Bab 5 Rencana P3KP AKHIR

2. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, khususnya yang berkaitan dengan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) dirumuskan tujuan, kebijakan dan strategi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Terkait dengan Permukiman

TUJUAN

KEBIJAKAN

STRATEGI

  1. Terwujudnya pemanfaatan kawasan budi daya secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan 12.500.000 (dua belas juta lima ratus ribu) jiwa penduduk yang persebarannya diarahkan sebanyak 9,2% di Kota Administrasi Jakarta Pusat, 18,6% di Kota Administrasi Jakarta Utara, 24,1% di Kota Administrasi Jakarta Timur, 22,6% di Kota Administrasi Jakarta Selatan, 25,3% di Kota Administrasi Jakarta Barat, 0,2% di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu serta meningkatkan produktivitas dan nilai tambah perkotaan

Pasal 6 ayat 2 Kebijakan untuk mewujudkan pasal 5 b:

    1. pengembangan kawasan budi daya yang memilki nilai ekonomi skala regional, nasional, dan internasional;

    2. pengembangan kawasan budi daya melalui pemanfaatan ruang secara vertikal dan secara kompak;

    3. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;

    4. pengarahan perkembangan dan menata kawasan permukiman sesuai karakteristik kawasan.

Strategi untuk melaksanakan Pasal 6 ayat (2) huruf b :

    1. Mewujudkan pengembangan kawasan terpadu multifungsi dan dapat mengakomodasikan berbagai strata masyarakat dalam satu kawasan superblok; dan

    2. Mewujudkan beberapa kawasan peremajaan kota menjadi lebih vertikal, kompak, dan terkait langsung dengan jaringan transportasi massal yang dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, sosial, dan daya dukung lingkungan di kawasan bersangkutan.

Strategi untuk melaksanakan Pasal 6 ayat (2) huruf c :

  1. Memprioritaskan pengembangan kota ke arah timur, barat, dan utara serta membatasi perkembangan ke arah selatan;

  2. Melaksanakan reklamasi dan revitalisasi kawasan Pantai Utara;

  3. Membatasi pemanfaatan air tanah untuk kegiatan budi daya;

  4. Mengarahkan pemanfaatan ruang bawah tanah untuk kegiatan budi daya secara terbatas;

  5. Mengendalikan, membatasi, dan mengurangi pembangunan berpola pita; dan

  6. Mempertahankan dan mengembangkan lingkungan serta bangunan cagar budaya.

Strategi untuk melaksanakan Pasal 6 ayat (2) huruf d :

  1. Mengembangkan perumahan vertikal dan horisontal dilengkapi fasilitas serta prasarana dan sarana yang memadai;

  2. Mengembangkan kawasan permukiman yang mempunyai akses terhadap prasarana angkutan umum massal;

  3. Membangun dan meningkatkan prasarana transportasi di kawasan permukiman yang ada;

  4. Membangun dan meningkatkan pelayanan utilitas perkotaan di kawasan permukiman yang ada;

  5. Menetapkan permukiman secara selektif sebagai kawasan pemugaran;

  6. Melestarikan bangunan dan lingkungan pada kawasan pemugaran;

  7. Memindahkan secara bertahap permukiman di kawasan yang berpotensi sebagai kawasan lindung setempat;



  1. Memperbaiki lingkungan di kawasan perkampungan secara terpadu; dan

  2. Membatasi perkembangan perumahan horizontal di kawasan permukiman baru.

  1. Terwujudnya pelayanan prasarana dan sarana kota yang berkualitas, dalam jumlah yang layak, berkesinambungan, dan dapat diakses oleh seluruh warga Jakarta

Pasal 6 ayat (3) Kebijakan untuk mewujudkan pasal 5 c:

  1. penyediaan prasarana dan sarana yang terintegrasi secara hierarkis sesuai dengan standard yang ditetapkan; dan

  2. penyediaan utilitas kota yang terintegrasi secara hierarkis sesuai dengan standard yang ditetapkan.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan Pasal 6 ayat (3) huruf a, meliputi:

  1. Menyediakan angkutan pengumpan yang terintegrasi secara hierarkis dengan angkutan umum massal;

  2. Menyediakan simpul perpindahan antar moda yang terintegrasi dengan pengembangan kawasan;

  3. Menyediakan jalur pedestrian dan jalur sepeda yang nyaman dan aman;

  4. Menyediakan jalur dan ruang evakuasi bencana; dan

  5. Menyelaraskan dan memadukan pengembangan kawasan di sekitar terminal, halte, shelter, dan/atau stasiun angkutan umum massal sesuai dengan konsep TOD

Strategi untuk melaksanakan kebijakan Pasal 6 ayat (3) huruf b, meliputi:

  1. Meningkatkan sistem drainase yang terintegrasi secara hierarkis;

  2. Meningkatkan sistem persampahan yang terintegrasi;

  3. Meningkatkan sistem penyediaan air bersih yang terintegrasi secara hierarkis;

  4. Mengembangkan prasarana konservasi sumber daya air untuk memelihara keberadaan sumber daya air;

  5. Meningkatkan sistem penyediaan energi yang terintegrasi; dan

  6. Meningkatkan sistem jaringan telekomunikasi yang terintegrasi.

Sumber : RTRW DKI Jakarta 2030

3. Visi Dan Misi Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta 2030

Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-2025, bahwa RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 merupakan tahap ketiga pembangunan jangka panjang daerah. Oleh karena itu, visi misi dalam RPJMD harus mempunyai keterkaitan dengan visi RPJPD yaitu “Jakarta: Ibukota NKRI yang Aman, Nyaman, Sejahtera, Produktif, Berkelanjutan dan Berdaya Saing Global”. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dibutuhkan beberapa misi, yaitu antara lain :

  1. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Prasarana dan Sarana Wilayah;

  2. Meningkatkan Perekonomian yang Kuat dan Berkualitas;

  3. Membangun Ketahanan Sosial dan Budaya;

  4. Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan serta Esiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam;

  5. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Pemerintahan; dan

  6. Memperkuat Inovasi dan Kreativitas Daerah.

Dengan mempertimbangkan tahapan pembangunan jangka panjang daerah, potensi, permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapi serta isu-isu strategis, maka dirumuskan visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah tahun 2013-2017 sebagai berikut.

Visi

Visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 adalah :

Jakarta Baru, kota modern yang tertata rapi, menjadi tempat hunian yang layak dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan, dan dengan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik”.

Visi pembangunan jangka menengah diatas dapat dijelaskan bahwa Kota Jakarta adalah :

  1. Ibukota NKRI yang sejajar dengan kota lain di dunia dan berdaya saing global.

  2. Kota yang dapat menjamin kehidupan yang aman, nyaman, dan berkelanjutan.

  3. Kota berbudaya yang didukung oleh masyarakat produktif dan sejahtera.

  4. Kota yang dapat menyelenggarakan pemerintahan yang baik dan transparan dalam rangka menyediakan pelayanan publik yang berkualitas.

