Profil Penderita Kanker Serviks Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
1. Defenisi wanita
Seorang wanita memiliki beberapa organ di dalam tubuhnya yang tidak
dimiliki oleh laki-laki. Organ-organ tersebut sangat banyak dan memiliki fungsi yang
berbeda-beda, yang saling berkaitan. Organ-organ tersebut secara bersama-sama
membentuk suatu sistem kerja yang sangat unik. Susunan organ pada sistem tersebut
juga sangat rumit dan sangat kompleks (Yahya, 2011)
2. Defenisi kanker
Kanker adalah sel yang telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak teratur. Kanker bisa terjadi
dari berbagai organ tubuh. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangbiakannya,
sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke
jaringan di dekatnya dan bisa menyebar (metastasis) keseluruh tubuh. (Amalia, 2009)
3. Defenisi Kanker serviks
Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human
Papilloma Virus onkogenik, mempunyai persentase yang cukup tinggi, kanker serviks terjadi
pada bagian organ reproduksi wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah
bawah antara vagina dan rahim. Dibagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker
serviks (Tilong,2012)

Kanker serviks berawal di dalam sel pada permukaan serviks. Sering kali, kanker
serviks dapat menyerang lebih dalam lagi kebagian dalam serviks dan jaringan sekitarnya.
Sel kanker dapat menyebar dengan cara membelah dari tumor asal(primer). (Wijaya,2010)
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/ serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90 % dari kanker serviks berasal
7

8
dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10 % sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil
lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim ( Amalia, 2009 )

B. Penyebab Kanker Serviks
Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang terinfeksi oleh HPV
(Human Papilloma Virus). Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan
hubungan seksual. Human Papilloma Virus, sampai saat ini telah diketahui memiliki lebih
dari 100 tipe, dari 100 tipe HPV tersebut, hanya 30 di antaranya yang beresiko kanker
serviks. Tipe 16 dan 18 merupakan penyebab tersering kanker serviks yang terjadi di seluruh
dunia. (Wijaya,2010)


C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kanker leher Rahim (Wijaya,2010)
1. Umur
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 3550 tahun dan masih aktif berhubungan seksual.Menurut Aminati(2013) menopause
memang akan dialami semua wanita. Pada masa itu sering terjadi perubahan sel-sel
abnormal pada mulut rahim.
2. Frekuensi Kehamilan atau Paritas
Jumlah kehamilan yang pernah dialami wanita juga meningkatkan risiko terjadinya
kanker serviks. Sehingga, wanita yang mempunyai banyak anak atau sering melahirkan
mempunyai resiko terserang kanker serviks lebih besar.
Menurut Aminati(2013) paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih
dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya
perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui
jalan normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel
pada mulut rahim. Dan dapat berkembang menjadi keganasan.

9
3. Aktifitas Seksual Pertama Kali
Prevalensi atau angka kejadian tertinggi kanker serviks (sekitar 20%) terutama
dijumpai pada perempuan yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan
seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker serviks dua kali

lebih besar dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20
tahun. Menurut Aminati(2013) menikah dini mempunyai beberapa resiko. Selain
kurangnya kesiapan mental juga mempunyai resiko lebih besar mengalami perubahan selsel mulut rahim. Hal ini karena pada usia muda, sel-sel rahim masih belum matang. Sel-sel
tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma. Segala macam
perubahannya. Jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak
seimbang dengan sel yang mati. Dengan begitu maka kelebihan sel ini bisa berubah sifat
menjadi sel kanker.
4. Jumlah Pasangan Seksual (berganti-ganti pasangan)
Ada lebih dari 100 jenis HPV dan beberapa di antaranya dapat ditularkan melalui
hubungan seksual. Dengan demikian, kanker serviks juga berkaitan dengan jumlah partner
seksual. Semakin banyak partner seksual yang dimiliki oleh seorang wanita, maka semakin
meningkat pula resiko terjadinya kanker serviks pada wanita itu.
Menurut Aminati(2013) tinjauan kepustakaan mengenai etiologi kanker leher rahim
menunjukkan bahwa faktor resiko lain yang penting adalah hubungan seksual suami dengan
wanita tuna susila (WTS). Dari WTS itu suami dapat membawa virus dan menularkan pada
isterinya.
5. Merokok
Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker serviks jenis karsinoma sel
skumosa. Faktor risiko meningkat dua kali dibandingkan orang yang tidak merokok dengan
resiko tertinggi terdapat pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama serta intensitas

yang tinggi(jumlah yang banyak). Wanita perokok lebih tinggi terkena kanker serviks.
Bahkan perokok pasif yang menghirup asap rokok orang lain 3 jam atau lebih dalam sehari,
dapat meningkatkan resiko tersebut. Hal ini terjadi karena zat-zat yang terhirup dari asap

