PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SKI PESERTA DIDIK KELAS VB MIN MERGAYU BANDUNG TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka
panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban
manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan
variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam
konteks pembangunan bangsa dan negara.1 Begitupun juga di Indonesia,
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan terus saja dikembangkan.
Karena kehidupan bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Jika
kualitas pendidikan rendah, maka akan berakibat pada rendahnya kualitas
kehidupan bangsa.
Di dalam agama kita yaitu agama Islam telah diajarkan kepada umat
manusia mengenai aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi. Salah
satu diantara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya
untuk melaksanakan pendidikan, karena pendidikan merupakan kebutuhan
hidup manusia yang harus dipenuhi, demi tercapainya kesejahteraan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. , hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:


1

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Satuan pendidikan (KTSP) dan Sukses
Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), hal. 5

1

2

“. . .Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan
orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan….”2

Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan oleh
manusia

itu

sendiri


sebagai

pelaku

pendidikan.

Pada

mulanya

pertumbuhan pendidikan selalu berawal dari bentuk pendidikan yang
terselenggara dalam masyarakat. Namun dalam praktik pendidikan yang
universal, akan ditemukan keragaman sebanyak ragam komunitas
manusia. Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin
kelangsungan hidup negara dan berbangsa, karena pendidikan merupakan
wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
manusia.3
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah baik
melalui kegiatan, pengajaran, bimbingan atau latihan, yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah untuk mempersiapkan generasi yang mampu

memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa
yang akan datang. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan,
artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisikondisi aktual dari individu yang belajar dan tertuju pada pencapaian
individu yang diharapkan.4
Tujuan pendidikan Indonesia ialah untuk membentuk manusia
seutuhnya, dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu secara
DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : CV. Kathoda, 2005), hal. 793
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2005), hal. 15
4
Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:CV ALFABETA, 2005) ,
hal. 4
2
3

3

berimbang, optimal dan terintegrasi. Seperti yang tertera dalam Undangundang RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebut bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.5
Pada dasarnya pendidikan merupakan proses interaksi antara
pendidik dan peserta didik dalam upaya membantu anak didik mencapai
tujuan-tujuan

pendidikan.

Interaksi

tersebut

bisa

berlangsung


di

lingkungan pendidikan seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat.6 Dalam
sejarah umat manusia hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak
menggunakan
kualitasnya.7

pendidikan
Melalui

sebagai

pendidikan

pembudayaan
diharapkan

dan

dapat


peningkatan
ditumbuhkan

kemampuan untuk menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan
dari dalam maupun tuntutan karena pengaruh dari luar masyarakat yang
bersangkutan.8
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk
melaksanakan pendidikan. Dengan harapan bisa menyiapkan peserta didik

5

Peraturan Pemerintah tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Sinar Grafika,
2009), hal. 7
6
Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum : Konsep Implementasi Evaluasi dan
Inovasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), cet. 1, hal. 13
7
Hujair AH Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani
Indonesia , (Yogyakarta: Safiria Press, 2003), hal. 4

8
Umar Tirtahardja dan La Solo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Asdi Mahasetya,
2009), hal. 129

4

memasuki masyarakat di masa depan. Dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, yang paling pokok adalah kegiatan belajar. Hal ini
berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada pendidik.9
Berkaitan dengan pendidikan terdapat beberapa hal yang termasuk
didalamnya. Salah satu komponen yang penting dalam pendidikan adalah
proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses utama pendidikan.
Dalam hal ini, interaksi guru dan murid secara dialogis dan kritis
merupakan penentu efektivitas program pembelajaran. Pembelajaran
merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran sebagai
proses belajar dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas
berfikir yang dapat meninggkatkan kemampuan berfikir peserta didik,
serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru

sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
pelajaran.10
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menarik,
efektif, kreatif dan inovatif dengan pendekatan, strategi, dan metode yang
sebagian besar prosesnya menitik beratkan pada aktifnya keterlibatan
peserta didik. Pembelajaran konvensional yang terpusat pada dominasi
guru membuat peserta didik menjadi pasif, sudah dianggap tidak efektif

