tanggal 27
Agustus 2013 tentang Standar Audit berfungsi sebagai ukuran mutu minimal bagi
para auditor dan pimpinan APIP dalam:
a. Pelaksanaan tugas dan fungsi yang dapat merepresentasikan praktikpraktik audit intern yang seharusnya, menyediakan kerangka kerja
pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit intern yang memiliki nilai
tambah, serta menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit intern;
b. Pelaksanaan koordinasi audit intern oleh pimpinan APIP;
c. Pelaksanaan perencanaan audit intern oleh pimpinan APIP; dan
d. Penilaian efektivitas tindak lanjut hasil audit intern dan konsistensi

penyajian laporan hasil audit intern.
Kinerja Auditor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja
berdasarkan

kepatuhan

dalam

menjalankan

prosedur

pengawasan

dan

pemeriksaan sesuai dengan yang telah diatur dalam Standar Audit Intern
Pemerintah Indonesia tanggal 27 Agustus 2013.
2.1.4


Tingkat Pendidikan
Menurut Dwiyogi (2008) Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha

sadar untuk membekali individu dengan pengalaman dan keterampilan sehingga
individu tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Batubara (2008)

Universitas Sumatera Utara

menyatakan bahwa latar belakang pendidikan pemeriksa sangat berguna dalam proses
pemeriksaan dan pengawasan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah. Berdasarkan
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Pasal 1 Butir 6 menyatakan
bahwa:
“Aparat Pengawas Internal Pemerintah adalah unit organisasi di lingkungan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Kementerian Negara, Lembaga Negara dan
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan
pengawasan dalam lingkup kewenangannya”.
Apabila dikaitkan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pengawas
intern, bahwa semua syarat-syarat profesionalisme dituruti. Hal ini ditegaskan oleh
Sawyer (2005) dalam Albar (2009) bahwa seorang auditor harus mempunyai

kualifikasi sebagai berikut :
1. Mempunyai kesanggupan teknis dan pendidikan memadai di bidang auditing.
2. Mempunyai kemampuan di bidang hubungan antar manusia.
3. Jujur, independen, obyektif, tegas, dan bertanggung jawab, berani serta
bijaksana.
Menurut Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia tanggal 27 Agustus

2013 poin 2011 tentang latar belakang pendidikan auditor adalah harus
mempunyai tingkat pendidikan formal yang diperlukan, untuk itu diperlukan
pengembangan teknik dan metodologi pemeriksaan melalui pelatihan, serta aturan
tentang pendidikan dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik
guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani
oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah. Agar tercipta kinerja audit yang baik
maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari kualifikasi pendidikan formal

Universitas Sumatera Utara

auditor yang diperlukan untuk penugasan audit intern sehingga sesuai dengan situasi
dan kondisi audit. Jadi, latar belakang pendidikan mempunyai peran yang sangat
penting dalam proses pemeriksaaan oleh Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera

Utara.

2.1.5

Pendidikan Berkelanjutan
Dalam peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor

01 Tahun2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara mengenai
Pernyataan Standar Pemeriksaan: 01 Standar Umum diuraikan mengenai
Persyaratan Pendidikan Berkelanjutan.
“06 Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut Standar Pemeriksaan
harus memelihara kompetensinya melalui pendidikan profesional
berkelanjutan. Oleh karena itu, setiap pemeriksaan yang melaksanakan
pemeriksaan menurut Standar Pemeriksaan, setiap 2 tahun harus
menyelesaikan paling tidak 80 jam pendidikan yang secara langsung
meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa untuk melaksanakan
pemeriksaan. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam
hal yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara di lingkungan pemerintah atau lingkungan
yang khusus dan unik dimana entitas yang diperiksa beroperasi. Sedikitnya 20

