Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak-anak Di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009

(1)

KOTA MEDAN TAHUN 2009

S K R I P S I

Oleh :

JARISTON HABEAHAN NIM: 041000107

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

KOTA MEDAN TAHUN 2009

S K R I P S I

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

JARISTON HABEAHAN NIM. 041000107

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT ANAK-ANAK DI YAYASAN PANTI ASUHAN RAPHA-EL

SIMALINGKAR KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : JARISTON HABEAHAN

NIM. 041000107

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada tanggal 3 Juli 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

DR. Dra Irnawati Marsaulina, MS dr. Taufik Ashar, MKM

NIP. 132 089 428 NIP. 132 303 367

Penguji II Penguji III

Ir. Evi Naria, M.Kes Ir. Indra Chahaya, MSi NIP. 132 049 787 NIP. 132 058 731

Medan, Juli 2009

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 131 124 053


(4)

Pembangunan kesehatan yang diarahkan pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat dilihat dari indikator derajat kesehatan dan target tahun 2010 yang telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan Kabupaten/Kota yaitu persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih sehat sebesar 65 % dan persentase rumah sehat 80 %, persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih 85 %

Penyakit yang muncul akibat rendahnya PHBS antara lain cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya, mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kualitas hidup sumber daya manusia.

Hal ini mendasari peneliti melakukan penelitian ini untuk menggambarkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan anak-anak di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tentang PHBS untuk dijadikan sebagai acuan untuk melakukan intervensi permasalahan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner yang diikuti wawancara. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak di Panti Asuhan Rapha-El yang berusia 7 (tujuh) sampai dengan 14 tahun sebanyak 19 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebesar 94.7%, pengetahuan dengan kategori sedang 5.3%, sedangkan pengetahuan dengan kategori buruk tidak ada. Sikap dengan kategori baik sebesar 94.7%, sikap dengan kategori sedang 5.3%, sedangkan sikap dengan kategori buruk tidak ada. Tindakan dengan kategori baik sebesar 78.9%, tindakan dengan kategori sedang 21.1%, sedangkan tindakan yang dikategorikan buruk tidak ada.

Fasilitas yang mendukung higiene PHBS di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar yang dikategorikan baik sebesar 73.7%, ketersediaan fasilitas yang mendukung higiene dengan kategori sedang 21.1%, sedangkan ketersediaan fasilitas yang mendukung higiene dengan kategori buruk sebesar 5.3%.

Penyediaan Fasilitas sanitasi mengenai PHBS yang tidak memenuhi syarat di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ada 5 komponen (18%) yaitu kepadatan hunian ruang tidur, jumlah kamar mandi, jumlah jamban, pengolahan sampah dan tempat khusus penampungan sampah.

Responden yang memiliki keluhan kesehatan sebanyak 14 orang (73,7%), sedangkan responden yang tidak memiliki keluhan kesehatan sebanyak 5 orang (26.3%).

Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan responden terhadap PHBS perlu diberikan informasi atau penyuluhan dan penyediaan fasilitas higiene dan sanitasi untuk mengurangi dampak buruk rendahnya PHBS.


(5)

Well-being development that aimed in Clean Alive Behaviour and Well (PHBS) society is seen from well-being degree Indicator and target year 2010 that decide Service Minimal Standard (SPM) regency/city well-being area that is household percentage PHBS as big as 65 % and house percentage wells 80 %, family percentage that has access towards clean water 85 %

Disease that appear the low consequence PHBS among others suffer from intestinal worms, diarrhea, toothache, ill skin, bad nutrient and other as it, cause the low Indonesia well-being degree and the low human resource alive quality.

This problem provide a basis for does this watchfulness to describes knowledge, attitude and children action level at Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan about PHBS to made as reference to do troubleshoot intervention.

Method that used in this watchfulness that is uses question sheet that followed interview. Sample in this watchfulness entire childrens at Panti Asuhan Rapha-El aged 7 (seven) up to 14 year amount of 19 person.

Watchfulness result shows that children at Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar has erudition with good category as big as 94.7%, erudition with category 5.3%, while erudition with bad category there is nothing. Attitude with good category as big as 94.7%, attitude with category 5.3%, while attitude with bad category there is nothing. Action with good category as big as 78.9%, action with category 21.1%, while action mengategorikan bad there is nothing.

Facilities that supporting hygiene at Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar category good as big as 73.7%, facilities that supporting hygiene with category 21.1%, while facilities that supporting hygiene with bad category as big as 5.3%.

Sanitation facilities availability hits PHBS doesn't up to standard at Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar there are 5 components (18%) that is cubicle dwelling density, bathroom total, lavatory(WC) total, refuse processing and refuse relocation special place.

Respondent that has well-being complaint amount of 14 person (73,7%), while respondents doesn't has well-being complaint amount of 5 person (26.3%).

Therefore, to increase knowledge, attitude and respondent action towards PHBS necessary given information or elucidation and facilities hygiene and sanitation available to decrease the low bad impact PHBS.


(6)

Nama : Jariston Habeahan

Tempat/Tanggal Lahir : Lumban Haro, 06 November 1984

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 9 (sembilan) orang

Alamat Rumah : Lumban Haro, Desa Tamba Dolok, Kecamatan Sitio-tio, Kabupaten Samosir

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1991-1997 : SD Inpres No.176388 Pagarbatu 2. Tahun 1997-2000 : SMPN 2 Harian Boho

3. Tahun 2000-2003 : SMUN 1 Pangururan 4. Tahun 2004-2009 : FKM USU Medan

Pengalaman Berorganisasi :

1. Tahun 2004-Sekarang : Anggota GMKI FKM USU

2. Tahun 2005-2006 : Pengurus Komisariat GMKI FKM USU Masa Bakti 2005-2006 sebagai Biro Aksi dan Pelayanan


(7)

Pelayanan

4. Tahun 2007-2008 : Pengurus Komisariat GMKI FKM USU Masa Bakti 2007-2008 sebagai Ketua GMKI Komisariat FKM USU

5. Tahun 2006-2007 : Pengurus Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) periode 2006-2007 sebagai Wasekjend Komunikasi dan Informasi

Pengalaman Bekerja :

Tahun 2005 : Anggota Pemantau PILKADA di Humbang Hasundutan


(8)

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih-Nya yang senantiasa berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Anak-Anak di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2009”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen Wali/Penasehat Akademik yang telah setia membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan masukan-masukan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak dr.Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan masukan-masukan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan


(9)

kepada penulis untuk melakukan penelitian pengetahuan sikap dan tindakan PHBS bersama anak-anak di Panti Asuhan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan.

6. Dian sebagai Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara di bagian Kesehatan Lingkungan yang telah banyak membantu dan memberikan kemudahan selama penyusunan skripsi ini

7. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberi ilmu dan pengetahuan selama menjadi mahasiswa. 8. Orang tua yang terkasih dan saya sayangi bapak J. Habeahan dan ibu tercinta L.

Haro Munthe yang senantiasa memberikan dukungan dan doa serta dorongan materi bagi penulis untuk senantiasa berbuat yang terbaik hingga selesainya perkuliahan ini.

9. Abangku Maralas Tua Habeahan dan Arichi Pasaribu yang telah banyak memberikan motivasi dan materi kepada penulis.

10.Kakakku Sarmas Habeahan, Lasti Habeahan, Mendasa Habeahan dan Juga Adekku Eska Habeahan, Masimantap Habeahan, Tuaranda Habeahan, Ropembina Habeahan yang senantiasa memberikan dukungan doa dan dorongan materi bagi penulis untuk senantiasa berbuat yang terbaik hingga selesainya perkuliahan ini. 11.Abang dan Kakakku : Suparlan Lingga, Jasmen Manurung, Bobok Simanjuntak,

Elliot Simanjutak, Manotar Ambarita, Harpen Simarmata, Melva Sihombing, Tolopan Sitanggang, Thomas Damanik, Masrudi Turnip, Sudarta Harefa, Anton


(10)

12.Rekan-rekan Stambuk 2004 : Junis Siahaan, Richi Simbolon, David Simbolon, Rinto G.H Sinambela, Niel Bakara, Iwan Simamora, Mardin H Nadeak, Frengky Tarigan, Yesayas Sinaga, Doni Sinaga, Gibeon silitonga, Sudana, Rita Turnip, Siska Silalahi Yunita Simanjuntak, dan semua teman-teman Stambuk 2004 yang tidak dapat saya sebut satu persatu. Terimakasih atas kebersamaan yang sudah kita jalani bersama.

13.Sahabat saya : Sormelly Tamba, Jasmen Manurung, Leo Sitepu, Putri Helga, Dahliana Simanullang, Bunga F. Sinaga, Richi Simmbolon dan Junisbon Sinaga, Maryanti Simanullang, Indryani Sinaga, Lenni Saragih, terimakasih untuk kebersamaan yang memberi pengaruh baik dalam diri saya selama menjalani perkuliahan ini.