Misi

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013- 2017, dirumuskan 5 (lima) Misi sebagai berikut :

  1. Mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;

  2. Menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, sampah dan lain-lain;

  3. Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota;

  4. Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, tetapi juga sekaligus memiliki kesadaran dalam memelihara kota;

  5. Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada pelayanan publik.

Misi yang diemban untuk mencapai visi dikelompokan ke dalam 4 (empat) pilar pembangunan yaitu Pilar Ekonomi, Sosial, Lingkungan Hidup dan Aparatur yang penjelasannya adalah sebagai berikut :

Misi Pertama:

Mewujudkan Jakarta sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Bahwa untuk misi kesatu, pada kalimat ”Jakarta kota modern yang tertata rapi”, pada hakikatnya merupakan pelaksanaan pilar ekonomi dalam pengembangan perekonomian kota yang difokuskan pada penataan ruang ekonomi, infrastruktur ekonomi dan sistem distribusi logistik yang pada gilirannya akan mendukung peningkatan perekonomian kota dengan penjelasan :

  1. Lingkup penataan ruang ekonomi meliputi penataan ruang dengan memperbesar lahan untuk kawasan ekonomi perdagangan dan jasa serta meminimalisir kawasan industri yang tidak bersifat industri teknologi tinggi (hi-tech);

  2. Lingkup infrastruktur ekonomi meliputi pengembangan jalan, jembatan, angkutan umum, bandara, pelabuhan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Transit Oriented Development (TOD), pengembangan sistem pengendalian banjir dan drainase, pengembangan sistem air minum beserta sumber air bakunya, pengelolaan air limbah, pemanfaatan air tanah, permukiman dan energi;

  3. Lingkup sistem distribusi logistik meliputi pengembangan Terminal Agro, terminal beras dan bahan pokok lainnya.

Dalam era globalisasi dan teknologi informasi yang berkembang dengan pesat, pemerintah kota tidak dapat menghindar dari persaingan antar kota-kota secara global. Begitu pula, Kota Jakarta sebagai Ibukota NKRI tidak saja menjadi barometer keberhasilan pembangunan bagi kota-kota di Indonesia, namun harus mampu bersaing dengan kota- kota lain di dunia. Sedikitnya kota Jakarta harus berorientasi pada kota pintar (smart city) yang memperhatikan 3 (tiga) hal penting untuk meningkatkan daya saing kota, yaitu: perkembangan perekonomian kota yang dapat dilihat dari kegiatan jasa-perdagangan dan arus investasi; pembangunan kota yang memperhatikan isu keberlanjutan lingkungan dan kehidupan sosial kemasyarakatan yang kondusif serta; penggunaan energi yang bijaksana dan ramah lingkungan.

Pengembangan kota Jakarta sebagai kota modern dilaksanakanberdasarkan potensi sumberdaya manusia dan ciri khas yang dimilikinya. Membangun kota Jakarta dengan potensi ekonomi dan bisnis yang dimilikinya dilakukan dengan memperhatikan positioning kota, diferensiasi dan branding atas produk-produk yang dimiliki kota Jakarta. Selain itu pembangunan kota Jakarta harus memperhatikan keberlanjutan di masa depan melalui perwujudan tata ruang kota yang rapi dan konsisten.

Sementara untuk kalimat ”konsisten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah”, pada hakikatnya merupakan pelaksanaan penataan ruang yang merupakan penguatan Pilar Aparatur yang difokuskan pada bersih dan transparannya aparat dalam pengambilan keputusan tentang pemanfaatan ruang serta enforcement terhadap pelanggaran peraturan tata ruang dan bangunan mengingat pengembangan wilayah kota yang harus mengacu pada rencana pola dan struktur ruang agar terwujud ruang kota yang aman, nyaman dan berkualitas.

Pengendalian pemanfaatan ruang kota terus ditingkatkan untuk menghindari terjadinya penyimpangan pembangunan ruang kota yang tidak sesuai rencana tata ruang. Upaya perwujudan kota Jakarta sebagai kota yang kompak (compact city) akan terus didorong melalui pengembangan kawasan-kawasan strategis ekonomi yang terpadu dan pengembangan kawasan-kawasan transit oriented development di sepanjang jalur transportasi massal.

Misi Kedua: Menjadikan Jakarta sebagai kota yang bebas dari masalah-masalah menahun seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, sampah dan lain- lain

Bahwa untuk misi kedua, pada hakikatnya merupakan pelaksanaan dari sasaran Pilar Lingkungan Hidup yang berarti akan difokuskan pada infrastruktur dan manajemen transportasi, infrastruktur banjir, peningkatan kualitas rumah rakyat dan infrastruktur pengelolaan sampah dan air.

Meskipun kota Jakarta telah berkembang pesat sebagai pusat perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai masalah dan ancaman kerusakan lingkungan yang dapat mengancam keberlanjutan pembangunan kota di masa depan. Berbagai masalah menahun yang masih sering terjadi antara lain banjir, kemacetan, permukiman kumuh, dan sampah. Kegagalan mengatasi masalah diatas dapat mengakibatkan penurunan daya saing dan daya tarik kota yang pada akhirnya menurunkan produktivitas kota.

Banjir dan genangan merupakan permasalahan yang perlu diantisipasi secara tepat oleh seluruh pemangku kepentingan pembangunan Jakarta karena hal ini dapat mengakibatkan dampak besar dan merugikan masyarakat. Banjir yang terjadi di Kota Jakarta selain disebabkan karena faktor alam juga dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang tidak memperhatikan lingkungan seperti membuang sampah di sungai dan selokan dan membangun hunian di bantaran sungai. Selain itu pemeliharaan saluran drainase juga dirasakan masih kurang optimal sehingga menyebabkan tidak lancarnya aliran air di sungai dan saluran.

Kemacetan yang terjadi di Kota Jakarta semakin lama semakin parah. Hal ini disebabkan kapasitas jalan yang tidak mencukupi, keterbatasan ketersediaan angkutan umum, tidak terintegrasinya sistem dan jaringan transportasi, serta ketidak disiplinan masyarakat dalam berlalu lintas. Pesatnya pertumbuhan kendaraan tidak dapat diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana jalan yang memadai sehinga kelancaran lalu lintas menurun. Titik- titik kemacetan baru, muncul dihampir seluruh wilayah Jakarta setiap tahunnya. Disisi lain, pengembangan sistem transportasi yang berbasis angkutan massal dirasakan masih sangat terbatas, sehingga ketergantungan terhadap kendaraan pribadi masih sangat tinggi. Kemacetan yang terjadi di Jakarta telah menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi perekonomian kota.

Kota Jakarta juga masih dihadapkan pada masalah permukiman kumuh dan kualitas lingkungan permukiman kota yang semakin menurun. Penanganan permukiman kumuh merupakan masalah prioritas yang perlu mendapat perhatian khusus. Kondisi saat ini menunjukkan masih rendahnya aksesibilitas masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang sehat dan tertata. Penanganan kawasan permukiman kumuh tidak saja menjadi tugas dari pemerintah daerah, tapi juga merupakan tugas dari seluruh pemangku kepentingan.