jam dari 80 jam tersebut harus diselesaikan dalam 1 tahun dari periode 2
tahun.
07 Organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
pemeriksa memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan tersebut dan harus
menyelenggarakan dokumentasi tentang pendidikan yang sudah diselesaikan.
08 Pendidikan profesional berkelanjutan dimaksud dapat mencakup topik,
seperti: perkembangan muktahir dalam metodologi dan standar pemeriksaan,
prinsip akuntansi, penilaian atas pengendalian intern, prinsip manajemen atau
supervisi, pemeriksaan atas sistem informasi, sampling pemeriksaan, analisis
laporan keuangan, manajemen keuangan, statistik, disain evaluasi, dan analisis
data. Pendidikan dimaksud dapat juga mencakup topik tentang pekerjaan
pemeriksaan di lapangan, seperti administrasi Negara, struktur dan kebijakan
pemerintah, teknik industry, keuangan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan
teknologi informasi.
09 Tenaga ahli intern dan ekstern yang membantu pelaksanaan tugas
pemeriksaan menurut Standar Pemeriksaan harus memiliki kualifikasi atau
sertifikasi yang diperlukan dan berkewajiban untuk memelihara kompetensi
professional dalam bidang keahlian mereka, tetapi tidak diharuskan untuk
memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan diatas. Akan tetapi,
pemeriksaan yang menggunakan hasil pekerjaan tenaga ahli intern dan ekstern

Universitas Sumatera Utara

harus yakin bahwa tenaga ahli tersebut memenuhi kualifikasi dalam bidang
keahlian mereka dan harus mendokumentasikan keyakinan tersebut.”
Menurut Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia tanggal 27 Agustus
2013 poin 2013 tentang sertifikasi jabatan serta pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, adalah pemeriksa harus mempunyai sertifikasi Jabatan Fungsional
Auditor (JFA). Auditor wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi
Jabatan Fungsional Auditor (JFA) yang sesuai dengan jenjangnya dan/atau
sertifikasi lain di bidang pengawasan intern pemerintah. Pimpinan APIP wajib
memfasilitasi auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian
sertifikasi sesuai dengan ketentuan. Dalam pengusulan auditor untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan jenjangnya, pimpinan APIP mendasarkan
keputusannya pada formasi yang dibutuhkan dan persyaratan administrasi lainnya
seperti kepangkatan dan pengumpulan angka kredit yang dimilikinya.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun
2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan, Setiap
pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan menurut standar pemeriksaan, setiap
2 (dua) tahun harus menyelesaikan paling tidak 80 (Delapan puluh) jam
pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa
untuk melaksanakan pemeriksaan. Sedikitnya 24 (dua puluh empat) jam dari 80
(delapan puluh) jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang berhubungan
langsung dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara di lingkungan pemerintah atau lingkungan yang khusus dan unik dimana
entitas yang diperiksa beroperasi. Sedikitnya 20 (dua puluh) jam dari 80 (delapan
puluh) jam tersebut harus diselesaikan dalam 1 (satu) tahun dari 2 (dua) periode 2
(dua) tahun.

Universitas Sumatera Utara

Pendidikan

profesional

berkelanjutan

yaitu

mencakup

seperti:

Perkembangan mutakhir dalam metodologi dan standar pemeriksaan, prinsip
akuntansi, penilaian akuntansi, penilaian atas pengendalian intern, prinsip
manajemen atau supervisi, pemeriksaan atas sistem informasi, sampling
pemeriksaan, analisis laporan keuangan, manajemen keuangan, statistik disain
evaluasi, dan analisis data. Pendidikan ini juga mencakup topik tentang pekerjaan
pemeriksaan di lapangan, seperti administrasi negara, struktur dan
pemerintah, teknik

kebijakan

industri,keuangan,ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan teknologi

informasi.
Menurut Mulyono (2009) sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan yang baik/tinggi akan meningkatkan kinerja Inspektorat, demikian
sebaliknya bila sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
rendah/buruk maka kinerja Inspektorat akan rendah/buruk. Pengaruh ini
menunjukkan bahwa sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja Inspektorat.
2.1.6

