Gambaran Pengetahuandan Sikap Guru dan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Pelaksanaan PHBS Pada Guru dan Siswa Di SDN Perkebunan Tanah Gambus Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sendiri sebagai hasil pemebelajaran
perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan pada lima tatanan yaitu tatanan
rumah tangga, sekolah, institusi kesehatan, tempat kerja, dan tempat umum.
Program ini mengajarkan dan menciptakan kondisi perorangan, keluarga,
kelompok, dan masyarakat dengan memberikan komunikasi, informasi, edukasi,
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam perialku hidup
bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (sosial
support), dan pemberdayaan masyarakat (Depkes RI, 2008).
2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHBS
Menurut Notoatmodjo (2007), ada 3 faktor penyebab seseorang melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat yaitu faktor pemudah (predisposing factor), faktor
pemungkin (enambling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor).
1. Faktor pemudah (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku
hidup bersih dan sehat sehingga faktor ini menjadi pemicu atau anteseden

terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat
tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial
ekonomi, seperti pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh

7

seseorang yang tidak merokok karena melihat kebiasaan dalam anggota
keluarganya tidak ada satupun yang merokok.
1. Faktor pemungkin (enambling factor)
Faktor ini merupakan pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu
motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anaknya seperti air bersih, tempat
pembuangan sampah, jamban ketersediaan, dan makanan yang bergizi. Fasilitas
ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup
bersih dan sehat.
2. Faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor ini merupakan faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tindakan. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan
perilaku pengasuh anak-anak atau orangtua yang merupakan tokoh yang dipercaya
atau dipanuti oleh anak-anak seperti pengasuh anak-anak memberikan

keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan atau selalu minum air
yang sudah dimasak maka hal ini menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih
dan sehat bagi anak-anak seperti halnya pada masyarakat akan memerlukan acuan
untuk berperilaku melalui peraturan-peraturan atau undang-undang baik dari pusat
atau pemerintah daerah, perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk juga
petugas kesehatan setempat.
Hal-hal yang mempengaruhi PHBS sebagian terletak di dalam diri
individu itu sendiri, yang disebut sebagai faktor intern, dan sebagian terletak di
luar diri individu yang disebut sebagai faktor ekstern (faktor lingkungan).

1. Faktor Internal
a.Keturunan
Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah mewarisi sifat dari
orangtuanya atau neneknya dan lain sebagainya. Sifat-sifat yang dimilikinya
tersebut akan terus melekat pada seseorang tersebut dan akan sulit untuk
dirubah.
b. Motif
Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan
orang tersebut melalakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu
tujuan. Motif ini tidak dapat diamati tetapi yang dapat diamati adalah kegiatan

atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut. Menurut Moslow motif terbagi
menjadi kebutuhan biologis , kebutuhan social, dan kebutuhan rohani.
2. Faktor Eksternal
Faktor yang menyebakan atau mempengaruhi seseorang untuk berbuat
sesuatu yang di sebabkan karena adanya suatu dorongan atau unsur-unsur
tertentu. Faktor eksternal juga merupakan faktor yang terdapat di luar diri
individu.
2.1.2 Indikator PHBS di setiap tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator
lingkungan di lima tatanan yaitu, tatanan rumah tangga, tatanan institusi
kesehatan, tatanan tempat-tempat umum, tatanan sekolah dan tatanan tempattempat kerja.

Tabel 2.1 Indikator PHBS di Setiap Tatanan
PHBS di
setiap
Tatanan
PHBS di
Rumah
Tangga


PHBS di
Institusi
Kesehatan

PHBS di
Tempattempat
Umum

Syarat

Sasaran

a. Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan (dokter dan bidan)
b. Memberi ASI ekslusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan air bersih
e. Mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat

g. Memberantas jentik di rumah
sekali seminggu
h. Makan buah dan sayur setiap
hari
i. Melakukan aktifitas fisik setiap
hari
j. Tidak merokok di dalam
rumah
a. Menggunakan air bersih
b. Menggunakan jamban
c. Membuang
sampah
pada
tempatnya
d. Tidak merokok di institusi
kesehatan
e. Tidak meludah sembarangan
f. Memberantas jentik nyamuk
a. Menggunakan air bersih
b. Menggunakan jamban

c. Membuang
sampah
pada
tempatnya
d. Tidak merokok di tempat umum
e. Tidak meludah sembarangan
f. Memberantas jentik nyamuk

a. Pasangan usia subur
b. Ibu
hamil
dan
menyusui
c. Anak dan remaja
d. Usia lanjut
e. Pengasuh anak

a.
b.
c.

d.

