T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Jejaring antar Aktor dalam Pengelolaan Sumber Mata Air Senjoyo di Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaranabupaten Semarang T1 BAB II

BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Sumber daya air
Sumber daya air adalah kemampuan dan kapasitas potensi air yang

dapat dimanfaatkan oleh kegaitan manusia untuk kegiatan sosial ekonomi.
Terdapat berbagai jenis sumber air yang umumnya dimanfaatkan oleh
masyarakat, seperti air laut, air hujan, air tanah dan air permukaan. Air
permukaan adalah sumber air yang paling banyak digunakan oleh
masyarakat. Air permukaan juga menjadi perhatian utama saat ini karena
ketersediaan air permukaan semakin terbatas/langka. Air dengan segala
pemanfaatannya bagi kehidupan mulai dari tingkat molekular hingga
ekosistem global, terlalu rendah jika hanya mendapatkan instrumental value.
Air adalah kehidupan dan sumber kehidupan, dimana setiap kehidupan
memiliki instrinsic value sehingga air tidak dapat dinilai apalagi dikelola
sebatas ‘barang’. Air lebih dari sekedar sebagai nilai sosial, ekonomi, religius,
kultural dan lingkungan. (Sanim, 2011:6)
Penilaian air akan menjadi kompleks jika cara pandang pemanfaatan
sumber daya air didasarkan atas filosofis yang melingkupinya. Basis cara

pandang anthropocentrisme menganggap bahwa manusia adalah pemilik

semua yang ada di bumi ini sehingga setiap pilihan/keputusan/kegiatan
ekonomi harus mengedepankan kepentingan manusia diatas kepentingan
elemen alam lainnya. Sistem nilai ekonomi muncul dari kelangkaan yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia semata, sehingga dalam
memperlakukan sumberdaya alam cenderung exploitativ bahkan kadangkadang destrucutive. Menurut mahzab ini, sebagai pendorong utama dalam
pemanfaatan sumberdaya alam adalah kesejahteraan hidup manusia yang
terpenuhi melalui pemenuhan kebutuhan konsumsi. Manusia berperan
sebagai producer and consumers dalam ekosistem, sehingga decision on the

10

allocation of resource are the best made in markets (Dharmawan 2003,

disarikan dari Diesendorf and Hamilton 1997).
Dalam UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan
bahwa Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang
terdapat pada permukaan tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam

lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Sumber air adalah tempat
atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di
bawah permukaan tanah. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air
dan/atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian
bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya.
Dalam penelitian ini sumber daya air yang dimaksud adalah Sumber
Mata Air Senjoyo yang dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan akan air
oleh masyarakat umum maupun instansi-instansi yang mengelolanya.

2.2 Pengelolaan Air
Pengelolaan sama dengan manajemen. Manajemen merupakan
terjemahan dari kata management dalam Bahasa Inggris dan didefinisikan
sebagai suatu aktifitas, seni, cara, gaya, pengorganisasian, kepemimpinan,
pengendalian, dalam mengelola, mengendalikan kegiatan (New Webster
Dictionary, 1997; Echols dan Shadily, 1988; Webster’s New World
Dictionary, 1983; Collins Cobuild, 1998). Aktifitas dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, operasi dan pemeliharaan serta evaluasi dan
monitoring. Oleh karena itu pengelolaan dapat dilihat dari berbagai aspek

antara lain dapat berupa ilmu pengetahuan, berupa profesi atau keahlian,

berupa sistem, pengaturan, proses, metode, seni, sekelompok orang atau
beberapa grup dengan tujuan tertentu. (Kodoatie, 2008:205)

