PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA OPTIMALISA. doc

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

OPTIMALISASI PERAN PENGAMBA’ UNTUK PENINGKATKAN
NILAI TUKAR NELAYAN DALAM PEMBENTUKAN
KAWASAN MINAPOLITAN PONDOK MIMBO
BIDANG KEGIATAN:
PKM GT

Diusulkan Oleh :
Shanty Anitasari.

(NIM. 101510601010)

EntriYhonita

(NIM. 101510601012)

UNIVERSITASJEMBER
JEMBER
2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
PKM-GT (Program Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis) yang berjudul
“Optimalisasi Peran Pengamba’ Untuk Peningkatkan Nilai Tukar Nelayan dalam
Pembentukan Kawasan Minapolitan Pondok Mimbo” dengan baik. Tulisan ini
disusun sebagai usulan PKM-GT tahun 2013.
Dengan terselesaikannya PKM-GT ini, kami mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung penulisan gagasan tertulis
ini yakni kepada :
1. Bapak Aryo Fajar S, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing selama penyusunan
gagasan ini.
2. Orang tua penulis yang selalu member dukungan dan doanya
3. Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut andil dalam penyelesaian
gagasan tertulis ini
Demikian PKM-GT yang telah kami susun.Kami berharap, gagasan yang
kami tulis memiliki potensi dan manfaat untuk dikembangkan lebih lanjut bagi
pembaca. Namun, kami selaku penulis juga menyadari banyak kekurangan,
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.


Jember, 22 Maret 2013

Penulis

HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1.
2.
3.

Judul Kegiatan : Optimalisasi Peran Pengamba’
Untuk Peningkatkan Nilai Tukar
Nelayan dalam Pembentukan Kawasan Minapolitan Pondok Mimbo
Bidang Kegiatan
: ( ) PKM-AI
(√ ) PKM-GT
Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan

d. Universitas
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
f. Alamat email

: Shanty Anitasari
: 101510601010
: Agribisnis
: Universitas Jember
: Jl.Kalimantan X/1 Jember
: [email protected]

4.

Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis

: 1 Orang

5.

Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP
c. AlamatRumah dan No Tel./HP

: Aryo Fajar S, S.P., M.Si.
: 197401161999031001
:

Jember, 22 Maret 2013
Menyetujui
Ketua Program Studi Agribisnis

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Dr. Ir. Evita Soliha Hani, MP)
NIP. 196309031990022201

(Shanty Anitasari)
NIM. 101510601010


Pembantu Rektor Bidang
Kemahasiswaan Universitas Jember

Dosen Pendamping

(Drs. Andang Subaharianto, M.Hum.)
NIP. 196504171990021001

(Aryo Fajar S, S.P., M.Si.)
NIP. 196505281990031001

OPTIMALISASI PERAN PENGAMBA’ UNTUK PENINGKATKAN

NILAI TUKAR NELAYAN DALAM PEMBENTUKAN
KAWASAN MINAPOLITAN PONDOK MIMBO
Shanty Anitasari, Entri Yhonita
Universitas Jember
Fakultas Pertanian
Jl. Kalimantan III/23 Jember
RINGKASAN

Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari
perairan. Dalam kehidupan nelayan Jawa dan Madura, peran pengamba’ tidak
bisa dianggap remeh. Pengamba’ telah memiliki kedekatan secara ekonomi dan
sosial dengan nelayan Jawa dan Madura. Sebagai agen informal dalam penyedia
modal dan agen pemasaran, pengamba’ diharapkan tidak mengambil keuntungan
terlampau besar sehingga dapat merugikan nelayan. Pembentukan kawasan
minapolitan dan penetapan resi gudang diharapkan mampu memposisikan
pengamba’ dalam posisi yang tepat dan tetap berguna secara fungsional sehingga
kedekatan yang selama ini terjalin antara nelayan dan pengamba’ tidak hilang
begitu saja. Sistem resi gudang juga dimasukkan dalam sistem minapolitan ini.
Selain itu untuk meningkatkan pendapatan daerah juga perlu dibangun industri
pengolahan hasil laut yang menggunakan tenaga kerja wanita dari warga lokal.
Hasil olahan dari produk laut juga bisa dijadikan sebagai produk khas yang
menjaring konsumen yang melewati jalur pantai utara sepanjang garis pantai
pondok Mimbo.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, memiliki garis pantai
sepanjang 81.000 kilometer dan terdiri dari sekitar 17.500 buah pulau yang
tersebar di sekitar garis khatulistiwa. Orientasi pembangunan masih lebih banyak