14.Teman-teman sepeminatan Kesehatan Lingkungan : M. Al-Kautsar, Nina Deviana, Lia, Jayanti, Lamriama, Hotlianti, Desma dan yang tidak dapat saya sebut satu persatu. Terimakasih atas kekompakan dan kesamaan minat yang sudah kita jalani bersama.

15.Adik-adikku : Nina Tarigan, Christina Napitupulu, Wilda Pratiwi sihombing, Arito Silaban, Lafandi Sitompul, Horastua Sinurat, Febrinto Siahaan, Andre Siregar, Daniel Tarigan, Indra Simanjuntak, Josia Simamora, Devi, Happy, Junita, Fitri, Berto&Berta. Terimakasih atas persekutuan yang telah kita jalani bersama.


(11)

yang telah kita jalani bersama.

17.Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Medan, 3 Juli 2009 Penulis,


(12)

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Singkatan ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 7

2.1.1. Cakupan Program PHBS ... 7

2.1.2. Perilaku Kesehatan Lingkungan ... 9

2.1.3. Manajemen PHBS ... 12

2.1.4. Indikator PHBS ... 13

2.2. Sasaran PHBS ... 19

2.2.1. Kebersihan Kulit ... 19

2.2.2. Kebersihan Rambut ... 19

2.2.3. Kebersihan Gigi ... 20

2.2.4. Kebersihan Tangan, kaki dan kuku ... 20

2.2.5. Kebiasaan Berolah Raga ... 21

2.2.6. Kebiasaan tidur yang cukup ... 22

2.2.7. Gizi dan Menu Seimbang ... 22

2.3. Sarana dan Prasarana PHBS. ... 23

2.4. Panti Asuhan ... 24

2.5. Kerangka Konsep ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian ... 28

3.2.1 Lokasi ... 28

3.2.2 Waktu Penelitian ... 28

3.2. Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1. Populasi ... 28

3.3.2. Sampel ... 28


(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

4.1. Gambaran Umum Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan ... 37

4.2. Karakteristik Responden ... 38

4.2.1. UmurResponden ... 38

4.2.2. Tingkat Pendidikan Responden ... 39

4.2.3. Jenis Kelamin Responden ... 39

4.3. Tingkat Pengetahuan Responden ... 40

4.3. Sikap Responden ... 44

4.4. Tindakan Responden ... 47

4.5. Fasilitas yang Mendukung Higiene PHBS di Panti Asuhan ... 51

4.6. Fasilitas sanitasi PHBS yang tersedia di Panti Asuhan ... 53

4.7. Keluhan kesehatan anak-anak di Panti Asuhan Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 56

BAB V PEMBAHASAN ... 58

5.1. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden tentang PHBS ... 58

5.1.1. Pengetahuan ... 58

5.1.2. Sikap ... 59

5.1.3. Tindakan ... 60

5.2. Fasilitas yang Mendukung Higiene dan Sanitasi PHBS di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 61

5.2.1. Fasilitas yang Mendukung Higiene PHBS yang Tersedia ... 61

5.2.2. Fasilitas Sanitasi PHBS yang Tersedia ... 62

5.3. Keluhan Kesehatan Responden di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar... 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 66

6.1. Kesimpulan ... 66

6.2. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran I. Kuesioner Penelitian

Lampiran II. Master Tabel Hasil Penelitian

Lampiran III. Surat Keterangan Telah selesai pengumpulan data dari Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar

Lampiran IV. Surat Permohonan Izin Peninjauan Tempat Penelitian

Lampiran V. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1989 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan


(14)

Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan umur responden di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 38 Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Panti Asuhan

Rapha-El Simalingkar ... 39 Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir di Panti

Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 39 Tabel 4.4. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang PHBS di

Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 40 Tabel 4.5. Distribusi pengetahuan responden tentang PHBS di Yayasan

Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 42 Tabel 4.6. Distribusi pengetahuan responden tentang PHBS berdasarkan

kelompok umur responden di Yayasan panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 43 Tabel 4.7. Distribusi sikap responden tentang PHBS di Yayasan panti

asuhan Rapha-El Simalingkar ... 44 Tabel 4.8. Distribusi sikap responden tentang PHBS di Yayasan Panti

Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 45 Tabel 4.9. Distribusi sikap responden tentang PHBS berdasarkan

kelompok umur responden di Yayasan panti asuhan Rapha-El Simalingkar ... 46 Tabel 4.10. Distribusi responden berdasarkan tindakan tentang PHBS di

Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 47 Tabel 4.11. Distribusi Tindakan responden tentang PHBS di Yayasan di

Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 50 Tabel 4.12. Distribusi tindakan responden tentang perilaku hidup bersih dan

sehat berdasarkan kelompok umur responden di Yayasan panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 50


(15)

Tabel 4.13. Distribusi responden tentang fasilitas yang mendukung higiene PHBS dengan wawancara di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 51 Tabel 4.14. Distribusi responden tentang Fasilitas yang mendukung higiene

PHBS yang tersedia di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 52 Tabel 4.15. Distribusi responden tentang fasilitas yang mendukung higiene

responden berdasarkan kelompok umur di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 52 Tabel 4.16. Distribusi Komponen observasi fasilitas sanitasi PHBS yang

tersedia di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 53 Tabel 4.17. Distribusi responden tentang keluhan kesehatan anak-anak di

Panti Asuhan di Yayasan panti asuhan Rapha-El Simalingkar ... 56 Tabel 4.18. Distribusi responden tentang keluhan kesehatan responden di

Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar ... 57 Tabel 4.19. Distribusi responden tentang keluhan kesehatan responden

berdasarkan kelompok umur di Yayasan panti asuhan Rapha-El Simalingkar ... 57


(16)

BAPPENAS = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (National Development

Planning Board)

DepKes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia ESP = Environmental Services Program

IPAL = Instalasi Pengaliran Air Limbah

JPKM = Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat KLB = Kejadian Luar Biasa

MCK = Mandi, Cuci dan Kakus (washing, laundry & toilet) PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

RPJPK = Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan SPAL = Saluran Pengaliran Air Limbah

UKS = Usaha Kesehatan Sekolah


(17)

1.1 Latar Belakang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam PHBS, ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menciptakan suatu kondisi bagi kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat secara berkesinambungan. Upaya ini dilaksanakan melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social

Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian

masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes, 2005).

Sesuai dengan indikator sehat 2010, bahwa keberhasilan pembangunan kesehatan yang diarahkan pada PHBS masyarakat dilihat dari indikator derajat kesehatan dan target tahun 2010 yang telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota yaitu persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih sehat sebesar 65 % dan Persentase Rumah Sehat 80 %, persentase tempat-tempat umum sehat 80 %, persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih 85 % (Depkes RI, 2007).


(18)

Adapun manfaat PHBS adalah terwujudnya rumah tangga yang derajat kesehatannya meningkat dan tidak mudah sakit serta meningkatnya produktivitas kerja setiap anggota keluarga yang tinggal dalam lingkungan sehat dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, meningkatkan derajat kesehatan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan, serta mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes, 2006)

Penyakit yang muncul akibat rendahnya PHBS antara lain cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan indonesia dan rendahnya kualitas hidup sumber daya manusia.

Gambaran kesehatan di Indonesia tahun 2004 yaitu persentase orang yang merokok di Indonesia sebesar 35 %; persentase orang yang kurang yang aktivitas fisik sebesar 72,9 %; persentase orang yang kurang serat sebesar 60 % (Depkes, 2007)

Demikian halnya diare di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun yang sering menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan tetap mengakibatkan kematian dan pada tahun 2006 terjadi lonjakan penderita KLB diare yaitu 10.980 orang penderita dari 5051 penderita pada tahun 2005. Kecacingan juga masih menjadi permasalahan di Indonesia, mengingat kecacingan dapat menyebabkan kehilangan darah, karbohidrat, protein sehingga berakibat pada terganggunganya perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja. Prevalensi kecacingan pada anak SD di 27


(19)

provinsi pada tahun 2006 sebesar 32,6 % dari 28,4 % pada tahun 2005 (Depkes RI 2007)

Kondisi PHBS di Sumatera Utara dapat dilihat dari jumlah letusan KLB yang ada di Sumut pada tahun 2006 merupakan KLB diare terbanyak setelah Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan jumlah penderita di Sumatera Utara sebanyak 401 orang penderita (Depkes, 2007).