11

Menurut Grigg (1996), pengelolaan sumber daya air didefinisikan
sebagai aplikasi dari cara struktural dan non struktural untuk mengendalikan
sistem sumber daya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan manusia
dan tujuan-tujuan lingkungan. Tindakan struktur untuk pengelolaan air adalah
fasilitas-fasilitas terbangun yang digunakan untuk mengendalikan aliran dan
kualitas air. Tindakan-tindakan non-struktur untuk pengelolaan air adalah
program-progam atau aktifitas-aktifitas yang tidak membutuhkan fasilitasfasilitas terbangun (Kodoatie, 2008:202). Global Water Partnershio,
menawarkan suatu konsep keterpaduan yang menarik untuk Pengelolaan
Sumber Daya Air Terpadu. Menurut GWP, elemen-elemen penting dalam
pengelolaan Sumber Daya Air terpadu dapat dikelompokkan dalam 3 elemen
utama yaitu:


The Enabling Environtmental adalah kerangka umum dari


kebijakan

nasional,

legislasi,

regulasi,

finansial

untuk

pengelolaan SDA oleh aktor. Fungsinya merangkai dan
membuat kebijakan, peraturan serta finansialnya. Sehingga


dapat disebut sebagai rules of the games.
Peran-peran institusi (Institutional roles) merupakan fungsi
dari berbagai tingkatan administrasi dan aktor. Perannya




mendefinisikan para pelaku.
Alat-alat manajemen (management instruments) merupakan
instrumen operasional untuk regulasi yang efektif, monitoring
dan penegakan hukum yang memungkinkan pengambilan
keputusan untuk membuat pilihan yang informatif diantara
aksi-aksi alternatif. Pilihan-pilihan ini harus berdasarkan
kebijakan yang telah disetujui, sumberdaya yang tersedia,
dampak lingkungan dan konsekuensi sosial dan budaya.

Dalam UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan
bahwa pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi
dan keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antarsektor, dan antargenerasi.

12

Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Pola

pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya
air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Rencana
pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan secara menyeluruh dan
terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air.
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan
pengelolaan sumber daya air.

2.3

Jejaring Aktor
Dalam Actor Network Theory oleh Bruno Latour pada umumnya
mengembangkan

konsep

mengenai

jaringan,


aktor,

translasi,

dan

intermediari. Konsep jaringan tidak hanya berfokus pada relasi sosial aktor
manusia, tetapi mencakup aktor-aktor nonmanusia yaitu sebuah jaringan
heterogen (beragam). Aktor didefinisikan sebagai sesuatu yang ikut beraksi,
yang bukan hanya manusia, melainkan juga merupakan obyek teknis.
Translasi berarti penjajakan dan penyesuaian aksi-aksi yang berlangsung
antara aktor-aktor sampai tercapai suatu relasi yang stabil sehingga obyek
teknis dapat terus berfungsi. Sedangkan intermediari adalah aktor yang
”bersirkulasi” di antara aktor-aktor dan yang memelihara relasi di antara
mereka. Sebagai contoh dari ANT ini, misalnya Newton sebagai salah satu
aktor tidak benar-benar bertindak sendiri dalam menciptakan teori gravitasi,
sebab ia membutuhkan aktor lain yang (data pengamatan dari beberapa
temannya), Astronomer Royal dan John Flamsteed, sebagai pelaku ilmu
astronomi, membutuhkan aktor lain (dukungan publikasi dari Royal Society

dan anggotanya), Edmund Halley, membutuhkan geometri Euclid, astronomi
dari Kepler, Galileo bukan itu saja ada aktor lain seperti ilmu mekanika,
ruangan, laboratorium, makanan. Trinity College, seorang asisten untuk

13

bekerja di laboratorium, ide mistikmistik (yang akan disanggah) dan lebih
banyak. (Latour, 2005 : 39).
Aktan sama dengan aktor pengendali dalam teori jaringan (ANT) telah
mengembangkan suatu kosa kata yang tidak mengambil perbedaan antara
subyek dan obyek, subjektif dan objektif, ke dalam pertimbangan sebagai
aktor. Aktor mungkin terdaftar sebagai sekutu untuk memberi kekuatan untuk
suatu posisi. Sebuah aktor ada yang berdaya dan ada yang tidak berdaya
dalam mengendalikan sistem jaringan. Dalam teori ini disebutkan terdapat
aktor dan jaringan. Aktor adalah semua elemen yang terhubung dalam sistem
yang nantinya akan membentuk jaringan secara alamiah. Aktor yang mampu
mengontrol aktor lain disebut sebagai aktan. Aktan memiliki kemampuan
untuk bergerak masuk dan keluar suatu jaringan berdasarkan kemauan dan
kepentingannya. Saat aktan memasuki suatu jaringan, maka jaringan tersebut
akan memberi nama atau julukan, aktifitas, perhatian, serta peranan dalam