diarahkan ke daratan daripada orientasi pembangunan ke arah perairan lautan atau
seaward oriented development. Luas laut Indonesia 5,8 juta km2 atau 2/3 luas
wilayah RI dan panjang pantai 95.181 km, tetapi Produk Domestik Bruto
perikanan baru mencapai 2,2%-2,6%. Potensi sumberdaya perikanan tangkap 6,4
juta ton per tahun, namun nelayan masih miskin, Produksi perikanan tangkap di
laut sekitar 4,7 ton per tahun, tapi tangkapan yang diperbolehkan (total allowable
catch) maksimum 5,2 juta ton per tahun, atau hanya tersisa 0.5 juta ton per tahun
(Sunoto, 2010).

Potensi strategis yang perlu dimanfaatkan secara optimal adalah kekayaan
laut. Subsektor perikanan memberikan kontribusi yang besar terhadap nilai
tambah di sektor pertanian. Sektor perikanan laut ini mampu menyerap tenaga
kerja yang cukup banyak bagi masyarakat di sepanjang pantai. Kecamatan
Banyuputih memiliki potensi pengembangan daerah pesisir utara yang bernama
Pondok Mimbo. Kecamatan Banyuputih merupakan daerah yang paling banyak
menghasilkan tangkapan ikan yaitu sebesar 3.007,22 ton sedangkan kecamatan
Arjasa merupakan daerah terendah dalam produksi perikanan tangkap yaitu
sebesar 1,60 ton (Anonim, 2010).
Kebutuhan hidup nelayan tidak terlepas dari modal uang. Sejak lama
pengamba’ sudah menjadi pihak lembaga informal yang turut membantu nelayan

dalam memenuhi kebutuhannya. Dominasi peran pengamba’ dan institusi
keuangan informal lainnya sebagai sumber permodalan yang banyak ditemukan
pada budaya nelayan Madura khususnya di wilayah pesisir Pondok Mimbo
Kecamatan Banyuputih Situbondo. Pengamba’ menjadi sarana tumpuan bagi
kehidupan nelayan karena nelayan mendapatkan modal pinjaman dengan
kemudahan-kemudahan antara lain prosedur peminjaman tidak birokratis, jangka
pengembalian relatif lama, tidak ada angsuran rutin dan tanpa agunan sehingga
nelayan kecil tidak memilih lembaga keuangan formal atas dasar adanya agunan
tadi. Adanya ikatan emosional antara nelayan dan pengamba’ membuat hubungan
saling ketergantungan antara peranan pengamba’ sebagai penyedia modal dan
pihak pemasaran hasil tangkapan ikan nelayan. Berdasarkan fenomena di atas,
konsep minapolitan dibentuk untuk menyatukan sebuah sistem baru sosial budaya
ekonomi nelayan modern untuk turut memberi peran dari pengamba’. Hasil
tangkapan nelayan dibawa ke

yang kemudian masuk ke sistem resi gudang

perikanan untuk proses penyortiran. Kemudian hasil tangkapan tersebut dapat
diketahui standar mutunya sehingga pengamba’ berperan dalam memasarkan baik
ke eksportir maupun pihak swasta sehingga nelayan juga dapat meningkatkan

pendapatannya melalui penetuan standar mutu hasil tangkapan ikan.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan

1. Peningkatan nilai tukar nelayan dikawasan minapolitan
2. Memposisikan pengamba’ sebagai bagian dari pemasaran yang memiliki
peranan lebih baik dari sebelumnya
Manfaat
1. Diharapkan dapat memberi dampak positif bagi nelayan dalam berpartisipasi
dalam pembentukan konsep minapolitan dan berjalannya sistem resi gudang
dalam peningkatan nilai tukar nelayan.
2. Diharapkan menjadi acuan bagi peneliti untuk penelitian selanjutnya
3. Diharapkan menjadi acuan kebijakan ekonomi perikanan bagi pemerintah
dalam menentukan kebijakan selanjutnya.
GAGASAN
Kondisi Terkini
Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh nelayan di Indonesia
adalah modal untuk menjalankan proses operasional dari pembelian sarana
prasaran produksi, biaya perbaikan dan pemeliharaan sarana prasara penangkapan,
biaya untuk melakukan kegiatan operasional harian setiap kali melaut sampai

pemasaran hasil tangkapan yang seringkali fluktuatif sehingga merugikan nelayan.
Hal ini juga dialami oleh sebagian besar nelayan di kawasan pesisir Pondok
Mimbo Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo.
Kegiatan mencari ikan nelayan Desa Sumberanyar Kecamatan Banyuputih yang
seluruhnya atau setidaknya 98% bersuku Madura dilakukan dengan menggunakan
perahu berukuran kurang lebih 3-5 meter dengan bahan bakar solar.

Solusi yang pernah diajukan
Sistem kerja nelayan buruh atau nelayan kecil di wilayah pesisir Pondok
Mimbo adalah mengandalkan peranan pengamba’ sebagai penyedia modal. Peran
pengamba’ sangat lah membudaya pada masyarakat nelayan di pesisir Pondok
Mimbo. Pada kenyataannya tidak terdapat lembaga keuangan formal yang mampu
memberikan pinjaman kepada nelayan tanpa bunga. Selain itu lembaga keuangan
tidak bersedia memberikan pinjaman kepada nelayan karena sebagian besar

nelayan tidak memiliki cukup jaminan kepada lembaga keuangan formal. Maka
peranan pengamba’ sangat penting karena dengan sistem jaminan kompensasi
yang diberlakukan oleh pengamba’ kepada nelayan, nelayan sudah pasti bisa
mendapatkan hasil penjualan dari hasil tangkapannya. Disatu sisi pengamba’ juga
tidak akan menjadi renternir yang menarik kembali pinjaman yang diberikan

apabila nelayan tidak memperoleh tangkapan dari hasil melaut. Pengamba’ akan
menunggu

hasil

tangkapan

nelayan

pada

hari

berikutnya

untuk

bisa

mengembalikan pinjaman dari pengamba’. Pada dasarnya pengamba’ adalah
perantara dari nelayan kepada pembeli atau dalam bahasa umum disebut makelar.
Sistem kerja pengamba’ adalah mengambil 10-20% keuntungan dari hasil ikan
tangkapan nelayan yang disalurkan pengamba’ kepada pembeli. Sistem ini juga
sangat disetujui dan dipahami oleh nelayan karena dengan adanya pengamba’,
nelayan tidak perlu lagi mencari pasar agar tangkapannya dapat terjual. Selain itu
besaran kompensasi yang diterapkan pengamba’ dianggap nelayan sebagai
besaran yang wajar sebagai bentuk balasan atas jasa yang diberikan oleh
pengamba’.
Dilain sisi kontroversi terjadi dimana pihak yang kontra dengan
pengamba’ beranggapan bahwa pengamba’ hanya mengekang kebebasan nelayan
untuk menetukan luasan pasar nelayan dan juga memotong keuntungan dari
nelayan. Pengamba’ pada prosesnya memang menjadi suatu lembaga informal
yang muncul sebagai pihak yang memiliki modal lalu menawarkan pinjaman
kepada nelayan tanpa modal dengan syarat hasil tangkapan nelayan harus
melewati pengamba’. Untuk itu peningkatan nilai tukar nelayan perlu ditingkatkan
dengan optimalisasi peranan pengamba’. Sistem kerja pengamba’ pada
kenyataannya tidak bisa dirubah menjadi suatu lembaga keuangan formal karena
berbagai keterbatasan seperti sumberdaya manusia maupun dari sisi fasilitas.
Gagasan yang Diajukan
Pembangunan wilayah pesisir Pondok Mimbo dapat diwujudkan dengan
dibentuknya kawasan perikanan atau Minapolitan. Pesisir Pondok Mimbo Desa
Sumberanyar Kecamatan Banyuputih, merupakan wilayah administrasi dari
Kabupaten Situbondo yang terletak sekitar 38 Km kearah timur dari pusat