Pengelolaan Sampah saat ini masih menjadi masalah yang perlu diselesaikan secara terpadu dan berkelanjutan. Selama ini pengelolaan sampah masih difokuskan pada pengelolaan konvensional, sehingga kedepan perlu diupayakan untuk mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang lebih modern dan canggih, agar sampah yang ada dapat pula dimanfaatkan untuk didaur ulang, digunakan kembali serta sebagai alternatif untuk menghasilkan sumber energi.

Kebutuhan sumber air baku yang masih tergantung dari Waduk Jatiluhur dan dari Tangerang dalam jangka panjang perlu diantisipasi dengan mencari sumber-sumber air baku yang terbarukan.

Pemerintah Kota Jakarta telah berkomitmen untuk mengentaskan berbagai permasalahan yang selalu terjadi dan merugikan masyarakat melalui pembangunan kota yang berketahanan, antara lain dengan membangun tanggul raksasa dalam konsep Jakarta Coastal Development Strategy (JCDS), dukungan anggaran tahunan yang signi kan, serta menggali sumber-sumber pendanaan potensial lainnya.

Beberapa gambaran kualitatif pencapaian misi kedua untuk lima tahun yang akan datang, antara lain :

  1. Masalah kemacetan sudah tertangani dengan beroperasinya: MRT Lebak Bulus– Bundaran HI, Light Rapid Transit, 15 koridor busway serta berfungsinya sistem pembatasan kendaraan pribadi, penataan trayek angkutan umum dan peremajaan armada bus.

  2. Masalah Banjir, Rob, dan Genangan sudah berkurang dengan berfungsinya; 12 situ/waduk dan 17 embung, sumur resapan di 21 lokasi, 44 unit polder, dan selesainya normalisasi dan pengerukan sungai dan saluran. Sementara proyek JCDS dan Terowongan multifungsi bawah tanah dalam proses pembangunan.

  3. Masalah kualitas lingkungan perumahan dan permukiman kota sudah semakin baik dengan berfungsinya Rusunawa yang terpadu dengan fasilitas pasar, kesehatan dan olahraga, meningkatnya ruang publik dengan bertambahnya luas RTH menjadi 11 persen serta tertatanya lokasi kampung dan lingkungan kumuh.

Misi Ketiga: Menjamin ketersediaan hunian dan ruang publik yang layak serta terjangkau bagi warga kota.

Bahwa untuk misi ketiga, pada hakikatnya merupakan pelaksanaan dari sasaran Pilar Sosial yang akan difokuskan pada peningkatan infrastruktur perumahan rakyat yang dilengkapi dengan fasilitas sosial lainnya dan peningkatan ruang publik berupa taman, taman interaktif dan hutan kota.

Pemenuhan hunian dan ruang publik yang layak merupakan kebutuhan dasar yang harus tersedia dan dapat dijangkau oleh semua warga kota. Ketersediaan hunian dan lingkungan permukiman yang baik merupakan prasyarat penting dalam membangun sumberdaya manusia yang berkualitas. Masalah utama dalam penyediaan perumahan yang layak dan terjangkau bagi warga masyarakat di Jakarta adalah keterbatasan lahan, sehingga penyediaannya belum dapat sesuai dengan kebutuhannya. Disamping itu, kemauan masyarakat untuk tinggal di rumah susun juga masih rendah.

Pembangunan kota Jakarta kedepan harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan hunian dan ruang publik yang terjangkau bagi warga kotanya. Pemerintah Kota harus mengembangkan skema-skema penyediaan rumah yang layak dan terjangkau baik dengan dukungan program dan kegiatan daerah maupun kerjasama dengan pemerintah pusat dan perusahaan melalui Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), serta penyediaan ruang publik yang memadai.

Misi Keempat: Membangun budaya masyarakat perkotaan yang toleran, tetapi juga sekaligus memiliki kesadaran dalam memelihara kota

Bahwa untuk misi keempat, pada hakikatnya juga merupakan pelaksanaan dari sasaran Pilar Sosial yang akan difokuskan pada peningkatan kesadaran kehidupan berbudaya dan pendidikan bagi warga kota, peningkatan kualitas masyarakat yang disiplin, ramah, harmonis dalam kemajemukan, sadar lingkungan, partisipatif dan bertanggung jawab dalam menjaga dan memelihara kota. Selain itu juga difokuskan pada pengembangan infrastruktur kebudayaan untuk meningkatkan identitas budaya kota Jakarta seperti penyelenggaraan event budaya bertaraf internasional, revitalisasi kota tua dan kawasan budaya, serta pengembangan area-area untuk penyaluran kreativitas seni dan budaya masyarakat. Karakter budaya betawi juga terus diperkuat melalui penerapan dalam arsitektur bangunan dan karakter kota, pengembangan pusat-pusat dan kawasan budaya betawi.

Kota Jakarta selain mempunyai fungsi sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia juga mempunyai fungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian, dan pusat kegiatan politik, sosial dan budaya. Dengan fungsinya yang beragam, kota Jakarta menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dari luar untuk datang mencari pekerjaan dan tinggal di Jakarta, sehingga pertambahan penduduk kota Jakarta akibat migrasi terus meningkat.

Banyaknya penduduk yang datang dari berbagai latar belakang suku dan budaya menjadikan Kota Jakarta menjadi kota dengan multi etnis dan budaya. Di sisi lain para pendatang dengan tingkat pendidikan dan keterampilan terbatas akan menimbulkan masalah perkotaan seperti terjadinya kon ik sosial, penyandang masalah kesejahteraan sosial, pola konsumsi yang tinggi, ketidakdisiplinan masyarakat,serta menambah tingginya persaingan antar individu.

Heterogenitas masyarakat Jakarta selain dapat menjadi potensi pembangunan, dapat pula dipandang sebagai pemicu terjadinya kon ik yang bersifat primodial atau antar kelompok dan golongan. Sebagian dari mereka sangat fanatik terhadap kelompoknya sendiri dan menganggap kelompok lain sebagai saingan atau musuhnya. Kondisi ini dapat menimbulkan kon ik dan ketegangan dalam masyarakat sehingga mudah emosi dan terprovokasi yang dapat berkembang menjadi perkelahian masal antar warga masyarakat. Kon ik sosial semacam ini sering terjadi di sejumlah wilayah dengan latar belakang dan penyebabnya yang kadang-kadang sangat sederhana.

Pemberdayaan kelompok-kelompok dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan yang bernilai positif menjadi salah satu solusi yang diambil oleh Pemerintah DKI Jakarta untuk menyelesaikan kon ik sosial yang terjadi. Namun demikian kon ik yang terjadi belum sepenuhnya dapat dihilangkan karena masih ada kon ik yang terjadi akibat permasalahan yang lebih kompleks yaitu kemiskinan atau tingkat kesejahteraan masyarakat.