Demikian halnya dengan status gizi buruk pada anak-anak di Sumatera Utara pada tahun 2003 yang tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 12,35 % dan gizi kurang 18,59 %. Gizi kurang pada anak akan menghambat pertumbuhan dan kurangnya zat tenaga dan kurang protein (zat pembangun) sehingga dalam cakupan PHBS perlu diperhatikan menu yang seimbang khususnya pada anak-anak untuk pencapaian Indonesia sehat 2010 (Adisasmito W., 2007)

Dalam hal pemerataan pembangunan yang berwawasan kesehatan tentunya mencakup semua golongan masyarakat, baik kelompok anak-anak maupun kelompok orang dewasa. Hal inilah yang menyebabkan perlu dilakukan penelitian, sejauh mana dampak program yang dicanangkan melalui Visi Sehat 2010. Hal ini dapat dilihat dari ruang lingkup masyarakat kelompok anak-anak yaitu anak-anak di Yayasan Panti Asuhan tentang pengetahuan, sikap dan tindakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di lingkungan Panti Asuhan.

Panti Asuhan adalah sebuah wadah yang menampung anak-anak yatim piatu. Di mana anak-anak yatim piatu (ataupun anak yang dititipkan orangtuanya karena tidak mampu) biasanya tinggal, mendapatkan pendidikan, dan juga dibekali berbagai keterampilan agar dapat berguna di kehidupannya nanti (Anonim, 2008).


(20)

Panti Asuhan dikelola sebagai tempat pengasuhan anak-anak secara berkelompok. Berbeda dengan anak-anak yang berada dalam tatanan rumah tangga yang diasuh secara langsung oleh ibu rumah tangga (anggota rumah tangga). Kurangnya pengasuhan anak-anak tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Panti Asuhan dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kecacingan dan diare serta penyakit lainnya.

Hasil survei awal pada anak-anak yang ada di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan menunjukkan bahwa Panti Asuhan ini masih tergolong sederhana, karena kurangnya fasilitas sanitasi sehingga anak-anak di Panti Asuhan yang masih rentan terhadap penyakit berbahaya bagi kesehatannya. Dengan demikian perlu diteliti bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan anak-anak Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tentang PHBS untuk dijadikan sebagai salah satu acuan untuk melakukan intervensi permasalahan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: “ Diketahuinya bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu faktor kualitas hidup anak-anak di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan Tahun 2009”.


(21)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) anak-anak di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan Tahun 2009

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan anak-anak mengenai PHBS yang berkaitan dengan lingkungan di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan

2. Mengetahui sikap anak-anak mengenai PHBS yang berkaitan dengan lingkungan di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan

3. Mengetahui tindakan anak-anak mengenai PHBS yang berkaitan dengan lingkungan di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan

4. Mengetahui fasilitas yang mendukung higiene PHBS di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan

5. Mengetahui fasilitas sanitasi PHBS yang tersedia di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan

6. Mengetahui keluhan kesehatan anak-anak dalam sebulan terakhir di Panti Asuhan Simalingkar Medan.


(22)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Pimpinan/pengasuh anak-anak di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan untuk menerapkan perilaku hidup bersih sehat agar terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan rendahnya PHBS

2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan PHBS

3. Sebagai tahap penerapan keilmuan penulis dalam melakukan penelitian pada bidang kesehatan masyarakat yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di FKM USU.


(23)

2.1. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoadmodjo S., 2007).

2.1.1. Cakupan Program PHBS

Mewujudkan PHBS di tiap tatanan; diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian serta kembali lagi ke proses pengkajian. Proses yang demikian dapat digambarkan pada bagan berikut ini:

Gambar 2.1. Managemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(24)

Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, yaitu masalah PHBS dan sumber daya. Selanjutnya output pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan dengan rumusan masalah perencanaan berbasis data, rumusan masalah akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan, penggerakan pelaksanaan yang merupakan implementasi dari intervensi masalah terpilih, di mana penggerakannya dilakukan oleh petugas promosi kesehatan, sedangkan pelaksanaannya bisa oleh petugas promosi kesehatan atau lintas program dan lintas sektor terkait (Depkes RI, 2002)

Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format pertemuan bulanan, sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama atau akhir tahun berjalan ( Depkes RI, 2002).

Dalam setiap tahapan manajemen tersebut, petugas promosi kesehatan tidak mungkin bisa bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan petugas lintas program dan lintas sektor terkait terutama masyarakat itu sendiri (Depkes RI, 2002)

Program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan penindaklanjutan (precede proceed model) yang diadaptasi dari konsep Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan cara mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut ke arah yang lebih positif.

Proses pengkajian mengikuti anak panah dari kanan ke kiri, sedang proses penindaklanjutan dilakukan dari kiri ke kanan berikut ini :


(25)

Gambar 2.2. Bagan Pengkajian dan Penindaklanjutan Program PHBS

Sumber: Depkes RI, 2002

2.1.2. Perilaku Kesehatan Lingkungan

Seseorang dapat merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatan sendiri, keluarga atau masyarakat. Misalnya, bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007)

Menurut Becker, (1979) yang dikutip oleh Notoatmodjo, (2007) membuat klasifikasi tentang perilaku hidup sehat ini yaitu sebagai berikut:

1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh) dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).


(26)

2. Olah raga yang teratur mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan. 3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai

macam penyakit. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok ini khususnya di Indonesia seolah sudah membudaya hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil penelitian, sekitar 15% remaja telah merokok. 4. Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan

mengkonsumsi NARKOBA (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum keras.

5. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan akibat penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat jadi berkurang. Hal ini juga membahayakan kesehatan.

6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, lebih sebagai akibat tuntutan hidup yang keras seperti diatas. Kecenderungan stres meningkat pada setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Kita harus dapat mengendalikan stres atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positip.

7. Perilaku atau gaya hidup yang positip bagi kesehatan. Misalnya, tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan dan sebagainya


(27)

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo S., (2007), ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan Sehat yaitu faktor pemudah (predisposising factor), faktor pemungkin (enambling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor).

a. Faktor pemudah (predisposising factor), adalah faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Misalnya, pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh seseorang yang tidak mau merokok karena melihat kebiasaan dalam anggota keluarganya tidak ada satupun yang mau merokok. b. Faktor pemungkin (enambling factor) adalah faktor pemicu terhadap perilaku

yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orang tua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti oleh anak-anak. Contoh pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan, atau selalu minum air yang sudah dimasak. maka hal ini akan menjadi penguat untuk


(28)

perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak. Seperti halnya pada masyarakat akan memerlukan acuan untuk berperilaku melalui peraturan-peraturan atau undang-undang baik dari pusat maupun pemerintah daerah, perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk juga petugas kesehatan setempat.

2.1.3. Manajemen PHBS

Menurut Depkes RI (2002), manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan berikut ini:

a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang Pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.

b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dimana dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Misalnya, seseorang menderita diare karena minum air yang tidak dimasak, seseorang membuang sampah sembarangan karena tidak adanya fasilitas tong sampah

c. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan.


(29)

d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanva aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya. Misalnya, seseorang yang mengidolakan aktor atau artis yang tidak merokok. Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Depkes RI, 2002)

2.1.4. Indikator PHBS

Menurut Depkes RI (2002) menetapkan indikator yang ditetapkan pada program PHBS berdasarkan area / wilayah, ada tiga bagian yaitu sebagai berikut: I. Indikator Nasional

Ditetapkan 3 indikator, yaitu:

a. Persentase penduduk tidak merokok.

b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. c. Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga.

Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan regional, seperti merokok telah menjadi issue global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung, kanker paru-paru juga berpotensi menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan yang buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan menjadikan generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan


(30)

bayi yang kurang sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan produktifitas menurun. Kurang aktifitas fisik dan olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung, paru-paru, dan lain-lain (Depkes RI, 2002)

II. Indikator Lokal Spesifik

Indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Dengan demikian Ada 16 indikator yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku sehat sebagai berikut :

1. lbu hamil memeriksakan kehamilannya.

2. Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan. 3. Pasangan usia subur (PUS ) memakai alat KB. 4. Balita ditimbang.

5. Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas. 6. Bayi di imunisasi lengkap.

7. Penduduk minum air bersih yang masak. 8. Penduduk menggunakan jamban sehat. 9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun. 10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur. 11. Penduduk tidak menggunakan NAPZA.

12. Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas.

13.Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).


(31)

15.Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear. 16.Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah

kesehatan yang ada didaerah.

III. Indikator PHBS di setiap Tatanan

Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di 5 (lima) tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan Sekolah, tatanan sarana kesehatan.

