Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Teori Harapan
Teori harapan kadang disebut teori ekspektansi yang dikemukakan oleh
Victor Vroom pada tahun1964. Vroom lebih menekankan pada faktor hasil
(outcomes). Teori ini menyatakan bahwa intensitas kecendrungan untuk
melakukan dengan cara tertentu tergantung pada intensitas harapan bahwa kinerja
akan diikuti dengan hasil yang pasti dan pada daya tarik dari hasil kepada
individu. Teori harapan memprediksi bahwa karyawan akan mengeluarkan tingkat
usaha yang tinggi apabila mereka merasa bahwa ada hubungan yang kuat antara
usaha dan kinerja, kinerja dan penghargaan, serta penghargaan dan pemenuhan
tujuan-tujuan pribadi. Setiap hubungan ini akan dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu. Supaya usaha menghasilkan kinerja yang baik, individu harus
mempunyai kemampuan yang dibutuhkan untuk bekerja, dan sistem penilaian
kinerja yang mengukur kinerja individu tersebut harus dipandang adil dan
objektif. Hubungan kinerja dan penghargaan akan menjadi kuat bila individu

merasa bahwa yang diberi penghargaan adalah kinerja (bukannya senioritas,
alasan pribadi, atau kriteria lainnya). Hubungan terakhir dalam teori harapan
adalah hubungan penghargaan dan tujuan. Motivasi akan tinggi sampai tingkat di
mana penghargaan yang diterima seorang individu atas kinerja yang tinggi
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dominan yang konsisten dengan tujuan-tujuan
individual (Robbins, 2008).

10

Universitas Sumatera Utara

11

Istilah kinerja dipadankan dengan unjuk kerja atau prestasi kerja yang
dalam bahasa inggris sering disebut performance yang maknanya prestasi,
pertunjukan, dan pelaksanaan tugas. Kinerja juga diartikan sebagai hasil kerja
selama periode tertentu dibandingkan dengan standar, target/sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Kinerja antara lain berbentuk keluaran (output) dari kegiatan yang akan
dilaksanakan dan hasil (outcome) dari program yang telah ditetapkan. Selanjutnya

outcome tersebut akan menghasilkan impact berupa kesejahteraan rakyat dalam
jangka panjang.
Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi.
Kinerja dapat diukur melalui beberapa indikator yaitu:
a. Produksi (production) yaitu kemampuan untuk menghasilkan jumlah dan
kualitas keluaran;
b. Efektifitas (Efective) adalah keberhasilan auditor dalam mencapai tujuan sesuai
sasaran yang telah direncanakan, juga berarti menyelesaikan tugas sesuai
waktu yang telah ditentukan;
c. Keadaptasian (adaptiveness) adalah kemampuan untuk tanggap terhadap
perubahan internal dan eksternal;
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja auditor
adalah hasil kerja selama periode tertentu berbentuk keluaran (output) dari
kegiatan yang dilaksanakan dan hasil (outcome) yang dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara

12


standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dari
program yang telah ditetapkan.
2.1.2. Standar Audit
Standar audit merupakan prinsip-prinsip dasar dan persyaratan yang
diperlukan bagi auditor untuk menjamin mutu hasil audit dan konsistensi
pelaksanaan tugas audit. Dari hasi kepustakaan ditemukan ada beberapa standar
audit yaitu :
a.

Standar Audit Aparat Pengawasan Funsional Pemerintah (APFP)
Standar Audit Aparat Pengawasan Funsional Pemerintah (APFP)
dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
berdasarkan Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-378/K.1996 tanggal 30
Mei 1996. Standar audit APFP merupakan prinsip-prinsip dasar dan
persyaratan yang diperlukan APFP untuk menjamin mutu hasil audit dan
konsistensi pelaksanaan tugas audit APFP. Standar audit APFP ini
merupakan acuan dalam menetapkan batas-batas tanggung jawab
pelaksanaan tugas audit yang dilakukan oleh APFP dan auditornya sesuai
dengan jenjang dan ruang lingkup tugas auditnya. Standar audit APFP ini

terdiri dari 5 (lima) kategori yaitu standar umum, standar kooordinasi dan
kendali mutu, standar pelaksanaan, standar pelaporan dan standar tindak
lanjut.