Untuk memperkuat daya saing wilayahnya, pembangunan Provinsi DKI Jakarta akan diarahkan untuk mengedepankan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pemberdayaan masyarakat dan perkuatan daya saing wilayah yang di dukung oleh kondisi yang aman dan damai, persebaran penduduk yang merata serta pemerataan pembangunan di segala bidang.

Misi Kelima: Membangun pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada pelayanan publik

Bahwa untuk misi kelima, pada hakikatnya merupakan pelaksanaan dari sasaran Pilar Aparatur yang difokuskan pada kejelasan fungsi regulator dan operator melalui penataan organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM), baik di tingkat Kelurahan, Kecamatan, Kota/ kabupaten dan Provinsi serta kemudahan pengurusan perijinan, administrasi kependudukan, pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Pembangunan pemerintahan yang bersih dan transparan serta berorientasi pada pelayanan publik merupakan upaya yang perlu didorong untuk menunjang perwujudan kota Jakarta sebagai kota modern dan berdaya saing di masa depan. Tata kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan pilar utama dalam pencapaian visi pembangunan jangka menengah daerah, dimana salah satu upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang baik adalah melalui reformasi birokrasi.

Secara umum reformasi birokrasi mencakup penataan kelembagaan, sumber daya manusia aparatur, tata laksana dan manajemen, akuntabilitas kinerja aparatur, pengawasan, pelayanan publik, budaya kerja produktif, efektif dan e sien, disamping juga melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi. Reformasi birokrasi di Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta telah dimulai dengan penataan kelembagaan, seleksi calon pegawai (rekrutmen) secara online, peningkatan koordinasi pengawasan dan pemahaman akuntabilitas aparatur, pengaturan mekanisme, sistem dan prosedur ketatalaksanaan yang tidak berbelit-belit, serta penciptaan pelayanan publik yang prima dan berkualitas, disamping pengembangan sistem informasi yang terintegrasi antara perencanaan, penganggaran, pengelolaan keuangan daerah, monitoring dan evaluasi serta pengawasan.

Dalam pelaksanaan pemerintahan, kelembagaan organisasi serta tata kelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih dirasa belum optimal, baik dalam proses pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu Pelayanan Terpadu Satu Atap yang dilaksanakan dalam rangka mempercepat proses perizinan dan pelayanan, perencanaan dan penganggaran, pengelolaan keuangan daerah, pemungutan pajak, proses penyediaan barang dan jasa, dan pelayanan administrasi kependudukan telah dikembangkan dan dapat diakses secara online melalui sistem informasi.

4. Visi dan Misi RP3KP Provinsi DKI Jakarta 2030

Visi Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) DKI Jakarta 2030 adalah

Mewujudkan Perumahan dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta 2030 yang Layak Huni, Bebas Kumuh, Sinergis dengan Penataan Ruang, dan Berkelanjutan”.

Sedangkan misi Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) DKI Jakarta 2030, antara lain :

  1. Menyediakan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang layak huni di DKI Jakarta

  2. Membangun dan Mengembangkan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang layak huni, teratur, berlandaskan kebijakan penataan ruang, dan berkelanjutan

  3. Menyediakan prasarana dan sarana permukiman yang manusiawi

  4. Menyediakan Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau di lingkungan perumahan dan kawasan permukiman

  5. Menyediakan wadah/kelembagaan terkait perumahan dan kawasan permukiman sampai dengan tingkat kelurahan yang dapat menyelesaikan permasalahan perumahan dan kawasan permukiman di DKI Jakarta

5. Indikator Penentu (Nilai Strategis) Pencapaian Tujuan Dan Sasaran RP3KP Provinsi DKI.Jakarta 2030

Isu utama permasalahan perumahan dan kawasan permukiman di Provinsi DKI Jakarta saat ini adalah sebagai berikut :

  1. Keterbatasan lahan yang mempengaruhi setiap pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.

  2. Keterbatasan sarana-prasarana yang menyebabkan kurangnya standar pelayanan bagi perumahan. Hal ini juga menyebabkan permasalahan kualitas lingkungan dan permasalahan lainnya.

  3. Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan fungsi permukiman (RTRW), tidak tertata dengan baik dan adanya perumahan yang berada di kawasan/area negative list (negative list di kawasan RTH Lindung seperti bantaran sungai, waduk/danau, negative list di kawasan RTH Budidaya seperti jalur SUTET, STT, jaringan gas, dll).

  4. Permasalahan penurunan / degradasi kualitas fisik lingkungan yang terjadi sangat lama (telah berpuluh-puluh tahun) sehingga sangat sulit untuk memperbaiki dan meningkatkan kembali kualitas kawasan-kawasan perumahan dan permukiman

  5. Permasalahan perkotaan yang terjadi di DKI Jakarta sebagai ibukota NKRI sangat berdampak kepada kawasan perumahan dan permukiman. Permasalahan seperti transportasi, jaringan infrastruktur, permasalahan pengelolaan persampahan, dll

  6. Kepadatan manusia yang sangat sulit untuk dibendung/dikendalikan di wilayah DKI Jakarta yang menyebabkan sulitnya penataan dan pengembangan perumahan dan permukiman bagi masyarakat Jakarta

  7. Kondisi wilayah yang telah menyatu dengan wilayah sekitarnya (kab/kota bodetabek) yang mempengaruhi system pengembangan perumahan dan permukiman DKI Jakarta

  8. Permasalahan – permasalahan lainnya yang terjadi dalam lingkup perumahan dan permukiman, seperti minimnya sarana-prasarana permukiman, kurangnya RTH, dll.

Peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan kawasan permukiman di DKI Jakarta harus dilakukan secara sistematis dengan menerapkan prinsip-prinsip revitalisasi dalam bentuk perbaikan lingkungan maupun pembangunan kembali. Dalam memenuhi kebutuhan akan rumah baru perlu diupayakan pembangunan rumah secara vertikal baik pada kawasan baru maupun pada kawasan kumuh berat yang pelaksanaannya disesuaikan dengan daya dukung lingkungan setempat dan juga RTRW DKI Jakarta. Sedangkan pada kawasan kumuh sedang perlu diupayakan peningkatan kualitas huniannya serta prasarana sarana lingkungannya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, dilakukan melalui peningkatan kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata laksana dengan mempertimbangkan sistem informasi dan teknologi serta penegakan hukum, serta menerapkan prinsip-prinsip urban management sesuai dengan kondisi setempat.

Tujuan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) DKI Jakarta Tahun 2030, antara lain :

      1. Menyediakan hunian bagi masyarakat DKI Jakarta beserta prasarana dan sarana penunjangnya.

      2. Mengurangi jumlah permukiman kumuh di DKI Jakarta setiap tahunnya hingga mencapai target zero kumuh (0% kumuh) di tahun di tahun 2019 (sesuai juga dengan target utama Rencana Strategis Dit. Cipta Karya).