10
rokok dapat menyebabkan defesiensi folate dalam darah. Juga terbukti nikotin ditemukan
dalam lendir serviks yang menjadi penyebab kanker.
Menurut Aminati(2013) tembakau adalah bahan pemicu kaersiogenik yang paling baik. Asap
rokok menghasilkan polycylic aromatic hydrocarbon heterocylic nitrosamines. Efek
langsung dari bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal
sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada dalam rokok. Zat-zat tersebut akan
menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus.
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi HPV pada serviks.
6. Penggunaan Pil Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil (kombinasi estrogen dan progesteron) dalam jangka
waktu lama, yakni 5 tahun atau lebih, dapat meningkatkan risiko kanker serviks dua kali
lipat lebih besar. Sedangkan jika menggunakan metode kontrasepsi barier (penghalang),
terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan

angka kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap
agen penyebab infeksi.
Selain yang telah disebutkan diatas faktor yang mendukung mempengaruhi kanker serviks
adalah:
Menurut Manan (2011) :
1) Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin).
2) Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil.
Wanita hamil yang menggunakan DES guna mencegah keguguran (banyak digunakan
pada tahun 1940-1970) bisa mengalami kanker serviks
3) Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun

11

Menurut Tilong (2012) :
1) Riwayat keluarga. Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga

dengan kanker

serviks mempunyai risiko yang sangat besar untuk menderita kanker serviks.
2) Seringnya mencuci vagina dengan antiseptik yang tidak dianjurkan oleh dokter. Hal ini

tentu saja banyak yang kurang mengerti sehingga banyak para wanita yang tidak sadar
akan bahaya sebagai resiko nya. Hal itu sebenarnya merupakan suatu tindakan yang
keliru karena penggunaan antiseptik mempunyai resiko yang sangat besar untuk
terserang kanker serviks.
3) Seringnya menaburi vagina dengan bedak sehingga menimbulkan iritasi
4) Kurang mengkonsumsi vitamin C,E, dan asam folat.
5) Penggunaan hormon estrogen bagi wanita yang telah menopause tidak sesuai aturan.
6) Gaya hidup yang buruk
7) Riwayat infeksi berulang di daerah kelamin atau radang panggul
8) Pembalut berkualitas buruk
9) Pekerjaan, diperkirakan bahwa paparan bahan tertentu dari suatu pekerjaan contoh
debu, logam, bahan kimia, tar, atau oli mesin dapat menjadi faktor resiko kanker servik
(Rasjidi, 2008)
10) Mengonsumsi makanan serta minuman yang komposisinya mengandung lebih banyak
bahan sintesis daripada bahan alami (Joe, 2012)

D. Gejala Kanker Serviks (Tilong,2012)
1. Perdarahan rahim yang abnormal
2. Siklus menstruasi yang abnormal
3. Perdarahan di antara dua siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami

menstruasi)
4. Perdarahan vagina atau spottting pada wanita setelah masa menopause

12
5. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia di atas 40
tahun)
6. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
7. Nyeri atau sulit berkemih
8. Nyeri dan perdarahan saat melakukan hubungan seksual
9. Penurunan berat badan secara drastis (Wijaya,2012)
10. Terjadi perdarahan setelah menopause (Mangan, 2009)
Tanda-tanda sebagai gejala umum kanker serviks yang patut dicurigai (Setiati,2009)
1. keputihan yang sulit sembuh dan berbau busuk
2. sering terjadi perdarahan dan nyeri saat bersenggama
3. pada stadium dini, keadaan penderita masih baik, tetapi pada stadium lanjut, keadaan
umum penderita dapat mengalami kemerosotan kesehatan

E. Perkembangan kanker Serviks
Kanker serviks membutuhkan waktu untuk perkembangannya. Kalau ada penderita
berumur 35 tahun, maka sebetulnya sudah terkena pra-kanker sejak umur 20-an tahun namun

tidak dirasakan, tentu saja karena gejala ketika itu belum terlihat.
Terkadang sel-sel pada permukaan serviks tampak abnormal,tetapi tidak ganas.
Perubahan abnormal pada sel-sel serviks merupakan langkah awal dari serangkaian
perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker
(Manan,2011)
Perubahan pada sel-sel bisa dibedakan menjadi dua, yakni lesi tingkat rendah dan
lesi tingkat tinggi :
1. Lesi Tingkat Rendah
Lesi tingkat rendah merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk, dan jumlah sel
yang membentuk permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan

13
sendirinya, tetapi lesi tingkat rendah lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan abnormal, serta
membentuk lesi tingkat tinggi.
Lesi tingkat rendah juga disebut displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1
(NIS 1). Lesi tingkat rendah sring ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun. Namun,
lesi jenis itu juga bisa dialami oleh semua kelompok umur.