9

Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami , (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hal. 5-6
10
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran , (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 62

5

dalam menjadikan pembelajaran yang bermakna, karena tidak memberikan
peluang kepada peserta didik untuk berkembang secara mandiri.
Guru merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan, karena

tanpa adanya guru maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan secara
maksimal.11 Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi perserta didik
untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat
segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses
perkembangan peserta didik. Di dalam proses interaksi belajar mengajar
tidak hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan juga
penanaman sikap dan nilai pada diri peserta didik. Dalam proses belajar
mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara
peserta didik yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan
ini terjalin interaksi yang saling menunjang.12
Guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya
sehingga peserta didik mendapatkan pembelajaran yang bermakna dan
mengena. Salah satu mata pelajaran yang ada di Madrasah Ibtidaiyah adalah
mata pelajaran SKI. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah
Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang menelaah tentang asal usul, perkembangan, peranan kebudayaan atau
peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di
masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah
11


Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), hal. 4
12

Ibid., hal. 4

6

kelahiran

dan

kerasulan

Nabi

Muhammad


SAW,

sampai

masa

Khulafaurrasyidin. Secara substansial mata pelajaran SKI memiliki
kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Pembelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah sebagai bagian yang integral dari
pendidikan agama. Memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan
watak dan kepribadian anak. Tetapi secara substansial mata pelajaran SKI
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada anak untuk
mempraktekkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman mengenai Sejarah Kebudayaan Islam baik dari sisi
konsep dan komponennya menjadi prasyarat mutlak bagi guru mata
pelajaran SKI. Pemahaman yang memadai tentang sejarah tersebut sangat
dibutuhkan sebelum seorang guru mengajarkannya kepada siswa di ruang
belajar. Guru akan mempunyai kapasitas yang besar untuk mengelola mata
pelajaran tersebut dan pembelajarannya di kelas dengan baik. Guru bisa
mengemas pembelajaran SKI dengan cara yang menarik dan menyajikannya
dengan tepat sesuai dengan karakteristik mata pelajaran itu dan kebutuhan
serta kondisi peserta didik. Guru cukup mempersiapkan bahan-bahan yang
berupa sejarah kebudayaan Islam dan membiarkan atau lebih tepatnya

7

membimbing siswanya untuk membangun sendiri wawasan dan kesadaran
sejarahnya.13
Agar pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) lebih bermakna
bagi peserta didik sehingga mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka guru harus mampu memilih
metode pembelajaran yang tepat supaya peserta didik dapat aktif mengikuti
pembelajaran dengan baik yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
sehingga lebih bermakna. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam
melibatkan peserta didik secara aktif guna menunjang kelancaran proses
belajar mengajar

adalah dengan menerapkan

model pembelajaran

kooperatif. Karena dengan pembelajaran kooperatif terjadi interaksi antara
peserta didik yang satu dengan yang lain. Pembelajaran kooperatif
umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 anak dengan
kemampuan yang berbeda dengan tujuan supaya terjadi interaksi yang baik
antar anggota kelompok. Perserta didik lebih berani mengungkapkan
pendapat atau bertanya dengan peserta didik lain sehingga dapat melatih
mental peserta didik untuk belajar bersama dan berdampingan, menekan
kepentingan individu dan mengutamakan kepentingan kelompok karena
dalam pembelajaran kooperatif belajar dikatakan belum selesai jika salah
satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dalam
lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif

13

M. Hanafi, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam: Kementerian Agama RI, 2012), hal. 13

8

dan melalui kelompoknya dapat membangun komunitas pembelajaran
(learning community) yang saling membantu antarasatu sama lain.
Salah satu dari beberapa model pembelajaran kooperatif adalah tipe
Take and Give merupakan model pembelajaran yang menggunakan kartu

sebagai alat untuk peserta didik untuk saling memberi dan menerima
informasi terkait dengan materi pembelajaran SKI. Sehingga dapat
memotivasi, menarik perhatian peserta didik, dan interaksi atau kerjasama
antar

peserta

didik,

sehingga

prestasi

belajar

meningkat.