Independensi
Auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak

dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun. Aren dkk
(2008) menyatakan nilai auditing sangat tergantung pada persepsi publik atas
independensi auditor. Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang
yang tidak bias. Auditor tidak hanya independen dalam fakta (independence in
fact) tetapi juga independen dalam penampilan (independence in appearance).
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun
2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan dalam semua hal

Universitas Sumatera Utara

yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental danpenampilan dari gangguan pribadi,
ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”.
Independen merupakan kebebasan seorang auditor dari ketergantungan
atau pengaruh atau kontrol dari orang lain, organisasi ataupun pemerintah
(INTOSAI). Independen berarti auditor tidak mudah dipengaruhi. Auditor tidak
dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Standar Auditing Seksi 220.1 (SPAP,
2011) menyebutkan bahwa independen bagi seorang akuntan publik artinya tidak
mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Oleh karena itu ia tidak dibenarkan memihak kepada siapapun, sebab
bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang dimilikinya, ia akan kehilangan
sikap tidak memihak yang justru sangat diperlukan untuk mempertahankan
kebebasan pendapatnya. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain
(Mulyadi, 2002).
Menurut Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia tanggal 27 Agustus
2013 poin 1100 tentang Independensi, adalah Independensi APIP dan kegiatan
audit serta objektivitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil audit meningkat.
Independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan
aktivitas audit intern untuk melaksanakan tanggung jawab audit intern secara
objektif. Untuk mencapai tingkat independensi yang diperlukan dalam
melaksanakan tanggung jawab aktivitas audit intern secara efektif, pimpinan APIP
memiliki akses langsung dan tak terbatas kepada atasan pimpinan APIP. Ancaman
terhadap independensi harus dikelola pada tingkat individu auditor, penugasan

Universitas Sumatera Utara

audit intern, fungsional, dan organisasi. Tidak mudah menjaga tingkat
independensi agar tetap sesuai dengan jalur yang seharusnya (Alim dkk, 2007)
karena kerjasama dengan klien yang terlalu lama dapat menimbulkan kerawanan
atas independensi yang dimiliki oleh auditor. Belum lagi berbagai fasilitas yang
disediakan klien selama penugasan audit untuk auditor. Bukan tidak mungkin,
auditor menjadi mudah dikendalikan klien karena auditor berada dalam posisi
yang dilematis.
Jika auditor kehilangan independensinya, maka laporan audit yang
dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan (Supriyono, 1988). Oleh sebab
itu, independensi diperlukan agar auditor dapat mengemukakan kondisi yang
sebenarnya dari hasil pemeriksaan perusahaan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hasil audit.
2.1.7

Pengalaman
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan yang baik di

lingkungan pemerintah daerah, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
harus memiliki kualitas sumber daya manusia yang didukung pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dalam praktik pemeriksaan serta pelatihan teknis
yang cukup tentang tehnik dan etika sebagai aparat pengawas internal pemerintah.
Keahlian aparat pengawas terbentuk karena pengalaman kerja dan pengetahuan
aparat pengawas.
Disamping itu pengalaman kerja juga akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Semakin banyak
pengalaman yang aparat pengawas dapati maka akan semakin tinggi pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

mereka tentang bidang tersebut. Pengaruh pengalaman terhadap pengetahuan
sangatlah penting diperlukan dalam rangka kewajiban aparat pengawas terhadap
tugasnya untuk memenuhi standar umum audit. (Batubara, 2009). Effendi (2011)
mendefinisikan pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta
keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja,
dari tingkat pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya.
Batubara (2008) pengalaman akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Semakin banyak pengalaman yang Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah dapati maka akan semakin tinggi pengetahuan
mereka tentang bidang tersebut. Pengaruh pengalaman terhadap pengetahuan
sangatlah penting diperlukan dalam rangka kewajiban aparat pengawas terhadap
tugasnya untuk memenuhi standar umum audit. Tubbs (1992) dalam Mayangsari
(2000) mengatakan bahwa auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan
diantaranya dalam hal: 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan secara
akurat, dan 3) mencari penyebab kesalahan, Melalui keunggulan tersebut akan
bermanfaat bagi klien untuk melakukan perbaikan-perbaikan, dengan demikian
akan memberi kepuasan bagi auditan.
Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang
dilakukan

secara

berulang-ulang

memberikan

peluang

untuk

belajar

melakukannya dengan yang terbaik. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan
jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang
yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik.
Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan keterampilan kerja yang cukup