2. Lesi Tingkat Tinggi
Pada lesi tingkat tinggi, ditemukan sejumlah besar sel prakanker yang tampak sangat

berbeda ketimbang sel yang normal. Perubahan prakanker ini hanya terjadi pada sel di
permukaan serviks. Selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, sel-sel tersebut tidak
akan menjadi ganas dan tidak menyusup ke lapisan serviks yang ebih dalam. Lesi tingkat
tinggi juga disebut displasia menengah atau displasia berat, NIS 2 atau 3, maupun
Karsinoma in situ .
Lesi tingkat tinggi sering kali ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun. Jika
sel-sel abnormal menyebar lebih jauh ke dalam serviks, jaringan, maupun organ lainnya,
maka kondisinya disebut kanker serviks atau kanker serviks invasif .

F. Stadium Perkembangan Kanker Serviks
Menurut Wijaya (2010) berdasarkan tingkat keganasannya, perkembangan kanker
serviks terbagi dalam beberapa stadium :
1. Stadium 0
Tingkat 0 juga disebut carcinoma in situ. Pada stadium ini, sel-sel kanker belum
menyebar ke jaringan lain (noninvasif). Kanker masih kecil dan hanya terbatas pada
permukaan serviks. Selain itu, kanker hanya ditemukan di lapisan atas dari sel-sel pada
jaringan yang melapisi serviks. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam
lima tahun adalah 100%.

14

2. Stadium 1
Pertumbuhan kanker hanya terbatas pada serviks. Namun, kanker telah menyerang
serviks di bagian bawah lapisan atas dari sel-sel serviks dan ini ditemukan hanya di leher
rahim (serviks). Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini lima tahun adalah 85%.
Kanker pada stadium ini masih dibagi lagi dalam empat tingkat, yaitu :
a. Stadium 1A1
Perkembangan kanker tahap ini mengalami peningkatan ukuran. Kedalamannya
kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm. Namun, dokter tidak dapat melihat
sel kanker ini tanpa mikroskop.
b. Stadium 1A2
Sama halnya dengan stadium 1A1, dokter tidak dapat melihat sel kanker tanpa
mikroskop. Hanya saja ukuran kanker pada stadium ini bertambah lebar. Kedalamannya
antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
c. Stadium 1B1
Pada stadium ini, dokter sudah mulai dapat melihat kanker dengan mata
telanjang karena ukuran sel kanker kian membesar. Namun, ukurannya tidak lebih besar
dari 4 cm.
d. Stadium 1B2
Serupa dengan stadium 1B1, ukuran sel kanker sudah lebih besar dari 4 cm.
3. Stadium 2

Kanker serviks meluas melewati leher rahim ke dalam jaringan-jaringan yang
berdekatan dan kebagian atas dari vagina. Kanker serviks tidak menyerang kebagian ketiga
yang lebih rendah dari vagina atau dinding pelvis ( lapisan dari bagian tubuh antara
pinggul). Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 5060%. Perkembangan kanker pada stadium ini, dibedakan menjadi dua stadium, yaitu :

15
a. Stadium 2A
Kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar kejaringan yang
lebih dalam dari vagina. Kanker tidak melibatkan jaringan penyambung (parametrium)
sekitar rahim, namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina.
b. Stadium 2B
Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum
sampai ke dinding panggul. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan
dinding samping panggul.
4. Stadium 3
Kanker meluas ke bagian bawah vagina. Kanker juga telah menyebar ke dinding
pelvis dan simpul-simpul getah bening yang berdekatan. Angka harapan hidup penderita
kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 30%. Tahap perkembangan kanker stadium ini
dibagi dalam dua tingkatan, yakni :
a. Stadium 3A
Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan sepertiga vagina
bagian bawah.
b.

Stadium 3B
Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menghambat proses berkemih,
sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal

5. Stadium 4
Kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian-bagian lain
tubuh. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 5%.
Perkembangan kanker stadium ini terbagi dalam dua tahapan, yakni :
a. Stadium 4A
Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum.
b. Stadium 4B
Kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paru-paru,hati, dan tulang.

