PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IIS 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2016 2017 | Putri | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 10110 21507 1 SM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS X IIS 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF THINK PAIR
SHARE TYPE O INCREASE THE LEARNING OUTCOMES IN SOCIOLOGY
SUBJECT STUDENTS OF X IIS 1 AT SENIOR HIGH SCHOOL 3 BOYOLALI
IN THE ACADEMIC YEAR OF 2016/2017
Agatha Anggraeni Kirana Putri, Siti Rochani, Slamet Subagya
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
April 2017
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam
setiap siklus terdiri dari tahap Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi dan Refleksi.
Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali yang terdiri dari 36
peserta didik. Sumber data diperoleh dari guru dan peserta didik. Teknik utama dalam penelitian
ini melalui observasi dan test, sedangkan teknik pendukung pengumpulan data menggunakan
dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe
Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sosiologi
Kelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017, yang dimulai dari tahap
pratindakan, siklus I dan siklus II. Hasil belajar ranah kognitif pada tahap Pra Tindakan
menunjukkan 75,41 dengan prosentase ketuntasan peserta didik sebesar 64%. Hasil belajar
mengalami peningkatan pada Siklus I menjadi 81,02 dengan prosentase ketuntasan sebesar 75%.
Kemudian hasil belajar pada Siklus II kembali meningkat menjadi 85,11 dan prosentase
ketuntasan sebesar 92%. Sedangkan pada ranah afektif diperoleh prosentase pada Siklus I sebesar
76% menjadi 83% pada Siklus II. Kemudian prosentase ranah Psikomotor mengalami peningkatan
dari 72% pada Siklus I menjadi 89% pada Siklus II. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas ini
adalah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas X IIS 1 SMA N 3 Boyolali.
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Think Pair Share, Hasil Belajar
ABSTRACT
The research purpose is to increase the learning outcomes in Sociology subject through the
implementation of cooperative learning model of Think Pair Share type to the students of X IIS 1
Senior High School 3 Boyolali year of 2016/2017.
This research is as a classroom action research ( CAR ) which acted for two cycles. Each cycle
consists of the steps of Planning, Actuating, Observing, and Reflecting. The subject of this
research is students X IIS 1 Senior High School 3 Boyolali as many as 36 students. The sources
of data are collected from the teacher and the students. The main data collection technique used
are observation and test, while the proponent technique used documentation technique. Data
analysis used are qualitative and quantitative data analysis. The result of this research showed that
the implementation of Cooperative learning model in Think Pair Share type can improve the
learning outcomes on Sociology subjects students of X IIS 1 Senior High School 3 Boyolali,
which is started from pre-action stage, cycle I, and cycle II. In the step of Pre Action the learning
outcome on the cognitive domain shows 75,41 with the completeness percentage retrieved 64%.
The learning outcome increase 81,02 on the first cycle with the completeness percentage retrieved
75%. Then, on second cycle the learning outcome increase 85,11 with the completeness
percentage retrived 92%. While, the learning outcomes of the affective learning completeness
percentage obtained on cycle I was 76% to 83% in cycle II. Then the sphere Psychomotor
precentage from 72% in the cycle I to 89% in cycle II. The conclusion of this Class Action
Research is that the Implemantation of Cooperative Learning Model of Think Pair Share type can
increase the learning outcomes in Sociology subject students of X IIS 1 at Senior High School 3
Boyolali in The Academic Year of 2016/2017.
Keyword: Classroom Action Research, Think Pair Share, Students Learning Outcomes
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang tidak
dan minat peserta didik, agar dapat
pernah terlepas dari kehidupan manusia.
kemahiran , ketepatan, dan keberhasilan
Seorang anak menerima pendidikan dari
dengan penuh tanggung jawab.
orangtuanya,
ketika
anak
melakukan
sesuatu
dalam
bentuk
bertumbuh
Tenaga pendidik atau guru bertugas
dewasa dan berkeluarga mereka juga akan
untuk melaksanakan transfer ilmu dalam
mendidik
Begitupula
suatu pembelajaran yang dilaksanakan di
pendidikan formal yang dilaksanakan di
kelas, selain itu juga untuk mendidik
sekolah dan perguruan tinggi, para peserta
untuk membentuk kepribadian peserta
didik dan mahasiswa di didik oleh guru
didik,
dan dosen. Pendidikan bukan hanya untuk
potensi
memberikan pengetahuan namun juga
manfaatnya dapat dirasakan baik bagi
mengembangkan potensi yang dimiliki
dirinya
setiap peserta didik, yaitu pengembangan
lingkungannya. Oleh karena itu guru
semua
diharapkan
anak-anaknya.
potensi,
kecakapan,
serta
serta
untuk
yang
mengembangkan
dimiliki
sendiri
sehingga
maupun
mampu
untuk
menggabungkan
karakteristik pribadinya ke arah positif
antara teori dan praktik secara seimbang.
baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
Berkaitan
Seperti dalam penerapan Kurikulum 2013,
dipergunakan
sekolah menyelenggarakan pendidikan
peneliti dalam PTK adalah Kurikulum
untuk mengembangkan potensi seorang
2013.
peserta
ini
pembelajaran lebih difokuskan kepada
(Mulyasa, 2014: 68) menyatakan bahwa
peserta didik atau student center, namun
kurikulum 2013 ini diarahkan untuk
pada
mengembangkan
pengetahuan,
pembelajaran berpusat pada guru. Dalam
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap,
penerapan kurikulum 2013, guru berperan
didik.
Berkaitan
dengan
dengan
kelas
Dalam
kenyataannya
kurikulum
yang
digunakan
Kurikulum
saat
yang
ini
2013
proses
sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
pula.
Dalam hal ini, peserta didik dituntut lebih
penguatan-penguatan tertentu terhadap
aktif
sehingga
materi yang disampaikan guru kepada
mengembangkan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
dalam
peserta
pembelajaran
didik
dapat
Untuk
itu,
diperlukan
adanya
Penguatan materi pembelajaran tidak
potensinya secara optimal.
Daya tarik suatu mata pelajaran atau
hanya diberikan dalam bentuk penjelasan,
pembelajaran akan ditentukan oleh dua
mencatat materi belajar, namun melalui
hal yaitu oleh mata pelajaran itu sendiri
latihan soal baik secara tertulis maupun
dan juga cara guru mengajar. Sehingga,
lisan. Dengan seperti itu, pemahaman
tugas guru disini adalah bagaimana
peserta
menciptakan cara mengajar yang dapat
pembelajaran akan lebih meningkat dan
menarik
akan berdampak pada hasil belajar peserta
peserta
didik
untuk
memperhatikan pelajaran. Selain itu, guru
didik
terhadap
materi
didik akan meningkat.
harus bisa menjadikan pelajaran yang
Berdasarkan observasi yang peneliti
awalnya dianggap peserta didik tidak
lakukan di SMA Negeri 3 Boyolali mulai
menarik
menjadikannya
18 dan 25 November 2016 peneliti
menarik, menjadikan materi yang semula
mengamati situasi belajar di kelas X IIS
dirasa sulit menjadi mudah yaitu salah
SMA N 3 Boyolali subjek penelitian yang
satunya
model
dipilih peneliti adalah X IIS 1. Dimana
pembelajaran kooperatif tertentu sehingga
dalam kelas tersebut terdiri dari 36 peserta
peserta didik tidak mudah bosan dengan
didik yang memiliki karakteristik yang
cara
yang
berbeda yang terdiri dari 10 peserta didik
sebagai
laki-laki dan 26 peserta didik perempuan.
kemudian
melalui
mengajar
menjadikan
penerapan
teacher
peserta
center
didik
pendengar saja dan membuat mereka akan
Berdasarkan
bosan.
untuk
dilakukan mulai Oktober kelas tersebut
model
memiliki beberapa permasalahan yang
pembelajaran yang dapat menarik peserta
menyebabkan hasil belajar masih rendah
didik maka mereka akan secara sukarela
diantaranya adalah
mempelajari materi lebih lanjut karena
1. Peserta didik tidak memperhatikan
adanya kebutuhan akan belajar muncul
guru dan ramai sendiri saat proses
dari diri peserta didik dan belajar bukan
pembelajaran.
sekedar kewajiban. Proses pembelajaran
Hampir separuh kelas ketika pelajaran
yang tepat dan benar akan menghasilkan
berlangsung dan guru menjelaskan di
dan memberikan hasil belajar yang baik
depan
Ketika
menerapkan
guru
cara
berhasil
maupun
observasi
kelas,
peserta
yang
didik
telah
asik
berbicara
sendiri
dengan
teman
kedalam
kelas,
pelajaran
tidak
sebangku ataupun sekitarnya. Yang
langsung dimulai karena menunggu
mereka bicarakan bukan terkait tentang
kesiapan siswa untuk merapikan meja
pelajaran sosiologi. Biasanya mereka
dan
membicarakan banyak hal tentang
makanan. Hal ini terjadi tidak hanya
yang saat ini menjadi trend dikalangan
sekali dua kali namun setiap pelajaran
anak remaja ataupun membahas tugas
Sosiologi selalu seperti ini. Hal ini
pelajaran lain. Hal ini terjadi karena 2
mungkin juga disebabkan karena guru
faktor yakni dari diri peserta didik
kurang
yang pada dasarnya senang berbicara
menghadapi
namun tidak bisa menempatkan diri
terlambat masuk kelas.
dan juga faktor dari guru yang tidak
membuang
sampah
bertidak
bekas
tegas
peserta
untuk
didik
3. Masih banyak peserta didik yang
menasihati dan mengingatkan agar
bermain handphone
peserta didik memperhatikan ketika
pembelajaran sedang berlangsung.
pembelajaran
Saat
sedang
berlangsung.
yng
sendiri ketika
pembelajaran
berlangsung
Selain itu ketika ceramah guru hanya
seringkali peserta didik asik bermain
didepan kelas terus yang membuat
handphone. Mereka terlihat biasa saja
peserta didik yang memperhatikan
ketika
hanya yang duduk dibarisan depan.
pelajaran
2. Peserta
didik
kurang
siap
dalam
bermain
handphone
berlangsung.
saat
Beberapa
peserta didik juga menaruh handphone
menerima pelajaran karena beberapa
diatas
peserta didik terlambat masuk kelas.
berlangsung. Yang mereka lakukan
Pada saat memasuki pergantian jam
diantaranya chatting bbm maupun
pelajaran dari jam ketiga menuju jam
whatsapp, bermain instagram biasanya
keempat diselingi istirahat. Saat bel
mereka
masuk jam keempat peserta didik tidak
onlineshop, dan juga instagram artis-
segera
artis idolanya, maen game.
memasuki
kelas
untuk
melanjutkan pelajaran. Ada peserta
meja
ketika
membuka
pelajaran
instagram
4. Sejumlah peserta didik memiliki hasil
didik yang masih jajan dikantin, makan
belajar yang rendah.
dikelas,
mandi,
Pada kegiatan pretest mata pelajaran
bercanda dengan temannya dan masih
Sosiologi, didapatkan rata-rata kelas
banyak lagi. Sehingga menyebabkan
hanya sebesar 75,41. Jumlah rata-rata
pelajaran berkurang hingga 25 menit.
tersebut
Setelah semua peseta didik masuk
Ketuntasan
pergi
kekamar
tidak
mencapai
Minimal
Kriteria
(KKM),
sedangkan
Kriteria
Minimal
untuk
mata
Ketuntasan
tidak monoton dan asik. Contohnya
pelajaran
seperti ketika pembelajaran disertai
Sosiologi di SMA Negeri 1 Boyolali
game, video, debat dll.
adalah 76. Sebanyak 36% atau 13
peserta
didik
dari
jumlah
siswa
3. Ketika
menjelaskan
materi
guru
sebanyak 36 siswa kelas X IIS 1
belum memberikan contoh kasus
mendapatkan nilai di bawah Kriteria
nyata.
