UJIAN AKHIR SEMESTER METODOLOGY STUDI IS

UJIAN AKHIR SEMESTER
METODOLOGY STUDI ISLAM
Dosen Pengampu: Zakiyyudin Baidhawy, M.Ag.

Oleh:
YESSICA AL-FAWZIA (112-14-057)

S1- International Class Program
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2014-2015

‫ن الرر م‬
‫سم م اللهم الرر ح‬
‫بم ح‬
‫حيم م‬
‫حم م‬

RESENSI BUKU STUDI ISLAM

1. Data buku & Identitas buku

a. Judul Buku
: Studi Islam Pendekatan dan Metode
b. Penulis dan Pengarang : Zakiyyudin Baidhawy
c. Nama penerbit
: Insan Madani
d. Cetakan dan Tahun terbit: Cetakan I, Juli 2011
e. Jumlah BAB
: 14 BAB
f. Tebal buku
: 1,8 cm
g. Panjang/Lebar
: 20/14,2 cm
h. Jumlah Halaman : 322 halaman
2. Judul Resensi
“STUDI ISLAM PENDEKATAN DAN METODE”
3. Penulis
Zakiyuddin Baidhawy lahir di Indramayu, Jawa Barat. Kini tinggal di Solo.
Menyelesaikan studi S-1 pada Fakultas Agama Islam (Perbandingan Agaman)
Universitas Muhamadiyah Surakarta (1994). Pernah nyantri di Pondok Hajjah Nuriyah
Shabran (1990-1994). Studi S-2 pada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yoyakarta

(1999), dan S-3 pada Universitas yang sama (2007). Staf Edukatif pada Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, Peneliti pada Pusat Studi Budaya dan Perubahan
Sosial UMS, Associate pada Maarif Institute for Culture and Hummanity.
4. Pendahuluan
Buku “Studi Islam Pendekatan dan Metode” ini hadir sebagai salah satu upaya untuk
menyajikan perkembangan studi islam yang ada di Negara muslim ataupun non-muslim,

dan di Indonesia pada khususnya. Buku ini sangat membantu para dosen dan mahasiswa
untuk tidak hanya menjadi penonton dan penikmat hasil kajian keislaman, namun mereka
juga berperan sebagai pelaku dari perkembangan itu.
5. Isi buku
Studi Islam mengalami perkembangan cukup mengesankan. Hal ini mulai tampak
sejak abad 19. Pada saat itu, kita dapat menyaksikan bahwa disiplin Studi Islam bangkit
atas motivasi para penguasa colonial untuk memahami sumber-sumber rujukan dan
praktik-praktik keagamaan dari negeri-negeri jajahan mereka. Studi Islam berkaitan
dengan data- data yang jauh lebih konkret dan berinteraksi dengan metode-metode yang
kompleks dan lebih mencakup.
Dalam buku ini telah membahas berbagai macam pengetahuan, methodology, dan
model kajian. Dalam BAB 1 buku ini membahas tentang pengertian dan Metodologi
Studi Islam. Islamis Studies tidak asing di pendengaran kalangan mahasiswa dan

pendidikan iskam yang sederajat, karena Islamic studies memiliki keterkaitan dengan
seluruh lembaga- lembaga, institusi yang berlebelkan islam pada khususnya. Untuk lebih
memahami definisi dari Islamic Studies Kita dapat mengemukakan dua pendekatan
mendasar mengenai definisi Islamic Studies, yaitu definisi sempit dan definisi yang lebih
luas (Sulaeman & Shihadeh, 2007: 6-7). 1
Pedekatan pertama melihat Islamic studies sebagai suatu disiplin dengan
methodology, materi dan teks-teks kuncinya sendiri; bidang stuni ini dapat didefinisikan
sebagai studi tentang tradisi teks-teks keagamaan klasik dan ilmu-ilmu keagamaan
klasik; memperluas ruang lingkupnya berarti akan mengurangi kualitas kajiannya.2
Dari definisi pertama yang dilihat dari definisi sempitnya, inti dari Islamic Studies
ialah keagamaan klasik. Islamic Studies merupakan sebuah pusat dari Peradaban Islam
1 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode (Yogyakarta:Insan