1. Indikator tatanan rumah tangga : a. Perilaku :

1. Tidak merokok

2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 3. Imunisasi

4. Penimbangan balita 5. Gizi Keluarga/sarapan 6. Kepesertaan Askes/JPKM 7. Mencuci tangan pakai sabun 8. Menggosok gigi sebelum tidur 9. Olah Raga teratur

b. Lingkungan : 1. Ada jamban 2. Ada air bersih


(32)

3 . Ada tempat sampah

4. Ada SPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah) 5. Ventilasi

6. Kepadatan 7. Lantai

2. Indikator tatanan tempat kerja : a. Perilaku

1. Menggunakan alat pelindung

2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok 3 . Olah raga yang teratur

4. Bebas NAPZA

5. Kebersihan lingkungan kerja 6. Ada Asuransi Kesehatan b. Lingkungan

1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah

4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah) 5. Ventilasi

6. Pencahavaan

7. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) 8. Ada kantin


(33)

10. Ada klinik

3. Indikator tatanan tempat umum a. Perilaku

1. Kebersihan jamban 2. Kebersihan lingkungan b. Lingkungan

1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3 . Ada tempat sampah

4. Ada SPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah) 5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) 4. Indikator tatanan sekolah :

a. Perilaku

1. Kebersihan pribadi 2. Tidak merokok 3. Olah raga teratur

4. Tidak menggunakan NAPZA b. Lingkungan

1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah

4. Ada SPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah) 5. Ventilasi


(34)

6. Kepadatan

7. Ada warung sehat

8. Ada UKS (usaha Kesehatan Sekolah) 9. Ada taman sekolah

5. Indikator tatanan sarana kesehatan a. Perilaku

I. Tidak merokok

2. Kebersihan lingkungan 3. Kebersihan kamar mandi b. Lingkungan

1. Ada j amban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah

4. Ada SPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah)

5. Ada IPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah) rumah sakit 6. Ventilasi

7. Tempat cuci tangan 8. Ada pencegahan serangga

2.2. Sasaran PHBS

Dalam program PHBS ini diarahkan pada sasaran utama sasaran utama yaitu PHBS Tatanan Rumah Tangga yaitu seluruh anggota keluarga yaitu Pasangan Usia


(35)

Subur(PUS), bumil, buteki, anak, remaja, lansia, dan pengasuh anak yang selanjutnya diharapkan akan berkembang ke arah Desa/Kelurahan, Kecamatan/Puskesmas dan Kabupaten/Kota sehat. (Depkes RI, 2006)

Menurut Tarigan M., (2004), sasaran PHBS pada anak-anak yang kurang baik akan menimbulkan berbagai penyakit pada anak-anak antara lain yaitu diare, sakit gigi, sakit kulit, cacingan. Dengan demikian untuk mengurangi prevalensi dampak buruk tersebut, maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

2.2.1. Kebersihan Kulit

Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini : a. Mandi dua kali sehari

b. Mandi pakai sabun

c. Menjaga kebersihan pakaian d. Menjaga kebersihan lingkungan

2.2.2. Kebersihan Rambut

Untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak berbau apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memberhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnnya dua kali seminggu

b. Mencuci rambut dengan shampo/bahan pencuci rambut lain

c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri (Irianto K., 2007)


(36)

2.2.3. Kebersihan Gigi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah sebagai berikut:

a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap habis makan b. Memakai sikat gigi sendiri

c. Menghindari makanan yang merusak gigi

d. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi e. Memeriksakan gigi secara rutin (Irianto K., 2007)

2.2.4. Kebersihan Tangan, kaki dan kuku

Kebersihan tangan berhubungan dengan penggunaan sabun dan cuci tangan dengan menggunakan sabun. Pencucian tangan dengan sabun yang benar dan disaat yang tepat memainkan peranan penting dalam mengurangi kemungkinan adanya bakteri penyebab diare melekat pada tangan, tapi praktik cuci tangan harus dilakukan dengan benar dan pada saat yang tepat. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan sabun adalah ketika sebelum makan, sebelum memberi makan anak, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar dan setelah membantu anak buang air besar (ESP-USAID, 2006 dalam BAPPENAS, 2008).

Menurut Siti Khadijah (2007), kebersihan kaki sama halnya dengan kebersihan tangan yaitu dalam kebersihannya harus menggunakan sabun sehingga kulit kaki bersih dan bebas dari penyakit khususnya penyakit kulit.


(37)

Kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit dan juga secara estetika akan lebih indah. Oleh karena itu kuku yang kotor dapat menyebabkan penyakit tertentu antara lain :

1. Pada kuku sendiri a. Cantengan b. Jamur kuku 2. Pada tempat lain

a. luka dan infeksi tempat garukan b. cacingan

Menurut Odang, 1995 yang dikutip oleh Siti Khadijah, 2007 menyatakan bahwa dalam menghindari penyakit akibat kuku yang kotor maka perlu diperhatikan hal berikut :

a. Membersihkan tangan sebelum makan b. Memotong kuku secara teratur

c. Membersihkan lingkungan d. Mencuci kaki sebelum tidur.

2.2.5. Kebiasaan Berolah Raga.

Olah raga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan menentukan status kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa pertumbuhan (Notoatmodjo S., 2007).


(38)

Dorongan berolah raga secara teratur dapat memelihara jantung, peredaran darah dan frekuensi nadi. Macam-macam olah raga dapat kita lakukan antara lain bersepeda, lari, berenang dan senam (Irianto, K., 2007)

2.2.6. Kebiasaan Tidur yang Cukup

Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga. Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat, sebab susunan saraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat.

Tidur yang sehat merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang dan cahaya lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang nyaman. Misalnya, tungkai diletakkan agak tinggi agar memperlancar peredaran darah pada anggota gerak bawah (Irianto K., 2007)

Tidur yang sehat harus memenuhi syarat kepadatan hunian ruang tidur yaitu luas ruang tidur minimal 8 meter dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 (dua) orang tidur.(Depkes RI, 1989)

2.2.7. Gizi dan Menu Seimbang

Keadaan gizi setiap individu merupakan faktor yang amat penting karena zat gizi zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia sepanjang hayatnya. Gizi seimbang adalah satu faktor percepatan pada pertumbuhan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, aktif dan produktif. Sebaliknya, kekurangan


(39)

gizi pada anak-anak akan mengakibatkan lemahnya kemampuan belajar, cepat lelah dan sakit-sakitan (Hidayat Syarif, 1997 yang dikutip oleh Tarigan M., 2004)

Hal penting yang perlu diperhatikan pada gizi seimbang ini adalah makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, lemak protein, vitamin, mineral dan serat sesuai dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta pola makan yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam hari (Tarigan M., 2004)

2.3. Sarana dan Prasarana PHBS

Salah satu faktor penting yang berpengaruh pada praktek PHBS adalah fasilitas sanitasi yang tercermin dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun 2002, persentasi rumah yang memiliki yang mempunyai akses terhadap air yang layak untuk dikonsumsi baru mencapai 50% dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 63,5% (RPJPK, 2005 yang dikutip Adisasmito W., 2008).

Fasilitas sanitasi merupakan sarana yang dipergunakan sebagai pendukung perilaku kebersihan diri dalam tatanan rumah tangga dan lingkungannya. Fasilitas sanitasi yang harus tersedia sebagai faktor pendukung untuk PHBS pada anak-anak adalah sebagai berikut :

1. Air bersih 2. Sabun mandi 3. Sikat gigi 4. Pasta gigi


(40)

5. Gunting kuku 6. Tong sampah 7. Toilet

8. Kamar mandi

9. Lap pengering/handuk 10.Pembersih lantai

11.Shampo (Pembersih rambut)

2.4. Panti Asuhan

Panti Asuhan adalah sebuah wadah yang menampung anak-anak yatim dan/atau piatu. Di mana anak-anak yatim dan/atau piatu (ataupun anak yang dititipkan orangtuanya karena tidak mampu) biasanya tinggal, mendapatkan pendidikan, dan juga dibekali berbagai keterampilan agar dapat berguna di kehidupannya nanti (Anonim, 2008).

Adapun Panti Asuhan terdiri dari 3 (tiga ) macam yaitu :

a. Panti Asuhan yang didirikan oleh masyarakat dan anggarannya disediakan oleh masyarakat sendiri.

b. Panti Asuhan yang didirikan oleh masyarakat tetapi anggaran operasionalnya berasal dan dibantu oleh pemerintah dan organisasi lain.

c. Panti Asuhan yang didirikan dan dibiayai oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang digunakan pemerintah sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam struktur Dinas Sosial kab/kota (Suyono H., 2007)


(41)

Menurut Bowlby dkk, (1994) dalam Anonim, (2008) menyatakan bahwa perkembangan anak yang sehat secara fisik, psikologis, dan sosial membutuhkan suatu hubungan yang harmonis antara tiga unsur pokok, yaitu:

1. Hubungan antara anak dengan anak

2. Hubungan antara anak dengan anggota keluarga 3. Hubungan antara anak dengan lingkungan sosialnya

Selain itu, Hurlock, (1995) dalam Anonim, (2008) laporan hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa Perawatan anak di Panti Asuhan ada persepsi yang tidak baik, karena anak dipandang sebagai makhluk biologis bukan sebagai makhluk psikologis dan makhluk sosial. Padahal selain pemenuhan kebutuhan fisiologis, anak membutuhkan kasih sayang bagi perkembangan psikis yang sehat seperti halnya vitamin dan protein bagi perkembangan biologisnya.