jaringan tersebut. Dengan kata lain, aktan inilah elemen utama dan menjadi
penggerak dalam jaringan. ANT tidak menjelaskan kenapa ada Jaringan tetapi
lebih tertarik pada infrastukturnya, bagaimana dia terbentuk dan rusak dan
lain sebagainya. ANT memakai Principle of Generated Symmetry, dimana
manusia dan non-manusia digabungkan dalam sebuah framework konseptual
yang sama. (Latour, 2005 : 39)
Bruno Latour menjelaskan adanya actor atau subyek yang memulai
untuk membuat sebuah realita. Kemudian, karena aktor ini memiliki
hubungan sosial dalam kehidupan sosial, maka pemahaman si aktor terhadap
realita sosial menjadi pemahaman bersama di dalam kehidupan sosial. Aktor
dalam Sumber Mata Air Senjoyo yaitu para pengelola meliputi PDAM Kota
Salatiga, PDAM Kabupaten Semarang, PT.Damatex, Yonif 411 dan beberapa
aktor pendukung lainnya seperti LSM, perangkat Desa Tegalwaton,
masyarakat setempat. Banyaknya aktor-aktor yang ada didalam pengelolaan
Sumber Mata Air Senjoyo dapat dianalisis bagaimana jejaring maupun aktan
didalam jaringan tersebut.

14

2.4 Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No
1

Judul
Rahmawati, 2007,

Hasil Penelitian
1. Kawasan Senjoyo yang difungsikan

Pemanfaatan

sebagai kawasan lindung resapan air

Kawasan Sumber

dan sekitar mata air, dijadikan tempat

Mata Air Senjoyo


rekreasi dan ritual kungkum, kondisi

Dalam

fisik

Pengembangan

mengalami

Wilayah Di

dengan

Kecamatan

penurunan debit air dan sedimentasi

Tengaran, Kabupaten

di embung Senjoyo. Belum ada

Semarang.

pemeliharaan

Universitas

Kabupaten Semarang selaku pemilik

Diponegoro

aset.

dan

lingkungan
penurunan

terlihat

banyaknya

dari

Kemudian

pengembangan
menjadi

sampah,

Pemerintah

ada

Kawasan

obyek

sudah

wisata

rencana
Senjoyo
oleh

pemerintah.
2. Kawasan Senjoyo sebagai kawasan
lindung resapan air dan sekitar mata
air.



Sebagai

kawasan

lindung

resapan air, Kawasan Senjoyo dan
sekitarnya mempunyai kemampuan
meresapkan air dalam jumlah besar
apabila terjadi hujan, hal ini juga

15

didukung

dengan

masih

banyak

pohon-pohon besar di kawasan ini
maupun dilereng Gunung Merbabu
yang juga berfungsi sebagai daerah
tangkapan air dari mata air Senjoyo,
disamping penggunaan lahan yang
masih banyak untuk sawah dan
kebun daripada untuk area terbangun.



Kemudian sebagai kawasan

lindung sekitar mata air, Kawasan
Senjoyo ini mempunyai mata air
dengan

debit

yang

besar

dan

cenderung tidak terpengaruh musim.
Tidak ada bangunan dalam jarak 200
meter

dari sumber mata air dan

kualitas airnya masih tetap bagus,
hanya

ada

bangunan

untuk

pengambilan air milik pengguna air.

3. Sebagai tempat rekreasi dan ritual
kungkum.



tempat

Kawasan

Senjoyo

rekreasi

sebagai

mempunyai

pemandangan yang indah dengan
udara yang sejuk, ada sumber mata
air melimpah, kolam renang dan
fasilitas bumi perkemahan.



tempat

Kawasan
ritual

Senjoyo
kungkum,

sebagai
sering

dikunjungi orang yang percaya akan

16

nilai berkah mata air Senjoyo untuk
melakukan

ritual

kungkum

di

Sendang Senjoyo yang terdapat di
kawasan ini.

