PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN OUTDOOR. docx
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN OUTDOOR LEARNING
TEMA LINGKUNGAN SAHABAT KITA
DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS V
PROPOSAL TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan
Oleh
Novi Yuliyanti
0103513023
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR S2 (Kons. IPA)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Model pembelajaran diartikan sebagai pendekatan yang digunakan dalam
kegiatan
pembelajaran.
pembelajaran
yang
Model pembelajaran mengacu
akan
digunakan
pada pendekatan
termasuk didalamnya
tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar dan
pengelolaan kelas. Menurut (Trianto, 2007) model pembelajaran diartikan sebagai
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran tutorial.
Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman
belajar yang mengaitkan unsur-unsur konseptual baik didalam maupun antar mata
pelajaran akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terkait
dengan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa termasuk dalam katagori rendah,
hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan harian mata pelajaran IPA tahun pelajaran
2012/2013 terdapat 57,69% yang tidak mencapai KKM. Rendahnya prestasi
belajar siswa dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Nilai ulangan harian
No
1
2
3
4
5
6
Rentang Nilai Siswa
40 – 48
49 – 57
58 – 66
67 – 75
76 – 84
85 – 93
Jumlah siswa
1
4
11
6
3
1
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pemisahan mata pelajaran secara
tegas akan menimbulkan kesulitan bagi siswa
karena hanya akan memberikan
pengalaman belajar yang bersifat artificial atau pengalaman belajar yang dibuatbuat. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar
harus memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman
belajar tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh.
Karakteristik kurikulum 2013 adalah kompetensi dasar, didasarkan pada
prinsip akumulatif yaitu saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal). Kurikulum 2013 mengintegrasikan materi-materi dari berbagai mata
pelajaran, sedangkan struktur dari kurikulum 2013 adalah kompetensi inti
dirancang seiring dengan meningkatnya usia siswa pada kelas tertentu. Melalui
kompetensi inti, integrasi vertikal pada berbagai kompetensi dasar pada kelas
tertentu dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai
berikut: (1) kompetensi inti 1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual, (2)
kompetensi inti 2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial, (3) kompetensi inti 3
(KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, (4) kompetensi inti 4 (KI-4) untuk
kompetensi inti ketrampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah
(sciantific approach). Sciantific approach dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksudkan meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan untuk semua mata
pelajaran.
Menurut Depdikbud (1996: 3) bahwa model pembelajaran tematik adalah
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual
maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
secara holistik dan otentik. Namun demikian, masih banyak pihak yang belum
memahami dan mampu menerapkan model pembelajaran ini secara baik. Bahan
belajar tematik adalah suatu sarana/media bahan yang berisi cakupan materi dari
suatu bahasan materi yang terkait dengan masalah, dan kebutuhan lokal yang
dijadikan tema atau judul dan akan disajikan dalam proses pembelajaran di
kelompok belajar. Inti pembelajaran tematik, adalah untuk mengajak dan
menyadarkan warga belajar agar terlibat dalam masalah yang dihadapi terus
menerus (tetapi kurang disadari), yang sebenarnya mengganggu situasi dan
keadaan mereka. Oleh karena itu, langkah pertama yang mungkin dijalankan
adalah mengaitkan masalah-masalah yang menjadi kendala setiap saat, menjadi
potensi pembelajaran yang bermanfaat ke dalam proses pembelajaran keaksaraan
fungsional. Dengan demikian, siswa tidak saja hanya belajar tentang kata-kata
(CALISTUNG), tetapi juga diajak “membaca” dan berfikir tentang kehidupan
nyata yang sering dialami.
Penerapan Outdoor Learning adalah solusi untuk meningkatkan sikap ilmiah
dan rasa ingin tahu siswa tentang lingkungan sekitar sekolah. Suyadi
menyebutkan bahwa pembelajaran Outdoor Learning mempunyai banyak manfaat
bagi siswa karena kemasan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi
anak, serta pembelajaran tersebut lebih bermakna karena akan dihadapkan pada
situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami (Husamah, 2013: 25),
selain itu sumber belajar lebih variatif dan rekreatif sehingga siswa tidak jenuh
dan bosan dalam belajar serta siswa lebih bersemangat dan lebih berkonsentrasi
pada pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Outdoor Learning juga sebagai
wahana belajar siswa yang lebih luas sehingga siswa lebih mengenal dunia nyata
dan akan tertanam image pada diri siswa bahwa dunia sebagai kelas. Hal ini
didukung dengan asumsi convincing preservice teachers that they can affectively
teach science is another goal, the outdoor field experiences described in this
study can contibute to meeting these goals (Sarah, J.C &North. C, 2009: 10).