Ketuntasan Minimal.
Saat penulis melakukan observasi
Selain dari peserta didik, peneliti juga
dikelas X IIS 1 SMA N 3 Boyolali
menemukan permasalahan yang terjadi
guru
dikelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali
tentang
yang disebabkan oleh guru. Adapun
Interaksi Sosial. Ketika menjelaskan
permasalahan tersebut sebagai berikut:
guru
sedang
menjelaskan
materi
hanya
faktor
materi
pendorong
membahas
tentang
1. Kurangnya guru dalam menguasai
pengertiannya saja tanpa memberikan
kelas dan masih teacher center . Hal
contoh yang real. Sehingga ketika
tersebut terlihat ketika guru kurang
penulis melakukan observasi lagi
bersikap tegas dan tidak menegur
seminggu
peserta
memberi pertanyaan kepada peserta
didik
yang
ramai
saat
sebelum
pelajaran, bermain HP dan terlambat
didik
masuk kelas.
identifikasi,
2. Guru belum menggunakan model
pembelajaran
yang
tepat
sesuai
tentang
UAS,
contoh
simpati
dan
guru
imitasi,
empati.
Peserta didik masih terlihat bingung
karena
pada
saat
pembelajaran
dengan keadaan kelas yang diampu
sebelumnya guru menjelaskan tanpa
sehingga peserta didik menjadi bosan
memberikan contoh real dan pada
dan ramai.
dasarnya
Ketika penulis mewawancarai salah
identifikasi hampir mirip begitu juga
satu peserta didik mengapa kalau
dengan simpati dan empati maka
dikelas ramai ketika pembelajaran
ketika guru menjelaskan tanpa contoh
sosiologi. Alasanya karena mereka
real peserta didik akan bingung.
bosan dengan metode ceramah dan
Kelas X IIS 1 SMA N 3 Boyolali
kemudian diberi tugas. Sehingga
merupakan kelas yang sering dikenal
membuat mereka menjadi mengantuk
dengan
dan memilih ramai dikelas. Mereka
dibandingkan dengan kelas X IIS yang
menginginkan
lainnya. Selain itu hasil belajar peserta
pembelajaran
yang
kelas
konsep
yang
imitasi
paling
dan
ramai
didik kelas X IIS SMA N 3 Boyolali juga
pembelajaran dan bisa lebih memahami
bisa dibilang masih rendah. Hal ini yang
permasalahan
menjadi alasan penulis untuk melakukan
terjadi dalam masyarakat. Namun, hampir
Penelitian Tindakan Kelas di X IIS 1 yaitu
seluruh peserta didik tidak mengerjakan
guna mengupayakan peningkatan hasil
secara sungguh-sungguh dan hanya copy
belajar. Mata Pelajaran Sosiologi kelas X
paste melalui internet saja. Akibatnya
IIS 1 SMA N 3 Boyolali berlangsung
peserta didik kurang paham terhadap
setiap hari Jumat mulai dari jam ke 3-5.
materi tersebut dan hasil belajar menjadi
Pada saat pergantian jam ke 4 menuju jam
kurang maksimal karena masih banyak
ke 5 proses pembelajaran diselingi dengan
peserta didik yang belum tuntas KKM.
ataupun
keadaan
yang
jam istirahat. Ketika jam istirahat telah
Guru dan peneliti berupaya mencari
selesai, peserta didik tidak langsung
solusi atas permasalahan-permasalahan
bersiap
dan
yang dialami kelas X IIS 1 agar hasil bisa
melanjutkan pembelajaran. Mereka masih
lebih meningkat. Yang menjadi fokus
berada diluar kelas untuk jajan dan
masalah disini adalah model pembelajaran
melakukan kegiatan-kegiatan lain diluar
yang digunakan guru yang belum sesuai
pembelajaran Sosiologi. Keterlambatan
dengan keadaan kelas sehingga membuat
pembelajaran ini tidak hanya oleh peserta
peserta
didik, namun juga dari pihak guru.
sehingga
Sehingga
memperhatikan pelajaran dan melakukan
untuk
memasuki
pembelajaran
kelas
menjadi
berkurang selama 20 menit.
Sosiologi,
metode
menjadi
memilih
aktivitas-aktivitas
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru
didik
yang
biasa
cepat
untuk
yang
bosan
tidak
dapat
mengganggu konsentrasi mereka dalam
proses KBM. Hal ini membuat peserta
digunakan saat mengajar adalah dengan
didik
metode ceramah, jigsaw, presentasi. Guru
pembelajaran
sudah mengupayakan untuk memperbaiki
mereka tidak memahami materi yang
pembelajaran untuk meningkatkan hasil
disampaikan guru dan membuat hasil
belajar yang maksimal yaitu dengan
belajar mereka rendah. Dari kegiatan
melakukan survey dan membuat makalah
refleksi yang dilakukan guru dengan
hasil penelitian mengenai permasalahan
peneliti
sosial yang terdapat dilingkungan sekitar
dalam proses pembelajaran yaitu dengan
mereka. Dengan melakukan pengamatan
perubahan metode dan peningkatan peran
secara langsung guru berharap agar
serta
peserta didik tidak merasa bosan dengan
pembelajaran.
tidak
maka
peserta
mengikuti
dengan
baik
diperlukan
didik
dalam
Sehingga
proses
sehingga
perubahan
kegiatan
diharapkan
peserta didik mampu memahami materi
Penerapan metode Think Pair Share ini
pelajaran lebih baik dan hasil belajar
dapat meminimalisir agar peserta didik
dapat meningkat. Dalam rangka perbaikan
tidak
proses pembelajaran dan mencari solusi
berlangsung
untuk permasalahan yang ada maka perlu
mengoptimalkan partisipasi peserta didik
diadakan
karena dengan bekerja berpasangan secara
Penelitian
Tindakan
Kelas.
ramai
saat
pembelajaran
dan
juga
bisa
Model pembelajaran yang dianggap tepat
tidak
untuk memperbaiki hasil belajar Sosiologi
berpartisipasi dalam diskusi tersebut.
di
model
Ketika proses penerapan Think Pair Share
Pair
guru bisa menggunakan video, gambar,
Share. Manfaat dari model pembelajaran
maupun artikel yang terkait dengan materi
menurut Miftahul
yang berkaitan agar peserta didik tidak
(2015: 206) antara lain, “Memungkinkan
bosan. Proses partisipasi peserta didik
peserta didik untuk bekerja sendiri dan
akan
bekerja
menjadi
kelas
X
IIS
pembelajaran
Think Pair
1
adalah
Kooperatif
Share
sama
dengan
Think
orang
lain,
langsung
membuat
mereka
pemahaman
bertambah
harus
mereka
sehingga
akan
Mengoptimalkan partisipasi peserta didik,
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Memberi kesempatan kepada peserta
Oleh sebab itu, peneliti memilih judul
didik
“Penerapan
untuk
menunjukkan
partisipasi
mereka kepada orang lain.”
Model
Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share untuk
Metode Think Pair Share dianggap
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Mata
tepat untuk meningkatkan hasil belajar
Pelajaran Sosiologi SMA N 3 Boyolali
dan partisipasi siswa dalam pembelajaran
tahun pelajaran 2016/2017”
serta peserta didik dituntut dapat bekerja
sama secara individu maupun kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu
METODE PENELITIAN
Penelitian
Tindakan
Kelas
ini
metode Think Pair Share cocok dengan
dilaksanakan di kelas X IIS 1 SMA Negeri 3
karakteristik peserta didik yang aktif.
Boyolali
Karena saat penulis menggantikan guru
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan
mengajar dikarenakan sedang ada acara,
Oktober 2016 sampai bulan Februari 2017.
saat
diskusi
Subjek Penellitian Tindakan kelas (PTK) ini
kemudian dilanjutkan mempresentasikan
difokuskan pada siswa kelas X IIS 1 SMA
hasil diskusi dan terdapat sesi tanya
Negeri 3 Boyolali
jawab. Respon dari peserta didik sangat
didik 26 orang yang terdiri dari 9 peserta
aktif dalam diskusi dan sesi tanya jawab.
didik putra dan 27 peserta didik putri.
mengisi
menggunakan
tahun
pelajaran
2016/2017.
dengan jumlah peserta
Sedangkan objek penelitian ini adalah segala
didasari pola pikir fenomenologi
aktivitas proses pembelajaran yang ada di
bersifat multiperspektif yang artinya untuk
dalam kelas.
menarik kesimpulan yang mantap diperlukan
yang
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian
tidak hanya satu cara pandang. Triangulasi
Tindakan Kelas (classroom action research).
yang digunakan dalam Penelitian Tindakan
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 2
Kelas (PTK) ini yaitu triangulasi data.
bahwa tujuan dari penelitian tindakan kelas
Triangulasi data yaitu data yang sama akan
ini adalah untuk meningkatkan maupun
lebih mantap kebenarannya bila digali dari
memperbaiki kualitas pembelajaran yang
beberapa sumber data yang berbeda sehingga
dilaksanakan guru.
data yang diperoleh benar-benar objektif.
Data dan sumber data yang akan
Data dapat diperoleh dari hasil belajar
dikumpulkan oleh peneliti adalah seluruh
peserta didik pada saat pratindakan, siklus 1,
hasil
dan siklus 2.
pengamatan
pembelajaran
yang
mengandung
informasi
keadaan
proses
dan
Teknik analisis data yang digunakan
kegiatan
dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dan
penelitian. Sumber data yang digunakan
kualitatif. Pada teknik kuantitatif analisis
antara lain informan yaitu guru dan peserta
data dilakukan dengan cara membandingkan
didik. Selain itu peneliti juga mengumpulkan
peningkatan hasil belajar siswa pada setiap
data dari arsip dan dokumentasi yang
siklus yaitu berupa nilai rata-rata kelas serta
berhubungan dengan hasil belajar peserta
dilengkapi dengan ketuntasan hasil belajar
didik.
siswa yang disajikan dalam data dengan
Teknik
sebenarnya
dalam
pengumpulan
data
yang
bentuk
tabel
dan
grafik.