Model

pembelajaran kooperatif tipe Take and Give pada dasarnya mengacu pada
kontruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat peserta didik itu
sendiri aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya.
Dalam proses itu, peserta didik mengecek dan menyesuaikan pengetahuan
baru yang dipelajari dengan kerangka berpikir yang telah mereka miliki.14
Berdasarkan observasi pendahuluan terhadap peserta didik MIN
Mergayu Bandung Tulungagung, terdapat beberapa kendala yang dihadapi
dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), salah satunya
adalah kurangnya pemahaman dan motivasi siswa terhadap materi-materi
yang diajarkan oleh guru. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai hal,
diantaranya yaitu:
1) peserta didik kurang memperhatikan materi yang disampaikan karena
munculnya rasa bosan dengan model pembelajaran yang monoton yaitu
lebih banyak didominasi oleh guru, sehingga peserta didik menjadi kurang
14

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakrta: ArRuzz Media), hal. 195

9

aktif dan hasil belajar menjadi relatif rendah, 2) cara mengajar guru kurang
menarik, sehingga peserta didik banyak yang tidak memperhatikan
penjelasan materi oleh guru, ramai sendiri, ada pula yang mengantuk, 3)
dalam proses belajar mengajar selama ini hanya sebatas pada upaya
menjadikan anak mampu dan terampil mengerjakan soal-soal yang ada
sehingga pembelajaran yang berlangsung kurang bermakna dan terasa
membosankan bagi peserta didik.15 Hal ini apabila dibiarkan terus menerus
akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang
diharapkan.
Didukung pula dari penuturan pendidik mata pelajaran SKI kelas V-B
MIN Mergayu Bandung Tulungagung, dalam melaksanakan pembelajaran
SKI, Ibu Astutik selaku guru mata pelajaran SKI mengatakan:
“Dalam proses pembelajaran Yang sering saya pakai ya ceramah mas,
karena tidak menghabiskan banyak waktu, dan sisa jam pelajaran bisa
digunakan untuk mengerjakan latihan soal di buku”.
“Pada awalnya siswa mendengarkan, walaupun ada beberapa siswa
yang ramai sendiri. Tapi walau tadi mendengarkan, nanti kalau
ditanya ya tidak bisa menjawab. Kadang saya bingung harus
bagaimana untuk mengatasinya”.16
Hasil Ulangan Teengah Semester (UTS) mata pelajaran SKI peserta
didik kelas V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung yang berjumlah 25
peserta didik, belum ada yang tuntas atau memenuhi KKM (75). Nilai

15

Observasi Pribadi di kelas V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung, tanggal 17
November 2016
16
Wawancara Pribadi dengan guru SKI kelas V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung,
tanggal 17 November 2016

10

tertinggi yang dicapai Peserta didik adalah 64 sebanyak 2 anak dan nilai
terendah 18.17 Adapun dokumen nilai selengkapnya sebagaimana terlampir.
Berdasarkan paparan di atas, maka perlu satu tindakan guru untuk
mencari