4. Air

dari

mata

air

Senjoyo

dimanfaatkan sebagai sumber air
bersih

oleh

PDAM

Kabupaten

Semarang untuk melayani wilayah
desa

Tegalwaton

Tengaran

dan

Kecamatan

Tingkir

Tengah

wilayah Kota Salatiga, oleh PDAM
Kota

Salatiga

untuk

melayani

sebagian besar wilayah Salatiga dan
sebagian kecil wilayah Kecamatan
Tuntang, oleh PT Damatex untuk
keperluan industrinya dan kebutuhan
air bersih oleh Batalyon Infanteri 411
Salatiga.
irigasi

Selanjutnya
bersama

sebagai air

sungai

Senjoyo

dimanfaatkan untuk mengaliri sawah
di

desa

Bener

dan

Tegalwaton

Kecamatan Tengaran dan sebagian
besar mengaliri sawah di wilayah
Kecamatan Suruh, Pabelan, Bringin
dan Bancak Kabupaten Semarang
serta sebagian kecil wilayah Salatiga.
Selain

itu

dimanfaatkan

untuk

kegiatan mencuci, rekreasi berenang
dan ritual kungkum.
5. Kerja sama pemanfaatan air sudah

17

ada antara Pemerintah Kabupaten
Semarang dengan PT Damatex, kerja
sama dengan Kota Salatiga baru
dalam taraf keputusan bersama antara
PDAM Kabupaten Semarang dan
PDAM Kota Salatiga yang belum
mempunyai payung hukum yang
kuat. Sedangkan

kerjasama dengan

pengguna air lainnya (Yonif 411
Salatiga) belum dirintis sama sekali.
6.

Melihat kondisi eksisting Kawasan
Senjoyo saat ini baik potensi maupun
masalah, Kawasan Senjoyo tepat
apabila tetap dimanfaatkan sebagai
kawasan lindung resapan air dan
sekitar mata air sekaligus tepat
apabila dimanfaatkan sebagai tempat
rekreasi dan tempat ritual kungkum.
Berawal kegiatan rekreasi dan ritual
selanjutnya

kungkum

dapat

dikembangkan sebagai obyek wisata
alam

dan

budaya.

Tetapi

pemanfaatan utama adalah sebagai
kawasan lindung mengingat terdapat
sumber mata air dengan debit besar
yang

harus

mempunyai

dilindungi
fungsi

penting

karena
bagi

wilayah Kabupaten Semarang dan
Kota Salatiga. Pemanfaatan untuk
pengembangan

pariwisata

dilaksanakan

setelah

dapat
fungsi

18

lindungnya terpenuhi.
7.

Sebagai

kawasan

pengembangan
Kecamatan

lindung

dalam

wilayah

di

Tengaran,

Kawasan

Senjoyo cenderung tetap menjadikan
Kecamatan Tengaran sebagai daerah
pedesaan

disebabkan

pembangunan

demi

keberlanjutan

sumber

pembatasan
menjaga
mata

air.

Karena pemanfaatan sumber mata air
Senjoyo sebagai sumber air bersih
lebih banyak dinikmati oleh wilayah
Kota Salatiga maka Kota Salatiga
menjadi lebih berkembang dengan
dukungan pasokan air bersih dari
mata air Senjoyo.
8.

Kawasan Senjoyo yang dijadikan
tempat rekreasi dan ritual kungkum,
berpotensi
sebagai

untuk
obyek

dikembangkan
wisata.

Dengan

harapan Kawasan Senjoyo dapat
menjadi

titik

pertumbuhan

bagi

wilayah Tengaran dan sekitarnya
karena adanya aktifitas pariwisata
yang

berimbas

aktifitas

pada

kenaikan

perekonomian

pendapatan
Kemungkinan

dan

masyarakat.
sama

dengan

pengguna air lainnya (Yonif 411
Salatiga) belum dirintis sama sekali.
9.