Pada
teknik
digunakan adalah dengan cara observasi atau
kualitatif analisis data yang dilakukan yaitu
pengamatan ,tes, dan dokumentasi. Aspek
dengan mengamati dan membandingkan
yang di amati adalah aspek afektif dan
aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru
psikomotorik. Bentuk tes yang digunakan
dan siswa baik itu sikap, tingkah laku, dan
adalah tes tertulis yang terdiri dari 20 soal
ketrampilan
pilihan ganda dan 2 soal essay.
pembelajaran tipe Think Pair Share pada
Teknik pengujian validitas data pada
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini
menggunakan triangulasi yang merupakan
salah satu cara yang digunakan untuk
meningkatkan
validitas
data
saat
penerapan
model
setiap siklus dan nantinya digunakan untuk
menyusun
dan
memperbaiki
rencana
pelaksanaan tindakan selanjutnya.
Indikator kerja merupakan suatu acuan
dalam
yang digunakan peneliti untuk mengukur
penelitian. Triangulasi yaitu teknik yang
ketercapaian tujuan yang telah direncanakan.
Indikator yang digunakan dalam penelitian
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
ini adalah sebesar 80% dengan nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 76.
Prosedur penelitian yang digunakan
dalam melaksanakan Penelitian Tindakan
Pra
Tindakan
Kelas (PTK) ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Arikunto yang terdiri
dari
empat
tahap
yaitu
perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
HASIL
TINDAKAN
DAN
PEMBAHASAN
Berikut adah tabel hasil penelitian tiap
siklus
80
Siklus II
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2017)
Gambar 4.16 Grafik Perbandingan Rata-rata
Hasil Belajar Setiap Siklus
Dari tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa pada Kegiatan Pra Siklus peneliti
mendapatkan temuan hasil belajar peserta
kelas X
92%
IIS
75%
64%
Tuntas KKM
60
40
Siklus I
85,11
didik
a) Ranah Kognitif
100
81,02
75,41
1
SMA
Negeri
36%
25%
20
8%
Belum Tuntas
KKM
0
Pra TindakanSiklus I Siklus II
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2017)
Gambar 4.15 Prosentase Ketuntasan Hasil
Belajar Ranah Kognitif Setiap
Siklus
Apabila digambarkan melalui grafik, maka
rata-rata hasil belajar peserta didik tiap
siklus dapat dilihat sebagai berikut:
3
Boyolal
i
melalui
pretest,
dimana
hasil
perolehannya 23 peserta didik atau 64%
peserta didik sudah mencapai KKM dan
masih terdapat 13 dari 36 atau 36% peserta
didik di kelas belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan
yaitu 76. Sedangkan rata-rata hasil pretest
yaitu sebesar 75,41. Dalam hal ini hasil
belajar peserta didik kelas X IIS 1 SMA
Negeri 3 Boyolali masih berada dibawah
Kriteria
Ketuntasan
sehingga
C dimana pada Siklus 1 telah mencapai hasil
peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan
belajar sebesar 83,5% namun pada Siklus II
hasil belajar melalui penerapan metode
menurun menjadi 83%. Meskipun rata-rata
pembelajaran
yang
hasil belajar pada poin C menurun tetapi
dimungkinkan mampu meningkatkan hasil
masih berada pada target yang ditetapkan,
belajar peserta didik kelas X IIS 1 SMA
yaitu 80%. Dengan demikian capaian hasil
Negeri 3 Boyolali pada mata pelajaran
belajar ranah afektif peserta didik kelas X IIS
Sosiologi. Setelah diterapkannya metode
1 SMA Negeri 3 Boyolali yang diungkapkan
pembelajaran Think Pair Share rata-rata
diatas
hasil
mengalami
pembelajaran antara Siklus I dan Siklus II
peningkatan 81,02 atau sudah mencapai
mengalami peningkatan, serta tercapainya
batas KKM. Selain itu prosentase ketuntasan
hasil belajar ranah afektif pada Siklus II.
hasil belajar pada siklus I mengalami
Sehingga dapat diketahui bahwa penerapan
peningkatan menjadi 75%. Walaupun rata-
model pembelajaran Kooperatif tipe Think
rata hasil belajar peserta didik sudah
Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar
mencapai
peserta didik pada ranah afektif kelas X IIS
Think
belajar
Minimal
Pair
peserta
KK
didik
indikator
Share
yang
telah
menunjukkan
bahwa
ditentukan yaitu 80%. Sehingga peneliti
SMA Negeri 3 Boyolali
memutuskan untuk melakukan siklus II
pelajaran Sosiologi.
sebagai perbaikan hasil belajar. Pada Siklus
c) Ranah Psikomotor
proses
dalam mata
II rata-rata hasil belajar peserta didik kembali
meningkat menjadi 85,11 dan prosentase
ketuntasan hasil belajar juga telah mencapai
indikator kinerja penelitian yaitu sebesar
92%.
b) Ranah Afektif
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2017)
Tabel 4.13 Perbandingan Prosentase Capaian
Hasil Belajar Ranah Afektif Peserta Didik
Pada Siklus I dan Siklus II
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2017)
Tabel 4.13 menunjukkan perbandingan
Tabel 4.14 Perbandingan Prosentase Capaian
capaian hasil belajar ranah afektif pada siklus
Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siklus I dan
1 dan siklus 2 disetiap instrumen yang
Siklus I
mengalami peningkatan. Adapun instrumen
yang mengalami penurunan yaitu pada poin
Berdasarkan tabel diatas dapat dipahami
bahwa
perolehan
hasil
belajar
ranah
Pratindakan ini dilaksanakan selama dua
kali pertemuan yaitu pertemuan pertama
observasi
dan
pertemuan
kedua
pelaksanaan pretest. Setelah Pelaksanaan
Pratindakan,
peneliti
menemukan
beberapa permasalahan yang dihadapi
psikomotor
secara
umum
mengalami
peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Poin A
pada Siklus I mencapai hasil belajar ranah
psikomotor sebesar 81% dan meningkat pada
Siklus II menjadi 89%. Poin B pada Siklus I
mencapai hasil belajar sebesar 72% dan pada
Siklus II menjadi 94%. Dan Poin C pada
Siklus I mencapai hasil belajar sebesar 64%
dan pada Siklus II meningkat menjadi 83%.
Dengan demikian capaian hasil belajar ranah
psikomotor peserta didik kelas X IIS 1 SMA
Negeri 3 Boyolali yang diungkapkan diatas
menunjukkan bahwa proses pembelajaran
antara Siklus I dan Siklus II mengalami
peningkatan, serta tercapainya hasil belajar
ranah psikomotor pada Siklus II. Sehingga
dapat diketahui bahwa penerapan model
pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair
Share dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada ranah psikomotor kelas X
IIS SMA Negeri 3 Boyolali dalam mata
pelajaran Sosiologi.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pembahasan hasil penelitian ditinjau dari
hasil masing-masing siklus selama penelitian
sebagai berikut:
1) Pra Siklus
peserta didik kelas X IIS 1 SMA Negeri 3
Boyolali.
Permasalahan
diantaranya
Peserta
tersebut
didik
tidak
memperhatikan guru dan ramai sendiri
saat proses pembelajaran, Peserta didik
kurang siap dalam menerima pelajaran
karena beberapa peserta didik terlambat
masuk kelas hampir 20 menit, Masih
banyak
peserta
didik
yang
main
handphone sendiri ketika pembelajaran
sedang
berlangsung,
lakukan
diantaranya
Yang
mereka
chatting
bbm
maupun whatsapp, bermain instagram
biasanya mereka membuka instagram
onlineshop, dan juga instagram artis-artis
idolanya, maen game. Permasalahan yang
ditemukan tersebut memberikan pengaruh
terhadap
hasil
belajar
yang
belum
maksimal. Terdapat beberapa peserta
didik yang belum dapat mencapai batas
Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata
Pelajaran Sosiologi yaitu 76. Diketahui
dari hasil test Pratindakan terdapat 13
peserta didik yang belum mencapai KKM,
dengan rata-rata sebesar 75,41 atau belum
mencapai
batas
memperbaiki
pembelajaran
KKM.
proses
dan
Untuk
kegiatan
memperbaiki
hasil
belajar peserta didik, guru dan peneliti
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
melakukan refleksi atas temuan beberapa
siklus, dengan setiap siklus berlangsung
permasalahan
dalam tiga kali pertemuan. Dimana
diatas.
Dari
kegiatan
refleksi yang dilakukan guru dengan
pertemuan
peneliti
Penyampaian Materi, pertemuan kedua
maka
diperlukan
perubahan
pertama
digunakan
untuk
dalam proses pembelajaran yaitu dengan
penerapan
perubahan metode dan peningkatan peran
Kooperatif tipe Think Pair Share dan
serta
kegiatan
Presentasi, Pertemuan ketiga melanjutkan
pembelajaran. Peningkatan peran serta
presentasi dan evaluasi pembelajaran
peserta
kegiatan
untuk mengukur hasil belajar peserta
pembelajaran dapat dilakukan dengan
didik. Penerapan model pembelajaran
meningkatkan
pelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share ini
tersebut ataupun dengan mengubah cara
menggunakan media artikel, disajikan
guru mengajar. Terkait dengan Teori
artikel
Belajar
(Aunurrahman,
berbeda mengenai Ragam Gejala Sosial
2012: 44) menyatakan bahwa belajar
akibat Perubahan Sosial dan Gejala Sosial
diartikan sebagai perubahan persepsi dan
akibat Penyimpangan Sosial. Dengan
pemahaman. Persepsi peserta didik yang
tema pembahasan yang bermacam-macam
menganggap bahwa belajar adalah hal
ini
yang membosankan dapat diubah dengan
mengetahui ragam gejala sosial yang ada
menciptakan suasana belajar dan cara
dalam masyarakat. Pada Siklus I yang
mengajar yang asik dan tidak monoton.
telah dilaksanakan, diperoleh peningkatan
Sehingga peserta didik berperan untuk
hasil
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
dibandingkan dengan hasil belajar pada
diharapkan
mampu
Pratindakan. Rata-rata hasil belajar ranah
memahami materi pelajaran lebih baik
kognitif yang diperoleh pada Siklus I
dan
meningkat.
yaitu meningkat menjadi 81,02. Terdapat
Dengan permasalahan yang ditemukan,
9 peserta didik atau 25% peserta didik
maka
pembelajaran
dikelas belum mencapai batas KKM,
Kooperatif tipe Think Pair Share untuk
sedangkan 75% atau 27 peserta didik
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
telah berhasil mencapai batas KKM.
Sosiologi peserta didik kelas X IIS 1
Selain mengukur hasil belajar ranah
SMA Negeri 3 Boyolali.
kognitif, peneliti juga mengukur hasil
peserta
didik
dalam
dalam
daya
tarik
Kognitivisme
hasil
2) Siklus I
didik
peserta
belajar
dipilihlah
didik
dapat
model
model
dengan
diharapkan
belajar
pembelajaran
sembilan
peserta
ranah
tema
didik
kognitif
yang
lebih
jika
belajar ranah afektif dan psikomotor.