Outdoor Learning merupakan pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan
sikap ilmiah dan rasa ingin tahu pada siswa. Menurut UU No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen pasal 35 ayat 1: beban kerja guru mencakup kegiatan
pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil belajar, membimbing dan melatih peserta didik serta melaksanakan tugas
tambahan. Namun pada kenyataannya masih banyak kegiatan pembelajaran
didalam kelas, dimana guru hanya memaparkan teori-teori dan penjelasan yang
terdaspat dalam bahan ajar serta masih menggunakan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini akan dilakukan peningkatan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa
sesuai dengan indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Oleh karena itu dalam
upaya meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa dalam area pendidikan
di sekolah dasar yang berfokus pada siswa, maka penulis menyusun suatu
program untuk meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa, program ini
penulis
kemas
melalui
sebuah
judul
penelitian
yang
berjudul
“PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN OUTDOOR LEARNING
TEMA LINGKUNGAN SAHABAT KITA DENGAN METODE GROUP
INVESTIGATION DI KELAS V”.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dapat diidentifikasikan bahwa
sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa perlu diupayakan peningkatannya dalam
pengembangan model pembelajaran Outdoor Learning pada tema “Lingkungan
Sahabat Kita” dengan motode Group Investigation di kelas V.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah pada penelitian
ini adalah pengembangan model pembelajaran Outdoor Learning pada tema
“Lingkungan Sahabat Kita” untuk siswa kelas V. Pada setiap sub tema akan
dikembangkan indikator dan kisi-kisi pernyataan yang sesuai dengan Outdoor
Learning. Penelitian ini hanya mengembangkan model pembelajaran Outdoor
Learning dengan tema “Lingkungan Sahabat Kita”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, yang menjadi rumusan
masalah adalah:
1.4.1
Bagaimana mengembangkan pembelajaran Outdoor Learning pada
pembelajaran tematik di SD kelas V?
1.4.2
Bagaimana korelasi mengembangkan pembelajaran Outdoor Learning
dapat meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa kelas V?
1.4.3
Bagaimana efektifitas mengembangkan pembelajaran Outdoor Learning
diimplementasikan pada tema “Lingkungan Sahabat Kita”?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini ada dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
penelitian ini adalah menghasilkan suatu model pembelajaran outdoor learning
dengan menggunakan metode group investigation tema lingkungan sahabat kita
untuk meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa. Tujuan khususnya
adalah:
1.5.1
Mengetahui proses penerapan pembelajaran tematik di SD.
1.5.2
Adanya peningkatan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa SD melalui
penerapan pembelajaran Outdoor Learning.
1.5.3
Untuk mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran Outdoor Learning
pada tema “Lingkungan Sahabat Kita”.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1
Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi pada penerapan model pembelajaran Outdoor
Learning khususnya pada pembelajaran tematik di SD sebagai upaya
membantu meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa.
1.6.2
Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi siswa diharapkan menjadi bahan masukan dalam meningkatkan sikap
ilmiah dan rasa ingin tahu.
1.6.2.2 Bagi guru diharapkan mengakomodasi pembelajaran tematik untuk
membantu siswa dalam meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu.
1.6.2.3 Bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran
bagi
para
guru
pendidikan
dasar
untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran.s
1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Outdoor Learning
dengan metode group investigation yang terimplementasi dalam silabus, RPP,
bahan ajar dan alat evaluasi (tes hasil belajar).
1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1.8.1
Asumsi
Pengembangan
pembelajaran
Outdoor
Learning
berupa
model
pengembangan model pembelajaran untuk mengetahui peningkatan sikap
ilmiah dan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran tematik di SD.
1.8.2
Keterbatasan
1.8.2.1 Subjek yang dijadikan penelitian adalah siswa kelas V SD, sehingga hasil
penelitian belum tentu sama ketika diujikan dalam kelas dan sekolah yang
berbeda.
1.8.2.2 Keterbatasan Evaluasi Penerapan Program
Evaluasi dalam penelitian ini menggunakan data tes dan non tes. Data tes
meliputi pretest, test dan postest, sedangkan data non tes meliputi
wawancara, angket dan observasi. Sehingga perubahan sikap ilmiah dan
rasa ingin tahu dalam lingkungan yang berbeda dikehidupan sehariharinya belum dapat diketahui.