Pasien
Keluarga pasien
Pengunjung
Petugas kesehatan di
institusi kesehatan
e. Karyawan di institusi
kesehatan
a. Masyarakat pengunjung
b. Pedagang
c. Petugas kebersihan ,
keamanan pasar
d. Konsumen
e. Pengelola (pramusaji)
f. Jamaah
g. Pemeliharaan/pengelola
tempat ibadah
h. Remaja tempat ibadah
i. Penumpang

j. Awak angkutan umum
k. Pengelola
angkutan
umum

PHBS di
Tatanan
Sekolah

a. Mencuci tangan dengan air yang a. Siswa
mengalir dan memakai sabun
b. Warga sekolah (kepala
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di
sekolah, guru, kayawan
kantin sekolah
sekolah, komite dan
c. Menggunkan
jamban
yang
orangtua siswa)

bersih dan sehat
c. Masyarakat lingkungan
d. Olahraga yang teratur dan
sekolah (penjaga kantin,
terukur
satpam)
e. Memberantas jentik nyamuk
f. Tidak merokok di sekolah
g. Menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan setiap 6
bulan
h. Membuang
sampah
pada
tempatnya

PHBS di
Tempattempat
Kerja


a. Tidak merokok di tempat kerja a. Pekerja
b. Membeli dan mengkonsumsi
makanan daritempat kerja
c. Melakukan olahraga secara
teratur/aktifitas fisik
d. Mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun sebelum
makan dan sesudah buang air
besar dan buang air kecil
e. Memberantas jentik nyamuk di
tempat kerja
f. Menggunakan air bersih
g. Menggunakan jamban saat
buang air kecil dan besar
h. Membuang
sampah
pada
tempatnya
i. Mempergunakan
alat

pelindung diri (APD) sesuai
jenis pekerjaan

2.2

PHBS di Tatanan Sekolah
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh

peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,

meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat.
Sekolah sehat adalah sekolah yang mampu menjaga lingkungan yang
kondusif untuk meningkatkan kesehatan peserta didik, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan fisik dan
mental serta perkembangan kecerdasaan peserta didik melalui upaya kesehatan.
Penerepan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring dengan
munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 – 12
tahun), yangternyata umumnya berkaitan dengan PHBS.
Syarat-syarat PHBS di tatanan Sekolah yaitu :
a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
d. Olahraga yang teratur dan terukur
e. Memberantas jentik nyamuk
f. Tidak merokok di sekolah
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
h. Membuang sampah pada tempat
2.2.1 Sasaran PHBS di Tatanan Sekolah
Dalam program pembinaan PHBS ini diarahkan pada sasaran utamayaitu
PHBS Tatanan Sekolah yaitu siswa, warga sekolah (kepala sekolah, guru,
karyawan sekolah, komite sekolah dan orangtua siswa) dan masyarakat
lingkungan sekolah (penjaga kantin dan satpam)(Proverawati, 2012).

Menurut Tarigan (2004), sasaran PHBS pada usia sekolah (6-10 tahun)
yang kurang baik akan menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi,
sakit kulit dan cacingan. Dengan demikian untuk mengurangi prevalensi dampak
buruk tersebut, maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan halhal sebagai berikut :
1. Kebersihan Kulit
Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini :
a. Mandi dua kali sehari
b. Mandi pakai sabun
c. Menjaga kebersihan pakaian
d. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Kebersihan Rambut
Menurut Potter dan Perri (2005) untuk selalu memelihara rambut dan kulit
kepala dan kesan cantik serta tidak berbau aspek, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Memberhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang
kurangnnya dua kali seminggu
b. Mencuci rambut dengan shampo/bahan pencuci rambut lain
c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri
3. Kebersihan Gigi
Menurut Irianto (2007), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga
kebersihan gigi adalah sebagai berikut :

a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dan dianjurkan setiap habis
makan
b. Memakai sikat gigi sendiri
c. Menghindari makanan yang merusak gigi
d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
e. Memeriksakan gigi secara rutin

4. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku
Menurut Potter dan Perri (2005), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memelihara kebersihan tangan, kaki, dan kuku yaitu:
a. Mencuci tangan sebelum makan
b. Memotong kuku secara teratur
c. Kebersihan lingkungan
3 Kebiasaan Berolahraga
Olahraga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti
dan frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan
menetukan status kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa
pertumbuhan (Notoatmojo, 2007).
6. Kebiasaan Tidur yang Cukup
Tidur yang cukup bukan saja berguna untuk memelihara kesehatan fisik,
tetapi juga untuk kesehatan mental. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
teknologi, mengacu orang untuk meningkatkan kehidupannya di bidang social dan
ekonomi, yang akhirnya mendorong orang bersangkutan untuk bekerja keras
tanpa menghiraukan beban fisik dan mentalnya. Istirahat yang cukup adalah

kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatannya (Notoatmodjo,
2010).
Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga.
Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat sebab
susunan saraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat. Tidur yang sehat
merupakan kebutuhan yang penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur yang sehat
apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya
lampu remang-remang (tidak silau), serta kondisi tubuh yang nyaman seperti
tungkai diletakkan agak tinggi agar mempelancar peredaran darah pada anggota
gerak bawah (Irianto K, 2007).
Menurut DepKes RI (1989) yang dikutip oleh Habeahan (2009), tidur yang
sehat harus memenuhi syarat kepadatan hunian ruang tidur yaitu luas ruang tidur
minimal 8 meter dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 (dua) orang untuk
tidur.
7. Gizi dan Menu Seimbang
Menu seimbang adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan
nutrisi yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya (kuantitas),
maupun jenisnya (kualitas) (Notoatmodjo, 2010).
Keadaan gizi setiap individu adalah faktor yang sangat penting sebab zat
gizi zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia
sepanjang hayatnya. Gizi seimbang merupakan makanan yang beraneka ragam
yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan serat sesuai
dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta pola