b.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
Standar audit Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dituangkan
dalam Peraturan BPK Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2007. SPKN

Universitas Sumatera Utara

13

merupakan patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara. SPKN terdiri dari 7 (tujuh) Pernyataan
Standar Pemeriksaan (PSP) yaitu standar umum, standar pelaksanaan
pemeriksaan kinerja, standar pelaporan pemeriksaan kinerja, standar
pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan tertentu dan standar pelaporan

pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Dalam pasal 7 peraturan BPK tersebut disebutkan bahwa aparat
pengawas internal pemerintah , satuan pengawasan intern maupun pihak
lainnya dapat menggunakan SPKN sebagai acuan dalam menyusun standar
pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya.
c.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Ada 5 (lima) tipe standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik yaitu, standar auditing, standar
atestasi, standar jasa akuntansi dan revieu, standar jasa konsultasi dan
standar kendali mutu. Standar auditing merupakan pedoman audit atau
laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas 10 (sepuluh)
standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA).
Pernyataan Standar Auditing (PSA) merupakan penjabaran lebih
lanjut dari masing-masing standar yang tercantum didalam standar
auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus
diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit.
Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan oleh IAPI itu bersifat wajib bagi
seluruh anggota IAPI yang berisi tentang standar umum, standar pekerjaan

lapangan dan standar pelaporan.

Universitas Sumatera Utara

14

d.

Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor :
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP menjelaskan
prinsip-prinsip dasar untuk standar audit yang merupakan asumsi-asumsi
dasar, prinsip-prinsip yang diterima secara umum dan persyaratan yang
digunakan dalam mengembangkan standar audit bagi auditor berguna
dalam mengembangkan simpulan atau opini atas audit yang dilakukan.
Dari 4 (empat) standar audit yang telah disebutkan diatas, peneliti

mengambil standar audit APIP sebagai fokus penelitian dengan alasan:
1.


Aparat pengawasan pemerintah daerah baik Jabatan Fungsional Auditor
(JFA) maupun Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan
Pemerintah di Daerah (JFP2PUPD) dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Standar audit APIP merupakan standar yang dikeluarkan oleh Kementrian
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara sebagai kriteria atau ukuran mutu
minimal untuk melakukan audit yang wajib dipedomani oleh Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP) terutama aparat pengawas fungional
di pemerintah daerah.

2.

Standar APIP ditinjau dari segi materinya cukup komprehensif karena
telah mengakomodir seluruh kegiatan audit mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan sampai dengan tindak lanjut audit yang kemudian
dilakukan modifikasi sedemikian rupa baik berupa penambahan maupun
penyesuaian kriteria-kriteria dalam standar untuk pelaksanaan audit yang
dilakukan pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur.

Universitas Sumatera Utara


15

2.1.3. Pelaksanaan Standar Audit
Pelaksanaan standar audit berfungsi sebagai ukuran mutu minimal bagi
para auditor dan APIP dalam:
1. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dapat mempresentasikan praktikpraktik audit yang seharusnya, menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan
peningkatan kegiatan audit yang memiliki nilai tambah serta menetapkan
dasar-dasar pengukuran kinerja audit;
2. Pelaksanaan koordinasi audit oleh APIP;
3. Pelaksanaan perencanaan audit oleh APIP;
4. Penilaian efektifitas tindak lanjut hasil pengawasan dan konsistensi penyajian
laporan hasil audit.
Standar audit ini berlaku bagi semua Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) untuk melakukan audit sesuai dengan kedudukan, tugas dan
fungsi masing-masing.
Adapun tujuan standar audit APIP adalah untuk:
1. Menetapkan prinsip dasar yang mempresentasikan praktik audit yang benar;
2. Menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan kegiatan audit intern
yang memiliki nilai tambah;

3. Menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;
4. Mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi;
5. Menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan audit;
6. Menjadi pedoman dalam pekerjaan audit;
7. Menjadi dasar penilaian keberhasilan pekerjaan audit.