      3. Revitalisasi perumahan dan kawasan permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan fungsi permukiman di dalam RTRW DKI Jakarta (area negative list) ke area dengan peruntukan fungsi permukiman yang sesuai dengan RTRW DKI Jakarta.

      4. Menyediakan Ruang Publik yang layak bagi masyarakat DKI Jakarta sebagai fasiltas publik yang dapat dijangkau oleh semua masyarakat DKI Jakarta.

Sedangkan sasaran dari Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) DKI Jakarta Tahun 2030, antara lain :

  1. Terpenuhinya kebutuhan hunian bagi masyarakat DKI Jakarta beserta prasarana dan sarana penunjangnya.

  2. Terakomodasinya kebutuhan perumahan dan kawasan permukiman yang memiliki kepastian hukum, terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

  3. Terlaksananya penataan dan penertiban perumahan dan kawasan permukiman yang sesuai dengan arahan peruntukan fungsi untuk hunian di dalam RTRW DKI Jakarta.

  4. Tersedianya ruang publik yang layak bagi masyarakat DKI Jakarta sebagai fasiltas publik yang dapat dijangkau oleh semua masyarakat DKI Jakarta.

  5. Tersedianya kelembagaan yang mewadahi sektor perumahan dan kawasan permukiman hingga tingkat kelurahan.

6. Tujuan Dan Sasaran RP3KP Kota Administrasi Jakarta Barat

Tujuan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun 2030, antara lain :

Pembangunan dan penyediaan perumahan dan permukiman yang layak dan berkualitas (peningkatan kualitas agar bebas kumuh & negative list) serta ketersediaan sarana-prasarana perumahan dan permukiman yang sinergis terhadap penataan Kota.

Sasaran Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun 2030, antara lain :

  1. Pengembangan kawasan potensi perumahan dan permukiman secara sinergis terhadap penataan Kota Administrasi Jakarta Barat secara umum

  2. Pengembangan dan pengendalian kawasan perumahan baru swadaya yang ada di Jakarta Barat

  3. Pengembangan dan pengendalian kawasan perumahan baru formal yang ada di Jakarta Barat

  4. Pengembangan dan pengendalian kawasan hunian vertical yang ada di Jakarta Barat

  5. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan padat/tidak teratur (kumuh perkotaan)

  6. Penataan dan pengaturan kawasan terlarang bagi pemanfaatan perumahan (negative list)

7. Tujuan Dan Sasaran RP3KP Kota Administrasi Jakarta Utara

Tujuan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2030, antara lain :

Pembangunan dan penyediaan perumahan dan permukiman yang layak dan berkualitas (peningkatan kualitas agar bebas kumuh & negative list), terintegrasi terhadap pengembangan wilayah pesisir Jakarta serta ketersediaan sarana-prasarana perumahan dan permukiman yang sinergis terhadap penataan Kota.

Sasaran Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2030, antara lain :

  1. Pengembangan kawasan potensi perumahan dan permukiman secara sinergis terhadap penataan Kota Administrasi Jakarta Utara secara umum

  2. Pengembangan dan pengendalian kawasan perumahan baru swadaya yang ada di Jakarta Utara

  3. Pengembangan dan pengendalian kawasan perumahan baru formal yang ada di Jakarta Utara

  4. Pengembangan dan pengendalian kawasan hunian vertical yang ada di Jakarta Utara

  5. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan padat/tidak teratur (kumuh perkotaan)

  6. Penataan dan pengaturan kawasan terlarang bagi pemanfaatan perumahan (negative list)

8. Tujuan Dan Sasaran RP3KP Kota Administrasi Jakarta Pusat

Tujuan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Administrasi Jakarta Pusat Tahun 2030, antara lain :

Pembangunan dan penyediaan hunian vertikal yang layak, penataan perumahan dan kawasan permukiman yang berkualitas (peningkatan kualitas agar bebas kumuh & negative list) serta ketersediaan sarana-prasarana perumahan dan permukiman yang sinergis terhadap penataan Kota.

Sasaran Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Administrasi Jakarta Pusat Tahun 2030, antara lain :

  1. Pengembangan kawasan potensi perumahan dan permukiman bagi pengembangan hunian vertical secara sinergis terhadap penataan Kota Administrasi Jakarta Pusat

  2. pengendalian dan pembatasan kawasan perumahan baru swadaya dan formal di Jakarta Pusat

  3. Pengembangan dan pengendalian kawasan hunian vertical yang ada di Jakarta Pusat

  4. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan padat/tidak teratur (kumuh perkotaan)

  5. Penataan dan pengaturan kawasan terlarang bagi pemanfaatan perumahan (negative list)

9. Tujuan Dan Sasaran RP3KP Kota Administrasi Jakarta Timur

Tujuan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2030, antara lain :

Pembangunan dan penyediaan perumahan dan permukiman yang layak dan berkualitas (peningkatan kualitas agar bebas kumuh & negative list) serta ketersediaan sarana-prasarana perumahan dan permukiman yang sinergis terhadap penataan Kota.

Sasaran Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Administrasi Jakarta Timur Tahun 2030, antara lain :

  1. Pengembangan kawasan potensi perumahan dan permukiman secara sinergis terhadap penataan Kota Administrasi Jakarta Timur secara umum

  2. Pengembangan dan pengendalian kawasan perumahan baru swadaya yang ada di Jakarta Timur

  3. Pengembangan dan pengendalian kawasan perumahan baru formal yang ada di Jakarta Timur

  4. Pengembangan dan pengendalian kawasan hunian vertical yang ada di Jakarta Timur

  5. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan padat/tidak teratur (kumuh perkotaan)

  6. Penataan dan pengaturan kawasan terlarang bagi pemanfaatan perumahan (negative list)

10. Tujuan Dan Sasaran RP3KP Kota Administrasi Jakarta Selatan

Tujuan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2030, antara lain :

Pembangunan dan penyediaan perumahan dan permukiman yang layak dan berkualitas (peningkatan kualitas agar bebas kumuh & negative list) serta ketersediaan sarana-prasarana perumahan dan permukiman yang sinergis terhadap penataan Kota.

Sasaran Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2030, antara lain :

  1. Pengembangan kawasan potensi perumahan dan permukiman secara sinergis terhadap penataan Kota Administrasi Jakarta Selatan secara umum

  2. Pengembangan dan pengendalian kawasan perumahan baru swadaya yang ada di Jakarta Selatan

  3. Pengembangan dan pengendalian kawasan perumahan baru formal yang ada di Jakarta Selatan

  4. Pengembangan dan pengendalian kawasan hunian vertical yang ada di Jakarta Selatan

  5. Penataan dan peningkatan kualitas kawasan padat/tidak teratur (kumuh perkotaan)

  6. Penataan dan pengaturan kawasan terlarang bagi pemanfaatan perumahan (negative list)

11. Tujuan Dan Sasaran RP3KP Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Tujuan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Administrasi Kepulauan Tahun 2030, antara lain :

Pembangunan dan penyediaan perumahan dan permukiman yang layak dan berkualitas dengan peningkatan sumber daya pariwisata serta ketersediaan sarana-prasarana perumahan dan permukiman yang sinergis terhadap penataan kawasan Kepulauan Seribu.