Universitas Sumatera Utara

namun sebaliknya, keterbatasan pengalaman mengakibatkan tingkat keterampilan
dan keahlian yang dimiliki semakin rendah.
Pengalaman merupakan cara pembelajaran yang baik bagi auditor internal
untuk menjadikan auditor kaya akan teknik audit. Mulyadi (2009 : 9) menjelaskan
secara umum “pengertian audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
diterapkan, secara penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan”.
2.1.8

Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang

diketahui berkenaan dengan hal mata pelajaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2002). Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena
dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan
(pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui
berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah
dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard, 1987) dalam
(Harhinto, 2004:35).
Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan
bertambahnya pengalaman bekerja. Standar Akuntansi Pemerintahan butir 5.20
menyatakan “Standar auditing yang diterbitkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mengharuskan: Auditor harus
memiliki pengetauan yang cukup mengenai sistem pengendalian interen untuk

Universitas Sumatera Utara

merencanakan audit dan menentukan sifat, waktu dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan”. Auditor juga harus memenuhi persyaratan keahlian staf dalam
melaksanakan audit yang meliputi:
a. Pengetahuan tentang metode dan teknik yang berlaku dalam audit
pemerintahan, serta pendidikan ketrampilan dan pengalaman untuk
menerapkan pengetahuan tersebut dalam audit yang dilaksanakan.
b. Pengetahuan tentang organisasi program, kegiatan dan fungsi di bidang
pemerintahan.
c. Keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik secara lisan
maupun tulisan.
d. Keterampilan yang memadai untuk pekerjaan audit yang dilaksanakan,
yaitu persyaratan keahlian untuk pelaksanaan audit keuangan dengan
tujuan untuk menyampaikan opini, adalah akuntan terdaftar yang memiliki
keahlian yang memadai tentang standar audit pemerintahan.
Lebih lanjut pula dapat dikatakan bahwa dalam rangka pencapaian
keahlian, seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam
bidang audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas
dan ditambah melalui pelatihan dan pengalaman dalam praktek audit.
STAN-STAR (2007:58) menyatakan bahwa:
“Persyaratan kualitas baik mengenai kemampuan teknis maupun analisis
tidak bisa dikompromikan. Profesi telah menetapkan standar yang tinggi
bagi siapapun yang ingin menjadi auditor internal. Tidak ada tawar
menawar berkaitan dengan kualitas yang telah distandarkan. Lebih baik
memiliki beberapa staf audit yang terbatas, namun kompeten daripada
memiliki staf audit yang banyak tetapi kualitas auditor-auditor tersebut di
bawah persyaratan teknis dan analisis yang memadai. Oleh karena itu,
adalah kewajiban dari pimpinan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah
untuk menetapkan atribut-atribut pengetahuan, kemampuan teknis dan
analisis, serta karakter kualitas pada pemilihan dan pengembangan staf di
lingkungan inspektorat daerahnya”.
Di samping persyaratan kemampuan teknis yang harus dimiliki, seorang
auditor juga harus memiliki kemampuan analisis sebagai dasar untuk mengambil
judgment dalam penugasan audit. Tidak seperti kemampuan teknis yang dapat
ditingkatkan terus melalui pendidikan dan pelatihan di bidang audit dan
pengetahuan yang dikuasainya, maka kemampuan teknis umumnya diperoleh