16

G. Pengobatan Kanker Serviks
Tidak semua kanker yang telah dideteksi atau ditemukan dapat disembuhkan.
Namun, semakin dini kanker ditemukan dan diobati, semakin besar kemungkinan untuk
sembuh (Mangan, 2009). Jika kanker dapat dideteksi pada tahap prakanker awal, sel kanker
dapat diatasi dengan mudah , yaitu dengan cara membekukan atau memananaskan sel kanker
hingga hancur (Ghofar,2009).
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung pada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, kondisi umum penderita :
1. Pembedahan
Operasi sederhana dilakukan pada tingkat stadium awal (prakanker) dari nol
hingga 1A. Operasi tersebut disebut konisasi (pemotongan rahim seperti kerucut).
Karena berada dalam stadium awal, kanker masih berada di sel-sel selaput lendir.
Operasi juga dapat dilakukan bila pasien masih ingin hamil. Bila pasien sudah tidak
ingin hamil lagi, maka histerektomi simple (pengangkatan rahim secara keseluruhan)
akan dilakukan. Tujuannya adalah agar kanker tidak tumbuh lagi. (Setiati,2009)
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) dianggap efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi
tinggi guna merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.
Radioterapi dibedakan menjadi dua macam. Pertama, radiasi eksternal penderita
tidak perlu dirawat di rumah sakit. Penyinaran dilakukan 5 hari/minggu selama 5-6
minggu. Kedua, radiasi internal (zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul yang
dimasukkan langsung kedalam serviks). Kapsul tersebut dibiarkan selama 1-3 hari.
Selama itu penderita mesti dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini dapat diulang
beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping radioterapi yakni iritasi rektum dan
vagina,

kerusakan

kandung

berfungsi.(Manan, 2009)

kemih

dan

rektum,

serta

ovarium

berhenti

17
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu cara pengobatan kanker yang menggunakan obatobatan untuk menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker, baik dengan membunuh sel
kanker maupun menghentikan sel kanker dari pembelahan. Kemoterapi dilakukan
melalui mulut atau diinjeksikan ke dalam pembuluh darah atau otot, obat-obatan akan
memasuki aliran darah dan dapat mencapai sel kanker di seluruh tubuh. Kemoterapi
jenis ini dinamakan kemoterapi sistemik. Dan, ketika kemoterapi ditempatkan secara
langsung ke dalam tulang belakang, suatu organ tertentu, atau rongga tubuh seperti
perut, obat-obatan akan sangat mempengaruhi sel kanker di area-area tersebut
(kemoterapi regional). Metode kemoterapi yang diberikan kepada pasien di dasarkan
pada jenis dan stadium kanker yang sedang di obati. (Wijaya,2010)
4. Terapi Biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh
dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar
ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa
dikombinasikan dengan kemoterapi (Manan, 2011)

H. Pencegahan terhadap kanker serviks
1. Imunisasi HPV
Telah ditemukan imunisasi untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Gardasil
adalah satu-satunya vaksin yang dapat mencegah 4 tipe HPV (6,11,16,18). Vaksin ini
diperuntukkan bagi wanita muda yang berusia 9-26 tahun. Saat mereka para wanita muda
secara teori belum terpapar dengan virus tersebut. Imunisasi HPV akan diberikan melalui
suntikan sebanyak tiga kali berturut-turut tiap dua bulan sekali dan dilakukan pengulangan
satu kali lagi pada sepuluh tahun kemudian. Kemudahan dalam hal pemberian vaksin dan
tingginya angka keberhasilan menjadi keunggulan pencegahan metode ini. (Ghofar,2009 ;
Setiati,2009)

18
2. Pap Smear
Cara untuk mencegah kanker serviks, yakni mencegah terjadinya infeksi HPV dapat
melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur. Pap smear adalah suatu pemeriksaan
mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan pap
smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat dari kayu
atau plastik (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal ). Dan sebuah sikat kecil (yang
dimasukkan ke dalam saluran servikal). Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu
diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. Pap smear sangat efektif
dalam mendeteksi perubahan prakanker pada serviks. Jika hasil pap smear menunjukkan
displasia atau serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi dan biopsi (Rahayu,
2009)
Anjuran untuk melakukan pap smear secara teratur : (Manan, 2011)
1. Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
2. Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual ataupun pernah
menderita infeksi HPV dan kutil kelamin.
3. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB
4. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun jika 3 kali pap smear
secara berturut-turut menunjukkan hasil negatif. Atau , bagi wanita yang telah
menjalani histerektomi bukan karena kanker.
5. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
6. Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker
serviks.
3. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Menurut Rasjidi (2009) Cara pencegahan kanker serviks dapat dengan inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA). Tes visual menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan
larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah

19
dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai
salah satu metode skrining kanker mulut rahim. Apabila dikatakan IVA positif bila
ditemukan adanya area berwarna putih dan permukaannya meninggi dengan batas yang
jelas di sekitar zona transformasi.
Memperhatikan permasalahan dalam penanggulangan kanker srviks di Indonesia,
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dapat menjadi metode alternatif untuk skrining.
Pertimbangan ini berdasarkan bahwa :
1. Mudah dan praktis
2. Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan nondokter ginekologi, bahkan oleh
bidan praktik swasta maupun ditempat-tempat terpencil.
3. Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana hanya untuk pemeriksaan
ginekologi dasar
4. Biaya murah, sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
5. Hasil langsung diketahui
6. Dapat segera diterapi