Untuk hasil belajar ranah afektif diperoleh
adalah sebesar 92% atau sekitar 33 peserta
prosentase
76%.
didik telah berhasil mencapai nilai diatas
Sedangkan untuk hasil belajar ranah
KKM dan terdapat 3 peserta didik atau 8%
psikomotor
yang masih mendapat nilai dibawah KKM.
ketuntasan
sebesar
diperoleh
prosentase
ketuntasan sebesar 72%. Artinya capaian
Kemudian
prosentase ketuntasan hasil belajar peserta
diperoleh peningkatan rata-rata prosentase
didik baik dari ranah kognitif, afektif,
Siklus I sebesar 76% menjadi 83% pada
maupun psikomotor pada Siklus I masih
Siklus II. Kemudian hasil belajar ranah
berada di bawah Indikator yang telah
psikomotor diperoleh peningkatan rata-rata
ditargetkan yaitu 80%.
prosentase tiap aspek yaitu dari Siklus I 72%
3) Siklus II
hasil
belajar
ranah
afektif
dan Siklus II menjadi 89%. Terkait dengan
Berdasarkan
hasil
yang
Teori Belajar Gagne (Aunurrahman, 2012:
dilakukan peneliti dengan guru, penerapan
47) menyatakan bahwa dalam proses belajar
Think Pair Share pada Siklus I yang
terdapat
menggunakan
meningkatnya
media
refleksi
artikel.
Terdapat
fenomena
yaitu
intelektual
bahwa
individu
akan
beberapa peserta didik yang tidak memahami
berjalan beriringan dengan
bahan diskusi karena malas untuk membaca
umur seseorang, dan belajar akan lebih cepat
artikel tersebut. Sehingga pada Siklus II ini
apabila menggunakan strategi kognitif yaitu
guru
untuk
dengan mengubah persepsi dan pemahaman
menggunakan media video agar seluruh
individu dalam memecahkan masalah secara
peserta didik memahami permasalahan yang
lebih
disajikan. Pembelajaran pada Siklus II ini
penerapan metode pembelajaran Think Pair
berlangsung lebih kondusif dibandingkan
Share didapatkan lima macam hasil belajar
saat pelaksanaan Siklus I. Peran serta peserta
seperti yang telah disebutkan oleh Gagne.
didik dalam kegiatan pembelajaran melalui
Yang
Think Pair Share lebih meningkat karena
Intelektual, melalui penerapan metode Think
hampir seluruh peserta didik turut aktif
Pair
dalam kegiatan diskusi. Setelah dilaksanakan
memecahkan permasalahan yang telah guru
tes evaluasi pembelajaran diakhir pertemuan
berikan melalui bahan diskusi. Yang kedua
diperoleh
ranah
Strategi Kognitif, melalui penerapan metode
kognitif sebesar 85,11. Prosentase ketuntasan
TPS peserta didik mampu memahami materi.
hasil belajar sudah berada diatas indikator
Yang ketiga Informasi Verbal, peserta didik
yang telah ditargetkan sebesar 80%. Pada
mampu memahami dan mendeskripsikan
Siklus II, prosentase ketuntasan peserta didik
kata-kata melalui pelaksanaan presentasi.
dan
peneliti
rata-rata
memutuskan
hasil
belajar
efisien.
pertama
Share
Setelah
adalah
peserta
meningkatnya
berlangsungnya
Ketrampilan
didik
mampu
Yang keempat Ketrampilan Motorik, melalui
tidak selalu cocok diterapkan untuk setiap
penerapan metode Think Pair Share secara
peserta didik dengan karakteristik peserta
otomatis ketrampilan motorik peserta didik
didik
akan
diharapkan
meningkat
salah
satunya
berupa
yang
berbeda.
Sehingga,
untuk
selalu
guru
dapat
penguasaan terhadap metode TPS, dan Yang
mengembangkan model pembelajaran yang
terakhir yaitu Sikap, setelah pelaksanaan
inovatif dengan harapan agar seluruh peserta
pembelajaran dengan penerapan metode TPS
didik
partisipasi
memahami setiap materi yang disampaikan.
peserta didik secara tidak
tidak
mudah
bosan
dan
lebih
langsung telah lebih baik. Meningkatnya
Berdasarkan pembahasan yang telah
hasil belajar ini disebabkan karena dua hal
disampaikan diatas maka dapat disimpulkan
yaitu faktor internal yaitu kesiapan peserta
bahwa
didik dan faktor eksternal yaitu situasi
Kooperatif tipe Think Pair Share dapat
belajar yang sengaja diatur oleh pendidik.
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan
Sosiologi peserta didik kelas X IIS 1 SMA
hasil belajar yang didapatkan peserta didik
Negeri
kelas X IIS 1 SMA N 3 Boyolali
2016/2017.
dikarenakan
SIMPULAN
situasi
belajar
yang
telah
sengaja diatur oleh pendidik agar peserta
penerapan
3
model
Boyolali
Berdasarkan
pembelajaran
tahun
Penelitian
pelajaran
yang
telah
didik berpartisipasi secara aktif dalam proses
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan
pembelajaran melalui penerapan metode
penerapan metode pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share yang juga berpengaruh
tipe Think Pair Share pada peserta didik
pada kesiapan peserta didik dalam mengikuti
kelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali dapat
proses pembelajaran. Dari paparan diatas,
meningkatkan
capaian hasil belajar peserta didik kelas X
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali mata pelajaran
Sosiologi pada Tahap Pratindakan, Siklus I
dan
Siklus
Walaupun
II mengalami
tidak
seluruh
peningkatan.
peserta
didik
mengalami peningkatan hasil belajar pada
setiap tahapnya. Ada peserta didik yang
mengalami peningkatan nilai namun ada juga
peserta didik yang mengalami penurunan
nilai. Hal ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
hasil
belajar
dari
ranah
SARAN
1. Bagi Guru
a) Dalam
kegiatan
diharapkan
guru
pembelajaran,
dapat
lebih
melibatkan peserta didik secara aktif.
Penerapan kurikulum 2013 menuntut
peserta didik untuk lebih aktif dalam
kegiatan
guru
pembelajaran.
dapat
Diharapkan
menciptakan
suasana
belajar yang menarik peserta didik.
dengan cara memperhatikan guru
Sehingga
yang sedang mengajar.
peserta
didik
dapat
memahami materi dengan baik.
b) Peserta didik sebaiknya lebih tertib
dan
b) Penerapan model pembelajaran yang
disiplin
dalam
mengikuti
sebaiknya
kegiatan pembelajaran. Mengurangi
karakteristik
kegiatan yang dirasa mengganggu
peserta didik dan tujuan pembelajaran
proses pembelajaran dikelas seperti
yang
Dengan
bercanda dengan teman, bermain
dapat
HP, membaca novel., dan terlambat
dipergunakan
guru
disesuaikan
dengan
akan
pertimbangan
dicapai.
tersebut
akan
masuk kelas.
meningkatkan hasil belajar peserta
c) Peserta didik diharapkan bisa lebih
didik.
berpartisipasi secara aktif dalam
c) Dalam mengelola kelas, sebaiknya
guru
bisa
lebih
tegas
kegiatan pembelajaran.
dalam
menghadapi peserta didik. Dalam hal
ini dimaksudkan agar guru bertindak
3.
Bagi Sekolah
a) Sekolah
diharapkan
dapat
tegas terhadap peserta didik yang tidak
memberikan dorongan bagi guru
memperhatikan saat pelajaran maupun
untuk
tidak mentaati peraturan. Sehingga,
Tindakan
dapat tercipta suasana kelas yang
perbaikan proses pembelajaran.
nyaman dan peserta didik yang tertib.
kegiatan
berlangsung,
b) Sekolah
Kelas
Penelitian
sebagai
hendaknya
upaya
memberikan
rewards atau penghargaan terhadap
2. Bagi Peserta Didik
a) Selama
melaksanakan
pembelajaran
hendaknya
peserta
didik lebih bisa menghargai guru
guru
yang
pembelajaran
dapat
yang
menciptakan
kreatif
dan
variatif bagi peserta didik.
yang sedang menjelaskan materi
Asmani, J.M. (2011). Penelitian Tindakan
Candra, L. (2016). Sosiologi Peminatan
Ilmu-Ilmu
Sosial
Kelas
X.
Surakarta: Mediatama
Kelas. Jogjakarta: Transmedia
Dimyati & Mudjiono . (2010). Belajar dan
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman.
(2012).
Belajar
dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, S.B. (2010). Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Basrowi & Suwandi. (2008). Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas. Bogor:
Ghalia Indonesia
Faturrahman, H.J, dkk. (2012). Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka
Shoimin, A. (2014). Model Pembelajaran
Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Igak Wardhani, dkk. (2007). Penelitian
Tindakan
Kelas.
Jakarta:
Universitas Terbuka
Slameto. (2013). Belajar dan Faktorfaktor
yang
Mempengaruhi.
Jakarta: Rineka Cipta
Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : GP Press Group
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian
Hasil
Proses Belajar Mengajar . (Cet.
XV).
Bandung:
Ramaja
Rosdakarya
Mahmud. (2012). Sosiologi Pendidikan.
Bandung: Pustaka Setia
Miftahul,
Huda.
(2013).
Cooperative
Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
____________.(2014).
Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mulyasa. (2009). Praktik
Tindakan
Kelas.
Rosdakarya
Penelitian
Bandung:
Sugiyanto.
(2009).
Model-model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Mata Padi Presindo
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004).
Proses
Pendidikan.
Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sumadayo, S. (2013). Penelitian Tindakan
Kelas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suratno., Diatmika, S., & Widyabakti.,
HK. (2013). Buku Siswa Sosiologi
kelas X. Klaten: PT Cempaka Putih
__________. (2014). Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Susanto, A. 2013. Teori-Teori Belajar &
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta : Kharisma Putra Utama.
Natalia,
D.A.
(2015).
Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think
Pair
Share
Untuk
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Sosiologi Pada Siswa XI IIS 4
SMA N 5 Surakarta Tahun
Pelajaran
2014/2015
(Versi
Elektronik). Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas, 7 (2), 1-14.
Diperoleh pada 20 Februari 2017,
dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.ph
p/sosant/article/view/5983/4166
Susiani. A. (2015). Penerapan Model
Pembelajaran
PBL
untuk
Meningkatkan Hasil
Belajar
Sosiologi Siswa X IIS 5 SMA N 8
Surakarta
Tahun
Pelajaran
2014/2015 (Versi Elektronik).
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas,
7 (2), 1-16. Diperoleh pada 20
Februari
2017,
dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.p
hp/sosant/article/view/5693/3989
Rachmat, dkk. (2009). Pengantar Ilmu
Pendidikan. Surakarta: Yuma Pustaka
Sutikno,
S.
2013.
Belajar
dan
Pembelajaran.Lombok: Holitica
Suyono & Hariyanto. (2014). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset
Tim Penyusun. 2003. Undang-undang
Republik Indonesia no. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bandung : Citra Umbara.
Widyaningrum, K.A. (2016). Penerapan
Model Cooperative Learning Tipe
Team Game Tournament (TGT)
Untuk Meningkatkan Minat Dan
Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Mata Pelajaran Sosiologi Di Kelas
XI IIS 5 SMA N 2 Surakarta Tahun
Pelajaran
2015/2016
(Versi
Elektronik). Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas, 7 (2), 1-12.