pemerintahan. Wilayah ini berbatasan dengan Selat Bali disebelah timur, Sebelah
Selatan dengan Kabupaten Banyuwangi, Sebelah Utara dengan Selat Madura, dan
Sebelah Barat dengan Kecamatan Asembagus. Wilayah ini dapat dikembangkan
menjadi kawasan Minapolitan kerena secara georgafis wilayah ini memiliki letak
yang sangat strategis karena menjadi bagian dari jalur pantai utara untuk menuju
Kabupaten Banyuwangi. Jalur ini sangat ramai dilewati kendaraan dari arah
Surabaya menuju Banyuwangi atau Bali. Dengan kondisi jalan yang cukup baik,
pengembangan kawasan Minapolitan dapat dibentuk memanfaatkan kegiatan arus
lalu lintas ini. Selain itu fasilitas cold storage juga telah tersedia namun kurang
termaksimalkan. Data perikanan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 60%
berasal dari Kecamatan Banyuputih. Sehingga pembentukan kawasan Minapolitan
merupakan suatu hal yang harapannya mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di pesisir Pondok Mimbo.
Kawasan Minapolitan yang dibentuk terdiri dari berbagai 3 bagian utama
yaitu kawasan produksi, kawasan pengolahan dan kawasan pemasaran. Kawasan
produksi adalah wilayah pesisir pantai Pondok Mimbo sebagai wilayah yang
memasok hasil pokok utama yaitu berbagai macam ikan dan hasil laut lainnya.
Hasil tangkapan dan budidaya nelayan selanjutnya akan masuk kedalam sistem
resi gudang perikanan. Sistem resi gudang perikanan akan diberlakukan setalah
pengumpulan hasil tangkapan laut untuk selanjutnya dilakukan proses
penyortiran. Setelah melewati sistem resi gudang perikanan maka kumpulan hasil
tangkapan nelayan akan akan tersegmentasi sesuai dengan kualitas dan kuantitas
tertentu. Disinilah peranan pengamba’ kembali muncul untuk memasarkan
tangkapan nelayan sesuai dengan hasil resi gudang perikanan. Hasil tangkapan
nelayan dengan kualitas yang terbaik akan diutamakan sebagai komoditas yang
akan diekspor. Kegiatan ekspor menjadi prioritas utama karena sektor perikanan
memiliki sifat kebalikan dari komoditas pertanian. Komoditas perikanan dengan
kualitas terbaik akan memiliki harga tinggi dipasar internasional apabila dikirim
dalam keadaan segar. Nelayan harus dapat menangani hasil tangkapannya dengan
perlakuan yang baik tanpa cacat sehingga tangkapan mereka bernilai jual tinggi.
Tujuan kegiatan ekspor juga untuk mengoptimalkan fasilitas cold storage yang
telah ada. Sebaliknya hasil tangkapan nelayan dengan mutu dibawah ekspor