Sasaran Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Tahun 2030, antara lain :

  1. Pengembangan kawasan potensi perumahan dan permukiman secara sinergis terhadap penataan kepulauan Seribu secara umum

  2. Pengembangan dan pengendalian kawasan perumahan baru swadaya yang ada di kepulauan Seribu

  3. Pengembangan dan pengendalian kawasan perumahan baru formal yang ada di kepulauan Seribu

  4. Pengembangan dan penataan kawasan perumahan pesisir (tepi air) di kepulauan Seribu

  5. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman sebagai potensi wisata di kepulauan Seribu

2. RENCANA PUSAT PERMUKIMAN

Rencana pusat permukiman di DKI Jakarta dibagi menjadi 4 (empat) orde. Klasifikasi orde dibuat berdasarkan kelengkapan fasilitas yang terdapat di wilayah tersebut. orde I merupakan kawasan permukiman yang memiliki fasilitas paling lengkap dibandingkan dengan orde-orde lainnya. Tidak hanya fasilitas yang lengkap, orde I juga memiliki fasilitas dengan tingkat pelayanan skala kota bahkan skala regional, seperti Perguruan Tinggi, Rumah Sakit, Kantor Pemerintah Kota, Masjid Skala Kota (Masjid Agung/Jami), Mall, Pasar Modern, Gedung Pertemuan, RTH Skala Kota (Taman Kota), TPST Skala Kota, dan IPAL Skala Kota.

Fasilitas yang terdapat pada Orde I dapat digunakan bukan hanya untuk masyarakat pada wilayah Kota Administratif tersebut, namun dapat digunakan oleh masyarakat yang tinggal di luar Kota Administratif tersebut bahkan masyarakat yang tinggal di wilayah hinterland DKI Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (BoDeTaBek).

Rencana pusat permukiman di DKI Jakarta ini digunakan untuk mengetahui lokasi pengembangan fasilitas kawasan permukiman. Apabila pada lokasi tersebut telah memiliki fasilitas yang lengka, seperti pada Orde I, maka diharapkan pembangunan fasilitas ke depannya tidak pada wilayah Orde I.

Untuk lebih jelasnya, rencana pusat permukiman di DKI Jakarta dapat dilihat pada peta di bawah ini.

Gambar 5.1 Rencana Pusat Permukiman Kota Administrasi Jakarta Barat

Pada Kota Administrasi Jakarta Barat, orde I meliputi kecamatan Grogol Petamburan dan Kecamatan Cengkareng, untuk orde II meliputi Kecamatan Kebon Jeruk, Kecamatan Palmerah dan Kecamatan Tambora. Sedangkan orde III meliputi Kecamatan Kembangan dan untuk Orde IV meliputi Kecamatan Kalideres dan Kecamatan Tamansari. Pada penjelesan sebelumya, dijelaskan bahwa Kecamatan yg mempunyai fungsi sebagai pusat permukiman orde I tidak diperbolehkan untuk melakukan pembangunan fasilitas seperti mall (pusat pertokoan skala kota). Sedangkan untuk orde II boleh melakukan pembangunan tetapi di batasi intesitas dan fungsi hingga skala kecamatan dan sedangkan untuk orde III dan orde IV dapat dilakukan pembangunan fasilitas dengan pembatasan pemnan fasilitas hingga skala lingkungan.

Dalam rencana pusat permukiman Kota Administrasi Jakarta Barat direncanakan memiliki kawasan TOD (Transit Oriented Development) kawasan yang mempertemukan beberapa mode transportasi perkotaan, sehingga memudahkan pendudukan Jakarta maupun sekitarnya yang akan melakukan perpindahan mode transportasi . Kawasan TOD di Kota Administras Jakarta Barat terdapat pada Kawasan Terminal Kalideres dan Stasiun Kota. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.2 Rencana Pusat Permukiman Kota Administrasi Jakarta Utara

Pada Kota Administrasi Jakarta Utara, orde I meliputi kecamatan Cilincing, Kecamatan Tanjung Priuk dan Kecamatan Penjaringan, untuk orde II meliputi Kecamatan Kelapa Gading dan Kecamatan Koja. Sedangkan orde III meliputi Kecamatan Pademangan. Pada penjelesan sebelumya, dijelaskan bahwa Kecamatan yg mempunyai fungsi sebagai pusat permukiman orde I tidak diperbolehkan untuk melakukan pembangunan fasilitas seperti mall (pusat pertokoan skala kota). Sedangkan untuk orde II boleh melakukan pembangunan tetapi di batasi intesitas dan fungsi hingga skala kecamatan dan sedangkan untuk orde III dan orde IV dapat dilakukan pembangunan fasilitas dengan pembatasan pembangunan fasilitas hingga skala lingkungan.

Dalam rencana pusat permukiman Kota Administrasi Utara direncanakan memiliki kawasan TOD (Transit Oriented Development) kawasan yang mempertemukan beberapa mode transportasi perkotaan, sehingga memudahkan pendudukan Jakarta maupun sekitarnya (hinterlnad) yang akan melakukan perpindahan mode transportasi. Kawasan TOD di Kota Administras Jakarta Utara terdapat pada Kawasan Terminal Tanjung Priuk. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.3 Rencana Pusat Permukiman Kota Administrasi Jakarta Pusat

Pada Kota Administrasi Jakarta Pusat, orde I meliputi kecamatan Sawah Besar dan Kecamatan Gambir, untuk orde II meliputi Kecamatan Kemayoran, Kecamatan Senen, Kecamatan Menteng dan Kecamatan Tanah Abang. Sedangkan orde III meliputi Kecamatan Johar Baru dan Kecamatan Cempaka Putih. Pada penjelesan sebelumya, dijelaskan bahwa Kecamatan yg mempunyai fungsi sebagai pusat permukiman orde I tidak diperbolehkan untuk melakukan pembangunan fasilitas seperti mall (pusat pertokoan skala kota). Sedangkan untuk orde II boleh melakukan pembangunan tetapi di batasi intesitas dan fungsi hingga skala kecamatan dan sedangkan untuk orde III dan orde IV dapat dilakukan pembangunan fasilitas dengan pembatasan pemnan fasilitas hingga skala lingkungan.