Universitas Sumatera Utara

16

Prinsip dasar ini memiliki kategori sebagai kewajiban auditor yang terdiri
dari:
a. Mengikuti Standar Audit
Auditor harus mengikuti standar audit dalam segala pekerjaan audit yang
dianggap material.
b. Meningkatkan Kemampuan
Auditor harus secara terus-menerus meningkatkan kemampuan teknik dan
metodologi audit.
Dalam standar audit diukur dengan empat standar yang menjadi pedoman
bagi auditor dalam melakukan kegiatan audit yaitu standar umum, standar

pelaksanaan, standar pelaporan dan standar tindak lanjut.
Penjelasan empat standar yang menjadi pedoman auditor dalam melakukan
kegitan audit adalah sebagai berikut:
1. Standar umum
Standar umum untuk audit meliputi standar-standar yang terkait dengan
karakteristik organisasi dan individu-individu yang melakukan kegiatan audit.
Standar umum mengatur tentang:
a. Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan dan Tanggung Jawab
Visi, misi, tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab APIP harus dinyatakan
secara tertulis, disetujui dan ditandatangani oleh pimpinan tertinggi organisasi.
b. Independensi dan Obyektifitas
a) Independensi APIP
Pimpinan APIP bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi organisasi
agar tanggung jawab pelaksanaan audit dapat terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara

17

b) Obyektifitas Auditor

Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari
konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan
pekerjaan yang dilakukannya.
c) Gangguan Terhadap Independensi dan Obyektifitas
Jika independensi atau obyektifitas terganggu, baik secara faktual maupun
penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan
APIP.
c. Keahlian
a) Latar Belakang Pendidikan Auditor
Auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata
Satu (S-1) atau yang setara.
b) Kompetensi Teknis
Kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh auditor adalah auditing,
akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi.
c)

Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan
Auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan
mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan (continuing
professional education).

d. Kecermatan Profesional
Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan
seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan.
e. Kepatuhan Terhadap Kode Etik

Universitas Sumatera Utara

18

Pelaksanaan audit harus mengacu kepada standar audit ini, dan auditor wajib
mematuhi kode etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
standar audit ini.

2. Standar pelaksanaan
Standar pelaksanaan pekerjaan audit mendeskripsikan sifat kegiatan audit
dan menyediakan kerangka kerja untuk melaksanakan dan mengelola pekerjaan
audit yang dilakukan oleh auditor. Standar pelaksanaan audit mengatur tentang:
a. Perencanaan
a)

Penetapan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya
Dalam membuat rencana audit, auditor harus menetapkan sasaran, ruang
lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya.

b) Pertimbangan dalam perencanaan
Dalam merencanakan pekerjaan audit, auditor harus mempertimbangkan
berbagai hal, termasuk sistem pengendalian intern.
c) Evaluasi terhadap sistem pengendalian intern
Auditor harus memahami rancangan sistem pengendalian intern dan
menguji penerapannya.
d) Evaluasi atas ketidakpatuhan auditi terhadap peraturan perundangundangan, kecurangan dan ketidakpatutan (abuse).
Auditor

harus

merancang

auditnya

untuk

mendeteksi

adanya

ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan
ketidakpatutan. Rancangan audit harus benar-benar matang agar upaya

Universitas Sumatera Utara

19

dalam pendeteksian penyimpangan tersebut dapat dilakukan secara lebih
mendalam dan fokus.
b. Supervisi
Pada setiap tahap audit, pekerjaan auditor harus disupervisi secara memadai
untuk

memastikan

tercapainya

sasaran,

terjaminnya

kualitas,

dan

meningkatnya kemampuan auditor.
c. Pengumpulan dan Pengujian Bukti
Auditor harus mengumpulkan dan menguji bukti untuk mendukung kesimpulan
dan temuan audit.
d. Pengembangan Temuan
Auditor harus mengembangkan temuan yang diperoleh selama pelaksanaan
audit berlangsung sesuai ketentuan yang berlaku. Pengembangan temuan
hendaknya tidak keluar dari jalur yang telah diatur sebelumnya.
e. Dokumentasi
Auditor harus menyiapkan dan menatausahakan dokumen audit dalam bentuk
kertas kerja audit. Dokumen audit harus disimpan secara tertib dan sistematis
agar dapat secara efektif diambil kembali, dirujuk, dan dianalisis.