sebagian akan dijual dipasaran lokal dalam keadaan segar dan sebagian besar
masuk kedalam agroindustri untuk diolah. Pengolahan hasil tangkapan nelayan
wajib dilakukan sebagai bentuk konsistensi atas kawasan minapolitan yang
dibagun. Adanya produk olahan ikan dimaksudkan untuk menciptakan
karakteristik khusus di Pesisir Pondok Mimbo. Produk olahan ikan yang dapat
menjadi pilihan alternatif warga diantaranya abon ikan, frozen food (bakso ikan,
nugget, otak-otak, tempura), krupuk ikan, olahan rumput laut (dodol, permen),
dan juga stand rumah makan yang menjual masakan berbahan dasar ikan.
Agroindustri yang dibangun memanfaatkan tenaga kerja wanita sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran. Produk olahan hasil agroindustri di kawasan
minapolitan pesisir Pondok Mimbo dapat dijual melalui stand pemasaran
disepanjang jalan raya arus transportasi penghubung Kabupaten Banyuwangi
dengan pusat pemerintahan Jawa timur Surabaya, sebagai produk khas produksi
Kabupaten Situbondo khususnya pesisir Pondok Mimbo. Selain itu produk olahan
ini juga harus bisa dijual sampai keluar wilayah Situbondo, karena dengan
perluasan pasar maka dapat mendukung proses penjaringan konsumen.
Sebagai ujung tombak dari kegiatan usaha, kawasan pemasaran
memanfaatkan posisi paling terdepan dengan akses jalan raya. Kegiatan
pemasaran harus mampu melaksakan hubungan baik dengan pihak swasta.
Peranan pemerintah daerah dalam hal perijinan harus dapat muncul karena untuk
melakukan usaha yang berkembang dan legal dibutuhkan perijinan yang baik.
Perijinan legal adalah bentuk independensi dari masyarakat pesisir Pondok
Mimbo karena dengan terbentuknya perijinan yang legal berarti masyarakat dapat
memenuhi standart dan kualitas pasaran contohnya dalam hal kesehatan,
kehalalan, dan merek.
Berdasarkan pola kerja Minapolitan di Pesisir Pondok Mimbo terdapat 3
alur kerja dari nelayan untuk sampai kepada konsumen. Hasil tangkapan nelayan
akan masuk ke sistem seri gudang perikanan untuk menentukan kualitas dan
kuantitas tertentu. Hasil resi gudang perikanan akan dibedakan dalam dua segmen
yaitu kualitas ekspor dan non ekspor. Setelah melewati sistem ini pengamba’ akan
menjualkan hasil tangkapan nelayan dengan sistem kompensasi yang lebih tinggi
disisi nelayan. Sedangkan hasil resi gudang yang tidak layak ekspor akan masuk

kealur dua untuk dijual kepasar dalam kedaan segar atau masuk kealur 3 utuk
diolah dalam agroindustri. Dengan konsep Minapolitan diharapkan pembangunan
sektor kelautan dan perikanan di Pesisir Pondok Mimbo dapat dilaksanakan secara
terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi. Hasil yang diperoleh
dengan dibangunnya kawasan ini adalah kemandirian nelayan dari pengamba’
serta peningkatan kesejahteraan dari aspek sosial ekonomi. Dalam konteks global,
konsep kawasan Minapolitan pesisir Pondok Mimbo dapat mendukung kemajuan
perekonomian kabupaten bahkan nasonal.
Pihak-Pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan
a. Pemerintah. Pemerintah diharapkan mendukung terlaksananya gagasan ini
dengan baik, misalnya pemerintah membantu dalam pelatihan warga dalam
pendirian industri pengolahan hasil laut dan juga menerapkan sistem resi
gudang dalam kawasan minapolitan pondok mimbo.
b. Masyarakat. Masyarakat adalah unsur utama yang sangat penting dalam
terlaksananya gagasan ini. Masyarakat dalam hal ini terdiri dari bagian-bagian
pelaksana berdirinya kawasan minapolitan seperti nelayan, pengamba’, dan
warga lainnya seperti produsen produk olahan laut. Masyarakat harus mampu
berperan dalam sistem secara proporsional dan memberikan manfaat yang baik
bagi komponen minapolitan yang lainnya.
c. Peneliti. Peneliti berusaha membuat sesuatu yang baru dan berguna bagi
masyarakat luas. Peneliti menawarkan konsep minapolitan untuk menjadikan
kawasan Pondok Mimbo sebagai wilayah yang terdiri dari wilayah pemasok
produk laut yang nantinya bisa menjual produk tersebut secara segar dan juga
diolah sebagai produk khas dari kawasan ini.
Langkah-Langkah yang Dapat Dicapai
a. Kegiatan sosialisasi, kegiatan ini dilakukan agar masyarakat mulai mengenal
dan memahami pentingnya pemosisian tiap bagian dalam sistem minapolitan
secara proporsional.
KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan

Konsep Minapolitan dapat berjalan dengan baik jika lembaga terkait dapat
melakukan pemberdayaan kepada nelayan dan pengamba’. Peranan strategis
pengamba’ dalam aktivitas sosial ekonomi budaya masyarakat pesisir Pondok
Mimbo berupa lembaga non informal sekaligus memasarkan produk hasil
tangkapan nelayan yang telah melalui proses sistem resi gudang perikanan. Hal ini
dapat meningkatkan nilai tukar nelayan karena nelayan akan termotivasi agar hasil
tangkapannya bermutu tinggi. Baik nelayan dan pengamba’ sama-sama
memperoleh keuntugan.
Teknik Implementasi yang Akan Dilakukan
Strategi yang dilakukan untuk membentuk kawasan
Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh
Hasil yang diperoleh dari pembentukan kawasan minapolitan diwilayah ini
adalah

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo.
http://kecbanyuputih.wordpress.com/. [21 November 2012]
Sunoto. 2010. Arah Kebijakan Pengembangan Konsep Minapolitan di Indonesia.
bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/edisi2%20pdf2c.pdf.
[21
November 2012]

LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup Pelaksana Kegiatan
Nama

: Shanty Anitasari

NIM

: 101510601010

Tempat/ tanggal lahir : Situbondo, 20 Juli 1992
Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Perempuan

Jur/Fak/PT

: Agribisnis/Pertanian/Universitas Jember

Alamat Asal

: Jl.Diponegoro IV/1 Situbondo

Alamat di Jember

: Jl. Kalimantan X/1 Jember

Email/ No HP

: [email protected]/085236425064

Riwayat Pendidikan

No
1

Sekolah
SDN 4 Dawuhan

Tahun
1998-2004

2

SMP Negeri 1 Situbondo

2004-2007

3

SMA Negeri 1 Situbondo

2007-2010

4

Universitas Jember

2010-sekarang

Kegiatan Kemahasiswaan yang Pernah Diikuti:
-

Sekretaris Umum LPMP Plantarum Fakultas Pertanian 2011/2012

-

Anggota Bidang Penalaran Keilmuan HMJ HIMASETA Fakultas
Pertanian Universitas Jember

-

Studio Tiban Suluh Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Jember
Tertanda,

Shanty Anitasari
NIM.101510601010

Daftar Riwayat Hidup AnggotaPelaksana Kegiatan
Nama

: Entri Yhonita

NIM

: 101510601012

Tempat/ tanggal lahir : Banyuwangi 24 Januari 1992
Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Perempuan

Jur/Fak/PT

: Agribisnis/Pertanian/Universitas Jember

Alamat Asal

: Perum PJKA 12 Ketapang Banyuwangi

Alamat di Jember

: Jl. Kalimantan II/6C Jember

Email/ No HP

: [email protected]/087857442303

Riwayat Pendidikan

No
1

Sekolah
SDN 1 Ketapang

Tahun
1998-2004

2

SMP Negeri 1 Banyuwangi

2004-2007

3

SMA Negeri 1 Glagah

2007-2010

4

Universitas Jember

2010-sekarang

Kegiatan Kemahasiswaan yang Pernah Diikuti:
-

Anggota Paduan Suara Chorus Rusticarum

-

Anggota HMJ HIMASETA Fakultas Pertanian Universitas Jember

-

Asisten Laboraturium Manajemen Agribisnis Prodi Agribisnis UNEJ
Tertanda,

Entri Yhonita
NIM.101510601012