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang terlantar semakin meningkat, sementara hanya sebagian kecil dari mereka (kira-kira 15%) yang mampu ditampung di panti asuhan, baik swasta maupun pemerintah. Realitas juga menunjukkan bahwa mereka yang beruntung (diasuh di panti asuhan) saja menunjukkan perkembangan kepribadian dan penyesuaian sosial yang kurang memuaskan, dapat dibayangkan keadaan yang lebih memprihatinkan lagi pada anak-anak terlantar yang belum terjangkau penanganan dari pihak yang berwenang. Sementara masyarakat sering memberi cap negatif pada anak-anak di panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, mengapa atau bagaimana hal-hal negatif itu bisa terjadi. Oleh karena itu, berdasarkan persepsi masyarakat dan pendapat beberapa ahli bahwa dalam kehidupan di panti asuhan, anak-anak tidak mendapatkan lingkungan yang


(42)

sehat bagi perkembangannya, maka kita perlu mengetahui kebutuhan psikologis anak di panti asuhan agar mereka mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan yang mereka butuhkan, sehingga perkembangan fisiknya sejalan dengan perkembangan psikologis dan sosialnya. Karena, perkembangan yang sehat dalam hal perkembangan fisik, psikologis dan sosial anak-anak di panti asuhan sangat diperlukan agar mereka mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat luas terutama setelah mereka harus melampaui pasca terminasi dimana harus keluar dari lingkungan panti asuhan setelah mampu hidup mandiri/setamat SMU (Anonim, 2008).


(43)

2.5. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Baik Sedang Buruk Baik Sedang Buruk Baik

Sedang Buruk

Baik Sedang

Buruk Baik

Sedang Buruk Ada

Tidak ada Pengetahuan Anak-anak

Mengenai PHBS

Sikap Anak-anak Mengenai PHBS

Tindakan Anak-anak Mengenai PHBS

Fasilitas yang Mendukung Higiene

PHBS

Fasilitas Sanitasi PHBS yang tersedia


(44)

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif untuk menggambarkan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak-anak.

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Adapun alasan memilih lokasi karena di Panti Asuhan ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan anak-anak di Panti Asuhan tentang PHBS.

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada April s/d Mei 2009. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan yang berjumlah 29 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak-anak di Panti Asuhan Rapha-El yang berusia 7 (tujuh) sampai dengan 14 tahun sebanyak 19 orang. Adapun responden dibagi menjadi 2 (dua) kelompok responden yaitu :


(45)

1. Kelompok anak-anak yang berusia 7(tujuh) s/d 9(sembilan) tahun atau kelompok anak dengan pendidikan SD kelas I s/d anak dengan pendidikan SD KELAS III.

2. Kelompok anak-anak yang berusia 10 s/d 14 tahun atau kelompok anak dengan

pendidikan SD kelas IV s/d anak dengan pendidikan SMP KELAS I.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui pembagian kuesioner dan diikuti dengan wawancara langsung dengan anak-anak di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.

3.5. Definisi Operasional

1. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu dari anak-anak tentang PHBS,

yang terjadi setelah anak-anak memperoleh informasi PHBS.

2. Sikap (attitude) adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari anak-anak di Panti Asuhan terhadap PHBS

3. Tindakan atau Praktek (Practice) adalah perbuatan nyata anak-anak di Panti

Asuhan tentang PHBS

4. Fasilitas yang mendukung higiene adalah alat yang digunakan anak-anak di Panti Asuhan Rapha-EL sebagai pendukung untuk melakukan PHBS

5. Fasilitas sanitasi adalah alat pendukung yang tersedia bagi lingkungan yang sehat.

6. Keluhan kesehatan adalah penyakit yang pernah diderita anak-anak di Panti


(46)

3.6. Aspek Pengukuran

Dalam aspek pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan sikap, tindakan tentang PHBS, dan kondisi fasilitas higiene dan sanitasi PHBS yang tersedia serta keluhan kesehatan anak-anak di Panti Asuhan adalah sebagai berikut:

I. Pengetahuan

Pengetahuan ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36.

Adapun kriteria pertanyaan tingkat pengetahuan mempunyai tiga pilihan dengan pemberian skor sebagai berikut :

A. Skor jawaban pertanyaan nomor 1 s/d 4 yaitu: 1. Jawaban a, dengan skor 3

2. Jawaban b, dengan skor 2 3. Jawaban c, dengan skor 1

B. Skor jawaban pertanyaan nomor 5 s/d 8 yaitu: 1. jawaban a, dengan skor 2

2. jawaban b, dengan skor 1 3. jawaban c, dengan skor 3

C. Skor jawaban pertanyaan nomor 9 s/d 12 yaitu: 1. jawaban a, dengan skor 1

2. jawaban b, dengan skor 3 3. jawaban c, dengan skor 2


(47)

Berdasarkan kriteria pemberian skor, pengetahuan anak dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 27 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) 14 s/d 27 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40% s/d 75 % dari total skor seluruh pertanyaan.

3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 14 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 40 % dari total skor seluruh pertanyaan.

II. Sikap

Sikap ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36.

Adapun kriteria pertanyaan tingkat sikap anak-anak mempunyai tiga pilihan dengan pemberian skor sebagai berikut :

A. Skor jawaban pertanyaan nomor 1 s/d 6 yaitu: 1. Setuju, dengan skor 3

2. Ragu-ragu, dengan skor 2 3. Tidak setuju, dengan skor 1

B. Skor jawaban pertanyaan nomor 7 s/d 12 yaitu: 1. Setuju , dengan skor 1


(48)

2. Ragu-ragu, dengan skor 2 3. Tidak setuju, dengan skor 3

Berdasarkan kriteria pemberian skor, sikap anak-anak dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 27 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) 14 s/d 27 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40% s/d 75 % dari total skor seluruh pertanyaan.

3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 14 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 40 % dari total skor seluruh pertanyaan.

III. Tindakan (Practice)

Tindakan ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36

Adapun kriteria pertanyaan tingkat tindakan mempunyai tiga pilihan dengan pemberian skor sebagai berikut :

A. Skor jawaban pertanyaan nomor 1 s/d 4 yaitu: 1. Jawaban a, dengan skor 3

2. Jawaban b, dengan skor 2 3. Jawaban c, dengan skor 1


(49)

B. Skor jawaban pertanyaan nomor 5 s/d 8 yaitu: 1. jawaban a, dengan skor 2

2. jawaban b, dengan skor 1 3. jawaban c, dengan skor 3

C. Skor jawaban pertanyaan nomor 9 s/d 12 yaitu: 1. jawaban a, dengan skor 1

2. jawaban b, dengan skor 3 3. jawaban c, dengan skor 2

Berdasarkan kriteria pemberian skor, tindakan anak-anak dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 27 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) 14 s/d 27 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40% s/d 75 % dari total skor seluruh pertanyaan.

3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 14 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 40 % dari total skor seluruh pertanyaan.


(50)

IV. Fasilitas yang mendukung higiene PHBS yang tersedia di Panti Asuhan PHBS yang tersedia di Panti Asuhan diukur melalui kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 6(enam) dan total skor sebanyak 6 (enam) pertanyaan.

Dengan kriteria pertanyaan mempunyai dua pilihan : 1. Jawaban a (ya) = 1

2. Jawaban b (tidak) =0

Berdasarkan nilai (skor) PHBS yang tersedia di Panti Asuhan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu :

a. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 4 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

b. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) 3 s/d 4 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40% s/d 75 % dari total skor seluruh pertanyaan.

c. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 3 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 40 % dari total skor seluruh pertanyaan.


(51)

V. Komponen Observasi Fasilitas sanitasi PHBS yang tersedia di Panti Asuhan

Fasilitas PHBS yang tersedia dilakukan melalui metode pengamatan/ observasi dengan memberikan skor terhadap lembar observasi yang telah diberi bobot. Jumlah komponen observasi sebanyak 14 dan total skor sebanyak 14

Dengan kriteria komponen observasi mempunyai dua pilihan :

1. Memenuhi syarat (ya)= 1

2. Tidak memenuhi syarat (tidak) =0

VI. Keluhan Kesehatan Anak-anak di Panti Asuhan

Kondisi kesehatan anak-anak di Panti Asuhan ini dapat diukur dengan

melakukan pengamatan yang diikuti dengan wawancara pada anak-anak dan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 4 dan total skor sebanyak 4

Dengan kriteria pertanyaan mempunyai dua pilihan :

3. Jawaban ya, dengan skor 1

4. Jawaban tidak, dengan skor 0

Berdasarkan kriteria pertanyaan diatas dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kategori yaitu :

1. Ada, jika hasil penjumlahan skor jawaban ≥ 1 (satu) 2. Tidak ada, jika hasil penjumlahan skor jawaban = 0


(52)

3.7. Analisa Data

Analisa data dilakukan analisis secara kuantitatif untuk menggambarkan (mendeskripsikan) masing-masing variabel penelitan dengan menggunakan SPSS 16, yang selanjutnya disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.