Universitas Sumatera Utara

auditor berdasarkan pengalaman di lapangan dalam penugasan audit yang
dilakukan. Kualitas dari analisisnya bukan ditentukan dari lamanya menjadi
auditor, melainkan kemampuannya untuk memahami dan mengambil makna dari
permasalahan-permasalahan yang berhasil dicarikan solusi terbaiknya.
Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak
mempunyai pengetahuan cukup dalam menjalankan tugasnya.
2.1.9

Motivasi Auditor
Motivasi adalah adanya tuntutan atau dorongan terhadap pemenuhan

kebutuhan individu dan tuntutan atau dorongan yang berasal dari lingkungan,
kemudian diimplementasikan dalam bentuk prilaku. Menurut Manahan (2004)
dalam Ensiklopedia Administrasi Motivasi adalah dorongan mental terhadap
perorangan atau orang – orang sebagai anggota kelompok dalam menanggapi
suatu peristiwa dalam masyarakat. Jewel dan Marc (1998), motivasi mengacu
kepada jumlah kekuatan yang menghasilkan, mengarahkan dan mempertahankan
usaha dalam perilaku tertentu. Sedangkan Robbins (2004), menyatakan motivasi
adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan
organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi
beberapa kebutuhan individual. Kebutuhan adalah suatu keadaan internal yang
menyebabkan hasil tertentu tampak menarik.
Pemberian

rangsangan

motivasi

kepada

bawahan

dapat

dikelompokkan sebagai berikut (Heidjrahman, 1994) :
a. Motivasi tidak langsung : Merupakan kegiatan manajemen yang secara
implisit mengarahkan kepada upaya memenuhi motivasi internal serta
kepuasan kebutuhan individu dalam organisasi.
b. Motivasi langsung : Merupakan pengaruh kemauan karyawan yang secara

Universitas Sumatera Utara

langsung atau sengaja diarahkan kepada internal motif karyawan dengan jelas
memberikan rangsangan yang lebih rendah.
c. Motivasi negatif : Merupakan macam kegiatan yang disertai ancaman dan
hukuman terhadap karyawan yang tidak mau atau tidak mampu melaksanakan
perintah yang diberikan.
d. Motivasi positif : Merupakan kegiatan dalam mempengaruhi orang lain
dengan cara memberikan penambahan kepuasan tertentu misalnya
memberikan promosi, memberikan insentif dan kondisi kerja yang lebih baik
dan sebagainya.
Gibson et. al (1993 : 94) mengutarakan bahwa motivasi adalah suatu
konsep yang kita gunakan jika kita menguraikan kekuatan – kekuatan yang
bekerja terhadap atau di dalam diri individu untuk memulai dan mengarahkan
perilaku. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok
orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Meskipun bukan
satu – satunya determinan tetapi motivasi dapat dikatakan sebagai determinan
yang penting bagi prestasi seorang individu. Komitmen professional akan
mengarahkan pada motivasi kerja secara profesional juga. Seorang profesional
yang secara konsisten dapat bekerja secara profesional dan dari upayanya tersebut
mendapatkan penghargaan yang sesuai, tentunya akan mendapatkan kepuasan
kerja dalam dirinya. Oleh karena itu, motivasi tidak dapat dipisahkan dengan
kepuasan kerja yang seringkali merupakan harapan seseorang (Trisnaningsih :
2004).
2.2

Review Peneliti Terdahulu
Penelitian oleh Slamet, A. (2009) tentang Pengaruh pengalaman dan

pendidikan terhadap Kinerja Aparat pengawas fungsional Wilayah IV di

Universitas Sumatera Utara

lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen Pekerjaan Umum. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan variabel pengalaman dan pendidikan secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pengawas fungsional. Pengalaman
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja aparat inspektorat,
sampai tingkat mana seseorang berhasil pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif
dan beranggapan bahwa kinerja merupakan hal yang penting dan berkaitan
dengan harga dirinya, oleh karena itu pengalaman merupakan faktor penting yang
dapat mempengaruhi kinerja.
Penelitian oleh Gede Bandar Wira Putra dan Dodik Ariyanto (2012)
tentang Pengaruh independensi, profesionalisme, struktur audit, dan role stress
terhadap kinerja auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Bali. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan variabel independensi dan struktur audit secara signifikan
berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, variabel konflik peran secara
signifikan