Melihat kondisi eksisting Kawasan

19

Senjoyo saat ini baik potensi maupun
masalah, Kawasan Senjoyo tepat
apabila tetap dimanfaatkan sebagai
kawasan lindung resapan air dan
sekitar mata air sekaligus tepat
apabila dimanfaatkan sebagai tempat
rekreasi dan tempat ritual kungkum.
Berawal kegiatan rekreasi dan ritual
selanjutnya

kungkum

dapat

dikembangkan sebagai obyek wisata
alam

dan

budaya.

Tetapi

pemanfaatan utama adalah sebagai
kawasan lindung mengingat terdapat
sumber mata air dengan debit besar
yang

harus

mempunyai

dilindungi
fungsi

karena

penting

bagi

wilayah Kabupaten Semarang dan
Kota Salatiga. Pemanfaatan untuk
pengembangan

pariwisata

dilaksanakan

setelah

fungsi

terpenuhi.

Sebagai

lindungnya
kawasan

dapat

lindung

pengembangan
Kecamatan

dalam

wilayah

Tengaran,

di

Kawasan

Senjoyo cenderung tetap menjadikan
Kecamatan Tengaran sebagai daerah
pedesaan

disebabkan

pembangunan

demi

keberlanjutan

sumber

pembatasan
menjaga
mata

air.

Karena pemanfaatan sumber mata air
Senjoyo sebagai sumber air bersih

20

lebih banyak dinikmati oleh wilayah
Kota Salatiga maka Kota Salatiga
menjadi lebih berkembang dengan
dukungan pasokan air bersih dari
mata air Senjoyo.Kawasan Senjoyo
yang dijadikan tempat rekreasi dan
ritual kungkum, berpotensi untuk
dikembangkan sebagai obyek wisata.
Dengan harapan Kawasan Senjoyo
dapat menjadi titik pertumbuhan bagi
wilayah Tengaran dan sekitarnya
karena adanya aktifitas pariwisata
yang

berimbas

aktifitas

pada

kenaikan

perekonomian

pendapatan

dan

masyarakat.

Kemungkinan

Rachmawati, Laksmi.
2



Dalam banyak kasus pengelolaan

et.al. tahun tidak

sumber

diketahui.

masyarakat berperan penting bagi

Pengelolaan Air

keberhasilan

Berbasis

Partisipasi

Masyarakat:

dilakukan secara langsung atau pun

Pembelajaran dari

lewat

Kota Semarang.

menyuarakan

Pusat Penelitian

Menurut Schewald dan Reijekerk

Kependudukan, LIPI

(2009)
penting

daya

alam,

partisipasi

sistem

tersebut.

masyarakat

aktor

kunci

dalam

yang

aspirasi

keterlibatan

dapat

dapat
mereka.

aktor

sebuah

kunci
proses

pengelolaan dengan tujuan untuk
mendiskusikan

kepentingan

dari

21

semua

yang

terlibat,

termasuk

menyelesaikan masalah-masalah yang
muncul

dalam pengelolaan. Dalam

hal ini, pengelolaan air di Sukorejo
dan

Tugurejo

memperlihatkan

bagaimana peran aktor dalam upaya
pengelolaan sumber air telah mencoba
untuk membuat strategi pengelolaan
yang bertujuan untuk memecahkan
persoalan pemenuhan kebutuhan air
bersih di lokasi dengan adil, baik
secara

kuantitas

maupun

secara

ekonomis. Sebagai sebuah

sistem

penyediaan air bersih yang berskala
kecil,

penduduk

relatif sangat

tergantung pada sumber air dan sistem
pengelolaan. Hal ini berpengaruh
secara positif pada rasa memiliki
sumber air dan sistem pengelolaan


tersebut.
Sistem pengelolaan air di Sukorejo
dan

Tugurejo

memperlihatkan

efektivitas

dalam

skala

mikro.