makan yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam hari
(Tarigan M, 2004).
2.2.2 Pelaksanaan PHBS di Tatanan Sekolah
Menurut Depkes RI (2009), indikator PHBS di sekolah terdiri dari 8
indikator yaitu : (1) mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai
sabun; (2) mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah; (3) menggunakan
jamban yang bersih dan sehat; (4) olahraga yang teratur dan terukur; (5)
memberantas jentik nyamuk; (6) tidak merokok di sekolah; (7) menimbang berat
badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan; (8) membuang sampah pada
tempatnya.
2.2.2.1 Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun
Menurut WHO (2005) dalam Depkes RI (2006), ada 2 teknik dalam
melakukan cuci tangan yaitu : (1) mencuci tangan dengan menggunakan sabun
dan air, (2) mencuci tangan dengan menggunakan larutan berbahan dasar alkohol.
Langkah-langkah mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air
yang mengalir yaitu:
1. Basuh tangan dengan air
2. Tuangkan sabun secukupnya
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan

dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci

7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan

lakukan sebaliknya
8. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak

tangan kiri dan sebaliknya
9. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan

lakukan sebaliknya
10. Bilas kedua tangan dengan air
11. Keringkan dengan handuk sekali pakai sampai benar-benar kering
12. Gunakan handuk tersebut untuk menutup kran
13. Kedua tangan telah aman

Pada langkah nomor 3 sampai dengan nomor 9 merupakan langkah cuci
tangan dengan menggunakan sabun sedangkan langkah nomor 2 sampai nomor 8
merupakan langkah cuci tangan dengan menggunakan berbahan dasar alkohol
yang dikenal sebagai 7 langkah hygiene tangan dan menjadi dasar pedoman
prosedur tetap mencuci tangan rumah sakit di Indonesia.
Menurut Depkes RI (2008), seluruh anggota masyarakat (siswa, guru, staf
sekolah) harus mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air kecil/besar,
sesudah beraktifitas atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air
bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman
yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran
juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan sehingga tangan menjadi bersih
dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit diare,
demam tifoid, kecacingan, penyakit kulit, ISPA, dan flu burung.

Menurut penelitian Quintero (2009) , terdapat sekitar 33,6 % siswa SD dan
SMP yang mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir dan
hanya sekitar 7% saja siswa yang rutin setiap harinya yang mencuci tangan
dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir. Kurang nya fasilitas disekolah
terkait dengan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir menyebabkan
penerapan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir masih tergolong
rendah. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa perilaku siswa yang
melakukan cuci tangan pakai sabun dan air yang mengalir menurunkan prevalensi
penyakit pencernaan sebesar 0,8% dan menunurunkan absensi siswa karena sakit
sebesar 0,7 kali.
Menurut penelitian Wati (2011), terdapat sekitar 33 orang siswa (70,2%)
memiliki pengetahuan yang baik dalam melakukan cuci tangan sebelum diberi
penyuluhan dan meningkat menjadi

44 orang siswa (93,6%) setalah diberi

penyuluhan.
Menurut penelitian Akbar (2013) membuktikan bahwa metode diskusi
menunjukkan metode penyuluhan yang paling efektif digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar tentang PHBS. Hal ini
diketahui perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap responden sesudah
intervensi baik dengan metode ceramah maupun metode diskusi dimana rerata
nilai pengetahuan dan sikap responden dengan metode diskusi yaitu 22,47 dan
14,00 lebih besar nilainya dibandingkan dengan rerata nilai pengetahuan dan sikap
responden dengan metode ceramah yaitu 21,74 dan 13,47.

2.2.2.2 Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
Menurut Evayanti (2012), sekolah sebaiknya menyediakan warung
sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi
sehingga membuat tubuh siswa yang mengkonsumsi makanan/jajanan tersebut
menjadi sehat dan kuat sehingga angka ketidakhadiran siswa menjadi menurun
dan proses belajar berjalan dengan baik.
Menurut penelitian yang di lakukan Hermina, (2000) bahwa frekuensi
konsumsi makanan jajanan di sekolah selama seminggu terakhir tampak bahwa
sebagian siswa (50%) mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang beragam jenis
zat gizinya. Mereka umumnya membeli jenis makanan jajanan yang kandungan
zat gizinya hanya satu atau dua jenis sumber zat gizi, yakni hanya mengandung
karbohidrat dan lemak saja sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati
(2005) tentang makanan jajanan di SDN 1 Pamijen Sukaraja, menunjukkan bahwa
sebagian besar makanan jajanan yang dijual belum memenuhi nilai gizi yang
diharapkan. Makanan yang dianggap sebagai makanan berat, seperti: bubur nasi
dan bubur sum-sum, berat perporsi hanya 20-40 gram, dengan nilai energi 32-59
kkal, dan protein 0.3-0.98, sedangkan makanan semi basah seperti: cilok,
mendoan, bakwan, timus goreng, dan sosis goreng, berat per porsi hanya 5-30
gram, dengan nilai energi 0-95 kkal, dan protein 0- 3.2 gram.
Menurut penelitian Kristianto (2009), menunjukkan bahwa pada makanan
jajanan pada anak sekolah dasar yang dijual dilingkungan sekolah maupun diluar
lingkungan sekolah tidak memenuhi syarat syarat keamanan karena penggunaan

bahan berbahaya yang dilarang seperti formalin (71,4%), boraks (23,5%), dan
rhodamin B (18,5%).
2.2.2.3 Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
Penggunaan jamban yang bersih dan sehat setiap buang air besar dan
buang air kecil dapat menjaga lingkungan sekolah disekitar sekolah menjadi
bersih , sehat serta tidak berbau. Penggunaan jamban yang bersih dan sehat dapat
juga mencegah terjadinya pencemaran air yang ada dilingkungan sekolah serta
juga dapat menghindari adanya lalat dan serangga yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit seperti penyakit diare, demam tifoid, serta kecacingan
(Evayanti, 2012).
2.2.2.4

