Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Penelitian
Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan
menjadi agen perubahan yang dapat menciptakan nilai tambah pada produk atau
layanan instansi pemerintah. APIP sebagai pengawas intern pemerintah
merupakan salah satu unsur manajemen pemerintah yang penting dalam rangka
mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada
pemerintahan/birokrasi yang bersih (clean government). Reformasi birokrasi
bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan
karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas korupsi,
kolusi dan nepotisme, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan
memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Untuk mencapai
tujuan reformasi birokrasi tersebut diperlukan peran APIP yang efektif. Peran
APIP yang efektif dapat terwujud jika didukung dengan suatu ukuran mutu yang
sesuai dengan mandat penugasan masing-masing APIP. (SAIPI, 2014)

Pengawasan intern di lingkungan Departemen, Kementrian dan Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal dan
Inspektorat Utama/ Inspektorat untuk kepentingan Menteri/Pimpinan LPND
dalam upaya pemantauan terhadap kinerja unit orgnisasi yang ada dalam
kendalinya.

Pelaksanaan

fungsi

inspektorat

Jenderal

dan

Inspektorat

Utama/Inspektorat tidak terbatas pada fungsi audit tapi juga fungsi pembinaan


1

Universitas Sumatera Utara

2

terhadap pengelolaan keuangan negara. Pengawasan intern di lingkungan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Inspektorat Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota untuk kepentingan Gubernur/Bupati/Walikota dalam
melaksanakan pemantauan terhadap kinerja unit organisasi yang ada dalam
kepemimpinannya. Sedangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) yang berada di bawah Presiden melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (Permenpan, 2008).
APIP terutama auditor belum mampu memberikan layanan yang dapat
meningkatkan kinerja / 3 E (ekonomis, efisiensi, dan efektifitas) melalui
performance audit/value for money audit, memberikan advisory services untuk
perbaikan governance process, risk management serta control organisasi
Kementrian/Lembaga/Daerah dimana APIP berada. Terlihat dari sorotan dan
kritikan masyarakat terkait rendahnya akuntabilitas pengelolaan keuangan

negara/daerah, masih rendahnya kualitas pelayanan publik, serta banyaknya kasus
illegal act, fraud yang dilakukan oleh pejabat publik. Sementara itu peran APIP
masih sering diabaikan, begitu juga seringnya mutasi SDM APIP tanpa
memperhatikan regenerasi mengindikasikan bahwa APIP belum diberdayakan
dengan efektif dalam memberikan layanan assurance dan consulting untuk
mengawal akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Padahal Visi Reformasi
Birokrasi Tahun 2010 – 2025, menghendaki terwujudnya pemerintahan kelas
dunia, dimana perubahan pada area pengawasan bertujuan untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN menuju clean government.(Kurnia,
2015).

Universitas Sumatera Utara

3

Aparat Pengawasan Internal Pemerintah adalah auditor intern dalam
lembaga eksekutif dan dibentuk untuk membantu pimpinan di lingkungan
lembaga eksekutif, baik di tingkat Presiden, Menteri, Kepala Lembaga Pemerintah
non Departemen (LPND) sampai ketingkat Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten, dan Kota perlu didukung dengan pedoman dan peraturan perundangundangan tentang pengawasan intern pemerintah yang merumuskan ketentuanketentuan pokok dalam bidang pengawasan intern pemerintah dalam rangka

menjamin terlaksananya pengawasan intern pemerintah yang efektif dan efisien,
maka standar audit APIP diperlukan kehadirannya mengingat sampai saat ini
belum seluruh APIP mempunyai standar yang seragam, untuk itu perlu standar
audit yang berlaku bagi seluruh APIP (Standar Audit APIP,2008) dan pelaksanaan
audit yang dilakukan oleh BPK tidak selalu dapat dialihkan untuk dilakukan oleh
APIP, seperti audit keuangan (Pusdiklatwas BPKP,2008).
Tahun 2019 diperlukan auditor secara nasional 32.859 auditor, sementara
ketersediaan auditor per 1 Januari 2015 baru 12.755 auditor (38,8%) dari
kebutuhan nasional (Kurnia, 2015). Sementara itu, Inspektorat Kabupaten Aceh
Timur baru memiliki 32 auditor yang bersertifikat, dari jumlah tersebut 24 auditor
diantaranya adalah Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dan 8 auditor dalam Jabatan
Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintah di Daerah (JFP2UPD).
Dengan 55 Satuan Perangkat Kerja Kabupaten (SKPK) yang ada saat ini secara
rata-rata setiap SKPK hanya mempunyai 1 sampai 2 auditor bersertifikat. Tidak
mengherankan jika pelaksanaan audit di lapangan menghasilkan kinerja yang
belum memadai. Masih banyaknya temuan audit yang tidak terdeteksi oleh aparat
inspektorat sebagai auditor internal, akan tetapi ditemukan oleh auditor eksternal