Masyarakat

dapat

terlibat

secara

langsung dalam proses pengelolaan,
termasuk

memberikan

masukan

ataupun keluhan terkait dengan air.
Hal ini merupakan kapasitas yang
penting
pengelolaan

dalam
air.

keberlanjutan
Pada

awal

22

terbentuknya pengelolaan penyediaan
air,

sistem

ini

membutuhkan

kontribusi dari pihak luar (Yayasan
Soegijapranata- Sukorejo dan sponsor
perusahaan-Tugurejo).
aktor kunci

Selanjutnya,

yang terlibat dalam

pengurusan

penyediaan

membangun

sistem

air

pengelolaan

secara mandiri. Aturan main distribusi
air,

pengurus,

maupun

hak

dan

kewajiban

masyarakat

sebagai

pelanggan

ditetapkan

melalui

kesepakatan

bersama.

Walaupun

demikian, pengurus masih memberi
ruang apabila kesepakatan tersebut
tidak

dapat

keterbatasan

dilaksanakan
ekonomi

karena

pelanggan.

Selain itu, pengurus tidak segan untuk
menyesuaikan

sistem

pengelolaan

sesuai dengan kondisi dan perubahan
masyarakat.

Penerapan

konsep

“learning by doing” merupakan salah
satu

kunci

keberlanjutan

sistem

pengelolaan air yang bersifat adaptif
bagi penduduk miskin perkotaan.
Perubahan kondisi lingkungan dan
perubahan iklim merupakan tantangan
utama bagi sistem pengelolaan air ini.
Oleh karena itu untuk menghadapi
tantangan
kerjasama

tersebut
dari

aktor

dibutuhkan
kunci

dan

23

melibatkan pemerintah daerah.
3

Yuliar. 2006.

Analisis dengan menggunakan ANT yang

Governance

dipaparkan di atas memperlihatkan sumber

Teknologi di

persoalan terletak pada: (i) bagaimana pelaku-

Masyarakat : Sebuah

pelaku, dokumen- dokumen dan acuan-acuan

Pendekatan Jejaring-

yang

Aktor. Jurnal

terdahulu (yakni Sensus Penduduk tahun 1990)

Sosioteknologi Edisi

dihubungkan ke mesin scanner ICR, program

7 Tahun 5, April

aplikasi dan lembar angket khusus yang terkait,

2006:1-12

dan aktor-aktor sosial yang baru, dan (ii)

terlibat

dalam

pelaksanaan

sensus

bagaimana intermediary objects disirkulasikan
untuk

memberikan

durability dan

spatial

extention dari jejaring relasi-relasi heterogen

yang

dibangun

dalam

poin

(i).

Dengan

perkataan lain, studi empiris yang dilakukan
menyarankan bahwa perbedaan kinerja scanner
ICR di DIY dan di Propinsi Jabar berkenaan
bukan dengan faktor teknis ataupun faktor
sosial,

tetapi

faktor

sosioteknis.

Untuk

meningkatkan kapasitas governance teknologi
scanner untuk tujuan peningkatan kinerja BPS,

para pelaku sensus di tingkat lokal, para tokoh
masyarakat lokal, dan dokumen-dokumen acuan
lokal perlu dilibatkan dalam perencanaan
implementasi teknologi scanner. Hal ini dapat
membantu ketertelusuran di antara dokumendokumen acuan (antara pusat-daerah-lokal;
antara catatan manual dan dictionary), dan
memberikan tingkat legitimasi yang lebih tinggi
di tahap-tahap totalisasi hasil sensus. Riset lebih
jauh diperlukan untuk mempelajari pola-pola di

24

mana jejaring-jejaring bertemu, mengalami
superposisi, dan membentuk “jejaring dari
jejaring-jejaring”. Kasus-kasus empiris perlu
diperkaya

dan

dikembangkan

untuk

meningkatkan “generalitas” dari model koevolusi untuk tujuan memahami governance
dalam jejaring-jejaring. Selain ini, akan menarik
untuk bisa mengembangkan sarana untuk
mengukur kekuatan jejaring/translasi, sehingga
membantu dalam penggunaan praktis dari
model jejaring-aktor.

2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian

25

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65