Diperoleh pada 20 Februari 2017,
dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.ph
p/sosant/article/view/7196/4975
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
KELAS X IIS 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF THINK PAIR
SHARE TYPE O INCREASE THE LEARNING OUTCOMES IN SOCIOLOGY
SUBJECT STUDENTS OF X IIS 1 AT SENIOR HIGH SCHOOL 3 BOYOLALI
IN THE ACADEMIC YEAR OF 2016/2017
Agatha Anggraeni Kirana Putri, Siti Rochani, Slamet Subagya
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
April 2017
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam
setiap siklus terdiri dari tahap Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi dan Refleksi.
Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali yang terdiri dari 36
peserta didik. Sumber data diperoleh dari guru dan peserta didik. Teknik utama dalam penelitian
ini melalui observasi dan test, sedangkan teknik pendukung pengumpulan data menggunakan
dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe
Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Sosiologi
Kelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali tahun pelajaran 2016/2017, yang dimulai dari tahap
pratindakan, siklus I dan siklus II. Hasil belajar ranah kognitif pada tahap Pra Tindakan
menunjukkan 75,41 dengan prosentase ketuntasan peserta didik sebesar 64%. Hasil belajar
mengalami peningkatan pada Siklus I menjadi 81,02 dengan prosentase ketuntasan sebesar 75%.
Kemudian hasil belajar pada Siklus II kembali meningkat menjadi 85,11 dan prosentase
ketuntasan sebesar 92%. Sedangkan pada ranah afektif diperoleh prosentase pada Siklus I sebesar
76% menjadi 83% pada Siklus II. Kemudian prosentase ranah Psikomotor mengalami peningkatan
dari 72% pada Siklus I menjadi 89% pada Siklus II. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas ini
adalah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas X IIS 1 SMA N 3 Boyolali.
Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Think Pair Share, Hasil Belajar
ABSTRACT
The research purpose is to increase the learning outcomes in Sociology subject through the
implementation of cooperative learning model of Think Pair Share type to the students of X IIS 1
Senior High School 3 Boyolali year of 2016/2017.
This research is as a classroom action research ( CAR ) which acted for two cycles. Each cycle
consists of the steps of Planning, Actuating, Observing, and Reflecting. The subject of this
research is students X IIS 1 Senior High School 3 Boyolali as many as 36 students. The sources
of data are collected from the teacher and the students. The main data collection technique used
are observation and test, while the proponent technique used documentation technique. Data
analysis used are qualitative and quantitative data analysis. The result of this research showed that
the implementation of Cooperative learning model in Think Pair Share type can improve the
learning outcomes on Sociology subjects students of X IIS 1 Senior High School 3 Boyolali,
which is started from pre-action stage, cycle I, and cycle II. In the step of Pre Action the learning
outcome on the cognitive domain shows 75,41 with the completeness percentage retrieved 64%.
The learning outcome increase 81,02 on the first cycle with the completeness percentage retrieved
75%. Then, on second cycle the learning outcome increase 85,11 with the completeness
percentage retrived 92%. While, the learning outcomes of the affective learning completeness
percentage obtained on cycle I was 76% to 83% in cycle II. Then the sphere Psychomotor
precentage from 72% in the cycle I to 89% in cycle II. The conclusion of this Class Action
Research is that the Implemantation of Cooperative Learning Model of Think Pair Share type can
increase the learning outcomes in Sociology subject students of X IIS 1 at Senior High School 3
Boyolali in The Academic Year of 2016/2017.
Keyword: Classroom Action Research, Think Pair Share, Students Learning Outcomes
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang tidak
dan minat peserta didik, agar dapat
pernah terlepas dari kehidupan manusia.
kemahiran , ketepatan, dan keberhasilan
Seorang anak menerima pendidikan dari
dengan penuh tanggung jawab.
orangtuanya,
ketika
anak
melakukan
sesuatu
dalam
bentuk
bertumbuh
Tenaga pendidik atau guru bertugas
dewasa dan berkeluarga mereka juga akan
untuk melaksanakan transfer ilmu dalam
mendidik
Begitupula
suatu pembelajaran yang dilaksanakan di
pendidikan formal yang dilaksanakan di
kelas, selain itu juga untuk mendidik
sekolah dan perguruan tinggi, para peserta
untuk membentuk kepribadian peserta
didik dan mahasiswa di didik oleh guru
didik,
dan dosen. Pendidikan bukan hanya untuk
potensi
memberikan pengetahuan namun juga
manfaatnya dapat dirasakan baik bagi
mengembangkan potensi yang dimiliki
dirinya
setiap peserta didik, yaitu pengembangan
lingkungannya. Oleh karena itu guru
semua
diharapkan
anak-anaknya.
potensi,
kecakapan,
serta
serta
untuk
yang
mengembangkan
dimiliki
sendiri
sehingga
maupun
mampu
untuk
menggabungkan
karakteristik pribadinya ke arah positif
antara teori dan praktik secara seimbang.
baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
Berkaitan
Seperti dalam penerapan Kurikulum 2013,
dipergunakan
sekolah menyelenggarakan pendidikan
peneliti dalam PTK adalah Kurikulum
untuk mengembangkan potensi seorang
2013.
peserta
ini
pembelajaran lebih difokuskan kepada
(Mulyasa, 2014: 68) menyatakan bahwa
peserta didik atau student center, namun
kurikulum 2013 ini diarahkan untuk
pada
mengembangkan
pengetahuan,
pembelajaran berpusat pada guru. Dalam
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap,
penerapan kurikulum 2013, guru berperan
didik.
Berkaitan
dengan
dengan
kelas
Dalam
kenyataannya
kurikulum
yang
digunakan
Kurikulum
saat
yang
ini
2013
proses
sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
pula.
Dalam hal ini, peserta didik dituntut lebih
penguatan-penguatan tertentu terhadap
aktif
sehingga
materi yang disampaikan guru kepada
mengembangkan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
dalam
peserta
pembelajaran
didik
dapat
Untuk
itu,
diperlukan
adanya
Penguatan materi pembelajaran tidak
potensinya secara optimal.
Daya tarik suatu mata pelajaran atau
hanya diberikan dalam bentuk penjelasan,
pembelajaran akan ditentukan oleh dua
mencatat materi belajar, namun melalui
hal yaitu oleh mata pelajaran itu sendiri
latihan soal baik secara tertulis maupun
dan juga cara guru mengajar. Sehingga,
lisan. Dengan seperti itu, pemahaman
tugas guru disini adalah bagaimana
peserta
menciptakan cara mengajar yang dapat
pembelajaran akan lebih meningkat dan
menarik
akan berdampak pada hasil belajar peserta
peserta
didik
untuk
memperhatikan pelajaran. Selain itu, guru
didik
terhadap
materi
didik akan meningkat.
harus bisa menjadikan pelajaran yang
Berdasarkan observasi yang peneliti
awalnya dianggap peserta didik tidak
lakukan di SMA Negeri 3 Boyolali mulai
menarik
menjadikannya
18 dan 25 November 2016 peneliti
menarik, menjadikan materi yang semula
mengamati situasi belajar di kelas X IIS
dirasa sulit menjadi mudah yaitu salah
SMA N 3 Boyolali subjek penelitian yang
satunya
model
dipilih peneliti adalah X IIS 1. Dimana
pembelajaran kooperatif tertentu sehingga
dalam kelas tersebut terdiri dari 36 peserta
peserta didik tidak mudah bosan dengan
didik yang memiliki karakteristik yang
cara
yang
berbeda yang terdiri dari 10 peserta didik
sebagai
laki-laki dan 26 peserta didik perempuan.
kemudian
melalui
mengajar
menjadikan
penerapan
teacher
peserta
center
didik
pendengar saja dan membuat mereka akan
Berdasarkan
bosan.
untuk
dilakukan mulai Oktober kelas tersebut
model
memiliki beberapa permasalahan yang
pembelajaran yang dapat menarik peserta
menyebabkan hasil belajar masih rendah
didik maka mereka akan secara sukarela
diantaranya adalah
mempelajari materi lebih lanjut karena
1. Peserta didik tidak memperhatikan
adanya kebutuhan akan belajar muncul
guru dan ramai sendiri saat proses
dari diri peserta didik dan belajar bukan
pembelajaran.
sekedar kewajiban. Proses pembelajaran
Hampir separuh kelas ketika pelajaran
yang tepat dan benar akan menghasilkan
berlangsung dan guru menjelaskan di
dan memberikan hasil belajar yang baik
depan
Ketika
menerapkan
guru
cara
berhasil
maupun
observasi
kelas,
peserta
yang
didik
telah
asik
berbicara
sendiri
dengan
teman
kedalam
kelas,
pelajaran
tidak
sebangku ataupun sekitarnya. Yang
langsung dimulai karena menunggu
mereka bicarakan bukan terkait tentang
kesiapan siswa untuk merapikan meja
pelajaran sosiologi. Biasanya mereka
dan
membicarakan banyak hal tentang
makanan. Hal ini terjadi tidak hanya
yang saat ini menjadi trend dikalangan
sekali dua kali namun setiap pelajaran
anak remaja ataupun membahas tugas
Sosiologi selalu seperti ini. Hal ini
pelajaran lain. Hal ini terjadi karena 2
mungkin juga disebabkan karena guru
faktor yakni dari diri peserta didik
kurang
yang pada dasarnya senang berbicara
menghadapi
namun tidak bisa menempatkan diri
terlambat masuk kelas.
dan juga faktor dari guru yang tidak
membuang
sampah
bertidak
bekas
tegas
peserta
untuk
didik
3. Masih banyak peserta didik yang
menasihati dan mengingatkan agar
bermain handphone
peserta didik memperhatikan ketika
pembelajaran sedang berlangsung.
pembelajaran
Saat
sedang
berlangsung.
yng
sendiri ketika
pembelajaran
berlangsung
Selain itu ketika ceramah guru hanya
seringkali peserta didik asik bermain
didepan kelas terus yang membuat
handphone. Mereka terlihat biasa saja
peserta didik yang memperhatikan
ketika
hanya yang duduk dibarisan depan.
pelajaran
2. Peserta
didik
kurang
siap
dalam
bermain
handphone
berlangsung.
saat
Beberapa
peserta didik juga menaruh handphone
menerima pelajaran karena beberapa
diatas
peserta didik terlambat masuk kelas.
berlangsung. Yang mereka lakukan
Pada saat memasuki pergantian jam
diantaranya chatting bbm maupun
pelajaran dari jam ketiga menuju jam
whatsapp, bermain instagram biasanya
keempat diselingi istirahat. Saat bel
mereka
masuk jam keempat peserta didik tidak
onlineshop, dan juga instagram artis-
segera
artis idolanya, maen game.
memasuki
kelas
untuk
melanjutkan pelajaran. Ada peserta
meja
ketika
membuka
pelajaran
4. Sejumlah peserta didik memiliki hasil
didik yang masih jajan dikantin, makan
belajar yang rendah.
dikelas,
mandi,
Pada kegiatan pretest mata pelajaran
bercanda dengan temannya dan masih
Sosiologi, didapatkan rata-rata kelas
banyak lagi. Sehingga menyebabkan
hanya sebesar 75,41. Jumlah rata-rata
pelajaran berkurang hingga 25 menit.
tersebut
Setelah semua peseta didik masuk
Ketuntasan
pergi
kekamar
tidak
mencapai
Minimal
Kriteria
(KKM),
sedangkan
Kriteria
Minimal
untuk
mata
Ketuntasan
tidak monoton dan asik. Contohnya
pelajaran
seperti ketika pembelajaran disertai
Sosiologi di SMA Negeri 1 Boyolali
game, video, debat dll.
adalah 76. Sebanyak 36% atau 13
peserta
didik
dari
jumlah
siswa
3. Ketika
menjelaskan
materi
guru
sebanyak 36 siswa kelas X IIS 1
belum memberikan contoh kasus
mendapatkan nilai di bawah Kriteria
nyata.