3. Standar pelaporan
Standar pelaporan merupakan acuan bagi penyusunan laporan hasil audit
yang merupakan tahap akhir kegiatan audit, untuk mengkomunikasikan hasil audit
kepada auditi dan pihak lain yang terkait. Standar pelaporan mencakup:
a. Kewajiban Membuat Laporan

Universitas Sumatera Utara

20

Auditor harus membuat laporan hasil audit sesuai dengan penugasannya yang
disusun dalam format yang sesuai segera setelah selesai melakukan auditnya.
Laporan yang dibuat berisi informasi yang dikemas secara detil, terpercaya
serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
b. Cara dan Saat Pelaporan
Laporan hasil audit harus dibuat secara tertulis dan segera, yaitu pada
kesempatan pertama setelah berakhirnya pelaksanaan audit.
c. Bentuk dan Isi Laporan
Laporan hasil audit harus dibuat dalam bentuk dan isi yang dapat dimengerti
oleh auditi dan pihak lain yang terkait.
d. Kualitas Laporan
Laporan hasil audit harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan,
serta jelas, dan seringkas mungkin.
e. Tanggapan Auditi
Auditor harus meminta tanggapan/pendapat terhadap kesimpulan, temuan, dan
rekomendasi termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh auditi,
secara tertulis dari pejabat auditi yang bertanggung jawab.
f. Penerbitan dan Distribusi Laporan
Laporan hasil audit diserahkan kepada pimpinan organisasi, auditi, dan pihak
lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil audit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Standar tindak lanjut
Standar tindak lanjut mengatur tentang ketentuan dalam hal kepastian
saran dan rekomendasi telah dilakukan oleh auditi yang mencakup :

Universitas Sumatera Utara

21

a. Komunikasi Dengan Auditi
Auditor harus mengkomunikasikan kepada auditi bahwa tanggung jawab untuk
menyelesaikan atau menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi berada
pada auditi.
b. Prosedur Pemantauan
Auditor harus memantau dan mendorong tindak lanjut atas temuan beserta
rekomendasi.
c. Status Temuan
Auditor harus melaporkan status temuan beserta rekomendasi audit
sebelumnya yang belum ditindaklanjuti.
d. Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan dan Kecurangan
Terhadap temuan yang berindikasi adanya tindakan ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan dan kecurangan, auditor harus membantu
aparat penegak hukum terkait dalam upaya penindaklanjutan temuan tersebut.
Dari penjelasan di atas, didapat kesimpulan bahwa pelaksanaan standar
audit adalah melaksanakan pedoman audit sesuai dengan kriteria atau ukuran
minimal yang wajib dipedomani oleh auditor Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) dalam melaksanakan audit.

2.1.4. Motivasi
Teori yang banyak dianut adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan
bahwa tindakan manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya.
Ahli yang mencoba merumuskan kebutuhan manusia di antaranya adalah