TEMA LINGKUNGAN SAHABAT KITA
DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS V
PROPOSAL TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan
Oleh
Novi Yuliyanti
0103513023
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR S2 (Kons. IPA)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Model pembelajaran diartikan sebagai pendekatan yang digunakan dalam
kegiatan
pembelajaran.
pembelajaran
yang
Model pembelajaran mengacu
akan
digunakan
pada pendekatan
termasuk didalamnya
tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar dan
pengelolaan kelas. Menurut (Trianto, 2007) model pembelajaran diartikan sebagai
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran tutorial.
Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman
belajar yang mengaitkan unsur-unsur konseptual baik didalam maupun antar mata
pelajaran akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terkait
dengan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa termasuk dalam katagori rendah,
hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan harian mata pelajaran IPA tahun pelajaran
2012/2013 terdapat 57,69% yang tidak mencapai KKM. Rendahnya prestasi
belajar siswa dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Nilai ulangan harian
No
1
2
3
4
5
6
Rentang Nilai Siswa
40 – 48
49 – 57
58 – 66
67 – 75
76 – 84
85 – 93
Jumlah siswa
1
4
11
6
3
1
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pemisahan mata pelajaran secara
tegas akan menimbulkan kesulitan bagi siswa
karena hanya akan memberikan
pengalaman belajar yang bersifat artificial atau pengalaman belajar yang dibuatbuat. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar
harus memperhatikan karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman
belajar tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh.
Karakteristik kurikulum 2013 adalah kompetensi dasar, didasarkan pada
prinsip akumulatif yaitu saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal). Kurikulum 2013 mengintegrasikan materi-materi dari berbagai mata
pelajaran, sedangkan struktur dari kurikulum 2013 adalah kompetensi inti
dirancang seiring dengan meningkatnya usia siswa pada kelas tertentu. Melalui
kompetensi inti, integrasi vertikal pada berbagai kompetensi dasar pada kelas
tertentu dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai
berikut: (1) kompetensi inti 1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual, (2)
kompetensi inti 2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial, (3) kompetensi inti 3
(KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, (4) kompetensi inti 4 (KI-4) untuk
kompetensi inti ketrampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah
(sciantific approach). Sciantific approach dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksudkan meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan untuk semua mata
pelajaran.
Menurut Depdikbud (1996: 3) bahwa model pembelajaran tematik adalah
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual
maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
secara holistik dan otentik. Namun demikian, masih banyak pihak yang belum
memahami dan mampu menerapkan model pembelajaran ini secara baik. Bahan
belajar tematik adalah suatu sarana/media bahan yang berisi cakupan materi dari
suatu bahasan materi yang terkait dengan masalah, dan kebutuhan lokal yang
dijadikan tema atau judul dan akan disajikan dalam proses pembelajaran di
kelompok belajar. Inti pembelajaran tematik, adalah untuk mengajak dan
menyadarkan warga belajar agar terlibat dalam masalah yang dihadapi terus
menerus (tetapi kurang disadari), yang sebenarnya mengganggu situasi dan
keadaan mereka. Oleh karena itu, langkah pertama yang mungkin dijalankan
adalah mengaitkan masalah-masalah yang menjadi kendala setiap saat, menjadi
potensi pembelajaran yang bermanfaat ke dalam proses pembelajaran keaksaraan
fungsional. Dengan demikian, siswa tidak saja hanya belajar tentang kata-kata
(CALISTUNG), tetapi juga diajak “membaca” dan berfikir tentang kehidupan
nyata yang sering dialami.
Penerapan Outdoor Learning adalah solusi untuk meningkatkan sikap ilmiah
dan rasa ingin tahu siswa tentang lingkungan sekitar sekolah. Suyadi
menyebutkan bahwa pembelajaran Outdoor Learning mempunyai banyak manfaat
bagi siswa karena kemasan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi
anak, serta pembelajaran tersebut lebih bermakna karena akan dihadapkan pada
situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami (Husamah, 2013: 25),
selain itu sumber belajar lebih variatif dan rekreatif sehingga siswa tidak jenuh
dan bosan dalam belajar serta siswa lebih bersemangat dan lebih berkonsentrasi
pada pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Outdoor Learning juga sebagai
wahana belajar siswa yang lebih luas sehingga siswa lebih mengenal dunia nyata
dan akan tertanam image pada diri siswa bahwa dunia sebagai kelas. Hal ini
didukung dengan asumsi convincing preservice teachers that they can affectively
teach science is another goal, the outdoor field experiences described in this
study can contibute to meeting these goals (Sarah, J.C &North. C, 2009: 10).