(53)

4.1 Gambaran Umum Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Medan

Panti Asuhan Rapha-El adalah yayasan yang berbadan hukum dari Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia dengan No. Izin Dep.keh.C-749.HT.01.TH.2004 yang didirikan oleh Bapak Pdt. Oslan Simangunsong, STh. SPd. dan Pdt. M. Hutabarat (Alm) sejak tahun 2004.

Pada tahun 2003 Panti Asuhan ini berlokasi di Jl.Coklat 5 No. 27 Perumnas Simalingkar dan jumlah anak-anak yang didik sebanyak lima orang. Setelah anak yang dididik berjumlah 25 orang, kemudian didaftarkan ke Pemerintah Kota Medan untuk menghimbau melakukan pemantauan demi kelayakan Panti Asuhan. Sejak tahun 2004 s/d sekarang Panti Asuhan ini telah berada ke Jl. Rotan IX 4-6 Perumnas Simalingkar Kec. Medan Tuntungan Medan.

Panti Asuhan ini merupakan yayasan yang didirikan oleh masyarakat sebagai tempat anak-anak kurang mampu untuk didik sampai pada batas waktu tertentu, dan anggaran operasionalnya berasal dari masyarakat (pendirinya) serta adanya bantuan tetap pada setiap bulannya oleh pemerintah sebagai donatur tetap dan berbagai donatur tidak tetap lainnya seperti BANK BRI, pihak-pihak gereja dan lain-lain.

Bantuan dari pemerintah provinsi (TK I) sebesar Rp.1500/orang/hari yang diserahkan setiap bulannya melalui dinas sosial. Demikian juga bantuan dari pusat yaitu Departmen Sosial sebesar Rp.2500/orang/hari yang diserahkan setiap bulannya melalui Dinas Sosial.


(54)

4.2. Karakteristik Responden

Untuk mengetahui karakteristik responden di Panti Asuhan maka dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner yang diikuti dengan wawancara pada anak-anak di Panti Asuhan. Berikut hasil pengumpulan data mengenai karakteristik responden yang terdiri dari umur responden, jenis kelamin responden dan tingkat pendidikan responden.

4.2.1. Umur Responden

Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan umur responden di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar

No Umur Responden Jumlah (n) Persentase (%)

1 7 2 10.5

2 8 5 26.3

3 9 2 10.5

4 10 2 10.5

5 11 3 15.8

6 12 3 15.8

7 13 1 5.3

8 14 1 5.3

Total 19 100

Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa umur responden yang terbanyak adalah umur 8 tahun sebanyak 5 orang (26.3%) dan paling sedikit yaitu umur 10, 13, dan 14 masing-masing satu orang.


(55)

4.2.2. Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan responden di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar

No Tingkat Pendidikan Responden Jumlah (n) Persentase (%)

1 SD kelas 1 2 10.5

2 SD kelas 2 5 26.3

3 SD kelas 3 2 10.5

4 SD kelas 4 3 15.8

5 SD kelas 6 5 26.3

6 SMP kelas 1 2 10.5

Total 19 100

Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah SD kelas II dan SD kelas VI masing-masing yaitu 5 orang (26.3%), sedangkan paling sedikit yaitu SD kelas III yaitu 1 orang (5.3%).

4.2.3. Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar

No Jenis Kelamin Responden Jumlah (n) Persentase (%)

1 laki-laki 11 57.9

2 Perempuan 8 42.1

Total 19 100

Tabel 4.3. di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin responden yang terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 11 orang (57,9%) dan perempuan yaitu 8 orang (42.1%).


(56)

4.3. Tingkat Pengetahuan Responden

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden di Panti Asuhan tentang PHBS maka dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner yang diikuti dengan wawancara. Berikut ini adalah hasil pengumpulan data terhadap responden di Panti Asuhan tentang tingkat pengetahuan tentang PHBS dalam tabel distribusi di bawah ini :

Tabel 4.4. Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan tentang PHBS di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar

NO Pengetahuan Jumlah Persentase

1 Alasan cuci tangan pakai sabun

a. agar kuman dan kotoran terbuang dari kulit 19 100

b. agar tubuh menjadi wangi - -

c. tidak tahu - -

2 Frekuensi mandi dalam sehari

a. 2 kali sehari 19 100

b. Satu kali dalam sehari - -

c. Tidak tahu - -

3 Alasan gosok gigi

a. agar gigi dan mulut bersih dan sehat 15 78.9 b. agar mulut dan nafas tidak bau 4 21.1

c. tidak tahu - -

4 Frekuensi gosok gigi yang baik sehari

a. 2 kali 18 94.7

b. 1 kali 1 5.3

c. tidak tahu - -

5 Waktu kapan cuci tangan pakai sabun

a. setelah makan 2 10.5

b. tidak tahu 7 36.8

c. sebelum makan dan setelah BAB dan BAK 10 52.6 6 Penyebab kuku panjang dan kotor pada kecacingan

a. karena kuku panjang susah dibersihkan 2 10.5

b. tidak tahu - -

c. kuku panjang mengandung telur 17 89.5 7 Penyebab sakit perut

a. karena tidak cuci tangan sebelum makan 13 68.4

b. tidak tahu - -

c. makan makanan yang mengandung kuman 6 31.6 8 Pengetahuan tentang gizi seimbang

a. makanan yang menyebabkan kenyang 2 10.5

b. tidak tahu - -

c. makanan beraneka ragam mengandung karbohidrat, lemak,


(57)

Tabel 4.4 lanjutan

9 Jamban/toilet yang sehat

a. tidak tahu - -

b. jamban leher angsa, tersedia air bersih, sabun, lap

pengering 10 52.6

c. jamban yang tidak menimbulkan bau-bauan 9 47.4 10 Tempat buang sampah yang baik

a. tidak tahu - -

b. di tong sampah 16 84.2

c. di sungai 3 15.8

11 Alasan kebersihan rambut perlu dijaga

a. tidak tahu - -

b. agar rambut dan kulit kepala bersih dan sehat 14 73.7 c. agar tidak ada kutu di kepala 5 26.3 12 Alasan perlu tidur

a . tidak tahu 1 5.3

b. agar pertumbuhan anak dengan baik dan memulihkan tenaga kembali

c. agar tidak ngantuk 6 31.6

Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa seluruh (100%) responden mengetahui alasan cuci tangan pakai sabun yaitu agar kuman dan kotoran terbuang dari kulit serta frekuensi mandi satu hari yaitu dua kali sehari

Pengetahuan responden tentang alasan gosok gigi, jawaban terbanyak yaitu agar gigi dan mulut bersih dan sehat sebesar 78.9%, sedangkan yang memiliki alasan agar mulut dan nafas tidak bau sebesar 21.1 %. Demikian juga pengetahuan tentang frekuensi gosok gigi yang baik, jawaban terbanyak yaitu 2 kali sehari sebesar 94.7%

Pengetahuan responden tentang waktu kapan cuci tangan pakai sabun, jawaban terbanyak yaitu sebelum makan dan setelah BAB dan BAK sebesar 52.6%, sedangkan yang menjawab tidak tahu sebesar 10,5%.

Pengetahuan responden tentang penyebab sakit perut, jawaban responden terbanyak yaitu karena tidak cuci tangan sebelum makan sebesar 68.4%, sedangkan yang menjawab karena makan makanan yang mengandung kuman 31.6%.


(58)

Pengetahuan responden tentang jamban/toilet yang sehat, responden yang menjawab jamban dengan bentuk leher angsa, tersedia air bersih, sabun dan lap pengering sebesar 52.6%, sedangkan yang menjawab jamban sehat adalah jamban yang tidak menimbulkan bau-bauan sebesar 47.4%.

Pengetahuan responden tentang alasan kebersihan rambut perlu dijaga, jawaban terbanyak yaitu agar rambut dan kulit kepala bersih dan sehat sebesar 73.7%, sedangkan yang menjawab agar tidak ada kutu di kepala sebesar 26.3%.

Pengetahuan responden tentang alasan perlunya tidur, jawaban terbanyak yaitu agar pertumbuhan baik dan memulihkan tenaga kembali 63.2%, sedangkan responden yang menjawab tidak tahu sebesar 5.3 %.