Universitas Sumatera Utara

22

Abraham Maslow. Maslow telah menyusun “tingkatan kebutuhan manusia”, yang
pada pokoknya didasarkan pada prinsip, bahwa:
1) Manusia adalah “ binatang yang berkeinginan”;
2) Segera setelah salah satu kebutuhannya terpenuhi, kebutuhan lainnya akan
muncul;
3) Kebutuhan-kebutuhan manusia tampak diorganisir ke dalam kebutuhan yang
bertingkat-tingkat;
4) Segera setelah kebutuhan itu terpenuhi, maka mereka tidak mempunyai
pengaruh yang dominan, dan kebutuhan lain yang lebih meningkat mulai
mendominasi.
Penelitian Suwandi (2005) menyatakan motivasi adalah pemaduan antara
kebutuhan organisasi dengan kebutuhan personil. Hal ini akan mencegah
terjadinya ketegangan / konflik sehingga akan membawa pada pencapaian tujuan
organisasi secara efektif. Hal ini senada dengan penelitian Dalmi (2009)
menyatakan motivasi adalah adanya tuntutan atau dorongan terhadap pemenuhan
kebutuan individu dan tuntutan atau dorongan yang berasal dari lingkungan,
kemudian diimplementasikan dalam bentuk perilaku.
Auditor melaksanakan audit dilandasi keyakinan bahwa dirinya akan
memperoleh kenikmatan pribadi, antara lain berupa kenikmatan meningkatkan
kemampuan intelektualitas, kenikmatan meningkatkan atau paling tidak membuka
kesempatan pengembangan pribadi serta mempertimbangkan bahwa audit
merupakan suatu pekerjaan yang menarik dan memberikan tantangan mentalitas
profesional.

Universitas Sumatera Utara

23

Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi
individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan, (2)
frekuensi kegiatan, (3) persistensi pada kegiatan, (4) ketabahan, keuletan dan
kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan, (5) devosi dan
pengorbanan untuk mencapai tujuan, (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai
dengan kegiatan yang dilakukan, (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out
put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan, (8) arah sikap terhadap sasaran
kegiatan. Dari kedelapan indikator tersebut peneliti mengambil empat indikator
yang dinilai merupakan motivasi atau dorongan yang berimplikasi pada perilaku
individu dan telah melalui modifikasi yaitu tingkat aspirasi audit yang berkualitas,
ketangguhan, keuletan dan konsistensi.
Tingkat aspirasi audit yang berkualitas adalah tingkat aspirasi yang hendak
dicapai dengan kegiatan audit yang berkualitas.
Ketangguhan merupakan ketabahan dalam kemampuan menghadapi
rintangan dan kesulitan. Auditor dalam kinerjanya berusaha tetap kuat dan mampu
menahan diri dari tekanan pihak lain ataupun gratifikasi.
Keuletan adalah tekat yang kuat dan pantang menyerah dalam
menjalankan tugas auditnya. Auditor harus ulet dalam bekerja sehingga
memberikan hasil yang memuaskan.
Konsistensi merupakan arah sikap yang tetap tidak berubah-ubah terhadap
sasaran kegiatan yaitu memberikan kinerja audit yang sebaik-baiknya. Auditor
harus konsisten dalam keputusan auditnya, tidak mudah berubah-ubah atau
dipengaruhi oleh pihak lain.

Universitas Sumatera Utara

24

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
dorongan individu untuk mencapai suatu sasaran sesuai kebutuhan.

2.1.5. Stres Kerja
Stres adalah keseimbangan antara bagaimana seseorang memandang
tuntutan-tuntutan dan bagaimana seseorang berpikir bahwa seseorang itu dapat
mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah seseorang tidak merasakan
stres, merasakan eustres (tanggapan positif) atau distress (tanggapan negatif)
(Looker dan Olga, 2005:44).
Dalam penelitian Abdullah (2012) stres kerja dapat diukur dengan
beberapa komponen yaitu kelebihan beban kerja, ketidakjelasan peran dan gaya
kepemimpinan.
Kelebihan beban kerja (role conflict) merupakan suatu keadaan dimana
seseorang memiliki terlalu banyak pekerjaan untuk dilaksanakan pada waktu yang
bersamaan.