Universitas Sumatera Utara


4

yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hal ini dapat berdampak terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah, seperti opini yang diberikan
BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah untuk Kabupaten Aceh
Timur dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun mulai dari tahun 2007 sampai dengan
2014 seperti terlihat dalam tabel 1.1. berikut ini:
Tabel 1.1.
Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Kabupaten Aceh Timur
Tahun Anggaran
2007 2008 2009 2010
2011
2012
2013
Aceh Timur TMP WDP WDP WDP WDP WDP WDP
Sumber : Perwakilan BPK RI Provinsi Aceh setelah diolah, 2016

Kabupaten


2014
WTP DPP

Keterangan:
TMP
: Tanpa Memberikan Pendapat
WDP
: Wajar Dengan Pengecualian
WTP DPP : Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Pengecualian
Dari tabel diatas menunjukkan pada tahun anggaran 2007 opini yang
diberikan yaitu (TMP) yang merupakan cerminan dari kualitas laporan keuangan
yang kurang baik. Pada tahun berikutnya mengalami kenaikan status yaitu
(WDP), namun status ini tidak mengalami perubahan sampai dengan tahun
anggaran 2013 yang berarti kualitas laporan keuangan kurang maksimal. Dari
status opini BPK ini juga terlihat kinerja auditor internal pemerintah yang belum
mengalami peningkatan dalam kegiatan audit dan pengawasan serta peran
sertanya dalam peningkatan status opini BPK atas LKPD Kabupaten Aceh Timur.
Opini baru meningkat di tahun anggaran 2014 Kabupaten Aceh Timur
mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Pengecualian
(WTP DPP), hal ini menunjukkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

yang meningkat dari tahun sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

5

Waktu pelaksanaan audit juga tidak sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan terlihat dari lambatnya penyelesaian laporan hasil audit. Untuk tindak
lanjut temuan juga tidak ditangani dengan benar, ini terlihat dari temuan berulang
yang terjadi setiap tahun.
Inspektorat seringkali menghadapi berbagai masalah diantaranya adalah
tuntutan untuk selalu mengedepankan sikap profesionalisme bagi auditornya yang
dalam hal ini banyak dipengaruhi oleh stres kerja dan motivasi kerja yang dimiliki
dalam menjalankan tugas-tugasnya (BPKP, 2008). Motivasi auditor lebih
cendrung kepada target jumlah obyek audit yang menjadi prioritas utama
dibandingkan upaya untuk memberikan kinerja audit yang lebih baik.
Kinerja antara lain berbentuk keluaran (output) dari kegiatan yang akan
dilaksanakan dan hasil (outcome) dari program yang telah ditetapkan. Selanjutnya
outcome tersebut akan menghasilkan impact berupa kesejahteraan rakyat dalam
jangka panjang. Apabila telah ditetapkan kinerja yang hendak dicapai, baru

kemudian dihitung pendanaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran atau
hasil yang ditargetkan sesuai rencana kinerja (Trisulo, 2015).
Pentingnya standar bagi pelaksanaan audit juga dikemukakan oleh
Pramono (2003) dikatakan bahwa produk audit yang berkualitas hanya dapat
dihasilkan oleh suatu proses audit yang sudah ditetapkan standarnya. Seperti yang
diungkapkan oleh Messier et al (2005) standar audit menjadi bimbingan dan
ukuran kualitas kinerja aditor. Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses audit dapat
dikatakan telah memenuhi syarat quality assurance apabila proses yang dijalani
tersebut

telah

sesuai

dengan

standar,

antara


lain:

standar

for

the

Universitas Sumatera Utara

6

professionalpractice,

internal

audit

charter,


kode

etik

internal

audit,

kebijakan,tujuan, dan prosedur audit, serta rencana kerja audit.(Efendi, 2010)
Dengan menetapkan praktik profesional audit internal secara seragam dan
telah selaras sepenuhnya dengan standar audit yang berlaku diharapkan auditor
mampu

memberikan layanan compliance auditing dengan outcome untuk

memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan pada ketentuan, mampu
mencegah, mendeteksi, dan menangkal tindak pelanggaran terhadap ketentuan.
(Indreswari,2015)
Motivasi merupakan dukungan yang sangat penting dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan. Sebagaimana dikatakan oleh Goleman (2001), hanya

dengan adanya motivasi maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang
tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Menurut Manahan
(2004) dalam Ensiklopedia Administrasi, motivasi adalah dorongan mental
terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota kelompok dalam
menanggapi suatu peristiwa dalam masyarakat. Dengan kata lain, motivasi akan
mendorong seseorang, termasuk auditor untuk lebih tangguh,ulet, konsisten dan
dapat meningkatkan aspirasi atau ide dalam melaksanakan tugas pengauditan.
Dengan adanya motivasi secara langsung dapat meningkatkan kinerja personal
dan menimbulkan daya saing antar personal untuk kemajuan diri dan instansi itu
sendiri. Pada umumnya motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor,
namun disisi lain terdapat ketidak konsistenan terhadap variabel motivasi seperti
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) yang berjudul “Pengaruh
Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Dan Motivasi
Terhadap

Kinerja

Auditor”.

