IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN PKn (STUDI PADA SMA NEGERI 6 PALU) | Bio | EDU CIVIC 8882 29152 1 PB
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES
PEMBELAJARAN PKn (STUDI PADA SMA NEGERI 6 PALU)
Arfian Ramadan Bio1 Kaharuddin Nawing2 Amran Mahmud3
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi penanaman
nilai-nilai demokrasi dalam proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 6 Palu dan
untuk mengetahui bagaimana perwujudan nilai-nilai demokrasi pada siswa dalam
proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 6 Palu. Penelitian ini menggunakan
model deskriptif kualitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI, guru PKn, dan pimpinan SMA Negeri 6 Palu. Sampelnya adalah kelas XI IPA
1 yang berjumlah 21 orang siswa dengan teknik purposive sampling. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan strategi penanaman nilai-nilai
demokrasi yang diterapkan guru dalam pembelajaran PKn di kelas XI IPA 1
dilakukan melalui dua strategi. Pertama, melalui konten materi pelajaran yang
mencakup Hak Asasi Manusia, perilaku budaya demokrasi, persamaan kedudukan
warga negara, dan tahap-tahap pembuatan perjanjian internasional. Kedua,
melalui metode yang pembelajaran yang bervariasi yaitu ceramah, tanya jawab,
diskusi kelompok, dan diskusi kelas. Perwujudan nilai-nilai demokrasi yang
tampak dan diserap oleh siswa adalah toleransi, kerjasama, saling menghormati,
kebebasan berpendapat, dan kepercayaan diri di dalam kelas maupun di
lingkungan sekolah. Dapat disimpulkan bahwa implementasi nilai-nilai demokrasi
melalui berbagai metode pembelajaran dapat menjadikan siswa menyerap nilainilai tersebut baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.
Kata Kunci: Implementasi; Nilai-nilai Demokrasi; Metode Pembelajaran.
1
Penulis adalah mahasiswa PPKn Jurusan Pendidikan IPS Fakultas FKIP Universitas Tadulako, Semester X
Stambuk A 321 12 094
2
Pembimbing I
3
Pembimbing II
1
I.
PENDAHULUAN
Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif , mandiri dan
menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, negara Indonesia ingin
mewujudkan nilai-nilai demokrasi yaitu suatu masyarakat atau peserta didik yang
demokratis, yang mengakui hak-hak asasi manusia. Sekolah sebagai salah satu
lembaga pendidikan formal yang dikenal dalam masyarakat Indonesia memiliki
peran yang sangat besar dalam mendidik generasi penerus bangsa. Peran sekolah
sebagai lembaga pendidikan diharapkan memiliki peranan dalam membudayakan
nilai-nilai demokrasi yang dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas.
Proses pembelajaran PKn di sekolah dilaksanakan melalui pembelajaran satu
arah, yaitu ceramah, siswa tidak diajak untuk turut aktif, sehingga proses
pembelajaran kurang menarik karena siswa tidak memiliki tantangan dan hanya
mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan
peneliti di SMA Negeri 6 Palu, keadaan proses belajar di kelas guru masih
menggunakan metode ceramah. Tetapi, saat setelah guru menjelaskan guru
memberikan peluang bertanya kepada siswa, namun hanya satu dan dua orang
yang aktif memberikan pertanyaan. Sedangkan ketika diberi kesempatan
menjawab, siswa tidak mengangkat tangan dan guru tersebut yang akhirnya
menjawab pertanyaan. Hampir semua siswa tidak mengambil peran sebagai
pemberi pendapat atau menanggapi pendapat. Hingga dikhawatirkan siswa
terbiasa untuk tidak menerima pendapat orang lain karena tidak ada aktivitas lain
selain mendengarkan guru berceramah, seperti dalam menyampaikan pendapat
pada pemilihan ketua osis tidak mementingkan musyawarah mufakat, tetapi
keegoisan diri pribadi. hingga siswa tidak akur karena masing-masing ingin
memenangkan calonnya.
2
Proses pembelajaran demikian menyebabkan proses pembentukan suasana
demokrasi di sekolah dalam pembelajaran PKn menjadi gagal, karena siswa tidak
merespon stimulus untuk memberikan pendapatnya sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Sekolah sebagai lembaga yang melaksanakan
transformasi nilai-nilai budaya masyarakat, melalui pendidikan disemaikan pola
pikir, nilai-nilai dan norma-norma masyarakat dan selanjutnya ditransformasikan
dari generasi ke generasi.
Implementasi nilai-nilai demokrasi dilakukan dalam proses pembelajaran pun
di pantau di luar proses pembelajaran. Pada umumnya siswa di sekolah tersebut
sulit untuk disiplin dan menghargai orang lain. Seperti ribut dan acuh saat guru
memberikan apel pagi, terlambat masuk kelas, mengabaikan guru yang mengajar
di kelas, bahkan berbicara tidak sopan kepada guru yang mengajak untuk
melaksanakan ibadah sholat. Selain itu, perbuatan bolos sekolah dan merokok
secara bersama-sama mengajak teman-teman yang lain merupakan fenomena
pelanggaran nilai demokrasi yang terjadi pada siswa di sekolah tersebut.
Merujuk pada masalah tersebut, nilai demokrasi harus benar diimplementasi
dengan baik di sekolah. Teori konstruktivisme memberi dukungan sebagai
landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yang mengatakan bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata
(Suyono dan Haryanto : 2011)4.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih sehingga guru dituntut
menciptakan proses belajar yang menyenangkan, siswa turut aktif, tertarik, dan
tertantang untuk membentuk dirinya masing-masing sehingga nilai-nilai
demokrasi dalam proses pembelajaran dapat terwujud. Untuk itu, dibutuhkan guru
bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan yang benar-benar mempunyai
kompetensi untuk mengembangkan esensi materi pembelajaran PKn yang
4
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar. Rosda. Surabaya.