Penelitian

Trisnaningsih

(2007)

menyatakan

tidak

adanya

perencanaan akan kebutuhan personil dapat membuat auditor mengalami
kelebihan peran.
Ketidakjelasan peran terjadi karena tidak adanya informasi yang
diperlukan untuk menjalankan perannya dengan cara yang memuaskan.
Gaya kepemimpinan (leadership) merupakan cara seorang pemimpin
mempengaruhi orang lain atau bawahannya sehingga orang tersebut mau
melakukan kehendak pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi.
Dari penjelasan di atas, didapat kesimpulan bahwa stres kerja merupakan
suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi

Universitas Sumatera Utara

25

seseorang dimana auditor terpaksa memberikan tanggapan melebihi kcmampuan
dirinya terhadap suatu tuntutan lingkungan. Stres yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai
hasilnya, pada diri auditor berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat
mengganggu pelaksanaan kerja mereka.

2.2.

Review Peneliti Terdahulu
Penelitian terdahulu dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini

adalah: Sutoyo (2009), meneliti Pengaruh Pelaksanaan Standar Audit Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah Terhadap Kinerja Auditor Pada Inspektorat
Jenderal Departemen Pendidikan Nasional. Sampel penelitian adalah auditor
Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional dengan responden
sebanyak

80

orang.

Hasil

penelitian

ini

menemukan

bahwa secara keseluruhan pelaksanaan Standar Audit Aparat Pengawasan
Fungsional Pemerintah dalam bentuk standar umum, koordinasi dan kendali mutu,
pelaksanaan, pelaporan dan standar tindak lanjut berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja auditor Inspektorat Jenderal Depdiknas.
Sahyu (2009), meneliti Pengaruh Motivasi, Kemampuan Kerja, Kesiapan
Menerima Perubahan Dan Demografi Terhadap Kinerja Auditor (Survei pada
auditor di Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan RI, Jakarta). Sampel
penelitian adalah auditor Inspektorat Jenderal Departemen Kesehatan RI dengan
responden sebanyak 60 orang. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara motivasi, kemampuan kerja dan kesiapan
menerima perubahan terhadap kinerja auditor, didapatkan juga bahwa terdapat

Universitas Sumatera Utara

26

hubungan yang signifikan antara masa kerja dan status kepegawaian dengan
kinerja auditor.
Yuresta (2011), meneliti Analisis Pengaruh Motivasi, Stres, Reward Dan
Rekan Kerja Terhadap Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik. Populasi
dalam penelitian ini adalah auditor sebanyak 80 orang yang bekerja di 3 Kantor
Akuntan Publik di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor motivasi,
stres, reward dan rekan kerja masing-masing berpengaruh terhadap kinerja
auditor. Dari keempat variabel yang mempengaruhi kinerja hanya variabel stres
yang mempengaruhi kinerja secara negatif, artinya ketika tingkat stres auditor
meningkat maka kinerja auditor tersebut akan menurun. Diantara keempat
variabel yang mempengaruhi kinerja variabel motivasi merupakan variabel yang
paling dominan dalam mempengaruhi kinerja.
Gustati (2011), meneliti Hubungan antara komponen standar Umum
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), motivasi, dan komitmen organisasi
dengan kinerja auditor BPKP. Sampel penelitan ini adalah 53 orang pejabat
fungsional auditor BPKP. Data diperoleh dengan menggunakan metode quesioner
dan interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Standar umum APIP,
motivasi dan komitmen organisasi berhubungan dengan kinerja auditor.
Abdullah (2012), meneliti Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Melalui
Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervining Studi Pada Auditor Intern
Pemerintah Provinsi Aceh. Data di peroleh dari 42 responden di Pemerintah
Aceh. Dari hasil pengolahan data secara simultan stres kerja dan motivasi kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor yang ada di Pemerintah Aceh.