Ketuntasan Minimal.
Saat penulis melakukan observasi
Selain dari peserta didik, peneliti juga
dikelas X IIS 1 SMA N 3 Boyolali
menemukan permasalahan yang terjadi
guru
dikelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali
tentang
yang disebabkan oleh guru. Adapun
Interaksi Sosial. Ketika menjelaskan
permasalahan tersebut sebagai berikut:
guru
sedang
menjelaskan
materi
hanya
faktor
materi
pendorong
membahas
tentang
1. Kurangnya guru dalam menguasai
pengertiannya saja tanpa memberikan
kelas dan masih teacher center . Hal
contoh yang real. Sehingga ketika
tersebut terlihat ketika guru kurang
penulis melakukan observasi lagi
bersikap tegas dan tidak menegur
seminggu
peserta
memberi pertanyaan kepada peserta
didik
yang
ramai
saat
sebelum
pelajaran, bermain HP dan terlambat
didik
masuk kelas.
identifikasi,
2. Guru belum menggunakan model
pembelajaran
yang
tepat
sesuai
tentang
UAS,
contoh
simpati
dan
guru
imitasi,
empati.
Peserta didik masih terlihat bingung
karena
pada
saat
pembelajaran
dengan keadaan kelas yang diampu
sebelumnya guru menjelaskan tanpa
sehingga peserta didik menjadi bosan
memberikan contoh real dan pada
dan ramai.
dasarnya
Ketika penulis mewawancarai salah
identifikasi hampir mirip begitu juga
satu peserta didik mengapa kalau
dengan simpati dan empati maka
dikelas ramai ketika pembelajaran
ketika guru menjelaskan tanpa contoh
sosiologi. Alasanya karena mereka
real peserta didik akan bingung.
bosan dengan metode ceramah dan
Kelas X IIS 1 SMA N 3 Boyolali
kemudian diberi tugas. Sehingga
merupakan kelas yang sering dikenal
membuat mereka menjadi mengantuk
dengan
dan memilih ramai dikelas. Mereka
dibandingkan dengan kelas X IIS yang
menginginkan
lainnya. Selain itu hasil belajar peserta
pembelajaran
yang
kelas
konsep
yang
imitasi
paling
dan
ramai
didik kelas X IIS SMA N 3 Boyolali juga
pembelajaran dan bisa lebih memahami
bisa dibilang masih rendah. Hal ini yang
permasalahan
menjadi alasan penulis untuk melakukan
terjadi dalam masyarakat. Namun, hampir
Penelitian Tindakan Kelas di X IIS 1 yaitu
seluruh peserta didik tidak mengerjakan
guna mengupayakan peningkatan hasil
secara sungguh-sungguh dan hanya copy
belajar. Mata Pelajaran Sosiologi kelas X
paste melalui internet saja. Akibatnya
IIS 1 SMA N 3 Boyolali berlangsung
peserta didik kurang paham terhadap
setiap hari Jumat mulai dari jam ke 3-5.
materi tersebut dan hasil belajar menjadi
Pada saat pergantian jam ke 4 menuju jam
kurang maksimal karena masih banyak
ke 5 proses pembelajaran diselingi dengan
peserta didik yang belum tuntas KKM.
ataupun
keadaan
yang
jam istirahat. Ketika jam istirahat telah
Guru dan peneliti berupaya mencari
selesai, peserta didik tidak langsung
solusi atas permasalahan-permasalahan
bersiap
dan
yang dialami kelas X IIS 1 agar hasil bisa
melanjutkan pembelajaran. Mereka masih
lebih meningkat. Yang menjadi fokus
berada diluar kelas untuk jajan dan
masalah disini adalah model pembelajaran
melakukan kegiatan-kegiatan lain diluar
yang digunakan guru yang belum sesuai
pembelajaran Sosiologi. Keterlambatan
dengan keadaan kelas sehingga membuat
pembelajaran ini tidak hanya oleh peserta
peserta
didik, namun juga dari pihak guru.
sehingga
Sehingga
memperhatikan pelajaran dan melakukan
untuk
memasuki
pembelajaran
kelas
menjadi
berkurang selama 20 menit.
Sosiologi,
metode
menjadi
memilih
aktivitas-aktivitas
Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru
didik
yang
biasa
cepat
untuk
yang
bosan
tidak
dapat
mengganggu konsentrasi mereka dalam
proses KBM. Hal ini membuat peserta
digunakan saat mengajar adalah dengan
didik
metode ceramah, jigsaw, presentasi. Guru
pembelajaran
sudah mengupayakan untuk memperbaiki
mereka tidak memahami materi yang
pembelajaran untuk meningkatkan hasil
disampaikan guru dan membuat hasil
belajar yang maksimal yaitu dengan
belajar mereka rendah. Dari kegiatan
melakukan survey dan membuat makalah
refleksi yang dilakukan guru dengan
hasil penelitian mengenai permasalahan
peneliti
sosial yang terdapat dilingkungan sekitar
dalam proses pembelajaran yaitu dengan
mereka. Dengan melakukan pengamatan
perubahan metode dan peningkatan peran
secara langsung guru berharap agar
serta
peserta didik tidak merasa bosan dengan
pembelajaran.
tidak
maka
peserta
mengikuti
dengan
baik
diperlukan
didik
dalam
Sehingga
proses
sehingga
perubahan
kegiatan
diharapkan
peserta didik mampu memahami materi
Penerapan metode Think Pair Share ini
pelajaran lebih baik dan hasil belajar
dapat meminimalisir agar peserta didik
dapat meningkat. Dalam rangka perbaikan
tidak
proses pembelajaran dan mencari solusi
berlangsung
untuk permasalahan yang ada maka perlu
mengoptimalkan partisipasi peserta didik
diadakan
karena dengan bekerja berpasangan secara
Penelitian
Tindakan
Kelas.
ramai
saat
pembelajaran
dan
juga
bisa
Model pembelajaran yang dianggap tepat
tidak
untuk memperbaiki hasil belajar Sosiologi
berpartisipasi dalam diskusi tersebut.
di
model
Ketika proses penerapan Think Pair Share
Pair
guru bisa menggunakan video, gambar,
Share. Manfaat dari model pembelajaran
maupun artikel yang terkait dengan materi
menurut Miftahul
yang berkaitan agar peserta didik tidak
(2015: 206) antara lain, “Memungkinkan
bosan. Proses partisipasi peserta didik
peserta didik untuk bekerja sendiri dan
akan
bekerja
menjadi
kelas
X
IIS
pembelajaran
Think Pair
1
adalah
Kooperatif
Share
sama
dengan
Think
orang
lain,
langsung
membuat
mereka
pemahaman
bertambah
harus
mereka
sehingga
akan
Mengoptimalkan partisipasi peserta didik,
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Memberi kesempatan kepada peserta
Oleh sebab itu, peneliti memilih judul
didik
“Penerapan
untuk
menunjukkan
partisipasi
mereka kepada orang lain.”
Model
Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share untuk
Metode Think Pair Share dianggap
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Mata
tepat untuk meningkatkan hasil belajar
Pelajaran Sosiologi SMA N 3 Boyolali
dan partisipasi siswa dalam pembelajaran
tahun pelajaran 2016/2017”
serta peserta didik dituntut dapat bekerja
sama secara individu maupun kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu
METODE PENELITIAN
Penelitian
Tindakan
Kelas
ini
metode Think Pair Share cocok dengan
dilaksanakan di kelas X IIS 1 SMA Negeri 3
karakteristik peserta didik yang aktif.
Boyolali
Karena saat penulis menggantikan guru
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan
mengajar dikarenakan sedang ada acara,
Oktober 2016 sampai bulan Februari 2017.
saat
diskusi
Subjek Penellitian Tindakan kelas (PTK) ini
kemudian dilanjutkan mempresentasikan
difokuskan pada siswa kelas X IIS 1 SMA
hasil diskusi dan terdapat sesi tanya
Negeri 3 Boyolali
jawab. Respon dari peserta didik sangat
didik 26 orang yang terdiri dari 9 peserta
aktif dalam diskusi dan sesi tanya jawab.
didik putra dan 27 peserta didik putri.
mengisi
menggunakan
tahun
pelajaran
2016/2017.
dengan jumlah peserta
Sedangkan objek penelitian ini adalah segala
didasari pola pikir fenomenologi
aktivitas proses pembelajaran yang ada di
bersifat multiperspektif yang artinya untuk
dalam kelas.
menarik kesimpulan yang mantap diperlukan
yang
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian
tidak hanya satu cara pandang. Triangulasi
Tindakan Kelas (classroom action research).
yang digunakan dalam Penelitian Tindakan
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab 2
Kelas (PTK) ini yaitu triangulasi data.
bahwa tujuan dari penelitian tindakan kelas
Triangulasi data yaitu data yang sama akan
ini adalah untuk meningkatkan maupun
lebih mantap kebenarannya bila digali dari
memperbaiki kualitas pembelajaran yang
beberapa sumber data yang berbeda sehingga
dilaksanakan guru.
data yang diperoleh benar-benar objektif.
Data dan sumber data yang akan
Data dapat diperoleh dari hasil belajar
dikumpulkan oleh peneliti adalah seluruh
peserta didik pada saat pratindakan, siklus 1,
hasil
dan siklus 2.
pengamatan
pembelajaran
yang
mengandung
informasi
keadaan
proses
dan
Teknik analisis data yang digunakan
kegiatan
dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dan
penelitian. Sumber data yang digunakan
kualitatif. Pada teknik kuantitatif analisis
antara lain informan yaitu guru dan peserta
data dilakukan dengan cara membandingkan
didik. Selain itu peneliti juga mengumpulkan
peningkatan hasil belajar siswa pada setiap
data dari arsip dan dokumentasi yang
siklus yaitu berupa nilai rata-rata kelas serta
berhubungan dengan hasil belajar peserta
dilengkapi dengan ketuntasan hasil belajar
didik.
siswa yang disajikan dalam data dengan
Teknik
sebenarnya
dalam
pengumpulan
data
yang
bentuk
tabel
dan
grafik.