3
kompleks, maka hubungan antara implementasi nilai-nilai demokrasi dalam
pembelajaran
PKn
dengan
pembentukan
pribadi
siswa
dalam
rangka
meningkatkan kesadaran pada nilai-nilai pancasila dalamnya mencakup nilai-nilai
demokrasi pancasila dan UUD NRI 1945. Berdasarkan latar belakang yang
diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi
penanaman nilai-nilai demokrasi pada siswa dalam proses pembelajaran PKn di
SMA Negeri 6 Palu dan bagaimana perwujudan nilai-nilai demokrasi pada siswa
dalam proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 6 Palu. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana perwujudan nilai-nilai demokrasi dalam
proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 6 dan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan bagaimana strategi penanaman nilai-nilai demokrasi pada siswa
dalam proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 6 Palu.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Djama’ah
Satori (2014 : 25)5 penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara
benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data
yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Lokasi yang ditentukan
oleh peneliti dalam melakukan pengumpulan data ialah bertempat di SMA Negeri
6 Palu karena memenuhi kriteria penelitian. Menurut Yin (1997 )6 unit analisis
dibedakan dalam dua bagian yaitu
individu meliputi orang-orang dan non
individu meliputi organisasi atau lembaga. Permasalahan dalam penelitian ini
adalah strategi dan perwujudan nilai-nilai demokrasi dalam proses pembelajaran
PKn. Sehingga individu dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan pimpinan
sekolah sebagai informan dengan alasan bahwa individu tersebut merupakan
bagian dari proses pembelajaran PKn yaitu siswa sebagai objek perwujudan, guru
sebagai pelaksana di dalam kelas, dan pimpinan sekolah sebagai pendukung
5
6
Djamaah Satori. (2014:24). Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung
Yin, Robert K, Studi Kasus (Desain dan Metode), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.
4
terwujudnya tujuan sekolah. Sedangkan non individu dalam penelitian ini adalah
SMA Negeri 6 Palu.
Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sample.
informan kunci yang diambil peneliti sebanyak 21 orang siswa kelas XI IPA 1
karena mereka dapat memberikan informasi yang lebih tepat dan benar untuk
kebutuhan peneliti. Sedangkan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sebagai
pimpinan sekolah yang mengetahui kondisi guru dan kondisi siswa. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Wawancara, observasi dan
dokumentasi. Teknik analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian
berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
III. HASIL PENELITIAN
Konstitusi negara dalam pasal 31 UUD NRI 1945 mengatur tentang
pendidikan yang wajib diikuti oleh warga negara sebagai upaya meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Karena itu, Suratno (2014)7 Pusat Kurikulum Kemendikbud
telah menyusun strategi pendidikan karekter ini, yang melalui empat hal yakni
pembelajaran (teaching), keteladanan (modelling), penguatan (reinforcing) dan
pembiasaan (habituating). Nilai-nilai dalam pendidikan karakter diambil dari
empat sumber utama yakni: agama, budaya, Pancasila dan tujuan pendidikan.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
bertugas menerapkan nilai-nilai demokrasi. Dadang sundawa (2015)8 menyatakan
bahwa PKn merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah
dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di
Indonesia yang dilaksanakan melalui : Civic Intellegence (kecerdasan warga
negara), yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi
spiritual, rasional, emosional, maupun sosial. Civic Responsibility (warga negara
7
8
Suratno. 2014. Pendidikan Karakter dan Revolusi Mental. : Tersedia di http://www.nu.or.id/post/read/55601/pendidikankarakter-dan-revolusi-mental [20 Maret 2017]
Dadang. 2015. Hubungan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraandengan Peningkatan Wawasan Kebangsaan Dan
Semangat Nasionalisme Mahasiswa. Bandung
5
yang bertanggung jawab), yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara yang bertanggung jawab dan Civic Participation (partisipasi warga
negara), yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung
jawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan.
Kecerdasan warga negara dapat dibangun terutama melalui pendidikan di
sekolah saat guru menyampaikan materi dan dinilai sebagai kemampuan
kogntifnya. Setelah itu, sikap tanggung jawab wraga negara dapat diwujudkan
melalui siswa yang diberikan kebebasan berpendapat, berkarya, berpikir, dan
mencari informasi, tanpa dibeda-bedakan. Sedangkan partisipasi warga negara
dapat ketahui melalui keikutsertaan seorang siswa dalam kegiatan organisasi
sekolah atau OSIS maupun kegiatan sekolah itu sendiri. Seperti pemilihan ketua
OSIS.
Pentingnya pembelajaran PKn dapat membangun pendidikan demokrasi
maka haruslah tertanam nilai-nilai demokrasi kepada siswa di sekolah. Zamroni(
2001)9menyebutkan
nilai
demokrasi
yaitu,
a)
toleransi,
b)
kebebasan
mengemukakan pendapat, c) menghormati perbedaan pendapat, d) memahami
keanekaragaman dalam masyarakat, e) terbuka dalam komunikasi, f) menjunjung
nilai dan martabat kemanusiaan, g) percaya diri atau tidak menggantungkan pada
orang lain, h) saling menghargai, i) mampu mengekang diri, j) kebersamaan, dan
k) keseimbangan. Nilai-nilai demokrasi tersebut yang menjadi pusat penelitian
peneliti.
Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Palu, merupakan salah satu sekolah yang
terletak di daerah yang dulunya adalah rawan konflik. Sehingga dibangunlah
sebuah budaya kebersamaan dan kerjasama untuk menjaga keutuhan dan
kedamaian dalam lingkungan sekolah. Sebagai institusi pendidikan penting untuk
menanamkan nilai demokrasi untuk melahirkan budaya demokrasi demi
mewujudkan visi dan misi sekolah tersebut.
Guru PKn adalah sebagai salah satu informan yang bertugas penuh
bertanggung jawab menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada siswa. Oleh kaena
9
Zamroni. 2001. Pendidikan Untuk Demokrasi. Bigraf Publishing. Yogyakarta.