Olahraga yang Teratur dan Terukur
Olahraga yang teratur dan terukur dapat memelihara kesehatan fisik dan

mental pada diri siswa serta dapat meningkatkan kebugaran tubuh siswa sehingga
siswa tidak mudah jatuh sakit. Olahraga yang teratur dan terukur dapat dilakukan
dilingkungan sekolah yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat yang
berada dilingkungan sekolah seperti karyawan sekolah, komite, penjaga kantin,
serta satpam (Evayanti, 2012).
2.2.2.5

Memberantas Jentik Nyamuk
Menurut Evayanti (2012), memberantas jentik nyamuk dilingkungan

sekolah dibuktikannya dengan tidak ada ditemukannya jentik nyamuk pada
penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas bunga, serta
barang-barang bekas atau tempat-tempat yang dapat menampung air yang ada
dilingkungan sekolah. Kegiatan pemberantasan nyamuk (PSN) dilingkungan

sekolah dengan menguras dan menutup tempat penampungan air, mengubur
barang-barang bekas, serta menghindari gigitan nyamuk. Lingkungan sekolah
yang bebas dari jentik nyamuk dapat mencegah terjadinya penulanaran penyakit
demam berdarah, chikunya, filariasis, dan malaria.
2.2.2.6 Tidak Merokok di Sekolah
Menurut Proverawati (2012), dalam satu batang rokok yang dihisap akan
dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya seperti nikotin, tar dan carbon
monoksida (C0). Nikotin dapat menyebabkan ketagihan dan merusak jantung
serta aliran darah. Tar dapat menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker
sedangkan gas CO dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen yang akan membuat sel-sel dalam tubuh akan mati.
Menurut Riset Dasar Kesehatan (2007), sebagian besar perokok mulai
merokok ketika mereka masih anak-anak atau remaja yaitu pada usia 10-14 tahun
sebesar 13,6% dan angka tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2010 yaitu
sebesar 27,7%. Menurut penelitian Rahmadi (2013), sekitar 32,3% siswa pernah
merokok dan umumnya mereka mempunyai pengetahuan yang kurang tentang
efek negatif dari rokok terhadap kesehatan. Kebiasaan meokok pada siswa
tersebut dipengaruhi

oleh orang tua, teman sebaya, kepribadian, dan media

inforrmasi yang mengiklankan rokok.
2.2.2.7 Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan
Kegiatan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan pada siswa
dilakukan dengan tujuan untuk mengamati tingkat pertumbuhan pada siswa. Hasil
pengukuran dan penimbangan berat badan pada siswa tersebut dibandingkan

dengan standar berat badan dan tinggi badan yang telah ditetapkan sehingga guru
mengetahui pertumbuhan siswanya normal atau tidak normal (Evayanti, 2012).
2.2.2.8 Membuang Sampah pada Tempatnya
Menurut Evayanti (2012), siswa dan masyarakat sekolah wajib
membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan. Siswa diharapkan
tahu dalam memilih jenis sampah seperti sampah organik maupun sampah non
organik. Sampah yang berserakan dilingkungan sekolah dapat menimbulkalkan
penyakit dan tidak indah dipandang oleh mata.
2.2.3 Manfaat Pelaksanaan PHPS di Tatanan Sekolah
Menurut Proverawati (2012), manfaat Pembinaan PHBS di Sekolah yaitu :
a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan
ancaman penyakit
b. Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi
belajar siswa
c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu
menarik minat orangtua
d. Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan
e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain
2.2.4 Pembinaan PHBS di Tatanan Sekolah
Menurut PerMenKes RI No2269/MENKES/PER/XI/2011, pembinaan
PHBS adalah upaya untuk menciptakan danmelestarikan perilaku hidup yang
berorientasi

kepadakebersihan

dan

kesehatan

di

masyarakat,

antar

masyarakatdapat mandiri dalam mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan

yang

penyelenggaraan

dihadapinya.Pembinaan
Promosi

Kesehatan,

PHBS
yaitu

dilaksanakan

upaya

untuk

melalui
membantu

individu,keluarga, kelompok dan masyarakat agar tahu, mau danmampu
mempraktikkan PHBS, melalui proses pembelajarandalam mencegah dan
menanggulangi masalah-masalahkesehatan yang dihadapi, sesuai sosial budaya
setempatserta didukung oleh kebijakan publik yang berwawasankesehatan.
Di institusi pendidikan, pembinaan PHBS dilaksanakanmelalui kegiatan
Usaha