berpengaruh

negatif

terhadap

kinerja

auditor,

sedangkan

profesionalisme dan ketidakjelasan peran tidak terbukti berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja auditor.
Penelitian oleh Komang, Nyoman Trisna, dan Ni Kadek (2015) tentang
Pengaruh indepedensi, komitmen profesi, dan etika profesi terhadap kinerja
auditor eksternal (studi kasus pada BPK RI Perwakilan Provinsi Bali).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang
berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja auditor Perwakilan BPK Provinsi
Bali adalah variabel indepedensi, komitmen profesi, dan etika profesi. Hal ini
berarti indepedensi yang tepat akan membantu auditor BPK dalam menilai dan
mencapai hasil pemeriksaan sesuai standar. Komitmen profesi terbukti

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja auditor Perwakilan BPK Provinsi
Bali. Komitmen profesi yang tinggi akan membuat auditor BPK dapat dipercaya
dan diandalkan untuk melaksanakan pekerjannya, sehingga dapat berjalan dengan
lancar dan mendatangkan hasil yang diharapkan. Etika profesi terbukti
berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja auditor Perwakilan BPK Provinsi
Bali.
Penelitian oleh Zulkifli Albar (2009) tentang Pengaruh Tingkat
Pendidikan, Pendidikan Berkelanjutan, Komitmen Organisasi, Sistem Reward,
Pengalaman dan Motivasi terhadap Kinerja Auditor Inspektorat Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan, pendidikan
berkelanjutan, komitmen organisasi, sistem reward, pengalaman, dan motivasi
berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap kinerja auditor. Dan
dengan pengalaman yang cukup dimilikinya akan lebih mampu dan cepat dalam
melakukan langkah-langkah audit untuk mencari setiap hal atau permasalahan
yang ada.
Penelitian oleh Anton Panjaitan dan Bambang Jatmiko (2014) tentang
Pengaruh motivasi, stress, dan rekan kerja terhadap kinerja auditor (studi empiris
pada KAP di DKI Jakarta). Hasil penelitian diketahui bahwa ada dua variabel
yang signifikan pengaruhnya terhadap kinerja auditor yaitu motivasi dan stres
sedangkan rekan kerja pengaruhnya tidak signifikan. Pengaruh stres dalam
meningkatkan kinerja seorang auditor berpengaruh negatif, artinya peningkatan
terhadap kinerja tidak perlu dengan tekanan atau memberikan beban yang
terlampau berat. Dengan kata lain, stres yang meningkat berakibat pada kinerja

Universitas Sumatera Utara

yang menurun. Sedangkan motivasi dan rekan kerja diketahui memiliki
kecenderungan besar dalam peningkatan kinerja auditor yaitu berpengaruh positif.
Penelitian oleh Nyoman Ari Surya Dharmawan (2014) tentang Pengaruh
tingkat

pendidikan dan pengalaman pemeriksa terhadap kualitas hasil

pemeriksaan (studi empiris pada Kantor Inspektorat Kabupaten Klungkung dan
Karangasem). Hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan berpengaruh
signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini berarti seorang audior yang
memiliki wawasan yang luas, tingkat pendidikan yang tinggi, serta ilmu dan
pelatihan yang dimiliki selama menjadi auditor merupakan dasar yang digunakan
dalam melakukan audit serta menjaga kualitas hasil pemeriksaan dengan baik.
Pengalaman pemeriksaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil
pemeriksaan. Hal ini berarti semakin banyak auditor melakukan tugas atau
pekerjaan maka semakin baik bagi auditor untuk meningkatkan kualitas hasil
pemeriksaan.
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu
NO
1

2

Nama
Peneliti
Slamet A
(2009)

Gede Bandar
Wira Putra
dan Dodik
Ariyanto
(2012)

Judul Penelitian

Variabel

Pengaruh Pengalaman
dan Pendidikan Terhadap
Kinerja Aparat pengawas
fungsional wilayah IV di
lingkungan Inspektorat
Jendral Departemen
Pekerjaan Umum

Variabel Independen:
Pengalaman (X1), dan
Pendidikan (X2).