6
itu, guru menggunakan strategi pendekatan kepada siswa untuk menumbuhkn
nilai demokrasi. Nilai demokrasi yang dimaksud adalah Nilai toleransi, kebebasan
berpendapat, kerjasama, kepercayaan diri dan saling menghormati. Hal tersebut
akan diwujudkn Melalui materi pembelajaran hingga metode pembelajaran yang
dirangkai agar siswa mampu menampilkan perwujudan nilai-nilai demokrasi
tersebut. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah,
tanya jawab, diskusi kelas dan diskusi kelompok.
Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bertugas
membantu siswa melestarikan nilai demokrasi di lingkungan sekolah melalui
kegiatan sekolah dan kegiatan OSIS. Siswa kelas XI IPA 1 dapat menjadi teladan
atas keberhasilan terwujudnya nilai-nilai demokrasi melalui metode pembelajaran
sebagai srategi yang telah dirancang guru.
Pertama, metode ceramah dan tanya jawab. Guru membuka pelajaran
dengan meminta semua perhatian siswa untuk mendengarkan penjelasan dan
melihat materi yang terpampang dalam power point. Semua siswa perhatian
kepada guru. Guru bertujuan agar setelah penjelasan itu, guru membuka
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan atas ketidakpahamannya.
Tindakan ini menunjukkan tolak ukur adanya kelas yang demokrastis yang salah
satu cirinya adalah kebebasan untuk menyatakan pendapat. Selain itu, melalui
metode ini membantu tegaknya hak asasi manusia sebagaimana terdapat dalam
pasal 28 UUD NRI 1945 yaitu kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
Setelah ceramah dan tanya jawab dilakukan, barulah guru membentuk
diskusi kelas dan diskusi kelompok. Dalam metode ini, guru membagi siswa
dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk
diselesaikan dengan waktu yang tersedia. Disinilah dilihat nilai demokrasi yang
akan diwujudkan oleh siswa antara lain adalah toleransi, karena dalam satu
kelompok siswa berbeda jenis kelamin, agama, RAS, bahkan suku dan asalnya.
Sri Narwanti (2011)10 menyatakan bahwa toleransi adalah sikap dan tindakan
yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
10
Sri Narwanti. 2011. Tersedia : eprints.uny.ac.id/14228/2/BAB%20II.pdf [25 Maret 2017]
7
orang lain yang berbeda dari dirinya. Melalui metode diskusi kelas dan diskusi
kelompok, siswa dapat membangun nilai toleransi dalam pembelajaran yang
indikatorya antara lain (1) Pelayanan yang sama terhadap siswa tanpa
membedakan suku, ras, agama, golongan, status sosial dan status ekonomi, (2)
Bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin,
agama,
suku,
dan
tingkat
kemampuan
dan
(3)
Tidak
memaksakan
pendapat/kehendak kepada orang lain.
Guru mata pelajaran PKn membagi kelompok untuk berdiskusi secara acak
sehingga siswa harus menerima siapapun yang ada dalam anggota kelompoknya.
Dalam kelompok terdapat perbedaan agama, suku, dan daerah asal namun tidak
masalah bagi siswa, karena semua siswa di kelas tersebut adalah berteman serta
tidak saling mencaci dan menyinggung satu sama lain. Selama berdiskusi, siswa
selalu bersikap ramah dan ceria kepada teman kelompoknya walaupun berbeda
bahasa daerah. Peran PKn sangat tepat disini ketika lingkungan rawan konflik,
maka nilai Toleransi lah yang sewajarnya harus ada. Metode pembelajaran diskusi
dimana guru tidak membedakan siswa dan siswa lain tidak saling menyinggung
keyakinan, maka tertanamlah nilai toleransi dalam pembelajaran ini.
Nilai toleransi sangat penting diterapkan dalam pembelajaran PKn
mengingat realitas bahwa negara Indonesia adalah negara beragam agama, suku,
bahasa dan istiadat. PKn sebagai mata pelajaran yang tepat dalam membina
generasi muda yaitu siswa sebagai warga negara Indonesia yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Toleransi juga
merupakan prinsip demokrasi. Dengan bertoleransi, kita bersikap menghargai
segala perbedaan yang ada dalam masyarakat. Menghormati perbedaan pendapat
merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengungkapkan ide atau gagasannya. Tidak memaksakan
pendapatnya.
Bukan hanya metode diskusi saja, tetapi juga Hal ini diterapkan oleh guru
dalam pembelajaran PKn di kelas XI IPA 1 yaitu metode ceramah dan tanya
jawab. Dalam diskusi guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok,
mengerjakan tugas penyususan gambar untuk membentuk susunan gambar yang
8
tepat tentang tahap perjanjian internasional. Dalam diskusi semua anggota
menyampaikan pendapatnya. Ada perbedaan pendapat yang tidak menjadikan
siswa bermusuhan dan adu mulut tetapi menjadikan siswa bersikap sopan dan
menghormati pendapat orang lain. Untuk
menemukan satu jawaban harus
mendengarkan semua pendapat. Apabila ada pendapat yang tidak sesuai, ketua
anggota
kelompok
tetap
menampung
pendapat
tersebut
dengan
tidak
menyinggung perasaan orang lain apabila ditolak. Sikap saling menghormati
diterapkan dan diresapi oleh siswa baik di dalam maupun di luar kelas dalam
pembelajaran PKn. Sikap hormat merupkan cermin dari demokrasi di Indonesia
yang maju dan berintegritas menunjukkan PKn sebagai wadah menumbuhkan
karakter anak.
Metode diskusi kelas dan diskusi juga membantu perwujudan nilai
Kerjasama. Dalam proses belajar mengajar kelas XI IPA 1, masing-masing
kelompok siswa didalamnya sudah terjalin kerjasama yang baik antar siswa.
Guru pkn selalu mendorong
siswa untuk bekerjasama dalam mengerjakan
tugas kelompok yang dapat dibuktikan dalam
pembelajaran
khususnya
melaksanakan
kegiatan
saat diskusi kelompok siswa disuruh untuk
mengerjakan soal secara bersama-sama dengan kelompoknya masing-masing dan
untuk saling tukar pendapat dan membagi tugas.