Kesehatan

Sekolah

(UKS)

yang

terintegerasi

dengan

kegiatan

pengembangan danpembinaan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga Aktif.
Namundemikian, tanggung jawab pembinaan yang terendah tidak diletakkan di
tingkatkecamatan,

melainkan

di

tingkat

kabupaten/kota

(Pokjanal

Kabupaten/Kota).
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan di institusi pendidikan seperti sekolah,madrasah, pesantren,
seminar dan lain-lain, dilakukanterhadap para anak didik. Sebagaimana di desa
ataukelurahan, di sebuah institusi pendidikanpemberdayaan juga diawali dengan
pengorganisasian masyarakat (yaitu masyarakat institusi pendidikantersebut).
Pengorganisasian masyarakat ini adalahuntuk membentuk atau merevitalisasi Tim
PelaksanaUKS yang disebut dengan nama lain dan parapendidik di institusi
pendidikan yang bersangkutan penegembangan kapasitaspengelola ). Dengan
pengorganisasian masyarakat di institusi pendidikantersebut, maka selanjutnya
pemberdayaan anak didikdapat diserahkan kepada pimpinan institusi pendidikan,

komite atau dewan penyantun, TimPelaksana UKS atau yang disebut sebagai para
pendidik, dan anak-anak didik yang ditunjuk sebagai kader (misalnya dokter
kecil).
b. Bina Suasana
Bina suasana di institusi pendidikan selain dilakukanoleh para pendidik,
juga oleh para pemukamasyarakat (khususnya pemuka masyarakat bidang
pendidikan

danagama),

pengurusorganisasi

anakdidik

seperti

OSIS

dan

sejenisnya, pramuka dan parakader. Para pendidik, pemuka masyarakat, pengurus
organisasi anak didik, Pramuka dan kader berperansebagai panutan dalam
mempraktikkan PHBS diinstitusi pendidikan tersebut. Bina suasana juga dapat
dilakukan dengan pemanfaatan media seperti billboard di halaman, poster di
ruang kelas,pertunjukan film, pemuatan makalah/berita dimajalah dinding atau
majalah sekolah, sertapenyelenggaraan seminar/simposium/diskusi,mengundang
pakar atau alim-ulama atau figur publikuntuk berceramah, pemanfaatan halaman
untuktaman obat/taman gizi.
c. Advokasi
Advokasi dilakukan oleh fasilitator dari kabupaten/kota/provinsi terhadap
para pemilik/pimpinaninstitusi pendidikan, para pendidik dan pengurus organisasi
peserta didik, agar mereka berperansertadalam kegiatan pembinaan PHBS di
institusi pendidikannya. Para pemilik/pimpinan institusi pendidikan misalnya,
harus memberikan dukungan kebijakan/pengaturan dan menyediakan sarana
agarPHBS di institusi Pendidikannya dapat dipraktikkan .Advokasi juga dilakukan

terhadap

para

penyandang

dana,

termasukpengusaha,

agar

mereka

No2269/MENKES/PER/XI/2011,

sasaran

membantuupaya pembinaan PHBS di institusi pendidikan.
2.2.4.1 Sasaran Pembinaan PHBS
Menurut

PerMenKes

RI

pembinaan PHBS, ada 3 yaitu sasaranprimer, sasaran sekunder dan sasaran tersier.
Sasaran

primerberupasasaran

masyarakat,kelompok-kelompok

langsung,
dalam

yaitu

masyarakat

individu
dan

anggota

masyarakatsecara

keseluruhan, yang diharapkan untuk mempraktikkan PHBS. Sasaran skunder
adalah merekayang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam
pengambilankeputusannyauntuk mempraktikkan PHBS. Termasuk di sini adalah
parapemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, yang umumnyamenjadi panutan
sasaran primer. Terdapat berbagai jenistokoh masyarakat,

misalnya tokoh

pertanian,tokoh pendidikan, tokoh bisnis, tokoh pemuda, tokoh remaja,tokoh
wanita, tokoh kesehatan. Sasaran tersier adalah mereka yang berada dalamposisi
pengambilan keputusan formal, sehingga dapatmemberikandukungan , baik
berupa kebijakan/peraturan dan atau sumber daya dalam proses pembinaan
PHBSterhadap sasaran primer. Mereka sering juga disebut sebagai tokoh
masyarakat formal, yakni orang yang memiliki posisimenentukan dalam struktur
formal di masyarakatnya (disebutjuga penentu kebijakan) yang memiliki
kemampuan untuk mengubah sistem nilai dannorma masyarakat melalui
pemberlakuan kebijakan/peraturan, serta menyediakan sarana yang diperlukan.