Outdoor Learning merupakan pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan
sikap ilmiah dan rasa ingin tahu pada siswa. Menurut UU No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen pasal 35 ayat 1: beban kerja guru mencakup kegiatan
pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai
hasil belajar, membimbing dan melatih peserta didik serta melaksanakan tugas
tambahan. Namun pada kenyataannya masih banyak kegiatan pembelajaran
didalam kelas, dimana guru hanya memaparkan teori-teori dan penjelasan yang
terdaspat dalam bahan ajar serta masih menggunakan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini akan dilakukan peningkatan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa
sesuai dengan indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Oleh karena itu dalam
upaya meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa dalam area pendidikan
di sekolah dasar yang berfokus pada siswa, maka penulis menyusun suatu
program untuk meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa, program ini
penulis
kemas
melalui
sebuah
judul
penelitian
yang
berjudul
“PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN OUTDOOR LEARNING
TEMA LINGKUNGAN SAHABAT KITA DENGAN METODE GROUP
INVESTIGATION DI KELAS V”.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dapat diidentifikasikan bahwa
sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa perlu diupayakan peningkatannya dalam
pengembangan model pembelajaran Outdoor Learning pada tema “Lingkungan
Sahabat Kita” dengan motode Group Investigation di kelas V.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah pada penelitian
ini adalah pengembangan model pembelajaran Outdoor Learning pada tema
“Lingkungan Sahabat Kita” untuk siswa kelas V. Pada setiap sub tema akan
dikembangkan indikator dan kisi-kisi pernyataan yang sesuai dengan Outdoor
Learning. Penelitian ini hanya mengembangkan model pembelajaran Outdoor
Learning dengan tema “Lingkungan Sahabat Kita”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, yang menjadi rumusan
masalah adalah:
1.4.1
Bagaimana mengembangkan pembelajaran Outdoor Learning pada
pembelajaran tematik di SD kelas V?
1.4.2
Bagaimana korelasi mengembangkan pembelajaran Outdoor Learning
dapat meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa kelas V?
1.4.3
Bagaimana efektifitas mengembangkan pembelajaran Outdoor Learning
diimplementasikan pada tema “Lingkungan Sahabat Kita”?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini ada dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
penelitian ini adalah menghasilkan suatu model pembelajaran outdoor learning
dengan menggunakan metode group investigation tema lingkungan sahabat kita
untuk meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa. Tujuan khususnya
adalah:
1.5.1
Mengetahui proses penerapan pembelajaran tematik di SD.
1.5.2
Adanya peningkatan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa SD melalui
penerapan pembelajaran Outdoor Learning.
1.5.3
Untuk mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran Outdoor Learning
pada tema “Lingkungan Sahabat Kita”.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1
Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi pada penerapan model pembelajaran Outdoor
Learning khususnya pada pembelajaran tematik di SD sebagai upaya
membantu meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu siswa.
1.6.2
Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi siswa diharapkan menjadi bahan masukan dalam meningkatkan sikap
ilmiah dan rasa ingin tahu.
1.6.2.2 Bagi guru diharapkan mengakomodasi pembelajaran tematik untuk
membantu siswa dalam meningkatkan sikap ilmiah dan rasa ingin tahu.
1.6.2.3 Bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran
bagi
para
guru
pendidikan
dasar
untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran.s
1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Outdoor Learning
dengan metode group investigation yang terimplementasi dalam silabus, RPP,
bahan ajar dan alat evaluasi (tes hasil belajar).
1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1.8.1
Asumsi
Pengembangan
pembelajaran
Outdoor
Learning
berupa
model
pengembangan model pembelajaran untuk mengetahui peningkatan sikap
ilmiah dan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran tematik di SD.
1.8.2
Keterbatasan
1.8.2.1 Subjek yang dijadikan penelitian adalah siswa kelas V SD, sehingga hasil
penelitian belum tentu sama ketika diujikan dalam kelas dan sekolah yang
berbeda.
1.8.2.2 Keterbatasan Evaluasi Penerapan Program
Evaluasi dalam penelitian ini menggunakan data tes dan non tes. Data tes
meliputi pretest, test dan postest, sedangkan data non tes meliputi
wawancara, angket dan observasi. Sehingga perubahan sikap ilmiah dan
rasa ingin tahu dalam lingkungan yang berbeda dikehidupan sehariharinya belum dapat diketahui.