Metode diskusi kelompok juga mewujudkan nilai Kebebasan
Berpendapat. Nilai kebebasan dalam proses pembelajaran mutlak diperlukan
karena
sudah
menjadi
kebutuhan
dari setiap
individu
(siswa)
untuk
mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapat dalam pembelajaran yang
transparan dewasa ini. Siswa bertanya pada guru apabila ada penyampaian materi
yang
kurang jelas karena guru selalu membuka kesempatan kepada seluruh
siswa untuk bertanya setelah menyampaikan
materi
pelajaran, guru PKn
Dra.Siti Khadijah yang selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya masing-masing. Pendapat tersebut tentu saja tidak
ada yang salah, namun guru akan meluruskan jika memang jawabannya tidak
sesuai.
9
Metode pembelajaran tanya jawab, diskusi kelas dan diskusi kelompok
mewujudkan nilai demokrasi kepercayaan diri. Sikap percaya diri dalam
kehidupan
bermasyarakat
sangat penting dimiliki oleh setiap anggota
masyarakat guna mengurangi adanya
sikap
selalu
menggantungkan
diri
kepada orang lain. Dengan adanya kepercayaan diri yang mantap dalam
diri setiap individu pada mereka cenderung akan terlebih dahulu berusaha
menyelesaikan
setiap
persoalan
yang
dihadapi
sebelum
pada akhirnya
meminta pertolongan orang lain. Dalam proses pembelajaran PKn, Guru juga
memberikan
kesempatan
kepada seluruh siswa agar mau mengemukakan
pendapat dan tidak malu untuk bertanya jika kurang memahami tentang
pembelajaran yang sedang disampaikan.
Kepercayaan diri yang dialami siswa senada dengan pernyataan Lauster
(Alsa,2006)11 bahwa percaya diri adalah sikap atau perasaan yakin atas
kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas
dalam setiap tindakannya, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan
bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan, bersikap hangat dan
sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai
orang lain, memiliki dorongan berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kelemahan diri. Rasa percaya diri yang diajarkan kepada siswa antara lain,
kemampuan
siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, siswa mampu
memecahkan masalah
yang timbul dalam kelompok
belajar dan siswa
mampu untuk mengatasi hambatan-hambatan yang timbul.
Menanamkan
nilai-nilai
demokrasi
tidak
hanya
dilakukan dalam
Proses Belajar Mengajar, tetapi juga di luar Proses Belajar Mengajar, beberapa
sikap yang mendukung pengembangan nilai-nilai demokrasi tersebut antara
lain, sikap saling menghormati, menghargai, tolong menolong, tenggang rasa,
dan sikap positif lainnya. Saling menghargai dan menghormati antar sesama
manusia merupakan suatu keharusan karena manusia telah diciptakan Tuhan
dengan harkat dan derajat yang sama. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
11
Alsa, A. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat
Fisik. Semarang.
10
mempunyai tugas yang salah satunya adalah mewariskan
bangsa
budaya-budaya
kepada generasi muda, seperti budaya saling menghormati antar
sesama. Selain menghormati, sikap demokratis lainnya adalah rasa tanggung
jawab, dalam hal pengambilan keputusan, siswa dilatih memutuskan dan
melaksanakan keputusan secara bertanggung jawab. Dalam mengajarkan hal ini
kepada siswa guru memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari di dalam
kelas, misalnya dalam pemilihan ketua kelas.
IV.
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Strategi penanaman lai-nilai demokrasi yang dalam proses pembelajaran
PKn di SMA Negeri 6 Palu adalah melalui metode pembelajaran yaitu
ceramah, tanya jawab, diskusi kelas, dan diskusi kelompok. Perwujudan
nilai-nilai demokrasi yang tampak dan diserap oleh siswa adalah nilai
Toleransi,
kerjasama, kebebasan berpendapat,
menghormati
kepercayaan diri. Metode pembelajaran
tersebut
seluas-luasnya
mengeluarkan
kepada
siswa
untuk
orang lain,
memberikan kesempatan
ide, gagasan, atau
pendapat mereka terkait dengan materi yang diberikan guru. Sejak dini guru
mengajarkan pada siswa untuk bersikap demokratis, sehingga siswa mampu
menerapkan nilai-nilai demokrasi baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah. Selain itu sekolah mendukung siswa untuk menjadi warga negara yang
demokratis dengan memberikan kebebasan berekspresi melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan lomba-lomba.
4.2
Saran
Saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan hasil penelitian yaitu: (1)
Proses
pembelajaran
hendaknya
metode
pembelajaran
maupun
dilaksanakan
media
dengan
pembelajaran
menggunakan
yang
bervariasi
sehingga siswa tertarik dan tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran PKn.
(2) Guru PKn selama pembelajaran perlu memberi kesempatan kepada siswa
yang belum aktif untuk berpartisipasi dalam kerja kelompok maupun diskusi
kelompok, menumbuhkan keberanian siswa untuk berani tampil didepan.
11
Sekolah
perlu
menjalin
kerjasama
dengan
orang
tua
dalam
upaya
mendukung siswa untuk berperilaku untuk menjadi warga negara yang
demokratis.
DAFTAR RUJUKAN
Alsa, A. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan.
Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik. Semarang.
Djamaah Satori. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung
Dadang. 2015. Hubungan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraandengan
Peningkatan Wawasan Kebangsaan Dan Semangat Nasionalisme
Mahasiswa. Bandung
Sri narwanti. 2011. Dimuat eprints.uny.ac.id/14228/2/BAB%20II.pdf diakses
pada (25 Maret 2017)
Suratno. 2014. Pendidikan Karakter dan Revolusi Mental. Termuat di
http://www.nu.or.id/post/read/55601/pendidikan-karakter-dan-revolusimental diakses pada 20 Maret 2017
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep
Dasar. Rosda. Surabaya.
Yin, Robert K, Studi Kasus (Desain dan Metode), Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1997.
Zamroni. 2001.
Yogyakarta.
Pendidikan
Untuk
12
Demokrasi.