Dalam rencana pusat permukiman Kota Administrasi Jakarta Pusat direncanakan memiliki kawasan TOD (Transit Oriented Development) kawasan yang mempertemukan beberapa mode transportasi perkotaan, sehingga memudahkan pendudukan Jakarta maupun sekitarnya yang akan melakukan perpindahan mode transportasi . Kawasan TOD di Kota Administras Jakarta Pusat terdapat pada Kawasan Terminal dan Stasiun Senen, Kawasan Dukuh Atas dan Kawasan Harmoni. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.4 Rencana Pusat Permukiman Kota Administrasi Jakarta Timur

Pada Kota Administrasi Jakarta Timur, orde I meliputi kecamatan Kecamatan Ciracas, Kecamatan Pasar Rebo, Kecamtan Pulo Gadung, Kecamatan Duren Sawit, Kecamatan Jatinegara dan Kecamatan Makasar, untuk orde II meliputi Kecamatan Cipayung, Kecamatan Cakung dan Kecamatan Kramat Jati. Sedangkan orde III meliputi Kecamatan Matraman. Pada penjelesan sebelumya, dijelaskan bahwa Kecamatan yg mempunyai fungsi sebagai pusat permukiman orde I tidak diperbolehkan untuk melakukan pembangunan fasilitas seperti mall (pusat pertokoan skala kota). Sedangkan untuk orde II boleh melakukan pembangunan tetapi di batasi intesitas dan fungsi hingga skala kecamatan dan sedangkan untuk orde III dan ordr IV dapat dilakukan pembangunan fasilitas dengan pembatasan pemnan fasilitas hingga skala lingkungan.

Dalam rencana pusat permukiman Kota Administrasi Jakarta Timur direncanakan memiliki kawasan TOD (Transit Oriented Development) kawasan yang mempertemukan beberapa mode transportasi perkotaan, sehingga memudahkan pendudukan Jakarta maupun sekitarnya yang akan melakukan perpindahan mode transportasi . Kawasan TOD di Kota Administras Jakarta Timur terdapat pada Kawasan Stasiun Jatinegara dan Kawasan Terminal Kampung Rambutan. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Gambar 5.5 Rencana Pusat Permukiman Kota Administrasi Jakarta Selatan

Pada Kota Administrasi Jakarta Selatan, orde I meliputi kecamatan Pancoran dan Kecamatan Kebayoran Lama, untuk orde II meliputi Kecamatan Cilandak, Kecamatan Pesanggarahan, Kecamatan Pasar Minggu, Kecamatan Kebayoran Baru, Kecamatan Tebet dan Kecamatan Setiabudi. Sedangkan orde III meliputi Kecamatan Jagakarsa dan Kecamatan Mampang Prapatan. Pada penjelesan sebelumya, dijelaskan bahwa Kecamatan yg mempunyai fungsi sebagai pusat permukiman orde I tidak diperbolehkan untuk melakukan pembangunan fasilitas seperti mall (pusat pertokoan skala kota). Sedangkan untuk orde II boleh melakukan pembangunan tetapi di batasi intesitas dan fungsi hingga skala kecamatan dan sedangkan untuk orde III dan ordr IV dapat dilakukan pembangunan fasilitas dengan pembatasan pemnan fasilitas hingga skala lingkungan.

Dalam rencana pusat permukiman Kota Administrasi Jakarta Selatan direncanakan memiliki kawasan TOD (Transit Oriented Development) kawasan yang mempertemukan beberapa mode transportasi perkotaan, sehingga memudahkan pendudukan Jakarta maupun sekitarnya yang akan melakukan perpindahan mode transportasi . Kawasan TOD di Kota Administras Jakarta Selatan terdapat pada Kawasan Stasiun Kebayoran Lama, Kawasan Terminal Lebak Bulus, Kawasan Pasar Minggu dan Kawasan Manggarai. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada Gambar 5.5.

3. RENCANA PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN BARU

Rencana pengembangan perumahan dan kawasan permukiman baru akan dilakukan melalui 2 pendekatan, yaitu :

  1. Perumahan swadaya merupakan perumahan yang diusahakan/dibangun sendiri oleh masyarakat. Pembangunan dan pengembangan rumah swadaya di DKI Jakarta tahun 2030 diarahkan dengan komposisi 15% dari total kebutuhan rumah baru di DKI Jakarta. Sedangkan tahun 2036 diarahkan dengan komposisi 10% dari total kebutuhan rumah baru di DKI Jakarta.

  2. Perumahan formal (yang diusahakan oleh pengembang/pemerintah)

Pembangunan dan pengembangan rumah formal di DKI Jakarta tahun 2030 diarahkan dengan komposisi 85% dari total kebutuhan rumah baru di DKI Jakarta. Sedangkan tahun 2036 diarahkan dengan komposisi 90% dari total kebutuhan rumah baru di DKI Jakarta.

a. Perumahan Horizontal, pengembangannya akan lebih difokuskan pada pola penyediaan lingkungan hunian bukan skala besar.

Pembangunan dan pengembangan rumah formal horizontal di DKI Jakarta tahun 2030 diarahkan dengan komposisi 25% dari total kebutuhan rumah formal di DKI Jakarta. Sedangkan tahun 2036 diarahkan dengan komposisi 20% dari total kebutuhan rumah formal di DKI Jakarta.

b. Rumah Vertikal, pengembangannya akan diarahkan pada kawasan-kawasan di pusat kota dan kawasan permukiman kepadatan tinggi

Pembangunan dan pengembangan rumah formal vertikal di DKI Jakarta tahun 2030 diarahkan dengan komposisi 75% dari total kebutuhan rumah formal di DKI Jakarta. Sedangkan tahun 2036 diarahkan dengan komposisi 80% dari total kebutuhan rumah formal di DKI Jakarta.

Rumah formal horizontal diarahkan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan rumah formal vertikal dikarenakan ketersediaan lahan dengan peruntukan fungsi hunian yang terbatas di Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, sesuai arahan RTRW DKI Jakarta 2030, pembangunan dan pengembangan hunian diarahkan untuk hunian vertikal.

1. Kota Administrasi Jakarta Barat

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta, arahan dalam Penyelenggaraan perumahan dan penyelenggaraan kawasan permukiman di Kota Administrasi Jakarta Barat, yaitu :

  1. Pengembangan kawasan permukiman baru diarahkan di Kecamatan Kembangan, Kalideres, Cengkareng, dan Kebon Jeruk.

  2. Pembangunan kawasan permukiman vertikal yang menjamin tersedia kawasan hijau yang berfungsi resapan, sosial, dan estetika diarahkan di Seluruh Kawasan Pengembangan (peruntukan fungsi hunian).

2. Kota Administrasi Jakarta Utara

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta, arahan dalam Penyelenggaraan perumahan dan penyelenggaraan kawasan permukiman di Kota Administrasi Jakarta Utara, yaitu :

  1. Pengembangan kawasan permukiman baru diarahkan di Kecamatan Cilincing dan Penjaringan.

  2. Pengembangan permukiman nelayan yang bernuansa wisata dan berwawasan lingkungan diarahkan di Kawasan pantai lama.

  3. Pengembangan kawasan permukiman diarahkan di Kawasan pantai lama.

  4. Pembangunan rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan tinggi yang dilengkapi dengan situ sebagai penampung air dan pengendali banjir diarahkan di Areal reklamasi Pantura, Kecamatan Kelapa Gading, dan Penjaringan.