Universitas Sumatera Utara

27

Panjaitan (2014), meneliti pengaruh motivasi, stres, dan rekan kerja
terhadap kinerja auditor. Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang
bekerja pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta. Dari 100 quesioner yang
disebar hanya 68 quesioner yang dapat dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa motivasi dan stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor,
namun rekan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Putri (2015), meneliti Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen
Organisasi, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Terhadap Kinerja Auditor. Populasi
penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di kota
Surabaya. Responden penelitian ini adalah sebanyak 81 auditor yang terdapat
pada 19 kantor akuntan publik. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan yaitu
independensi auditor, komitmen organisasi, dan budaya organisasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor secara positif, sedangkan
motivasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor.
Tan (2002), meneliti pengaruh dari kompleksitas tugas terhadap kinerja
auditor dan dampaknya pada akuntabilitas dan pengetahuan. Berdasarkan analisis
ulang data dari Tan dan Kao (1999), hasil menunjukkan bahwa akuntabilitas dan
pengetahuan bersama-sama memoderasi hubungan antara kompleksitas tugas dan
kinerja. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa kinerja menurun dengan

meningkatnya kompleksitas akan pengetahuan yang rendah dan akuntabilitas yang
tinggi, atau akuntabilitas rendah dan pengetahuan yang tinggi. Kinerja tidak
terpengaruh dengan meningkatkan kompleksitas tugas ketika auditor memiliki
pengetahuan yang tinggi dan akuntabilitas yang tinggi, atau memiliki pengetahuan
rendah dan akuntabilitas rendah.

Universitas Sumatera Utara

28

McKnight (2011), meneliti tentang rata-rata karakteristik dari kinerja
auditor yang tinggi. Penelitian ini mengambil sampel lima puluh enam auditor
berpartisipasi, termasuk jajaran staf auditor, senior, dan manajer. Hasil penelitian
ini

menunjukkan

bahwa Kinerja

auditor yang tinggi

lebih

cendrung

memperpanjang standar prosedur audit, lebih proaktif dan memiliki locus of
control internal daripada locus of control eksternal.
Okhiokha (2013) meneliti tentang penerapan audit standar kinerja auditor.
Studi ini melibatkan perusahaan di Nigeria. Penelitian ini secara empiris
menggunakan ordinary least square (OLS), mengungkapkan bahwa auditor
eksternal di Nigeria telah sesuai dengan standar dan banyak kritik untuk diarahkan
mengikuti Standar Audit Internasional. Sehingga penelitian ini menunjukkan
kebutuhan untuk lebih menginterpretasi, klarifikasi dan perbaikan yang lebih
cocok untuk lingkungan audit Nigeria.
Berikut disajikan ringkasan peneliti terdahulu beserta hasil penelitian
dalam bentuk matriks pada tabel 2.1. berikut ini:
Tabel 2.1.
Review Penelitian Terdahulu
Nama, Tahun
Sutoyo
2009

Sahyu
2009

Judul Penelitian
Pengaruh Pelaksanaan Standar
Audit Aparat Pengawasan
Fungsional
Pemerintah
Terhadap Kinerja Auditor
Pada Inspektorat Jenderal
Departemen
Pendidikan
Nasional

Variabel
Dependen:
Kinerja Auditor

Pengaruh
Motivasi,
Kemampuan Kerja, Kesiapan
Menerima Perubahan Dan
Demografi Terhadap Kinerja
Auditor (Survei pada auditor
di
Inspektorat
Jenderal
Departemen Kesehatan RI,
Jakarta)

Dependen:
Kinerja Auditor

Independen:
- Pelaksanaan
Standar Audit

Independen:
- Motivasi
- Kemampuan
Kerja
- Kesiapan

Hasil Penelitian
Pelaksanaan standar audit
Aparat
Pengawasan
Fungsional
Pemerintah
berpengaruh
terhadap
kinerja auditor.

Terdapat pengaruh yang
signifikan antar motivasi,
kemampuan
kerja
dan
kesiapan
menerima
perubahan terhadap kinerja
auditor, didapatkan juga
bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara masa

Universitas Sumatera Utara

29

Menerima
Perubahan
- Demografi

kerja
dan
status
kepegawaian dengan kinerja
auditor.