Madani,2011) hlm 2
2 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 2

dan juga Agama Islam, dan para pelajar menganggap bahwa Islamic Studies persoalan
yang penting sehingga dengan beberapa alasan itu Islamic Studies mesti dipertahankan.
Faktor lain yang menjadikan definisi sempitnya adalah semua upaya-upaya untuk
mengembangkan atau memperluas kajiannya malah mengakibatkan berkurangnya

kualitas kajian tersebut. Islam studies sebagai disiplin dengan metodhologi ini berbeda
dengan sandaran disiplin islam yaitu ilmu-ilmi humaniora dan ilmu-ilmu sosial. Dari
setiapnya memiliki manfaat yang berbeda.
Pendekatan kedua mendefinisikan Islamic Studies berdasarkan pada pernyataan
bahwa Islam perlu dikaji dalam konteks evolusi Islam modern yang penuh teka-teki.
Juga adanya kebuTuhan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh teks-teks tentang
cara orang-orang mengalami dan menjalankan kehidupan mereka.3
Dari pandangan yang lebih luas, dapat didefinisikan bahwa sebenarnya
membatasi kajian saja dapat mendatangkan resiko. Meskipun Islamic Studies sebenarnya
adalah klasik namun ada beberapa wilayah yang dapat ditambahkan dengan ilmu-ilmu
sosial atau yang lainnya. Karena dengan berkembangnya zaman, Islamic studies juga
harus dapat menyepadani dengan zaman yang ada. Jika akan terus terpaut dalam
ketraditionalan maka seseorang mungkin akan merasa kesulitan mengahadapi
perkembangan zaman yang datang dengan berbagai macam penemuan-penemuan baru.
Islamic Studies sebenarnya bukan disiplin ilmu, namun ia adalah hubungan antara
beberapa disiplin. Dalam bahasa methodology, para peneliti meminjamkan serangkaian
disiplin termasuk ilmu-ilmu sosial. Kurang tegasnya batasan- batasan ini justru
menyediakan peluang untuk memperkaya studi interdisipliner yang beragam.4
Definisi Islamic Studies ini muncul dari bagaimana islam dikaji dan juga
bagaimana islam diajarkan. Karena kebanyakan islam bisa diajarkan dengan dasar

3 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 2-3
4 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 4

bagaimana lingkungannya. Umumnya di Negara Barat, para mahasiswa akan diajarkan
keagamaan dengan dasar- dasar pandangan Barat, seperti orientalisme, ilmu sosial,
antropologi dsb. Disinilah mashasiswa musin akan menjumpai tantangan nyata dimana
pengetahuan mereka tentang agama dan sejarahnya akan diuji secara kritis.
Berikut ini adalah beberapa perdebatan seputar metodologi dengan Islamic
studies. M. Izzi Dien (2003: 243-255) secara gambling menggambarkan perdebatan
metodologi tersebut mencakup kritik akademisi Muslim atas metodologi Barat,
pendekatan apologetic muslim terhadap metodologi penelitian, pendekatan radikal
Muslim terhadap metodologi Barat, dan kritik metodologi muslim dari dalam.5
Kritik akademisi muslim terhadap metodologi Barat muncul sebagai kritik
seimbang dan juga kritik seimbang. Pendekatan metodologi Barat ini dilakukan diatas
pertentangan antara dua hal, yang akhirnya disebut dengan teori fusi dua hal yang
bersebrangan. Teori fusi ini juga disebut sebagai teori wasathiyah yang juga didasari oleh
surat al-Baqarah 143 yang berbicara tentang umat wasath. Umat wasathiyah ini selalu
berdiri diantara dua hal (tidak terlalu condong ke ini dan itu).
Pandangan- pandangan islam berbeda dengan pendekatan Barat tentang
pengetahuan-pengetahuan ilmiah. Faruqi (1995) memaparkan bahwa ilmu-ilmu sosial

memperoleh posisi mandiri di universitas-universitas satu abad yang lalu, padahal akal
yang telah membawa pada penemuan dan keberhasilan kembali pada dua abad lebih;
pembentukan metodologi skeptis kembali pada revolusi Prancis yang berusaha melawan
kendali gereja. Kemenangan metodologi skeptis telah memberikan otoritas yang
memperkenankannya menolak ilmu alternative, bahkan metodologi ilmu-ilmu alam yang
tergantung hanya pada apa yang dilihat dan dirasakan.6

5 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 7
6 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 8