Bigraf
Publishing.
PEMBELAJARAN PKn (STUDI PADA SMA NEGERI 6 PALU)
Arfian Ramadan Bio1 Kaharuddin Nawing2 Amran Mahmud3
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi penanaman
nilai-nilai demokrasi dalam proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 6 Palu dan
untuk mengetahui bagaimana perwujudan nilai-nilai demokrasi pada siswa dalam
proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 6 Palu. Penelitian ini menggunakan
model deskriptif kualitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI, guru PKn, dan pimpinan SMA Negeri 6 Palu. Sampelnya adalah kelas XI IPA
1 yang berjumlah 21 orang siswa dengan teknik purposive sampling. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan strategi penanaman nilai-nilai
demokrasi yang diterapkan guru dalam pembelajaran PKn di kelas XI IPA 1
dilakukan melalui dua strategi. Pertama, melalui konten materi pelajaran yang
mencakup Hak Asasi Manusia, perilaku budaya demokrasi, persamaan kedudukan
warga negara, dan tahap-tahap pembuatan perjanjian internasional. Kedua,
melalui metode yang pembelajaran yang bervariasi yaitu ceramah, tanya jawab,
diskusi kelompok, dan diskusi kelas. Perwujudan nilai-nilai demokrasi yang
tampak dan diserap oleh siswa adalah toleransi, kerjasama, saling menghormati,
kebebasan berpendapat, dan kepercayaan diri di dalam kelas maupun di
lingkungan sekolah. Dapat disimpulkan bahwa implementasi nilai-nilai demokrasi
melalui berbagai metode pembelajaran dapat menjadikan siswa menyerap nilainilai tersebut baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah.
Kata Kunci: Implementasi; Nilai-nilai Demokrasi; Metode Pembelajaran.
1
Penulis adalah mahasiswa PPKn Jurusan Pendidikan IPS Fakultas FKIP Universitas Tadulako, Semester X
Stambuk A 321 12 094
2
Pembimbing I
3
Pembimbing II
1
I.
PENDAHULUAN
Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif , mandiri dan
menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, negara Indonesia ingin
mewujudkan nilai-nilai demokrasi yaitu suatu masyarakat atau peserta didik yang
demokratis, yang mengakui hak-hak asasi manusia. Sekolah sebagai salah satu
lembaga pendidikan formal yang dikenal dalam masyarakat Indonesia memiliki
peran yang sangat besar dalam mendidik generasi penerus bangsa. Peran sekolah
sebagai lembaga pendidikan diharapkan memiliki peranan dalam membudayakan
nilai-nilai demokrasi yang dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas.
Proses pembelajaran PKn di sekolah dilaksanakan melalui pembelajaran satu
arah, yaitu ceramah, siswa tidak diajak untuk turut aktif, sehingga proses
pembelajaran kurang menarik karena siswa tidak memiliki tantangan dan hanya
mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan
peneliti di SMA Negeri 6 Palu, keadaan proses belajar di kelas guru masih
menggunakan metode ceramah. Tetapi, saat setelah guru menjelaskan guru
memberikan peluang bertanya kepada siswa, namun hanya satu dan dua orang
yang aktif memberikan pertanyaan. Sedangkan ketika diberi kesempatan
menjawab, siswa tidak mengangkat tangan dan guru tersebut yang akhirnya
menjawab pertanyaan. Hampir semua siswa tidak mengambil peran sebagai
pemberi pendapat atau menanggapi pendapat. Hingga dikhawatirkan siswa
terbiasa untuk tidak menerima pendapat orang lain karena tidak ada aktivitas lain
selain mendengarkan guru berceramah, seperti dalam menyampaikan pendapat
pada pemilihan ketua osis tidak mementingkan musyawarah mufakat, tetapi
keegoisan diri pribadi. hingga siswa tidak akur karena masing-masing ingin
memenangkan calonnya.
2
Proses pembelajaran demikian menyebabkan proses pembentukan suasana
demokrasi di sekolah dalam pembelajaran PKn menjadi gagal, karena siswa tidak
merespon stimulus untuk memberikan pendapatnya sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Sekolah sebagai lembaga yang melaksanakan
transformasi nilai-nilai budaya masyarakat, melalui pendidikan disemaikan pola
pikir, nilai-nilai dan norma-norma masyarakat dan selanjutnya ditransformasikan
dari generasi ke generasi.
Implementasi nilai-nilai demokrasi dilakukan dalam proses pembelajaran pun
di pantau di luar proses pembelajaran. Pada umumnya siswa di sekolah tersebut
sulit untuk disiplin dan menghargai orang lain. Seperti ribut dan acuh saat guru
memberikan apel pagi, terlambat masuk kelas, mengabaikan guru yang mengajar
di kelas, bahkan berbicara tidak sopan kepada guru yang mengajak untuk
melaksanakan ibadah sholat. Selain itu, perbuatan bolos sekolah dan merokok
secara bersama-sama mengajak teman-teman yang lain merupakan fenomena
pelanggaran nilai demokrasi yang terjadi pada siswa di sekolah tersebut.
Merujuk pada masalah tersebut, nilai demokrasi harus benar diimplementasi
dengan baik di sekolah. Teori konstruktivisme memberi dukungan sebagai
landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yang mengatakan bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata
(Suyono dan Haryanto : 2011)4.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih sehingga guru dituntut
menciptakan proses belajar yang menyenangkan, siswa turut aktif, tertarik, dan
tertantang untuk membentuk dirinya masing-masing sehingga nilai-nilai
demokrasi dalam proses pembelajaran dapat terwujud. Untuk itu, dibutuhkan guru
bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan yang benar-benar mempunyai
kompetensi untuk mengembangkan esensi materi pembelajaran PKn yang
4
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar. Rosda. Surabaya.