Hasil

penelitiannya

menunjukkan

bahwa

Universitas Sumatera Utara

7

independensi auditor, komitmen organisasi, dan budaya organisasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor secara positif, sedangkan
motivasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor. Untuk
itu peneliti merasa perlu untuk melihat kembali pengaruh motivasi terhadap
kinerja auditor.
Stres kerja dapat memberikan pengaruh bagi kinerja auditor dimana
auditor mampu menunjukkan kinerjanya dalam situasi yang mendesak, beban
kerja audit yang sangat sibuk, ketidakjelasan peran dan gaya kepemimpinan.
Kondisi stres ini selalu memiliki pengaruh negatif, terutama pada kinerja individu
yang menjalaninya. Pada sisi lain, stres yang berkelanjutan atau stres yang tidak
ditangani secara serius cenderung melahirkan suatu bentuk traumatik yang relatif
sukar untuk dikembalikan (Cordes dan Daugherty, 1993).
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor
dengan stres kerja sebagai variabel moderating pada Inspektorat Kabupaten
Aceh Timur”.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.

Apakah pelaksanaan standar audit APIP (standar umum, standar
pelaksanaan, standar pelaporan, standar tindak lanjut) dan motivasi (tingkat
aspirasi audit yang berkualitas, ketangguhan, keuletan dan konsistensi)
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja auditor?

Universitas Sumatera Utara

8

2.

Apakah stres kerja mampu memoderasi hubungan antara pelaksanaan
standar audit dan motivasi terhadap kinerja auditor?

1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:
1.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelaksanaan standar audit
APIP (standar umum, standar pelaksanaan, standar pelaporan, standar
tindak lanjut) dan motivasi (tingkat aspirasi audit yang berkualitas,
ketangguhan, keuletan dan konsistensi) secara simultan dan parsial
terhadap kinerja auditor?

2.

Untuk mengetahui dan menganalisis bahwa stres kerja mampu
memoderasi hubungan antara pelaksanaan standar audit dan motivasi
terhadap kinerja auditor.

1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :

1.

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh pelaksanaan standar audit APIP
(standar umum, standar pelaksanaan, standar pelaporan, standar tindak
lanjut) dan motivasi (tingkat aspirasi audit yang berkualitas, ketangguhan,
keuletan dan konsistensi) terhadap kinerja auditor yang dimoderasi oleh
stres kerja.

Universitas Sumatera Utara

9

2.

Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi penelitian lain yang meneliti hal yang sama.

3.

Bagi Inspektorat, dapat digunakan sebagai masukan bagi Inspektur
Kabupaten Aceh Timur dan auditor dalam rangka meningkatkan dan
menjaga kinerja auditornya.

1.5.

Originalitas Penelitian
Penelitian ini mengadopsi penelitian Sutoyo (2009) yang meneliti

pengaruh pelaksanaan standar audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah
terhadap kinerja auditor Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sutoyo (2009) ada pada tabel 1.2.
berikut ini:
Tabel 1.2.
Originalitas Penelitian
No.
1.
2.

Keterangan

Penelitian terdahulu
2009
Pengaruh
pelaksanaan
standar
audit
Aparat
Pengawasan
Fungsional
Pemerintah terhadap kinerja
auditor Inspektorat Jenderal
Departemen
Pendidikan
Nasional

Tahun
Judul

Penelitian sekarang
2016
Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
kinerja auditor dengan
stres kerja sebagai
variabel moderating
pada Inspektorat Kab.
Aceh Timur

3.

Variabel Dependen (Y)

Kinerja auditor

Kinerja auditor

4.

Variabel Independen (X)

Pelaksanaan Standar audit

- Pelaksanaan Standar
Audit
- Motivasi

5.
6.

Variabel Moderating (Z)
Hasil

Stres kerja
Pelaksanaan standar audit
Aparat
Pengawasan
Fungsional
Pemerintah
berpengaruh terhadap kinerja
auditor

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 16

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 21

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur Chapter III VI

0 0 40

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 17

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 0 16

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 1 9

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 0 20