Dari metodologi diatas memiliki hasil bahwa seluruh dunia ini tunduk dan tahluk
terhadap hasil penafsiran yang dapat membawa mereka pada kejadian fenomena tertentu
yang diandang sebagai sebentuk penafsiran. Selanjutnya adalah pendekatan Apologetik
Insider yang mengatakan bahwa islam sebenarnya tidak menyimpan pencairan manusia
dan tidak pernah membatasi seseorang untuk berfikir dengan sumber pengetahuan yang
terdapat pada pemahaman materi manusia. Metodologi ini membutuhkan beberapa bahan
yaitu 1. Faktor Manusia dan 2.Faktor upaya mempopulerkan tujuan islam dalam
menciptakan banyak masyarakat dan kebudayaan. Dengan kritik radikal rehadap
metodologi Barat sering sekali muncul dari kalangan fundamentalis islam mengenai
metodologi Barat. Mereka mengkritik dengan kritikan yang radikal. Dengan semua ini,

telah dinyatakan bahwa ada beberapa manfaat melakukan penelitian di Barat dalam
Islamic Studies, namun karena dari muslim, maka harus setia kepada agama islam.
Kritik Metodologi dari dalam, identitas Islam baik dari segi individu ataupu
kolektif mengurangi kekurangan inetelektual dan psikologis. Dua kekurangnan ini
banyak dipengaruhi oleh pendekatan metodologis dalam mengkombinasikan teori dan
praktik (Malkawi,2002:31-36).7
Problem metologis juga muncul berkenaan dengan siapakah yang dilihat lebih
otoritatif dalam melakukan kajian islam, atau mereka yang menjadi orang dalam atau
yang menjadi orang luar. Problem serupa sebenarnya pernah dialami juga dalam
diusiplin sejarah agama-agama (The History of Religions)8
Dalam BAB 2 dari buku ini menerangkan tentang Ruang Lingkup Objek Kajian
Studi Islam. Dalam ruang lingkup objek kajian studi islam, menerangkan bahwasanya
sebuah kajian harus memiliki objek untuk memudahkan para pengkaji membuat batasan
akan adanya ruang lingkup sebuah studi. Joachim Wach (1958) menjelaskan beberapa
7 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 15
8 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 17

kriteria mengenai pengalaman keagamaan9, pertama adalah sebuah pengalaman
keagamaan adalah suatu respon terhadapa apa yang dialami sebagai realiats Ultim.
Kedua yaitu pengalaman keagamaan harus dipahami sebagai suatu respon menyeluruh

terhadap realitas Ultim. Ketiga,sebuah pengalaman keagamaan harus menghendaki
intensitas. Dan yang keempat, pengalaman keagamaan yang sesungguhnya selalu
berakhir dengan sebuah tindakan.
Islam ialah salah satu agama dari agama- agama yang terdapat di Dunia. Untuk
memahami Islam sebagai salah satu agama di Dunia para pengkaji haru dapat mengerti
tentang Dimensi- dimensi agama. Beberapa dimensi agama yaitu Dimensi Praktik dan
Ritual, Dimensi Pengalaman dan Emosional, Dimensi Naratif dan Mitos, Dimensi
Doktrin Dan Filosofis,Dimensi Etika dan Hukum, Dimensi Sosial dan Institusional, dan
Dimensi Material.
Dalam kehidupan setiap manusia dan agama memiliki cara bragama masingmasing. Sebenarnya manusia beragama karena itu jalan menuju Tuhannya.Mereka
beragama menurut kepercayaan, penghayatan, keyakinan mereka. Namun dari agamaagama tersebut ada kesamaan cara dalam beragama. Dale Canon (2012) menjelaskan
tentang enam cara beragama yang data dijumpai hamper di semua agama-agama yang
hidup di Dunia, tak terkecuali Islam. Enam cara tersebut ialah:pertama, jalan menuju
islam melalui pelaksanaan kewajiban tanpa pamrih. Kedua, jalan menuju Tuhan melalui
pemujaan dan ketaatan. Ketiga, jalan menuju Tuhan melalui disiplin ruhani dan astetik.
Keempat, jalan menuju Tuhan melalui kegiatan rasional. Kelima, jalan menuju Tuhan
melalui partisipasi dalam pelasanaan ritual-ritual yang telah ditetapkan. Keenam, jalan
menuju Tuhan dengan membuka jalan pada supranatural10
9 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 23
10 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 36