Yuresta
2011

Analisis Pengaruh Motivasi, Dependen:
Stres, Reward Dan Rekan Kinerja Auditor
Kerja
Terhadap
Kinerja
Auditor Di Kantor Akuntan Independen:
Publik
- Motivasi
- Stres
- Reward
- Rekan Kerja

Motivasi, stres, reward dan
rekan kerja masing-masing
berpengaruh
terhadap
kinerja
auditor.
Dari
keempat
variabel
yang
mempengaruhi kinerja hanya
variabel
stres
yang
mempengaruhi
kinerja
secara negatif, artinya ketika
tingkat
stres
auditor
meningkat maka kinerja
auditor
tersebut
akan
menurun.

Gustati
2011

Hubungan antara komponen Dependen:
standar
Umum
Aparat Kinerja auditor
Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP),
motivasi,
dan Independen:
komitmen organisasi dengan - Standar umum
APIP
kinerja auditor BPKP
- Motivasi
- Komitmen
organisasi

Standar
umum
APIP,
motivasi dan komitmen
organisasi
berhubungan
dengan kinerja auditor

Abdullah
2012

Pengaruh
Stres
Kerja
Terhadap Kinerja Melalui
Motivasi
Kerja
Sebagai
Variabel Intervining Studi
Pada
Auditor
Intern
Pemerintah Prov. Aceh

Dependen:
Kinerja
Independen:
Stres Kerja

Secara simultan stres kerja
dan
motivasi
kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja auditor
yang ada di Pemerintah
Aceh.

Intervining:
Motivasi kerja
Panjaitan
2014

Pengaruh motivasi, stres, dan
rekan kerja terhadap kinerja
auditor

Dependen:
Kinerja Auditor
Independen:
- Motivasi
- Stres
- Rekan kerja

Motivasi dan stres kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja auditor,
namun rekan kerja tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja auditor

Putri
2015

Pengaruh
Independensi Dependen
Auditor,
Komitmen - Kinerja auditor
Organisasi,
Budaya
Organisasi, Dan Motivasi Independen
- Independensi
Terhadap Kinerja Auditor
- Komitmen
organisasi
- Budaya
organisasi
- Motivasi

Independensi
auditor,
komitmen organisasi, dan
budaya organisasi memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja auditor
secara positif, sedangkan
motivasi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja auditor

Tan

The

Kinerja

Effects

of

Task

Dependen

menurun

dengan

Universitas Sumatera Utara

30

2002

McKnigh
2011

Complexity on Auditors'
Performance: The Impact of
Accountability
and
Knowledge

Characteristics of Relatively
High-Performance Auditors

- Kinerja auditor
Independen
- Kompleksitas
- Akuntabilitas
- Pengetahuan

Dependen
- Kinerja auditor
Independen
- Standar
prosedur audit
- Proaktif
- Locus ofcontrol

Okhiokha
2013

Auditing
Standards
and
Auditors Performance: The
Nigerian Experience

Dependen
- Kinerja auditor
Independen
- Standar audit

meningkatnya kompleksitas
akan pengetahuan yang
rendah dan akuntabilitas
yang
tinggi,
atau
akuntabilitas rendah dan
pengetahuan yang tinggi.
Kinerja tidak terpengaruh
dengan
meningkatkan
kompleksitas tugas ketika
auditor
memiliki
pengetahuan yang tinggi dan
akuntabilitas yang tinggi,
atau memiliki pengetahuan
rendah dan akuntabilitas
rendah.
Kinerja auditor yang tinggi
lebih
cendrung
memperpanjang
standar
prosedur audit, lebih proaktif
dan memiliki locus of
control internal dari pada
locus of control eksternal

Auditor eksternal di Nigeria
telah sesuai dengan standar
dan banyak kritik untuk
diarahkan mengikuti Standar
Audit
Internasional.
Penelitian ini menunjukkan
kebutuhan
untuk
lebih
menginterpretasi, klarifikasi
dan perbaikan yang lebih
cocok untuk lingkungan
audit Nigeria.

Sumber : Disusun Peneliti, 2016

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 16

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur Chapter III VI

0 0 40

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor dengan Stres Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Aceh Timur

0 0 17

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 0 16

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 1 9

Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi Auditor sebagai Variabel Moderating

0 0 20