Pada
teknik
digunakan adalah dengan cara observasi atau
kualitatif analisis data yang dilakukan yaitu
pengamatan ,tes, dan dokumentasi. Aspek
dengan mengamati dan membandingkan
yang di amati adalah aspek afektif dan
aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru
psikomotorik. Bentuk tes yang digunakan
dan siswa baik itu sikap, tingkah laku, dan
adalah tes tertulis yang terdiri dari 20 soal
ketrampilan
pilihan ganda dan 2 soal essay.
pembelajaran tipe Think Pair Share pada
Teknik pengujian validitas data pada
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini
menggunakan triangulasi yang merupakan
salah satu cara yang digunakan untuk
meningkatkan
validitas
data
saat
penerapan
model
setiap siklus dan nantinya digunakan untuk
menyusun
dan
memperbaiki
rencana
pelaksanaan tindakan selanjutnya.
Indikator kerja merupakan suatu acuan
dalam
yang digunakan peneliti untuk mengukur
penelitian. Triangulasi yaitu teknik yang
ketercapaian tujuan yang telah direncanakan.
Indikator yang digunakan dalam penelitian
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
ini adalah sebesar 80% dengan nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 76.
Prosedur penelitian yang digunakan
dalam melaksanakan Penelitian Tindakan
Pra
Tindakan
Kelas (PTK) ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Arikunto yang terdiri
dari
empat
tahap
yaitu
perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
HASIL
TINDAKAN
DAN
PEMBAHASAN
Berikut adah tabel hasil penelitian tiap
siklus
80
Siklus II
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2017)
Gambar 4.16 Grafik Perbandingan Rata-rata
Hasil Belajar Setiap Siklus
Dari tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa pada Kegiatan Pra Siklus peneliti
mendapatkan temuan hasil belajar peserta
kelas X
92%
IIS
75%
64%
Tuntas KKM
60
40
Siklus I
85,11
didik
a) Ranah Kognitif
100
81,02
75,41
1
SMA
Negeri
36%
25%
20
8%
Belum Tuntas
KKM
0
Pra TindakanSiklus I Siklus II
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2017)
Gambar 4.15 Prosentase Ketuntasan Hasil
Belajar Ranah Kognitif Setiap
Siklus
Apabila digambarkan melalui grafik, maka
rata-rata hasil belajar peserta didik tiap
siklus dapat dilihat sebagai berikut:
3
Boyolal
i
melalui
pretest,
dimana
hasil
perolehannya 23 peserta didik atau 64%
peserta didik sudah mencapai KKM dan
masih terdapat 13 dari 36 atau 36% peserta
didik di kelas belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan
yaitu 76. Sedangkan rata-rata hasil pretest
yaitu sebesar 75,41. Dalam hal ini hasil
belajar peserta didik kelas X IIS 1 SMA
Negeri 3 Boyolali masih berada dibawah
Kriteria
Ketuntasan
sehingga
C dimana pada Siklus 1 telah mencapai hasil
peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan
belajar sebesar 83,5% namun pada Siklus II
hasil belajar melalui penerapan metode
menurun menjadi 83%. Meskipun rata-rata
pembelajaran
yang
hasil belajar pada poin C menurun tetapi
dimungkinkan mampu meningkatkan hasil
masih berada pada target yang ditetapkan,
belajar peserta didik kelas X IIS 1 SMA
yaitu 80%. Dengan demikian capaian hasil
Negeri 3 Boyolali pada mata pelajaran
belajar ranah afektif peserta didik kelas X IIS
Sosiologi. Setelah diterapkannya metode
1 SMA Negeri 3 Boyolali yang diungkapkan
pembelajaran Think Pair Share rata-rata
diatas
hasil
mengalami
pembelajaran antara Siklus I dan Siklus II
peningkatan 81,02 atau sudah mencapai
mengalami peningkatan, serta tercapainya
batas KKM. Selain itu prosentase ketuntasan
hasil belajar ranah afektif pada Siklus II.
hasil belajar pada siklus I mengalami
Sehingga dapat diketahui bahwa penerapan
peningkatan menjadi 75%. Walaupun rata-
model pembelajaran Kooperatif tipe Think
rata hasil belajar peserta didik sudah
Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar
mencapai
peserta didik pada ranah afektif kelas X IIS
Think
belajar
Minimal
Pair
peserta
KK
didik
indikator
Share
yang
telah
menunjukkan
bahwa
ditentukan yaitu 80%. Sehingga peneliti
SMA Negeri 3 Boyolali
memutuskan untuk melakukan siklus II
pelajaran Sosiologi.
sebagai perbaikan hasil belajar. Pada Siklus
c) Ranah Psikomotor
proses
dalam mata
II rata-rata hasil belajar peserta didik kembali
meningkat menjadi 85,11 dan prosentase
ketuntasan hasil belajar juga telah mencapai
indikator kinerja penelitian yaitu sebesar
92%.
b) Ranah Afektif
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2017)
Tabel 4.13 Perbandingan Prosentase Capaian
Hasil Belajar Ranah Afektif Peserta Didik
Pada Siklus I dan Siklus II
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2017)
Tabel 4.13 menunjukkan perbandingan
Tabel 4.14 Perbandingan Prosentase Capaian
capaian hasil belajar ranah afektif pada siklus
Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siklus I dan
1 dan siklus 2 disetiap instrumen yang
Siklus I
mengalami peningkatan. Adapun instrumen
yang mengalami penurunan yaitu pada poin
Berdasarkan tabel diatas dapat dipahami
bahwa
perolehan
hasil
belajar
ranah
Pratindakan ini dilaksanakan selama dua
kali pertemuan yaitu pertemuan pertama
observasi
dan
pertemuan
kedua
pelaksanaan pretest. Setelah Pelaksanaan
Pratindakan,
peneliti
menemukan
beberapa permasalahan yang dihadapi
psikomotor
secara
umum
mengalami
peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Poin A
pada Siklus I mencapai hasil belajar ranah
psikomotor sebesar 81% dan meningkat pada
Siklus II menjadi 89%. Poin B pada Siklus I
mencapai hasil belajar sebesar 72% dan pada
Siklus II menjadi 94%. Dan Poin C pada
Siklus I mencapai hasil belajar sebesar 64%
dan pada Siklus II meningkat menjadi 83%.
Dengan demikian capaian hasil belajar ranah
psikomotor peserta didik kelas X IIS 1 SMA
Negeri 3 Boyolali yang diungkapkan diatas
menunjukkan bahwa proses pembelajaran
antara Siklus I dan Siklus II mengalami
peningkatan, serta tercapainya hasil belajar
ranah psikomotor pada Siklus II. Sehingga
dapat diketahui bahwa penerapan model
pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair
Share dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada ranah psikomotor kelas X
IIS SMA Negeri 3 Boyolali dalam mata
pelajaran Sosiologi.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pembahasan hasil penelitian ditinjau dari
hasil masing-masing siklus selama penelitian
sebagai berikut:
1) Pra Siklus
peserta didik kelas X IIS 1 SMA Negeri 3
Boyolali.
Permasalahan
diantaranya
Peserta
tersebut
didik
tidak
memperhatikan guru dan ramai sendiri
saat proses pembelajaran, Peserta didik
kurang siap dalam menerima pelajaran
karena beberapa peserta didik terlambat
masuk kelas hampir 20 menit, Masih
banyak
peserta
didik
yang
main
handphone sendiri ketika pembelajaran
sedang
berlangsung,
lakukan
diantaranya
Yang
mereka
chatting
bbm
maupun whatsapp, bermain instagram
biasanya mereka membuka instagram
onlineshop, dan juga instagram artis-artis
idolanya, maen game. Permasalahan yang
ditemukan tersebut memberikan pengaruh
terhadap
hasil
belajar
yang
belum
maksimal. Terdapat beberapa peserta
didik yang belum dapat mencapai batas
Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata
Pelajaran Sosiologi yaitu 76. Diketahui
dari hasil test Pratindakan terdapat 13
peserta didik yang belum mencapai KKM,
dengan rata-rata sebesar 75,41 atau belum
mencapai
batas
memperbaiki
pembelajaran
KKM.
proses
dan
Untuk
kegiatan
memperbaiki
hasil
belajar peserta didik, guru dan peneliti
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
melakukan refleksi atas temuan beberapa
siklus, dengan setiap siklus berlangsung
permasalahan
dalam tiga kali pertemuan. Dimana
diatas.
Dari
kegiatan
refleksi yang dilakukan guru dengan
pertemuan
peneliti
Penyampaian Materi, pertemuan kedua
maka
diperlukan
perubahan
pertama
digunakan
untuk
dalam proses pembelajaran yaitu dengan
penerapan
perubahan metode dan peningkatan peran
Kooperatif tipe Think Pair Share dan
serta
kegiatan
Presentasi, Pertemuan ketiga melanjutkan
pembelajaran. Peningkatan peran serta
presentasi dan evaluasi pembelajaran
peserta
kegiatan
untuk mengukur hasil belajar peserta
pembelajaran dapat dilakukan dengan
didik. Penerapan model pembelajaran
meningkatkan
pelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share ini
tersebut ataupun dengan mengubah cara
menggunakan media artikel, disajikan
guru mengajar. Terkait dengan Teori
artikel
Belajar
(Aunurrahman,
berbeda mengenai Ragam Gejala Sosial
2012: 44) menyatakan bahwa belajar
akibat Perubahan Sosial dan Gejala Sosial
diartikan sebagai perubahan persepsi dan
akibat Penyimpangan Sosial. Dengan
pemahaman. Persepsi peserta didik yang
tema pembahasan yang bermacam-macam
menganggap bahwa belajar adalah hal
ini
yang membosankan dapat diubah dengan
mengetahui ragam gejala sosial yang ada
menciptakan suasana belajar dan cara
dalam masyarakat. Pada Siklus I yang
mengajar yang asik dan tidak monoton.
telah dilaksanakan, diperoleh peningkatan
Sehingga peserta didik berperan untuk
hasil
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
dibandingkan dengan hasil belajar pada
diharapkan
mampu
Pratindakan. Rata-rata hasil belajar ranah
memahami materi pelajaran lebih baik
kognitif yang diperoleh pada Siklus I
dan
meningkat.
yaitu meningkat menjadi 81,02. Terdapat
Dengan permasalahan yang ditemukan,
9 peserta didik atau 25% peserta didik
maka
pembelajaran
dikelas belum mencapai batas KKM,
Kooperatif tipe Think Pair Share untuk
sedangkan 75% atau 27 peserta didik
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
telah berhasil mencapai batas KKM.
Sosiologi peserta didik kelas X IIS 1
Selain mengukur hasil belajar ranah
SMA Negeri 3 Boyolali.
kognitif, peneliti juga mengukur hasil
peserta
didik
dalam
dalam
daya
tarik
Kognitivisme
hasil
2) Siklus I
didik
peserta
belajar
dipilihlah
didik
dapat
model
model
dengan
diharapkan
belajar
pembelajaran
sembilan
peserta
ranah
tema
didik
kognitif
yang
lebih
jika
belajar ranah afektif dan psikomotor.