Tabel 4.5. Distribusi Pengetahuan Responden tentang PHBS di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar

No Pengetahuan tentang PHBS Jumlah

(n)

Persentase (%)

1 Baik 18 94.7

2 Sedang 1 5.3

3 Buruk - -

Total 19 100

Tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang PHBS di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar yang paling banyak yaitu pengetahuan dengan kategori baik sebesar 94.7%, sedangkan pengetahuan yang buruk tidak ada.


(59)

Tabel 4.6. Distribusi Pengetahuan Responden tentang PHBS berdasarkan Kelompok Umur Responden di Yayasan panti Asuhan Rapha-El Simalingkar

No Kelompok umur

Tingkat Pengetahuan Total

Baik Sedang Buruk

Jumlah % n % n % n %

1 7-9 tahun 9 100 - - - - 9 100

2 10-14 tahun

9 90 1 10 - - 10 100

Total 18 94.7 1 5.3 0 0 19 100

Tabel 4.6 diatas menunkukkan bahwa seluruh (100%) responden kelompok umur responden 7-9 tahun di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik, sedangkan kelompok umur 10-14 tahun memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebesar 94.7%.


(60)

4.3. Sikap Responden

Untuk mengetahui sikap responden di Panti Asuhan tentang PHBS maka dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner yang diikuti dengan wawancara. Berikut ini adalah hasil pengumpulan data tentang sikap responden tentang PHBS di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar

Tabel 4.7. Distribusi Sikap Responden tentang PHBS di Yayasan panti asuhan Rapha-El Simalingkar

No Sikap tentang PHBS

Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Jumlah (n) Persen (%) Jumlah (n) Persen (%) Jumlah (n) Persen (%) 1 makan sayur dan

buah-buahan setiap hari 16 84.2 2 10.5 1 5.3 2 kuku harus bersih dan

pendek 18 94.7 1 5.3 - -

3 cuci tangan sebelum

makan 18 94.7 1 5.3 - -

4 cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar

dan buang air kecil 19 100 - - - -

5 mandi harus pakai sabun

mandi 18 94.7 1 5.3

6 cuci rambut sebaiknya

pakai shampo 19 100 - - - -

7 baju yang kita pakai diganti sekali dalam satu

hari 12 63.2 5 26.3 2 10.5

8 sampah jangan di tumpuk

di pekarangan rumah 16 84.2 - - 3 15.8 9 anak-anak baiknya tidur

lebih atau sama dengan dari delapan jam setiap hari

13 68.3 4 21.1 2 10.5 10 kegiatan olah raga

meningkatkan kebugaran

tubuh 16 84.2 - - 3 15.8

11 tidak boleh merokok

dalam ruangan 18 94.7 - - 1 5.3

12 menggosok gigi dua kali


(61)

Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa responden yang setuju bahwa sampah tidak boleh di tumpuk di pekarangan rumah sebesar 84.2%, sedangkan responden yang setuju sampah ditumpuk di pekarangan rumah hanya 15.8%.

Responden yang setuju bahwa anak-anak baiknya tidur lebih atau sama dengan dari delapan jam setiap hari sebesar 68.3%, sedangkan responden yang tidak setuju dengan lamanya tidur yang sehat bagi anak-anak selama 8 (delapan) jam hanya 5.3%.

Responden yang setuju bahwa kegiatan olah raga dapat meningkatkan kebugaran tubuh sebesar 84.2%, sedangkan responden yang tidak setuju dengan olah raga dapat meningkatkan kebugaran tubuh hanya 15.8%.

Tabel 4.8. Distribusi sikap responden tentang PHBS di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar

No Sikap tentang PHBS Jumlah (n) Persen (%)

1 Baik 18 94.7

2 Sedang 1 5.3

3 Buruk - -

Total 19 100

Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa sikap responden tentang PHBS di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar yaitu memiliki sikap dengan kategori baik sebesar 94.7%, sedangkan sikap dengan kategori buruk tidak ada.


(62)

Tabel 4.9. Distribusi sikap responden tentang PHBS berdasarkan kelompok umur responden di Yayasan panti asuhan Rapha-El Simalingkar

No Kelompok umur

Sikap Total

Baik Sedang Buruk

Jumlah % n % n % n %

1 7-9 tahun 8 88.9 1 11.1 - - 9 100

2 10-14 tahun

10 100 - - - - 10 100

Total 18 94.7 1 5.3 - - 19 100

Tabel 4.9. diatas dapat dilihat bahwa sikap kelompok umur responden 7-9 tahun tentang PHBS di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar memiliki sikap dengan kategori baik sebesar 88.9%, sedangkan sikap responden kelompok umur 10-14 tahun memiliki sikap dengan kategori baik sebesar 100%.


(63)

4.4. Tindakan Responden

Untuk mengetahui tindakan responden di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar tentang PHBS maka dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner yang diikuti dengan wawancara. Berikut ini adalah hasil pengumpulan data mengenai tindakan responden tentang PHBS di Panti Asuhan.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan tentang PHBS di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar

Tindakan Responden Jumlah (n)

Persen (%) 1 Tempat Membuang Sampah

a. ditempat sampah yang tersedia 16 84.2 b. kadang-kadang ditempat sampah 3 15.8

c. di sembarangan tempat - -

2 Frekuensi Mandi dalam Sehari

a. dua kali 19 100

b. kadang satu kali dan kadang dua kali - -

c. satu kali - -

3 Cuci tangan pakai sabun

a. selalu 11 57.9

b. kadang-kadang 8 42.1

c. jarang - -

4 Frekuensi gosok gigi dalam sehari

a. dua kali 19 100

b. satu kali - -

c. tidak pernah - -

5 Cara Membersihkan Rambut

a. pakai sabun mandi 12 63.2

b. pakai shampo 7 36.8

c. Hanya air saja - -

6 Frekuensi Makan Sayur dalam Satu Minggu

a. 1 s/d 3 kali dalam seminggu 12 63.2

b. tidak pernah 1 5.3

c. tiap hari 6 31.6

7 Frekuensi Makan Buah dalam Satu Minggu

a. 1 s/d 3 kali salam seminggu 19 100

b. tidak pernah - -

c. tiap hari - -

8 Lama tidur dalam satu hari

a. tidak teratur 1 5.3

b. lebih/sama dengan delapan jam

16 84.2 c. kurang dari delapan jam


(64)

Tabel 4.10. Lanjutan

9 Tempat buang air kecil dan buang air besar

a. di atas tanah (Ladang atau sungai) 9 47.4

b. di Toilet/ jamban 10 52.6

c. kadang di jamban/toilet dan kadang di atas tanah (ladang atau

sungai) - -

10 Tindakan ganti baju setiap hari

a. tidak, ganti baju sekali dalam dua hari - - b. ya, selalu ganti baju tiap hari 10 52.6

c. ya, tapi kadang-kadang 9 47.4

11 Cuci tangan pakai sabun setelah BAB dan BAK

a. tidak pernah 1 5.3

b. selalu cuci tangan pakai sabun 6 31.6

c. kadang-kadang 12 63.2

12 Frekuensi olah raga/ aktivitas fisik dalam seminggu

a. tidak pernah 12 63.2

b. 1-3 kali seminggu - -

c. jarang karena sudah capek ke ladang 7 36.8

Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa 84.2% responden di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia, sedangkan membuang sampah kadang-kadang di tempat sampah sebesar 15.8%.

Tindakan responden tentang frekuensi mandi menunjukkan bahwa seluruh (100%) responden di Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar mandi dua kali sehari. Demikian juga frekuensi menggosok gigi dalam sehari seluruh responden (100%) menggosok gigi dua kali sehari.

Tindakan responden tentang membersihkan rambut yang terbanyak dengan menggunakan sabun mandi sebesar 63.2%, sedangkan responden yang menggunakan shampo sebesar 36.8%.

Tindakan responden dalam mengkonsumsi sayur yang terbanyak yaitu 1 s/d 3 kali dalam seminggu sebesar 63.2%, sedangkan responden yang tidak pernah mengkonsumsi sayur sebesar 5.3%. Demikian juga halnya konsumsi buah-buahan


(65)

menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) makan buah-buahan 1 s/d 3 kali dalam seminggu.

Tindakan responden tentang lamanya tidur dalam satu hari menunjukkan bahwa 84.2% responden tidur dalam satu hari selama delapan jam atau lebih, sedangkan responden yang tidur tidak teratur sebesar 5.3%.

Tindakan responden tentang selalu mengganti baju setiap hari sebesar 52.6%, sedangkan responden yang tergolong kadang-kadang mengganti baju setiap hari sebesar 47.4%.