3
kompleks, maka hubungan antara implementasi nilai-nilai demokrasi dalam
pembelajaran
PKn
dengan
pembentukan
pribadi
siswa
dalam
rangka
meningkatkan kesadaran pada nilai-nilai pancasila dalamnya mencakup nilai-nilai
demokrasi pancasila dan UUD NRI 1945. Berdasarkan latar belakang yang
diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi
penanaman nilai-nilai demokrasi pada siswa dalam proses pembelajaran PKn di
SMA Negeri 6 Palu dan bagaimana perwujudan nilai-nilai demokrasi pada siswa
dalam proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 6 Palu. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana perwujudan nilai-nilai demokrasi dalam
proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 6 dan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan bagaimana strategi penanaman nilai-nilai demokrasi pada siswa
dalam proses pembelajaran PKn di SMA Negeri 6 Palu.
II. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Djama’ah
Satori (2014 : 25)5 penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara
benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data
yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Lokasi yang ditentukan
oleh peneliti dalam melakukan pengumpulan data ialah bertempat di SMA Negeri
6 Palu karena memenuhi kriteria penelitian. Menurut Yin (1997 )6 unit analisis
dibedakan dalam dua bagian yaitu
individu meliputi orang-orang dan non
individu meliputi organisasi atau lembaga. Permasalahan dalam penelitian ini
adalah strategi dan perwujudan nilai-nilai demokrasi dalam proses pembelajaran
PKn. Sehingga individu dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan pimpinan
sekolah sebagai informan dengan alasan bahwa individu tersebut merupakan
bagian dari proses pembelajaran PKn yaitu siswa sebagai objek perwujudan, guru
sebagai pelaksana di dalam kelas, dan pimpinan sekolah sebagai pendukung
5
6
Djamaah Satori. (2014:24). Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung
Yin, Robert K, Studi Kasus (Desain dan Metode), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997.
4
terwujudnya tujuan sekolah. Sedangkan non individu dalam penelitian ini adalah
SMA Negeri 6 Palu.
Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sample.
informan kunci yang diambil peneliti sebanyak 21 orang siswa kelas XI IPA 1
karena mereka dapat memberikan informasi yang lebih tepat dan benar untuk
kebutuhan peneliti. Sedangkan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sebagai
pimpinan sekolah yang mengetahui kondisi guru dan kondisi siswa. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Wawancara, observasi dan
dokumentasi. Teknik analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian
berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
III. HASIL PENELITIAN
Konstitusi negara dalam pasal 31 UUD NRI 1945 mengatur tentang
pendidikan yang wajib diikuti oleh warga negara sebagai upaya meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Karena itu, Suratno (2014)7 Pusat Kurikulum Kemendikbud
telah menyusun strategi pendidikan karekter ini, yang melalui empat hal yakni
pembelajaran (teaching), keteladanan (modelling), penguatan (reinforcing) dan
pembiasaan (habituating). Nilai-nilai dalam pendidikan karakter diambil dari
empat sumber utama yakni: agama, budaya, Pancasila dan tujuan pendidikan.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
bertugas menerapkan nilai-nilai demokrasi. Dadang sundawa (2015)8 menyatakan
bahwa PKn merupakan bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah
dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di
Indonesia yang dilaksanakan melalui : Civic Intellegence (kecerdasan warga
negara), yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi
spiritual, rasional, emosional, maupun sosial. Civic Responsibility (warga negara
7
8
Suratno. 2014. Pendidikan Karakter dan Revolusi Mental. : Tersedia di http://www.nu.or.id/post/read/55601/pendidikankarakter-dan-revolusi-mental [20 Maret 2017]
Dadang. 2015. Hubungan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraandengan Peningkatan Wawasan Kebangsaan Dan
Semangat Nasionalisme Mahasiswa. Bandung
5
yang bertanggung jawab), yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara yang bertanggung jawab dan Civic Participation (partisipasi warga
negara), yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung
jawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan.
Kecerdasan warga negara dapat dibangun terutama melalui pendidikan di
sekolah saat guru menyampaikan materi dan dinilai sebagai kemampuan
kogntifnya. Setelah itu, sikap tanggung jawab wraga negara dapat diwujudkan
melalui siswa yang diberikan kebebasan berpendapat, berkarya, berpikir, dan
mencari informasi, tanpa dibeda-bedakan. Sedangkan partisipasi warga negara
dapat ketahui melalui keikutsertaan seorang siswa dalam kegiatan organisasi
sekolah atau OSIS maupun kegiatan sekolah itu sendiri. Seperti pemilihan ketua
OSIS.
Pentingnya pembelajaran PKn dapat membangun pendidikan demokrasi
maka haruslah tertanam nilai-nilai demokrasi kepada siswa di sekolah. Zamroni(
2001)9menyebutkan
nilai
demokrasi
yaitu,
a)
toleransi,
b)
kebebasan
mengemukakan pendapat, c) menghormati perbedaan pendapat, d) memahami
keanekaragaman dalam masyarakat, e) terbuka dalam komunikasi, f) menjunjung
nilai dan martabat kemanusiaan, g) percaya diri atau tidak menggantungkan pada
orang lain, h) saling menghargai, i) mampu mengekang diri, j) kebersamaan, dan
k) keseimbangan. Nilai-nilai demokrasi tersebut yang menjadi pusat penelitian
peneliti.
Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Palu, merupakan salah satu sekolah yang
terletak di daerah yang dulunya adalah rawan konflik. Sehingga dibangunlah
sebuah budaya kebersamaan dan kerjasama untuk menjaga keutuhan dan
kedamaian dalam lingkungan sekolah. Sebagai institusi pendidikan penting untuk
menanamkan nilai demokrasi untuk melahirkan budaya demokrasi demi
mewujudkan visi dan misi sekolah tersebut.
Guru PKn adalah sebagai salah satu informan yang bertugas penuh
bertanggung jawab menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada siswa. Oleh kaena
9
Zamroni. 2001. Pendidikan Untuk Demokrasi. Bigraf Publishing. Yogyakarta.