Untuk hasil belajar ranah afektif diperoleh
adalah sebesar 92% atau sekitar 33 peserta
prosentase
76%.
didik telah berhasil mencapai nilai diatas
Sedangkan untuk hasil belajar ranah
KKM dan terdapat 3 peserta didik atau 8%
psikomotor
yang masih mendapat nilai dibawah KKM.
ketuntasan
sebesar
diperoleh
prosentase
ketuntasan sebesar 72%. Artinya capaian
Kemudian
prosentase ketuntasan hasil belajar peserta
diperoleh peningkatan rata-rata prosentase
didik baik dari ranah kognitif, afektif,
Siklus I sebesar 76% menjadi 83% pada
maupun psikomotor pada Siklus I masih
Siklus II. Kemudian hasil belajar ranah
berada di bawah Indikator yang telah
psikomotor diperoleh peningkatan rata-rata
ditargetkan yaitu 80%.
prosentase tiap aspek yaitu dari Siklus I 72%
3) Siklus II
hasil
belajar
ranah
afektif
dan Siklus II menjadi 89%. Terkait dengan
Berdasarkan
hasil
yang
Teori Belajar Gagne (Aunurrahman, 2012:
dilakukan peneliti dengan guru, penerapan
47) menyatakan bahwa dalam proses belajar
Think Pair Share pada Siklus I yang
terdapat
menggunakan
meningkatnya
media
refleksi
artikel.
Terdapat
fenomena
yaitu
intelektual
bahwa
individu
akan
beberapa peserta didik yang tidak memahami
berjalan beriringan dengan
bahan diskusi karena malas untuk membaca
umur seseorang, dan belajar akan lebih cepat
artikel tersebut. Sehingga pada Siklus II ini
apabila menggunakan strategi kognitif yaitu
guru
untuk
dengan mengubah persepsi dan pemahaman
menggunakan media video agar seluruh
individu dalam memecahkan masalah secara
peserta didik memahami permasalahan yang
lebih
disajikan. Pembelajaran pada Siklus II ini
penerapan metode pembelajaran Think Pair
berlangsung lebih kondusif dibandingkan
Share didapatkan lima macam hasil belajar
saat pelaksanaan Siklus I. Peran serta peserta
seperti yang telah disebutkan oleh Gagne.
didik dalam kegiatan pembelajaran melalui
Yang
Think Pair Share lebih meningkat karena
Intelektual, melalui penerapan metode Think
hampir seluruh peserta didik turut aktif
Pair
dalam kegiatan diskusi. Setelah dilaksanakan
memecahkan permasalahan yang telah guru
tes evaluasi pembelajaran diakhir pertemuan
berikan melalui bahan diskusi. Yang kedua
diperoleh
ranah
Strategi Kognitif, melalui penerapan metode
kognitif sebesar 85,11. Prosentase ketuntasan
TPS peserta didik mampu memahami materi.
hasil belajar sudah berada diatas indikator
Yang ketiga Informasi Verbal, peserta didik
yang telah ditargetkan sebesar 80%. Pada
mampu memahami dan mendeskripsikan
Siklus II, prosentase ketuntasan peserta didik
kata-kata melalui pelaksanaan presentasi.
dan
peneliti
rata-rata
memutuskan
hasil
belajar
efisien.
pertama
Share
Setelah
adalah
peserta
meningkatnya
berlangsungnya
Ketrampilan
didik
mampu
Yang keempat Ketrampilan Motorik, melalui
tidak selalu cocok diterapkan untuk setiap
penerapan metode Think Pair Share secara
peserta didik dengan karakteristik peserta
otomatis ketrampilan motorik peserta didik
didik
akan
diharapkan
meningkat
salah
satunya
berupa
yang
berbeda.
Sehingga,
untuk
selalu
guru
dapat
penguasaan terhadap metode TPS, dan Yang
mengembangkan model pembelajaran yang
terakhir yaitu Sikap, setelah pelaksanaan
inovatif dengan harapan agar seluruh peserta
pembelajaran dengan penerapan metode TPS
didik
partisipasi
memahami setiap materi yang disampaikan.
peserta didik secara tidak
tidak
mudah
bosan
dan
lebih
langsung telah lebih baik. Meningkatnya
Berdasarkan pembahasan yang telah
hasil belajar ini disebabkan karena dua hal
disampaikan diatas maka dapat disimpulkan
yaitu faktor internal yaitu kesiapan peserta
bahwa
didik dan faktor eksternal yaitu situasi
Kooperatif tipe Think Pair Share dapat
belajar yang sengaja diatur oleh pendidik.
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan
Sosiologi peserta didik kelas X IIS 1 SMA
hasil belajar yang didapatkan peserta didik
Negeri
kelas X IIS 1 SMA N 3 Boyolali
2016/2017.
dikarenakan
SIMPULAN
situasi
belajar
yang
telah
sengaja diatur oleh pendidik agar peserta
penerapan
3
model
Boyolali
Berdasarkan
pembelajaran
tahun
Penelitian
pelajaran
yang
telah
didik berpartisipasi secara aktif dalam proses
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan
pembelajaran melalui penerapan metode
penerapan metode pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share yang juga berpengaruh
tipe Think Pair Share pada peserta didik
pada kesiapan peserta didik dalam mengikuti
kelas X IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali dapat
proses pembelajaran. Dari paparan diatas,
meningkatkan
capaian hasil belajar peserta didik kelas X
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
IIS 1 SMA Negeri 3 Boyolali mata pelajaran
Sosiologi pada Tahap Pratindakan, Siklus I
dan
Siklus
Walaupun
II mengalami
tidak
seluruh
peningkatan.
peserta
didik
mengalami peningkatan hasil belajar pada
setiap tahapnya. Ada peserta didik yang
mengalami peningkatan nilai namun ada juga
peserta didik yang mengalami penurunan
nilai. Hal ini menunjukkan bahwa model
pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
hasil
belajar
dari
ranah
SARAN
1. Bagi Guru
a) Dalam
kegiatan
diharapkan
guru
pembelajaran,
dapat
lebih
melibatkan peserta didik secara aktif.
Penerapan kurikulum 2013 menuntut
peserta didik untuk lebih aktif dalam
kegiatan
guru
pembelajaran.
dapat
Diharapkan
menciptakan
suasana
belajar yang menarik peserta didik.
dengan cara memperhatikan guru
Sehingga
yang sedang mengajar.
peserta
didik
dapat
memahami materi dengan baik.
b) Peserta didik sebaiknya lebih tertib
dan
b) Penerapan model pembelajaran yang
disiplin
dalam
mengikuti
sebaiknya
kegiatan pembelajaran. Mengurangi
karakteristik
kegiatan yang dirasa mengganggu
peserta didik dan tujuan pembelajaran
proses pembelajaran dikelas seperti
yang
Dengan
bercanda dengan teman, bermain
dapat
HP, membaca novel., dan terlambat
dipergunakan
guru
disesuaikan
dengan
akan
pertimbangan
dicapai.
tersebut
akan
masuk kelas.
meningkatkan hasil belajar peserta
c) Peserta didik diharapkan bisa lebih
didik.
berpartisipasi secara aktif dalam
c) Dalam mengelola kelas, sebaiknya
guru
bisa
lebih
tegas
kegiatan pembelajaran.
dalam
menghadapi peserta didik. Dalam hal
ini dimaksudkan agar guru bertindak
3.
Bagi Sekolah
a) Sekolah
diharapkan
dapat
tegas terhadap peserta didik yang tidak
memberikan dorongan bagi guru
memperhatikan saat pelajaran maupun
untuk
tidak mentaati peraturan. Sehingga,
Tindakan
dapat tercipta suasana kelas yang
perbaikan proses pembelajaran.
nyaman dan peserta didik yang tertib.
kegiatan
berlangsung,
b) Sekolah
Kelas
Penelitian
sebagai
hendaknya
upaya
memberikan
rewards atau penghargaan terhadap
2. Bagi Peserta Didik
a) Selama
melaksanakan
pembelajaran
hendaknya
peserta
didik lebih bisa menghargai guru
guru
yang
pembelajaran
dapat
yang
menciptakan
kreatif
dan
variatif bagi peserta didik.
yang sedang menjelaskan materi
Asmani, J.M. (2011). Penelitian Tindakan
Candra, L. (2016). Sosiologi Peminatan
Ilmu-Ilmu
Sosial
Kelas
X.
Surakarta: Mediatama
Kelas. Jogjakarta: Transmedia
Dimyati & Mudjiono . (2010). Belajar dan
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman.
(2012).
Belajar
dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, S.B. (2010). Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Basrowi & Suwandi. (2008). Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas. Bogor:
Ghalia Indonesia
Faturrahman, H.J, dkk. (2012). Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka
Shoimin, A. (2014). Model Pembelajaran
Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Igak Wardhani, dkk. (2007). Penelitian
Tindakan
Kelas.
Jakarta:
Universitas Terbuka
Slameto. (2013). Belajar dan Faktorfaktor
yang
Mempengaruhi.
Jakarta: Rineka Cipta
Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : GP Press Group
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian
Hasil
Proses Belajar Mengajar . (Cet.
XV).
Bandung:
Ramaja
Rosdakarya
Mahmud. (2012). Sosiologi Pendidikan.
Bandung: Pustaka Setia
Miftahul,
Huda.
(2013).
Cooperative
Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
____________.(2014).
Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mulyasa. (2009). Praktik
Tindakan
Kelas.
Rosdakarya
Penelitian
Bandung:
Sugiyanto.
(2009).
Model-model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Mata Padi Presindo
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004).
Proses
Pendidikan.
Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sumadayo, S. (2013). Penelitian Tindakan
Kelas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suratno., Diatmika, S., & Widyabakti.,
HK. (2013). Buku Siswa Sosiologi
kelas X. Klaten: PT Cempaka Putih
__________. (2014). Pengembangan dan
Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Susanto, A. 2013. Teori-Teori Belajar &
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta : Kharisma Putra Utama.
Natalia,
D.A.
(2015).
Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think
Pair
Share
Untuk
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Sosiologi Pada Siswa XI IIS 4
SMA N 5 Surakarta Tahun
Pelajaran
2014/2015
(Versi
Elektronik). Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas, 7 (2), 1-14.
Diperoleh pada 20 Februari 2017,
dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.ph
p/sosant/article/view/5983/4166
Susiani. A. (2015). Penerapan Model
Pembelajaran
PBL
untuk
Meningkatkan Hasil
Belajar
Sosiologi Siswa X IIS 5 SMA N 8
Surakarta
Tahun
Pelajaran
2014/2015 (Versi Elektronik).
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas,
7 (2), 1-16. Diperoleh pada 20
Februari
2017,
dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.p
hp/sosant/article/view/5693/3989
Rachmat, dkk. (2009). Pengantar Ilmu
Pendidikan. Surakarta: Yuma Pustaka
Sutikno,
S.
2013.
Belajar
dan
Pembelajaran.Lombok: Holitica
Suyono & Hariyanto. (2014). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset
Tim Penyusun. 2003. Undang-undang
Republik Indonesia no. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bandung : Citra Umbara.
Widyaningrum, K.A. (2016). Penerapan
Model Cooperative Learning Tipe
Team Game Tournament (TGT)
Untuk Meningkatkan Minat Dan
Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Mata Pelajaran Sosiologi Di Kelas
XI IIS 5 SMA N 2 Surakarta Tahun
Pelajaran
2015/2016
(Versi
Elektronik). Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas, 7 (2), 1-12.
Diperoleh pada 20 Februari 2017,
dari
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.ph
p/sosant/article/view/7196/4975