Dalam BAB 3 diterangkan tentang Sejarah Perkembangan Studi Islam, lahirnya
Studi Islam sejak abad 9 di Irak, saat itu agama Islam mulai mendapatkan perkembangan
di dalam sekolah-sekolah. Richard C.Maertin dengan gambling menjelaskan fase-fase
perkembangan studi Islam, antara lain sebagai berikut : Fase pertama, yaitu fase
dimana banyak munculnya polemic teologis antara muslim Kristen dan Yahudi11 Dalam
masa ini telah minculnya mitos dalam legenda yahudi dan Kristen bahwa aka ada kaum
arab yang bukan yahudi dan Kristen di abad ke 7. Di fase ini juga mereka mempelajari
apa tentang agama islam dengan tujuan jika telah memahaminya maka akan dengan
mudah menolak agama islam tersebut. Fase Kedua perang salib dan kesarjanaan cunsy12
Dalam fase ini perlawan dilalui dengan cara menerjemahkan Qur’an, Hadish, dan Siroh
Nabi. Fase Reforemasi. Pada fase ini kaum reformis memandang sarasen turki bersamasama Gereja Roma sebagai anti-Kristus. Bibliande menganggap Muhammad sebagai
kepala dan Islam sebagai tubuh anti kristus13 Fase penemuan dan pencerahan14
Studi Islam memiliki sebuah disiplin ilmu yang muncul seperti sebuah disiplin
pada universitas pada umunya. Disiplin ini disebut sebagai Orientalisme. Orientalisme
yang berada pada orintalis Barat menerima semua kajian-kajian yang mendalam ataupun
tidak dari agama islam, dimulai dari sejarah, asal mausul, makna Qur’an, kisah nabinabi, kewajiban, sunnah, dsb. Diterangkan juga bahwa Studi Islam ini adalah disiplin
ilmu yang mandiri, telah menjadi disiplin ilmu yang mandiri sejak dua dekade dan
sampai sterusnya.
Setelah barat diserang, segala yang ada di Barat khususnya Amerika S mengalami

kemunduran. Dan disinilah timbul Oksidentalisme yang mana itu adalah sebuah gerakan

11 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm
12 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm
13Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm
14 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm

40
41
42
43

untuk melawan gagasan-gagasan Barat. Menurut Buruma (2004), oksidentalisme bukan
bicara tentang kebencian terhadap kebijakan-kebijakan Barat, namun namun tentang
kebencian atas ide- ide Barat itu sendiri15
Diterangkan bahwa ada beberapa model pendekatan kajian teks islam, yaitu:
Studi Qur’an. Karena salah satu definisi studi isla adalah keagamaan tradisional, maka
tentu saja dalam studi Islam ini ditekankan juga pada Al-Qur’an dan Hadis. Beberapa
pendekatan yang dilakukan adalah ; 1.Pendekatan I’jaz klasik,2. Pendekatan Sastra
Modern, 3. Pendekatan Tajdid, 4.Pendekatan Tahlili, 5. Pendekatan Semantik,dan 6.

Pendekatan Tematik.
Selain model itu, terdapat model pendekatan kajian teks Islam dengan Studi
Hadis. Hadis adalah sumber Islam kedua setelah Al-Qur’an. Dalam Hadis ada beberapa
yang perlu diperhatikan yaiutu Isnad, Matn,dan Sanad. Telah dicantumkan dibuku ini
beberapa pengkaji hadis, pertama adalah kajian Orientralisme terhadap Hadis, kajian ini
dapat dilihat dari pada studi yang dilakukan oleh Goldziher.
Ada perpedaan antara pendekatan sarjana hadis muslim dan sarjana hadis Barat,
sarjana hadis muslim menganggap bahwa hadis adalah sumber kedua setrelah al-Qur’an.
Dan hadis yang berasal dari kehidupan nabi ini layak untuk di tauladani dan diikuti tanpa
memandang waktu. Beda halnya dengan sarjana muslim Barat yang menganggap bahwa
semua itu tidak masuk akal.
Dalam Bab 6 menerangkan metode kajian Ilmu Kalam, kemunculan ilmu kalam
ini akibat dari kontorversi yang telah memecah belah komunitas Muslim pada masamasa awal. Dalam Ilmu kalam ini mengkaji ajaran-ajaran tentang keimanan Islam. Dalam
islam ini juga ada beberapa kelompok yaitu Hanafi, Hanbali, Syafi’I, dan Maliki.
Di buku ini juga mempelajari tentang Metode Kajian Tasawuf, Tasawuf dikenal
sebagai mistisisme Islam, yaitu upaya manusia untuk mendapatkan dan meraih
15 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 65