3. Kota Administrasi Jakarta Pusat

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta, arahan dalam Penyelenggaraan perumahan dan penyelenggaraan kawasan permukiman di Kota Administrasi Jakarta Pusat tidak disebutkan lokasi untuk Pengembangan perumahan baru.

4. Kota Administrasi Jakarta Timur

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta, arahan dalam Penyelenggaraan perumahan dan penyelenggaraan kawasan permukiman di Kota Administrasi Jakarta Timur, yaitu :

  1. Pengembangan kawasan permukiman baru diarahkan di Kecamatan Cakung, Duren Sawit, Kramat Jati, dan Pulo Gebang.

  2. Pengembangan kawasan permukiman dan permukiman dengan KDB rendah dengan tetap memperhatikan fungsinya sebagai kawasan resapan air diarahkan di Kecamatan Cipayung dan wilayah sebelah selatan jalan lingkar luar.

  3. Pengembangan kawasan permukiman KDB rendah beserta fasilitas pendukung secara vertikal diarahkan di Kawasan permukiman pembangunan baru.

5. Kota Administrasi Jakarta Selatan

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta, arahan dalam Penyelenggaraan perumahan dan penyelenggaraan kawasan permukiman di Kota Administrasi Jakarta Selatan, yaitu :

  1. Pengembangan kawasan permukiman baru diarahkan di Kecamatan Pesanggrahan, Kebayoran Lama dan Cilandak.

  2. Pembangunan rumah susun sederhana diarahkan di terutama di Kecamatan Tebet, Pancoran, Kebayoran Lama, dan Mampang Prapatan.

  3. Pengembangan perumahan vertikal dengan intensitas tinggi dan dilengkapi RTH diarahkan di Kecamatan Setiabudi, Tebet, Pancoran, Mampang Prapatan, dan Pesanggrahan.

  4. Pengembangan kawasan permukiman dan permukiman dengan KDB rendah diarahkan di Selatan jalan lingkar luar.

  5. Pengembangan kawasan permukiman secara vertikal diarahkan di seluruh sawasan pengembangan (peruntukan fungsi hunian).

6. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta, arahan dalam Penyelenggaraan perumahan dan penyelenggaraan kawasan permukiman di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yaitu penggunaan utama sebagai kawasan permukiman, mencakup perumahan, perkantoran pemerintahan, dan kegiatan ekonomi.

Untuk mendukung perwujudan kawasan permukiman sebagai kawasan wisata nelayan sebagai objek tujuan wisata dapat dibangun wisma dan/atau penginapan, serta sentra usaha rakyat termasuk pusat pelayanan jasa wisata. Penyelenggaraan perumahan dan penyelenggaraan kawasan permukiman diarahkan pada lokasi, antara lain :

    1. Pulau Untung Jawa;

    2. Pulau Lancang Besar;

    3. Pulau Payung Besar;

    4. Pulau Tidung Besar;

    5. Pulau Pari;

    6. Pulau Pramuka;

    7. Pulau Panggang;

    8. Pulau Kelapa;

    9. Pulau Harapan;

    10. Pulau Kelapa Dua; dan

    11. Pulau Sebira

4. RENCANA PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN

Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, peningkatan kualitas kawasan permukiman dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) program, yaitu antara lain :

1. Pemugaran

Upaya perbaikan atau dapat pula dilakukan melalui pembangunan kembali kawasan permukiman agar menjadi layak huni.

2. Peremajaan

Upaya untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik dengan tujuan untuk melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat sekitar. Untuk meremajakan suatu kawasan, terlebih dahulu perlu menyediakan tempat inggal bagi masyarakat yang terkena dampak. Peremajaan harus menghasilkan rumah, perumahan, dan kawasan permukiman dengan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

3. Permukiman Kembali

Dilakukan apabila lokasi kumuh eksisting adalah lokasi yang tidak diperuntukkan bagi kawasan permukiman menurut RTRW atau merupakan lokasi yang rawan bencana serta dapat menimbulkan bahaya bagi orang yang mendiami kawasan/ lokasi tersebut. Pemukiman kembali merupakan upaya memindahkan masyarakat dari lokasi eksisting yang dilakukan oleh dukungan Pemerintah dan pemerintah daerah yang juga menetapkan lokasi untuk pemukiman kembali dengan turut melibatkan peran masyarakat.

      1. Kota Administrasi Jakarta Barat

      1. Kota Administrasi Jakarta Utara

      1. Kota Administrasi Jakarta Pusat

      1. Kota Administrasi Jakarta Timur

      1. Kota Administrasi Jakarta Selatan

      1. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

5. RENCANA PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN TERKAIT PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI DKI JAKARTA

Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman perlu dilakukan pengendalian dan pengawasan. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman yang padat dan tidak teratur (kumuh). Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman yang padat dan tidak teratur sering sekali terjadi pada perumahan dan kawasan permukiman yang dibangun sendiri oleh masyarakat (rumah swadaya).

Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di DKI Jakarta ke depannya lebih diarahkan untuk pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman formal. Dengan kata lain, sebagian pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pihak Swasta (Developer). Hal ini dapat menjadi permasalahan berikutnya karena adanya pelanggaran yang dilakukan Pihak Swasta (Developer) dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.

Pelanggaran yang terjadi dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman baik swadaya maupun formal adalah terkait intensitas bangunan, seperti Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), jarak sempadan jalan, dsb. Permasalahan – permasalahan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di DKI Jakarta harus diantisipasi dengan pengendalian, pengawasan, dan pembinaan pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.

1. Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Permukiman

Pengendalian yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, yaitu antara lain :

  1. Kesesuaian perizinan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta 2030 dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Provinsi DKI Jakarta.

  2. Pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman harus sesuai dengan standar teknis dan kelaikan fungsi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

  3. Disediakannya instansi/badan yang dapat memberikan informasi terkait pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.

2. Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Permukiman

Pengawasan yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, yaitu antara lain :

  1. Dilakukan pemeriksaan secara berkala di lingkungan perumahan dan kawasan permukiman.

  2. Dilakukan peringatan terhadap masyarakat maupun pihak swasta (developer) yang melakukan pelanggaran pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Peringatan dapat dilakukan dengan pengeluaran surat peringatan maupun penyegelan bangunan.

  3. Dilakukan penertiban terhadap bangunan perumahan dan kawasan permukiman yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta 2030 dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Provinsi DKI Jakarta.

3. Pembinaan Terkait Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Permukiman

Pembinaan terkait pembangunan dan pengembangan perumahan dan kwasan permukiman dilakukan Pemda DKI Jakarta, khususnya instansi terkait perumahan dan kawasan permukiman kepada masyarakat. Pembinaan yang dapat dilakukan terkait pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, yaitu antara lain :

  1. Sosialisasi terkait Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta 2030 dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Provinsi DKI Jakarta.

  2. Pemberian bimbingan kepada masyarakat terkait pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman yang sehat, bersih, dan teratur.

    1. RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEMBIAYAAN TERKAIT PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

      1. Kelembagaan Terkait Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Permukiman