Langkah-langkah pembinaan PHBS di sekolah sebagai berikut :
a. Analisis Situasi
b. Pembentukan kelompok kerja
c Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah
d. Penyiapan Infrastruktur
e. Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah
f. Penerapan PHBS di Sekolah
g. Pemantauan dan evaluasi
2.2.4.2 Dukungan dan Peran untuk Membina PHBS di Sekolah
Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti
Bupati, Kepala Dinas pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor
sangat penting untuk pembinaan PHBS disekolah demi terwujudnya sekolah
sehat. Peran dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan pelaksana UKS) juga
penting, sedangkan masyarakat sekolah hanya berpartisipasi dalam perilaku hidup
bersih dan sehat baik di sekolah maupun di masyarakat (Syahputri, 2011).
Menurut PerMenKes RI No2269/MENKES/PER/XI/2011, ada beberapa
dukungan dan peran dalam pembinaan PHBS di tatanan sekolah yaitu :
1. Pemilik/Komite/Dewan Penyantun/Pengelola Institusi Pendidikan
a. Memberikan dukungan kebijakan berupa peraturan yang mrndukung
pembinaan PHBS di institusi pendidikannya.
b. Menyediakan sarana/fasilitas (air bersih, jambansehat, kantin sehat, tempat
sampah dan lain-lain)untuk mendukung PHBS di institusi pendidikannya.

c. Menyediakan dana dan sumber daya lain yang diperlukan untuk pembinaan
PHBS di institusi pendidikannya.
2. Tim Pelaksana UKS/Pendidik
a. Menyusun rencana, melaksanakan, memantau danmenegevaluasi pembinaan
PHBS di institusi pendidikannya.
b. Membentuk dan menyelenggarakan KlinikKonsultasi Kesehatan.
3. Kader
a. Melaksanakan promosi kesehatan dalam rangka pembinaan PHBS bagi
teman-teman (anak didik)lainnya.
b. Membantu penyelenggaraan Klinik Konsultasi
2.3 Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk
menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang
menitikberatkan

pada

pengawasan

berbagai

faktor

lingkungan

yang

mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar,1995). Upaya sanitasi dasar
meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban),
pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah.
2.3.1 Penyediaan Air Bersih
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari
setelah udara. Sekitar ¾ bagian tubuh kita terdiri atas air, tak seorangpun dapat
bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air juga dapat dipergunakan
untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar
rumah. Air juga dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam

kebakaran, tempat rekreasi, dan transportasi. Volume rata-rata kebutuhan air
setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter/35-40 galon. Kebutuhan air
tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan
kebiasaan masyarakat. Menurut analisis WHO, pada negara-negara maju setiap
orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari, sedangkan pada negara
berkembang tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Mubarak,
2009).
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia sebab manusia akan lebih
cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Pada
tumbuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri air , untuk anak-anak
sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80% (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

416/MenKes/Per/IX/1990, yang di maksud air bersih adalah air bersih yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah di masak. Air bersih merupakan salah
satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat.
ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi
setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan.
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
air yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman
sebagai berikut :
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

3. Tidak berasa dan tidak berbau
4. Dapat di pergunakan untuk kebutuhan domestik/rumah tangga
5. Memenuhi standar minimal yang ditemuakan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI (Mubarak, 2009).
Menurut Depkes RI (2005), Syarat Air Bersih haruslah memenuhi dua
syarat yaitu kuantitas dan kualitas
1. Syarat Kuantitatif
Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung
kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan
maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara kuantitas di Indonesia
diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian
yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter,
kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu
16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet, 2007).
2. Syarat Kualitatif
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan
mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).
1. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di

bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan
jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.
a. Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Bau air
kebanyakan disebabkan oleh adanya bahan organik dalam air atau adanya
peningkatan aktifitas bakteri dan yang bisa juga disebabkan oleh pengotoran
industri (Mubarak, 2009).
b. Rasa
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar
dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
Perubahan rasa secara normal dalam penyediaan air bersih bisa memeberikan
suatu tanda adanya perubahan kualitas air baku atau adanya kekeliruan dalam
proses pengolahan air (Mubarak, 2009).
c. Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.
Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara
alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya
orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor
dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat
berasal dari buangan industri ( Slamet, 2007).

d. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari
lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan
tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.
Kekeruhan yang tinggi akan melindungi mikroorganisme dari pengaruh
desinfeksi, mendorong pertumbuhan bakteri, menaikkan kebutuhan klor. Pada
semua proses desinfeksi dengan memperoleh hasil yang efektif maka kekeruhan
air harus selalu rendah (Mubarak, 2009).
e. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan
kesehatan,

menghambat

reaksi-reaksi

biokimia

di

dalam

saluran/pipa,

mikroorganisme pathogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air
dapat menghilangkan dahaga (Slamet, 2007).
f. Jumlah Zat Padat Terlarut
Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam
anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik
pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung
pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Slamet, 2007).
2. Parameter Mikrobiologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah
dan

jenis

bakteri

berbeda

sesuai

dengan

tempat

dan

kondisi

yang

mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan seharihari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan
bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri pathogen.
3. Parameter Radioaktifitas
Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya
adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan
dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat
diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati.
Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan
mutasi. Parameter radioaktifitas seperti sinal alfa, sinar beta dan gama yang
berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar alfa sulit menembus
kulit, sedangkan sinar beta dapat menembus kulit, dan sinar gama dapat
menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar
serta frekuensi dan luasnya pemaparan (Slamet, 2007).
4. Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar
secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air
raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), Flourida (F),
Kalsium (Ca), Cadmium (Cd), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Air
sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat dan korosi jaringan distribusi air. Air merupakan bahan pelarut yang

bagus karena dapat melarutkan berbagai element kimia yang dilaluinya sehingga
pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9 (Slamet, 2007).
2.3.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak seabnding dengan area
pemukiman,masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dari segi
kesehatan masyarakat masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalh
yang pokok untuk sedini mungkin diatasi sebab kotoran manusia(feces) adalah
sumber penularan penyakit yang multikompleks. Kotoran manusia merupakan
sebuah benda yang sudah tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja (feces), air seni (urine), dan CO2
(Notoatmodjo, 2007).
Syarat jamban yang sehat adalah sebagai berikut : (Depkes RI, 2004).
1. Konstruksi kuat

2. Kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah dan air permukaan
3. Jarak jamban dengan sumber air bersih tidak kurang dari 10 meter
4. Pencahayaan minimal 100 lux (KepMenKes N0. 519 TAHUN 2008)
5. Tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, kecoa)
6. Ventilasi 20% dari luas lantai
7. Di lengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air, dan berwarna terang
8. Murah
9. Memiliki saluran dan pembuangan akhir yang baik yaitu lubang selain tertutup
juga harus di semen agar tidak mencemari lingkungan nya
10. Tersedia air dan alat pembersih

Menurut Notoatmodjo (2007), agar persyaratan-persyaratan tersebut dapat
dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain :
1. Sebaiknya jamban tertutup artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan
hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang
(privacy)
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak
yang kuat
3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak
mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau
4. Di sediakan alat pembersih atau kertas pembersih
2.3.3Pengelolaan Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai
lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu
kegiatan manusia dan dibuang.Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan,
pengumpulan dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
sampah

tidak

mengganggu

kesehatan

masyarakat

dan

lingkungan

hidup

(Notoatmodjo, 2007).

Syarat-syarat tempat sampah antara lain :
1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya
sampah
2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori
tangan

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu
orang.
2.3.4

Saluran Pembuangan Air Limbah
Air limbah atau air buangan adalah air sisa yang di buang yang berasal

dari rumah tangga , industri maupun tempat-tempat umum lainnya yang
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Mubarak (2009) , sarana pembuangan air limbah yang sehat
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air bersih
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air untuk perikanan air sungai, atau tempattempat rekreasi serta keperluan sehari-hari
3. Tidak di hinggapi oleh lalat, serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat
berkembang biaknya berbagai bibit penyakit dan vektor
4. Tidak terbuka dan harus tertutup jika tidak di olah
5. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap
2.4

Sekolah Dasar
Sekolah Dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal di

Indonesia, ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dan
merupakan suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala
aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum (Ahmadi,
2001).

1. Fungsi Sekolah
Menurut Ahmadi (2001) sekolah memiliki fungsi yakni:
1.

Membantu

lingkungan

keluarga

untuk

mendidik

dan

mengajar,

memperbaiki, dan memperdalam atau memperluas tingkah laku anak
didik yang dibawa dari keluarga serta membantu pengembangan bakat
2. Mengembangkan kepribadian peserta didik dapat bergaul dengan guru dan
teman- temannya sendiri, taat kepada peraturan atau disiplin dan dapat
terjun di masyarakat berdasarkan norma yang berlaku.
2. Faktor yang mempengaruhi lingkungan sekolah
Menurut Azwar (1999), ada beberapa faktor- faktor lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan sekolah yang sehat yaitu sebagai berikut :
1. Persediaan air bersih yang terdiri dari air ledeng dan bukan air ledeng
2. Fasilitas cuci tangan yaitu disediakan kran-kran atau tempat air untuk
cucitangan
3. WC yang memenuhi syarat kesehatan
4. Tempat pembuangan sampah yang mudah dijangkau dan memenuhi syarat
kesehatan.
5. Saluran pembuangan air limbah (air bekas) yang lancar (tidak tersumbat).
6. Program sanitasi makanan sekolah, misalnya warung sekolah juga harus
memenuhi syarat kesehatan.
7. Bangunan sekolah dan letaknya

2.4.1 AnakSekolah Dasar

Anak usia sekolah dasar merupakan periode pertumbuhan dan
perkembangan anak usia 6-12 tahun yang memiliki fisik lebih kuat, mempunyai
sifat individual serta aktif dan tidak bergantung pada orang tua yang disebut
sebagai periode laten yang tidak seperti bayi dan usia prasekolah yang sudah
dapat menentukkan kehendak/keinginan yang sesuai dengan kemampuan mereka
untuk memilih mana yang lebih baik atau sebaliknya terhadap diri mereka sendiri.
Pada usia anak sekolah ini, anak-anak membandingkan dirinya dengan
teman-temannya dimana mereka mudah sekali mengalami ketakutan akan
kegagalan dan ejekan teman, mudah merasa cemas, akan tumbuh rasa rendah diri.
Satu hal yang perlu dimiliki oleh seorang anak yang telah memasuki sekolah dasar
yaitu dapat menerima otoritas tokoh lain diluar orangtuanya, kesadaran akan
tugas, patuh pada peraturan dan dapat mengendalikan emosinya (Gunarsa, 2006).
Menurut Quastin (2011) dalam Wati (2012), pada usia anak

sekolah

secara fisik anak mengalami peerubahan dalam proporsi bentuk tubuh. Pada masa
ini pertumbuhan anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki tetapi pada
usia 10 tahun keatas pertumbahan anak laki-alaki akan menyusul hal ini disebakan
karena anak laki-laki lebih berotot sedangkan anak perempuan lebih lentur. Pada
saat memasuki usia anak sekolah perekmangan mental anak mengalami
kematangan sebab adanya keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapat
pengetahuan dan pengalaman.