Pengaruh independensi,
profesionalisme, struktur
audit, dan role stress
terhadap kinerja auditor
BPK RI Perwakilan
Provinsi Bali

Hasil Penelitian

Variabel Dependen:
Kinerja aparat
pengawas fungsional
(Y)
Variabel Independen:
Independensi (X1),
Profesionalisme (X2),
Struktur audit (X3),
dan role stress (X4)
Variabel Dependen:
Kinerja Auditor (Y)

Pengalaman dan
Pendidikan secara
signifikan
berpengaruh
terhadap kinerja
aparat pengawas
fungsional.
Independensi dan
struktur audit secara
signifikan
berpengaruh positif
terhadap kinerja
auditor, sedangkan
profesionalisme dan
ketidakjelasan peran
tidak terbukti
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kinerja auditor.

Universitas Sumatera Utara

3

4

Komang,
Nyoman
Trisna, dan Ni
Kadek (2015)

Zulkifli Albar
(2009)

Pengaruh indepedensi,
komitmen profesi, dan
etika profesi terhadap
kinerja auditor eksternal
(studi kasus pada BPK
RI Perwakilan Provinsi
Bali)

Variabel Independen:
Independensi (X1),
Komitmen profesi
(X2), dan Etika
profesi (X3)

Pengaruh Tingkat
Pendidikan, Pendidikan
Berkelanjutan,
Komitmen Organisasi,
Sistem Reward,
Pengalaman dan
Motivasi Terhadap
Kinerja Auditor
Inspektorat Sumatera
Utara

Variabel Independen:
Pendidikan (X1),
Pendidikan
Berkelanjutan(X2),
Komitmen
Organisasi(X3),
Sistem Reward (X4),
Pengalaman (X5), dan
Motivasi (X6).

Variabel Dependen:
Kinerja Auditor (Y)

Variabel Dependen:
Kinerja Auditor (Y)
5

Anton
Panjaitan dan
Bambang
Jatmiko
(2014)

Pengaruh motivasi,
stress, dan rekan kerja
terhadap kinerja auditor
(studi empiris pada KAP
di DKI Jakarta)

Variabel Independen:
Motivasi (X1), Stress
(X2), dan Rekan kerja
(X3)
Variabel Dependen:
Kinerja Auditor (Y)

6

Nyoman Ari
Surya
Dharmawan
(2014)

Pengaruh tingkat
pendidikan dan
pengalaman pemeriksa
terhadap kualitas hasil
pemeriksaan (studi
empiris pada Kantor
Inspektorat Kabupaten
Klungkung dan
Karangasem)

Variabel Independen:
Tingkat Pendidikan
(X1), dan Pengalaman
pemeriksa (X2)
Variabel Dependen:
Kualitas hasil
pemeriksaan (Y)

Indepedensi,
komitmen profesi,
dan etika profesi
berpengaruh positif
dan signifikan pada
kinerja auditor
Perwakilan BPK
Provinsi Bali
Tingkat pendidikan,
pendidikan
berkelanjutan,
komitmen organisasi,
sistem reward,
pengalaman, dan
motivasi
berpengaruh secara
simultan dan secara
parsial terhadap
kinerja auditor.

Motivasi dan stress
signifikan
pengaruhnya
terhadap kinerja
auditor sedangkan
rekan kerja
pengaruhnya tidak
signifikan.
Tingkat pendidikan
dan pengalaman
pemeriksa
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas hasil
pemeriksaan

Sumber : peneliti tahun 2017

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 16

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 21

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 0 16

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 1 9

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 0 44

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 5 4

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 0 32