Tindakan responden selalu cuci tangan pakai sabun setelah BAB dan BAK hanya 31.6%, sedangkan responden yang kadang-kadang cuci tangan pakai sabun setelah BAB dan BAK sebesar 63.2%.

Tindakan responden tentang olah raga menunjukkan bahwa responden tidak pernah melakukan olah raga sebesar 63.2%, sedangkan responden yang jarang berolah raga karena sudah capek ke ladang sebesar 36.8%.


(1)

2.5. Master Tabel Keluhan Kesehatan Responden

No

KK 1

KK 2

KK 3

KK 4

KK T

KK K

1

0 0 0 0

0 tidak

ada

2

1 1 1 0

3

ada

3

1 1 1 1

4

ada

4

1 1 1 0

3

ada

5

1 1 1 0

3

ada

6

0 1 0 0

1

ada

7

1 0 1 0

2

ada

8

0 0 0 0

0 tidak

ada

9

1 1 0 1

3

ada

10

0 0 1 0

1

ada

11

0 0 0 0

0 tidak

ada

12

0 0 0 0

0 tidak

ada

13

1 1 1 0

3

ada

14

1 0 1 0

2

ada

15

0 0 0 0

0 tidak

ada

16

0 0 0 1

1

ada

17

1 1 1 0

3

ada

18

0 1 0 0

1

ada

19

0 0 1 1

2

ada

Ket:

KK = Keluhan Kesehatan


(2)

Lampiran V

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1989 Tanggal : 20 Juli 1989

PERSYARATAN KESEHATAN PERUMAHAN A. PENDAHULUAN

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga. Oleh karena itu keberadaan rumah yang sehat, aman, serasi, dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

Rumah terdiri dari ruangan, halaman, dan area sekelilingnya. Perumahan terdiri dari rumah-rumah atau kelompok rumah-rumah baik kelompok rumah-rumah dalam satu bangunan seperti rumah-rumah susun atau kondominium kelompok kebijakan rumah dalam satu kawasan atau wilayah tertentu dimana lokasi kualitas sarana dan prasarana kesehatan lingkungan merupakan salah satu factor penentuan dalam terwujudnya kesehatan masyarakat di Peremuhan tersebut.

Persyaratan kesehatan perumahan yang bersifat teknis kesehatan, dilaksanakan dalam lingkup perencanaan pembangunan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan rumah dan perumahan guna melindungi penghuni rumah dan atau perumahan serta masyarakat sekitarnya dari bahaya atau gangguan kesehatan.

Direktur Jenderal yang membidang pembinaan masalah kesehatan perumahan berkewajiban menyusun dan mengembangakan pedoman teknis, untuk melaksanakan pembinaan, penyuluhan, penilaian, pengawasan dan pengendalian terhadap kualitas rumah dan perumahan dari aspek kesehatan.

Penyelenggaraan pembangunan perumahan yang tidak memenuhi ketentuan persyaratan kesehatan perumahan dapat dikenekan sanksi pidana dan/atau sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan peraturan pelaksanaannya.


(3)

Sedangkan bagi pemilik rumah yang belum memenuhi ketentuan persyaratan kesehatan perumahan tidak dikenai sanksi pidana dan/atau sanksi administrasif. Kepada pemilik rumah tersebut wajib dilakukan pembinaan agar segera dapat memenuhi persyaratan kesehatan rumah tinggal.

B. KETENTUAN UMUM

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia ini yang dimaksud dengan :

1. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi;

2. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga;

3. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungannya;

4. Kesehatan perumahan adalah kondisi fisik, kimia , dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah, dan perumahan, sehungga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal;

5. Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah, masyarakat yang bermukim di perumahan, dan atau masyarakat sekitarnya dari bahaya atau gangguan kesehatan;

6. Penyelenggaraan pembangunan perumahan adalah badan usahan dan atau anggota masyarakat yang memilikki izin yang berwenang untuk membangun perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat;

7. Prasarana kesehatan lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya;

8. Sarana kesehatan lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomis, sosial dan budaya;

9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang tugas pokok, fungsi dan wewenangnya mencakup bidang pembinaan teknis kesehatan perumahan dan pemukiman.

C. PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN

1. Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, gelombang tsunami, longsor, dan sebagainya;

b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah dan bekas lokasi pertambangan;

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.


(4)

2. Kualitas Udara, Kebisingan dan Getaran:

Kualitas udara ambient dilingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun baik oleh alam atau aktivitas manusia, dan memenuhi persyaratan baku mutu udara yang berlaku, dengan perhatian khusus terhadap parameter-parameter sebagai berikut:

a. Tingkat kebisingan di lokasi tidak melebihi 45-55 dbA; b. Gas berbau ( H2S dan NH3) secara biologis tidak terdeteksi;

c. Diameter < 10 ug tidak melebihi 150 ug/m3; d. Gas SO2 tudak melebihi 0,10 ppm;

e. Debu terhadap tidak memilikki 350 mm3/m2 perhati.

Tingkat getaran dilingkungan perumahan harus memenuhi maksimal 10 mm/detik. 3. Kualitas Tanah

Kualitas tanah pada daerah perumahan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a.Timah hitam (Pb) maksimal 300 mg/kg;

b.Arsenik total maksimal 100 mg/kg; c.Cadmium (Cd) maksimal 20 mg/kg; d.Benzo (a) pyrene maksimal 1 mg/kg. 4. Kualitas Air Tanah

Kualitas air tanah pada daerah perumahan minimal harus memenuhi persyaratan air baku, air minum (golongan B), sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.

5. Sarana dan Prasarana Lingkungan

a.Memilikki taman bermain untuk anak , sarana rekreasi keluarga dengan kontruksi yang aman dari kecelakaan;

b.Memilikki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukkan vektor penyakit dan memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

c.Memilikki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan sebagai berikut; 1. Konstruksi jalan tidak membahayakan kesehatan;

2. Konstruksi trotoar jalan tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat;

3. Bila ada jembatan harus diberi papan pengaman; 4. Lampu penerangan jalan tidak menyilaukan.

d.Tersedia sumber air bersih yang menghasilkan air secara cukup sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan perturan perundang-undangan yang berlaku;

e.Pengelolaan pembuangan kotoran manusia dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan, sesuai dengan peraturan


(5)

perundang-undangan yang berlaku ;

f.Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

g.Memilikki akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial seperti keamanan, kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya;

h.Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

i.Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadinya kontaminasi yang dapat menimbulkan keracunan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Binatang Penular Penyakit :

a.Indeks lalat di lingkungan perumahan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan persyaratan perundang-undangan yang berlaku;

b.Indeks jentik nyamuk (angka bebas jamtik) di perumahan tidak melebihi 5%. 7. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan di lingkungan perumahan merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan, dan kelestarian alam.

D. PERSYARATAN KESEHATAN RUMAH TINGGAL 1. Bahan Bangunan

a. Tidak terbuat ari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :

1. Debu total tidak lebih dari 150 ug m3;

2. Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam; 3. Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg.

b. Tidak terbuat ddari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme pathogen.

2. Komponen & Penataan Ruang Runah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut : a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

b. Dinding:

1. Di ruang tidur, ruang keluarga di lengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara;

2. Di kamar mendi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan; c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;


(6)

d. Bumbungan rumah yang memilikki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir;

e. Ruang di dalam rimah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, ruang bermain anak;

f. Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan sampah. 3. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak

menyilaukan. 4. Kualitas udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut: a. Suhu udara nyaman berkisar 180 sampai 300 Celcius; b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%; c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam;

d. Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per penghuni; e. Kosentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam;

f. Konsentrasi gas formuldehid tidak melebihi 120 mg/m3.

5. Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanent minimal 10% dari luas lantai 6. Binatang Penular Penyakit

Tidak ada tikus bersarang di dalam rumah 7. Air

a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang;

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman. 9. Limbah

a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah.

10. Kepadatan Hunian Ruang Tidur


Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

3 119 115

Perbandingan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang Memiliki dan yang Tidak Memiliki Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

10 151 130

Gambaran Aktivitas Hidup Sehari-hari dan Gangguan Pendengaran Lansia Di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013

1 48 84

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Lansia di Kelurahan Losung Batu Kecamatan Padangsidempuan Utara Kota Padangsidempuan

26 285 79

Hubungan Pengetahuan dan Sikap siswa Sekolah Dasar (SD) tentang Sanitasi Dasar dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Kota Medan Tahun 2011

13 117 114

Hubungan Pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Marindal Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

7 84 63

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Kota Medan di Tempat Umum

0 2 90

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN METODE CERAMAH Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Dengan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pada Anak Panti Asuhan Ke

1 6 19

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN METODE Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Dengan Metode Ceramah Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Pada Anak Panti Asuhan Keluarga Y

0 7 16