kebenaran. Untuk dapat memahami tasawuf sebagai sebagai sebyah kajian keislaman,
kita perlu menelusuri ajartan-ajaran yang dikemukakan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.
Seperti kta ketahui bersama, Islam mengemukakan tiga Domain utama kepedulian
manusia. Tiga domain tersebut yaitu tubuh, pikiran, dan jiwa, atau perbuatan,
pengetahuan dan wujud.16
Bab selanjutnya yang ada pada buku ini menjelaskan tentang metode kajian usul
fikh dan fikh. Diterangkan bahwa ushul fiqh dan fiqh memiliki hubungan yang sangat
erat, tak bisa dipisahkan satu sama lain. Dengan banyaknya madzhab yang ada timbulah
dua pendekatan untuk mempelajari ushul fiqh, yang pertama ialah pendekatan teoretis
ddan pendekatan deduktif. Perbedaan yang ada antara dua pendekatan ini ialah
orientasinya.
Bab ke 9 dalam buku ini menerangkan tentang metode hermeneutika, yaitu cara
bagaimana manusia mendekati Al-Qur’an, memaknainya, dan menafsirkannya. Dalam
metode hermeneutika pembebasan Juan Luis Segundo mendefinisikan hermeneutical
circle sebagai perubahan terus menerus dalam melakukan interpretasi terhadap kitab
suci yang yang dipandu oleh perubahan-perubahan berkesinambungan dalam realitas
masa kini, baik individu maupun masyarakat( Segundo, 1991:9).16 Hermeneutika
pendekatan Al-Qur’an ini berbeda dengan teologi Modern dan Tradisional. Perbedaan ini
terdapat dalam tiga aspek yaitu:1.perbedaan ini terdapat pada tempat penafsir, 2. Teologi
pembebasan hidup dalam kekerasan dan harapan, 3. Dilihat dari kebenaran sang penafsir
dan pemberi makna yang telah terlibat.
Di Bab 10 menerang kan tentang Studi Hibrida Filsafat Fondasionalisme dan
Hermeneutika. Disini dijelaskan bahwa tantangan-tantangan yang ada telah mengejutkan

16 Zakiyyudin Baidhawy,Studi Islam: Pendekatan dan Metode,hlm 171

berbagai macam pandangan-pandangan. Dan tafsir multicultural yang bisa
mempertahankan kontinuitas sejarah pemikiran dan kritisisme.
Untuk Bab 11 menerangkan tentang pendekatan multicultural terhadap
pendidikan agama, di Negara kita Indonesia terdapat beranega ragam agama, dengan
keberanekaragaman agama ini mempunya dampak yang baik dan juga tidak. Dampak
baik nya ialah timbulah dinamika yang baik dalam Negara ini, namun dampak buruknya
akan sering timbul garis pertengkaran di Negara ini. Pendekatan multicultural terhadap
agama dapat dilihat dari Pendidikan agama sebagai apparatus ideologis, Basis teologi
pendidikan multicultural, Pendidikan agama untuk perdamaian dan harmoni.
Bab 12 menjelaskan Kajian tentang Islam liberal, disini islam liberal berupaya
memperkuat shaf dan juga basis mereka sebagai counter discourse dari gerakan
pemberlakukan islam yang menjadi cita-cita islam revivalis.
Bab 13 menerangkan model kajian politik, pendekatn ini dilaksanakan dengan
berbagai macam pendekatan yaitu, pendekatan keamanan, pendekatan demokrasi, dan
pendekatan globalisasi.
Bab 14 memberi penjelasan tentang modern dan studi islam,untuk ini pendekatan
yang dilakukan ialah pendekatan ilmu sejarah, pendekatan sosiologis, pendekatan
antropologi dan etnografi, pendekatan fenomenologi,dan pendekatan arkeologi.

6. Keunggulan
Keunggulan yang ada pada buku ini adalah:
a. Penjelasan yang ada di buku Studi Islam ini sangat rinci.
b. Pembahasannya sangat menarik.
c. Memudahkan mahasiswa untuk mempelajari Studi Islam.
7. Kelemahan
Kelemahan yang terdapat pada buku ini:
a. Ada beberapa kalimat dan kata yang sulit di pahami.
8. Kesimpulan
Dari buku ini saya Yessica Al-Fawzia mendapatkan beberapa kesimpulan,
1. Disiplin Studi Islam bangkit atas motivasi para colonial yang bertujuan memahami
sumber-sumber rujukan dari negeri-negeri jajahan mereka.
2. Perkembangan studi islam dapat dilihat dari berbagai metode dan pendekatanpendekatannya.
3. Perkembangan Studi islam bukan hanya berkembang di negeri-negeri muslim,
melainkan juga di negeri non-muslim seperti Negara yang terdapat di Barat.
4. Karena perhatian orang Barat pada perluasan riset tentang islam, mereka mengalami 3
hal, yaitu: semakinmeningkatnya visibilitas generasi-generasi baru di muslim Barat,
arus migrasi yang terus mengalir, dan terorisme yang dipandang sebagai ancaman,
baik bagi Barat dan dunia Islam sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Baidhawy, Zakiyyudin. 2011.Studi Islam : Pendekatan dan Metode. Yogyakarta:Insan Madani.