2.5

Pendidikan Kesehatan
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap di telaah

dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Adanya
pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan.
Pengetahuan yang dipengaruhi tingkat pendidikan merupakan salah satu pencetus
(predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk
berperilaku sehat (DepKes, 2006).
Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan kata lain perilaku
manusia terjadi melaluihasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Menurut Sarwono (2004), respon dapat dibedakan menjadi dua yaitu
bersifat aktif (melakukan tindakan) dan juga dapat bersifat pasif (tanpa tindakan :
berfikir, berpendapat, bersikap). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan
dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak
tampak(tidak dapat dilihat) seperti pengetahuan, persepsi, dan motivasi. Beberapa
ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah
knowledge, attitude, practice.

2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu perhatian
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera penderangan(telinga), dan indera penglihatan(mata). Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab
masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk
menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat
diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan
persoalan yang dihadapi (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu(know)
Tahu (know) diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa
orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti apa tandatanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara
melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk).

2. Memahami (comprehension)
Memahami (comprehension) diartikan sebagai memahami suatu objek
bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan,
tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek
yang diketahui terserbut seperti orang yang memahami cara pemberantasan
nyamuk demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur,
menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harusmenutup,
menguras, dan tempat-tempat penampungan air tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai seseorang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui
tersebut pada situasi yang lain seperti seseorang yang telah paham tentang proses
perencanaan, harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat
orang tersebut bekerja.
4. Analisis (analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikator bahwa
pengetahuan seseorangsudah sampah pada tingkat analisis adalah apabila
seseorang tersbut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut seperti dapat
membedakan antara nyamuk Aedes aegypty dengan nyamuk anopheles.

5. Sintetis (synthesis)
Sintetis diartikan sebagai suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau

meletakkan

dalam

satu

hubungan

yang

logis

dari

komponen-

komponenpengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintetis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada
seperti dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri
tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar serta dapat membuat kesimpulan
tentang artikel yang telah dibaca.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi dikaitkan sebagai kemampuan seseorang untuk melalukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau normanorma yang berlaku di masyarakat seperti seorang ibu dapat menilai atau
menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak serta seseorang dapat
menilai manfaat ikut keluarga berencana.
Pengukuran

penegetahuan

dapat

dilakukan

dengan

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaanpertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah
tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan atau besarnya persentase
kelompok

responden

atau

masyarakat

komponen-komonen kesehatannya.

tentang

variable-variabel

atau

2.5.2 Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010), sikap merupakan respons tertutup seseorang
terhadap stimulus suatu objek tertentu yang sudah melibatkan faktor-faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,
baik-tidak baik). Dengan kata lain, sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan
gejala-gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan
pikiran, perasaan dan perhatian.
Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. Dengan kata
lain, bagaimana kenyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obje (terkandunk.
Dengan kata lain, bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi)
orang tersebut terhadap objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Dengan kata lain, sikap
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Menurut Ahmadi (2001), ketiga komponen tersebut secara bersama-sama
akan membentuk sikap yang utuh ( Total Attitude). Sikap, pengetahuan, pikiran,
kenyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap merupakan suatu
kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang
lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang
sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu
tercermin dari perilaku seseorang.

Menurut Ahmadi (2001) , sikap dibedakan menjadi :
1. Sikap negatif merupakan sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak
menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana seseorang itu berada.
2. Sikap positif merupakan sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma
yang berlaku dimana seseorang itu berada.
Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu :
1. Selalu ada objeknya.
2. Biasanya bersifat evaluative.
3. Relatif mantap.
4. Dapat dirubah.
Menurut Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai beberapa tingkatan :
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima
stimulus yang di berikan(objek) seperti sikap seseorang terhadap periksa hamil
(ante natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu hamil untuk

mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care di lingkungannya.
2. Menanggapi(respo

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak-anak Di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009

4 47 107

Gambaran Pengetahuandan Sikap Guru dan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Pelaksanaan PHBS Pada Guru dan Siswa Di SDN Perkebunan Tanah Gambus Tahun 2015

0 2 224

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Kartasu

0 7 11

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA SISWA SDN SUKARASA 3.

3 8 28

PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Institusi Pendidikan MATERI PHBS

1 2 50

Gambaran Pengetahuandan Sikap Guru dan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Pelaksanaan PHBS Pada Guru dan Siswa Di SDN Perkebunan Tanah Gambus Tahun 2015

0 0 20

Gambaran Pengetahuandan Sikap Guru dan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Pelaksanaan PHBS Pada Guru dan Siswa Di SDN Perkebunan Tanah Gambus Tahun 2015

0 0 2

Gambaran Pengetahuandan Sikap Guru dan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Pelaksanaan PHBS Pada Guru dan Siswa Di SDN Perkebunan Tanah Gambus Tahun 2015

0 0 3

Gambaran Pengetahuandan Sikap Guru dan Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Pelaksanaan PHBS Pada Guru dan Siswa Di SDN Perkebunan Tanah Gambus Tahun 2015

0 0 89