6
itu, guru menggunakan strategi pendekatan kepada siswa untuk menumbuhkn
nilai demokrasi. Nilai demokrasi yang dimaksud adalah Nilai toleransi, kebebasan
berpendapat, kerjasama, kepercayaan diri dan saling menghormati. Hal tersebut
akan diwujudkn Melalui materi pembelajaran hingga metode pembelajaran yang
dirangkai agar siswa mampu menampilkan perwujudan nilai-nilai demokrasi
tersebut. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah,
tanya jawab, diskusi kelas dan diskusi kelompok.
Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bertugas
membantu siswa melestarikan nilai demokrasi di lingkungan sekolah melalui
kegiatan sekolah dan kegiatan OSIS. Siswa kelas XI IPA 1 dapat menjadi teladan
atas keberhasilan terwujudnya nilai-nilai demokrasi melalui metode pembelajaran
sebagai srategi yang telah dirancang guru.
Pertama, metode ceramah dan tanya jawab. Guru membuka pelajaran
dengan meminta semua perhatian siswa untuk mendengarkan penjelasan dan
melihat materi yang terpampang dalam power point. Semua siswa perhatian
kepada guru. Guru bertujuan agar setelah penjelasan itu, guru membuka
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan atas ketidakpahamannya.
Tindakan ini menunjukkan tolak ukur adanya kelas yang demokrastis yang salah
satu cirinya adalah kebebasan untuk menyatakan pendapat. Selain itu, melalui
metode ini membantu tegaknya hak asasi manusia sebagaimana terdapat dalam
pasal 28 UUD NRI 1945 yaitu kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan.
Setelah ceramah dan tanya jawab dilakukan, barulah guru membentuk
diskusi kelas dan diskusi kelompok. Dalam metode ini, guru membagi siswa
dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk
diselesaikan dengan waktu yang tersedia. Disinilah dilihat nilai demokrasi yang
akan diwujudkan oleh siswa antara lain adalah toleransi, karena dalam satu
kelompok siswa berbeda jenis kelamin, agama, RAS, bahkan suku dan asalnya.
Sri Narwanti (2011)10 menyatakan bahwa toleransi adalah sikap dan tindakan
yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
10
Sri Narwanti. 2011. Tersedia : eprints.uny.ac.id/14228/2/BAB%20II.pdf [25 Maret 2017]
7
orang lain yang berbeda dari dirinya. Melalui metode diskusi kelas dan diskusi
kelompok, siswa dapat membangun nilai toleransi dalam pembelajaran yang
indikatorya antara lain (1) Pelayanan yang sama terhadap siswa tanpa
membedakan suku, ras, agama, golongan, status sosial dan status ekonomi, (2)
Bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin,
agama,
suku,
dan
tingkat
kemampuan
dan
(3)
Tidak
memaksakan
pendapat/kehendak kepada orang lain.
Guru mata pelajaran PKn membagi kelompok untuk berdiskusi secara acak
sehingga siswa harus menerima siapapun yang ada dalam anggota kelompoknya.
Dalam kelompok terdapat perbedaan agama, suku, dan daerah asal namun tidak
masalah bagi siswa, karena semua siswa di kelas tersebut adalah berteman serta
tidak saling mencaci dan menyinggung satu sama lain. Selama berdiskusi, siswa
selalu bersikap ramah dan ceria kepada teman kelompoknya walaupun berbeda
bahasa daerah. Peran PKn sangat tepat disini ketika lingkungan rawan konflik,
maka nilai Toleransi lah yang sewajarnya harus ada. Metode pembelajaran diskusi
dimana guru tidak membedakan siswa dan siswa lain tidak saling menyinggung
keyakinan, maka tertanamlah nilai toleransi dalam pembelajaran ini.
Nilai toleransi sangat penting diterapkan dalam pembelajaran PKn
mengingat realitas bahwa negara Indonesia adalah negara beragam agama, suku,
bahasa dan istiadat. PKn sebagai mata pelajaran yang tepat dalam membina
generasi muda yaitu siswa sebagai warga negara Indonesia yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Toleransi juga
merupakan prinsip demokrasi. Dengan bertoleransi, kita bersikap menghargai
segala perbedaan yang ada dalam masyarakat. Menghormati perbedaan pendapat
merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengungkapkan ide atau gagasannya. Tidak memaksakan
pendapatnya.
Bukan hanya metode diskusi saja, tetapi juga Hal ini diterapkan oleh guru
dalam pembelajaran PKn di kelas XI IPA 1 yaitu metode ceramah dan tanya
jawab. Dalam diskusi guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok,
mengerjakan tugas penyususan gambar untuk membentuk susunan gambar yang
8
tepat tentang tahap perjanjian internasional. Dalam diskusi semua anggota
menyampaikan pendapatnya. Ada perbedaan pendapat yang tidak menjadikan
siswa bermusuhan dan adu mulut tetapi menjadikan siswa bersikap sopan dan
menghormati pendapat orang lain. Untuk
menemukan satu jawaban harus
mendengarkan semua pendapat. Apabila ada pendapat yang tidak sesuai, ketua
anggota
kelompok
tetap
menampung
pendapat
tersebut
dengan
tidak
menyinggung perasaan orang lain apabila ditolak. Sikap saling menghormati
diterapkan dan diresapi oleh siswa baik di dalam maupun di luar kelas dalam
pembelajaran PKn. Sikap hormat merupkan cermin dari demokrasi di Indonesia
yang maju dan berintegritas menunjukkan PKn sebagai wadah menumbuhkan
karakter anak.
Metode diskusi kelas dan diskusi juga membantu perwujudan nilai
Kerjasama. Dalam proses belajar mengajar kelas XI IPA 1, masing-masing
kelompok siswa didalamnya sudah terjalin kerjasama yang baik antar siswa.
Guru pkn selalu mendorong
siswa untuk bekerjasama dalam mengerjakan
tugas kelompok yang dapat dibuktikan dalam
pembelajaran
khususnya
melaksanakan
kegiatan
saat diskusi kelompok siswa disuruh untuk
mengerjakan soal secara bersama-sama dengan kelompoknya masing-masing dan
untuk saling tukar pendapat dan membagi tugas.