dan

menerapkan

suatu

model

pembelajaran

yang dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran SKI,
dikarenakaan jika kondisi seperti ini terus dibiarkan maka akan
menimbulkan masalah yang serius bagi peserta didik khususnya kelas V-B
MIN Mergayu. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran
peserta didik secara aktif yang menyenangkan adalah model pembelajaran
kooperatif tipe metode Take and Give. Tujuan peneliti menggunakan model
pembelajaran Kooperatif tipe Take and Give pada mata pelajaran SKI untuk
memudahkan peserta didik dalam belajar memahami materi pelajaran, tidak
hanya sekedar menerima teori akan tetapi juga mempunyai pengalaman
belajar yang bermakna. Pada pembelajaran Take and Give peserta didik
diberikan sebuah kartu yang berisi materi untuk dihafal dan dipahami,
kemudian menyampaikan materi tersebut kepada temannya. Diharapkan
juga peserta didik mampu mengimplementasikan dalam kehidupan seharihari, serta menjadikan proses pembelajaran menjadi sesuatu yang
menyenangkan dan menarik keaktifan peserta didik.
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan diatas, maka
perlu diadakan penelitian supaya dapat meningkatkan hasil belajar SKI
peserta didik. Oleh karena itu peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas
17

Dok. Nilai peserta didik kelas V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung pada tanggal
15 Okober 2016

11

(PTK) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe

Take and Give Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar SKI

Peserta Didik Kelas V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung”.

B. Fokus Penelitian
Dari pemaparan latar belakang diatas, masalah yang diangkat
dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.

Bagaimana peningkatan motivasi pada mata pelajaran SKI materi
Keperwiraan Nabi Muhammad dalam perang Uhud melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give peserta didik kelas
V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung tahun ajaran 2016/2017?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran SKI materi
Keperwiraan Nabi Muhammad dalam perang Uhud melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give peserta didik kelas
V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung tahun ajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi pada mata pelajaran SKI
materi Keperwiraan Nabi Muhammad dalam perang Uhud melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give peserta

12

didik kelas V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung tahun ajaran
2016/2017.
2.

Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran
SKI materi Keperwiraan Nabi Muhammad dalam perang Uhud melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give peserta
didik kelas V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung tahun ajaran
2016/2017.

D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan atau
manfaat pada berbagai pihak, yaitu:
1.

Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat berfungsi sebagai
kontribusi dan sumbangan ilmiah untuk memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan, khususnya tentang penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Take and Give yang berkaitan dengan peningkatan hasil
belajar SKI.

2.

Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala MIN Mergayu Bandung Tulungagung
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan membuat
kebijakan sekolah dalam rangka peningkatan kualitas sekolah dan
penyusunan program pembelajaran yang baik sekaligus sebagai
motivasi untuk meyediakan sarana dan prasarana sekolah untuk
terciptanya pemelajaran yang optimal.

13

b. Bagi guru MIN Mergayu Bandung Tulungagung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan

kajian

dan

pertimbangan

dalam

memilih

model

pembelajaran yang paling tepat digunakan sekaligus menambah
pengetahuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang lebih
kreatif dan menyenangkan serta meningkatkan profesionalitas guru
dalam mengajar.
c. Bagi Perpustakaan IAIN Tulungagung
Sebagai bahan koleksi dan referensi supaya dapat digunakan
sebagai sumber belajar atau bacaan bagi mahasiswa lainnya terutama
berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Take and Give untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik bidang

studi SKI.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan atau
referensi bagi peneliti lain yang sejenis.

E. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam
menafsirkan suatu istilah dalam judul skripsi ini, maka penulis perlu adanya
penegasan istilah secara konseptual dan operasional:

14

1.

Penegasan Konseptual
a. Model Pembelajaaran
Joyce dan Weil dalam Rusman berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapaat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembeljaran jangka panjang),
merancang

bahan-bahan

pembeljaran,

dan

membimbing

pembelajaraan di kelas atau yang lainnya. 18
b. Pembelajaran Koopratif
Menurut Rojer, Dkk pembelajaran kooperatif merupakan
aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip
bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi
secara social
didalamnya

diantara
setiap

pembelajarannya

kelompok-kelompok pembelajar

pembelajar

sendiri

dan

bertanggung

didorong

untuk

jawab

yang
atas

meningkatkan

pembelajaran anggota-anggota yang lain.19
c. Take and Give
Take and Give adalah metode pembelajaran yang memiliki

sintaks, menuntut peserta didik mampu memahami materi pelajaran
yang diberikan guru dan teman sebayanya (peserta didik lain).20