Metode diskusi kelompok juga mewujudkan nilai Kebebasan
Berpendapat. Nilai kebebasan dalam proses pembelajaran mutlak diperlukan
karena
sudah
menjadi
kebutuhan
dari setiap
individu
(siswa)
untuk
mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapat dalam pembelajaran yang
transparan dewasa ini. Siswa bertanya pada guru apabila ada penyampaian materi
yang
kurang jelas karena guru selalu membuka kesempatan kepada seluruh
siswa untuk bertanya setelah menyampaikan
materi
pelajaran, guru PKn
Dra.Siti Khadijah yang selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya masing-masing. Pendapat tersebut tentu saja tidak
ada yang salah, namun guru akan meluruskan jika memang jawabannya tidak
sesuai.
9
Metode pembelajaran tanya jawab, diskusi kelas dan diskusi kelompok
mewujudkan nilai demokrasi kepercayaan diri. Sikap percaya diri dalam
kehidupan
bermasyarakat
sangat penting dimiliki oleh setiap anggota
masyarakat guna mengurangi adanya
sikap
selalu
menggantungkan
diri
kepada orang lain. Dengan adanya kepercayaan diri yang mantap dalam
diri setiap individu pada mereka cenderung akan terlebih dahulu berusaha
menyelesaikan
setiap
persoalan
yang
dihadapi
sebelum
pada akhirnya
meminta pertolongan orang lain. Dalam proses pembelajaran PKn, Guru juga
memberikan
kesempatan
kepada seluruh siswa agar mau mengemukakan
pendapat dan tidak malu untuk bertanya jika kurang memahami tentang
pembelajaran yang sedang disampaikan.
Kepercayaan diri yang dialami siswa senada dengan pernyataan Lauster
(Alsa,2006)11 bahwa percaya diri adalah sikap atau perasaan yakin atas
kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas
dalam setiap tindakannya, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan
bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan, bersikap hangat dan
sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai
orang lain, memiliki dorongan berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kelemahan diri. Rasa percaya diri yang diajarkan kepada siswa antara lain,
kemampuan
siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, siswa mampu
memecahkan masalah
yang timbul dalam kelompok
belajar dan siswa
mampu untuk mengatasi hambatan-hambatan yang timbul.
Menanamkan
nilai-nilai
demokrasi
tidak
hanya
dilakukan dalam
Proses Belajar Mengajar, tetapi juga di luar Proses Belajar Mengajar, beberapa
sikap yang mendukung pengembangan nilai-nilai demokrasi tersebut antara
lain, sikap saling menghormati, menghargai, tolong menolong, tenggang rasa,
dan sikap positif lainnya. Saling menghargai dan menghormati antar sesama
manusia merupakan suatu keharusan karena manusia telah diciptakan Tuhan
dengan harkat dan derajat yang sama. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
11
Alsa, A. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat
Fisik. Semarang.
10
mempunyai tugas yang salah satunya adalah mewariskan
bangsa
budaya-budaya
kepada generasi muda, seperti budaya saling menghormati antar
sesama. Selain menghormati, sikap demokratis lainnya adalah rasa tanggung
jawab, dalam hal pengambilan keputusan, siswa dilatih memutuskan dan
melaksanakan keputusan secara bertanggung jawab. Dalam mengajarkan hal ini
kepada siswa guru memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari di dalam
kelas, misalnya dalam pemilihan ketua kelas.
IV.
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Strategi penanaman lai-nilai demokrasi yang dalam proses pembelajaran
PKn di SMA Negeri 6 Palu adalah melalui metode pembelajaran yaitu
ceramah, tanya jawab, diskusi kelas, dan diskusi kelompok. Perwujudan
nilai-nilai demokrasi yang tampak dan diserap oleh siswa adalah nilai
Toleransi,
kerjasama, kebebasan berpendapat,
menghormati
kepercayaan diri. Metode pembelajaran
tersebut
seluas-luasnya
mengeluarkan
kepada
siswa
untuk
orang lain,
memberikan kesempatan
ide, gagasan, atau
pendapat mereka terkait dengan materi yang diberikan guru. Sejak dini guru
mengajarkan pada siswa untuk bersikap demokratis, sehingga siswa mampu
menerapkan nilai-nilai demokrasi baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah. Selain itu sekolah mendukung siswa untuk menjadi warga negara yang
demokratis dengan memberikan kebebasan berekspresi melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan lomba-lomba.
4.2
Saran
Saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan hasil penelitian yaitu: (1)
Proses
pembelajaran
hendaknya
metode
pembelajaran
maupun
dilaksanakan
media
dengan
pembelajaran
menggunakan
yang
bervariasi
sehingga siswa tertarik dan tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran PKn.
(2) Guru PKn selama pembelajaran perlu memberi kesempatan kepada siswa
yang belum aktif untuk berpartisipasi dalam kerja kelompok maupun diskusi
kelompok, menumbuhkan keberanian siswa untuk berani tampil didepan.
11
Sekolah
perlu
menjalin
kerjasama
dengan
orang
tua
dalam
upaya
mendukung siswa untuk berperilaku untuk menjadi warga negara yang
demokratis.
DAFTAR RUJUKAN
Alsa, A. 2006. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan.
Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik. Semarang.
Djamaah Satori. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung
Dadang. 2015. Hubungan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraandengan
Peningkatan Wawasan Kebangsaan Dan Semangat Nasionalisme
Mahasiswa. Bandung
Sri narwanti. 2011. Dimuat eprints.uny.ac.id/14228/2/BAB%20II.pdf diakses
pada (25 Maret 2017)
Suratno. 2014. Pendidikan Karakter dan Revolusi Mental. Termuat di
http://www.nu.or.id/post/read/55601/pendidikan-karakter-dan-revolusimental diakses pada 20 Maret 2017
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep
Dasar. Rosda. Surabaya.
Yin, Robert K, Studi Kasus (Desain dan Metode), Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1997.
Zamroni. 2001.
Yogyakarta.
Pendidikan
Untuk
12
Demokrasi.
Bigraf
Publishing.