18

Rusman, Model-Model Pembelajaran (Depok: PT. Raajaagrfindo Persada), hal. 133
Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 29
20
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta:
Ar-Ruzz,2014), hal. 196
19

15

d. Motivasi
Motivasi adalah dorongan internal dan eksternal pada pesert
didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.21
e. Hasil belajar
Hasil
keseluruhan
saja.
pakar

belajar

adalah

bukan

Artinya,

hanya

hasil

pendidikan

perubahan
satu

aspek

pembelajaran

tidak

terlihat

perilaku
potensi

secara

kemanusiaan

yang

dikategorisasi

oleh

secara

fragmentaris

atau

terpisah melainkan kompreherensif.22
2.

Penegasan Operasional
a. Penerapan
Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu
teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan
untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau
golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
b. Model Pembelajaran
Model Pembelajaran adalah kerangka pembelajaran yang
terkonsep sesuai pendekatan tertentu sebagai pedoman guru dalam
proses belajar mengajar.

21

Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori Dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar), hal. 163
22
Ibid., hal.7

16

c. Pembelajaraan Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah suatu pembelajaran yang
didalamnya terdapar unsur saling bekerja sama dalam satu
kelompok untuk mencapai tujuan bersama, anggota kelompok
terdiri dari 3-5 peserta didik yang

dipersatukan atas nama

kelompok.
d. Take and Give
Take and Give adalah metode pembelajaran yang didukung

oleh penyajian data yang diawali dengan pemberian kartu kepada
peserta didik. Di dalam kartu, ada catatan yang harus dikuasai dan
dihafal masing-masing peserta didik. Peserta didik kemudian
mencari pasangannya masing-masing untuk bertukar pengetahuan
sesuai dengan apa yang didapatnya di kartu.
e. Motivasi belajar
Motivasi belajar adalah usaha yang disadari oleh pihak guru
untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik yang
menunjang kegiatan kearah tujuan-tujuan belajar.
f. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh peserta didik setelah
melakukan proses pembelajaran.
Secara operasional, Penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Take and Give untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
SKI peserta didik kelas V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung

17

tahun ajaran 2016/2017 adalah penelitian yang dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give untuk
meningkatkan semangat dan nilai peserta didik kelas V-B terhadap
penguasaan materi pembelajaran SKI tema Keperwiraan nabi
Muhammad dalam perang Uhud.

F. Sistematika Penulisan Skripsi
Susunan karya ilmiah akan teratur secara sistematis dan terurut
serta alur penyajian laporan penelitian lebih terarah maka diperlukan
sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi yang
akan disusun adalah sebagai berikut:
1.

Bagian awal terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul,
halaman persetujuan, halaman pengesahan, pernyataan keaslian
tulisan, halaman motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstrak.

2. Bagian utama (inti), terdiri atas:
a. Bab I Pendahluan, terdiri atas: latar belakang masalah, rumusan
masalah,

tujuan

penelitian,

kegunaan/manfaat

penelitian,

penegasan istilah, sistematika penulisan skripsi.
b. Bab II kajian pustaka, terdiri dari: Kajian teori tentang model
pembelajaran kooperatif, kajian tentang model pembelajaran
kooperatif tipe Take and Give, kajian tentang SKI, kajian tentang

18

motivasi dan hasil belajar, penelitian terdahulu, hipotesis tindakan,
dan kerangka pemikiran.
c. Bab III Metode Penelitian, terdiri dari: jenis penelitian, lokasi dan
subjek penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan
data, indikator keberhasilan, dan prosedur penelitian.
d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. terdiri dari: paparan data
tiap siklus, temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian.
e. Bab V penutup, terdiri dari: kesimpulan dan rekomendasi/saran.
3.

Bagian akhir, terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, dan
daftar riwayat hidup.